35
STUDI AL-QUR’AN Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dalam Mata Kuliah Studi Pendekatan dalam Pengkajian Islam Dosen: Dr. H. M. Nur, M.Ag Disusun Oleh: M. Azmi 1520311043 Kelas: KPS-NONREG/B KEUANGAN DAN PERBANKAN SYARIAH MAGISTER SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

Studi al qur'an

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Studi al qur'an

STUDI AL-QUR’AN

Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Dalam Mata Kuliah

Studi Pendekatan dalam Pengkajian Islam

Dosen:

Dr. H. M. Nur, M.Ag

Disusun Oleh:

M. Azmi1520311043

Kelas: KPS-NONREG/B

KEUANGAN DAN PERBANKAN SYARIAH

MAGISTER SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2015

Page 2: Studi al qur'an

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Al-qur’an merupakan kitab suci yang berisi petunjuk untuk kehidupan

umat manusia di dunia ini. Oleh karena itu menjadi amat penting bagi kita

sebagai umat Islam untuk memahami Al-qur’an dengan sebaik-baiknya

sehingga Al-qur’an bisa kita pahami dengan benar lalu kita gunakan sebagai

pedoman hidup di dunia ini dengan sebenar-benarnya. Al-qur’an adalah

risalah Allah kepada manusia semuanya. Maka tidaklah aneh apabila Al-

qur’an dapat memenuhi semua tuntutan kemanusiaan.

Al-qur’an terdiri dari 30 juz, 114 surah, 6666 ayat ( menurut Ibnu

Abbas : 6616 ayat ), 77.439  kosa kata, dan 325.345 huruf. Sekaligus sebagai

mukjizat yang terbesar diantara mukjizat-mukjizat yang lain.1 Turunnya Al-

qur’an dalam kurun waktu  23 tahun, dibagi menjadi dua fase. Pertama

diturunkan di Mekkah yang biasa disebut dengan ayat-ayat Makiyah. Dan

yang kedua diturunkan di Madinah disebut dengan ayat-ayat Madaniyah.

Al-qur’an sebagai kitab terakhir dimaksudkan untuk menjadi

petunjuk bagi seluruh umat manusia (hudan linnas) sampai akhir zaman. Al-

qur’an tidak mengkhususkan pembicaraannya kepada bangsa tertentu, seperti

kepada bangsa Arab saja, misalnya. Begitu juga ia tidak mengkhususkan

pembicaraannya kepada satu kelompok tertentu saja, seperti kepada kaum

Muslim saja. Melainkan, ia juga mengarahkan pembicaraannya kepada orang-

orang non-Muslim. Di dalamnya terkandung nilai-nilai yang luhur yang

mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dalam berhubungan dengan

Tuhan maupun hubungan manusia dengan sesama manusia lainnya dan

hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Fazlur Rahman mengemukakan

tentang tema-tema pokok yang terkandung dalam Al-qu’ran yang meliputi :

1 H. Munawar Chalil, Al-qur’an dari Masa ke Masa (Semarang : CV. Ramadhani :

1952) hlm.31

Page 3: Studi al qur'an

tentang Ketuhanan, kemanusiaan (individu/masyarakat), alam semesta,

kenabian, eskatologi, setan / kejahatan dan masyarakat muslim.2

 

B.     RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu Al-qur’an, Wahyu , ilham dan kalam ?

2. Apa saja Fungsi Al-qur’an ?

3. Bagaimana metode penafsiran Alquran, jenis tafsir Al-qur’an beserta

mufasir dan karya karyanya ?

4.  Bagaimana perkembangan studi Al-qur’an.?

C.     MANFAAT  YANG DIPEROLEH

1. Mengetahui defenisi Al-qur’an , wahyu , ilham dan kalam.

2. Mengetahui Fungsi Al-qur’an.

3.  Mengetahui metode penafsiran Al-qur’an, jenis tafsir Al-qur’an beserta

mufasir dan karya karyanya.

4.  Mengetahui bagaimana perkembangan studi Al-qur’an.

2 M. Yusran Asmuni, Dirasah Islamiyah I Pengantar Studi Alquran Hadits Fiqh dan

Pranata Sosial ( Jakarta : PT. Raja Grafindo. 1997) , hlm.43

Page 4: Studi al qur'an

BAB II

PEMBAHASAN

A.     ILMU AL-QUR’AN

            Yang dimaksud dengan illmu Al-Qur’an adalah seluruh pembahasan

yang berhubungan dengan Al-Qur’anul Majid yang abadi, baik dari segi

penyusunannya, pengumpulannya, sistematikanya, perbedaan antara surat

makiyah dan madaniyah, pengetahuan tentang nasikh dan mansukh,

pembahasan tentang ayat-ayat yang muhkamat dan mutasyabihat, serta

pembahasan-pembahasan lain yang berhubungan dengan Al-Qur’an.

Adapun tujuan dari studi ilmu Al-Qur’an adalah:

1.      Memahami kalam Allah Azza Wajalla, sejalan dengan keterangan dan

penjelasan dari Rasulullah SAW. serta sejalan pula dengan keterangan

yang dikutip oleh para sahabat dan tabi’in tentang interpretasi mereka

mengenai Al Qur’an.

2.      Mengetahui cara dan gaya yang dipergunakan oleh para Mufassir dalam

menafsirkan Al-Qur’an dengan disertai penjelasan tentang tokoh-tokoh

ahli tafsir yang ternama serta kelebihan-kelebihannya.

