41
MANAJEMEN PELAYANAN PRODUK DAN JASA BANK SYARIAH AKAD MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH DI PERBANKAN SYARIAH Penyusun: FAKULTAS AGAMA ISLAM PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG 2015 Surya Suwarna 1461206008 Evi Afiyah 1416126061 Fajar Subiyantoro 1416126006 Kelas : III/C Perbankan Syariah

Manajemen pelayanan produk dan jasa bank syariah mudharabah dan musyarakah

Embed Size (px)

Citation preview

MANAJEMEN PELAYANAN PRODUK DAN JASA BANK SYARIAH

AKAD MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH DI PERBANKAN SYARIAH

Penyusun:

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2015

Surya Suwarna 1461206008

Evi Afiyah 1416126061

Fajar Subiyantoro 1416126006

Kelas : III/C Perbankan Syariah

i

KATA PENGANTAR

Sega puji hanya milik Allah SWT, karena dengan Rahmat dan Izin-Nya,

makalah “AKAD MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH DI PERBANKAN

SYARIAH” yang merupakan salah satu bagian dari materi Manajemen Pelayanan

Produk dan Jasa Bank Syariah dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap

tercurah kepada junjunan Nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa umat

manusia dari zaman jahiliyah hingga zaman ilmiah kini.

Dengan adanya penugasan proyek penyusunan makalah ini dapat

memberikan manfaat bagi kami khusunya, dan bagi para pembaca pada

umumnya. Makalah ini dibuat berdasarkan sumber yang jelas dari hasil penelitian

dan pengembangan di perpustakaan, sehingga makalah ini dapat tersusun guna

menambah wawasan, pengetahuan serta keyakinan kita dalam mengkaji materi

dan sebagai penunjang mengenai pemahaman produk dan jasa yang ada di bank

syariah yang harus dimiliki seseorang apabila terlibat dalam organisasi

perusahaan perbankan syariah kedepannya dan tidak menutup kemungkinan

makalah ini bisa dijadikan referensi bacaan bagi peminat penguna jasa dan produk

bank syariah.

Selanjutnya penulis berharap semoga makalah sederhana ini dapat

memenuhi syarat sebagaimana yang diharapkan.

Tangerang, November 2015

Penulis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................1

B. Rumusan Masalah .................................................................................3

C. Metode Penulisan ..................................................................................3

D. Sistematika Penulisan............................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Mudharabah...........................................................................................6

B. Musyarakah .........................................................................................25

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................38

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bank syariah dalam menjalankan bisnisnya menyediakan berbagai

jenis produk yang ditawarkan dengan skema sesuai akad yang disyariatkan, baik

berupa produk-produk untuk penghimpunan dana nasabah (funding) maupun

produk penyaluaran dana atau pembiayaan bagi nasabah (financing). Secara

mendasar seperti dalam penyaluran dana (memberikan pinjaman) bank syariah

tidak diperkenankan untuk memungut bunga maupun memungut imbalan lain

dalam bentuk apapun juga, oleh karena itu bank syariah menempuh mode atau

cara lain yang prinsipnya dibenarkan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam

(prinsip syariah). Adapun cara-cara yang ditempuh dalam moda pembiayaan bank

syariah itu sendiri mengunakan akad Murabahah, Mudharabah, Musyarakah dan

Ijarah.

Dibawah ini merupakan tabel produk-produk yang ditawarkan bank

syariah, Adapun produk-produk yang ditawarkan bank syariah sebagai berikut:1

Tabel 1 Kelompok produk Lending

Akad Pembiayaan Skema Pembiayaan Contoh Produk Pembiayaan

Jual Beli Murabahah

Isthisna’

Salaam

PPR (Rumah)

PPM (Motor)

Bagi Hasil Musyarakah

Mudharabah

PDB (Pembiayaan

Dana Berputar)

Pembiayaan

1 Ikatan Bankir Indonesia. Mengelola Bank Syariah modul sertifikasi tingkat II general

banking syariah. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.2014, h.109

2

Ekspor/Impor

Pembiayaan Resi

Gudang

Sewa Ijarah

Ijarah Muntahiya

Bithamlik

Pembiayaan Pendidikan

Pembiayaan Umrah

Pembiayaan Rumah &

Mobil

Imbalan/Fee Based Kafalah

Wakalah

Qardh & Ijarah

Rahn

Garansi Bank

L/C

Talangan Haji

Gadai Emas

Tabel 2 Kelompok Produk Dana dan Jasa

Dana Jasa & Layanan E-Channel Produk Valas

Giro Wadiah Kiriman

Uang

ATM Travellers

Cheque

Deposito

Wadiah

Remittance

(kiriman

uang valas)

Mobile

Banking

Sharf (jual beli

valuta asing)

Tabungan

Mudharabah

Inkaso Phone

Banking

Tabungan Haji Kliring SMS

Banking

Sukuk/Obligasi

Syariah

RTGS Internet

Banking

3

Bank syariah adalah bank yang mekanisme kerjanya menggunakan

meknisme bagi hasil, terlebih dalam moda pembiayaan maka perlu mendapat

perhatian mengenai teori mudharabah dan musyarakah sebagai bagian dari skema

yang dijalankan pada produk finansial yang berbasis kemitraan atau kerjasama.

B. Rumusan Masalah

Beberapa pokok masalah yang akan penulis bahas adalah sebagai berikut:

1. Apa dan bagaimana penerapan akad mudharabah di bank syariah?

2. Apa dan bagaimana penerapan akad musyarakah di bank syariah?

C. Metode Penulisan

Makalah ini disusun berdasarkan sumber yang kami peroleh dari buku

hasil riset di perpustakaan.

D. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Metode Penulisan

D. Sistematika Penulisan

BAB II Pembahasan

BAB III Penutup

Kesimpulan

Daftar Pustaka/Referensi

Mudharabah

Muqayadah

SDB (Safe

Deposit

Box)

Electronic

Data

Capture

(EDC)

Custodian

4

BAB II

PEMBAHASAN

Dalam kajian fiqh muamalat Islam ada dikenal dengan dua istilah Wa’ad

dengan akad. Pengertian Wa’ad adalah janji (promise) antara satu pihak kepada

pihak lainnya, sementara akad adalah kontrak antara dua belah pihak.2 Sementara

itu fiqh muamalat juga membagi akad kedalam dua bagian yang dilihat dari ada

atau tidaknya kompensasi, akad tersebut yaitu akad tabarru’ dan akad tijarah.

Apabila dilihat dari tingkat kepastian dari hasil yang diperoleh kontrak/akad

dibagi kedalam dua kelompok besar yaitu: Natural Certain Contarcts, dan

Natural Uncertainy Contract.3

Maka dalam skema dapat digambarkan sebagai berikut:4*

2 Adiwarman A. Karim. BANK ISLAM Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: PT Rajagrafindo persada. 2004, h.65 3 Adiwarman A. Karim. BANK ISLAM Analisis Fiqh dan Keuangan.....h.51 4 Adiwarman A. Karim. BANK ISLAM Analisis Fiqh dan Keuangan.....h.71

Wa’ad

Akad

Transaksi Sosial Tarnsaksi Komersial

1. Qard

2. Wadiah

3. Wakalah

4. Kafalah

1. Murabahah

2. Salam

3. Istishna’

4. Ijarah

1. Musyarakah

(wujud, ‘inan,

abdan,

muwafadhah,

mudharabah)

Ncc Nuc

5

Secara pengertian Natural Certain Contarcts adalah kesepakatan kedua

belah pihak untuk saling mempertukarkan aset yang dimiliki, dalam pertukaran

objek maka kepastian barang atau jasa yang akan ditukar harus pasti dari segi

jumlah, kualitas, harga dan waktu penyerahannya. Kategori akad yang masuk

kedalam NCC ini adalah: Akad Jual Beli (Bai’, Salam, dan Istishna’) dan Akad

Sewa Menyewa (Ijarah dan IMBT). Sedangkan untuk pengertian Natural

Uncertainy Contract adalah keadaan pihak-pihak dalam bertransaksi yang

melakukan saling pencampuran asetnya baik aset riil maupun aset financial

menjadi kesatuan dan kemudian dalam mendapat keuntungan resiko ditangggung

bersama-sama (keuntungan kerugian). Adapun contoh NUC Musyarakah (wujud,

‘inan, abdan, muwafadhah, mudharabah), Muzara’ah, Musaqah, dan

Mukhabarah.

