ZAMAN MEGALITHIKUM
Anggota KelompokHerdiningrum Kurnia Rizqi
(08)Lidya Khanza Desita (10)Rossa Hening W. (20)Salsabila Wijdan Mafaza
(21)Zaneta Attalia Nugraha
(29)
MENUMegalithiku
m
Ciri ciri
Latar Belakang
Kepercayaan
Artefak
Penyebaran
Sosial Budaya
IPTEK
Apa itu zaman Megalithikum?Kata Megalithikum berasal dari
Megalitik yang berasal dari kata mega yang berarti besar, dan lithos yang berarti batu.
Zaman Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar, karena pada zaman ini manusia sudah dapat membuat dan meningkatkan kebudayaan yang terbuat dari batu-batu besar.
Ciri-ciri - Manusia sudah dapat
menghasilkan kebudayaan yang terbuat dari batu-batu besar
- Manusia sudah mengenal kepercayaan utamanya yaitu animisme
Latar belakang munculnya kebudayaan megalitikumPemahaman tentang kehidupan
sesudah mati dan pemujaan rohAnggapan benda-benda atau
peralatan diyakini sebagai bekal seseorang setelah mati, sehingga dikubur bersama jenazah dalam kubur batu
Upacara kematian yang kompleks dan hubungan antara manusia di dunia dengan leluhur yang sudah mati
Kepercayaan yang dianut pada zaman Megalithikum
DinamismeKepercayaan kepada kekuatan gaib yang terdapat pada benda-benda tertentu, misalnya pada pohon, batu besar, gunung, gua, azimat dan benda-benda lain yang dianggap keramat.
Contoh dinamisme : Menyembah batu
AnimismeKepercayaan kepada roh nenek moyang atau leluhur. Mereka percaya, manusia setelah meninggal rohnya tetap ada dan tinggal ditempat-tempat tertentu dan harus diberi sesajen pada waktu-waktu tertentu.
Contoh Animisme : ritual memanggil roh
Artefak peninggalan zaman megalithikum
1.MenhirMenhir adalah bangunan yang berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara menghormati roh nenek moyang. Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah Pasemah (Sumatera Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan.
Fungsi Menhir adalah sebagai berikut : Sarana pemujaan terhadap arwah
nenek moyang Tempat memperingati seseorang
(kepala suku) yang telah meninggal Tempat menampung kedatangan roh
2. Punden Berundak-undakPunden berundak-undak adalah bangunan dari batu yang bertingkat-tingkat dan fungsinya sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal. Lokasi tempat penemuannya adalah Lebak Sibedug/Banten Selatan dan Lereng Bukit Hyang di Jawa Timur
Punden Berundak
3.DolmenDolmen merupakan meja dari batu yang berfungsi sebagai tempat meletakkan saji-sajian untuk pemujaan. Lokasi penemuan dolmen antara lain Cupari Kuningan / Jawa Barat, Bondowoso / Jawa Timur, Merawan, Jember / Jatim, Pasemah / Sumatera, dan NTT.
Dolmen
4.SarkofagusSarkofagus adalah keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari batu. Bentuknya menyerupai lesung dari batu utuh yang diberi tutup. Daerah tempat ditemukannya sarkofagus adalah Bali.
Proses penguburan di zaman Megalithikum
5.Peti kuburPeti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Kubur batu dibuat dari lempengan/papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti mayat yang dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya juga berasal dari papan batu. Daerah penemuan peti kubur adalah Cepari Kuningan, Cirebon (Jawa Barat), Wonosari (Yogyakarta) dan Cepu (Jawa Timur).
Peti Kubur
6.Arca batu Arca / patung-patung dari batu yang berbentuk binatang atau manusia. Bentuk binatang yang digambarkan adalah gajah, kerbau, harimau dan moyet. Sedangkan bentuk arca manusia yang ditemukan bersifat dinamis. Maksudnya, wujudnya manusia dengan penampilan yang dinamis seperti arca batu gajah. Fungsi untuk Penghormatan terhadap tokoh yang disukai.
Daerah-daerah sebagai tempat penemuan arca batu antara lain Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Arca batu juga di temukan di Sumatra Selatan dan di teliti oleh Von Heine Geldern.
Arca Batu
7.Waruga Waruga adalah peti jenazah kecil yg berbentuk kubus dan ditutup dengan batu lain yg berbentuk atap rumah dan merupakan peninggalan budaya minahasa. Banyak ditemukan di Minahasa.
Fungsi utama waruga adalah sebagai kuburan. Di samping tulang belulang atau mayat, alat-alat perang seperti wengkow (tombak), kelung (parang dan perisai) disimpan juga di dalam waruga.
