22
Dipublikasikan pada Jurnal Ilmiah EkonomikaVol.XII,No.2, Oktober 2015-FE UNBARA * Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk Pada STIE Rahmaniyah Sekayu KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DANA BAGI HASIL PAJAK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN By: Farida Aryani* ABSTRACT This research is a descriptive applied research. A descriptive research focuses on systematic explanation about facts derived when the research is conducted and this research is quantitative. Quantitative research is intended to do an accurate measurement to the contribution and the growth of sharing fund of the tax for the regional incomes. Data which is used in this research is a secondary data in the form of target report achievement realization of sharing fund of the tax and regional income of Musi Banyuasin regency for the year 2011 till 2014, which is collected by using documentation and interview. The result of this research shows that sharing fund of the tax has not been able to increase the tax achievement optimally due to the fact that either the contribution or the growth is still very low. The contribution of sharing fund of the tax for land and building of the regional income during 2011 till 2014 is still low or in a lack of contribution due to the fact that the average of the contribution is only 15.86%, meanwhile the contribution of sharing fund of income tax to the regional income is still in a lack of contribution due to the fact that the average of contribution is under 0.5%. It is only 0.47%. This condition shows that the sharing fund of the tax has not given an optimal contribution. This is caused by the low rate obedience of the tax payer, particularly those who are the personal tax payers. Next, the rate growth of sharing fund of the tax for land and building is considered unsuccessful. The rate of growth from 2011 to 2014 is only 31.07%, meanwhile the sharing fund of income tax is considered unsuccessful due to the fact that the rate of growth is 28.37%. This is an impact from the low obedience of the income tax payers, particularly for those who are personal tax payers and also the percentage of sharing given by the central government is still very low. Keywords: Contribution, Growth, Sharing Fund of the Tax, Regional Income I. PENDAHULUAN Penyelenggaraan fungsi Pemerintah daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan Pemerintah diikuti dengan pemberian sumber- sumber penerimaan yang cukup kepada daerah. Hal ini mengacu pada undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah, dimana besarnya disesuaikan dan diselaraskan dengan pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DANA BAGI HASIL PAJAK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MUBA-FARIDA ARYANI STIER

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DANA BAGI HASIL PAJAK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MUBA-FARIDA ARYANI STIER

Dipublikasikan pada Jurnal Ilmiah EkonomikaVol.XII,No.2, Oktober 2015-FE UNBARA

* Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk Pada STIE Rahmaniyah Sekayu

KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DANA BAGI HASIL PAJAKDALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH

KABUPATEN MUSI BANYUASIN

By:Farida Aryani*

ABSTRACT

This research is a descriptive applied research. A descriptive research focuses onsystematic explanation about facts derived when the research is conducted and thisresearch is quantitative. Quantitative research is intended to do an accuratemeasurement to the contribution and the growth of sharing fund of the tax for theregional incomes. Data which is used in this research is a secondary data in the formof target report achievement realization of sharing fund of the tax and regionalincome of Musi Banyuasin regency for the year 2011 till 2014, which is collected byusing documentation and interview. The result of this research shows that sharingfund of the tax has not been able to increase the tax achievement optimally due to thefact that either the contribution or the growth is still very low. The contribution ofsharing fund of the tax for land and building of the regional income during 2011 till2014 is still low or in a lack of contribution due to the fact that the average of thecontribution is only 15.86%, meanwhile the contribution of sharing fund of incometax to the regional income is still in a lack of contribution due to the fact that theaverage of contribution is under 0.5%. It is only 0.47%. This condition shows that thesharing fund of the tax has not given an optimal contribution. This is caused by thelow rate obedience of the tax payer, particularly those who are the personal taxpayers. Next, the rate growth of sharing fund of the tax for land and building isconsidered unsuccessful. The rate of growth from 2011 to 2014 is only 31.07%,meanwhile the sharing fund of income tax is considered unsuccessful due to the factthat the rate of growth is 28.37%. This is an impact from the low obedience of theincome tax payers, particularly for those who are personal tax payers and also thepercentage of sharing given by the central government is still very low.

Keywords: Contribution, Growth, Sharing Fund of the Tax, Regional Income

I. PENDAHULUAN

Penyelenggaraan fungsi Pemerintah daerah akan terlaksana secara optimal

apabila penyelenggaraan urusan Pemerintah diikuti dengan pemberian sumber-

sumber penerimaan yang cukup kepada daerah. Hal ini mengacu pada undang-undang

Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah daerah, dimana besarnya disesuaikan dan diselaraskan dengan pembagian

kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Page 2: KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DANA BAGI HASIL PAJAK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MUBA-FARIDA ARYANI STIER

Menurut Undang-undang 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dana perimbangan adalah dana yang

bersumber dari pendapatan Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) yang

dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan bertujuan untuk mengurangi

kesenjangan fiskal antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Dana perimbangan dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu: Dana

Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus. Dana Bagi

Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan

kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah

dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Bagi Hasil (DBH) terdiri dari Dana

Bagi Hasil (DBH) bersumber dari pajak dan Dana Bagi Hasil (DBH) bersumber dari

bukan pajak (sumber daya alam).

Bagi daerah, penerimaan dana bagi hasil pajak dan penerimaan dana bagi

hasil sumber daya alam merupakan sumber penerimaan yang pada dasarnya

memperhatikan potensi daerah penghasil. Jika Pemerintah daerah dapat

mengoptimalkan penerimaan dari pajak dan sumber daya alam yang dimiliki, maka

transfer dana bagi hasil yang diterima cenderung akan semakin besar, namun sumber

keuangan yang berasal dari dana perimbangan sektor Sumber Daya Alam (SDA)

hanya memberikan keuntungan kepada provinsi maupun kabupaten penghasil Sumber

Daya Alam(SDA). Daerah yang menghasilkan Sumber Daya Alam (SDA) terkadang

juga memiliki struktur perekonomian yang telah tertata dengan baik, sehingga potensi

pajak dapat dioptimalkan dan daerah tersebut akan mendapatkan dana bagi hasil yang

banyak baik itu dari sisi Sumber Daya Alam (SDA) maupun pajak.