Bentuk kegiatan organisasi bisnis seperti kemitraan didirikan dengan tujuan

adanya pembagian keuntungan dengan partisipasi bersama. Seperti dibahas pada

pembahasan diatas Mudharabah dan Musyarakah merupakan bagian dari

kelompok Natural Uncertainy Contract dimana dua model bagi hasil yang lebih

disukai dalam hukum Islam.5 Metode profit and loss sharing inilah yang

digunakan bank syariah dalam model pendanaan.

5 Mervyn K. Lewis & Latifa M. Algaoud. Islamic Banking, alih Bahasa Burhan Subrata. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta. 2007, h.60

Teori Pertukaran

Teori Percampuran

* bentuk skema dengan perubahan (penyaji)

5. Rahn

6. Hibah

7. Waqf

2. Muzara’ah

3. Musaqah

4. Mukhabarah

6

1. Mudharabah

a. Pengertian Mudharabah

Secara etimologi kata mudharabah berasal dari kata al-dharab,yang berarti

secara harfiah adalah bepergian atau berjalan. Istilah mudharabah adalah kata

yang digunakan oleh bangsa penduduk Irak sedangkan bangsa penduduk Hijjaz

kata yang digunakan adalah qiradh, namun pemaknaan mudharabah dan qiradh

adalah satu makna.6

Didalam Al-Qur’an kata mudharabah tidak disebutkan secara jelas hanya

mengungkapkan mustaq dari kata dharaba sebanyak 58 kali.7 Kata dharaba bisa

dilihat sebagaimana firman Allah pada Q.S Al-Muzamil: 20 :

......

........

Artinya : .....dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari

sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan

Allah.....

Didalam buku ringkasan sunnah sayyid sabiq karya Syaikh Sulaiman

Ahmad Yahya Al –Faifi, Mudharabah didefinisikan sebagai kerjasama dua pihak,

salah satu pihak pemberi modal kepada pihak lain untuk dikelola dengan

keuntungan dibagi berdua sesuai kesepakatan.8 Adiwaman A Karim

mendefinisikan akad Mudharabah sebagai akad kontrak dua pihak dimana satu

pihak berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan modalnya untuk

dikelola oleh pihak kedua, yakni si pelaksana usaha9. Menurut Fatwa Dewan

Syariah Nasional MUI (DSN-MUI) pengertian Mudharabah, yakni akad kerja

sama dalam suatu usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (malik, shahib al-

mal, LKS) menyediakan seluruh modal, sedang pihak kedua (‘amil, mudarib,

6 Hendy Suhendy. Fiqh muamalah. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. 2002, h.135 7 Muhammad. Kontruksi mudharabah dalam bisnis syariah . Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA. 2005, h.47 8 Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al –Faifi. Ringkasan Fiqh Sunnah Sayid Sabiq, alih bahasa Ahmad

Tirmidzi. Jakarta: Pustaka Al -Kautsar. 2015 cet.3, h.811. 9 Adiwarman A. Karim. BANK ISLAM Analisis Fiqh dan Keuangan.....h.204-205

7

nasabah) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi antara mereka

secara kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.10

b. Dasar Hukum Mudharabah

Dasar hukum melakukukan mudharabah adalah boleh.11 Hadis yang di

riwaytkan oleh Ibnu Majah dari Shuhaib r.a, yang menjadi dasar hukum ini,.

Rasulullah SAW, telah bersabda:

والللبيع وخلط البر با لشعير للبيتثالث فيهن البركة البيع إلى اجل والمقا رضة

Artinya: Ada tiga perkara yang diberkati: jual beli yang ditangguhkan,

memberi modal, dan mencampur gandum dengan jelai untuk keluarga,

bukan untuk dijual.

Adapun dalam prakteknya mudharabah dilakukan antara Khadijah dengan

Nabi, saat itu Khadijah mempercayakan barang dagangannya untuk dijual oleh

Nabi Muhammad SAW keluar negeri. Dalam praktik ini Khadijah berperan

sebagai pemilik modal (shahib al-mal) dan Nabi Muhammad SAW berperan

sebagai Mudharib.12 Pada dasarnya praktik mudharabah telak dipraktikan oleh

penduduk Arab sebelum Islam turun. Ketika Nabi Muhammad SAW berprofesi

sebagai pedagang, pada saat itu usia Nabi SAW berusia sekitar 20-25 tahun.

Dalam kitab al-Muwatha’ Imam Malik, dari al-A’la Ibn Abd al-Rahman Ibn

Ya’qub, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa ia pernah pengerjakan harta Utsman

r.a sedangkan keuntungannya dibagi dua.13

Dalam praktiknya di Indonesia, bank syariah melakukan kegiatan usahanya

berdasarkan akad mudharabah di pedomani Fatwa-Fatwa DSN-MUI14, adapun

fatwa yang dikeluarkan oleh DSB-MUI untuk menetukan keabsahan akad

mudharabah adalah sebagai berikut:

10 Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 07/DSN-MUI/IV/2000, tanggal 29 Dzulhijjah 1420H/4 April 2000 tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh). 11 Hendy Suhendy. Fiqh muamalah.....h.138. 12 Adiwarman A. Karim. BANK ISLAM Analisis Fiqh dan Keuangan.....h.204 13 Hendy Suhendy. Fiqh muamalah.........h.139 14 Sesuai dengan UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Prinsip syariah yang harus dijalankan oleh bank syariah harus telah difatwakan oleh Majelis Ulama Indonesia dan Fatwa

tersebut dituangkan dalam peraturan BI. Fatwa tentang perbankan syariah dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN).

8

1. Fatwa DSN-MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan

Mudarabah (Qiradh).

2. Fatwa DSN-MUI No. 33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah

Mudarabah.

3. Fatwa DSN-MUI No. 38/DSN-MUI/202 tentang Sertifikat Investasi

Mudharabah Antarbank (Sertifikat IMA).

4. Fatwa DSN-MUI No. 50/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Mudharabah

Musytarakah.

5. Fatwa DSN-MUI No. 51/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Mudharabah

Musytarakah pada Asuransi Syariah.

6. Fatwa DSN-MUI No. 59/DSN-MUI/V/2007 tentang Obligasi Syariah

Mudharabah Konversi.

c. Rukun Mudharabah

Unsur-unsur (rukun) yang harus ada dalam akad mudharabah adalah sebagai

berikut:

1. Adanya dua pihak (pelaku) yakni, pihak pemilik modal dan

pelaksana usaha. (shahib al-maal dan mudharib).

