36
KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM Drs. H. Moh. Saifulloh, M.Fil.I Disusun oleh : KELOMPOK 1 Vera Laviara M. (1115100045) Ramadhani Dwi Susanti (1215100114) Hamidatul Aminah (3515100043) Rinal Al Farisi (3515100015) Dimas Haryo Nugroho P. (3515100063) Kartika Tamara Maharani (3515100095) KELAS 5 UNIT PELAYANAN TERPADU PELAKSANA MATA KULIAH BERSAMA

01_Konsep Ketuhanan dalam Islam

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 01_Konsep Ketuhanan dalam Islam

KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

Drs. H. Moh. Saifulloh, M.Fil.I

Disusun oleh :

KELOMPOK 1

Vera Laviara M. (1115100045)

Ramadhani Dwi Susanti (1215100114)

Hamidatul Aminah (3515100043)

Rinal Al Farisi (3515100015)

Dimas Haryo Nugroho P. (3515100063)

Kartika Tamara Maharani (3515100095)

KELAS 5

UNIT PELAYANAN TERPADU PELAKSANA MATA KULIAH BERSAMA

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

2015

Page 2: 01_Konsep Ketuhanan dalam Islam

BIODATA ANGGOTA KELOMPOK 1

Nama : Vera Laviara M.

NRP : 1115100045

Jurusan : Fisika

Nama : Ramadhani Dwi Susanti

NRP : 1215100114

Jurusan : Matematika

Nama : Hamidatul Aminah

NRP : 3515100043

Jurusan : Teknik Geomatika

Page 3: 01_Konsep Ketuhanan dalam Islam

Nama : Rinal Al Farisi

NRP : 3515100015

Jurusan : Teknik Geomatika

Nama : Dimas Haryo Nugroho P.

NRP : 3515100063

Jurusan : Teknik Geomatika

Nama : Kartika Tamara Maharani

NRP : 3515100095

Jurusan : Teknik Geomatika

Page 4: 01_Konsep Ketuhanan dalam Islam

DAFTAR ISI

KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM.....................................................................1

BIODATA ANGGOTA KELOMPOK 1...........................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................4

KATA PENGANTAR.......................................................................................................5

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................6

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................6

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................6

1.3 Tujuan......................................................................................................................7

BAB 2 PEMBAHASAN....................................................................................................8

2.1 Hakikat Ketuhanan dalam Islam...............................................................................8

2.1.1 Siapa Tuhan itu?................................................................................................8

2.1.2 Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan.....................................................10

2.1.3 Tuhan dalam Islam..........................................................................................12

2.1.4 Bukti Adanya Tuhan.......................................................................................13

2.2 Keimanan dan Ketakwaan......................................................................................16

2.2.1 Definisi Iman dan Takwa................................................................................16

2.2.2 Proses Terbentuknya Iman..............................................................................17

2.2.3 Tanda-Tanda Orang Beriman..........................................................................19

2.2.4 Korelasi antara Keimanan dan Ketakwaan......................................................21

BAB 3 PENUTUP...........................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................23

LAMPIRAN PPT.............................................................................................................24

Page 5: 01_Konsep Ketuhanan dalam Islam

KATA PENGANTARSyukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat dan hidayahnya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Ucapan terima kasih dan rasa hormat disampaikan kepada seluruh pihak

yang telah membantu baik moril maupun materil, terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Moh. Saifullah, M.Fill.I selaku Dosen Pendidikan Agama

Islam kelas 5

2. Semua pihak yang telah membantu terselesainya penulisan makalah

ini.

Semoga jasa yang telah diberikan dalam menyusun makalah ini akan mendapat

balasan kebaikan dari Allah SWT.

Dengan segenap kemampuan penulis telah berupaya menyelesaikan

makalah ini dengan sebaik-baiknya.Namun dengan segala kerendahan hati penulis

merasa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karenanya kritik dan saran yang

membangun sangatlah diharapkan.Penulis juga berharap semoga makalah ini

dapat bermanfaat bagi para pembaca makalah ini.

Surabaya, Oktober 2015

Penuli

Page 6: 01_Konsep Ketuhanan dalam Islam

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangMakalah ini merupakan pemenuhan tugas Pendidikan Agama

Islam yang memang harus terpenuhi sebagai nilai tambahan yang sudah

ditentukan oleh pengajar. Disamping itu, makalah ini sangat bermanfaat

bagi pembaca karena pada makalah ini sedikit/banyaknya terdapat ilmu

yang dapat diambil sebagai pengetahuan atau wawasan.

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang diberikan

kesempurnaan dibandingkan makhluk lain, maka dari itu ada beberapa

manusia yang memang menggunakan akalnya untuk mengkaji hal-hal

yang belum ada sebagai rasa keingintahuan seperti halnya pada makalah

ini juga akan mengkaji yaitu diantaranya tentang hakikat Ketuhuanan

dalam Islam, keimanan dan ketakwaan, yang berisi dari berbagai sumber,

agar makalah ini ada nilai banding dengan makalah lain.

