16
PERKEMBANGAN AKUNTANSI SYARIAH DAN STANDAR-STANDAR YANG MENYERTAINYA

Perkembangan Akuntansi Syariah dan Standar-standar yang Menyertainya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perkembangan Akuntansi Syariah dan Standar-standar yang Menyertainya

PERKEMBANGAN AKUNTANSI SYARIAH DAN STANDAR-

STANDAR YANG MENYERTAINYA

Page 2: Perkembangan Akuntansi Syariah dan Standar-standar yang Menyertainya

5#Komala Bibasitinuri 21110183 #Astri Fitrihartini S 21110705 #Elba Akbar Iswandi 21110720 #Tubagus

Afsal C 21110740 #Lisnawati 21111087 #Arsista Kanczha Surianto

21112040 #Putri Yulia Rochman 21112050 #Siti Mauliani 21114700

5Kelompok

Page 3: Perkembangan Akuntansi Syariah dan Standar-standar yang Menyertainya

Pengertian Akuntansi Syariah

Littleton mendefinisikan, tujuan utama dari akuntansi adalah untuk melaksanakan perhitungan periodik antara biaya (usaha) dari hasil (prestasi). Konsep ini merupakan inti dari teori akuntansi dan merupakan ukuran yang dijadikan sebagai rujukan dalam mempelajari akuntansi.

APB (Accounting Principle Board) Statement No. 4 mendefinisikan sebagai berikut : “Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksud untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi, yang digunakan dalam memilih di antara beberapa alternatif”.AICPA (American Institute of Certified Public Accountant) mendefinisikan sebagai berikut:

“Akuntansi adalah seri pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter, transaksi dan kejadian umumnya bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan hasilnya.

Menurut Prof. Dr. Omar Abdullah Zaid dalam buku Akuntansi Syariah mendefinisikan akuntansi sebagai berikut :”Muhasabah, yaitu suatu aktifitas yang teratur berkaitan dengan pencatatan transaksi-transaksi, tindakan-tindakan, keputusan-keputusan yang sesuai dengan syari’at dan jumlah-jumlahnya, di dalam catatan-catatan yang representatif, serta berkaitan dengan pengukuran dengan hasil-hasil keuangan yang berimplikasi pada transaksi-transaksi, tindakan-tindakan, dan keputusan-keputusan tersebut untuk membantu pengambilan keputusan yang tepat.”

Menurut Sofyan S Harahap dalam (Akuntansi Social ekonomi dan Akuntansi Islam ) mendefinisikan : ”Akuntansi Islam atau Akuntansi syariah pada hakekatnya adalah penggunaan akuntansi dalam menjalankan syariah Islam”.

Page 4: Perkembangan Akuntansi Syariah dan Standar-standar yang Menyertainya

Kriteria Akuntansi Syariah Akuntansi Konvensional

Dasar Hukum Hukum etika yang bersumber Al-Qur’an & As-Sunnah Hukum Bisnis Modern

Dasar Tindakan Keberadaan hukum Allah – Keagamaan Rasionalisme ekonomi – Sekuler

Tujuan Keuntungan yang wajar Maksimalisasi Keuntungan

Orientasi Kemasyarakatan Individual atau kepada pemilik

Tahapan Operasional Dibatasi dan tunduk ketentuan syariah Tidak dibatasi kecuali pertimbangan

ekonomis

Akuntansi syariah juga dibutuhkan dan berbeda dengan akuntansi konvensional mengingat dilahirkan dari sistem nilai dan aturan yang berbeda, sebagaimana dijelaskan oleh Harahap (2004) dapat disimpulkan sebagai berikut :

Page 5: Perkembangan Akuntansi Syariah dan Standar-standar yang Menyertainya

PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI SYARIAH

Page 6: Perkembangan Akuntansi Syariah dan Standar-standar yang Menyertainya

Prinsip Pertanggungjawaban

Prinsip Keadilan

Prinsip Kebenaran

Page 7: Perkembangan Akuntansi Syariah dan Standar-standar yang Menyertainya

Perkembangan Akuntansi Syariah

Zaman Awal Perkembangan Islam

Sejarah membuktikan bahwa Ilmu Akuntansi telah lama dipraktekkan dalam dunia islam, seperti istilah jurnal (dahulu zornal), telah lebih dahulu digunakan pada zaman khalifah islam dengan istilah “jaridah” untuk buku catatan keuangan.  Begitu juga dengan double entry yang ditulis oleh Luca Pacioli. Dapat kita saksikan dari sejarah, bahwa ternyata Islam lebih dahulu mengenal sistem akuntansi, karena Al Quran telah diturunkan pada tahun 610 M, yakni 800 tahun lebih dahulu dari Luca Pacioli yang menerbitkan bukunya pada tahun 1494.