Syarat seorang shahib al-maal dan mudharib yakini pertama

memiliki kapasitas untuk menjadi pemodal dan pengelola dan kedua

memiliki kewenangan mewakilkan/memberi kuasa dan menerima

pemberian kuasa.15

2. Adanya objek Mudharabah (modal dan kerja)

Modal yang disediakan oleh shahib al-maal harus berbentuk uang,

jumlahnya jelas, dan tunai.16 Modal harus berbentuk uang dan tidak

boleh berbentuk barang didasarakan pada pendapat fuqaha. Karena

barang tidak dapat dipastikan taksiran haraganya dan

15 Muhammad. Kontruksi mudharabah dalam bisnis syariah ....h.56 16 Sutan Remy Sjahdeini. Perbankan syariah produk-produk dan aspek-aspek hukumnya, Jakarta: Kencana,2014, h.309

9

mengakibatkan ketidakpastian (gharar) besarnya modal

mudharabah.17 Arti tunai disini bukan uang hutang.

Dalam maslah kerja (usaha yang dilakukan) segala jenis usaha

diperbolehkan dalam melakukan kerja sama mudharabah, orientasi

tidak hanya pada berfokus pada keuntungan semata, tetapi usaha

yang dijalankan harus sesuai dengan ketentuan syari’ah yakni usaha

yang halal dan baik. Mudharib berkewajiban menyediakan keahlian,

waktu, pikiran, dan upaya untuk mengelola proyek.18

3. Ijab dan Qabul (Persetujuan kedua belah pihak)

Perjanjian mudharabah dapat dibuat baik secara formal maupun

informal, baik secara tertulis maupun lisan.19 Pentingnya pada akad

ini dilakukan secara tertulis pula dengan perumusan secara tegas

dan jelasa gar tidak ada kesalah pahaman (salah tafsir) pada akad

yang telah dilakukan dikemudian hari. Al Qur’an Surah Al Baqarah

ayat 28220 menekankan pada setiap perjanjian pinjaman dilakukan

secara tertulis.

4. Nisbah Keuntungan

Perhitungan keuntungan didasarkan pada keuntungan dipotong

modal, dan pendapata keuntungan masing-masing pihak dilakukan

dengan nisbah keuntungan seperti 50:50 atau 70:30 dan seterusnya,

artinya tidak dinyatakan dengan nominal tertentu, misalkan seorang

pemilik modal mensyaratkan bahwa untung yang harus diterima

sebesar. Rp 750.000,- dari usaha yang akan dijalankan mudharib,

padahal dalam usaha kejelasan untung atau rugi belum dapat

diketahui. Ini tergolong kedalam perbuatan ribawi, karena

17 Adiwarman A. Karim. BANK ISLAM Analisis Fiqh dan Keuangan.....h.206 18 Sutan Remy Sjahdeini. Perbankan syariah produk-produk dan aspek-aspek hukumnya.....h.313. 19 Sutan Remy Sjahdeini. Perbankan syariah produk-produk dan aspek-aspek hukumnya.....h.306. 20 Arti Q.S 2: 282 “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar.......”

10

menjadikan kontrak yang berkarakter tidak pasti (Uncertainy

Contract) menjadi Certainy Contract.

Islam memperbolehkan adanya sharing keuntungan dan kerugian.

Dalam keuntungan (bila usaha yang dijalankan untung) maka

dikenal dengan nisbah keuntungan. Bila merugi tidak dikenal

dengan istilah nisbah kerugian, melainkan kerugian yang terjadi

dibagi berdasarkan besarnya modal masing-masing pihak. Pemilik

modal menanggung uang yang dijadikan modal, sedangkan

pelaksana kerja (proyek) menanggung kerugian jerih payahnya yang

telah di kontribusikan dan dikeluarkan baik kerja, usaha dan

waktunya.Dalam praktiknya diperbankan modern, tawar-menawar

nisbah antara pemilik modal (yakni investor atau deposan) dengan

bank syariah hanya terjadi bagi deposan/investor dengan jumlah

besar, karena mereka ini memiliki daya tawar yang relatif tinggi.21

Tetapi dalam prktiknya di perbankan syariah deposan atau nasabah

menanggung kerugian belum pernah terjadi. Bahkan bukti empiris

menunjukan bahwa imbal jasa deposito atau tabungan syariah lebih

besar dibandingkan dengan bunga deposito atau tabungan pada

bank konvensional.22

d. Skema Mudharabah

21 Adiwarman A. Karim. BANK ISLAM Analisis Fiqh dan Keuangan.....h.209 22 Irma Devita P. dan Suswinarno. Akad syariah, Bandung: Kaifa, 2011, h.31

+

Mudharib (pelaksana usaha)

Modal 0% Skill 100%

Shahib al Maal (pemilik dana)

Modal 100% Skill 0%

Bagi hasil

Rp Rp Rp

11

e. Jenis Mudharabah

Pada prinsipnya, mudharabah bersifat mutlak dimana shaib al-maal tidak

menetapkan syarat-syarat tertentu kepada si mudharib, hal ini disebabkan karena

ciri khas mudharabah berdaskan hubungan dan personal yang melibatkan

kepercayaan/amanah yang tinggi.23 Tetapi apabila memang perlu adanya

penetapan oleh shaib al-maal dalam menyelamatkan modal dari resiko kerugian

yang diberikan kepada mudharib, maka boleh shaib al-maal mentapkan syarat-

syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh seorang mudharib.

23 Adiwarman A. Karim. BANK ISLAM Analisis Fiqh dan Keuangan.....h.212

BANK NASABAH

MODAL 100% SKILL

PROYEK

OMSET KEUNTUNGAN

12

Ada dua jenis mudharabah24.:

1. Mudharabah al muqayyadah, yakni mudharabah yang terbatas apabila

shaib al-maal menentukan bahwa mudharib hanya boleh berbisnis

dalam bidang tertentu.

2. Mudharabah al muthlaqah, yakni mudharabah yang mutlak atau tidak

terbatas apabila shaib al-maal menyerahkan sepenuhnya kepada

pertimbangan mudharib untuk kedalam bisnis apa uang shaib al-maal

akan ditanamkan.

f. Praktik Mudharabah di Perbankan Syariah

Ada dua pemaknaan tentang mudharabah, ada yang menekankan

mudharabah sebagi produk ada yang menekankan bahwa mudharabah itu sebagai

sistem. Sebagai sistem mudhrabah dipahami pengganti sistem bunga sedangkan

mudharabah ditekankan sebagai produk artinya, penerapan mudharabah pada

berbagai jenis pelayanan yang disediakan dan ditawarkan oleh bank syariah untuk

keperluan nasabahnya.

Dalam penerapan sebagai produk mudharabah dibedakan menjadi dua yaitu

mudharabah bersifat tabungan atau akumulasi dana dan mudharabah bersifat

pembiayaan.25

Mudharabah Dalam Penghimpuanan Dana

Pengaplikasian mudharabah dalam kegiatan penghimpunan dana dilakukan

dengan menerbitkan produk giro, tabungan dan deposito. Didalam kegiatan

menghimpun dana dengan pengaplikasian mudharabah, disini si penabung

(nasabah) menjadi shaib al-maal dan pihak bank menjadi mudharib. Pihak bank

apabila terjadi kesalahan urus dalam pengelolaan dana nasabah (miss

management), bank bertanggung jawab penuh terhadap kerugian tersebut.

24 Sutan Remy Sjahdeini. Perbankan syariah produk-produk dan aspek-aspek hukumnya.....h.296. 25 Muhammad. Kontruksi mudharabah dalam bisnis syariah ....h.92

13

Kita ketahui bahwa pembagian mudharabah ada dua yakni Mudharabah al

muqayyadah dan Mudharabah al muthlaqah kedua pembagian mudarabah ini

secara istilah di kenal dengan Unresticed Investement Account, URIA untuk

pengistilahan Mudharabah muthlaqah, dan Resticed Investement Account, RIA

untuk pengsitilahan Mudharabah muqayyadah.