Dengan izin Allah, dalam makalah ini kami akan menjelaskan dan

membahas tentang Konsep Ketuhanan dalam Islam.

1.2 Rumusan MasalahBerisi pokok yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain adalah

sebagai berikut :

1. Siapa Tuhan itu ?

2. Apa saja sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan?

3. Bagaimana konsep Ketuhanan dalam Islam ?

4. Apa saja bukti-bukti adanya Tuhan ?

5. Apa definisi iman dan takwa ?

6. Bagaimana proses terbentuknya iman dan takwa ?

7. Apa saja tanda-tanda orang beriman dan bertakwa ?

8. Apa korelasi antara keimanan dan ketakwaan ?

Page 7: 01_Konsep Ketuhanan dalam Islam

1.3 Tujuan1. Untuk mengetahui siapa Tuhan itu.

2. Untuk mengetahui sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan.

3. Untuk mengetahui tentang konsep Ketuhanan dalam Islam.

4. Untuk mengetahui tentang bukti-bukti adanya Tuhan.

5. Untuk mengetahui definisi iman dan takwa.

6. Untuk mengetahui proses terbentuknya iman dan takwa.

7. Untuk mengetahui tanda-tanda orang beriman dan bertakwa.

8. Untuk mengetahui korelasi antara keimanan dan ketakwaan.

Page 8: 01_Konsep Ketuhanan dalam Islam

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Ketuhanan dalam Islam

Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan

Maha Kuasa (tauhid). Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha

Kuasa. Menurut al-Qur'an terdapat 99 Nama Allah (asma'ul husna artinya:

"nama-nama yang paling baik") yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang

berbeda. Semua nama tersebut mengacu pada Allah, nama Tuhan Maha Tinggi

dan Maha Luas. Di antara 99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan paling

sering digunakan adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha Penyayang"

(ar-rahim)

Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun

juga Tuhan yang personal: Menurut al-Qur’an, Dia lebih dekat pada manusia

daripada urat nadi manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan

memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia

memandu manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang di ridhoi-Nya.”

2.1.1 Siapa Tuhan itu?

Lafal Ilahi yang artinya Tuhan, menyatakan berbagai obyek yang

dibesarkan dan dipentingkan manusia, misalnya dalam surat Al-Furqon: 43 yang

artinya: “Apakah engkau melihat orang yang menghilangkan keinginan-keinginan

pribadinya?”

Menurut Ibnu Miskawaih Tuhan adalah zat yang tidak berijisim, azali, dan

pencipta. Tuhan Esa dalam segala aspek. Ia tidak terbagi-bagi dan tidak

mengandung kejamakan dan tidak satupun yang setara dengan-Nya, Ia ada tanpa

diadakan dan ada-Nya tidak bergantung kepada yang lain sementara yang lain

membutuhkan-Nya.

Page 9: 01_Konsep Ketuhanan dalam Islam

Orang menyediakan hawa nafsunya, yang dipuji dalam hidupnya, berarti

telah berbuat syirik yang sebenarnya menurut Islam hawa nafsu harus tunduk

kepada kehendak Allah Swt. Dalam surah Al-Qoshos: 38, lafal Ilah dipakai oleh

Fir’aun untuk dirinya sendiri, yang artinya:

“Dan Fir’aun berkata, wahai para pembesar aku tidak menyangka bahwa

kalian mempunyai Ilah selain diriku”

Bagi manusia, Tuhan itu bisa dalam bentuk konkret maupun abstrak/gaib.

Al-Qur’an menegaskan Ilah bisa dalam bentuk mufrad maupun jama’ (ilah,

ilahian, ilahuna). Ilah ialah sesuatu yang dipentingkan, dipuja, diminintai,

diagungkan diharapkan memberikan kemaslahatan dan termasuk yang ditakuti

karena mendatangkan bahaya.

Di dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah: 163 menegaskan, “Dan Tuhanmu,

Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan selain Dia yang Maha Pengasih dan

Maha Penyayang.” Ilah yang dituju ayat di atas adalah Allah Swt, yang menurut

Ulama’ Ilmu Kalam Ilah di sini bermakna al-Ma’bud, artinya satu-satunya yang

diibadati/disembah. Sedang Al-Matbu’, yang dicintai, yang disenangi, diikuti.

Inilah yang disebut Tauhid Uluhiyah, bahwa Allah Swt. satu-satunya Tuhan yang

diibadahi, dicintai, disenangi, dan diikuti.

Allah Swt memfirmankan dalam Al-Qur’an surat Thoha : 14, yang artinya:

“Sesungguhnya Aku Allah. Tidak ada Tuhan selain Aku (Allah), maka

beribadahlah hanya kepada-Ku (Allah), dan dirikanlah sholat untuk

mengingatku”.

