Upload
dahlan-tampubolon
View
181
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN KEUANGAN
PEMERINTAHAN PUSAT - DAERAHDahlan Tampubolon, Ph.D
Ekonom Kemenkeu RI
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
10/29/2016
1
2
� Sistem Penyerahan urusan
� Kriteria Pembagian urusan/FungsiPemerintahan
� Pembagian Fungsi Pemerintahan
PEMBAGIAN FUNGSI PEMERINTAHAN
3
� Pembagian Fungsi/Kewenangan antar Tingkatan Pemerintahan(Pusat dan Daerah)
� Pembagian kewenangan Keuangan (Hubungan Keuangan Pusat-Daerah)
� Pembagian Fungsi/Kewenangan antar Tingkatan Pemerintahan(Pusat dan Daerah)
� Pembagian kewenangan Keuangan (Hubungan Keuangan Pusat-Daerah)
� Tingkatan Pemerintahan yang ada
� Azas Pemerintahan yang dianut
SISTEM/STRUKTUR PEMERINTAHAN
10/29/2016
2
4
General Competence:
Sistem penetapan urusan atau kewenangan pemerintah daerah tanpapenetapan secara spesifik terhadap luas kewenangannya.
Ultra Vires:
Penetapan urusan/kewenangan secara rinci dalam peraturanperundangan.
SISTEM PENYERAHAN URUSAN/KEWENANGAN
5
Kriteria:
1. Ruang Lingkup Services: apakah bersifat
nasional atau kedaerahan (economic of
scope)
2. Skala ekonomi: memadai (econimic of scale)
3. Consumer Preferences/Responiveness:
apa yg menjadi kebutuhan konsumen &
cepat vs lambat
4. Cost/Benefit spill-over
5. Budgetary choices on composition of spending
PEMBAGIAN FUNGSI PUSAT-DAERAH
10/29/2016
3
1. Fungsi Pemerintah Pusat
2. Fungsi Pemerintah Propinsi
3. Fungsi Pemerintah
Kabupaten/Kota
FUNGSI PEMERINTAH
Prinsip Pembagian Sumber-
Money follow Functions atau Expenditure Assignment precede Tax Assignment
Yang harus tercermin dalam
UU ttg Perimbangan
Keuangan Pusat-Daerah
SUMBER KEUANGAN
10/29/2016
4
1. Pendapatan Asli Daerah
2. Penyerahan Sumber-Sumber
Pendapatan Daerah
3. Bagi Hasil Pendapatan Pajak
4. Alokasi Pusat kepada Daerah
1. Pendapatan Asli Daerah
2. Penyerahan Sumber-Sumber
Pendapatan Daerah
3. Bagi Hasil Pendapatan Pajak
4. Alokasi Pusat kepada Daerah
SUMBER KEUANGAN (2)
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil BUMD
Lain-Lain Pendapatan Daerah yang sah
PENDAPATAN ASLI DAERAH
10/29/2016
5
Penyerahan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah telah dilakukan berulangkali.
Sebelum yang terakhir (tahun 2000), telah ditetapkan UU No.18 tahun 1997
Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
PENYERAHAN/PENETAPAN PAD
Penyerahan sebagian atau seluruhpendapatan Pemerintah Pusat kepadaPemerintah Daerah.