Dalam pembahasaan yang diuraikan oleh Muhammad Syafi’i Antonio

dalam bukunya Bank Syariah dari Teori ke Praktek mengemukakan aplikasi

mudharabah ini diwujudkan dalam bentuk:

a. Deposito Berjangka. Tabungan mudharabah ini disebut juga dengan

deposito biasa. Tabungan ini dimaksudkan untuk tujuan-tujuan khusus,

seperti tabungan haji, tabungan qurban dan lain sebagainya

b. Tabungan Khusus. Disebut juga special investment. Tabungan ini

secara khusus akan disalurkan untuk bisnis atau proyek tertentu,

misalnya murabahah atau ijarah.26

Berikut ini penjelasan produk penghimpunan dana di bank:27

1. Giro, merupakan : 1) Simpanan yang dapat diambil sewaktu-waktu

atau berdasarkan kesepakatan dengan menggunakan cek atau kartu

ATM sebagai media/alat penarikan, 2) Dapat dibuka oleh perusahaan

atau perorangan, 3) Aturan tentang setoran pertama dan saldo

minimal, dan 4) Cek dapat berbentuk tunai atau melalui rekening

(account payable)

2. Tabungan, merupakan: 1) Simpanan yang dapat diambil berdasarkan

kesepakatan dengan menggunakan buku atau kartu sebagai alat

penarikan. 2) Buku tabungan/ account statement merupakan bukti

pemilikan/pemegang rekening. Dan 3) Aturan tentang setoran pertama

dan saldo minimal

26 Muhammad Syafi’i Antonio. Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani Press. 2002 27 Cecep Maskanul Hakim Peneliti Bank Yunior Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia.

Bahan Persentasi dengan judul “Produk Perbankan Syariah”. Bank Indonesia

14

3. Deposito, merupakan: 1) Simpanan untuk jangka waktu tertentu yang

dapat diambil setelah jatuh tempo, 2) Menggunakan bilyet sebagai

tanda bukti simpanan, dan 3) Mendapatkan bagi hasil yang dibayarkan

tiap akhir bulan.

Skema pada Bank Syariah

Membuka deposito/tabungan

– Mencairkan deposito/tabungan

– Ditambah dengan imbal jasa/bagi hasil

Skema pada Bank Konvensional

– Membuka deposito/tabungan

– Mencairkan deposito/tabungan

– Ditambah dengan bunga

Peraturan Bank Indonesia memberikan syarat minimum akad yang berbeda

antara deposito dan tabungan dengan giro. Pembedaan tersebut oleh sifatnya

yakni giro lebih di tujukan bagi kegiatan usaha nasabah, sedangkan deposito dan

tabungan diperuntukkan bagi investasi.28

Syarat minimum akad mudharabah untuk tabungan dan deposito adalah:

1. Adanya pihak yang melakukan akad, yakni bank yang bertindak selaku

pengelola dana (mudharib), sementara nasabah bertindak selaku

pemilik dana (shahib al-mal).

2. Dananya harus disetor penuh Jadi, tidak dibolehkan pemberian dana

dalam bentuk cicilan atau bertahap.

3. Pembagian keuntungan dalam nisbah.

4. Pada tabungan, nasabah wajib menginvestasikan dana minimum

tertentu.

5. Nasabah tidak boleh menarik dana di luar kesepakatan.

28 Muhammad Yusuf dan Wiroso. Bisnis Syariah, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2011

NASABAH

BANK

SYARIAH

NASABAH BANK

KONVENSIONAL

15

6. Biaya operasional dari nisbah bank.

7. Bank tidak boleh mengurangi hak nasabah.

8. Bank tidak menjamin dana nasabah, kecuali diatur berbeda dalam

perundang-undangan yang berlaku.

Sedangkan syarat minimum akad mudharabah untuk giro, yaitu:

1. Harus ada kegiatan usaha (dharabah) dari nasabah.

2. Pembagian keuntungan dihitung dari saldo terendah.

3. Biaya operasional tidak dibebankan pada bagian keuntungan (nisbah)

bank, melainkan ditanggung bersama berdasarkan nisbah.

Dalam prinsip mudharabah, terdapat potensi risiko yang mungkin dihadapi

oleh pihak bank, yaitu:

1. Risiko likuiditas, yaitu risiko yang disebabkan oleh fluktuasi dana

yang ada di rekening giro relative tinggi dan bank setiap saat harus

memenuhi kewajiban jangka pendek tersebut.

2. Risiko pasar, yaitu risiko yang disebabkan oleh pergerakkan nilai tukar

untuk giro dalam valuta asing.

3. Risiko displacement (commercial displacement risk), yaitu risiko yang

disebabkan oleh adanya potensi nasabah memindahkan dananya

karena adanya tingkat bonus atau bagi hasil riil yang lebih rendah dari

tingkat suku bunga yang ada.

Berikut ini deskripsi contoh sederhana dalam perhitungan bagi hasil pada

deposito mudharabah:

Bapak H. Fajar memiliki deposito sebanyak Rp 30 juta di Bank “Surya

Syariah“ dengan jangka waktu satu bulan (misalnya dari 1 November 2015

s/d 1 Oktober 2015). Kesepakatan bagi hasil yang telah disepakati antara

bank dan H. Fajar pada awal transaksi adalah 43% : 57%. Jika keuntungan

yang diperoleh Bank “Surya Syariah” untuk deposito satu bulan per 31

Oktober 2015 adalah Rp 18,5 Juta, sementara rata-rata deposito jangka

waktu satu bulan adalah Rp 1000 (1 Miliyar), maka teknik perhitungan bagi

hasilnya adalah sebagai berikut:

𝑅𝑝 30.000.000

𝑅𝑝 1000.000.000𝑥 𝑅𝑝 18.500.000 𝑥 57%

= 𝑅𝑝 316.350,−(𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑝𝑜𝑡𝑜𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘)

16

Dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya pendapatan riil yang akan

diperoleh nasabah sangat tergantung kepada pendapatan yang diperoleh bank,

berdasrakan prosentase keuntungan.

Pemberian keuntungan oleh bank syariah kepada nasabah melalui

pendekatan LDR ( Loan to Deposit Ratio) . Artinya dalam mengakui pendapatan

bank syari’ah menimbang rasio antara dana pihak ketiga dan pembiayaan yang

diberikan serta pendapatan yang dihasilkan dari perpaduan dua faktor tersebut.29

Berikut ini contoh-contoh produk penhimpunan dana yang ditawarkan oleh

bank syariah di Indonesia :

1. Deposito Mudharabah

Deposito Mudharabah iB30

Deposito syariah dalam mata uang Rupiah dan US Dollar yang fleksibel dan

memberikan hasil investasi yang optimal bagi Anda.

Manfaat

Menguntungkan

Memperoleh bagi hasil yang kompetitif setiap bulan Ketenangan di hati

Dana investasi nasabah dikelola secara Syariah, sehingga memberikan ketenangan batin dalam berinvestasi Fleksibel

Tersedia pilihan jangka waktu investasi Sebagai Jaminan

Dapat digunakan sebagi jaminan pembiayaan atau untuk referensi Bank 29 Muhammad. Kontruksi mudharabah dalam bisnis syariah....h.98-99 30 http://www.bankmuamalat.co.id/produk/deposito-mudharabah (diakses 09/11/2015) dengan pengubahan penyaji

17

Muamalat.