Kalimat Tauhid keesaan secara konprehensif mempunyai pengertian

sebagai berikut:

         La Kholiqo illa Allah: Tiada Pencipta selain Allah

         La Roziqo illa Allah: Tiada Pemberi rizqi selain Allah

         La Hafidha illa Allah: Tiada Pemelihara selain Allah

         La Malika illa Allah: Tiada Penguasa selain Allah

         La Waliya illa Allah: Tiada Pemimpin selain Allah

         La Hakima illa Allah: Tiada Hakim selain Allah

         La Ghoyata illa Allah: Tiada Yang Maha menjadi tujuan selain Allah

         La Ma’buda illa Allah: Tiada Yang Maha disembah selain Allah

Page 10: 01_Konsep Ketuhanan dalam Islam

Lafal Al-ilah pada kalimat tauhid menurut Ibnu Taimiyah memiliki

pengertian yang dipuja dengan cinta sepenuh hati, tunduk kepada-Nya

merendahkan diri di hadapan-Nya, takut dan mengharapkan kepadaNya, berserah

hanya kepada-Nya ketika dalam kesulitan dan kesusahan, meminta perlindungan

kepada-Nya, dan menimbulkan ketenangan jiwa dikala mengingat dan terpaut

cinta denganNya. Ini yang disebut Tauhid Rububiyah.

Lawan tauhid adalah syirik, artinya menyekutukan Allah Swt dengan yang

lain, mengakui adanya Tuhan selain Allah, menjadikan tujuan hidupnya selain

kepada Allah. Dalam ilmu tauhid, syirik digunakan dalam arti mempersekutukan

Tuhan selain dengan Allah Swt, baik persekutuan itu mengenai dzatNya, sifatNya

atau af’alNya, maupun mengenai ketaatan yang seharusnya hanya ditujukan

kepada-Nya saja.

Syirik merupakan dosa yang paling besar yang tidak dapat diampuni,

syirik itu bertentangan dengan perintah Allah Swt, juga berakibat merusak akal

manusia, menurunkan derajat dan martabat manusia, serta membuatnya tak

pantas menempati kedudukan tinggi yang telah ditentukan Allah Swt. dalam

kaitannya dengan masalah ini, Allah Swt berfirman dalam surah Luqman : 13

yang artinya “Dan (ingatlah ketika Luqman berkata kepada Anaknya. Wahai

anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya

mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedhaliman yang amat besar”.

Dan didalam ayat lain, Allah Swt menjelaskan bahwa orang yang telah

berbuat syirik kepadaNya, tergolong orang yang telah berbuat dosa besar,

sebagaimana firmanNya, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik,

bagi siapa berkehendak. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka

sungguh ia telah berbuat dosa besar”. (QS. An-Nisa’: 48).

2.1.2 Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan

1.      Pemikiran Barat

Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yg

menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan

meningkat menjadi sempurna. Teori tsb mula-mula dikemukakan oleh Max

Muller, kemudian dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan

Page 11: 01_Konsep Ketuhanan dalam Islam

Jevens. Proses perkembangan pemikiran tenteng Tuhan menurut teori

evolusionisme adalah :

a.      Dinamisme

Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya

kekuatan yang berpengaruh dlm kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh

tersebut ditunjukkan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada

manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang berpengruh negatif.

b.      Animisme

Disamping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif juga

mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap benda yg dianggap benda

baik mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai sbg suatu yg aktif

sekalipun bendanya telah mati.

c.       Politeisme

Kepercayaan dinamisme dan dinamisme lama-lama tidak memberikan

kepuasan, krn terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yg lebih

dari yang lain kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan

tertentu sesuai dengan bidangnya.

d.      Henoteisme

Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan.

Namun manusia masih mengakui Tuhan (ilah) bangsa lain. Kepercayaan satu

Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan Henoteime (Tuhan tingkat Nasional).

e.       Monoteisme

Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan, satu Tuhan untuk seluruh

bangsa dan bersifat internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat

Ketuhanan terbagi dalam 3 paham yaitu : deisme, panteisme dan teisme.

Evolusioner dlm kepercayaan thd Tuhan sebagaimana dinyatakan oleh Max

Muller dan EB.Taylor (1877), ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang

menekankan adanya monoteisme dlm masyarakat primitif. Dia mengemukakan

bahwa orang-orang yang berbudaya rendah juga sama monoteismenya  dengan

orang-orang Kristen.

2.      Pemikiran Umat Islam

Page 12: 01_Konsep Ketuhanan dalam Islam

Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam,

Ilmu Ushuluddin dikalangan umat islam, timbul sejak wafatnya Nabi Muhammad

SAW. Secara garis besar, ada aliran yang bersifat liberal, tradisional, dan ada pula

yang bersifat di antara keduanya. Aliran tersebut adalah:

a.      Mu’tazilah

Aliran ini merupakan kaum rasionalis dikalangan muslim, serta

menekankan pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan

keimanan dalam islam. Orang islam yang berbuat dosa besar, tidak kafir dan tidak

mukmin. Ia berada dalam posisi mukmin dan kafir (manzilah bainal manzilatain).