Dana Bagi Hasil yang bersumber dari pajak terdiri dari: Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB), Pajak

Penghasilan (PPh) Pasal 21, Pajak Penghasilan (PPh) pasal 25 dan Pajak Penghasilan

(PPh) 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (WPOPDN). Dana Bagi Hasil

yang bersumber dari bukan pajak (sumber daya alam) terdiri atas kehutanan,

Page 3: KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DANA BAGI HASIL PAJAK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MUBA-FARIDA ARYANI STIER

pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan gas

bumi danpertambangan panas bumi.

Dengan disahkannya undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

(PDRD) pada tanggal 15 Desember 2009 dan berlaku mulai 1 Januari 2010, maka

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2) dan Bea

Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dialihkan menjadi Pajak Daerah.

BPHTB sepenuhnya dialihkan ke Pemerintah kabupaten/kota mulai 1 Januari 2011,

sedangkan untuk PBB P2 masih tetap dikelola Direktorat Jendral Pajak (DJP) paling

lama sampai dengan 31 Desember 2013 sepanjang belum ada peraturan daerah

tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang terkait dengan pedesaan dan

perkotaan. Dengan terbitnya Undang-undang 29 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah, pemerintah daerah kini mempunyai tambahan sumber

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari Pajak Daerah.

Berdasarkan hasil penelitian pada kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) diperoleh data tentang target dan realisasi

penerimaan Dana Bagi Hasil Pajak Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2011 sampai

dengan Tahun 2014 seperti yang disajikan pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1Realisasi Penerimaan Dana Bagi Hasil Pajak

Tahun 2011 s.d Tahun 2014

TahunTarget Dana

Bagi Hasil PajakRealisasi Dana

Bagi Hasil Pajak

2011 Rp. 289.694.244.000,00 Rp. 276.252.341.418

2012 Rp. 310.657.539.257,00 Rp. 367.040.903.292

2013 Rp. 549.461.726.409,76 Rp. 616.726.866.088

2014 Rp. 433.755.575.444,00 Rp. 561.679.211.625

Sumber: DPPKAD Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2015 (data diolah).

Berdasarkan tabel 1, dapat dijelaskan bahwa realisasi penerimaan Dana Bagi

Hasil Pajak (DBH-Pajak) selama empat tahun dari tahun 2011 sampai dengan 2014

melebihi target yang ditetapkan, serta jumlahnya mengalami peningkatan yang cukup

Page 4: KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DANA BAGI HASIL PAJAK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MUBA-FARIDA ARYANI STIER

signifikan. Dari fakta ini juga dapat dijelaskan bahwa pemerintah dalam menetapkan

target penerimaan DBH-Pajak tidak realistis, karena meskipun realisasi penerimaan

DBH Pajak melebihi target namun pemerintah daerah menetapkan target penerimaan

DBH-PPh tahun yang akan datang masih dibawah realisasi tahun berjalan. Fenomena

ini mendorong Penulis untuk mengkaji lebih spesifik tentang pertumbuhan serta

kontribusi Dana Bagi Hasil Pajak dalam meningkatkan pendapatan daerah.

Rumusan Masalah Penelitian

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian adalah: Bagaimana

kontribusi dan pertumbuhan Dana Bagi Hasil Pajak dalam meningkatkan pendapatan

daerah Kabupaten Musi Banyuasin selama tahun 2011 sampai tahun 2014?

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: kontribusi dan pertumbuhan Dana

Bagi Hasil Pajak dalam meningkatkan Pendapatan Daerah Kabupaten Musi

Banyuasin selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Selanjutnya dengan adanya

penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Pemerintah Kabupaten

Musi Banyuasin khususnya Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah (DPPKAD) dalam pengambilan keputusan dan kebijakan penetapan target

penerimaan pendapatan daerah yang berasal dari DBH-Pajak serta meningkatkan

potensi pajak guna meningkatkan kontribusi serta pertumbuhan pendapatan daerah,

sehingga mampu menciptakan kemandirian keuangan daerah seperti tuntutan otonomi

daerah. Selain itu, penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi

pengembangan pengetahuan khususnya yang relevan dengan kajian tentang Dana

Bagi Hasil Pajak.

II. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian terapan (applied research). Sekaran

(2006:9), menyatakan bahwa penelitian terapan yaitu penelitian yang dilakukan untuk

memecahkan masalah mutakhir yang dihadapi oleh manajer dalam konteks pekerjaan,

yang menuntut solusi tepat waktu.

Page 5: KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DANA BAGI HASIL PAJAK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MUBA-FARIDA ARYANI STIER

Penelitian ini bersifat deskriptif, Sanusi (2013:13), menyatakan bahwa: desain

penelitian deskriptif adalah desain penelitian yang disusun dalam rangka memberikan

gambaran secara sistematis tentang informasi ilmiah yang berasal dari subjek atau

objek penelitian. Penelitian deskriptif berfokus pada penjelasan sistematis tentang

fakta yang diperoleh saat penelitian dilakukan. Sifat penelitian adalah kuantitatif.

Cooper (2006:229), menyatakan bahwa riset kuantitatif ditujukan untuk melakukan

pengukuran yang akurat terhadap sesuatu. Penggunaan jenis penelitian deskriptif

kuantitatif dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran yang

konkrit, melalui penghitungan kontribusi dan pertumbuhan dengan menggunakan

rumus atau formula yang telah ditentukan.

Berdasarkan sumbernya data yang digunakan adalah data sekunder.

Arikunto (2007:85), menyatakan bahwa: data sekunder merupakan sumber data

penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara

(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder dalam penelitian ini berupa

data target dan laporan realisasi pendapatan daerah Kabupaten Musi Banyuasin yang

bersumber dari Dana Bagi Hasil Pajak tahun 2011 sampai dengan tahun 2014.

Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan wawancara dan dokumentasi. Guna

memberikan gambaran yang lebih jelas dan sederhana dalam proses penelitian ini,

terutama dalam melakukan pembahasan, maka penulis menyusun kerangka

pemikiran seperti yang disajikan pada gambar 1.

III. TELAAH PUSTAKA

2.1 Pendapatan Daerah

Menurut undang-undang No.33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dijelaskan bahwa pendapatan daerah

adalah semua penerimaan uang melalui kas umum daerah, yang menambah ekuitas

dana yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar

kembali oleh daerah. Pendapatan daerah terdiri atas:

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

PAD merupakan pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut

berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan dimana

Page 6: KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DANA BAGI HASIL PAJAK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MUBA-FARIDA ARYANI STIER

pendapatan daerah tersebut bersumber dari daerah itu sendiri. Pendapatan asli daerah

mencakup pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Gambar 1Kerangka Pemikiran

2. Dana Perimbangan

Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam pelaksanaan

desentralisasi. Dana perimbangan merupakan salah satu komponen pendapatan

daerah yang cukup penting, banyak Pemda yang masih mengandalkan sumber

pendapatan ini karena jumlah PAD nya yang kurang mencukupi. Untuk menutup

anggaran belanjanya dana perimbangan terdiri dari: Dana Bagi Hasil (DBH), Dana

Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Alokasi Umum.

Pendapatan Daerah

1. Pendaptan Asli Daerah 2. Dana Perimbangan 3. Lain-lain Pendapatan Daerah Yg Sah

a. Dana Bagi Hasil Pajakb. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak

(Sumber Daya Alam)

Dana Bagi Hasil PajakPenghasilan (PPh) Orang Pribadi

Kontribusi Pertumbuhan

Dana Bagi Hasil PajakBumi dan Bangunan

Dana Bagi Hasil Pajak

Page 7: KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DANA BAGI HASIL PAJAK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MUBA-FARIDA ARYANI STIER

2.2 Konsep Dana Bagi Hasil

Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN

yang dialokasikan kepada daerah dengan angka persentase tertentu didasarkan atas

daerah penghasil untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi. Sumber dana bagi hasil pajak dan sumber daya alam. Pajak sendiri

terdiri atas Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB), serta Pajak Penghasilan (PPh), baik dari wajib pajak orang

pribadi dalam negeri maupun dari pajak penghasilan (PPh) pasal 21. Sedangkan dana

bagi hasil dari sumberdaya alam berasal dari kehutanan, pertambangan dan gas bumi,

serta pertambangan panas bumi. Pembagian dan mekanisme perhitungan dana bagi

hasil, baik pajak maupun sumber daya alam diatur dalam UU No 33 Tahun 2004

tentang dana perimbangan. Dana bagi hasil yang bersumber dari pajak terdiri atas:

1) Dana bagi hasil dari penerimaan pajak bumi dan bangunan (PBB). Hasil

penerimaan pajak bumi dan bangunan dibagi untuk Pemerintah pusat dan

Pemerintah daerah dengan imbangan sebagai berikut :

a) 10 % (sepuluh persen) untuk Pemerintah pusat I0 % (sepuluh persen) bagian

pemerintah dari penerimaan PBB dibagikan kepada seluruh daerah kabupaten

dan kota yang didasarkan atas realisasi penerimaan PBB tahun anggaran

belanja, dengan imbangan sebagai berikut :

1) 65 % (enam puluh lima persen) dibagikan secara merata kepada seluruh

daerah kabupaten dan kota : dan

2) 35 % (tiga puluh lima persen) dibagikan sebagai insentif kepada daerah

kabupaten dan kota yang realisasi tahun sebelumnya mencapai/melampaui

rencana penerimaan sektor tertentu.

b) 90 % (Sembilan puluh persen) untuk Pemerintah daerah dengan rincian

sebagai berikut:

1) 16,2 % (enam belas koma dua persen) untuk daerah provinsi yang

bersangkutan dan disalurkan ke rekening kas umum daerah provinsi;

Page 8: KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DANA BAGI HASIL PAJAK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MUBA-FARIDA ARYANI STIER

2) 64,8 % (enam puluh empat koma delapan persen) untuk daerah

kabupaten/kota yang bersangkutan dan disalurkan ke rekening kas umum

daerah kabupaten/kota dan

3) 9% (Sembilan persen) untuk biaya pemungutan

2) Dana bagi hasil Pajak Penghasilan (PPh) orang pribadi dalam negeri dan Pajak

Penghasilan (PPh) pasal 21 dibagi antara Pemerintah pusat dan Pemerintah

daerah dengan imbangan sebagai berikut:

a) 80% (delapan puluh persen) untuk Pemerintah pusat

b) 20%(dua puluh persen) untuk Pemerintah daerah. Bagian penerimaan

Pemerintah daerah dibagi antara daerah provinsi dan daerah Kabupaten/kota

dengan imbangan sebagai berikut:

(1) 40% (empat puluh persen) untuk daerah provinsi

(2) 60% (enam puluh persen) untuk daerah kabupaten/kota

Sumber Dana Bagi Hasil Pajak

Dana bagi hasil pajak terbagi terdiri dari:

1. Dana bagi hasil dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

2. Dana bagi hasil dari Pajak Penghasilan orang pribadi (Termasuk PPh pasal: 21, 25

dan 29)

Konsep Pajak Bumi dan Bangunan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan

Bangunan, Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam

arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau

bangunan. Keadaan subyek(yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak.

Objek Pajak Bumi dan Bangunan adalah bumi dan atau bangunan.Bumi

adalah permukaan bumi (tanah dan Perairan) dan tubuh bumi yang ada dipedalaman

serta laut wilayah Indonesia.Contohnya yaitu sawah, kebun, tanah, tambang dan lain-

lain.Bangunan adalah konstruksi tehnik yang ditanam atau diletakkan secara tetap

pada tanah dan atau perairan. Contohnya yaitu rumah tempat tinggal, bangunan

tempat usaha, pusat perbelanjaan, fasilitas lain yang memberi manfaat, jalan tol, dan

lain-lain.

