31
AKAD-AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH A. AKAD MUDHARABAH 1. Definisi Akad Mudharabah Mudharabah berasal dari kata adhdharby fil ardhi yaitu bepergian untuk urusan dagang. Qardh yang berasal dari kata alqardhu berarti potongan, karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian keuntungan. Secara teknis mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara pemilik dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh misconduct, negligence, atau volation oleh pengelola dana. Akad mudharabah merupakan suatu transaksi pendanaan atau investasi yang berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam akad mudharabah yaitu kepercayan dari pemilik dana kepada pengelola dana. 2. Karakteristik Akad Mudharabah a. Entitas dapat bertindak baik sebagai pemilik dana atau pengelola dana. b. Mudharabah terdiri atas mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah, dan mudharabah musytarakah. Jika entitas bertindak sebagai pengelola dana, dana yang diterima disajikan sebagai dana syirkah temporer. c. Dalam mudharabah muqayyadah, contoh batasan antara lain: (1) tidak mencampurkan dana pemilik dana dengan dana lainnya; (2) tidak mengiventasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan, tanpa penjamin, atau tanpa jaminan; (3) mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri tanpa melalui pihak ketiga. d. Pembagian resiko pada pemilik dana dalam bentuk finansial serta pada pengelola dana dalam bentuk non finansial. e. Pembagian keuntungan menggunakan nisbah yang disepakati dan nilar realisasi keuntungan yang mengacu pada laporan hasil usaha periodik yang disusun oleh pengelola dana. f. Perjanijian akad ini sebaiknya dituangkan secara tertulis dan dihadiri para saksi. Dan dalam perjanjian harus mencakup berbagai aspek antara lain tujuan mudharabah, nisbah pembagian keuntungan, periode pembagian keuntungan, ketentuan pengembalian modal, hal-hal yang dianggap sebagai pengelola dana dan sebagainya. g. Dalam persengketaan akad ini, apabila terjadi suatu perselisihan diantara dua belah pihak maka dapat diselesaikan secara musyawarah diantara mereka berdua atau mellaui badan arbitrase syariah. 3. Jenis Akad Mudharabah a. Mudharabah Muthlaqah, yaitu dimana pemilik dananya memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya. Dan pengelola dana memiliki kewenangan untuk melakukan apa saja dalam pelaksanaan bisnis bagi keberhasilan tujuan mudharabah itu. 1

AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Akad Keuangan Syariah: Mudharabah, Murabahah, Musyarakah, Salam, Isthisna, dan Ijarah

Citation preview

Page 1: AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH

AKAD-AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH A. AKAD MUDHARABAH

1. Definisi Akad Mudharabah Mudharabah berasal dari kata adhdharby fil ardhi yaitu bepergian untuk urusan

dagang. Qardh yang berasal dari kata alqardhu berarti potongan, karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian keuntungan. Secara teknis mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara pemilik dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh misconduct, negligence, atau volation oleh pengelola dana.

Akad mudharabah merupakan suatu transaksi pendanaan atau investasi yang berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam akad mudharabah yaitu kepercayan dari pemilik dana kepada pengelola dana.

2. Karakteristik Akad Mudharabah

a. Entitas dapat bertindak baik sebagai pemilik dana atau pengelola dana. b. Mudharabah terdiri atas mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah, dan

mudharabah musytarakah. Jika entitas bertindak sebagai pengelola dana, dana yang diterima disajikan sebagai dana syirkah temporer.

c. Dalam mudharabah muqayyadah, contoh batasan antara lain: (1) tidak mencampurkan dana pemilik dana dengan dana lainnya; (2) tidak mengiventasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan, tanpa penjamin, atau tanpa jaminan; (3) mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri tanpa melalui pihak ketiga.

d. Pembagian resiko pada pemilik dana dalam bentuk finansial serta pada pengelola dana dalam bentuk non finansial.

e. Pembagian keuntungan menggunakan nisbah yang disepakati dan nilar realisasi keuntungan yang mengacu pada laporan hasil usaha periodik yang disusun oleh pengelola dana.

f. Perjanijian akad ini sebaiknya dituangkan secara tertulis dan dihadiri para saksi. Dan dalam perjanjian harus mencakup berbagai aspek antara lain tujuan mudharabah, nisbah pembagian keuntungan, periode pembagian keuntungan, ketentuan pengembalian modal, hal-hal yang dianggap sebagai pengelola dana dan sebagainya.

g. Dalam persengketaan akad ini, apabila terjadi suatu perselisihan diantara dua belah pihak maka dapat diselesaikan secara musyawarah diantara mereka berdua atau mellaui badan arbitrase syariah.

3. Jenis Akad Mudharabah

a. Mudharabah Muthlaqah, yaitu dimana pemilik dananya memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya. Dan pengelola dana memiliki kewenangan untuk melakukan apa saja dalam pelaksanaan bisnis bagi keberhasilan tujuan mudharabah itu.

1

Page 2: AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH

b. Mudharabah Muqayyadah, yaitu dimana pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola antara lain mengenai dana, lokasi, cara, dan/atau objek investasi atau sector usaha. Misal: tidak mencampurkan dana yang dimiliki oleh pemilik dana dengan dana lainnya; tidak mengiventasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan, tanpa penjamin, atau tanpa jaminan; mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri tanpa melalui pihak ketiga.

c. Mudharabah Musytarakah, merupakan perpaduan antara akad mudharabah dan musyarakah yaitu dimana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi. Di awal kerjasama, akad yang disepakati adalah akad mudharabah dengan modal 100% dari pemilik dana, setelah berjalannya operasi usaha dengan pertimbangan tertentu dan kesepakatan dengan pemilik dana, pengelola dana ikut menanamkan modalnya dalam usaha tersebut.

4. Rukun dan Ketentuan Syariah Mudharabah

a. Pelaku, terdiri atas pemilik dana (pihak pertama) dan pengelola dana (pihak kedua). Pelaku harus cakap hukum dan baligh; dapat dilakukan sesame atau dengan non muslim; pemilik dana boleh mengawasi dan tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha.

b. Objek Mudharabah Modal: - Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau asset lainnya dan harus jelas

jumlah dan jenisnya; - Modal harus tunai dan tidak hutang; - Modal harus diketahui dengan jelas jumlahnya sehingga dapat dibedakan dari

keuntungan; - Pengelola dana tidak diperkenankan untuk memudharabahkan kembali modal

mudharabah; - Pengelola dana tidak boleh meminjamkan modal kepada orang lain; - Pengelola dana memiliki kebebasan untuk mengatur modal menurut

kebijaksanaan dan pemikirannya sendiri. Kerja: - Kontribusi pengelola dana dapat berbentuk keahlian, ketrampilan, selling skill,

management skill; - Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh diintervensi oleh pemilik dana; - Pengelola dana harus menjalankan usaha sesuai dengan syariah dan mematuhi

semua ketetapan yang ada dalam kontrak; - Dalam hal pemilik dana tidak melakukan kewajiban atau melakukan pelanggaran

terhadap kesepakatan dan pengelola dana sudah menerima modal dan sudah bekerja maka pengelola dana berhak mendapatkan imbalan/ganti rugi/upah.

c. Ijab Kabul, adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis melalui korespondensi.

d. Nisbah Keuntungan - Nisbah adalah besaran yang digunakan untuk pembagian keuntungan. Pengelola

dana mendapatkan imbalan atas kerjanya, dan pemilik dana mendapatkan

2

Page 3: AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH

imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah keuntungan harus diketahui dengan jelas oleh kedua belah pihak dalam akad, maka pembagiannya 50% dan 50%;

- Perubahan nisbah berdasarkan atas kedua belah pihak; - Pemilik dana tidak boleh meminta keuntungan.

e. Kerugian yang terjadi ditanggung oleh pemilik dana kecuali ada kelalaian atau pelanggaran kontrak oleh pengelola dana, maka cara penyelesaiannya: diambil terlebih dahulu dari keuntungan karena keuntungan merupakan pelindung modal; dan bila kerugian melebihi keuntungan maka baru diambil dari pokok modal.

5. Berakhirnya Akad Mudharabah

a. Dalam hal mudharabah tersebut dibatasi waktunya, maka mudharabah berakhir pada waktu yang telah ditentukan;

b. Salah satu pihak memutuskan pengunduran diri atau meninggal dunia; c. Modal sudah tidak ada; d. Pengelola dana tidak menjalankan amanahnya sebagai pengelola usaha untuk

mencapai tujuan sebagaimana dituangkan dalam akad. Sebagai pihak yang mengemban amanah,ia harus beritikad baik dan hati-hati.

6. Prinsip Pembagian Hasil Usaha

a. Menurut PSAK 105 par 11 Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan prinsip bagi laba dan prinsip bagi hasil. Dasar pembagian hasil usaha berdasarkan prinsip bagi laba (profit sharing) adalah laba netto/laba bersih yaitu laba kotor dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan modal mudharabah. Dan dasar pembagian hasil usaha berdasarkan prinsip bagi hasil adalah laba bruto/laba kotor bukan pendapatan usaha dengan nisbah pemilik dana.

b. Bagi hasil untuk akad mudharabah musytarakah (PSAK 105 par 34) - Hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai nisbah yang

disepakati, selanjutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana tersebut dibagi antara pengelola dana dengan pemilik dana sesuai dengan porsi modal masing-masing; atau

- Hasil investasi dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai dengan porsi modal masing-masing, selanjutnya bagian hasil investasi setelah dikurangi untuk pengelola dana tersebut dibagi antara pengelola dana dengan pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakati.

7. Perlakuan Akuntansi menurut PSAK 105

a. Akuntansi untuk pemilik dana - Akad mudharabah diakui pada saat pembayaran kas atau penyerahan asset

nonkas kepada pengelola dana. - Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan

dan bentuk nonkas diukur sebesar nilai wajar asset nonkas pada saat penyerahan. - Penurunan nilai asset nonkas sebelum usaha dimulai diakui sebagai kerugian dan

mengurangi saldo investasi mudharabah, serta penurunan nilai setelah usaha dimulai diakui sebagai kerugian pada saat pembagian bagi hasil.