Mu’tazilah lahir sebegai pecahan dari kelompok Qadariah, sedang Qadariah

adalah pecahan dari Khawarij.

b.      Qadariah

Aliran ini berpendapat bahwa manusia mempunyai kebasan dalam

berkehendak dan berbuat.

c.      Jabariah

Aliran ini merupakan pecahan dari Murji’ah berteori bahwa manusia tidak

mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat. Semua tingkah laku

manusia ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan.

d. Asy’ariyah dan Maturidiyah

Kelompok yang mengambil jalan tengah antara Qadariyah dan Jabbariyah.

Yakni manusia memiliki potensi untuk berusaha dan Tuhan menentukan

takdirnya, maka manusia wajib berusaha (ikhtiar) semaksimal mungkin dan

Tuhanlah yang menentukan hasilnya.

2.1.3 Tuhan dalam Islam

Konsep Ketuhanan dapat diartikan sebagai kecintaan, pemujaan atau

sesuatu yang dianggap penting oleh manusia terhadap sesuatu hal (baik abstrak

maupun konkret). Eksistensi atau keberadaan Allah disampaikan oleh Rasul

melalui wahyu kepada manusia, tetapi yang diperoleh melalui proses pemikiran

atau perenungan.

Page 13: 01_Konsep Ketuhanan dalam Islam

Informasi melalui wahyu tentang keimanan kepada Allah dapat dibawa

dalam kutipan di bawah ini:

a.       Surat Al-Anbiya’ : 25 yang artinya “Dan Kami tidak mengutus

seorang Rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadaNya,

bahwasanya tidak ada Tuhan selain Allah, maka sembahlah olehmu sekalian akan

Aku”.

Sejak diutusnya Nabi Adam AS sampai Muhammad Saw Rasul terakhir.

Ajaran Islam yang tAllah Swt wahyukan kepada para utusanNya adalah

Tauhidullah atau monotheisine murni. Sedangkan lafadz kalimat tauhid itu adalah

laa ilaha illa Allah. Ada perbedaan ajaran tentang Tuhan yang ada asalnya dari

agama wahyu. Hal semacam itu disebabkan manusia mengubah ajaran tersebut.

Dan hal seperti itu termasuk kebohongan yang besar (dhulmun’adhim).

b.      Surat Al-Maidah : 72 “Dan Al masih berkata; Hai Bani Israil,

sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu, sesungguhnya orang yang

mempersekutukan Allah, maka Allah pasti mengharamkan baginya surga dan

tempatnya adalah neraka”.

c.       Surat Al-Baqarah : 163 “ Dan Tuhamu adalah Tuhan yang Maha Esa,

tidak ada Tuhan kecuali Dia yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang”.

Ayat-ayat di atas menegaskan bahwa Allah Swt adalah Tuhan yang mutlak

keesaannya. Lafadz Allah swt adalah isim jamid, personal nama, atau isim a’dham

yang tidak dapat diterjemahkan, digantikan atau disejajarkan dengan yang lain.

Seseorang yang telah mengaku Islam dan telah mengikrarkan kalimat Syahadat

Laa ilaha illa Allah (tidak ada Tuhan selain Allah) berate telah memiliki

keyakinan yang benar, yaitu monoteisme murni/monoteisme mutlak. Sebagai

konsekuensianya, ia harus menempatkan Allah Swt sebagai prioritas utama dalam

setiap aktivitas kehidupan.

2.1.4 Bukti Adanya Tuhan

a.         Keberadaan Alam semesta, sebagai bukti adanya Tuhan

Ismail Raj’I Al-Faruqi mengatakan prinsip dasar dalam Teologi Islam,

yaitu Khalik dan makhluk. Khalik adalah pencipta, yakni Allah swt, hanya Dialah

Tuhan yang kekal, abadi, dan transeden. Tidak selamanya mutlak Esa dan tidak

Page 14: 01_Konsep Ketuhanan dalam Islam

bersekutu. Sedangkan makhluk adalah yang diciptakan, berdimensi ruang dan

waktu, yaitu dunia, benda, tanaman, hewan, manusia, jin, malaikat langit dan

bumi, surga dan neraka.

Adanya alam semesta organisasinya yang menakjubkan bahwa dirinya ada

dan percaya pula bahwa rahasia-rahasianya yang unik, semuanya memberikan

penjelasan bahwa ada sesuatu kekuatan yang telah menciptakannya.