Contoh: Pajak Bumi dan Bangunan
BAGI HASIL PAJAK/PENDAPATANBAGI HASIL PAJAK/PENDAPATAN
10/29/2016
6
ALOKASI PUSAT DAERAHALOKASI PUSAT DAERAH
Tujuannya:
1. Untuk memperbaiki Vertical imbalances
2. Untuk memperbaiki horizontal imbalances
3. Untuk menjaga standard pelayan publik pada setiapdaerah
4. Penyeimbang bagi spill-over effects
5. Pembangunan ekonomi
6. Mendorong pelaksanaan otonomi daerah
HUBUNGAN KEUANGAN ANTAR PEMERINTAHAN DI INDONESIA
10/29/2016
7
Dana PerimbanganDana Perimbangan
Dana Otsus &
Penyesuaian
Dana Otsus &
Penyesuaian
Dana Bagi HasilDana Bagi Hasil
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi KhususDana Alokasi Khusus
Dana Otsus PAPUADana Otsus PAPUA
Dana Otsus ACEHDana Otsus ACEH
Dana Infras Otsus PapuaDana Infras Otsus Papua
Tamb Penghasilan GuruTamb Penghasilan Guru
Dana
Otsus
Dana
Otsus
Dana
Penyesuaian
Dana
Penyesuaian
DBH PBBDBH PBB
DBH PPhDBH PPh
KehutananKehutanan
PertumPertum
PerikananPerikanan
MigasMigas
DBH CHTDBH CHT
DBH PajakDBH PajakDBH PajakDBH Pajak
DBH DBH DBH DBH SDASDASDASDA
Dana Otsus PAPUA BRTDana Otsus PAPUA BRT
Panas BumiPanas Bumi
Dana Insentif Daerah Dana Insentif Daerah
TRANSFER TRANSFER TRANSFER TRANSFER KE DAERAHKE DAERAHKE DAERAHKE DAERAH
Tunjangan Profesi GuruTunjangan Profesi Guru
Bantuan Op SekolahBantuan Op Sekolah
Dana Infras Otsus PaBaratDana Infras Otsus PaBarat
Dana P2D2Dana P2D2
Dana Keistimewaan DIYDana Keistimewaan DIY
Dana Transfer
ke Daerah
Dana Transfer
ke Daerah
Dana DesaDana Desa
Dana Bagi HasilDana Bagi Hasil
Dana Alokasi UmumDana Alokasi Umum
Dana Alokasi KhususDana Alokasi Khusus
Dana Otsus PAPUADana Otsus PAPUA
Dana Otsus ACEHDana Otsus ACEH
Tamb Penghasilan GuruTamb Penghasilan Guru
Dana OtsusDana Otsus
Dana
Transfer Lainnya
Dana
Transfer Lainnya
Dana Otsus PAPUA BRTDana Otsus PAPUA BRT
Dana Insentif Daerah Dana Insentif Daerah
DANA DANA DANA DANA TRANSFER KE TRANSFER KE TRANSFER KE TRANSFER KE DAERAH DAN DAERAH DAN DAERAH DAN DAERAH DAN
DESADESADESADESA
Tunjangan Profesi GuruTunjangan Profesi Guru
Bantuan Op SekolahBantuan Op Sekolah
Dana P2D2Dana P2D2
Dana
KeistimewaanDI Yogyakarta
Dana
KeistimewaanDI Yogyakarta
Dana
Perimbangan
Dana
Perimbangan
Postur Transfer ke Daerah TA 2014 Postur Transfer ke Daerah dan Dana Desa TA 2015
Dana Inf.Otsus PapuaDana Inf.Otsus Papua
Dana Inf.Otsus PaBaratDana Inf.Otsus PaBarat
DBH PBBDBH PBB
DBH PPhDBH PPh
KehutananKehutanan
PertumPertum
PerikananPerikanan
MigasMigas
DBH CHTDBH CHT
DBH PajakDBH PajakDBH PajakDBH Pajak
DBH DBH DBH DBH SDASDASDASDA
Panas BumiPanas Bumi
14
POSTUR
2014 2015 PERUBAHAN
APBNP APBN APBN-P*APBNP 2015 – APBN 2015
Nominal %
1. Transfer ke Daerah 596.504 637.975,1 643.834,5 5.859,40 0,9%
1.1. Dana Perimbangan 491.882 516.401,0 521.760,5 5.359,50 1,0%
1.1.1. Dana Bagi Hasil (DBH) 117.663 127.692,5 110.052,0 -17.640,50 -13,8%
1.1.1.1. DBH Pajak 46.116 50.568,7 54.216,6 3.647,90 7,2%
1.1.1.2. DBH Sumber Daya Alam 71.547 77.123,8 55.835,4 -21.288,40 -27,6%
1.1.2. Dana Alokasi Umum 341.219 352.887,8 352.887,8 0,00 0,0%
1.1.3. Dana Alokasi Khusus 33.000 35.820,7 58.820,7 23.000,00 64,2%
1.2. Dana Otonomi Khusus 16.148 16.615,5 17.115,5 500,00 3,0%