3.      Mengetahui persyaratan-persyaratan dalam menafsirkan Al-qur’an.

4.      Mengetahui ilmu-ilmu lain yang dibutuhkan untuk itu.

1. Definisi Al-Qur’an

            Dalam kajian etimologi Al-Qur’an adalah kata mashdar (kata

benda), bersinonim dengan kata قراة, sebagaimana di kemukakan pada

ayat 17-18 surat Al-Qiyamah, yang artinya:

Sesungguhnya atas tanggapan kamilah mengumpulkannya didalam

dadamu dan membuatmu pandai membacanya. Apabila kami telah

selesai membacakannya maka ikutilah bacaan itu.

            Jadi makna قران  adalah bacaan. Ketika kata ini dipakai sebagai

nama bagi kalamullah yang diturunkan kepada Rasul Muhammad saw,

Page 5: Studi al qur'an

maka makna mashdar tersebut dijadikan makna maf’ul. Tegasnya makna

bacaan bertukar menjadi yang dibaca.

Menurut terminology pengertian al-Qur’an adalah:

Kalam yang bersifat mu’jizat, yang diturunkan atas Rasul saw., ditulis

pada beberapa mushaf, diriwayatkan secara nutawatir, dan menjadi

ibadah membacanya.3

            Al- Qur’an adalah kalam Allah yang tiada tandingannya

(mukjizat), diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, penutup para

Nabi dan Rasul dengan perantaraan Malaikat Jibril Alaihis salam,

dimulai dengan surat Al-fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas, dan

ditulis dalam mushaf-mushaf yang disampaikan kepada kita secara

mutawatir, serta mempelajarinya merupakan suatu ibadah.

Nama-nama Al-qur’an dan Alasan penamaannya:

a. Alasan dinamainya dengan Al-Qur’an  ialah karena banyak kata-kata

Al-Qur’an terdapat dalam ayat, antara lain firman Allah SWT : surat

qaaf :

b. Alasan Al dinamai dengan Al-furqan sebagaimana tertera dalam

firman Allah, surat Al-furqan:1

c.  Alasan Al dinamai dengan Az-Zikr, sebagaimana tertera dalam Al,

surat Al-hijr : 9

d. Alasan diberi nama dengan Al-kitab sebagaimana tertera dalam firman

Allah SWT, surat  Ad- Dukhan ; 1-3.4

3 Nasrun Jami’ Daulay, Ulum Al-Qur’an (Bandung :CitaPustaka, 2010 )

4 Prof. Dr. Muhammad Ali Ash-Shaabuniy, Studi Ilmu Alqur’an, (Bandung : CV Pustaka

Setia : 1999), hlm. 14-25

Page 6: Studi al qur'an

2.  Wahyu

            Al-Qur’an adalah kitab Allah yang diturunkan kepada hamba-Nya

Muhammad SAW. Beliau mengetahui ayat-ayat Allah di mana

sebelumnya ia sendiri tidak mengetahuinya sama sekali. Allah berfirman:

surat Al kahfi ayat 1-2

Yang artinya:

Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-

Kitab (Al Qur’an)  dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya,

sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksaan yang

sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-

orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan

mendapat pembalasan yang baik.

Selanjutnya Allah berfirman:

Dan tidak ada bagi seseorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata

dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau

dengan mengutus seorang utusan lalu diwahyukan kepadanya dengan

seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi

Maha Bijaksana. (As-Syura:51)

            Kata wahyu dalam ayat ini adalah wahyu Allah dan kata ruh

merupakan ruh Al-amin, Jibril as. Wahyu yang diturunkan ke dalam

sanubari Rasulullah saw.diterimanya dengan cara berbeda, terkadang

datang seperti bunyi dengan lonceng, menyerupai malaikat, suara seperti

gemuruh lebah, atau dengan cara ilham dan mimpi yang benar. Sementara

itu, wahyu yang diterimanya pada malam isra’ adalah pembicaraan yang

tanpa perantara. Inilah sunnatullah yang terdapat di seputar proses

turunnya wahyu.5

3. Ilham

5 Dr. H. Ahmad Zuhri, Lc, MA, Studi AlQur’an dan tafsir, (Jakarta Selatan : Hijri

Pustaka Utama, 2006) hlm.153

Page 7: Studi al qur'an

Kata ilham berasal dari kata yang berarti menelan. Ketika berubah ke

wazan if’al, yakni alhma yulhimu ilhaman, maka kata ilham bermakna

menelan dalam arti menghujamkan ke dalam jiwa, Allah berfirman;

Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan

ketakwaannya.(QS. Asy-Syams : 8)

B. METODE PENAFSIRAN ALQUR’AN

1. Pengertian tafsir

            Tafsir menurut lughat (bahasa)  ialah menerangkan dan

menyatakan, sedangkan menurut istilah adalah sebagai mensyarahkan

alqur’an, menerangkan maknanya dan menjelaskan apa yang

dikehendakinya dengan nashnya atau dengan isyaratnya. Tafsir pada

asalnya adalah membuka dan melahirkan, dan  istilah syara’ sebagai

penjelasan makna ayat urusannya, kisahnya dan sebab diturunkannya

ayat, dengan lafadz yang menunjukkan kepadanya secara terang.