Page 9: KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DANA BAGI HASIL PAJAK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MUBA-FARIDA ARYANI STIER

Konsep Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21

Menurut Resmi (2014:74), pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan

terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu

tahun pajak. Selanjutnya Waluyo (2009:87), menyatakan bahwa Pajak Penghasilan

(PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang

diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak. Ditinjau dari pemungutan dan

pengelolaannya PPh dikategorikan sebagai pajak pusat (negara) yaitu pajak yang

dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga

negara. Ditinjau dari golongannya PPh dikatergorikan sebagai pajak langsung yaitu

pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat

dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain dimana pajak harus

menjadi beban wajib pajak bersangkutan.

Subjek-subjek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah: penerima

penghasilan yang dipotong PPh pasal 21, Pegawai Penerima pensiun, Penerima

hononarium, Penerima upah serta orang pribadi lainnya yang menerima atau

memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan dari

pemotong pajak.

Konsep Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25

Halim, dkk (2014:279), mengemukakan bahwa Pajak Penghasilan (PPh) Pasal

25 adalah angsuran pajak penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak

untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan. Menurut Undang-Undang Nomor 36

tahun 2008 mengenai pajak penghasilan, pajak penghasilan pasal 25 adalah besarnya

angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh wajib

pajak untuk setiap bulan sebesar pajak penghasilan yang terutang menurut Surat

Pemberitahuan Tahunan (SPT) pajak penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi

dengan pajak penghasilan dipotong/dipungut/dibayar atau terutang diluar negeri yang

boleh dikreditkan diibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun

pajak. Jadi, Pajak Penghasilan (PPh) pasal 25 adalah angsuran pajak yang harus

dibayar sendiri oleh wajib pajak setiap bulan dalam tahun berjalan.

Page 10: KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DANA BAGI HASIL PAJAK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MUBA-FARIDA ARYANI STIER

Angsuran pajak penghasilan pasal 25 tersebut dapat diajdikan sebagai kredit

pajak terhadap pajak yang terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak pada akhir

tahun pajak yang dlaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak

Penghasilan.

Besarnya angsuran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 adalah sebesar Pajak

Penghasilan yang terutang menurut surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan

tahun pajak yang lalu, dikurangi dengan pajak penghasilan yang dipotong dan atau

dipungut serta pajak penghasilan yang dibayar atau terutang diluar negeri yang boleh

dikreditkan, kemudian dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian

tahun pajak.

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 29

Menurut Undang-Undang nomor 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan

pasal 29, apabila pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih besar

dari pada kredit pajak, kekurangan pembayaran pajak yang terutang harus dilunasi

sebelum surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan disampaikan. Jadi, pajak

penghasilan pasal 29 adalah pajak yang kurang dibayar pada tahun pajak sebelumnya

yang harus dilunasi oleh wajib pajak.

Ketentuan ini mewajibkan wajib pajak untuk melunasi kekurangan pembayaran

pajak yang terutang sebelum surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan

disampaikan dan paling lambat pada batas akhir penyampaian surat.

Konsep Kontribusi Dana Bagi Hasil Pajak

Kontribusi digunakan untuk mengetahui sejauh mana dana bagi hasil pajak

memberikan sumbangan dalam penerimaan pendapatan daerah. Untuk mengetahui

kontribusi dilakukan dengan membandingkan penerimaan dana bagi hasil pajak

periode tertentu dengan penerimaan pendapatan daerah periode tertentu pula.

Semakin besar hasilnya berarti semakin besar pula peranan dana bagi hasil pajak

terhadap pendapatan daerah, begitu juga sebaliknya jika hasil perbandingannya

terlalu kecil berarti peranan dana bagi hasil pajak terhadap pendapatan daerah juga

kecil.

Page 11: KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DANA BAGI HASIL PAJAK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MUBA-FARIDA ARYANI STIER

Menurut Halim (2007:163), untuk mengetahui rasio kontribusi dana bagi

hasil pajak digunakan rumus sebagai berikut:= × %Untuk megetahui sejauh mana dana bagi hasil pajak dalam memberikan

kontribusi, maka dikategorikan baik apabila rasio yang dicapai minimal 50%. Untuk

mengukur nilai kontribusi secara lebih rinci digunakan kriteria kontribusi ke dalam

enam tingkat kontribusi seperti yang disajikan pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2Klasifikasi Kriteria Kontribusi

Presentase Kriteria

≥ 50% Sangat Baik

40%-50% Baik30%-40% Sedang20%-30% Cukup10%-20% Kurang

≤ 10% Sangat KurangSumber: Halim (2007:163).

Konsep Pertumbuhan Dana Bagi Hasil Pajak

Tingkat pertumbuhan menggambarkan seberapa besar kemampuan

pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannya yang

telah dicapai dari periode ke periode berikutnya.

Menurut Halim (2004:163), pertumbuhan dana bagi hasil pajak ini dihitung

dengan menggunakan formula sebagai berikut sebagai berikut:= − ( ) × %Dimana:

Gx = Persentase pertumbuhan dana bagi hasil pajak

Xt = Realisasi penerimaan dana bagi hasil pajak (PBB dan PPh Orang

Pribadi) pada periode ke-t.

Page 12: KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DANA BAGI HASIL PAJAK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MUBA-FARIDA ARYANI STIER

X(t-1) = Realisasi penerimaan dana bagi hasil pajak (PBB dan PPh Orang

Pribadi) pada periode sebelumnya.

Skala pengukuran laju pertumbuhan dana bagi hasil pajak didasarkan padakriteria seperti yang disajikan pada tabel 3.