Setiap manusia normal akan percaya bahwa dirinya ada dan percaya pula

bahwa alam ini juga ada. Jika kita percaya tentang eksistensinya alam, secara

logika kita harus percaya tentang adanya penciptaan alam semesta. Pernyataan

yang mengatakan “Percaya adanya makhluk, tetapi menolak adanya khalik, adalah

suatu pernyataan yang tidak benar”.

Kita belum pernah mengetahui adanya sesuatu yang berasal dari tidak ada

tanpa diciptakan. Segala sesuatu bagaimanapun ukurannya, pasti ada penciptanya,

dan pencipta itu tiada lain adalah Tuhan. Dan Tuhan yang kita yakini sebagai

pencipta alam semesta dan seluruh isinya ini adalah Allah Swt.

b.        Pembuktian adanya Tuhan dengan Pendekatan Fisika

Ada pendapat dikalangan ilmuwan bahwa alam ini azali. Dalam pengertian

lain alam ini mencpitakan dirinya sendiri. Ini jelas tidak mungkin, karena

bertentangan dengan hukum kedua termodinamika. Hukum ini dikenal dengan

hukum keterbatasan energi atau teori pembatasan perubahan energi panas yang

membuktikan bahwa adanya alam ini mungkin azali.

Hukum tersebut menerangkan energi panas selalu berpindah dari keadaan

panas beralih menjadi tidak panas, sedangkan kebalikannya tidak mungkin, yakni

energi panas tidak mungkin berubah dari keadaan yang tidak panas berubah

menjadi panas. Perubahan energi yang ada dengan energi yang tidak ada.

Dengan bertitik tolak dari kenyataan bahwa proses kerja kimia dan fisika

terus berlangsung, serta kehidupan tetap berjalan. Hal ini membuktikan secara

pasti bahwa alam bukanlah bersifat azali. Jika alam ini azali sejak dahulu alam

sudah kehilangan energi dan sesuai hukum tersebut tentu tidak akan ada lagi

kehidupan di alam ini.

Page 15: 01_Konsep Ketuhanan dalam Islam

c.       Pembuktian adanya Tuhan dengan Pendekatan Astronomi

Astronomi menjelaskan bahwa jumlah bintang di langit saperti banyaknya

butiran pasir yang ada di pantai seluruh dunia. Benda ala yang dekat dengan bumi

adalah bulan, yang jaraknya dengan bumi sekitar 240.000 mil, yang bergerak

mengelilingi bumi, dan menyelesaikan setiap edaranya selama 20 hari sekali.

Demikian pula bumi yang terletak 93.000.000.000 mil dari matahari

berputar dari porosnya dengan kecepatan 1000 mil perjam dan menempuh garis

edarnya sepanjang 190.000.000 mil setiap setahun sekali. Dan sembilan planet

tata surya termasuk bumi, yang mengelilingi matahari dengan kecepatan yang luar

biasa.

Matahari tidak berhenti pada tempat tertentu, tetapi ia beredar bersama

dengan planet-planet dan asteroid-asteroid mengelilingi garis edarnya dengan

kecepatan 600.00 mil perjam. Disamping itu masih ada ribuan sistem selain

sistem tata surya kita dan setiap sistem mempunyai kumpulan atau galaxy sendiri-

sendiri. Galaxy-galaxy tersebut juga beredar pada garis edarnya. Galaxy sistem

matahari kita, beredar pada sumbunya dan menyelesaikan edarannya sekali dalam

200.000.000 tahun cahaya.

Logika manusia memperhatikan sistem yang luar biasa dan organisasi

yang teliti. Berkesimpulan bahwa mustahil semuanya ini terjadi dengan

sendirinya. Bahkan akan menyimpulkan, bahwa dibalik semuanya itu pasti ada

kekuatan yang maha besar yang membuat dan mengendalikan semuanya itu,

kekuatan maha besar itu adalah Tuhan.

d.      Argumentasi Qur’ani

Allah Swt. berfirman, termaktub dalam surat Al-Fatihah ayat 2 yang

terjemahya “Seluruh puja dan puji hanalah milik Allah Swt, Rabb alam semesta”.

Lafadz Rabb dalam ayat tersebut, artinya Tuhan yang dimaksud adalah

Allah Swt. Allah Swt sebagai “Rabb” maknanya dijelaskan dalam surat Al-A’la

ayat 2-3, yang terjemahannya “Allah yang menciptakan dan menyempurnakan,

yang menentukan ukuran-ukuran ciptaannya dan memberi petunjuk”. Dari ayat

tersebut jelaslah bahwa Allah Swt yang menciptakan ciptaannya, yaitu alam

semesta, menyempurnakan, menentukan aturan-aturan dan memberi

petunjukterhadap ciptaannya. Jadi, adanya alam semesta dan seisinya tidak terjadi

Page 16: 01_Konsep Ketuhanan dalam Islam

dengan sendirinya. Akan tetapi, ada yang menciptakan dan mengatur yaitu Allah

Swt.