             Kata tafsir diambil dari kata tafsirah, yaitu perkakas yang

dipergunakan tabib untuk mengetahui penyakit orang sakit. Tafsir

diambil dari riwayat dan dirayat, yakni: ilmu lughat, nahwu tashrif, ilmu

balagah, ushul fiqih dan dari ilmu asbabul nuzul, serta nasikh dan

mansukh. Tujuan (ghayah) mempelajari tafsir ialah memahamkan

makna-makna alqur’an, hukum, hikmah, akhlaq dan petunjuknya yang

lain untuk memperoleh kebahagian dunia dan akhirat. Maka dengan

demikian nyatalah bahwa faedah yang kita peroleh  dari mempelajari

tafsir tersebut adlah “terpelihara dari salah memahami alqur’an), sedang

maksud yang diharap dari mempelajarinya ialah mengetahui petunjuk

alqur’an, hukumnya dengan cara yang tepat. Kata al-Baghawi: Tafsir itu

adalah memperkatakan sebab-sebab turun ayat, keadaa-keadaanya, dan

kisah-kisahnya.6

6 Teungku Muhamad Hasbi Ash Shiddieqy. Ilmu Alqur’an dan Tafsir. (Semarang: PT

Pustaka Rizki Putra,1997), hlm. 171-174

Page 8: Studi al qur'an

2. Pengertian ilmu tafsir

Ilmu tafsir adalah suatu ilmu yang dibahaskan didalamnya

cara menuturkan lafadz-lafadz alqur’an, baik mengenai kata tunggal

maupun mengenai kata-kata tarkib dan makan-maknanya dan

dipertanggungkan oleh keadaan susunan dan beberapa

kesempurnaan bagi yang demikian seperti mengetahui naskh, sebab

nuzul, kisah yang menyatakan apa yang tidak terang(mubham)

didalam alqur’an dan lain-lainya yang mempunyai hubungan raapat

dengannya.

Pokok pembicaraan ilmu tafsir adalah alqur’an dari segi

penjelasan dan maknanya. Ilmu tafsir bukanlah sarahan atau

terjemahaan yang terdapat dalam kitab tafsir.sedangkan perbedaan

ilmu tafsir dengan ulumul qur’an ialah bahwa ilmu tafsir adalah

merupakan cabang dari ulumul qur’an; ilmu tafsir membahas

alqur’an dari segi penjelasan dan makna sedangkan uluml qur’an

membahas alqur’an itu dari segi seperti qiraat, adab membaca

alqur’an, pengumpulan ayat-ayat dan surah-surahnya dan lain serta

ditambah dengan ilmu tafsir itu sendiri. Ilmu tafsir merupakan ilmu

untu menafsirkan dan memahami alqur’an dengan baik dan jelas

benar.7

3. Ilmu Yang Diperlukan Oleh Seseorang Penafsir

            Ilmu yang dihajati oleh orang yang ingin memperoleh keahlian

dalam menafsirkan Alqur’an  ialah:

a. Lughat Arabiyah: dengan dialah diketahui syarah kata-kata tuggal.

Kata mujtahid “ orang yang tidak mengetahui seluruh bahasa arab 

tidak boleh menafsirkan alqur’an.

b. Gramatika bahasa arab, yaitu undang-undang  atau aturan

baikmengenai kata-kata tunggalnya, maupun mengenai tarkib-

tarkibnya. Tegasnya mengeetahui ilmu tashrif dan ilmu nahwu.

7 Mashuri sirojuddin Iqbal dan  A. pudlali. Pengantar Ilmu Tafsi (Bandung: Angkasa

Bandung. 1989), hlm.100.

Page 9: Studi al qur'an

c. Ilmu ma’ani, bayan dan badi’. Dengan ilmu ma’ani diketahui

khasiat susunan pembicaraan dari segi memberi pengertian.

Dengan ilmu bayan, diketahui khasiat susunan perkataan yang

berlain-lainan. Dengan ilmu badi’ diketahui jalan-jalan keindahan

pembicaraan.

d. Dapat menentukan yang mubham. Dapat menjalaskan yang mujmal

dan dapat mengetahui sebab nuzul dan naskh. Penjelasan ini

diambil dari hadist.

e.  Mengetahui ijmal, kalam

f. Ilmu qiraat. Dengan ilmu qiraat dapat diketahui bagaimana kita

menyebutkan kalimat alqur’an dan dengan dialah kita dapat

tarjihkan.

g. Ilmu ushuluddin (Ilmu Tauhid). Dengan ilmu tauhid kita dapat

mengetahui ayat-ayat yang menunjukkan kepada sifat-sifat Allah

yang jaiz, yang mustahil atas sebahagiannya.

h. Ilmu ushul fiqih. Dengan ilmu ushul fiqih dapat diketahui nentuk

istidlal (menjadikan dalil) bagi hukum dan cara mengistimbathkan

hukum.

i. Ilmu asbabul nuzul dan qisah-qisah. Dengan ilmu asbabul nuzul

dapat diketahui maksud ayat yang diturunkan.

j. Mengetahui hadits-hadist. Dengan hadits ini dapat diketahui bahwa

mana hadist dho’if dan mana hadits yang kuat untuk dijadikan

sebagai dalil hukum.8

4. Pengertian Metode Tafsir

            Pengertian metode yang umum itu dapat digunakan pada

berbagai objek, baik berhubungan dengan pemikiran dan penalran

akal, atau menyangkut pekerjaan fisik. Jadi dapat dikatakan metode

adalah salah satu sarana yang amat penting untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan.

8 Mashuri sirojuddin Iqbal dan  A. pudlali. Pengantar Ilmu Tafsi (Bandung: Angkasa

Bandung. 1989), hlm.102-103.