Tabel 3Klasifikasi Kriteria Laju Pertumbuhan

Presentase Laju Pertumbuhan Kriteria

85%-100% Sangat Berhasil

70%-85% Berhasil

55%-70% Cukup Berhasil

30%-55% Kurang Berhasil

< 30% Tidak Berhasil

Sumber: Halim(2007:91)

IV. PEMBAHASAN

Sebelum membahas secara rinci tentang kontribusi dan pertumbuhan DBH-

PBB dan DBH-PPh, maka terlebih dahulu penulis akan mengemukakan penentuan

target DBH-Pajak, prosedur dan proses penerimaan DBH-Pajak.

a. Penetuan Target Dana Bagi Hasil Pajak

Sebelum APBN disahkan, pemerintah pusat sudah menentukan berapa target

pajak untuk tahun berikutnya, dengan memperkirakan berapa jumlah penerimaan

pajak yang akan didapat dari setiap daerah. Dengan adanya target nasional tersebut,

maka pemerintah pusat dapat menentukan alokasi sementara untuk penerimaan dana

bagi hasil pajak ke setiap daerah yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan

(PMK). Peraturan menteri keuangan ini mengatur mengenai batas tertinggi untuk

alokasi penerimaan dana bagi hasil pajak disetiap daerah sesuai dengan potensi yang

ada di masinh-masing daerah.

Setiap menjelang awal tahun anggaran, direktur jenderal pajak pejabat yang

diberi wewenang menyiapkan/menyediakan data tentang pembagian sementara hasil

penerimaan pajak yang dirinci per Kantor Pelayanan Pajak, per Provinsi dan per

Page 13: KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DANA BAGI HASIL PAJAK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MUBA-FARIDA ARYANI STIER

Kabupaten/Kota berdasarkan proyeksi rencana penerimaan APBN tahun anggaran

bersangkutan.

Data-data tersebut akan dikeluarkan bersamaan dengan terbitnya PMK

sementara. Akhir triwulan IV pemerintah pusat akan mengeluarkan PMK definitif

untuk menentukan jumlah alokasi maksimal yang sebenarnya akan dibagikan ke

setiap daerah pada tahun tersebut. Setelah mengetahui isi dari PMK sementara

pemerintah daerah akan membandingkan dengan potensi yang ada dilapangan,

apakah sesuai dengan yang telah ditetapkan atau tidak. Jika kenyataannya potensi

yang ada di lapangan sesuai dengan yang tercantum di lampiran PMK maka akan

ditetapkan sesuai dengan kondisi tersebut, akan tetapi jika tidak sesuai dengan PMK

(perhitungan dari pusat salah), maka pemerintah daerah hanya akan menganggarkan

80%-90% dari batas maksimal yang ada di PMK tersebut atau dengan

membandingkan realisasi tahun sebelumnya.

b. Prosedur Penerimaan Dana Bagi Hasil Pajak

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dana bagi hasil pajak yang

diberikan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah, khususnya Kabupaten Musi

Banyuasin terdiri dari beberapa bagian yaitu PBB, BPHTB, Pasal 25 dan Pasal 29,

serta PPh pasal 21.

Dengan disahkannya undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

(PDRD) pada tanggal 15 Desember 2009 dan berlaku mulai 1 Januari 2010, maka

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2) dan Bea

Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dialihkan menjadi Pajak Daerah.

BPHTB sepenuhnya dialihkan ke Pemerintah kabupaten/kota mulai 1 Januari 2011,

sedangkan untuk PBB P2 masih tetap dikelola Direktorat Jendral Pajak (DJP) paling

lama sampai dengan 31 Desember 2013 sepanjang belum ada peraturan daerah

tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang terkait dengan pedesaan dan

perkotaan. Dengan terbitnya undang-undang 29 tahun 2009 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah, pemerintah daerah Kabupaten Musi Banyuasin kini

mempunyai tambahan sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang berasal dari Pajak

daerah. Jadi, dengan disahkan undang-undang tersebut diatas maka dana bagi hasil

Page 14: KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DANA BAGI HASIL PAJAK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MUBA-FARIDA ARYANI STIER

pajak Kabupaten Musi Banyuasin terdiri dari PBB, PPh pasal 21 dan PPh pasal 25

serta PPh pasal 29.

PBB bersifat transitoris, artinya tanpa pemerintah daerah mengajukan dana

bagi hasil pajak, pemerintah pusat akan tetap membagikannya berdasarkan alokasi

potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Sedangkan PPh bersifat given,

artinya dana bagi hasil pajak tersebut merupakan pemberian dari pusat dimana pusat

akan membagikan dana bagi hasil pajak sesuai dengan target nasional penerimaan

PPh. Penerimaan dana bagi hasil PPh dibagi menjadi 4 tahap (triwuan). Saat triwulan

IV, jika target nasional tidak tercapai maka dana bagi hasil PPh untuk triwulan IV

tidak akan dibagikan dan jika target nasional tercapai maka dana bagi hasil PPh

tersebut akan dibagikan sesuai dengan sisa dana yang belum diterima oleh daerah

dalam tahun tersebut.

c. Proses Penerimaan Dana Bagi Hasil Pajak

Proses penerimaan dana bagi hasil pajak Kabupaten Musi Banyuasin dimulai

dari wajib pajak yang membayar pajak ke Kas Negara. Lalu, KPP Pratama Sekayu

akan menyetorkannya ke pusat melalui Kementerian Keuangan (Kas Negara), dari

pusat akan dianggarkan ke APBN dan disesuaikan apakah penerimaan pajak tahun

tersebut telah sesuai dengan ketetapan terutang. Setelah itu, pemerintah pusat akan

melakukan pembagian penerimaan pajak, berapa bagian untuk pusat dan berapa

bagian untuk Daerah. Pembagian penerimaan pajak untuk daerah disesuaikan dengan

potensi yang ada dimasing-masing daerah.