1.3. Dana Keistimewaan D.I. Yogyakarta 523 547,5 547,5 0,00 0,0%
1.4. Dana Transfer Lainnya 87.948 104.411,1 104.411,1 0,00 0,0%
2. Dana Desa - 9.066,2 20.766,2 11.700,00 129,1%
J U M L A H 596.504 647.041,3 664.600,7 17.559,40 2,7%
Dalam Miliar Rupiah
* Setelah penambahan optimalisasi sebesar Rp3 Triliun pada pagu DAK
15
10/29/2016
8
1. Guarantee local revenue adequacy
2. Maintain local tax effort
3. Equity: alokasi harus berbeda antara satudaerah dengan lainnya, sesuai kondisi daerahmasing2
4. Transparancy dan stability:
formula harus diumumkan/diketahui oleh daerah, dan setiap daerah harus mampu memprediksiberapa besar yang akan diterima
KRITERIA ALOKASI PUSAT-DAERAHKRITERIA ALOKASI PUSAT-DAERAH
1. Grant (subsidi)
a. Block Grant (DAU)
b. Specific Grant (DAK)
c. Matching Grant
2. Pinjaman Pusat pada Daerah
a. Langsung dari Pemerintah Pusat
b. Two-step loan
3. Penyertaan Modal Pemerintah (PMP)
4. Hibah, Sumbangan
5. Bagi hasil pendapatan Pusat kepada Daerah
JENIS-JENIS ALOKASI PUSATJENIS-JENIS ALOKASI PUSAT
10/29/2016
9
Berdasarkan formula (by formula)
advantages vs disadvantages
Berdasarkan asal daerah (by origin)
advantages vs disadvantages
BAGI HASIL (REVENUE SHARING)BAGI HASIL (REVENUE SHARING)
1. Otonomi
2. Revenue Adequacy
3. Equity
4. Transparant & Stabil
5. Simplicity
6. Insentif
DANA ALOKASI UMUM (DAU):KRITERIA DESAIN TRANSFER PUSAT KE DAERAHDANA ALOKASI UMUM (DAU):KRITERIA DESAIN TRANSFER PUSAT KE DAERAH
10/29/2016
10
Fiscal Gap adalah selisih antara kebutuhan fiskal (fiscal needs) dengan kapasitas fiskal (fiscal capacity)
Fiscal Needs adalah kebutuhan daerah untuk membiayai seluruh pengeluaran- nya dalam rangka menjalankan fungsi /kewenangan daerah menyediakan layanan publik (expenditure needs)
FISCAL GAP AS TRANSFER BASISFISCAL GAP AS TRANSFER BASIS
Terdiri dari 3 komponen umum:
1. Faktor Penyeimbang (Balancing Factor)
2. Formula
3. Lumpsum
DAU = BF + Formula + Lumpsum
DESKRIPSI DANA ALOKASI UMUMDESKRIPSI DANA ALOKASI UMUM
10/29/2016
11
Merupakan mekanisme untuk mencegah terjadinya penurunan jumlahanggaran secara tajam agar pemerintah daerah tetap dapatmembiayai angaran rutinnya, terutama yang berkaitan dengan gajipegawai sehubungan dengan terjadinya penambahan kewenangandan adanya pegawai pusat yang dialihkan ke daerah.
Dengan adanya faktor penyeimbang terutama pada tahun2 pertamaDAU dilaksanakan maka diharapkan Daerah Kabupaten dan Kota dapat menerima minimum sama dengan jumlah SDO dan total jumlahSubsidi dalam bentuk Inpres yang selama ini di terima olehKabupaten/Kota yang bersangkutan
FAKTOR PENYEIMBANG
Hubungan keuangan antar tingkatan pemerintahan paling sedikitmencakup antara lain:
1. Pembagian kewenangan Pendapatan (Perpajakan).
2. Sistem dan mekanisme untuk mengatasi ketimbangan vertikal(kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah).
3. Sistem dan mekanisme untuk mengatasi ketimpangan horizontal(ketimpangan fiskal antar daerah).
CAKUPAN HUBUNGAN KEUANGAN
10/29/2016
12
Dari segi pendapatan, pemerintah daerah diberikan kewenanganuntuk mengelola jenis pendapatan tertentu. Kewenangan perpajakanpemerintah daerah dirumuskan oleh undang-undang.