Page 10: Studi al qur'an

Adapun metodologi tafsir ialah ilmu tentang metode

menafsiran alqur’an. Dengan demikian dapat kita membedakan dua

istilah yaitu, metode tafsir sebagai cara menafsirkan

alqur’an sedangkan metodologi tafsir sebagai lmu tentang cara

tersebut.Jadi metode tafsir merupakan kerangka atau kaedah yang

digunakan dalam menafsirkan ayat alqur’andan seni atau teknik ialah

cara yang dipakai dalam menerapakn kaedah yang telah tertuang

dalam metode. Dengan demikian satu metode yang sama dapat  dapat

diterapkan dalam berbagai teknik penyampaian yang berbeda  sessuai

dengan gaya dan latar belakang pengetahuan dan pengalaman masing-

masing mufassir. Sedangkan metodologi tafsir adalah pembahasan

ilmiah dan konseptual tentang metode-metode penafsiran alqur’an.9

Muhammad Husein adz-dzahabi menanggapi perkataan ibnu

khaldun pada  muqaddimahnya yang menempatkan shahabat rasul

saw. Sebagai orang yang memahami alqur’an  karena alqur’an

diturunkan dalam bahasa mereka. Paling tidak ada dua alasan yang

dikemukakan Muhammad husein adz-dzahabi:

Pertama meskipun sahabat rasul orang arab dan berbahasa

dengan bahasa arab, mereka hanya mengetahui secara umun ayat

alqur’an yaitu zahirnya dan hukum-hukumnya. Pada hal alqur’an

mempunyai makna batin dan makna-makna yang memerlukan

pembahasan dan pemikiran bahkan dalam hal-hal tertentu para sahabat

itu mempertanyakan kepada rasul.

Alasan kedua adalah kenyataan pada kitab-kitab yang kita

temukan sekarang banyak perbedaan pendapat mereka dari segi

bahasa. Dalam kedua pandangan tentang kemampuan sahabat rasul

saw. Memahami alqur’an, kedua ulama sepakat bahwa secara lembaga

shahabat rasul saw, ditinggalkan  rasuk saw dalam keadaan mampu

9 Nashruddin Baidan, Metode Penafsiran Alqur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002),

hlm. 55-56.

Page 11: Studi al qur'an

memehami alqur’an al-karim. Sebab itulah tafsir alqur’an yang

disampaikan sahabat rasul hukumnya marfu’,  artinya dihukumkan

sebagai tafsir yang disampaikan rasul saw.10 Ulama membagi tafsir

alqur’an berdasarkan metode penafsiran  menjadi tiga macam, yaitu:

a. Tafsir Al-riwayah/ Tafsir Bi Al-ma’tsur

Tafsir  bi al-ma’tsur, kalau dilihat dari makna etimologinya tafsir

tersebut bersumber dari atsar. Ma’tsur adalah isim fail dari atsara,

artinya yang diriwatatkan, secara terminology adalah sesuatu  tafsir

yang terdapat dalam alqur’an atau sunnah atau pendapat

shahabat sebagai penjelasan untuk kehendak allah ta’ala dari

kitabnya.

Tafsir alqur’an dengan alqur’an

            Adanya tafsir ayat dengan ayat dimungkinkan karena

sebagian  ayat alqur’an merupakan ungkapan yang ringkass

sebagian ayat dan ada ungkapannya panjang dan rinci,

unkapannya yang umum pada sebagian ayat dan unkapan yang

khusus pada ayat yang lain juga, sebbagian ayat di sampaikan

dengan unkapan yang muthlak sedang dibagian yang lain

diunkapakan dengan muqayyad dan seterusnya. 

Tafsir alqur’an dengan as-sunnah

 Rasul Saw. Banyak menerangkan sesuatu ungkapan yang ada

didalam al-qur’an yang belum diketahui shahabatnya apa yang

dimaksud dengan ungkapan itu sendiri.

Tafsir alqur’an dengan tafsian shahabat rasul saw

            Penafsiran seperti ini terjadi setelah rasul saw wafat. Ada

tabi’in bertanya kepada shahabat Rasul saw tentang maksud

suatu ayat, atau yang bertanya itu shahabat kapada shahabat

yang lain, maka bila tidak ada tafsir yang pernah disampaian

10 http://bahrululummunir.blogspot.com/2011/03/normal-0-false-false-false-in-x-none-

ar.html (Diakses 20 Oktober 2015 pukul 15:36 WIB)

Page 12: Studi al qur'an

easul saw, tentang ayat itu maka shahabat mengemukakan

pedapatnya.

b. Tafsir Bi Ad-Dirawayah/ Tafsir Bi Al-ra’yi

            Menurut etimologi etimologi tafsir bi-alra’yi addalah tafsir

yang ditetapkan dengan ijtihad. Memperhatikan fakta pada

perkembangan tafsir bi-alra’yi, ‘abdul ‘azhim  az-zarqani

memeebagi tafsir bi al-ra’yi kepada tafsir al-mahmud dan rafsir al-

muzdmum. Tafsir al-mahmud adalah tafsir shahabat, tabi’in tafsir

yang dikemukakan orang yang menafsirkan alqur’an yang

berpegang kepada tafsir alqur’an dengan alqur’an, tafsir alqur’qan

yang disampaikan rasul saw.

c. Tafsir Bi Al- Isyari

            Tafsir bi al-isyari adalah yaitu takwil alqur’an tanpa

dzohirnya untuk mendapatkan isyarat yang tersembunyi yang dapat

diketahui orang yang ahli suluk dan tashuf dan dimungkinkan

dikompromikan antaranya dengan makna zhahir yang dimaksud.

Zhahir alqur’an  adalah yang diturunkan dengan bahasa ‘arab, yaitu

pemahaman yang bersifat bahasa arab semata. Sedangkan bathinya

adalah kehendak allah ta’ala dan tujuan nya yang dimaksudkan

dibalik lafal dan susunannya. Makna bathin  tidak diperoleh

semata-mata berpegang kepada kaidah-kaidah bahasa ‘arab.,

tetapi tidak dapat tidak memerlukan adanya  nur yang dimasukkan

allah kedalam hati manusia yang dengan nur itu nnafizhu al-

bashirah ( wawsan yang cemerlang dan berpikiran yang selamat

dari kesesatan). Ini artinya bahwa tafsiran yang bersifat bathin tidak

keluar dari kehendak lafadz qur’ani.