3

Page 4: AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH

- Pencatatan kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentu penyisihan kerugian investasi.

- Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai piutang - Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara investasi mudharabah setelah

dikurangi penyisihan kerugian investasi dan pengembalian investasi mudharabah diakui sebagai keuntungan atau kerugian.

b. Akuntansi untuk pengelola dana - Pengakuan dan pengukuran dana syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai

wajar asset nonkas yang diterima. - Penyaluran dana syirkah temporer yang diterima pengelola dana diakui sebagai

asset, begitu juga dengan pemilik dana. - Mencatat pendapatan dari beban apabila dana dikelola sendiri. - Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan/kelalaian pengelola dana diakui sebagai

beban pengelola dana. 8. Penyajian Akad Mudharabah

a. Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dala laporan keuangan sebesar nilai tercatat;

b. Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan: - Dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar nilai tercatatnya untuk

setiap jenis mudharabah; - Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum

diserahkan kepada pemilik dana dan disajikan sebagai pos bagi hasil yang belum dibagikan sebagai kewajiban.

9. Pengungkapan Akad Mudharabah

a. Pemilik dana mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi mudharabah, tetapi tidak terbatas pada: - Isi kesepakatan utama usaha mudharabah; - Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya; - Penyisihan kerugian mudharabah selama periode berjalan;

b. Pengelola dana mengungkapkan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan: - Isi kesepakatan utama usaha mudharabah; - Rincian dana syirkah temporer berdasarkan jenisnya; - Penyaluran dana yang berasal dari mudharabah muqayyadah;

c. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

B. AKAD MUSYARAKAH

1. Definisi Musyarakah Musyarakah berasal dari kata al-syirkah/al-ikhtilath (percampuran) atau

persekutuan dua orang atau lebih, sehingga antara masing-masing sulit dibedakan atau tidak dapat dipisahkan. Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana

4

Page 5: AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH

dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana.

2. Karakteristik Akad Musyarakah

a. Modal musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas, atau asset non kas, termasuk aktiva tidak berwujud seperti lisensi dan hak paten yang sesuai dengan syariah;

b. Setiap mitra harus memberi kontribusi dalam modal dan pekerjaan; c. Keuntungan atau pendapatan musyarakah dibagi di antara mitra musyarakah

berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian musyarakah dibagi di antara mitra musyarakah secara proporsional berdasarkan modal yang disetorkan;

d. Keuntungan dibagi menggunakan nisbah yang disepakati dan menggunakan nilai realisasi keuntungan;

e. Dalam pembiayaan musyarakah, setiap mitra tidak dapat menjamin modal mitra lainnya, namun setiap mitra dapat meminta mitra lainnya untuk menyediakan jaminan atas kelalaian atau kesalahan yang disengaja;

f. Untuk menghindari persengketaan di kemudian hari, sebaiknya akad kerjasama dibuat secara tertulis dan dihadiri para saksi. Akad atau perjanjian tersebut harus mencakup berbagai aspek antara lain terkait dengan besaran modal dan penggunaannya (tujuan usaha musyarakah), pembagian kerja diantara mitra, nisbah yang digunakan sebagai dasar pembagian laba, periode pembagian laba;

g. Dalam hal persengketaan, apabila terjadi perselisihan diantara dua belah pihak maka dapat diselesaikan secara musyawarah diantara mereka berdua atau melalui badan arbitrase syariah.

3. Hikmah Akad Musyarakah

Dalam musyarakah dapat ditemukan nilai ajaran Islam tentang ta’awun (gotong royong), ukhuwah (persaudaraan) dan keadilan. Keadilan sangat terasa ketika penentuan nisbah untuk pembagian keuntungan yang bsia saja berbeda dari porsi modal karena disesuaikan oleh factor lain selain modal misalnya keahlian, ketersediaan waktu.

Selain itu keuntungan yang dibagikan kepada pemilik modal merupakan keuntungan riil, bukan merupakan nilai nominal yang telah ditetapkan sebelumnya seperti bunga/riba. Prinsip keadilan juga terasa ketika hanya orang yang punya modal saja yang dapat dibebankan/menanggung resiko finansial.

4. Sifat dan Jenis Akad Musyarakah

Sifat Musyarakah dibedakan menjadi dua, yaitu musyarakah permanen dan menurun. Dalam musyarakah permanen bagian modal setiap mitra ditentukan saat akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad. Sedangkan dalam musyarakah menurun, bagian modal salah satu mitra akan dialihkan secara bertahap kepada mitra lain sehingga pada akhir akad mitra yang lain akan memiliki usaha tersebut secara penuh.

Jenis akad musyarakah dibedakan menjadi dua, yaitu Syirkah Al Milk dan Syirkah Al ‘uqud (kontrak).

5

Page 6: AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH

a. Syirkah Al Milk, merupakan kepemilikan bersama dan keberadaannya muncul apabila dua orang atau lebih memperoleh kepemilikan bersama (joint ownership) atas suatu kekayaan (asset) tanpa telah membuat perjanjian kemitraan yang resmi. - Apabila harta bersama (warisan/hibah/wasiat) dapat dibagi, namun para mitra

memutuskan untuk tetap memilikinya bersama, maka syirkah al-milk tersebut bersifat Ikhtiari (sukarela/voluntary);

- Apabila barang tersebut tidak dapat dibagi-bagi dan mereka terpaksan harus memilikinya bersama, maka syirkah al-milk tersebut bersifat Jabari (terpaksa atau tidak sukarela).

b. Syirkah Al ‘uqud (kontrak) merupakan kemitraan yang tercipta dengan kesepakatan dua orang atau lebih untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Setiap mitra dapat berkontribusi dengan modal dan atau kerja, serta berbagi keuntungan dan kerugian. Syirkah jenis ini dapat dianggap sebagai kemitraan yang sesungguhnya karena para pihak yang bersangkutan secara sukarela berkeinginan untuk membuat suatu kerjasama investasi dan berbagi untung dan resiko. Berbeda dengan syirkah al milk, dalam kerjasama jenis ini setiap mitra dapat bertindak sebagai wakil dari pihak lainnya. Syirkah ini dibagi menjadi: - Syirkah Abdan (syirkah fisik)/ syirkah a’mal (syirkah kerja)/ syirkah shanaa’i

(syirkah para tukang)/ syirkah taqabbul (syirkah penerimaan), merupakan bentuk syirkah antara dua pihak atau lebih dari kalangan pekerja/professional dimana mereka sepakat untuk bekerjasama mengerjakan suatu pekerjaan dan berbagi penghasilan yang diterima. Contoh: kerjasama antara para akuntan, dokter, ahli hukum, tukang jahit, tukang bangunan.

- Syirkah Wujuh, merupakan kerjasama antara dua pihak dimana masing-masing pihak sama sekali tidak menyertakan modal. Mereka menjalankan usahanya berdasarkan kepercayaan pihak ketiga dan setiap mitra menyumbangkan nama baik, reputasi, creditworthiness, tanpa menyetorkan modal.

- Syirkah ‘Inan, merupakan sebuah persekutuan dimana posisi dan komposisi pihak-pihak yang terlibat didalamnya adalah tidak sama, baik dalam hal modal maupun pekerjaan. Setiap mitra bertindak sebagai agen untuk kepentingan pihak lain (mutual agency), karena tindakan yang dilakukan atas nama mitra lain harus berdasarkan pengakuan hukum.

- Syirkah Mufawwadhah, merupakan sebuah persekutuan dimana posisi dan komposisi pihak-pihak yang terlibat didalamnya harus sama, baik dalam hal modal, pekerjaan, agama, keuntungan maupun resiko kerugian. Bentuk syirkah ini seperti firma, namun dalam firma jumlah modal yang disetorkan tidak harus sama.

5. Rukun dan Ketentuan Akad Musyarakah

a. Pelaku (para mitra) harus cakap hukum dan setiap mitra dianggap sebagai wakil dari mitra lain dan dari usaha kerjasama;

b. Objek Musyarakah Modal: - Modal yang diberikan harus tunai;

6

Page 7: AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH

- Modal yang diserahkan oleh setiap mitra harus dicampur dan dapat berupa uang tunai, emas, perak, atau asset perdagangan;

- Modal yang ditanamkan tidak boleh digunakan untuk membiayai proyek atau investasi yang dilarang oleh syariah;

- Jika modal dalam bentuk non kas, maka harus menggunakan nilai tunainya; - Dalam kondisi normal, setiap mitra memiliki hak untuk mengelola asset kemitraan

dan seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan modal itu untuk kepentingannya sendiri;

- Pada prinsipnya dalam musyarakah tidak boleh ada penjaminan modal. Kerja: - Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan musyarakah

dan harus menjalankan usaha sesuai dengan syariah; - Tidak dibenarkan bila salah seorang diantara mitra menyatakan tidak ikut serta

menangani pekerjaan dalam kemitraan tersebut dan setiap mitra bekerja atas nama pribadi atau mewakili mitranya;

- Porsi kerja antara satu mitra dengan mitra lainnya tidak harus sama; - Seorang mitra yang melaksanakan pekerjaan diluar wilayah tugas yang ia

sepakati, berhaka memperkerjakan orang lain untuk menangani pekerjaan tersebut. Dan jika seorang mitra memperkerjakan pekerja lain untuk melaksanakan tugas yang menjadi bagiannya, biaya yang timbul harus ditanggungnya sendiri.

c. Persetujuan kedua belah pihak (ijab Kabul) Akad dapat dilakukan secara lisan atau tertulis, melalui korespondensi atau cara komunikasi yang lainnya, namun bentuk perjanjian musyarakah secara tertulis lebih baik dengan disaksikan oleh saksi-saksi yang memenuhi syarat untuk menghindari persengketaan di kemudian hari.

d. Nisbah, diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus disepakati oleh para mitra di awal akad. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak dan mitra tidak dapat menentukan bagian keuntungannya sendiri dengan menyatakan nilai nominal tertentu. Keuntungan harus dapat dikuantifikasi dan ditentukan dasar perhitungan keuntungan serta keuntungan yang dibagikan tidak boleh menggunakan nilai proyeksi akan tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan. Dan pada prinsipnya keuntungan milik para mitra namun diperbolehkan mengalokasikan keuntungan untuk pihak ketiga bila disepakati. Penetapan nisbah dapat ditentukan melalui dua cara: - Pembagian keuntungan proporsional sesuai modal, yaitu keuntungan yang harus

dibagi diantara para mitra secara proporsional sesuai modal yang disetorkan tanpa memandang apakah jumlah pekerjaan yang dilaksanakan oleh para mitra sama ataupun tidak sama. Apabila salah satu pihak menyetorkan modal lebih besar, maka pihak tersebut akan mendapatkan proporsi laba yang lebih besar.