Setelah munculnya Islam di Semenanjung Arab dibawah kepemimpinan Rasulullah SAW, serta telah terbentuknya daulah islamiyah di Madinah (tahun 622M atau bertepatan dengan tahun 1H), mulailah perhatian Rasulullah untuk membersihkan muamalah

maaliah (keuangan) dari unsur-unsur riba’ dan dari segala bentuk penipuan, pembodohan, perjudian, pemerasan, monopoli dan segala usaha pengambilan harta orang lain secara batil. Bahkan Rasulullah lebih menekankan pada pencatatan keuangan. Rasulullah mendidik secara khusus beberapa orang sahabat untuk menangani profesi ini dan mereka diberi sebutan khusus, yaitu hafazhatul amwal  (pengawas keuangan).

Dalam perkembangan selanjutnya, ketika ada kewajiban zakat dan ‘ushr (pajak pertanian dari muslim), dan perluasan wilayah sehingga dikenal adanya jizyah (pajak perlindungan dari nonmuslim) dan kharaj (pajak hasil pertanian dari muslim), maka Rasulullah mendirikan Baitu Maal pada awal abad ke-7. Konsep ini cukup maju pada zaman tersebut diaman seluruh penerimaan dikumpulkan secara terpisah dengan pemimpin negara dan baru akan dikeluarkan untuk kepentingan negara.

Dalam hal ini, para sahabat Rasul dan pemimpin umat islam juga menaruh perhatian yang tinggi terhadap pembukuan (akuntansi) ini, sebagaimana yang terdapat dalam sejarah Khulafaur-Rasyidin.

Adapun tujuan pembukuan bagi mereka di waktu itu adalah untuk mengetahui utang-utang dan piutang serta keterangan perputaran uang, seperti pemasukan dan pengeluaran. Juga, difungsikan untuk merinci dan menghitung keuntungan dan kerugian, serta untuk menghitung harta keseluruhan untuk menentukan kadar zakat yang harus dikeluarkan oleh masing-masing individu. 

Page 8: Perkembangan Akuntansi Syariah dan Standar-standar yang Menyertainya

Abu Bakar

As-sidiq

Umar bin

KhattabUtsman bin Affan

Ali Bin Abi

Thalib

Pada masa pemerintahan Abu Bakar, pengelolaan Baitul

Maal masih sangat sederhana, dimana penerimaan dan pengeluaran dilakukan secara seimbang, sehingga hampir tidak pernah ada sisa.

Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab sudah dikenalkan dengan istilah “Diwan” yaitu tempat dimana pelaksana duduk, bekerja dan dimana akuntansi dicatat dan disimpan yang berfungsi untuk mengurusi pembayaran gaji. Khalifah Umar menunjukkan bahwa akuntansi berkembang dari suatu lokasi ke lokasi lain sebagai akibat dari hubungan antar masyarakat. Selain itu Baitul Maal sudah diputuskan di  daerah-daerah taklukan islam.

Pada masa pemerintahan khalifah Utsman, memperkenalkan tentang istilah khittabat al-Rasull wa sirr

yaitu berarti memelihara pencatatan rahasia. Dalam hal pengawasan pelaksanaan agama dan moral lebih difokuskan kepada muhtasib yaitu orang-orang yang bertanggung jawab atas lembaga al hisbah, misalnya mengenai timbangan, kecurangan dalam penjualan, orang yang tidak banyak hutang dan juga termasuk ke dalam perhitungan ibadah bahkan termasuk memeriksa iman, dan juga masih banyak yang lain yang termasuk perhitungan atau sesuatu ketidak adilan didunia ini untuk semua mahluk.

Pada masa pemerintahan Ali yaitu adanya sistem administrasi Baitul Maal difokuskan pada pusat dan lokal yang berjalan baik, surplus pada Baitul Maal dibagikan secara profesional sesuai dengan ketentuan Rasulallah SAW. Adanya surplus ini menunjukkan bahwa proses pencatatan dan pelaporan berlangsung dengan baik. Khalifah Ali memilki konsep tentang pemerintahan, administrasi umum dan masalah-masalah yang berkaitan dengannya secara jelas.