C. BEBERAPA MUFASIR DAN KARYANYA11

11 Manna’ Khalil al-Qattan, Mabahits Fi Ulumil Quran terj. Mudzakir AS, ( Jakarta , PT.

Litera Antar Nusa : 2009 ) hlm.7

Page 13: Studi al qur'an

1. Abu Ja'far   Muhammad bin Jarir at-Tabari  dengan karyanya Jami' al-

Bayan fi Tafsir Alquran .Kitab beliau terdiri atas 30 jilid. Tafsir at-

Tabari sangat terkenal di kalangan mufasir yang datang sesudahnya

karena kitab tersebut menjadi rujukan pertama, terutama dengan adanya

penafsiran naqli (berdasarkan Alquran dan hadis Rasulullah SAW).

Nama lengkapnya adalah Abu Ja'far Muhammad bin Jari At-Tabari,

beliau lebih dikenal dengan nama at-Tabari atau Ibnu Jarir at-Tabari,

beliau seorang sejarahwan dan ahli tafsir terkemuka kelahiran kota

Amul, Tabaristan (di Iran) pada tahun 225 Hijriyah atau 839 sesudah

Masehi. Kota Amul tersebut merupakan tempat berkembangnya

kebudayaan Islam, namun ia lebih banyak menghabiskan waktunya di

kota Baghdad.

2. Muhammad bin Ahmad bin Ibrahim as-Samarqandi dengan karyanya

Kitab tafsir Bahr al-Ulum. Ahli fikih Mazhab Hanafi yang terkenal

dengan panggilan Imam al-Huda. Ada tiga naskah Bahr al-Ulum. Satu

naskah terdiri atas tiga jilid dan terdapat di Dar al-Kutub al-Misriyyah

(Mesir). Dua naskah lainnya masing-masing terdiri atas dua dan tiga

jilid serta terdapat di perpustakaan Universitas Al-Azhar.

3. As-Suyuti dengan karyanya ad-Durr al-Mansur fi at-Tafsir al-Ma'tsur

yang terdiri atas enam jilid. Ia menyebutkan, kitab tafsir ini berisi

penafsiran Rasulullah SAW. Di dalamnya, terdapat sepuluh ribu hadis,

baik yang marfu' maupun yang mauquf (yang disandarkan kepada

sahabat). Uraian dalam tafsir dikaitkannya pula dengan masalah

kebahasaan, seperti i'rab, balagah, dan badi' (keindahan susunan kata

Alquran).

4. Fakhruddin ar-Razi dengan karyanya Mafatih al-Gaib. Kitab ini terdiri

atas delapan jilid. Kedelapan jilid tersebut pada hakikatnya tidak

disusun seluruhnya oleh ar-Razi. Menurut Ibnu Qadi (ahli tafsir), ar-

Razi tidak pernah menyusun tafsirnya itu secara lengkap dari awal

hingga akhir, melainkan dilakukan oleh beberapa mufasir lain.

Page 14: Studi al qur'an

5. Ibnu Kasir dengan karyanya Tafsir Alquran al-Azim. Kitab ini

merupakan kitab tafsir riwayat yang sangat populer dan dipandang

sebagai kitab tafsir terbaik kedua setelah kitab tafsir at-Tabari. Ibnu

Kasir menafsirkan ayat Alquran berdasarkan hadis Nabi SAW yang

dilengkapi dengan sanad dan sedikit penilaian terhadap rangkaian sanad

hadis.

D. PERKEMBANGAN STUDI AL QUR’AN

1. PERKEMBANGAN STUDI ALQURAN DI KALANGAN UMAT

ISLAM

a) Fase Sebelum Kodifikasi

Pada fase sebelum kodifikasi, ulumul qur’an telah dianggap

sebagai benih yang kemunculannya sangat dirasakan sejak masa

Nabi. Hal itu ditandai dengan kegairahan para sahabat untuk

mempelajari al-qur’an dengan sungguh-sungguh terlebih lagi

diantara mereka sebagaimana diceritakan oleh Abu Abdurrahman

As-Sulami, memiliki kebiasaan untuk tidak berpindah kepad ayat

lain, sebelum memahami dan mengamalkan ayat yang sedang

dipelajarinya.

b) Fase Kodifikasi

Sebagaimana diketahui pada fase sebelum kodifikasi, ulumul

qur’an dan ilmu-ilmu lainnya sebelum dikodifikasikan dalam bentuk

kitab atau mushaf, satu-satunya yang sudah dikodofikasikan pada

saat itu hanyalah Al-Qur’an. Hal it uterus berlangsung sampai ketika

Ali Bin Abi Thalib memerintahkan Abu Al-Aswad untuk menulis

nahwu.12 Perintah Ali inilah yang membuka gerbang pengodifikasian

ilmu-ilmu agama dan bahasa arab, pengodifikasisan itu semakin

marak dan meluas ketika Islam berada di bawah pemerintahan Bani

12 Qurais Shihab dkk,  Sejarah dan Ulumul Quran ( Jakarta, Pustaka Firdaus : 1994 )

hlm. 4

Page 15: Studi al qur'an

Umayyah dan Abbasyah pada periode-periode awal

pemerintahannya.

1) Perkembangan Ulumul Qur’an Abad II H.