Didalam surat Al-A’raf ayat 54, termaktub yang “Tuhanmu adalah Allah

yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari”. Lafadz Ayyam adalah

jamak dari yaum yang berarti periode. Jadi, sittati ayyam berarti enam periode

dan tentunya membutuhkan proses waktu yang sangat panjang.

Dalam menciptakan sesuatu memang Allah tinggal berfirman Kun

Fayakun yang artinya jadilah maka jadi. Akan tetapi, dimensi manusia dengan

Allah berbeda sampai kepada manusia membutuhkan waktu enam periode. Hal ini

agar manusia dapat meneliti dan mengkaji dengan metode ilmiahnya sehingga

muncul atau lahir berbagai macam ilmu pengetahuan.

2.2 Keimanan dan Ketakwaan

2.2.1 Definisi Iman dan Takwa

Kata iman berasal dari Bahasa Arab, yaitu amina-yukminu-imanan yang

secara etimologi berarti yakin atau percaya. Dalam surat Al-Baqarah 165, yang

artinya “Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah”.

Iman kepada Allah berarti percaya dan cinta kepada ajaran Allah, yaitu Al-

Qur’an dan Sunnah Rasul. Apa yang dikehendaki Allah, menjadi kehendak orang

yang beriman, sehingga dapat menimbulkan tekad untuk mengorbankan apa saja

untuk mewujudkan harapan dan kemauan yang menuntut Allah kepadanya.

Dalam hadits dinyatakan bahwa iman adalah hati membenarkan,lisan

mengucapkan dan dikerjakan dalam kehidupan sehari-hari (tashdiiqun bil qolbi

waiqroru bil lisan wa’amalu bil arkan) dan iman dalam Islam termaktub dalam

rukun iman sedang aplikasinya didalam rukun islam.

Iman itu mengikat orang islam, ia terikat dengan segala aturan hukum

yang ada dalam islam sebagaimana yang telah ditentukan oleh Allah. Oleh

karenanya, orang Islam itu harus Iman, sehingga ia meyakini ajaran Islam dan

secara totalitas mengamalkannya dalam seluruh kehidupannya.

Kata taqwa berasal dari waqa-yaqi-wiqayah, yang berati takut, menjaga,

memelihara, dan melindungi. Taqwa dapat diartikan memelihara keimanan yang

Page 17: 01_Konsep Ketuhanan dalam Islam

diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama islam secara utuh dan konsisten

(istiqomah).

Pengertian taqwa secara terminologi dijelaskan dalam Al-hadits. Yang

artinya menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan_Nya

(imtitsalu bi’awamirillahi wajtinabu annawahihi).

Dalam surat Al-Baqarah :117 Allah menjelaskan ciri-ciri orang yang

bertaqwa, yang secara umun dikelompokkan menjadi lima indikator ketaqwaan.

a. Beriman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab, dan para nabi. Indikator

taqwa yang pertama adalah memelihara fitrah iman.

b. Mengeluarkan harta yang dicintai kepada karib kerabat, anak yatim, orang-

orang miskin, orang yang dalam perjalanan, orang yang minta-minta dana,

orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memerdekakan hamba

sahaya. Indikator taqwa yang kedua adalah mencintai sesama umat

manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan harta.

c. Mendirikan salat dan menunaikan zakat. Indikator taqwa yang ketiga

adalah memelihara ibadah formal.

d. Menepati janji. Indikator taqwa yang keempat adalah memelihara

kehormatan atau kesucian diri.

e. Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan pada waktu jihad. Indikator kelima

adalah memiliki semangat perjuangan.

Indikator taqwa berdasarkan ayat-ayat tersebut menegaskan bahwa taqwa

itu adalah sikap hidup dan akhlak seorang muslim, yang merupakan buah dan

hasil didikan ibadah-ibadah formal. Sedangkan ibadah-ibadah itu sendiri adalah

pancaran dari pada iman. Dapatlah dipahami bahwa taqwa itu adalah hasil dari

ibadah kepada Allah, karna tidak mungkin ada taqwa tanpa ada amal ibadah.

2.2.2 Proses Terbentuknya Iman

Sejak awal seluruh Roh manusia telah mengambil kesaksian bahwa Rabb-

nya Allah Swt. Ini berarti setiap manusia telah memiliki benih iman. Sebagaimana

dalam firman Allah dalam Qs.Al-A’raf:172 yang artinya “Dan (ingatlah), ketika

Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah

mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku

Ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi

Page 18: 01_Konsep Ketuhanan dalam Islam

saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak

mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah

terhadap Ini (keesaan Tuhan)”.

Ditegaskan lebih lanjut dalam Qs.Ar-Rum:30 yang artinya “Maka

hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah

Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan

pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak

mengetahui”.

Bahwa setiap ciptaan Allah dan dalam hal ini manusia fitrahnya adalah

mengesakan Allah. Artinya, fitrahnya berarti beriman kepada Allah dan berarti

pula fitrahnya adalah Islam.