Pemerintah pusat akan memasukkannya ke kas daerah sesuai dengan

rekening kas masing-masing daerah, misalnya rekening kas Kabupaten Musi

Banyuasin melalui Bank Sumsel Babel. Dimana uang yang telah ditransfer tersebut

akan dimasukkan ke masing-masing jenis dana bagi hasil pajak yang telah

disediakan, misal jenis dana bagi hasil pajak, Dana Alokasi Umum (DAU), Dana

Alokasi Khusus (DAK), maupun Dana Bagi Hasil (DBH) Pajak atau Sumber Daya

Alam (SDA). Setiap dana bagi hasil pajak seperti PBB dan PPh memiliki akun

tersendiri. Proses penerimaan dana bagi hasil pajak sekitar 1-2 hari.

Page 15: KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DANA BAGI HASIL PAJAK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MUBA-FARIDA ARYANI STIER

3.1 Analisis Target dan Realisasi Penerimaan Dana Bagi Hasil Pajak PBB dan

PPh

Berdasarkan tabel 4 dapat dijelaskan bahwa realisasi penerimaan dana bagi

hasil pajak bumi dan bangunan setiap tahun mengalami peningkatan dan persentase

tingkat pencapaiannya selama tiga tahun terakhir selalu melebihi target yang telah

ditetapkan.

Hal ini menunjukkan bahwa dana bagi hasil PBB sangat potensial untuk

ditingkatkan, karena PBB bersifat transitoris, artinya tanpa pemerintah daerah

mengajukan dana bagi hasil pajak PBB, pemerintah pusat akan tetap membagikannya

berdasarkan alokasi potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah.

Tabel 4Target dan Realisasi Penerimaan

Dana Bagi Hasil Pajak Bumi dan BangunanTahun 2011 s.d. 2014

TahunBagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan Persentase

PencapaianTarget

(%)Target Realisasi

2011 Rp. 279.084.721.000,00 Rp. 267.472.373.308,00 95,84

2012 Rp. 297.217.118.767,00 Rp. 353.311.664.363,00 118,87

2013 Rp. 529.943.659.308,78 Rp. 604.351.823.867,00 114,04

2014 Rp. 414.569.602.619,00 Rp. 544.254.127.293,00 131.28

Sumber: DPPKAD Kabupaten Musi Banyuasin, 2015 (data diolah).

Berbeda dengan penerimaan dana bagi hasil pajak penghasilan (PPh), seperti

yang terlihat pada tabel 5, meskipun target penerimaan dana bagi hasil PPh setiap

tahunnya dinaikkan secara terus-menerus, namun realisasi tingkat pencapaian setiap

tahunnya selalu dibawah target. Hal ini mengindikasikan bahwa potensi dana bagi

hasil pajak dari PPh tidak potensial. Pemerintah daerah Kabupaten Musi Banyuasin

tidak bisa berbuat banyak untuk meningkatkan penerimaan dana bagi hasil PPh,

karena dana bagi hasil PPh bersifat given. Artinya, yang memungut KPP dan yang

Page 16: KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DANA BAGI HASIL PAJAK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MUBA-FARIDA ARYANI STIER

melakukan sosialisasi juga KPP, serta pengambilan kebijakan yang berhubungan

dengan peningkatan PPh merupakan tanggung jawab KPP atau Dirjen Pajak.

Tabel 5Target dan Realisasi Penerimaan Bagi Hasil Pajak Penghasilan

Tahun 2011 s.d. 2014

TahunBagi Hasil Pajak Penghasilan Persentase

PencapaianTarget (%)Target Realisasi

2011 Rp. 10.609.523.000,00 Rp. 8.779.988.110,00 82,76

2012 Rp. 13.440.420.490,00 Rp. 13.247.769.698,00 98,57

2013 Rp. 19.518.067.101,00 Rp. 12.375.042.141,00 63,40

2014 Rp. 19.205.972.825,00 Rp. 17.425.084.359,00 90,73

Sumber: DPPKAD Kabupaten Musi Banyuasin, 2015 (data diolah).

3.2 Analisis Kontribusi Dana Bagi Hasil Pajak PBB dan PPh TerhadapPendapatan Daerah

Kontribusi digunakan untuk mengetahui sejauh mana dana bagi

hasil pajak memberikan sumbangan dalam penerimaan Pendapatan Daerah.

Pengukuran kontribusi dilakukan dengan membandingkan penerimaan

dana bagi hasil pajak periode tertentu dengan penerimaan pendapatan

daerah periode tertentu pula. Semakin besar hasilnya berarti semakin

besar pula peranan dana bagi hasil pajak terhadap pendapatan daerah,

begitu juga sebaliknya, jika hasil perbandingannya terlalu kecil berarti

peranan Dana Bagi Hasil Pajak (DBHP) terhadap Pendapatan Daerah juga

kecil. Menurut Halim (2004:163), untuk mengetahui rasio kontribusi dana

bagi hasil pajak digunakan rumus sebagai berikut:= × %Berdasarkan rumus perhitungan di atas maka kemampuan daerah dalam

menjalankan tugas dikategorikan sebagai berikut:

65

Page 17: KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DANA BAGI HASIL PAJAK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MUBA-FARIDA ARYANI STIER

1. Diatas 50% dikategorikan sangat baik

2. 40% sampai dengan 50% dikategorikan baik

3. 30% sampai dengan 40% dikategorikan sedang

4. 20% sampai dengan 30% dikategorikan cukup

5. 10% sampai dengan 20% dikategorikan kurang

6. Kurang dari 10% dikategorikan sangat kurang

a. Kontribusi Dana Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan (DBH-PBB)

Hasil perhitungan kontribusi dana bagi hasil PBB terhadap pendapatan daerah

dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini. Dari tabel ini dapat diuraikan bahwa dana bagi

hasil pajak bumi dan bangunan selama tahun 2011 s.d 2014 masih dibawah 20%

bahkan rata-ratanya hanya 15,85%. Angka ini menggambarkan bahwa kontribusi

DBH-PBB masih kurang. Keadaan ini menuntut adanya perhatian pemerintah daerah

secara sungguh-sungguh untuk menggali potensi yang ada dengan melaksanakan

baik intensifikasi maupun ekstensifikasi terhadap dana bagi hasil pajak bumi dan

bangunan sehingga dana bagi hasil pajak bumi dan bangunan dapat lebih besar lagi

dalam memberikan kontribusinya untuk mewujudkan kemandirian daerah.