Pada masa penyusunan ilmu-ilmu agama yang dimulai

sejak permulaan abad II H. pada ulama memberikan prioritas atas

penyusunan tafsir sebab sebab tafsir merupakan induk ulumul

qur’an. Diantara ulama abad II. Adalah : Syu’bah Bin Hijjaj,

Sufyan Bin Umayah, Sufyan Ats-Tsauri, Waqi’ Bin Al-Jarrh,

Muqotil Bin Sulaiman,  Ibn Jarir Ath-Thobari

2) Perkembangan Ulumul Qur’an Abad III H.

Pada abad III selain tafsir dan ilmu tafsir para ulama mulai

menyusun beberapa ilmu Al-Qur’an (ulumul qur’an), diantaranya:

Ali Bin Al-Madani  karyanya  Ilmu Asbab An-Nuzul

Abu Ubaid Al-Qosimi Bin Salam karyanya Ilmu Nasikh Wa

Al-Mansukh, Ilmu Qiraat, Dan Fadha’il Al-Qur’an.

 Muhammad Bin Khalaf Al-Marzuban karyanya Kitab Al-

Hawei Fi Ulum Al-Qur’an

3) Perkembangan Ulumul Qur’an Abad IV H.

Pada abad IV H. Mulai disusun ilmu gharib al-qur’an dan

beberapa diantaranya memakai istilah ulumul qur’an, diantara

kitabnya adalah:

Gharib Al-Qur’an

Aja’ib Ulum Al-Qur’an

Al-Mukhtazan Fi Ulum Al-Qur’an

Al-Astigna’ Fi Ulum Al-Qur’an.

4) Perkembangan Ulumul Qur’an Abad V H.

Pada abad ini mulai disusun ilmu-ilmu I’rab al-qur’an dalam

satu kitab. Namun demikian penulisan kitab-kitab ulumul qur’an

masih terus dilakukan . ulama masa ini diantaranya:

Ali Bin Ibrahim Bin Sa’id Al-Hufi.

Abu Amr-Dani

Page 16: Studi al qur'an

5) Perkembangan Ulumul Qur’an Abad VI H.

Pada abad ini disamping ada ulama yang meneruskan

pengembangan ulumul qur’an, juga terdapat ulama yang mulai

menyusun ilmu mubhamat al-qu’an diantaranya:

Abu Al-Qosim Bin Abdurrahamn As-Suhali karyanya Kitab

Mubhamat Al-Qur’an.

Ibn Al-Jauzi karyanya Funun Al-Afnan Fi Aja’ib Al-Qur’an

Dan Kitab Al-Mujtab Fi Ulum Tata’allaq Bi Al-Qur’an

6) Perkembangan Ulumul Qur’an Abad VII H.

Pada abad VII H ilmu-ilmu Al-qur’an terus berkembang

dengan mulai tersusunnya ilmu majaz al-qur’an dan ilmu qira’at.

Diantara ulamanya:

Alamuddin As-Sakhawi  karyanya Hidayat Al-Murtab Fi

Mutasyabih.

Ibn ‘Abd As-Salam / Al Izz karyanya Ilmu Majaz Al-Qur’an.

Abu Syamah karyanya Al-Mursyid Al-Wajiz Fi Ulum Al-

Qur’an Tata’allaq Bi Al-Qur’an Al-Aziz

7) Perkembangan Ulumul Qur’an Abad VIII H.

Pada abad ini muncullah ulama yang menyusun ilmu-ilmu baru

tentang al-qur’an, namun demikian penulisan kitab-kitab tentang

ulumul qur’an tetapo berjalan, diantaranya:

Ibn Abi Al-Isba’ karyanya Ilmu Badu’i Al-Qur’an.

Najmuddin Ath-thufi karyanya Ilmu Hujjaj Al-Qur’an.

Perkembangan Ulumul Qur’an Abad IX dan X H.

8) Pada abad IX dan permulaan abad X.

Makin banyak karya para ulama tentang ulumul qur’an pada

masa ini ulumul qur’an mencapai kesempurnaan. Diantara

ulamanya antara lain:

Jalaludin Al-Bulqini karyanya Mawaqi’ An-Nujum.

Page 17: Studi al qur'an

Muhammad Bin Sulaiman Al-Kafiyaji  karyanya At-Tafsir Fi

Qowa’id At-Tafsir.

 Jalaludin Abdurrahman Bin Kamaluddin As-Suyuti karyanya

At-Tahbir Fi Ulum At-Tafsir

9) Pengembangan Ulumul Qur’an Abad Abad Modern.

Sebagaimana penjelasan diatas, bahwa setelah wafatnya

imam as-suyuti tahun 911 H, maka terhentilah gerakan penulisan

al-qur’an dan pertumbuhannya sampai abad ke-XIV H. sebab

pada abad ke-XIV H atau pada abad modern ini bangkit kembali

kegiatan penulisan ulumul qur’an dan perkembangan kitab-

kitabnya. Hal itu ditengarai dengan banyaknya ulama’ yang

mengarang ulumul qur’an dan menuls kitab-kitabnya, baik tafsir

maupun macam-macamnya kitab ulumul qur’an.

Diantara para ulama’ yang menulis tafsir/ ulumul qur’an pada

abad modern ini adalah sebagai berikut.

Ad-Dahlawi karyanya Al-Fauzul Kabir Fi Ushulil Tafsir.

Thahir Al-Jaziri karyanya At-Tibyan Fi ‘Ulumil Qur’an.

Abu Daqiqah karyanya ‘Ulumul Qur’an.