Syarat Pembukaan

Perorangan

WNI : KTP/SIM/Paspor yang masih berlaku dan NPWP atau surat

pernyataan terkait kepemilikan NPWP/Surat pernyataan

WNA : KIMS/KITAS/Surat referensi

Perusahaan/Institusi: NPWP, Dokumen legalisasi, dan Dokumen izin usaha

Deposito Mudharabah

Deskripsi Deposito Mudharabah

Kategori Nasabah 1. Perorangan

2. Badan Hukum

Minimal Saldo Rekening Rp 5.000.000

USD 1.000

Pilihan Jangka Waktu

1 Bulan

3 Bulan

6 Bulan

12 Bulan

Fasilitas Asuransi Tidak Ada

18

2. Tabungan Mudharabah

SimPel iB31

Tabungan Masa Kini! Simpanan Pelajar iB yang selanjutnya disebut SimPel iB adalah simpanan

berupa tabungan perorangan yang diperuntukkan siswa dengan persyaratan mudah dan sederhana serta fitur yang menarik, dalam rangka edukasi dan inklusi keuangan untuk mendorong budaya menabung sejak dini. Adapun siswa

dimaksud yakni siswa PAUD, TK, SD, SMP, SMA, Madrasah (MI, MTs, MA) atau sederajat, yang berusia di bawah 17 tahun dan belum memiliki KTP dalam

mata uang Rupiah dengan Prinsip syariah Mudharabah Mutlaqah.

Persyaratan

1. Perorangan (WNI); dan 2. Siswa PAUD, TK, SD, SMP, SMA, Madrasah (MI, MTs, MA) atau

sederajat. 3. Usia di bawah 17 tahun

Fitur-Fitur

No Deskripsi Produk Simpanan Pelajar iB (SimPel

iB)

1 Tipe Penghimpunan Dana Tabungan

2 Prinsip Mudharabah

3 Peruntukkan Perorangan (WNI)

4 Nisbah/Bagi Hasil Mengikuti ketentuan yang berlaku

5 Zakat Optional

6 Umur Nasabah < 17 tahun

7 Nama Rekening Nama Siswa

8 Nama CIF Nama Siswa

31 http://bjbsyariah.co.id/produk-dan-jasa/produk-perhimpunan-dana/simpel-ib/ (diakses

09/11/2015) dengan pengubahan penyaji

19

9 Setoran Awal Rp 1.000,00

10 Setoran Selanjutnya Rp 1.000,00

11 Saldo Minimum Rp 1.000,00

12 Saldo Maksimum Tidak Dibatasi

13 Batasan Transaksi

Penarikan Di Channel Teller :

Nominal Maksimal Rp. 500.000,00/Hari,

Kecuali pada saat nasabah ingin menutup rekening

Frekuensi Tidak dibatasi

14 Info Rekening Buku Tabungan, Rekening Koran

15 Nama yang tercantum

dalam buku tabungan Nama Siswa

16

Fasilitas ATM untuk

Tingkatan Siswa SD, MI, SMP,

SMA, MTs, MA atau sederajat

(PAUD,TK) tidak diberikan

Fasilitas ATM

Kartu ATM SimPel iB & atau Co

Branding (Tetap menggunakan Logo/Mockup

SimPel iB)

17 Nama yang tercantum

dalam kartu ATM Nama Siswa

18 Batasan Transaksi Kartu

ATM SimPel iB

Penarikan Tunai Rp. 200.000,00/

Transaksi

Penarikan Tunai Rp. 1.000.000,00/Hari

Frekeuensi Transaksi 5 kali/Hari

19 Biaya-biaya:

Adm Tab per bulan

GRATIS/Tidak dikenakan biaya

Adm ATM per bulan GRATIS/Tidak dikenakan biaya

Penerbitan Kartu ATM GRATIS/Tidak dikenakan biaya

Saldo dibawah Minimum GRATIS/Tidak dikenakan biaya

Penutupan Rekening Rp 1.000,00

Rekening Dormant Rp 1.000,00/bulan

Penggantian Buku

Tabungan Habis/Halaman Penuh GRATIS/Tidak dikenakan biaya

Penggantian Buku

Tabungan Rusak/Hilang Rp 5.000,00

Penggantian Kartu ATM

Rusak/Hilang Rp 15.000,00

Syarat dan Mekanisme

20

Penandatangan Kartu Contoh Tanda tangan (speciment) dan buku Tabungan

serta mekanisme penyerahan buku tabungan adalah sebagai berikut :

Untuk siswa TK/PAUD/SD atau sederajat, Kartu Contoh Tanda

tangan dan buku tabungan wajib ditandatangani oleh orang tua/wali. Sedangkan untuk siswa SMP/SMA atau sederajat, Kartu Contoh Tanda tangan dan buku tabungan wajib ditandatangani oleh siswa.

Untuk siswa TK/PAUD/SD atau sederajat, penyerahan buku tabungan dapat diwakili oleh sekolah atau langsung kepada orang

tua/wali. Sedangkan untuk siswa SMP/SMA atau sederajat, penyerahan buku tabungan dapat diwakili oleh sekolah atau langsung kepada siswa yang bersangkutan.

Pembatasan pelaku penarikan sebagai berikut :

Untuk jenjang pendidikan PAUD, TK, SD, MI atau sederajat :

Penarikan di sekolah dilakukan oleh siswa dengan mengisi Slip Penarikan yang ditandatangani oleh siswa selaku Nasabah dan harus

disertai tanda tangan Orangtua/Wali.

Tanda tangan siswa tidak menjadi acuan verifikasi Bank, melainkan

hanya sebagai sarana edukasi.

Penarikan dicounter Kantor Cabang Bank dilakukan oleh Nasabah

didampingi Orangtua/Wali. Verifikasi mengacu pada kebijakan Bank.

Untuk jenjang pendidikan SMP, SMA, MTs, MA atau sederajat :

Slip penarikan ditandatangani siswa selaku Nasabah.

Mudharabah Dalam Pembiayaan

Dalam muamalah ekonomi islam, baik mudharabah ataupun musyarakah

terdapat salah satu ayat Al-Quran yang berkaitan dengan kerja sama ini, yaitu :

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati

Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati

amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.

(Q.S Al-Anfal (8): 27)

21

Berbeda dengan mudharabah penghimpunan dana disini disini bank

menjadi shaib al-maal dan pihak nasabah menjadi mudharib. Dalam produk

mudharabah pengerahan dana diterapkan secara khusu bagi para nasabah yang

membutuhkan modal untuk sebuah usaha.32

Aplikasi tersebut digolongan menjadi dua, yaitu:

a. Pembiyaan Modal Kerja (PMK). Hal ini dimaksudkan bank dapat

memberikan modal kepada nasabahnya yang menghendaki usaha.

Dalam hal ini, bank memberi kebebasan kepada pengusaha untuk

melakukan berbagai jenis usaha yang diinginkan. Seperti perdagangan

atau bisnis jasa.

b. Investasi Khusus. Adalah pemberian modal dari bank yang berasal dari

sumber dana khusus dengan penyaluran pada jenis usaha tertentu dan

dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh pihak bank. Dalam hal

ini bank tidak menerima sebuah usaha yang mempunyai nilai

spekulatif yang tinggi.33

Seperti sudah dijelaskan dalam pembahsan diatas ada dua jenis mudaranah

Mudharabah al muqayyadah Resticed Investement Account, RIA dan

Mudharabah al muthlaqah/Unresticed Investement Account, URIA .