Sampai saat ini terdapat tiga undang-undang tentang pajak daerahdan retribusi daerah, yaitu:
UU No. 18 Tahun 1997,
UU No. 34 Tahun 2000, dan
UU No. 28 Tahun 2009.
ATURAN HUKUM PENDAPATAN
Selain pembagian kewenangan perpajakan untuk setiap tingkat pemerintahan,hubungan keuangan pusat-daerah juga ada dalam bentuk lain yaitu transfer darisebagian Pendapatan Pemerintah Pusat (pendapatan negara) kepada pemerintahdaerah.
Transfer dari pemerintah pusat ke daerah bertujuan untuk memenuhi kebutuhanfiskal pemerintah daerah yang tidak dapat dipenuhi dengan pendapatan aslidaerah.
Dengan kata lain, transfer itu adalah untuk mengurangi kesenjangan fiskal antarapemerintah pusat dan daerah (kesenjangan vertikal). Selain itu kesenjanganantara kebutuhan daerah dengan kapasitas fiskal juga disebabkan olehketimpangan fiskal horizontal (ketimpangan fiskal antar daerah)yang disebabkanoleh berbedanya potensi fiskal dan kebutuhan antar daerah.
KEWENANGAN FISKAL
10/29/2016
13
Diberikannya kewenangan fiskal kepada sebuah daerah otonom didasarkankepada prinsip agar alokasi sumber daya lebih efisien dan efektif. PemerintahDaerah yang lebih dekat ke masyarakat diasumsikan lebih tahu kebutuhanmasyarakat dibandingkan dengan pemerintah pusat yang jauh.
Sehingga alokasi sumber daya yang dilakukan oleh Pemerintah daerah akanlebih responsif dan menjawab kebutuhan masyarakat. Sedangkan disisipendapatan, diberikannya kewenangan perpajakan kepada daerahdimaksudkan agar partisipasi masyarakat untuk mendanai pelayanan publiklebih tinggi karena masyarakat dapat merasakan langsung manfaat daripembayaran pajak/retribusi tersebut.
KOMPOSISI PENDAPATAN PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2010-2014
10/29/2016
14
STRUKTUR PENDAPATAN PEMERINTAHKABUPATEN/KOTA 2014
KONTRIBUSI MASING-MASING KOMPONEN PAD PROVINSI TAHUN 2014
10/29/2016
15
KONTRIBUSI MASING-MASING KOMPONEN PAD KABUPATEN/KOTA TAHUN 2014
Sebagaimana diamanatkan oleh UU 32 Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan PemerintahanDaerah, salah satu sumber pendanaan Pemerintahan Daerah adalahPendapatan Asli Daerah (PAD), yang bersumber dari pemungutanPajak dan Retribusi Daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerahyang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. Lebih lanjut,pelaksanaan pemungutan Pajak dan Retribusi Daerah tersebut diaturdengan Undang-undang tersendiri, yang saat ini adalah UU 28 Tahun2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
BAGI HASIL PAJAK PROVINSI
10/29/2016
16
PUNGUTAN PAJAK DAERAH
BAGI HASIL PAJAK PROVINSI
10/29/2016
17
BELANJA BAGI HASIL
BELANJA BAGI HASIL DI RIAU
10/29/2016
18
2. Rasio SILPA APBD terhadap realisasi
belanja mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun, jika pada tahun 2011
mencapai 15,7% (Rp78,32 Triliun),
maka pada tahun 2014 mencapai 16,3%
(Rp124,47 triliun). Pada tahun 2015
diperkirakan sebesar 12,5% (107,93
triliun) dibanding dengan realisasi
belanja tahun 2015.* Perkiraan
1. Transfer ke Daerah semakin meningkat
dari tahun ke tahun, jika pada tahun
2011 mencapai 31,8% (Rp480,6 Triliun)
maka pada tahun 2016 sudah mencapai
36,7% (Rp770,2 Triliun) dari total
belanja negara
2011 2012 2013 2014 2015*
SILPA Thn Berkenaan 78.32 97.03 100.58 124.47 107.93
Realisasi Belanja 498.81 595.82 687.88 764.00 864.38
% 15.7% 16.3% 14.6% 16.3% 12.5%
15.7% 16.3%
14.6%
16.3%
12.5%
0.0%
2.0%
4.0%
6.0%
8.0%
10.0%
12.0%
14.0%
16.0%
18.0%
0.00
100.00
200.00
300.00
400.00
500.00
600.00
700.00
800.00
900.00
1,000.00
Mil
iar
Rp
Rasio SILPA Terhadap Realisasi Belanja
LATAR BELAKANG KEBIJAKAN KONVERSI(1. SiLPA Mengalami Peningkatan)
DANA PEMERINTAH DAERAH DI PERBANKAN TAHUN 2011 – 2016
1. Sesuai tren perkembangan jumlah simpanan pemda di perbankan pada empat tahun terakhir, posisi simpanan pemda di perbankan pada bulan
Januari hingga Juni mengalami tren kenaikan. Hal ini karena pada triwulan I dan II, disinyalir pemda baru dapat merealisasikan belanja
operasional sementara belanja modal relatif belum banyak direalisasikan (misalnya terkendala lambatnya proses pelelangan pekerjaan).