M. Ali Salamah karyanya Minhajul Furqon Fi ‘Ulumil Qur’an

2) ALQURAN DAN KESARJANAAN BARAT ( ORIENTALIS )

Orientalis berasal dari kata “Orient” yang mengandung

pengertian“timur”, kata-kata tersebut berarti ilmu-ilmu yang

berhubungan dengan dunia timur.13 Orang-orang yang mempelajari

budaya timur dari segala aspeknya disebut orientalis atau ahli

ketimuran. Orientalis adalah suatu gaya berfikir yang berdasarkan pada

perbedaan ontologis dan epistimologis yang dibuat antara timur dan

barat. Secara defenisitif orientalis ialah segolongan sarjana barat yang

13 A. Hanafi, Orientalisme ditinjau dari kacamata Agama, (Alquran dan Hadits),

Pustaka Al-Husna, hlm. 9.

Page 18: Studi al qur'an

mendalami bahasa-bahasa, budaya, politik, etnis dunia timur, sejarah,

adat istiadat dan ilmu-ilmunya.14

Perhatian ilmiah orang orang Barat terhadap Al-qur’an dapat

dikatakan bermula dengan berkunjungnya Peter yang Agung ( Veter the

venerable ) --kepala Biara Cluny—ke Toledo pada perempatan kedua

abad ke XII .Ia mulai memperhatikan seluruh masalah Islam,

membentuk suatu tim dan menugaskan membuat serangkaian karya

yang secara keseluruhan akan merupakan basis ilmiah bagi para

intektual yang akan berurusan dengan Islam. Sebagian rangkaian dari

karya ini adalah penerjemahan alquran ke dalam Bahasa Latin yang

digarap oleh seorang Inggris , Robert of Ketton . Sayangnya terjemahan

ini dan karya karya lainnya yang digarap tim tidak membuahkan

perkembangan penting apapun terhadap kajian kajian Islam. Sejumlah

besar buku di tulis dalam dua atau tiga abad berikutnya, Tetapi Islam

tetap merupakan musuh bebuyutan yang ditakuti dan terkadang

dikagumi., serta hal hal yang dituliskan itu hampir semuanya bersifat

apologetik dan polemik, terkadang bahkan hampir hal hal yang tidak

senonoh atau cabul.15

Tabel 1

Perkembangan Al-qur’an16

Tahun peristiwa

1143 Al-qur’an berbahasa latin, Liber legis Saracenorum quem alcoran vocant oleh

Robert of Ketton

1530 Al-qur’an pertama kali di cetak di kota Bunduqiyah ( Venisia ) Italia yang

14 Zulfran Rahman, Kajian n Sunnah nabi SAW Sebagai Sumber Hukum Islam,

( Kerinci, CV Pedoman Ilmu Jaya: 2004 ) hlm. 135.

15 W. Montgomery Watt , Pengantar Studi Al-qur’an ( Jakarta : Rajawali pers :1991 

) hlm. 273

16 Abah Salma Alif Sampayya , Keseimbangan Matematika dalam

Alquran , ( Jakarta: Republika , 2007 ) hlm. 11

Page 19: Studi al qur'an

kemudian gereja mengeluarkan perintah untuk membasminya

1547 Al-qur’an diterjemahkan kedalam Bahasa Italia oleh Andrea Arrivabene

dengan nama Alcorano di Macometto

1616 Al-qur’an di terjemahkan dalam Bahasa Jerman, De Arabische Alqoran oleh

Solomon Schieger ( Seorang Pendeta )

1647 Al-qur’an berbahasa Prancis, L ‘Alqoran de Mahomet translate d’arabe en

Francois oleh Andrew Du Ryer

1649 Al-qur’an berbahas Inggris oleh Alexander Ross

1694 Hinkelman mencetak Al-qur’an di Hamburg , Jerman

1698 Al-qu’ran dengan terjemahan bahasa latin, Alcorani textus Universus oleh

Ludovico Marraci

1772 Al-qur’an berbahasa Jerman, Die turkische Bibel oleh DF Mergellin

1787 Percetakan umat Islam yang pertama didirikan oleh Malay Usman ( Sultan

Ottoman Turki ) di St. Petersburgh, Rusia

1828 Percetakan Alquran muncul di Qazan, Rusia

1834 Al-qur’an berbehasa Jerman oleh Gustav Leberecht fluguel, Coranio textus

Arabicus

1838 Al-qur’an dicetak di Persia ( Iran )

1842 Al-qur’an dan terjemahan berbahasa Jerman oleh Gustav Lebercht Fluguel ,

Concordinate coranie Arabic

1877 Al-qur’an di cetak di Istanbul Turki

1923 Al-qur’an edisi mungil muncul di Kairo di bawah pengawasan Syaikhul Azhar,

( Rektor Al Azhar ) yang di sahkan oleh Raja Fuad

1953 Al-qur’an berbahasa Inggris oleh Arthur J. Arrebery the Holy Quran

1955 Al-qur’an berbahasa Inggris Oleh Arthur. J Arrebery The Holly Qoran

Interperted

1966 Jerman der Qoran oleh Rudi Paret

1967 Terjemahan Al-qur’an berbahasa Indonesia  “ Al-qur’an dan terjemahnya “

yang disusun oleh pemerintah Indonesia dengan anggotanya Hasbie Assidiqie ,

Bustami, A.Gani. Muchtar Yahya, Mukti Ali, dan yang lainnya yang bekerja

Page 20: Studi al qur'an

selama 8 tahun

3) KRITIK ANALISIS TERHADAP KAJIAN ORIENTALIS

 Ternyata tidak semua orientalis, mempunyai pemikiran sama,

dimana mereka mempelajari Islam untuk menyerang Islam itu, tetapi

justru banyak diantara mereka juga yang membela Islam, seperti

William Montogomery Watt, yang diklaim sebagai orientalis objektif

dan paling simpatik terhadap Islam, berpendapat bahwa kebenaran

kenabian Muhammad didasarkan  pada fakta sejarah umat Islam sendiri.