- Pembagian keuntungan yang tidak proporsional dengan modal yaitu dalam penentuan nisbah yang dipertimbangkan bukan hanya modal yang disetorkan, tapi juga tanggung jawab, pengalaman, kompetensi atau waktu kerja yang lebih panjang.

7

Page 8: AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH

- Kerugian akan dibagi secara proporsional sesuai dengan porsi modal dari masing-masing mitra.

6. Berakhirnya Akad Musyarakah

a. Jika modal musyarakah hilang/habis; b. Jika salah seorang menghentikan akad, atau meninggal, atau hilang akal. Dalam hal ini

mitra yang meninggal atau hilang akal dapat digantikan oleh salah seorang ahli warisnya yang cakap hukum (baligh dan berakal sehat) apabila disetujui oleh semua ahli waris lain dan mitra lainnya.

7. Perlakuan Akuntansi Akad Musyarakah

a. Akuntansi untuk mitra aktif/pasif - Investasi musyarakah diakui pada saat penyerahan kas atau asset nonkas untuk

usaha musyarakah. - Pengukuran investasi musyarakah dicatat ketika mitra aktif mengeluarkan biaya

pra-akad. Apabila mitra lain sepakat, biaya ini dianggap sebagai bagian investasi musyarakah maka jurnalnya investasi musyarakah pada uang muka akad. Begitu juga sebaliknya apabila mitra lain tidak setuju, jurnalnya adalah beban musyarakah pada uang muka akad.

- Apabila investasi dalam bentuk kas akan dinilai sebesar jumlah yang diserahkan. - Pencatatan yang dilakukan jika nilai wajar asset nonkas yang diserahkan lebih

besar dari nilai buku, maka selisihnya akan dicatat dalam akun selisih penilaian asset musyarakah. Namun juga sebaliknya jika nilai wajar asset nonkas yang diserahkan lebih kecil dari nilai buku maka dicatat sebagi kerugian.

- Apabila investasi dalam bentuk asset nonkas diakhir akad akan diterima kembali maka atas asset nonkas musyarakah disusutkan berdasarkan nilai wajar tersebut.

- Apabila modal investasi yang diserahkan berupa aset nonkas, dan diakhir akad dikembalikan dalam bentuk kas sebesar nilai wajar aset non kas yang disepakati ketika aset tersebut diserahkan. Ketika akad musyarakah berakhir, aset nonkas akan dilikuidasi/dijual terlebih dahulu dan keuntungan atau kerugian dari penjualan aktiva ini (selisih antara nilai buku dengan nilai jual) didistribusikan pada setiap mitra sesuai kesepakatan.

b. Akuntansi untuk pengelola dana - Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi kelayakan) tidak

dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra.

- Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif atau mitra aktif diakui sebagai dana syirkah temporer sebesar jumlah yang diterima untuk penerimaan dalam bentuk kas dan aset nonkas. Dana syirkah temporer harus dipisahkan (dalam bentuk sub ledger) antara dana yang berasal dari mitra aktif atau mitra pasif.

- Apabila diakhir akad aset nonkas tidak dikembalikan maka yang mencatat beban depresiasi adalah usaha musyarakah atas dasar nilai wajar dan disusutkan selama masa akad atau selama umur ekonomis. Sedangkan jika dikembalikan, yang mencatat beban depresiasi adalah mitra yang menyerahkan aset nonkas sebagai modal investasinya.

8

Page 9: AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH

- Sebelum pembagian laba, pengelola akan mengakui pendapatan dan beban dimana dicatat dengan cara yang tidak berbeda dengan akuntansi konvensional.

- Pada akhir periode, akun pendapatan yang belum dibagikan dan beban bagi hasil ditutup.

- Bagian mitra aktif atas investasi musyarakah menurun (dengan pengembalian modal mitra secara bertahap) dinilai sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diserahkan untuk usaha musyarakah pada awal akad ditambah dengan jumlah modal syirkah temporer yang telah dikembalikan kepada mitra pasif, dan dikurangi kerugian (jika ada).

8. Penyajian Akad Musyarakah

a. Mitra pasif menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait dengan usaha musyarakah dalam laporan keuangan: - Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif disajikan sebagai investasi

musyarakah; - Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset nonkas yang diserahkan pada

nilai wajar disajikan sebagai pos lawan (contra account) dari investasi musyarakah.

b. Pengelola menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait dengan usaha musyarakah dalam laporan keuangan: - Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif dan yang diterima dari mitra

pasif disajikan sebagai investasi musyarakah; - Aset musyarakah yang diterima dari mitra pasif disajikan sebagai unsur dana

syirkah temporer; - Selisih penilaian aset musyarakah, disajikan sebagai unsur ekuitas.

9. Pengungkapan Akad Musyarakah

Mitra mengungkapkan hal-hal yang terkait transaksi musyarakah, tetapi tidak terbatas, pada: a. Isi kesepakatan utama usaha musyarakah, seperti porsi dana, pembagian hasil

usaha,aktivitas usaha musyarakah; b. Pengelola usaha, jika tidak ada mitra aktif; c. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan

Keuangan Syari’ah. C. AKAD MURABAHAH

1. Definisi Akad Murabahah Jual beli adalah memindahkan milik dengan ganti (iwad) yang dapat dibenarkan

(sesuai syari’ah). Pertukaran dapat dilakukan antara uang dengan barang, barang dengan barang yang biasa kita kenal dengan barter dan uang dengan uang. Pertukaran uang dengan barang atau jual beli dapat dilakukan baik secara tunai ataupun pembelian tangguh.

Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati antara penjual dan pembeli. Yang membedakan murabahah dengan penjualan yang biasa kita kenal adalah penjual secara

9

Page 10: AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH

jelas memberi tahu kepada pembeli berapa harga pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang diinginkannya.

2. Karakteristik Akad Murabahah a. Proses pengadaan barang murabahah (aktiva murabahah) harus dilakukan oleh

penjual. Jika penjual hendak mewakilkan kepada nasabah (wakalah) untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang menjadi milik penjual.

b. Penjual dapat meminta uang muka pembelian kepada pembeli sebagai bukti keseriusannya ingin membeli barang tersebut. Uang muka menjadi bagian pelunasan piutang murabahah jika akad murabahah disepakati.

c. Jika penjual mendapat diskon sebelum akad maka diskon tersebut menjadi hak pembeli. Apabila diskon diberikan setelah akad, maka diskon yang didapat akan menjadi hak pembeli atau hak penjual sesuai dengan kesepakatan mereka di awal akad. Jika akad tidak mengatur, maka diskon tersebut menjadi hak penjual. Diskon yang terkait dengan pembelian barang, antara lain meliputi (PSAK No. 102 par 11): - Diskon dalam bentuk apapun dari pemasok atas pembelian barang; - Diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalam rangka pembelian barang; - Komisi dalam bentuk apapun yang diterima terkait dengan pembelian barang.

d. Cara Pembayaran dapat dilakukan tunai atau tangguh. Untuk Murabahah tangguh, pembayaran dilakukan secara tangguh. - Jika pembeli melunasi tepat waktu atau lebih cepat dari periode yang telah

ditetapkan, maka penjual boleh memberikan potongan. Tetapi, besarnya potongan ini tidak boleh diperjanjikan diawal akad.

- Apabila pembeli tidak dapat membayar utangnya sesuai dengan waktu yang ditetapkan, pembeli tidak boleh didenda atas keterlambatan Kecuali pembeli tersebut tidak membayar karena lalai.

e. Apabila pembeli mengalami kesulitan keuangan, maka penjual hendaknya memberi keringanan. Keringanan dapat berupa menghapus sisa tagihan;membantu menjualkan obyek murabahah pada pihak lain atau melakukan restrukturisasi piutang.

f. Restrukturisasi piutang bisa dalam bentuk: - Memberi potongan sisa tagihan, sehingga jumlah angsuran menjadi lebih kecil; - Melakukan penjadualan ulang (rescheduling), dimana jumlah tagihan yang tersisa

tetap (tidak boleh ditambah) dan perpanjangan masa pembayaran disesuaikan dengan kesepakatan kedua pihak sehingga besarnya angsuran menjadi lebih kecil;

- Mengkonversi akad murabahah, dengan cara menjual obyek murabahah kepada penjual sesuai dengan nilai pasar, kemudian dari uang yang ada digunakan untuk melunasi sisa tagihan. Kelebihannya (bila ada) digunakan sebagai uang muka akad ijarah atau sebagai bagian modal dari akad mudharabah musytarakah atau musyarakah. Sebaliknya, kekurangannya tetap menjadi utang pembeli yang cara pembayarannya disepakati bersama.

g. Sebaiknya, penjualan tidak tunai (tangguh) dibuatkan kontrak/perjanjiannya secara tertulis dan dihadiri saksi-saksi. Kontrak memuat antara lain besarnya utang pembeli, jangka waktu akad, besarnya angsuran setiap periode, jaminan, siapa yang berhak

10

Page 11: AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH

atas diskon pembelian barang setelah akad dan lain sebagainya. Untuk menghindari resiko, penjual dapat meminta jaminan.