Ada ketentuan masing masing produk tersbut:

Dalam mudharabah muthlaqah (URIA = Unrestricted Investment Account,

ketentuannya yakni:

a. bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah

secara risiko yang dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana.

b. Untuk tabungan mudharabah, bank dapat memberikan buku

tabungan sedangkan untuk deposito bank akan memberikan

sertifikat atau tnda penyimpanan (bilyet)

32 Muhammad. Kontruksi mudharabah dalam bisnis syariah ....h.92

33 Muhammad Syafi’i Antonio. Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek...97

22

c. Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung

namun tidak diperkenankan saldo negative

d. Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka

waktu yang telah disepakati.34

Syarat mudhrabah muqayyadah adalah sebagai berikut:

a. Bank bertindak sebagai agen penyalur dana investor (chanelling agent)

kepada nasabah yang bertindak sebagai pengelola dana

b. Jangka waktu pembiayaan, pengembalian dana, dan pembagian

keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama antara

investor, nasabah dan bank

c. Bank hanya memiliki hak dalam pengawasan dan pembinaan usaha

nasabah

d. Pembiayaan diberikan dalam bentuk tunai dan/barang

e. Dalam hal pembiayaan diberikan dalam bentuk barang Bank sebagai

agent penyalur dana dapat menerima fee (imbalan) sesuai dengan

kesepakatan bersama

f. Keuntungan dari hasil usaha dinyatakan dalam bentuk nisbah

g. Bank tidak menanggung risiko kerugian usaha yang dibiayai

h. Investor sebagai pemilik dana yang menanggung seluruh risiko

kerugian usaha kecuali jika nasabah melakukan kecurangan,

kelalaian,dan lain sebaginya yang dapat mengakibatkan kerugian.

Mudharabah RIA ini ada dua jenis, yaitu:35

1. Mudharabah muqayyadah off balance sheet

Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah langsung

kepada pelaksana usaha.dimana bank syariah bertindak sebagai

pengatur(arranger) yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana

usaha. Dan pencatatan transaksi di bank syariah dilakukan secara off balance

(tidak dicatat dalam laporan keuangan bank),pembagani hasil hanya melibatkan

34 Ahmad Ifham. Ini Lho Bank Syariah, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2015 h.72 35 Ahmad Ifham. Ini Lho Bank Syariah...........h.

23

nasabah dan investor, dan besar bagi hasil sesuai kesepakatan antara pihak

nasabah dan pihak investor.

2. Mudhrabah muqayyadah on balance sheet

Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus (restricted investment)

dimna pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi

oleh bank. Misalnya nasabah investor mensyaratkan sasaran pembiayaan dananya,

seperti untuk pertanian, properti, atau pertambangan saja.Pencatatan di bank

syariah dilakukan secara on balance sheet (dalam laporan keuangan) dan

penentuan nisbah bagi hasil atas kesepakatan bank dan nasabah.

Berikut ini contoh-contoh produk penyaluran dana yang ditawarkan oleh bank

syariah di Indonesia:

Pembiayaan Warung Mikro36

Limit pembiayaan sampai Rp.100juta

Peruntukan pembiayaan:

36 http://www.syariahmandiri.co.id/

Mudharabah

Muqayadah (RIA)

Mutlaqah (URIA)

Off Balance Sheet

On Balance Sheet

Gambar Skema : Bentuk Bentuk Mudharabah di Bank Syariah

24

1. Perorangan

Golongan berpenghasilan tetap (Golbertab) seperti PNS, Pegawai Swasta,

dsb. Wiraswasta/Profesi

2. Badan Usaha

Produk:

1. Pembiayaan Usaha Mikro Tunas (PUM-Tunas)

o Limit pembiayaan: minimal Rp2000.000,- (dua juta rupiah) sampai dengan Rp10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).

o Jangka waktu: maksimal 36 bulan.

o Biaya administrasi sesuai ketentuan BSM. 2. Pembiayaan Usaha Mikro Madya (PUM-Madya)

o Limit pembiayaan: di atas Rp10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) sampai dengan Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

o Jangka waktu: maksimal 36 bulan.

o Biaya administrasi sesuai ketentuan BSM. 3. Biaya Usaha Mikro Utama (PUM-Utama)

o Limit pembiayaan: di atas Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah).

o Jangka waktu: maksimal 48 bulan.

o Biaya administrasi sesuai ketentuan BSM.

Persyaratan:

1. Wiraswasta/Profesi: o Usaha telah berjalan minimal 2 tahun.

o Usia minimal 21 tahun atau sudah menikah dan maksimal 55 tahun saat pembiayaan lunas.

o Surat keterangan/ijin usaha. 2. Perorangan Golbertap

o Status pegawai tetap dengan masa dinas minimal 1 (satu) tahun.

o Usia minimal 21 tahun pada saat pengajuan dan maksimal 55 tahun pada saat jatuh tempo fasilitas pembiyaan.

o Surat keterangan kerja/SK Pegawai. 3. Badan usaha

o Usaha telah berjalan minimal 2 tahun.

o Surat keterangan/ijin usaha. o Akte pendirian/perubahan perusahaan.

25

2. Musyarakah

a. Pengertian Musyarakah

Konsep syirkah/Musyarakah dikembangkan Islam kedalam bentuk-bentuk

kerjasama berusaha dalam bentuk proyek tertentu. Konsep ini dikembangkan

dalam bentuk bagi hasil. Basis produk bank syariah ini berbasis kemitraan sama

halnya dengan mudhrabah namun dalam kedua produk ini memiliki perbedaan

baik ciri/syarat berbeda

Istilah lain dari konsep musyarakah ini dalam bahasa inggris disebut dengan

prinsip partnership. Dalam bukunya yang berjudul Bank Syariah Produk-Produk

dan Asepk Hukumnya Sutan Remy Sjahdeni menyebutnya dengan istilah

“kemitraan para pemodal” atau “perkongsian para pemodal”.37

Pengertian syirkah ini menurut ulama fiqh Sayyid Sabiq mengatakan

bahwa syirkah adalah Akad antara dua orang berserikat pada pokok harta (modal)

dan keuntungan.38

Dalam pengertian lain Musyarakah adalah perjanjian atas kerja sama

antara dua pihak atau lebih untuk untuk melakukan suatu usaha tertentu, masing-

masing pihak memberikan kontribusi sidana. Keuntungan atau kerugian akan

ditanggung bersama sesuai dengan proporsi yang telah disepakati sejak awal.

b. Dasar Hukum Musyarakah

Al Qur’an dan Hadis mendasari konsep ini

37 Sutan Remy Sjahdeini. Perbankan syariah produk-produk dan aspek-aspek hukumnya, Jakarta: Kencana,2014, h.329

38 Hendy Suhendy. Fiqh muamalah. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. 2002, h.135

26

Qur’an Surah Ash-Shad ayat 24 :

Artinya: Daud berkata: "Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim kepadamu

dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya.

dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu

sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali

orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan Amat

sedikitlah mereka ini". dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya;

Maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan

bertaubat.

Hadis riwayat Abu Daud dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW berkata:

27

ريكين ما لم يخن أحدهما صاحبه، احبه فإذا خان أحدهما ص إن هللا تعالى يقول: أنا ثالث الش .خرجت من بينهما

Artinya : "Allah swt. berfirman: 'Aku adalah pihak ketiga dari dua orang

yang bersyarikat selama salah satu pihak tidak mengkhianati pihak yang

lain. Jika salah satu pihak telah berkhianat, Aku keluar dari mereka."

(HR. Abu Daud, yang dishahihkan oleh al-Hakim, dari Abu Hurairah)

Berdasarkan Ijma dan Kesepakan Ulama boleh melakukan kegiaatan Musyarakah,

Dalam Kaidah fiqh dikemukakan :

يدل دليل على تحريمهااألصل فى المعامالت اإلباحة إال أن .

“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil

yang mengharamkannya.”

c. Syarat dan Rukun Musyarakah

Seperti halnya mudharabah, musyarakah juga memiliki syarat dan rukun

yang harus dipenuhi: berikut ini berupa ketetapan DSN-MUI No.08/DSN/IV2000

tentang pembiayaan Musyarakah:

Beberapa Ketentuan:

1. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk

menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad),

dengan memperhatikan hal-hal berikut:

a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan

tujuan kontrak (akad).

b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.

c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau

dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.