2. Adapun posisi tertinggi simpanan pemda di perbankan adalah bulan September. Pada bulan Oktober-Desember, simpanan pemda di perbankan
mengalami tren penurunan dan berada pada posisi terendah di bulan Desember. Hal ini menunjukkan bahwa pada triwulan IV, pemda menarik
sebagian besar simpanannya di perbankan untuk dipergunakan dalam bentuk realisasi belanja.
3. Posisi Maret 2016, simpanan pemda di perbankan mencapai Rp212,5 T, lebih rendah Rp15,2 T dari periode yang sama tahun sebelumnya
sebesar Rp227,7 T.
*Sumber Data: Bank Indonesia
Ket: Posisi simpanan pemerintah daerah adalah posisi dana pemda di perbankan yang tercatat berdasarkan lokasi dimana bank berkedudukan.
LATAR BELAKANG KEBIJAKAN KONVERSI(2. Simpanan Pemda Diperbankan selalu Meningkat)
10/29/2016
19
LATAR BELAKANG KEBIJAKAN KONVERSI(3. Penyerapan Belanja APBD Relatif Lambat)
� Realiasi belanja pada bulan Januari s.d Juni cendrung
hanya untuk belanja pegawai dan belanja barang
rutin. Pada bulan Juli terdapat kenaikan karena
sudah ada kegiatan belanja barang modal untuk
uang muka maupun pembayaran tahap I.
� Realisasi belanja daerah terpusat pada bulan
Nopember dan Desember, untuk pembayaran
belanja modal yang jatuh tempo pada 2 bulan
terakhir
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
2011 2012 2013 2014 2015
TW I TW IITW
III
TW
IVTW I TW II
TW
III
TW
IV
2014 2015
Belanja Pegawai 13.1% 39.1% 65.1% 95.8% 15.1% 35.4% 65.6% 93.5%
Belanja Barang dan Jasa 6.3% 24.6% 45.7% 90.8% 7.5% 25.4% 44.5% 92.9%
Belanja Modal 2.2% 10.0% 29.9% 84.7% 2.9% 12.5% 28.9% 90.4%
Belanja Lainnya 13.3% 31.9% 61.4%110.1%21.9% 45.2% 85.1%102.7%
0.0%20.0%40.0%60.0%80.0%
100.0%120.0%
Persentase Realisasi Belanja Tahun 2011 -2015
� Penyerapan Belanja Modal di Triwulan I s/d III sangat
rendah, namun melonjak tinggi di akhir November
s/d Desember.
� Terjadi karena perencanaan belanja modal yang
kurang baik baik dari sisi waktu maupun proses
lelang yang memakan waktu lama.
Persentase Realisasi Belanja Daerah Per Jenis Agregat Nasional
Tahun 2014 dan Tahun 2015
39
� Kriteria daerah yang terkena konversi:
- Memiliki uang kas dan/atau simpanan pemda di bank dalam jumlah tidak
wajar.