3. Jenis Akad Murabahah

a. Murabahah dengan pesanan Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari pembeli. Murabahah dengan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang dipesannya. Kalau bersifat mengikat berarti pembeli harus membeli barang yang dipesannya dan tidak dapat membatalkan pesanannya.

b. Murabahah tanpa pesanan, murabahah jenis ini bersifat tidak mengikat dan pembeli dapat membatalkan akad pembelian.

4. Rukun dan Ketentuan Akad Murabahah

a. Pelaku - Ada penjual dan pembeli; - Cakap hukum (Berakal dan dapat membedakan); - Akad anak kecil dianggap sah, apabila seizin walinya.

b. Obyek Jual Beli harus memenuhi: - Barang yang diperjualbelikan harus dapat diambil manfaatnya; - Barang dimiliki oleh penjual; - Barang dapat diserahkan tanpa tergantung dengan kejadian tertentu dimasa

depan; - Barang dapat diketahui kuantitas dan kualitasnya dengan jelas; - Harga barang tersebut jelas; - Barang secara fisik ada ditangan penjual.

c. Ijab kabul dapat dilakukan secara lisan atau tertulis. Ekspresi saling ridha/rela antara penjual dan pembeli terhadap barang yang dan jual dan harganya. Apabila salah satu dari mereka ada unsur terpaksa (ikrah) atau ada unsur penipuan (tadlis) atau ada ketidaksesuaian (gharar) obyek akad maka jual beli menjadi tidak sah karena prinsip saling ridha/rela tidak terpenuhi.Dalam hal terjadi ketidaksesuaian obyek akad, pelaku boleh memilih untuk membatalkan akad atau melanjutkannya. Dalam hal terjadi paksaan apabila bertujuan untuk kepentingan umum dibolehkan.

5. Perlakuan Akuntansi Akad Murabahah

a. Akuntansi untuk penjual - Pada saat perolehan, asset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya

perolehan. Pengukuran asset murabahah setelah perolehan adalah sebagai berikut: (a) Jika murabahah pesanan mengikat: dinilai sebesar biaya perolehan dan jika

terjadi penurunan nilai asset karena using, rusak atau kondisi lainnya sebelum diserahkan ke nasabah, penurunan nilai tersebut diakui sebagai beban dan mengurangi nilai asset;

11

Page 12: AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH

(b) Jika murabahah tanpa pesanan (tidak mengikat): dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi, mana yang lebih rendah dan jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.

- Diskon pembelian asset murabahah diakui sebagai berikut: (a) Menjadi pengurang biaya perolehan asset murabahah, jika terjadi sebelum

akad murabahah; (b) Menjadi kewajiban kepada pembeli, jika terjadi setelah akad murabahah dan

sesuai akad yang disepakati menjadi hak pembeli; (c) Menjadi tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi setelah akad

murabahah dan seusai akad menjadi hak penjual; (d) Pendapatan operasi lain, jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak

diperjanjikan dalam akad. - Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian potongan tersebut akan

tereliminasi pada saat: (a) Dilakukan pembayaran kepada pembeli sebesar jumlah potongan setelah

dikurangi dengan biaya pengembalian, atau (b) Akan dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah tidak dapat

dijangkau oleh penjual. - Pada saat akad murabahah, piutang diakui sebesar biaya perolehan ditambah

dengan keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan, piutang murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian piutang.

- Keuntungan murabahah diakui: (a) Pada saat terjadinya akad murabahah jika dilakukan secara tunai atau secara

tangguh sepanjang masa angsuran murabahah tidak melebihi satu periode laporan keuangan, atau

(b) Selama periode akad sesuai dengan tingkat resiko dan upaya untuk merealisasikan keuntungan tersebut untuk transaksi tangguh lebih dari satu tahun. Metode-metode ini digunakan dan dipilih yang paling sesuai dengan karakteristik resiko dan upaya transaksi murabahahnya: • Keuntungan diakui saat penyerahan asset murabahah. Metode ini terapan

untuk murabahah tangguh dimana resiko penagihan kas dari piutang murabahah dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya relative kecil;

• Keuntungan diakui proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang murabahah. Metode ini terapan untuk transaksi murabahah tangguh dimana resiko piutang tak tertagih relative besar dan atau beban untuk mengelola dan menagih piutang tersebut relative besar juga;

• Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih. Metode ini terapan untuk transaksi murabahah tangguh dimana resiko piutang tidak tertagih dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya cukup besar. Dalam praktik, metode ini jarang dipakai, karena transaksi murabahah tangguh mungkin tidak terjadi bila tidak ada kepastian yang memadai akan penagihan kasnya.

12

Page 13: AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH

- Potongan pelunasan piutang murabahah diberikan pada saat pelunasan, diakui sebagai pengurang keuntungan murabahah dan dapat dilakukan dengan cara: diberikan pada saat pelunasan; memberikan setelah pelunasan (penjual menerima pelunasan dan membayarkan potongan kepada pembeli).

- Jika potongan diberikan karena adanya penurunan kemampuan pembayaran pembeli diakui sebagai beban.

- Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya, dan denda yang diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan.

- Pengakuan dan pengukuran uang muka: (a) Uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang

diterima; (b) Pada saat barang jadi dibeli oleh pembeli maka uang muka diakui sebagai

pembayaran piutang (merupakan bagian pokok); (c) Jika barang batal dibeli oleh pembeli maka uang muka dikembalikan kepada

pembeli setelah diperhitungkan dengan biaya biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual. Sehingga untuk penentuan marjin keuntungan diberdasarkan atas nilai piutang (harga jual kepada pembeli setelah dikurangi uang muka).

- Pesanan dibatalkan: jika uang muka yang dibayarkan oleh calon pembeli lebih besar daripada biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual dalam rangka memenuhi permintaan calon pembeli maka selisihnya dikembalikan pada calon pembeli; jika uang muka yang dibayarkan oleh calon pembeli lebih kecil daripada biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual dalam rangka memenuhi permintaan calon pembeli, maka penjual dapat meminta pembeli untuk membayarkan kekurangannya; perusahaan menanggung kekurangannya atau uang muka sama dengan beban yang dikeluarkan.

b. Akuntansi untuk pembeli - Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah diakui sebesar biaya perolehan

murabahah tunai; - Utang yang timbul dari transaksi murabahah tangguh diakui sebagai hutang

murabahah sebesar harga beli yang disepakati (jumlah yang wajib dibayarkan), aset dicatat sebesar biaya perolehan tunai dan selisih antara harga beli yang disepakati dengan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban murabahah tangguhan;

- Beban murabahah tangguhan diamortisasi secara proporsional dengan porsi utang murabahah;

- Diskon pembelian yang diterima setelah akad murabahah, diperlakukan sebagai pengurang beban murabahah tangguhan;

- Denda yang dikenakan akibat kelalaian dalam melakukan kewajiban sesuai dengan akad diakui sebagai kerugian.

6. Penyajian Akad Murabahah

a. Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan: saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang. Margin murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) piutang murabahah.

13

Page 14: AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH

b. Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) utang murabahah.

7. Pengungkapan Akad Murabahah a. Penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi

tidak terbatas pada: - harga perolehan aset murabahah; - janji pemesanan dalam murabahah berdasarkanpesanan sebagai kewajiban atau

bukan; b. Pembeli mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah,

tetapitidak terbatas pada: - nilai tunai aset yang diperoleh dari transaksi murabahah; - jangka waktu murabahah tangguh;

c. Pengungkapan yang diperlukan sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

D. AKAD SALAM

1. Definisi Akad Salam Salam berasal dari kata “As salaf” yaitu pendahuluan karena pemesan barang

menyerahkan uangnya di muka. Secara terminologi: para fuqaha menamainya al mahawi’ij (barang barang mendesak) karena ia sejenis jual beli yang dilakukan mendesak walaupun barang yang diperjualbelikan tidak ada ditempat. Dilihat dari sisi pembeli ia sangat membutuhkan barang tersebut di kemudian hari sementara si penjual sangat membutuhkan uang tersebut.

Salam adalah akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.

2. Karakteristik Akad Salam

a. Harga, spesifikasi, karakteristik, kualitas, kuantitas dan waktu penyerahan aset yang dipesan sudah ditentukan dan disepakati ketika akad terjadi;

b. Dalam akad salam, harga barang pesanan yang sudah disepakati tidak dapat berubah selama jangka waktu akad. Apabila barang yang dikirim tidak sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati sebelumnya, maka pembeli boleh melakukan khiar yaitu memilih apakah transaksi dilanjutkan atau dibatalkan.

3. Hikmah Akad Salam Manfaat transaksi salam bagi pembeli adalah adanya jaminan memperoleh barang dalam jumlah dan kualitas tertentu pada saat ia membutuhkan dengan harga yang disepakatinya di awal. Sementara manfaat bagi penjual adalah diperolehnya dana untuk melakukan aktivitas produksi dan memenuhi sebagian kebutuhan hidupnya.

4. Jenis Akad Salam

14

Page 15: AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH

a. Salam, merupakan transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan, pembeli melakukan pembayaran dimuka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari.

b. Salam paralel, artinya melaksanakan dua transaksi bai’ salam yaitu antara pemesan dan penjual dan antara penjual dengan pemasok (supplier) atau pihak ketiga lainnya secara simultan. Beberapa ulama kontemporer melarang transaksi salam paralel terutama jika perdagangan dan transaksi semacam itu dilakukan secara terus menerus. Hal demikian dapat menjurus kepada riba. Paralel salam dibolehkan asalkan eksekusi kontrak salam kedua tidak tergantung pada eksekusi kontrak yang pertama.

5. Rukun dan Ketentuan Akad Salam

a. Pelaku (pembeli dan penjual) - Ada penjual dan pembeli. - Cakap hukum (berakal dan dapat membedakan).

b. Obyek akad (barang yang akan diserahkan dan modal salam yang berbentuk harga) - Modal salam:

(a) Modal harus diketahui jenis dan jumlahnya. (b) Berbentuk uang tunai. Para ulama berbeda pendapat masalah bolehnya

pembayaran dalam bentuk aset perdagangan. Beberapa ulama menganggapnya boleh.