28

2. Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum, dan memperhatikan

hal-hal berikut:

a. Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan

perwakilan.

b. Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap

mitra melaksanakan kerja sebagai wakil.

c. Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah dalam

proses bisnis normal.

d. Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk

mengelola aset dan masing-masing dianggap telah diberi

wewenang untuk melakukan aktifitas musyarakah dengan

memperhatikan kepentingan mitranya, tanpa melakukan kelalaian

dan kesalahan yang disengaja.

e. Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau

menginvestasikan dana untuk kepentingannya sendiri.

3. Obyek akad (modal, kerja, keuntungan dan kerugian)

a. Modal

1. Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak atau

yang nilainya sama.

Modal dapat terdiri dari aset perdagangan, seperti barang-

barang, properti, dan sebagainya. Jika modal berbentuk

aset, harus terlebih dahulu dinilai dengan tunai dan

disepakati oleh para mitra.

2. Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan,

menyumbangkan atau menghadiahkan modal musyarakah

kepada pihak lain, kecuali atas dasar kesepakatan.

3. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak ada

jaminan, namun untuk menghindari terjadinya

penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan.

b. Kerja

1. Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar

29

pelaksanaan musyarakah; akan tetapi, kesamaan porsi

kerja bukanlah merupakan syarat. Seorang mitra boleh

melaksanakan kerja lebih banyak dari yang lainnya, dan

dalam hal ini ia boleh menuntut bagian keuntungan

tambahan bagi dirinya.

2. Setiap mitra melaksanakan kerja dalam musyarakah atas

nama pribadi dan wakil dari mitranya. Kedudukan

masing-masing dalam organisasi kerja harus dijelaskan

dalam kontrak.

c. Keuntungan

1. Keuntungan harus dikuantifikasi dengan jelas untuk

menghindarkan perbedaan dan sengketa pada waktu

alokasi keuntungan atau penghentian musyarakah.

2. Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara

proporsional atas dasar seluruh keuntungan dan tidak ada

jumlah yang ditentukan di awal yang ditetapkan bagi

seorang mitra.

3. Seorang mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan

melebihi jumlah tertentu, kelebihan atau prosentase itu

diberikan kepadanya.

4. Sistem pembagian keuntungan harus tertuang dengan jelas

dalam akad.

d. Kerugian

Kerugian harus dibagi di antara para mitra secara proporsional

menurut saham masing-masing dalam modal.

4. Biaya Operasional dan Persengketaan

a. Biaya operasional dibebankan pada modal bersama.

b. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi

perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui

Badan Arbitrasi Syari'ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui

30

musyawarah.

d. Skema Musyarakah

1. Perjajian Bagi Hasil

Musyarakah

3.Dana 2. Peralatan dan

Dana

e. Jenis Musyarakah

Proyek

Keuntungan

Bagi Hasil

Bank Nasabah

Modal

31

Bentuk kerja sama (syirkah) terbagi dalam beberapa golongan:39

1. Syirkah Al-‘Inan, penggabungan harta atau modal dua orang atau lebih

yang tidak harus sama jumlahnya dan keuntungan dibagi secara

proporsi sesuai dengan kesepakatan.

2. Syirkah Al Mufawadhah, perserikatan yang modal semua pihak dan

bentuk kerja sama dilakukan baik kualitas maupun kuantitasnya harus

sama dan keuntungan dibagi rata.

3. Syirkah Al Abdan/Al Amal, perserikatan dalam bentuk kerja yang

hasilnya dibagi bersama.

4. Syirkah Al Wujuh, perserikatan tanpa modal.

5. Syirkah Al Mudharabah, bentuk kerja sama antara pemilik modal

dengan seseorang yang memiliki keahlian dan keuntungan dibagi

sesuai dengan kesepakatan bersama.

f. Praktik Musyarakah Dalam Perbankan Syariah

Pada metode pembiayaan Musyarakah, bank dan calon nasabah bersepakat

untuk bergabung dalam suatu kemitraan. Kesepakan tersebut dapat berlangsung

untuk jangka waktu pendek saja misalnya untuk beberapa minggu, bulan namun

dapat juga untuk beberapa tahun.40

Proses menuju penandatanganan akad musyarakah dalam praktik

perbankan

1. Nasabah mengajukan permohonan untuk mendapatkan pembiayaan

musyarakah dengan dilengkapi penjelsan mengenai usaha riil yang

akan dilakukan nasabah bersangkutan.

2. Bank syariah mempelajari proposal yang diajukan oleh nasabah.

3. Nasabah dan bank syariah melakukan penandatangan akad

musyarakah di hadapan notaris atau di bawah tangan.

39 Ahmad Ifham. Ini Lho Bank Syariah...........h. 40 Sutan Remy Sjahdeini...........h.329

32

4. Setelah dilakukan penandatanganan, dibuatkan pemberitahuan

transaksi.

5. Pencairan pembiayaan musyarakah dari bank syariah dilakukan setelah

proses tersebut selesai.

Tinjauan kasus dengan prinsip kerja sama

Dalam skema pembiayaan dengan menggunakan sistem kerja sama (baik

mudharabah maupun musyarakah), ada beberapa hal yang harus dicermati oleh

kedua belah pihak, diantaranya yaitu:

1. Penentuan jumlah porsi bagi hasil

Sebagai contoh, dalam skema musyarakah, dimana nasabah menyetor

uang modal Rp200 juta sedangkan bank menyetor Rp800 juta, maka

tidak serta merta berarti perhitungn proporsi bagi hasil menjadi 20:80.

Perlu diingat bahwa diluar kontribusi nasabah sebesar Rp200 juta,

nasabah memiliki modal lain seperti jaringan pemasaran, keahlilan

pekerjaan, serta modal tenaga kerja dan peralatan.

2. Pengaturan kondisi “impas”

Artinya, usaha nasabah tidak mengalami kerugian, namun tidak ada

keuntungan yang bisa dibagi dengan pihak bank.

3. Pengaturan yang cermat kondisi usaha nasabah mengalami kegagalan

Menurut teori, apabila kerugian itu disebabkan oleh kesalahasn

pengelola, kerugian usaha nasabah menjadi 100% tanggung jawab

nasabah. Apabila kerugian usaha disebakan faktor-faktor yang tak

dapat dikendalikan (force majeur), kerugian dibagi menurut proporsi

yang disepakati kedua pihak.

Contoh kasus dalam akad musyarakah:

Ali adalah seorang kontraktor bangunan gedung-gedung bertingkat. Suatu

saat Ali mendapatkan proyek untuk membangun sebuah mall dari PT. X. untuk

33

melaksanakan proyek itu, Ali mengajukan permohonan pembiayaan dengan

skema musyarakah pada suatu bank syariah. Dalam pembangunan mall tersebut,

Ali selaku kontraktrok usdah melakukan segala hal yang disepakati dengan PT.X.

akan tetapi, PT. X melakukan wanprestasi dengan tidak membayar kepada Ali

sesuai dengan termin kontrak yang telah disepakati, tentu saja ini menimbulkan

kerugian bagi Ali selaku kontraktor.

Dari contoh kasus diatas, apakah kegagalan membayar oleh PT.X kepada

Ali adalah karena force majeur atau karena kesalahan pengelola?

Pada umumnya, kegagalan bayar PT.X termasuk dalam kriteria force

majeur karena bukan kesalahan kontraktor. Tetapi dalam kondisi tertentu bisa saja

kegagalan bayar tersebut karena kesalahan manajemen. Misalnya, sebenarnya

reputasi developer tersebut dikalangan dunia usaha kurang baik karena sering

tidak membayar, tetapi hal itu tidak disampaikan kepada bank syariah sebagai

mitranya, maka hal tersebut termasuk dalam kriteria mismanagement atau

kesalahan pengelolaan.