- Posisi Kas Tidak wajar adalah selisih lebih posisi kas dan setara kas setelah
dikurangi dengan belanja operasi dan belanja modal 3 (tiga) bulan
berikutnya, dan berada di atas rata-rata nasional serta rasionya terhadap
penerimaan DAU mencapai di atas 100%.
� Periode konversi penyaluran DBH dan/atau DAU:
- Periode-1 : DBH akhir Triwulan I (akhir bulan Maret) dan DAU
awal Triwulan II (awal bulan April)
- Periode-2 : DBH akhir Triwulan II (akhir bulan Juni) dan DAU
awal Triwulan III (awal bulan Juli)
� Jangka waktu SBN: 3 bulan
� Tingkat yield: 50% dari tingkat suku bunga penempatan kas Pemerintah Pusat
di Bank Indonesia (65% Dari BI Rate).
POKOK-POKOK KEBIJAKAN KONVERSI DBH DAN/ATAU DAU
KE DALAM SBN (1)
10/29/2016
20
40
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
Kebutuhan
Posisi KasTw1 Tw2100
25 25
Keterangan:Penentuan Daerah yang Penyaluran DBH dan/atau DAU-nya dikonversi dalam bentuk SBN, contoh :Tahap I: Menghitung posisi kas tidak wajar (dana idle)� Posisi Kas Daerah bulan Februari = Rp100� Rencana Pengeluaran Operasi dan Belanja Modal 3 bulan berikutnya = Rp75� Kas/simpanan dalam jumlah tidak wajar (dana idle) = Rp100 – Rp75 = Rp25Tahap II: Menghitung daerah yang dikonversi� Daerah yang mempunyai selisih positif posisi kas setelah dikurangi perkiraan belanja operasi dan belanja modal, serta
berada di atas rata-rata nasional dan rasionya terhadap DAU melebihi 100%.
Konversi penyaluran DBH dan/atau DAU dalam bentuk nontunai dilakukan melalui penerbitan SBN bagi daerah yangmemiliki uang kas dan/atau simpanan di bank dalam jumlah tidak wajar, yaitu daerah yang mempunyai posisi kasdan/simpanan di bank pada periode tertentu melebihi perkiraan kebutuhan belanja operasi dan belanja modal 3(tiga) bulan berikutnya dan besarannya diatas rata-rata nasional.
PENETAPAN DAERAH LAYAK KONVERSI DAN PERIODISASI
PELAKSANAAN KONVERSI
25
41
� Pelunasan SBN:
- Pada saat jatuh tempo
- Sebelum jatuh tempo (early redemption)
� Sebelum jatuh tempo (early redemption)
Pelunasan hanya dapat dilakukan secara tunai
� Dalam hal daerah mengajukan early redemption:
Paling lambat 10 hari sebelum tanggal jatuh tempo early redemption,
Kepala Daerah sudah harus meyampaikan surat permintaan kepada
Dirjen PK
� Dalam hal disetujui, paling lambat 5 hari sebelum tanggal setelmen
pelunasan SBN sebelum jatuh tempo (early redemption), Dirjen PK
menyampaikan persetujuan pelunasan SBN kepada Dirjen PPR
POKOK-POKOK KEBIJAKAN KONVERSI DBH DAN/ATAU DAU
KE DALAM SBN (2)
10/29/2016
21
42
� Pengumuman:
- Konversi penyaluran DBH dan/atau DAU dalam bentuk SBN
diumumkan kepada publik pada tanggal setelmen.
- Pengumuman setelmen paling kurang memuat:
a. Jenis SBN
b. Seri SBN
c. Nilai Nominal SBN
d. Jangka Waktu
e. Tanggal Setelmen
POKOK-POKOK KEBIJAKAN KONVERSI DBH DAN/ATAU DAU
KE DALAM SBN (3)
43
KEWAJIBAN DAERAH TERKAIT PELAKSANAAN KONVERSI (1)
� Dalam rangka pelaksanaan konversi DBH dan/atau DAU dalam bentuk Nontunai setiap pemerintah
daerah wajib menyampaikan data:
- Perkiraan belanja operasi dan belanja modal 3 (tiga) bulanan
- Laporan posisi kas bulanan
- Ringkasan realisasi APBD bulanan
� Data disampaikan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah bulan bersangkutan berakhir.