Potensi fitrah atau iman Islam tersebut perlu ditindaklanjuti dan yang paling

berkompeten menumbuhkan potensi iman Islam tersebut adalah kedua orang tua.

Sebagaimana diterangkan dalam hadits Nabi Muhammad Saw yang artinya:

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, orang tuanya yang berperan

menjadikan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi”.

Imam Ghozali menisbahkan, setiap orang mempunyai potensi untuk

melihat, tetapi ia tetap tidak bisa melihat apabila tidak ada cahaya yang masuk

kedalam mata, begitu juga dengan potensi iman yang dimiliki seseorang harus

ditindaklanjuti oleh kedua orang tuanya, dan lingkungan mereka dibesarkan.

Pada kenyataannya bermacam agama atau kepercayaaan yang dipeluk dan

dianut manusia. Dan apabila dalam diri seseorang telah terikat dengan tatanan

iman,harus dikembangkan untuk mencapai iman yang kokoh. Dalam Al-Qur’an

Surat Ali Imron : 190-191 yang artinya “Sesungguhnya dalam penciptaan langit

dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-

orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau

duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan

langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan

Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka”.

Page 19: 01_Konsep Ketuhanan dalam Islam

2.2.3 Tanda-Tanda Orang Beriman

Di dalam Al-Qur’an telah banyak menjelaskan tanda-tanda orang yang

beriman.

a.       Sesungguhnya orang-orang yang beriman bergetar hatinys karena rasa

dekat dengan Nya atau karena takut akan siksa-Nya atau karena sangat bahagia.

(QS. Al Anfal : 2)

b.      Bertambah keimanannya ketika dibacakan ayat-ayat Allah. Baik ayat

Qur’aniyah(Al-Qur’an) maupun ayat Kauniyah (alam semesta), kemudian

bergejolak hatinya untuk segera mewujudkannya atau melaksanakannya. Dalam

surat Al Anfal ayat 2 Allah berfirman : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman

itu (yang sempurna imannya) ialah mereka yang apabila disebut nama Allah (dan

sifat-sifatNya) gementarlah hati mereka; dan apabila dibacakan kepada mereka

ayat-ayatNya, menjadikan mereka bertambah iman, dan kepada Tuhan mereka

jualah mereka berserah. “

c.       Senantiasa bertawakal kepada Allah. Artinya secara lahiriyah mereka

bersungguh-sungguh atau berusaha keras dan secata batiniyah dengan banyak

berdo’a memohon dengan penuh harap kepada Allah kemudian berhasil dan tidak

menyombongkan diri dan jika gagal ia bersabar. Dan Allah berfirman,

Katakanlah: "(Sebenarnya) tidak ada yang kamu tunggu-tunggu untuk kami

melainkan salah satu dari dua perkara yang sebaik-baiknya (iaitu kemenangan

atau mati syahid); dan kami menunggu-nunggu pula untuk kamu bahawa Allah

akan menimpakan kamu dengan azab dari sisiNya, atau dengan perantaraan

tangan kami. Oleh itu tunggulah, sesungguhnya kami juga menunggu bersama-

sama kamu". (QS. At Taubah : 52)

d.      Mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rejeki. Mereka rajin

dalam menunaikan sunnah serta menafkahkan sebagian rezekinya untuk

kepentingan kemaslahatan umat dijalan yang diridhai Allah. Qs. Al-Anfal : 3 yang

artinya “(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan

sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka”.

e.       Memelihara amanah dan menepati janji, seorang mukmin tidak akan

mudah berkhianat atas amanah yang telah dipikulnya. Akan tetapi, akan

senantiasa memegang amanah dan menepati janjinya. Qs. Al-mu’minun : 6 yang

Page 20: 01_Konsep Ketuhanan dalam Islam

artinya “Kecuali kepada isterinya atau hamba sahayanya maka sesungguhnya

mereka tidak tercela.” Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.

Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan

ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.

f. Berjihad dijalan Allah dan gemar menolong. Bersungguh-sungguh

dalam menegakkan ajaran Allah baik dengan harta benda maupun jiwa yang

dimilikinya. (QS. Al Anfal : 74)

Akidah Islam sebagai keyakinan akan membentuk perilaku bahkan akan

mempengaruhi kehidupan seorang muslim. Abu Ala Al Maududi menyebutkan

bahwa tanda-tanda orang yang beriman adalah sebagai berikut:

a)      Menjauhkan dari pandangan yang sempit dan picik.

b)      Mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri.

c)      Mempunyai sifat rendah hati.

d)     Senantiasa jujur, adil dan amanah.

e)      Tidak bersifat murung dan putus asa dalam menghadapi setiap

persoalan dan situasi

dalam hidup.

f)       Mempunyai pendirian teguh, sabar, tabah, dan optimis.

g)      Mempunyai sifat satria, semangat, berani tidak gentar menghadapi

resiko bahkan tidak

takut terhadap maut.

h)      Mempunyai sifat hidup damai dan ridha.

i)        Patuh, taat, disiplin menjalankan peraturan agama.