Keadaan wanprestasi (gagal bayar) itu bisa jadi dua kondisi

ekstream,yaitu:

1. Karena developer ternyata bangkrut. Hal ini benar-benar merupakan force

majeur, maka kerugian harus ditanggung bersama-sama sesuai dengan

nisbah.

2. Karena ada beberapa pekerjaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang

diperjanjikan antara developer dan kontraktor. Dalam kondisi tersebut, jika

nasabah (kontraktor) terbukti telah melakukan kelalaian sehingga

menimbulkan kerugian, maka nasabah tersebut dianggap telah melakukan

kesalahan pengelolaan (mismanagement), dan karenanya diwajibkan untuk

menaggung kerugian tersebut.

34

Perbedaan Musyarakah dan Mudharabah41:

1. Investasi dalam musyarakah berasal dari semua mitra, sedangkan dalam

mudarabah investasinya hanya datang pada shahi al-maal.

2. Dalam musyarakah semua mitra dapat berpartisipasi dalam manajemen dari

bisnis yang dibiayai dan dapat memberikan pikiran dan kerjanya. Sementara

dalam mudarabah, manajemen dilaksankan hanya oleh mudarib sendiri.

3. Dalam musyarakah semua mitra berbagi kerugian menurut pertimbangan

besarnya investasi masing-masing. Dalam mudarabah kerugian investasi

ditanggung shahib al-maal , mudarib terbatas pada sisa-sia pikiran, waktu

dan tenaga.

4. Tanggung jawab para mitra di dalam musyarakah pada umumnya tidak

terbatas.

5. Semua aset milik bersama sesui dengan perbandingan besarnya investasi

masing-masing pada akad musyarakah.

Contoh Produk musyarakah di perbankan indonesia:

41 Sutan Remy Sjahdeini...........h.329

35

BNI Syariah Multifinance 42

Pembiayaan kepada Multifinance adalah penyaluran pembiayaan langsung dengan pola executing, kepada Multifinance untuk usahanya dibidang perusahaan pembiayaan sesuai dengan prinsip Syariah.

Keunggulan

Maksimum Total Plafond kepada Multifinance s/d Rp. 75 Milyar

Maksimum plafond kerjasama ke perusahaan pembiayaan ditetapkan atas dasar proyeksi kebutuhan penyaluran pembiayaan ke end user.

Jangka waktu penarikan plafond Pembiayaan 1 (satu) tahun. Jangka waktu akad pembiayaan ke Multifinance sesuai jangka

waktu pembiayaan ke end user maksimal 7 tahun sejak penandatanganan akad.

Akad Dibuatkan plafond pembiayaan dan akad Musyarakah/Murabahah.

Persyaratan Perusahaan Multifinace

Berbadan hukum dan telah beroperasi komersial selama sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun kecuali yang telah menjadi nasabah BNI Syariah.

Mempunyai legalitas usaha lengkap dan masih berlaku (SIUP, TDP, NPWP, Ijin MENKEU, dan lain-lain sesuai perijinan

multifinance yang berlaku) Telah menjadi nasabah simpanan dan atau nasabah pembiayaan di

BNI Syariah atau Bank lain minimal 6 bulan.

Memiliki kinerja usaha yang terbukti baik selama 3 (tiga) tahun terakhir.

Kredibilitas manajemen baik (pengalaman, integritas pendidikan, struktur organisasi, dan succession planning/kaderisasi).

Menyampaikan Laporan Keuangan Audited 3 (tiga) tahun terakhir.

Mempunyai hasil penilaian informasi Bank Indonesia dengan kolektibilitas Lancar.

Memiliki perangkat analisa dan akad pembiayaan yang berdasarkan prinsip syariah.

Biaya-Biaya

Biaya administrasi ringan sesuai ketentuan yang berlaku

42 http://www.bnisyariah.co.id/

36

Biaya penyimpanan BPKB : Minimal Rp. 15.000,- per BPKB

sekali pungut s/d pembiayaan lunas Biaya akta notariil sesuai ketentuan yg berlaku.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Perbedaan musyarakah dengan mudharabah

Musyarakah merupakan bentuk kerja sama pembiayaan yang lain disamping

mudhrabah. Bedanya dengan mudharabah, bank syariah dalam skema pembiayaan

musyarakah tidak bertindak semata-mata pemodal. Demikian pula nasabah selaku

pengusaha, tidak semata-mata bertindak selaku pengusaha yang tidak memiliki

modal sama sekali.

Berdasarkan perjanjian kerja sama

1. Mudharabah adalah perjanjian kerja sama bagi hasil dua pihak antara

bank syariah sebagai penyedia modal 100% dan nasabah sebagai

pelaksana kegiatan usaha.

2. Musyarakah adalah perjanjian kerja sama antara duaa pihak atau lebih

antara bank syariah sebagai investor dan pihak lain juga sebagai

investor. Masing-masing pihak menytorkan dana tunai dan/atau asset

37

sebagai modal usaha, pelaksanaan kegiatan usaha dilakukan bersama-

sama sesuai dengan hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Berdasarkan penyebab dan penanggung kerugian

1. Dalam skema mudharabah, apabila kegiatan usaha mengalami

kerugian, penyebab kerugian harus diidentifikasi. Apabila kerugian

terjadi akibat force majeur, kerugian ditanggung 100% oleh bank

syariah, namun apabila kerugian karena kelalaian pelaksana kegiatan

usaha atau nasabah, maka kerugian ditanggung 100% oleh nasabah.

2. Dalam skema musyarakah, setiap kerugian ditanggung bersama oleh

semua pihak. Walaupun kerugian terjadi akibat kelalaian manajemen

proyek, bank syariah tetap menanggung kerugian sesuai proporsinya

karena bank juga ikut terlibat dalam pelaksaan kegiatan usaha. Oleh

karena itu, bank seharusnya dapat mengidentifikasi indikasi kelalaian

manajemen dan mengantisipasinya agar tidak mengalami kerugian.

38

DAFTAR PUSTAKA

Devita, P.Irma dan Suswinarno. 2011 Akad syariah, Bandung: Kaifa. Ifham, Ahmad I. 2015.Ini Lho Bank Syariah, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama. Ikatan Bankir Indonesia, 2014. Mengelola Bank Syariah modul sertifikasi tingkat

II general banking syariah. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Karim, Adiwarman A. 2004. BANK ISLAM Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: PT Rajagrafindo persada.

Lewis, Mervyn K. & Latifa M. Algaoud. 2007. Islamic Banking, alih Bahasa Burhan Subrata. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.

Maskanul Hakim , Cecep. Peneliti Bank Yunior Direktorat Perbankan Syariah

Bank Indonesia. Bahan Persentasi dengan judul “Produk Perbankan Syariah”. Bank Indonesia

Muhammad. 2005. Kontruksi mudharabah dalam bisnis syariah. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.

Remy Sjahdeini , Sutan. 2014. Perbankan syariah produk-produk dan aspek-

aspek hukumnya, Jakarta: Kencana. Suhendy, Hendy. Fiqh muamalah. 2002. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Sulaiman Ahmad Yahya Al –Faifi, Syaikh. 2015 . Ringkasan Fiqh Sunnah Sayid Sabiq, alih bahasa Ahmad Tirmidzi. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Syafi’i Antonio, Muhammad. 2002. Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek. Jakarta:

Gema Insani Press. Yusuf, Muhammad dan Wiroso. 2011. Bisnis Syariah, Jakarta: PT Rajagrafindo

Persada.

Website :

http://www.bnisyariah.co.id/

http://www.syariahmandiri.co.id/

http://bjbsyariah.co.id/

http://www.bankmuamalat.co.id/