� Dalam hal terjadi keterlambatan penyampaian data, akan dilakukan penundaan penyaluran DBH
atau DAU setinggi-tingginya 50%.
� Penentuan besaran persentase penundaan DBH dan/atau DAU berdasarkan klaster kemampuan
keuangan daerah, dan berjenjang sebagai berikut:
� Penentuan besaran persentase penundaan DBH dan/atau DAU dimaksud diperkirakan tidak
mempengaruhi pelayanan publik dan operasional pemerintah daerah. Selanjutnya penundaan akan
dicabut dan akan dicairkan apabila daerah telah menyampaikan data yang dimaksud.
Catatan: Persentase akan ditingkatkan setiap bulannya sampai mencapai batas tertinggi 50%.
No Klaster KKDSanksi Penyampaian
Data Bulan Januari
Sanksi
Penyampaian Data
Februari
Sanksi Penyampaian
Data Maret
1 Rendah 5,0% 7,5% 7,5%
2 Sedang 7,5% 10,0% 10,0%
3 Tinggi 10,0% 12,5% 12,5%
10/29/2016
22
44
�Dalam rangka pelaksanaan Konversi, daerah wajib membuka dan menyampaikan rekening SBN pada Sub Registry di Bank/Lembaga Kustodian.
�Bank Kustodian di Indonesia adalah bank umum yang telah mendapatkan persetujuan dari BadanPengawas Pasar Modal (OJK) sebagai Kustodian
�Sub-Registry adalah Bank dan lembaga yang melakukan kegiatan Kustodian yang memenuhi persyaratan dan disetujui oleh Bank Indonesia melakukan fungsi Penatausahaan Surat Berharga untuk kepentingan nasabah.
�Daftar Sub-Registry :
No Nama Bank Sub Registry (SR)
1 PT Bank BRI (Persero), Tbk BRI SR
2 PT Bank Mandiri (Persero), Tbk Mandiri SR
3 PT Bank BNI (Persero), Tbk BNI SR
4 PT. Bank Danamon Tbk Danamon SR
5 PT. Bank Permata, Tbk Permata SR
6 PT. Bank Central Asia, Tbk BCA SR
7
PT Maybank International
(d/h. PT Bank Bank
International Indonesia)
Maybank SR
8 PT Bank Panin Panin SR
9 PT Bank CIMB Niaga CIMB Niaga SR
No Nama Bank Sub Registry (SR)
10 Citibank Citibank SR
11Hongkong Shanghai Bank
Corporation (HSBC)HSBC SR
12 PT Bank DBS Indonesia DBS SR
13 Standard Chartered Standard Chartered SR
14 Deutsche Bank Deutsche SR
15 PT Bank Mega Mega SR
16Kustodian Sentral Efek
IndonesiaKSEI SR
17 Bank Indonesia Bank Indonesia
KEWAJIBAN DAERAH TERKAIT PELAKSANAAN KONVERSI (2)
45
EVALUASI ATAS PEMENUHAN KEWAJIBAN DAERAH TERKAIT
PELAKSANAAN KONVERSI
� Penundaan Penyaluran DAU bulan Maret bagi 144 daerah sebesar Rp603,09 miliar bagidaerah yang belum menyampaikan data bulan Januari, terdiri:
- 4 provinsi sebesar Rp27,95 miliar
- 140 kabupaten/kota sebesar Rp575,14 miliar
� Penundaan Penyaluran DAU bulan April bagi 50 daerah sebesar Rp236,8 miliar bagi daerahyang belum menyampaikan data bulan Februari, terdiri:
- 2 provinsi sebesar Rp33,2 miliar
- 48 kabupaten/kota sebesar Rp203,6 miliar
� Penundaan Penyaluran DAU bulan Mei bagi 41 daerah sebesar Rp185,16 miliar bagi daerahyang belum menyampaikan data bulan Maret , terdiri:
- 1 provinsi sebesar Rp16,71 miliar
- 40 kabupaten/kota sebesar Rp168,45 miliar
DaerahJumlah
daerah
Perk. Belanja Operasi dan
ModalLaporan Posisi Kas Realisasi APBD Lengkap Tidak lengkap
Jan. Feb. Mar. Jan. Feb. Mar. Jan. Feb. Mar. Jan. Feb. Mar. Jan. Feb. Mar.