Tabel 6Kontribusi Dana Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan

Kabupaten Musi BanyuasinTahun 2011 s.d 2014

TahunRealisasi

Pendapatan DaerahRealisasi DanaBagi Hasil PBB

Persentase (%)KontribusiDBH-PBB

2011 Rp.2.163.608.168.042,00 Rp.267.472.373.308,00 12,36

2012 Rp.2.515.651.879.082,88 Rp.353.311.664.363,00 14,04

2013 Rp.3.067.053.241.618.98 Rp.604.351.823.867,00 19,70

2014 Rp.3,143.986.032.622,51 Rp.544.254.127.293,00 17,31

Rata-rata 15,85

Sumber :DPPKAD Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2015 (data diolah).

Page 18: KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DANA BAGI HASIL PAJAK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MUBA-FARIDA ARYANI STIER

b. Kontribusi Dana Bagi Hasil Pajak Penghasilan (DBH-PPh)

Dana bagi hasil PPh Orang Pribadi hanya berasal dari hasil PPh pasal 25 dan

PPh pasal 29 WPOPDN serta PPh pasal 21. Kontribusi dana bagi hasil PPh orang

pribadi terhadap pendapatan daerah dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini. Realisasi

penerimaan Dana Bagi Hasil PPh selama empat tahun 2011 sampai dengan 2014

mengalami peningkatan, namun kontribusinya terhadap pendapatan daerah sangat

kecil, sehingga manfaat yang diberikan oleh PPh untuk daerah tersebut benar-benar

sangat rendah.

Tabel 7Kontribusi Dana Bagi Hasil PPh Orang Pribadi

Kabupaten Musi BanyuasinTahun 2011 s.d 2014

TahunRealisasi

Pendapatan Daerah

RealisasiDana Bagi Hasil PPh

Orang Pribadi

Persentase (%)Kontribusi DBH-

PPh

2011 Rp. 2.163.608.168.042,00 Rp. 8.779.988.110,00 0.41

2012 Rp. 2.515.651.879.082,88 Rp.13.247.769.698,00 0.53

2013 Rp. 3.067.053.241.618,98 Rp. 1.375.042.141,00 0.40

2014 Rp. 3.143.986.032.622,51 Rp.17.425.084.359,00 0.55

Rata-rata 0,47

Sumber: DPPKAD Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2015 (data diolah).

3.3 Analisis Pertumbuhan Dana Bagi Hasil PBB dan PPh

Tingkat pertumbuhan menggambarkan seberapa besar kemampuan

pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannya yang

telah dicapai dari periode ke periode berikutnya.

Menurut Halim (2004:163), pertumbuhan dana bagi hasil pajak ini dihitung

dengan menggunakan formula sebagai berikut sebagai berikut:= − ( ) × %Skala pengukuran laju pertumbuhan dana bagi hasil pajak didasarkan pada

kriteria yang disusun sebagai berikut:

Page 19: KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DANA BAGI HASIL PAJAK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MUBA-FARIDA ARYANI STIER

1. 85% sampai dengan 100% dengan kriteria sangat berhasil

2. 70% sampai dengan 85% dengan kriteria berhasil

3. 55% sampai dengan 70% dengan kriteria cukup berhasil

4. 30% sampai dengan 55% dengan kriteria kurang berhasil

5. Kurang dari 30% dengan kriteria tidak berhasil.

a. Tingkat Pertumbuhan Dana Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan (DBH-

PBB)

Berdasarkan tabel 8 dapat dijelaskan bahwa tingkat pertumbuhan dana bagi

hasil Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014

mengalami fluktuatif. Pada tahun 2012 tingkat pertumbuhan dana bagi hasil pajak

bumi dan bangunan 32,09% angka ini menunjukan bahwa tingkat pertumbuhan

berada pada kategori kurang berhasil karena berada pada kategori 30% sampai

dengan 55%. Pada tahun 2013 tingkat pertumbuhan mengalami peningkatan sebesar

sebesar 38,96% menjadi 71,05% angka ini menunjukan bahwa tingkat pertumbuhan

dana bagi hasil pajak tergolong berhasil.

Tabel 8Tingkat Pertumbuhan

Dana Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan(PBB)Kabupaten Musi Banyuasin

Tahun 2011 s.d 2014

TahunBagi Hasil

Pajak Bumi dan BangunanTingkat

Pertumbuhan

Bagi HasilPajak Penghasilan

(PPh)

TingkatPertumbuhan

2011 Rp. 267.472.373.308,00 - Rp. 8.779.988.110,00 -

2012 Rp. 353.311.664.363,00 32.09% Rp. 13.247.769.698,00 50.89%

2013 Rp. 604.351.823.867,00 71.05% Rp. 12.375.042.141,00 -6.59%

2014 Rp. 544.254.127.293,00 -9.94% Rp. 17.425.084.359,00 40.81%

Rata-rata 31,07% 28,37%

Sumber: DPPKAD Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2015 (data diolah)

Page 20: KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DANA BAGI HASIL PAJAK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MUBA-FARIDA ARYANI STIER

Pada tahun ini pemerintah daerah mulai mengoptimalkan sumber-sumber

penerimaan PBB. Tingkat pertumbuhan dana bagi hasil pajak bumi dan bangunan

kembali mengalami penurunan pada tahun 2014 sebesar 9,94% angka ini menunjukan

bahwa tingkat pertumbuhan dana bagi hasil berada pada kategori tidak berhasil.