ZAMAN EMPAT KHALIFAH

Page 9: Perkembangan Akuntansi Syariah dan Standar-standar yang Menyertainya

Perkembangan Akuntansi Syariah di Indonesia

Perkembangan akuntansi syariah di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari proses pendirian Bank Syariah. Pendirian Bank Muamalat Indonesia (BMI) merupakan landasan awal diterapkannya ajaran Islam menjadi pedoman bermuamalah. Pendirian ini dimulai dengan serangkaian proses perjuangan sekelompok masyarakat dan para pemikir Islam dalam upaya mengajak masyarakat Indonesia bermuamalah yang sesuai dengan ajaran agama. Kelompok ini diprakarsai oleh beberapa orang tokoh Islam, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), serta Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang pada waktu itu, sekitar tahun 1990-1991.

Perkembangan lembaga keuangan syariah selanjutnya di Indonesia hingga tahun 1998 masih belum pesat, karena baru ada 1 (satu) Bank Syariah dan 78 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang beroperasi. Pada tahun 1998, dikeluarkan UU No. 10 tahun 1998 yang memberikan landasan hukum lebih kuat untuk perbankan syariah. Melalui UU No. 23 tahun 1999, pemerintah memberikan kewenangan kepada Bank Indonesia untuk dapat menjalankan tugasnya berdasarkan prinsip syariah.

Berdasarkan UU No. 10 tahun 1998 dan UU No. 23 Tahun 1999, perkembangan perbankan syariah meningkat tajam terutama dilihat dari peningkatan jumlah bank/kantor yang menggunakan prinsip syariah dan peningkatan jumlah aset yang dikelola. Pertambahan jumlah bank syariah berasal dari diberikannya izin bagi 2 bank syariah baru yaitu : Bank Syariah BRI dan Bank Bukopin Syariah. Sedangkan Bank Syariah baru yang telah beroperasi adalah Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah.

Dengan demikian, berdasarkan data dokumen, dapat diinterpretasikan bahwa keberadaan sejarah pemikiran tentang akuntansi syariah adalah setelah adanya standar akuntansi perbankan syariah, setelah terbentuknya pemahaman yang lebih konkrit tentang apa dan bagaimana akuntansi syariah, dan terbentuknya lembaga-lembaga yang berkonsentrasi pada akuntansi syariah. Jadi secara historis dari tahun 1992-2002 perbankan syari’ah belum memiliki PSAK khusus, sejak tahun 2002 barulah muncul ide pemikiran dan keberadaan akuntansi syari’ah, baik secara pengetahuan umum maupun secara teknis. Sebagai catatan, IAI baru membentuk Komite Akuntansi Syariah di Indonesia.

Page 10: Perkembangan Akuntansi Syariah dan Standar-standar yang Menyertainya

HUBUNGAN AKUNTANSI MODERN DAN AKUNTANSI

SYARIAH

Pada tahun 1429 angka Arab dilarang untuk digunakan oleh pemerintah Italia. Luca Paciolli selalu tertarik untuk belajar tentang hal tersebut serta belajar dari Alberti seorang ahli matematika yang belajar dari pemikir Arab dan selalu menjadikan karya Pisa sebagai rujukan. Pada tahun 1484 M, Paciolli pergi untuk bertemu dengan temanya Onforio Dini Florence yaitu seorang pedagang yang suka berpergian ke Afrika Utara dan Konstatinopel, sehingga diduga Paciolli mendapatkan ide double entry tersebut dari temannya.

Bahkan, Alfred Lieber (1968) mendukung pendapat mengenai adanya pengaruh pedagang Arab terhadap Italia. Hal tersebut didukung dengan pernyataan Luca Paciolli, bahwa setiap transaksi harus dicatat dua kali di sisi sebelah kredit dan di sisi sebelah debit, atau diawali dengan menulis kredit terlebih dahulu kemudian debit. Hal ini memunculkan dugaan bahwa Paciolli menerjemahkan hal tersebut dari bangsa Arab yang menulis dari sisi kanan.