(c) Modal salam diserahkan ketika akad berlangsung, tidak boleh utang atau merupakan pelunasan utang. Hal ini adalah untuk mencegah praktek riba melalui mekanisme salam.

- Barang salam: (a) Barang tersebut harus dapat dibedakan/ diidentifikasi mempunyai spesifikasi

dan karakteristik yang jelas seperti kualitas, jenis, ukuran dan lain sebagainya sehingga tidak ada gharar.

(b) Barang tersebut harus dapat dikuantifikasi /ditakar/ditimbang. (c) Waktu penyerahan barang harus jelas, tidak harus tanggal tertentu boleh juga

dalam kurun waktu tertentu. Hal tersebut diperlukan untuk mencegah gharar atau ketidakpastiahan yaitu harus ada pada waktu yang ditentukan.

(d) Barang tidak harus ada ditangan penjual tetapi harus ada pada waktu yang ditentukan.

(e) Apabila barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan, akad menjadi fasakh/rusak dan pembeli dapat memilih apakah menunggu sampai dengan barang yang dipesan tersedia atau membatalkan akad sehingga penjual harus mengembalikan dana yang telah diterima.

(f) Apabila barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati dalam akad, maka pembeli boleh melakukan khiar atau memilih untuk menerima atau menolak. Kalau pilihannya menolak maka si penjual memiliki utang yang dapat diselesaikan dengan pengembalian dana atau menyerahkan produk yang sesuai dengan akad.

(g) Apabila barang yang dikirim memiliki kualitas yang lebih baik, maka penjual tidak boleh meminta tambahan pembayaran dan hal ini dianggap sebagai pelayanan kepuasan pelanggan.

15

Page 16: AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH

(h) Apabila barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah, pembeli boleh memilih menolaknya atau menerima. Apabila pembeli menerima maka pembeli tidak boleh meminta kembali sebagian uangnya atau (diskon).Barang boleh dikirim sebelum jatuh tempo asalkan disetujui oleh kedua pihak dan dengan syarat kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan, dan tidak boleh menuntut penambahan harga.

(i) Penjualan kembali barang yang dipesan sebelum barang tersebut diterima tidak dibolehkan secara syari’ah.

(j) Penggantian barang yang dipesan dengan barang lain. Para ulama melarang penggantian barang yang dipesan dengan barang lainnya. Bila barang tersebut diganti dengan barang yang memiliki spesifikasi dan kualitas yang sama, meskipun sumbernya berbeda, para ulama membolehkannya.

(k) Apabila tempat penyerahan barang tidak disebutkan, akad tetap sah. Namun sebaiknya dijelaskan dalam akad, apabila tidak disebutkan maka harus dikirim ke tempat yang menjadi kebiasaan.

Hal yang membatalkan kontrak: - Barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan; - Barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati dalam akad; - Barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah dan pembeli membatalkan.

c. Ijab kabul

6. Perlakuan Akuntansi Akad Salam a. Akuntansi Untuk penjual

- Pengakuan Kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima modal usaha salam.

- Pengukuran kewajiban salam sebesar jumlah yang diterima: jika modal usaha salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang diterima; jika modal usaha salam dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar.

- Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation) pada saat penyerahan barang kepada pembeli.

- Dalamtransaksi salam paralel, selisih antara jumlah yang dibayar oleh pembeli dan biaya perolehan barang pesanan diakui keuntungan/kerugian pada saat penyerahan barang pesanan oleh penjual.

- Pada akhir periode pelaporan keuangan, persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar nilai terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi. Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.

b. Akuntansi Untuk pembeli - Pengakuan piutang salam diakui pada saat modal usaha salam dibayarkan atau

dialihkan kepada penjual. - Modal salam dalam bentuk kas (sejumlah yg dibayarkan). Jika modal salam dalam

bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar. Selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat aset nonkas yang diserahkan diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan modal usaha tersebut.

16

Page 17: AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH

- Dalam penerimaan barang pesanan: jika barang pesanan sesuai dengan akad, maka dinilai sesuai nilai yang disepakati;jika barang pesanan berbeda kualitasnya: (a) Nilai wajarbarang pesanan yang diterima nilainya sama atau lebih tinggi dari

nilai yang tercantum dalam akad;maka barang pesanan yang diterima diukur dengan nilai akad;

(b) Nilai wajar dari barang pesanan yang diterima lebih rendah dari nilai yang tercantum dalam akad; maka barang pesanan yang diterima diukurdengan nilai wajar pada saat diterima dan selisihnya diakui sebagai kerugian.

- Jika pembeli menolak sebagian atau seluruh barang pesanan: (a) Jika tanggal pengiriman diperpanjang, maka nilai tercatat piutang salam

sebesar bagian yang belum dipenuhi sesuai dengan nilai yang tercantum dalam akad;

(b) Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka piutang salam berubah menjadi piutang yang harus dilunasi oleh penjual sebesar bagian yang tidak dapat dipenuhi;

(c) Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan pembeli mempunyai jaminan atas barang pesanan serta hasil penjualan jaminan tersebut lebih kecil dari nilai piutang salam, maka selisih antara nilai tercatat piutang salam dan hasil penjualan jaminan tersebut diakui sebagai piutang kepada penjual.

- Jika hasil penjualan jaminan tersebut lebih besar dari nilai tercatat piutang salam maka selisihnya menjadi hak penjual.

- Denda yang diterima dan diberlakukan oleh pembeli diakui sebagai bagian dana kebajikan.Denda hanya boleh dikenakan kepada penjual yang mampu menyelesaikan kewajibannya, tetapi sengaja tidak melakukannya. Hal ini tidak berlaku bagi penjual yang tidak mampu menunaikan kewajibannya karena force majeur.

7. Penyajian Akad Salam

a. Penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima sebagai kewajiban salam. b. Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai piutang salam:

- Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam transaksi salam disajikan secara terpisah dari piutang salam;

- Persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar nilai terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi. Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.

8. Pengungkapan Akad Salam

a. Penjual dalam transaksi salam: - Piutang salam kepada produsen (dalam salam paralel) yang memiliki hubungan

istimewa; - Jenis dan kuantitas barang pesanan;

b. Pembeli dalam transaksi salam mengungkapkan: - Modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri maupun yang dibiayai secara

bersama-sama dengan pihak lain;

17

Page 18: AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH

- Jenis dan kuantitas barang pesanan; c. Pengungkapan lain sesuai dengan psak n0. 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan

Syari’ah. E. AKAD ISTISHNA’

1. Definisi Akad Istishna’ Akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli/mustashni’) dan penjual (pembuat/shani’). Shani’ akan menyiapkan barang yang dipesan sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati dimana ia dapat menyiapkan sendiri atau melalui pihak lain (istishna’ paralel).

2. Karakteristik Akad Istishna’ Barang pesanan harus memenuhi kriteria: a. Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati; b. Sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized), bukan produk massal; c. Harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis, spesifikasi teknis,

kualitas, dan kuantitasnya.

3. Jenis Akad Istishna’ a. Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentukpemesanan pembuatan barang tertentu

dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli/mustashni) dan penjual (pembuat/shani’).

b. Istishna’ Paralel adalah suatu bentuk akad istishna’’ antara penjual dan pemesan, dimana untuk memenuhi kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad istishna’ dengan pihak lain (sub kontraktor) yang dapat memenuhi aset yang dipesan pembeli. Syaratnya akad istishna’ pertama tidak bergantung pada istishna’ kedua. Selain itu penjual tidak boleh mengakui adanya keuntungan selama konstruksi.

4. Rukun dan Ketentuan Akad Istishna’

a. Pelaku terdiri dari pemesan (pembeli/ mustashni’) dan penjual (pembuat, shani’). Harus cakap hukum dan baligh;

b. Obyek akad berupa barang yang akan diserahkan dan modal istishna’ yang berbentuk harga;

c. Ijab kabul/serah terima. Ketentuan syariah untuk akad salam juga berlaku untuk akad istisna: a. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang, atau

manfaat. Demikian juga dengan cara pembayarannya. b. Harga yang telah ditetapkan dalam akad tidak boleh berubah. Akan tetapi apabila

setelah akad ditandatangani pembeli mengubah spesifikasi dalam akad maka penambahan biaya akibat perubahan ini menjadi tanggung jawab pembeli.

c. Pembayaran dilakukan sesuai kesepakatan dan pembayaran tidak boleh berupa pembebasan utang.

18

Page 19: AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH

d. Harus jelas spesifikasinya (jenis, ukuran, mutu), sehingga tidak ada lagi jahalah dan perselisihan dapat dihindari.

e. Penyerahannya dilakukan kemudian. Waktu dan penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan.

f. Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya. g. Tidak boleh menukar barang kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan. h. Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan, pemesan

memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk melanjutkan atau membatalkan akad. i. Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan hukumnya mengikat,

tidak boleh dibatalkan sehingga penjual tidak dirugikan karena ia telah menjalankan kewajibannya sesuai kesepakatan.

5. Berakhirnya Akad Istishna’

Karena kondisi-kondisi berikut: dipenuhinya kewajiban secara normal oleh kedua belah pihak; persetujuan bersama kedua belah pihak untuk menghentikan kontrak; pembatalan hukum kontrak. Ini jika muncul sebab yang masuk akal untuk mencegah dilaksanakannya kontrak atau penyelesaiannya, dan masing-masing pihak bisa menuntut pembatalannya.

6. Perlakuan Akuntansi Akad Istishna’ a. Akuntansi untuk penjual

- Biaya perolehan istishna’ terdiri dari: biaya langsung yaitu bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk membuat barang pesanan, atau tagihan produsen/kontraktor pada entitas untuk istishna’ paralel; biaya tidak langsung adalah biaya overhead termasuk biaya akad dan pra-akad; khusus untuk istishna’ paralel yaitu seluruh biaya akibat produsen/ kontraktor tidak dapat memenuhi kewajiban jika ada.