Dengan rata-rata pertumbuhan dana bagi hasil PBB selama tahun 2011 sampai

dengan 2014 sebesar 31,07%, maka dapat disimpulkan bahwa bahwa pertumbuhan

dana bagi hasil pajak bumi dan bangunan berada pada kategori kurang berhasil

karena berada pada kategori 30% sampai dengan 55%.

b. Tingkat Pertumbuhan Dana Bagi Hasil Pajak Penghasilan (PPh)

Berdasarkan tabel 8 diatas dapat dijelaskan bahwa dana bagi hasil Pajak

Penghasilan (PPh) orang pribadi dari tahun 2012 sampai tahun 2014 mengalami

fluktuatif, pada tahun 2012 tingkat pertumbuhan dana bagi hasil pajak bumi dan

bangunan 50,84% angka ini menunjukan bahwa tingkat pertumbuhan dana bagi hasil

pajak bumi dan bangunan tergolong cukup berhasil karena berada pada kategori 55%

sampai dengan 70%. Pada tahun 2013 tingkat pertumbuhan dana bagi hasil pajak

bumi dan bangunan turun 6,59% angka ini menunjukan bahwa tingkat pertumbuhan

dana bagi hasil pajak bumi dan bangunan berada pada kategori tidak berhasil karena

berada pada kategori kurang dari 30%. Pada tahun 2014 tingkat pertumbuhan dana

bagi hasil pajak bumi dan bangunan sebesar 40,81% angka ini menunjukan bahwa

tingkat pertumbuhan dana bagi hasil pajak bumi dan bangunan tergolong kurang

berhasil karena berada pada kategori 30% sampai dengan 55%. Dengan demikian

rata-rata pertumbuhan dana bagi hasil PPh selama tahun 2011 sampai dengan 2014

sebesar 28,37%, maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan dana bagi hasil PPh

berada pada kategori tidak berhasil.

V. SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa dana bagi hasil pajak

(DBHP) untuk tahun 2011 sampai dengan 2014, belum dapat meningkatkan

penerimaan pendapatan daerah secara optimal karena baik kontribusi maupun

pertumbuhannya masih sangat rendah. Secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

84

Page 21: KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DANA BAGI HASIL PAJAK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MUBA-FARIDA ARYANI STIER

1. Kontribusi dana bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan terhadap pendapatan daerah

selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 masih rendah atau kurang

berkontribusi karena rata-rata kontribusinya hanya sebesar 15,86%, sedangkan

kontribusi dana bagi hasil Pajak Penghasilan (PPh) terhadap pendapatan daerah

masih sangat kurang berkontribusi karena rata-rata kontribusinya dibawah 0,5%

yaitu hanya 0,47%. Kondisi ini menunjukkan bahwa dana bagi hasil pajak belum

memberikan kontribusi yang optimal. Hal ini disebabkan masih rendahnya tingkat

kepatuhan wajib pajak, terutama untuk wajib pajak orang pribadi.

2. Tingkat pertumbuhan dana bagi hasil pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

dikategorikan kurang berhasil dengan rata-rata tingkat pertumbuhan tahun 2011

sampai dengan tahun 2014 hanya sebesar 31,07%, dan dana bagi hasil Pajak

Penghasilan (PPh) tingkat pertumbuhannya dikategorikan tidak berhasil karena

rata-rata tingkat pertumbuhan hanya sebesar 28,37%. Hal ini merupakan dampak

dari rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak penghasilan, khususnya untuk wajib

pajak orang pribadi serta rendahnya tingkat persentase bagi hasil yang diberikan

oleh pemerintah pusat.

SARAN

Mengacu pada simpulan hasil penelitian, maka Penulis menyampaikan saran

berupa masukan sebagai berikut:

1. Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin dalam hal ini dinas terkait yaitu Dinas

Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Musi

Banyuasin harus mampu menggali potensi pajak baik PBB maupun PPh, serta

memberikan motivasi kepada wajib pajak agar lebih patuh dalam memenuhi

kewajiban perpajakannya. Pemerintah harus berani tegas untuk memberikan

sanksi kepada wajib pajak serta harus memberikan jaminan pengelolaan hasil

penerimaan pajak yang transparan dan akuntabel sehingga wajib pajak merasa

yakin dan percaya bahwa uang pajak yang disetorkan ke kas Negara benar-benar

digunakan untuk kepentingan masyarakat.

2. Bagi Pemerintah Pusat, diharapkan agar dapat meninjau kembali peraturan yang

terkait dengan dana bagi hasil, khususnya DBH-Pajak sehingga dapat dilakukan

Page 22: KONTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DANA BAGI HASIL PAJAK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MUBA-FARIDA ARYANI STIER

revisi peraturan untuk meningkatkan persentase dana bagi hasil pajak untuk

pemerintah daerah kabupaten, khususnya kabupaten penghasil.

3. Bagi masyarakat wajib pajak, khususnya wajib pajak bumi dan bangunan serta

wajib pajak penghasilan, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan

kepatuhannya dalam membayar pajak, sehingga dapat meningkatkan jumlah

penerimaan pajak khususnya di Kabupaten Musi Banyuasin.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Cooper, Donald R. & Schindler, Pamela S. 2006. Business Research Methods. Vol.1st. 9Th Edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Halim, Abdul, dkk. 2007. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah.Jakarta: Salemba Empat.

--------------------------. 2014. Perpajakan: Konsep, Aplikasi, Contoh dan Studi Kasus.Jakarta: Salemba Empat.

Kementerian Sekretariat Negara. 2009. Undang-undang No. 36 Tahun 2008 TentangPajak Penghasilan.

Resmi, Siti. 2014. Perpajakan Teori dan Kasus. Buku 1 Edisi kedelapan. Jakarta:Salemba Empat.

Sanusi, Anwar. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis. Cetakan ketiga. Jakarta: SalembaEmpat

Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business. 4Th Edition. New York: JohnWiley&Sons Inc.

Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Undang-undang No. 33 Tahun 2004 TentangPerimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Pemerintah Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994 TentangPajak Bumi dan Bangunan.

Waluyo. 2009. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.