Page 11: Perkembangan Akuntansi Syariah dan Standar-standar yang Menyertainya

KEUANGAN SYARIAH

STANDARAKUNTAN

SI

Page 12: Perkembangan Akuntansi Syariah dan Standar-standar yang Menyertainya

Periode Perkembangan Standar Akuntansi Syariah di Indonesia :1. Periode sebelum tahun 2002

Walaupun Bank Muamalat sudah beroperasi sejak tahun 1992 namun dengan sampai tahun 2002 belum ada PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) yang mengatur, sehingga pada periode ini masih mengacu pada PSAK 31 tentang akuntansi perbankan walaupun tidak dapat digunakan sepenuhnya terutama paragraf-paragraf yang bertentang dengan prinsip syariah seperti perlakuan akuntansi untuk kredit. Selain itu juga mengacu pada accounting Auditing Standard for Islamic Financial Institution yang disusun oleh Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution, suatu badan otonom yang didirikan 27 Maret 1991 di Bahrain

2. Periode tahun 2002 – 2007Pada periode ini sudah ada PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan

Syariah. Yang dapat digunakan sebagai acuan akuntansi untuk bank umum syariah. Bank perkreditan rakyat syariah dan kantor cabang syariah sebagaimana tercantum dalam ruang lingkup PSAK tersebut.

3. Tahun 2007 – sekarangPada periode ini DSAK (Dewan Standar Akuntansi Keuangan)

mengeluarkan PSAK syariah yang merupakan perubahan dari PSAK 59. KDPPLKS (Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah) dan PSAK syariah, digunakan baik oleh entitas syariah maupun entitas konvesional yang melakukan transakssi syariah baik sektor publik maupun sektor swasta. Dengan demikian, saat ini di indonesia selain memiliki PSAK syariah juga ada standar akuntansi keuangan (PSAK) konversi IFRS, SAK ETAP (Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik) yang diluncurkan secara resmi pada tanggal 17 juli 2009 dan standar Akuntansi Pemerintahan.

Page 13: Perkembangan Akuntansi Syariah dan Standar-standar yang Menyertainya

PSAK 59 Akuntansi Perbankan Syariah

PSAK 101Penyajian Laporan Keuangan Syariah

PSAK 102Akuntansi Murabahah

PSAK 103Akuntansi Salam

PSAK 104Akuntansi Isthisna’

PSAK 105Akuntansi Mudharabah

PSAK 106Akuntansi Musyarakah

ED PSAK 107Akuntansi Ijarah

ED PSAK 108Penyelesaian Utang Piutang Murabahah

ED PSAK 109Akuntansi Zakat dan Infaq/Sedekah

ED PSAK 110Akuntansi Hawalah

ED PSAK 111Akuntansi Asuransi Syariah

Page 14: Perkembangan Akuntansi Syariah dan Standar-standar yang Menyertainya

DISCUSSION SESSION

Page 15: Perkembangan Akuntansi Syariah dan Standar-standar yang Menyertainya

Perkembangan awal islam dimulai dari Negara Madinah, karena pada saat itu Madinah belum memiliki pemasukan dan pengeluaran maka Negara membuat kegiatan yang dilakukan secara kerjasama. Pada abad ke 7 Nabi Muhammad membentuk baitul maal yang berfungsi sebagai penyimpanan hasil pembayaran wajib zakat dan ‘ushr.

KesimpulanKemudian dipaparkan pula

adanya hubungan antara akuntansi modern dan akuntansi syariah karena adanya interaksi antara Luca Paciolli dan pedagang Arab yang memunculkan dugaan mengenai konsep double entry. Bukti-bukti dan istilah yang digunakan Paciolli juga sama dengan para pedagang Arab.

Perkembangan akuntansi syariah di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari proses pendirian Bank Syariah. Pendirian Bank Muamalat Indonesia (BMI) merupakan landasan awal diterapkannya ajaran Islam menjadi pedoman bermuamalah. Pendirian ini diprakarsai oleh beberapa orang tokoh Islam, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), serta Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang pada waktu itu, sekitar tahun 1990-1991.

PSAK 59 sebagai produk DSAK – IAI  merupakan awal dari pengakuan dan eksistensi Akuntansi Syariah di Indonesia. PSAK ini disahkan tgl 1 Mei 2002, berlaku mulai 1 Januari 2003 atau pembukuan yang berakhir tahun 2003. Berlaku dalam jangka waktu  5 tahun. Setelah itu lahirlah PSAK 101-106 yang disahkan tanggal 27 Juni 2007 dan berlaku mulai tanggal 1 Januari 2008 atau pembukuan tahun yang berakhir tahun 2008.

Page 16: Perkembangan Akuntansi Syariah dan Standar-standar yang Menyertainya

Terima Kasih