- Biaya perolehan/pengeluaran selama pembangunan atau tagihan yang diterima dari produsen/kontraktor diakui sebagai aset istishna’ dalam penyelesaian. Untuk akun yang dikredit akan tergantung apa yang digunakan oleh perusahaan untuk memenuhi kewajiban akad tersebut.

- Beban praakad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitungkan sebagai biaya istishna’ jika akad disepakati. Jika akad tidak disepakati maka biaya tersebut dibebankan pada periode berjalan.

- Jika pembeli melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo dan penjual memberikan potongan, maka potongan tersebut sebagai pengurang pendapatan istishna’.

- Pengakuan Pendapatan dapat diakui dengan 2 metode: (a) Metode persentase penyelesaian, adalah sistem pengakuan pendapatan yang

dilakukan seiring dengan proses penyelesaian berdasarkan akad istishna’; (b) Metode akad selesai adalah sistem pengakuan pendapatan yang dilakukan

ketika proses penyelesaian pekerjaan telah dilakukan. - Untuk metode persentase penyelesaian, pengakuan pendapatan dilakukan

sejumlah bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan tersebut diakui sebagai pendapatan istishna’ pada periode yang bersangkutan.

19

Page 20: AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH

- Pendapatan diakui: berdasarkan persentase akad yang telah diselesaikan biasanya menggunakan dasar persentase pengeluaran biaya yang dilakukan dibandingkan dengan total biaya, kemudian persentase tersebut dikalikan dengan nilai akad.

- Margin Keuntungan juga diakui berdasarkan cara yang sama dengan pendapatan.Bagian margin keuntungan istishna’ yang diakui selama periode pelaporan ditambahkan kepada aset istishna’ dalam penyelesaian.Untuk metode persentase penyelesaian, pada akhir periode harga pokok istishna’ diakui sebesar biaya istishna’ yang telah dikeluarkan sampai periode tersebut.

- Untuk metode akad selesai tidak ada pengakuan pendapatan, harga pokok dan keuntungan sampai dengan pekerjaan telah dilakukan. Sehingga pendapatan diakui pada periode dimana pekerjaan telah selesai dilakukan.

- Jika besar kemungkinan terjadi bahwa total biaya perolehan istishna’ akan melebihi pendapatan istishna’ maka taksiran kerugian harus segera diakui.Pada saat penagihan (metode persentase penyelesaian& akad selesai). Termin istishna’ tersebut akan disajikan sebagai akun pengurang dari akun Aset Istishna’ dalam penyelesaian.

- Jika akad Istishna’ dilakukan dengan pembayaran tangguh, maka pengakuan pendapatan dibagi menjadi 2 bagian: (a) Margin keuntungan pembuatan barang pesanan yang dihitung apabila

istishna’ dilakukan tunai, akan diakui sesuai persentase penyelesaian. (b) Selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui selama

periode pelunasan secara proporsional sesuai dgn pembayaran. b. Akuntansi untuk pembeli

- Pembeli mengakui aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang ditagih oleh penjual dan sekaligus mengakui utang istishna’ kepada penjual.

- Aset istishna’ yang diperoleh melalui transaksi istishna’ dengan pembayaran tangguh lebih dari satu tahun diakui sebesar biaya perolehan tunai. Selisih antara harga beli yang disepakati dalam akad istishna’ tangguh dan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban istishna’ tangguh.

- Beban istishna tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi pelunasan utang istishna’.

- Jika barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan penjual, mengakibatkan kerugian pembeli, maka kerugian tersebut dikurangkan dari garansi penyelesaian proyek yang telah diserahkan penjual.Jika kerugian itu lebih besar dari garansi, maka selisihnya diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada penjual dan jika diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.Setelah sebelumnya pembeli mengakui adanya kerugian.

- Jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan spesifikasi dan tidak memperoleh kembali seluruh jumlah uang yang telah dibayarkan kepada penjual, maka jumlah yang belum diperoleh kembali diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada penjual dan jika diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.

- Jika pembeli menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, maka barang pesanan tersebut diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai

20

Page 21: AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH

wajar dan biaya perolehan. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.

7. Penyajian Akad Istishna’ a. Penjual menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal sebagai berikut:

- Piutang istishna' yang berasal dari transaksi istishna' sebesar jumlah yang belum dilunasi oleh pembeli akhir;

- Termin istishna' yang berasal dari transaksi istishna' sebesar jumlah tagihan termin penjual kepada pembeli akhir.

b. Pembeli menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal sebagai berikut: - Hutang ishtisna' sebesar tagihan dari produsen atau kontraktor yang belum

dilunasi; - Aset istishna' dalam penyelesaian sebesarpersentase penyelesaian dari nilai

kontrak penjualan kepada pembeli akhir, jika istishna' paralel; ataukapitalisasi biaya perolehan, jika istishna'.

8. Pengungkapan Akad Istishna’

a. Penjual mengungkapkan transaksi istishna' dalam laporan keuangan, tetapi tidak terbatas pada: - Metode akuntansi yang digunakan dalam pengukuran pendapatan kontrak

istishna'; - Metode yang digunakan dalam penentuan persentase penyelesaian kontrak yang

sedang berjalan; - Rincian piutang istishna' berdasarkan jumlah, jangka waktu, dan kualitas piutang;

b. Pembeli mengungkapkan transaksi istishna’ dalam laporan keuangan, tetapi tidak terbatas, pada: - Rincian utang istishna’ berdasarkan jumlah dan jangka waktu; - Pengungkapan yang diperlukan sesuai psak no. 101 tentang Penyajian Laporan

Keuangan Syari’ah. F. AKAD IJARAH

1. Definisi Akad Ijarah Ijarah berasal dari kata:“al Ajru”= al ‘Iwadhu (ganti/kompensasi). Secara

terminologi: akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa, dalam waktu tertentu dengan pembayaran upah sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.

Jadi ijarah dimaksudkan untuk mengambil manfaat atas suatu barang atau jasa (mempekerjakan seseorang) dengan jalan penggantian (membayar sewa atau upah sejumlah tertentu).

2. Jenis Akad Ijarah a. Berdasarkan obyek yang disewakan:

- Manfaat atas aset: aset dapat berupa aset yang tidak bergerak seperti rumah atau aset bergerak seperti mobil, motor, pakaian dan sebagainya.

- Manfaat atas jasa: berasal dari hasil karya atau dari pekerjaan seseorang.

21

Page 22: AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH

b. Berdasarkan ED PSAK: - Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset atau jasa,

dalam waktu tertentu dengan pembayaran upah sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas aset itu sendiri.

- Ijarah muntahia bittamlik (IMBT) merupakan ijarah dengan wa’ad (janji) dari pemberi sewa berupa perpindahan kepemilikan obyek ijarah pada saat tertentu.

- Jual dan sewa kembali (sale and leaseback) atau transaksi jual dan ijarah: terjadi di mana seseorang menjual asetnya kepada pihak lain dan menyewa kembali aset tersebut.Transaksi jual dan ijarah harus merupakan transaksi yang terpisah dan tidak saling bergantung (ta’alluq)

3. Rukun dan Ketentuan Akad Ijarah a. Pelaku ijarah: baligh dan cakap hukum; b. Obyek akad ijarah, yaitu: manfaat aset/ma’jur dan pembayaran sewa; atau manfaat

jasa dan pembayaran upah; c. Pernyataan/sighat ijab qabul berupa pernyataan dari kedua belah pihak yang

berkontrak, baik secara verbal atau dalam bentuk lain. Kedua belah pihak harus saling rela, tidak terpaksa dalam melakukan akad.

Ketentuan: a. Obyek akad ijarah/ manfaat asset/jasa:

- Harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak, misalnya sewa komputer, maka komputer itu harus dapat berfungsi sebagaimana mestinya, dan tidak rusak.

- Harus yang bersifat dibolehkan secara syari’ah (tidak diharamkan); maka ijarah atas obyek sewa yang melanggar perintah Allah tidak sah. Misalnya mengupah seseorang untuk membunuh, menyewakan rumah untuk tempat main judi atau menjual khamar dan lain sebagainya.

- Dapat dialihkan secara syari’ah. - Harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan

ketidaktahuan yang dapat menimbulkan sengketa, misalnya kondisi fisik mobil yang disewa. Untuk mengetahui kejelasan manfaat dari suatu asset dapat dilakukan identifikasi fisik.

- Jangka waktu penggunaan manfaat ditentukan dengan jelas. b. Sewa dan Upah, yaitu sesuatu yang dijanjikan dan dibayar penyewa atau pengguna

jasa kepada pemberi sewa atau pemberi jasa sebagai pembayaran atas manfaat asset atau jasa yang digunakannya. - Harus jelas besarannya dan diketahui oleh para pihak yang berakad. - Boleh dibayarkan dalam bentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang serupa dengan

obyek akad. - Bersifat fleksibel, dalam arti dapat berbeda untuk ukuran waktu, tempat dan jarak

dan lainnya yang berbeda. Begitu disepakati maka harga sewa akan mengikat selama masa akad.

Ketentuan Ijarah Muntahia bit-Tamlik:

22

Page 23: AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH

a. Pihak yang melakukan ijarah muntahia bit-tamlikharus melaksanakan akad ijarah terlebih dahulu. Akad pemindahan kepemilikan, baik dengan jual beli atau pemberian, hanya dapat dilakukan setelah masa Ijarah selesai.

b. Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akad ijarah adalah wa'ad, yang hukumnya tidak mengikat. Apabila janji itu ingin dilaksanakan, maka harus ada akad pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah masa Ijarah selesai.