Manfaat iman dalam kehidupan seseorang muslim:

a)      Iman melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda.

b)      Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut.

c)      Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan.

d)     Iman memberikan ketentraman jiwa.

e)      Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan thayibah)

f)       Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen.

g)      Iman memberikan keberuntungan dalam kehidupan.

Page 21: 01_Konsep Ketuhanan dalam Islam

Demikianlah manfaat iman dalam kehidupan manusia, bukan hanya

sekedar kepercayaan yang berada dalam hati manusia, tetapi dapat menjadi

kekuatan yang mendorong dan membentuk sikap dan perilaku hidup Islami.

Apabila suatu masyarakat terdiri dan orang-orang yang beriman, akan terbentuk

masyarakat yang aman, tentram, damai, dan sejahtera.

2.2.4 Korelasi antara Keimanan dan Ketakwaan

Keimanan dan ketaqwaan tidak dapat dipisahkan dan pada hakikatnya

keduanya saling memerlukan. Artinya keimanan diperlukan manusia agar dapat

meraih ketakwaan. Karena setiap perbuatan atau amalan yang baik, akan diterima

oleh Allah tanpa didasari oleh Iman.

Semua bentuk ketakwaan seperti salat, puasa, zakat, dan haji merupakan

bagian dan kesempurnaan iman seseorang. Amal saleh tersebut merupakan

konsekuensi dari keimanan seseorang harus menterjemahkan keyakinannya

menjadi kongkret dan menjadi satu sikap budaya untuk mengembangkan amal

saleh.

Dalam Al-Qur’an ada ratusan ayat yang menggandengkan antara “orang

yang beriman” dengan “orang yang beramal saleh”. Iman dan amal saleh atau

iman dan takwa sangat dekat. Seolah hampa dan kosong iman seseorang kalau

tanpa amal saleh yang menyertainya. Yang secara kongkrit membuktikan bahwa

ada iman dalam hatinya. Iman adalah pondasi dasar seseorang hamba yang

menghendaki bangunan kesempurnaan taqwa dirinya.

Keterkaitan antara iman dan taqwa ini, juga disampaikan oleh Rasulullah

dalam sabdanya: “Al imanu’uryanun walibasuhu at-taqwa” (iman itu telanjang

dan pakaiannya adalah taqwa). Maksud hadits ini adalah iman harus diikuti

dengan melakukan amal saleh (taqwa). Iman tanpa disertai amal saleh maka

imannya masih telanjang tanpa pakaian.

Oleh karenanya, seseorang baru dinyatakan beriman dan taqwa apabila telah

punya keyakinan yang mantap dalam hati, kemudian mengucapkan kalimat tauhid

dan kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah dan meninggalkan

segala larangan-Nya.

Page 22: 01_Konsep Ketuhanan dalam Islam

BAB 3

PENUTUP

3.1 KesimpulanSetelah menyelesaikan makalah ini, kami dapat menyimpulkan bahwa

konsep Ketuhanan dapat diartikan sebagai kecintaan, pemujaan atau sesuatu

yang dianggap penting oleh manusia terhadap sesuatu hal (baik abstrak

maupun konkret). Dan sebagai seorang muslim kita perlu dan butuh untuk

memahami konsep ketuhanan dalam islam agar menjadikan kita pribadi yang

senantiasa lebih mencintai dan rela berkorban demi agama Allah.

3.2 SaranSebagai seorang pemula, kami sadar bahwa makalah ini masih jauh

dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang

bersifat membangun. Karena saran dan kritik itu akan bermanfaat bagi kami

untuk memperbaiki atau memperdalam kajian ini.

Page 23: 01_Konsep Ketuhanan dalam Islam

DAFTAR PUSTAKA

Rifai, Tugas kuliah agama islam “konsep ketuhanan dalam Islam”, diakses pada

tanggal <http://rfaiz69.blogspot.co.id/2014/07/tugas-kuliah-agama-

islam-konsep.html>

Nuristiar, Makalah PAI tentang Konsep Ketuhanan dalam Islam, diakses pada

tanggal<http://nuristiar.blogspot.co.id/2013/10/makalah-pai-

konsep-ketuhanan-dalam-islam.html>

Nuryandi, Filsafat Ketuhanan dalam Islam, diakses pada tanggal

<http://www.nuryandi.com/2012/06/filsafat-ketuhanan-dalam-

islam.html>

Page 24: 01_Konsep Ketuhanan dalam Islam

LAMPIRAN PPT

Page 25: 01_Konsep Ketuhanan dalam Islam
Page 26: 01_Konsep Ketuhanan dalam Islam