Provinsi 34 33 32 34 33 32 34 30 32 33 30 32 33 4 2 1
Kabupaten 415 341 400 388 352 383 395 324 391 383 293 373 379 122 42 36
Kota 93 86 92 90 87 90 90 79 88 91 75 87 89 18 6 4
Total 542 460 526 519 472 505 526 433 511 508 398 492 501 144 50 41
� Rekapitulasi Penyampaian Data
10/29/2016
23
46
PELAKSANAAN KONVERSI PENYALURAN DBH DAN/ATAU DAU:
� Konversi DBH
� Konversi DAU
47
� Konversi DBH Bulan Maret 2016:
Mengingat DBH triwulan I tahun 2016 sudah disalurkan pada awal Januari 2016,
maka tidak bisa dilakukan konversi terhadap DBH bulan Maret 2016, sehingga
konversi hanya bisa dilakukan terhadap DAU bulan April 2016.
� Pelaksanaan Konversi Terhadap DAU Bulan April 2016:
Penentuan daerah dan besaran DAU yang dikonversi :
1. Menentukan rasio Posisi Kas Tidak Wajar (PKTW) masing-masing daerah
terhadap alokasi DAU-nya selama 1 tahun (2016).
2. Menghitung rata-rata nasional rasio PKTW terhadap alokasi DAU-nya selama
1 tahun (rata-rata provinsi dan rata-rata kabupaten/kota dihitung secara
terpisah).
3. Daerah yang memiliki rasio PKTW terhadap alokasi DAU-nya selama 1 tahun
yang mencapai di atas 100%, dikenakan konversi DAU Bulan April 2016.
PELAKSANAAN KONVERSI PENYALURAN DBH BULAN MARET
DAN/ATAU DAU BULAN APRIL 2016…(1)
10/29/2016
24
48
DAFTAR DAERAH DAN BESARAN KONVERSI PENYALURAN
DAU BULAN APRIL 2016
No Nama Daerah
Jenis atau Sumber Dana
yang Dikonversi
Jenis SBN dan Besaran DBH/DAU yang Dikonversi
Dalam Bentuk SBN
DBH DAU SPN SPNS Total
1 Prov. Riau - 61,478,713,000 61.789.000.000 - 61.789.000.000
2 Prov. Jawa Barat - 103,920,475,000 104.445.000.000 - 104.445.000.000
3 Kab. Tanah Laut - 44,845,300,000 45.071.000.000 - 45.071.000.000
4 Kab. Berau - 45,260,602,000 45.489.000.000 - 45.489.000.000
5 Kab. Kutai Timur - 45,711,745,000 45.942.000.000 - 45.942.000.000
6 Prov. Banten - 57,787,236,000 58.078.000.000 - 58.078.000.000
JUMLAH 359,004,071,000 360,814,000,000 - 360,814,000,000
a. Jenis SBN :Surat Perbendaharaan Negara (SPN) seri
SPNNTD20160701
b. Jenis kupon : Tanpa Kupon (Secara Diskonto)
c. Mata Uang : Rupiah
d. Status SBN : Tidak Dapat Diperdagangkan
e. Total Nilai Nominal (volume ) : Rp360.814.000.000,00
f. Nominal per Unit : Rp1.000.000.00
g. Jumlah Unit : 360.814 unit
h. Price per Unit : Rp994.977
i. Tanggal Jatuh tempo : 01-Jul-16
j. Imbal Hasil (Yield) : 219375%
k. Tanggal Setelmen : 08-Apr-16
l. Tanggal Pelunasan Sebelum Jatuh Tempo I : 02-Mei-16
m. Price per Unit pada saat Pelunasan Sebelum Jatuh Tempo I : Rp996.407
n. Tanggal Pelunasan Sebelum Jatuh Tempo II : 01-Jun-16
o. Price per Unit pada saat Pelunasan Sebelum Jatuh Tempo II : Rp998.200
Terms and conditions SBN:
Sumber: DJPK , DJPPR (diolah)
Sumber: DJPK , DJPb, DJPPR (diolah)
49
PENUNDAAN DAU DI RIAU