4. Berakhirnya Akad Ijarah a. Periode akad sudah selesai sesuai perjanjian, namun kontrak masih dapat berlaku

walaupun dalam perjanjian sudah selesai dengan beberapa alasan; b. Periode akad belum selesai tetapi pemberi sewa dan penyewa sepakat menghentikan

akad ijarah; c. Terjadi kerusakan aset; d. Lessee tidak dapat membayar sewa; e. Salah satu pihak meninggal dan ahli waris tidak berkeinginan untuk meneruskan akad

karena memberatkannya. Kalau ahli waris merasa tidak masalah maka akad tetap berlangsung. Kecuali akadnya adalah upah menyusui maka bila sang bayi atau yang menyusui meninggal maka akadnya menjadi batal.

5. Perlakuan Akuntansi Akad Ijarah a. Akuntansi pemilik (mu’jir)

- Biaya perbaikan obyek ijarah: adalah tanggungan pemilik, tetapi pengeluarannya dapat dilakukan oleh pemilik secara langsung atau dilakukan oleh penyewa atas persetujuan pemilik. (a) Jika perbaikan rutin yang dilakukan oleh penyewa dengan persetujuan pemilik

maka diakui sebagai beban pemilik; (b) Jika perbaikan tidak rutin atas obyek Ijarah yang dilakukan oleh penyewa

diakui pada saat terjadinya. - Dalam ijarah muntahiya bittamlik melalui penjualan secara bertahap, biaya

perbaikan obyek Ijarah yang dimaksud dalam no (a) dan (b) ditanggung pemilik maupun penyewa sebanding dengan bagian kepemilikan masing-masing atas obyek ijarah.

- Perpindahan kepemilikan objek Ijarah dalam Ijarah mutahiyah bittamlik dengan cara: (a) hibah, maka jumlah tercatat objek Ijarah diakui sebagai beban; (b) penjualan sebelum berakhirnya masa, sebesar sisa cicilan sewa atau jumlah

yang disepakati, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat objek ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian;

(c) penjualan setelah selesai masa akad, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat objek ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian;

(d) penjualan objek ijarah secara bertahap, maka:selisih antara harga jual dan jumlah tercatat sebagian objek ijarah yang telah dijual diakui sebagai keuntungan atau kerugian; bagian objek ijarah yang tidak dibeli penyewa

23

Page 24: AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH

diakui sebagai asset tidak lancar atau asset lancar sesuai dengan tujuan penggunaan asset tersebut.

b. Akuntansi penyewa (musta’jir) - Beban sewa: diakui selama masa akad pada saat manfaat atas asset telah

diterima.Untuk pengakuan sewa diukur sebesar jumlah yang harus dibayar atas manfaat yang telah diterima.

- Biaya pemeliharaan obyek ijarah yang disepakati dalam akad menjadi tanggungan penyewa diakui sebagai beban pada saat terjadinya. Jika perbaikan tidak rutin atas obyek ijarah yang dilakukan oleh penyewa diakui pada saat terjadinya.

- Dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan obyek ijarah secara bertahap, biaya pemeliharaan obyek ijarah yang menjadi beban penyewa akan meningkat sejalan dengan peningkatan kepemilikan obyek ijarah.

- Perpindahan kepemilikan dalam ijarah muntahiyah bittamlik dengan cara: (a) Hibah, maka penyewa mengakui asset dan keuntungan sebesar nilai wajar

objek ijarah yang diterima; (b) Pembelian sebelum masa akad berakhir, maka penyewa mengakui asset

sebesar pembayaran sisa cicilan sewa atau jumlah yang disepakati; (c) Pembelian setelah masa akad berakhir, maka penyewa mengakui asset

sebesar pembayaran yang disepakati. - Pembelian objek ijarah secara bertahap, maka penyewa mengakui asset sebesar

biaya perolehan objek ijarah yang diterima.

6. Penyajian Akad Ijarah Pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban-beban yang terkait, misalnya beban penyusutan, beban pemeliharaan dan perbaikan, dan sebagainya.

7. Pengungkapan akad ijarah a. Pemilik mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah dan ijarah

muntahiyah bittamlik, tetapi tidak terbatas, pada: - Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas

pada:keberadaan wa’ad/pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan;pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah lanjut;agunan yang digunakan (jika ada);

- Nilai perolehan &akumulasi penyusutan setiap kelompok asset ijarah; - Keberadaan transaksi jual-dan-ijarah (jika ada).

b. Penyewa mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik, tetapi tidak terbatas, pada: - Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas

pada:total pembayaran;keberadaan wa’ad pemilik untuk pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan (jika ada); pembatasan-pembatasan, misalnya ijarahlanjut;agunan yang digunakan (jika ada); dan

- Keberadaan transaksi jual dan ijarah dan keuntungan atau kerugian yang diakui (jika ada transaksi jual dan ijarah).

G. AKAD-AKAD LAIN

24

Page 25: AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH

1. Akad Sharf Definisi Sharf

Menurut bahasa: penambahan, penukaran, penghindaran, atau transaksi jual beli. Dan menurut terminologi: transaksi jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya. Transaksi jual beli atau pertukaran mata uang, dapat dilakukan baik dengan mata uang yang sejenis maupun yang tidak sejenis.

Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan bukan komoditas. Tanpa didayagunakan, uang tidak dapat menghasilkan pendapatan atau keuntungan dengan dirinya sendiri. Apabila uang dapat ”bertambah” tanpa didayagunakan, maka tambahan itu adalah riba. Uang baru dapat menghasilkan keuntungan atau kelebihan apabila didayagunakan atau diinvestasikan bersama dengan sumber daya lainnya. Jenis Transaksi Valas a. Transaksi ”Spot” yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas dan penyerahannya

pada saat itu atau penyelesaiannya maksimal dalam jangka waktu dua hari. Transaksi ini dibolehkan secara syari’ah.

b. Transaksi ”Forward” yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas yang nilainya ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang. Jenis transaksi seperti ini tidak diperbolehkan dalam syari’ah (ada unsur ketidakpastian/gharar).

c. Transaksi ”Swap” yaitu kontrak pembelian atau penjualan valas dengan harga spot yang dikombinasikan dengan pembelian antara penjualan valas yang sama dengan harga forward. Hukumnya haram karena ada unsur spekulasi/judi/maisir.

d. Transaksi ”option”, yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli (call option) atau hak untuk menjual (put option) yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valas pada harga dan jangka waktu atau tanggal tertentu. Hukumnya haram karena ada unsur spekulasi/judi/maisir.

Transaksi valas sesuai syariah adalah dilakukan secara tunai, tidak digunakan untuk tujuan spekulasi dan boleh menyimpan valas untuk kebutuhan transaksi dikemudian hari. Rukun dan Ketentuan Sharf a. Pelaku terdiri dari pembeli dan penjual, harus cakap hukum dan baligh. b. Obyek Akad berupa mata uang:

- Nilai tukar atau kurs mata uang telah diketahui oleh kedua belah pihak. - Valuta yang diperjualbelikan telah dikuasai, baik oleh pembeli maupun oleh

penjual, sebelum keduanya berpisah. Penguasaan bisa berbentuk material maupun hukum.

- Apabila keduanya berpisah sebelum menguasai masing-masing uang penukaran berdasarkan nilai tukar yang diperjualbelikan, maka akadnya batal karena syarat penguasaan terhadap obyek transaksi sharf itu tidak terpenuhi.

- Apabila mata uang atau valuta yang diperjualbelikan itu dari jenis yang sama, maka jual beli mata uang itu harus dilakukan dalam kuantitas yang sama, sekalipun model dari mata uang itu berbeda.

- Tidak boleh ada hak khiyar syarat bagi pembeli.

25

Page 26: AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH

- Tidak boleh terdapat tenggang waktu antara penyerahan mata uang yang saling dipertukarkan, karena sharf dikatakan sah apabila penguasaan obyek akad dilakukan secara tunai atau dalam kurun waktu 2 X 24 jam (harus dilakukan seketika itu juga dan tidak boleh diutang) dan perbuatan saling menyerahkan itu harus telah berlangsung sebelum kedua belah pihak yang melakukan jual beli valuta itu berpisah.

c. Ijab kabul/ serah terima. Akuntansi Sharf Untuk tujuan laporan keuangan diakhir periode, aset moneter (piutang dan utang) dalam satuan valuta asing akan dijabarkan dalam satuan rupiah dengan menggunakan nilai kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal laporan keuangan.

2. Akad Wadiah Definisi Wadiah Simpanan (deposit) barang atau dana kepada pihak lain yang bukan pemiliknya, untuk tujuan keamanan.Wadiah adalah akad penitipan dari pihak yang mempunyai uang/barang kepada pihak yang menerima titipan dengan catatan kapanpun titipan diambil pihak penerima titipan wajib menyerahkan kembali uang/barang titipan tersebut dan yang dititipi menjadi penjamin pengembalian barang titipan. Jenis Wadiah a. Wadi’ah al amanah, yaitu wadi’ah dimana uang/barang yang dititipkan hanya boleh

disimpan dan tidak boleh didayagunakan. Si penerima titipan tidak bertanggungjawab atas kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada barang titipan selama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan penerima titipan dalam memelihara titipan tersebut.

b. Wadi’ah yadhamanah, yaitu wadi’ah dimana si penerima titipan dapat memanfaatkan barang titipan tersebut dengan seizin pemiliknya dan menjamin untuk mengembalikan titipan tersebut secara utuh setiap saat, si pemilik menghendakinya. Hasil dari pemanfaatan barang tidak wajib dibagihasilkan dengan pemberi titipan. Namun penerima titipan boleh saja memberikan bonus dan tidak boleh diperjanjikan sebelumnya kepada pemilik barang.

Rukun dan Ketentuan Wadiah a. Pelaku harus cakap hukum, baligh serta mampu menjaga serta memelihara barang

titipan; b. Obyek Wadi’ah: benda yang dititipkan tersebut jelas dan diketahui spesifikasinya oleh

pemilik dan penyimpan; c. Ijab qabul/serah terima, Adalah pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela diantara

pihak pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi moderen.