Bagi Watt, pesan-pesan (massage) wahyu Nabi Muhammad telah

mengantarkan komunitas umat Islam berkembang sejak masa kerasulan

Muhammad hingga sekarang, umat Islam menaati ajaran, merasakan

kepuasan dan kebahagiaan, serta menjadi saleh dan taat dalam

keislamannya, meskipun hidup dalam lingkungan yang sulit. Ia

menyatakan, “Hal-hal tersebut menghasilkan konklusi bahwa

pandangan tentang realitas yang terkandung dalan Alquran adalah benar

dan bersumber dari Tuhan. Dengan demikian, Muhammad adalah nabi

yang sesungguhnya”.

Hal serupa juga diungkapkan E Renan Setelah melakukan

pengkajian tentang Al-masih as. Dia menetapkan bahwa al-Masih

bukanlah tuhan dan bukan pula anak tuhan . Beliau hanya seorang

manusia biasa yang mempunyai keistimewaan dibanding dengan

manusia lain serta memilki jiwa ( ruh ) yang mulia. Ia juga menjelaskan

bahwabuku berbahasa Arab yang membahas sejarah nabi Muhammad

seperti Sirah Ibnu Hisyam adalah tarikh yang sangat bagus  yang

melebihi Injil yang beredar dikalangan umat Kristen sekarang.17

17 Ibid., hlm. 28

Page 21: Studi al qur'an

BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Al-Qur’an adalah: Kalam yang bersifat mu’jizat, yang diturunkan atas

Rasul saw., ditulis pada beberapa mushaf,diriwayatkan secara nutawatir, dan

menjadi ibadah membacanya.

Dari sudut isi atau substansinya, fungsi Al-Qur’an sebagai tersurat dalam nama-

namanya adalah sebagai Al-Huda (petunjuk), Al-Furqon (pemisah), As-Syifa

(Obat), Al Mau’idzoh (nasehat). Ulama membagi tafsir alqur’an berdasarkan

Page 22: Studi al qur'an

metode penafsiran  menjadi tiga macam, yaitu: Tafsir Al-riwayah/ Tafsir Bi Al-

ma’tsur, Tafsir Bi Ad-Dirawayah/ Tafsir Bi Al-ra’yi, Tafsir Bi Al- Isyari,

Perkembangan studi Alquran dikalngan umat Islam terdiri dari beberapa

fase, mulai dari fase sebelum kodifikasi  hingga ke fase modern . Perkembangan

Studi Alquran juga dilakukan oleh kesarjanaan Barat ( Orientalis ), yang Boleh

jadi motivasi awal orang – orang barat mempelajari Islam, tidaklah untuk

menyerang Islam. Mungkin saja pada awalnya mereka benar-benar mempelajri

Islam sebagai suatu ilmu. Namun akhirnya orientalis tetap saja membawa bau

sentiment barat (baca: Kristen) terhadap Islam.

Tidak semua orientalis, mempunyai pemikiran sama, dimana mereka

mempelajari Islam untuk menyerang Islam itu, tetapi justru banyak diantara

mereka juga yang membela Islam, seperti William Montogomery Watt, E

Renan,dan lain sebagainya. Bahkan Kejujuran para orientalis dalam mengkaji

Islam ternyata membawa dampak yang baik , Tidak sedikit dari mereka yang

masuk Islam seperti  Lord Hedley, Aten kaeeeDinech, penyair Jerman gothe, dan

Dr. Gerinech sebagai seoarang anggota parlemen Prancis.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Ash-Shaabuniy , Muhammad, Studi Ilmu Al-qur’an. Bandung : CV Pustaka

Setia :1999

Asmuni, M. Yusran. Dirasah Islamiyah I Pengantar Studi Alquran Hadits Fiqh

dan Pranata Sosial.  Jakarta : PT. Raja Grafindo. 1997

Alif Sampayya, Abah Salma, Keseimbangan Matematika dalam Al-

qur’an .Jakarta : Republika , 2007.

Buchari, H. A. Mannan, Menyingkap Tabir Orientalisme. Jakarta : Amzah , 2002.

Page 23: Studi al qur'an

Baidan, Nashruddin, Metode Penafsiran Alqur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

2002

Haque , Ziaul. Wahyu dan Revolusi,LKiS Yogyakarta, 2000

Hasbi Ash Shiddieqy , Teungku Muhamad. Ilmu Alqur’an dan Tafsir. Semarang:

PT Pustaka Rizki Putra. 1997.

Hanafi A., Orientalisme ditinjau dari kacamata Agama, (Alquran dan Hadits),

Pustaka Al-Husna,2004.

Jami’,Nasrun  Daulay, Ulum Al-Qur’an . Bandung : CitaPustaka. 2010 .

Sirojuddin Iqbal , Mashuri dan  A. pudlali. Pengantar Ilmu Tafsir. Bandung:

Angkasa Bandung. 1989.

Shihab , Qurais dkk,  Sejarah dan Ulumul Quran .Jakarta, Pustaka Firdaus : 1994

CV Pedoman Ilmu Jaya: 2004 .

Zuhri, Ahmad . Studi AlQur’an dan tafsir. Jakarta Selatan : Hijri Pustaka

Utama, ,2000

http://annas-ribab.blogspot.com/2009/11/al-quran-wahyu-ilham.html, diakses hari

Rabu, 19 Oktober 2015 pukul 22.32 WIB.

http://wahyuditembilahan.blogspot.com/2012/03/makalah-fungsi-al-quran-dan-

hadist.html diakses 22 Oktober 2015 pukul 22:00 WIB.

http://bahrululummunir.blogspot.com/2011/03/normal-0-false-false-false-in-x-

none-ar.html diakses 20 Oktober 2015 pukul 15