Yang menempati waruga biasanya adalah tokoh, panglima perang atau para dotu-dotu, pemimpin (yang merintis pemukiman baru). Jadi mereka yang dituakan atau dihormati sebagai tokoh di negeri tersebut. Jadi tidak semua orang bisa dikuburkan di dalam waruga. Menurut sejarah Minahasa, diperkirakan bahwa waruga-waruga ini telah ada sejak abad ke 4 sampai abad ke 6.
Waruga
Sosial BudayaKebudayaan megalithikum adalah
kebudayaan yang menghasilkan bangunan-bangunan dari batu besar yang muncul sejak zaman Neolithikum.
Kehidupan dalam masyarakat masa perundagian memperlihatkan rasa solidaritas yang kuat.
Peranan solidaritas ini tertanam dalam hati setiap orang sebagai warisan yang telah berlaku sejak nenek moyang.
Adat kebiasaan dan kepercayaan merupakan pengikat yang kuat dalam mewujudkan sifat itu. Akibatnya, kebebasan individu agak terbatas karena adanya aturan-atauran yang apabila dilanggar akan membahayakan masyarakat.
Pada masa ini sudah ada kepemimpinan dan pemujaan kepada sesuatu yang suci diluar diri manusia yang tidak mungkin disaingi serta berada diluar batas kemampuan manusia.
Budaya megalitikum di Indonesia Pasemah merupakan wilayah dari Propinsi
Sumatera Selatan. Tinggalan megalitik Pasemah muncul dalam bentuk yang begitu unik, patung-patung dipahat dengan begitu dinamis dan monumental, yang mencirikan kebebasan sang seniman dalam memahat.
Nias. Etnik Nias masih menerapkan beberapa elemen megalitik dalam kehidupannya. Contohnya Rangkaian kegiatan mendirikan batu besar (dolmen) untuk memperingati kematian seorang penting di Nias.
Sumba. Etnik Sumba di Nusa Tenggara Timur juga masih kental menerapkan beberapa elemen megalitik dalam kegiatan sehari-hari. Kubur batu masih ditemukan di sejumlah perkampungan. Meja batu juga dipakai sebagai tempat pertemuan adat.
IPTEK Pada bidang teknologi, di samping
berusaha menciptakan perkakas untuk keperluan sehari-hari, kemudian mengalami kemajuan dengan mulai diciptakannya benda-benda yangbernilai estitika dan ekonomis.
Pada teknologi pembuatan gerabah misalnya, ternyata di samping membuat untuk keperluan sehari-hari, mulai dilakukan juga pembuatan gerabah yang bernilai seni dan ekonomis.
Keragaman bentuk dan motif hias gerabah Indonesia ini kemudian memunculkan beberapa kompleks pembuatan gerabah yang sangat menonjol, antara lain kompleks gerabah Buni, (Bekasi), komplek gerabah Gilimanuk (Bali), dan kompleks gerabah Kalumpang (Sulawesi Selatan).
Penyebaran Kebudayaan Megalithikum di IndonesiaMenurut Von Heine Geldern, kebudayaan
Megalithikum menyebar ke Indonesia melalui 2 gelombang yaitu :◦Megalith Tua menyebar ke Indonesia pada
zaman Neolithikum (2500-1500 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Kapak Persegi (Proto Melayu). Contoh bangunan Megalithikum adalah menhir, punden berundak-undak, Arca-arca.Ciri-ciri :Peninggalannya bersifat monumental (bersifat menimbulkan kesan Peringatan pada sesuatu yang agung)
◦Megalith Muda menyebar keIndonesia pada zaman perunggu(1000-100 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Dongson(Deutro Melayu). Contoh bangunan megalithnya adalah peti kubur batu, dolmen, waruga, Sarkofagus dan arca-arca dinamis.
Matur nuwun \(^0^)/
Ritual memanggil roh : menurut kebudayaan Nias. Mereka menggunakan sebuah tarian yang bernama Mandau Lumelume untuk memanggil roh.
Famadaya Hasijimate (Siulu) Adalah sebuah upacara pemakaman bagi
keturunan raja di Nias Selatan. Di dalam upacara ini, tarian Maluaya ditarikan dibawah pimpinan desa Shaman, peti mati diukir dari batang kayu pohon dan ukiran kepalanya dihiasi dengan sebuah batang kayu untuk memperlihatkan dasarnya setelah itu jenazah tersebut dikuburkan.
Waruga berfungsi untuk mengubur beberapa individu atau sebagai kuburan keluarga