26

Page 27: AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH

3. Akad Wakalah Definisi Wakalah Menurut bahasa: ”At Tahwidh”: penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandat. Akad pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan.Agen (Wakil) boleh menerima komisi (al-ujr) dan boleh tidak menerima komisi (hanya mengharap ridho Allah/ tolong menolong). Tetapi bila ada komisi atau upah maka akadnya seperti akad ijarah/sewa menyewa. Rukun dan Ketentuan Wakalah a. Pelaku

- Pihak pemberi kuasa/pihak yang meminta diwakilkan:pemilik sah yang dapat bertindak atas yang diwakilkan; orang mukallaf atau anak mumayyiz dalam batastertentu.

- Pihak penerima kuasa (wakil): cakap hukum; dapat mengerjakan tugas yang diwakilkan kepadanya

b. Obyek yang dikuasakan/diwakilkan/taukil : - Diketahui dengan jelas oleh orang yang mewakili; - Tidak bertentangan dengan syari’ah Islam ; - Dapat diwakilkan menurut syari’ah Islam; - Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai; - Kontrak dapat dilaksanakan.

c. Ijab qabul: pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela diantara pihak pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi moderen.

Berakhirnya Wakalah a. Salah seorang pelaku meninggal dunia atau hilang akal, karena jika ini terjadi salah

satu syarat wakalah tidak terpenuhi; b. Pekerjaan yang diwakilkan sudah selesai; c. Pemutusan oleh orang yang mewakilkan; d. Wakil mengundurkan diri; e. Orang yang mewakilkan sudah tidak memiliki status kepemilikan atas sesuatu yang

diwakilkan.

4. Akad Kafalah Definisi Kafalah Menurut bahasa:dhaman (jaminan), hamalah (beban), dan za’amah (tanggungan).Perjanjian pemberian jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafi’il) kepada pihak ketiga (makful lahu) untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau pihak yang ditanggung (makful anhu/ashil).Salah satu jenis akad tabarru’ yang bertujuan untuk saling tolong menolong. Namun, penjamin dapat menerima imbalan sepanjang tidak memberatkan. Apabila ada imbalan maka akad kafalah bersifat mengikat dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak. Rukun dan KetentuanKafalah

27

Page 28: AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH

a. Pelaku - Pihak Penjamin (Kafiil): baligh (dewasa) dan berakal sehat; berhak penuh untuk

melakukan tindakan hukum dalam urusan hartanya dan rela (ridha) dengan tanggungan kafalah tersebut.

- Pihak Orang yang berhutang (Ashiil, Makful ‘anhu): sanggup menyerahkan tanggungannya (utang); dikenal oleh penjamin.

- Pihak Orang yang Berpiutang (Makful Lahu): diketahui identitasnya; dapat hadir pada waktu akad atau memberikan kuasa; berakal sehat.

b. Obyek Penjaminan (Makful Bihi) - Merupakan tanggungan pihak/orang yang berhutang, baik berupa uang, benda,

maupun pekerjaan; - Bisa dilaksanakan oleh penjamin; - Harus merupakan utang mengikat, yang tidak mungkin hapus kecuali setelah

dibayar atau dibebaskan; - Harus jelas nilai, jumlah dan spesifikasinya dan tidak bertentangan dengan

syari’ah. c. Ijab kabul, pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela diantara pihak pihak pelaku akad

yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi moderen.

Berakhirnya Kafalah a. Ketika utang telah diselesaikan, baik oleh orang yang berutang atau oleh penjamin.

Atau jika kreditor menghadiahkan atau membebaskan utangnya kepada orang yang berutang.

b. Kreditor melepaskan utangnya kepada orang yang berutang, tidak pada penjamin. Maka penjamin juga bebas untuk tidak menjamin utang tersebut. Namun, jika kreditor melepaskan jaminan dari penjamin, bukan berarti orang yang berutang telah terlepas dari utang tersebut.

c. Ketika utang tersebut telah dialihkan (transfer utang/hawalah). Dalam kasus ini baik orang terutang ataupun penjamin terlepas dari tuntutan utang tersebut.

d. Ketika penjamin menyelesaikan ke pihak lain melalui proses arbitrase dengan kreditor.

e. Kreditor dapat mengakhiri kontrak kafalah walaupun penjamin tidak menyetujuinya.

5. Akad Qardul Hasan Definisi Qardul Hasan Pinjaman tanpa dikenakan biaya (hanya wajib membayar sebesar pokok utangnya), pinjaman uang seperti inilah yang sesuai dengan ketentuan syari’ah (tidak ada riba).Akad ini bertujuan untuk diberikan pada orang yang membutuhkan atau tidak memiliki kemampuan finansial, untuk tujuan sosial atau untuk kemanusiaan. Biaya administrasi, dalam jumlah yang terbatas, diperkenankan untuk dibebankan kepada peminjam. Rukun dan Ketentuan Qardul Hasan a. Pelaku : cakap hukum dan baligh. b. Obyek akad:

28

Page 29: AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH

- Jelas nilai pinjamannya dan waktu pelunasannya. - Peminjam diwajibkan membayar pokok pinjaman pada waktu yang telah

disepakati, tidak boleh diperjanjikan akan ada penambahan atas pokok pinjamannya. Namun peminjam dibolehkan memberikan sumbangan secara sukarela.

- Apabila memang peminjam mengalami kesulitan keuangan maka waktu peminjaman dapat diperpanjang atau menghapuskan sebagian atau seluruh kewajibannya. Namun jika peminjam lalai maka dapat dikenakan denda.

c. Ijab Kabul: adalah pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela diantara pihak pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi moderen.

6. Akad Hiwalah Definisi Hiwalah Menurut bahasa: pengalihan, pemindahan, perubahan warna kulit atau memikul sesuatu di atas pundak. Akad pengalihan utang dari satu pihak yang berutang kepada pihak lain yang wajib menanggung (membayar) utangnya.Akad pengalihan piutang dari satu pihak yang berpiutang kepada pihak lain yang berkewajiban menagih piutangnya. Jenis Hiwalah a. Hiwalah Al Haqq (pemindahan hak/anjak piutang) adalah hiwalah yang merupakan

hak untuk menagih piutang. Yang mengambil alih piutang harus berhati-hati pada kreditabilitas dan kemampuan pihak yang berutang selain harus melihat keabsahan transaksinya.

b. Hiwalah Ad Dain (pemindahan utang) adalah hiwalah dimana yang dipindahkan adalah kewajiban untuk membayar utang. Pihak yang mengambil alih utang harus yakin pihak yang diambil alih utangnya dapat memenuhi kewajibannya di kemudian hari.

c. Hiwalah al-muqayyadah (pemindahan bersyarat) adalah pemindahan sebagai ganti dari pembayaran utang pihak pertama kepada pihak kedua.

d. Hiwalah al-muthlaqah (pemindahan mutlak) adalah pemindahan utang yang tidak ditegaskan sebagai ganti dari pembayaran utang pihak pertama kepada pihak kedua.

Rukun dan Ketentuan Hiwalah a. Pelaku:

- Baligh (dewasa) dan berakal sehat; - Berhak penuh untuk melakukan tindakan hukum dalam urusan hartanya dan rela

(ridha) dengan pengalihan utang piutang tersebut; - Diketahui identitasnya.

b. Obyek Penjaminan (Makful Bihi) - Bisa dilaksanakan oleh pihak yang mengambil alih utang atau piutang; - Harus merupakan utang/piutang mengikat, yang tidak mungkin hapus kecuali

setelah dibayar atau dibebaskan;

29

Page 30: AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH

- Harus jelas nilai, jumlah dan spesifikasinya, serta tidak bertentangan dengan syari’ah.

c. Ijab kabul, pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela diantara pihak pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi moderen.

7. Akad Rahn

Definisi Rahn Menurut bahasa: tetap, kekal, dan jaminan. Menurut terminologi: menahan

barang sebagai jaminan atas utang. Perjanjian pinjaman dengan jaminan atau dengan melakukan penahanan harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang gadaian baru dapat diserahkan kembali pada pihak yang berutang apabila utangnya sudah lunas.

Akad ini bertujuan agar pemberi pinjaman lebih mempercayai pihak yang berutang.Pemeliharaan dan penyimpanan barang gadaian adalah kewajiban pihak yang menggadaikan (Rahin), namun dapat juga dilakukan oleh pihak yang menerima barang gadaian (murtahin) dan biayanya harus ditanggung rahin. Besarnya biaya ini tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.

Rukun dan Ketentuan Rahn a. Pelaku: cakap hukum, baligh. b. Obyek yang digadaikan (marhun):

- Dapat dijual dan nilainya seimbang; - Harus bernilai dan dapat dimanfaatkan; - Harus jelas dan dapat ditentukan secara spesifik; - Tidak terkait dengan orang lain, merupakan harta yang utuh dan agunan harus

dapat diserahkan kepada pihak lain baik materinya maupun manfaatnya (Penerima gadai dapat mengambil manfaat);

- Hutang (marhun bih), Nilai utang harus jelas demikian juga tanggal jatuh temponya.

c. Ijab Kabul, pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela diantara pihak pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi moderen.

Akuntansi Rahn Bagi penerima gadai: a. Pada saat menerima barang gadai tidak dijurnal tetapi membuat tanda terima atas

barang; b. Pada saat pelunasan uang pinjaman: Pada saat ini barang gadai dikembalikan dengan

membuat tanda terima barang; c. Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi dan kemudian barang gadai

dijual oleh pihak yang menggadaikan dan penjualan barang gadai, jika nilainya sama dengan piutang;

d. Jika kurang, maka berarti piutangnya masih tersisa sejumlah selisih antara nilai penjualan dengan saldo piutang.

30

Page 31: AKAD KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH

Bagi pihak yang menggadaikan: a. Pada saat menyerahkan aset tidak dijurnal, tetapi menerima tanda terima atas

penyerahan aset serta membuat penjelasan atas catatan akuntansi atas barang yang digadaikan;

b. Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi sehingga barang gadai dijual; c. Jika masih ada kekurangan pembayaran utang setelah penjualan barang gadai

tersebut, maka berarti pihak yang menggadaikan masih memiliki saldo utang kepada pihak yang menerima gadai.

31