Upload
yan-seno
View
419
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
PENINGKATAN HASIL BELAJAR KONSEP
KESETIMBANGAN KIMIA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN PBL (Problem Based Learning)
(Penelitian Tindakan Kelas di SMA Muhammadiyah 2 Cipondoh)
SKRIPSI
Oleh:
LIN SUCIANI ASTUTI
106016200616
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
LEMBAR PENGESAHAN
PENINGKATAN HASIL BELAJAR KONSEP KESETIMBANGAN KIMIA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBL (Problem Based Learning) (Penelitian Tindakan Kelas Pada SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Lin Suciani Astuti
NIM. 106016200616
Mengesahkan,
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd. Burhanudin Milama, M.Pd.
NIP. 196501151987031020 NIP. 197702012008011001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATUALLAH
JAKARTA
1432 H/2011M
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul: “Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Konsep
Kesetimbangan Kimia melalui Model Pembelajaran PBL (Problem Based
Learning)”. Oleh Lin Suciani Astuti, NIM 106016200616. Diajukan kepada Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan LULUS dalam ujian Munaqosah pada
tanggal 7 Juni 2011 di hadapan Dewan Penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Kimia.
Jakarta, 7 Juni 2011
Panitia Ujian Munaqosah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Prodi Pendidikan Kimia
Dedi Irwandi, M.Si
NIP. 19710528 200003 1 002
Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA
Nengsih Juanengsih, M.Pd .
NIP. 19760309 200501 2 002
Penguji I
Dedi Irwandi, M.Si
NIP. 19710528 200003 1 002
Penguji II
Tonih Feronika, M.Pd .........................
NIP. 19760107 200501 1 007
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA
NIP. 19571005 198703 1 003
i
ABSTRAK
Lin Suciani Astuti. Peningkatan Hasil Belajar Konsep Kesetimbangan Kimia
Melalui Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning), Program Studi
Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2011.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan
dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA-1 SMA Muhamadiyah
02 Cipondoh tahun ajaran 2010/2011 dengan jumlah siswa sebanyak 36 orang
yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 26 siswa perempuan. Penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep kesetimbangan
kimia. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti menerapkan desain tindakan
berdasarkan prinsip-prinsip desain pembelajaran model pembelajaran PBL
(Problem Based Learning) diantaranya adalah sikap berpikir kritis siswa dan
kemandirian siswa dalam pembentukan konsep kimia. Prinsip berpikir kritis siswa
dengan kegiatan eksperimen dan diskusi kelompok. Sedangkan, prinsip
kemandirian siswa dilakukan dengan kegiatan pemecahan masalah secara
individu.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar konsep
kesetimbangan kimia melalui model pembelajaran PBL (Problem Based
Learning) adalah rata-rata pencapaian hasil belajar siswa setiap siklusnya yaitu
67,33 pada siklus I, dan 77,56 pada siklus II.
Kata kunci: Penelitian Tindakan Kelas, Hasil belajar siswa, model pembelajaran
PBL (Problem Based Learning).
ii
ABSTRACT
Lin Suciani Astuti., To Increase The Result of Student’s Learning Equilibrum
Chemical Concept Via PBL’s Learning Model (Problem Based learning),
Majority of Chemystry Education, The Natural Sciences of Education
Departement, The Faculty of Tarbiyah and Teachers Training, State Islamic
University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
This research is the classroom action research. It was designed in two
cycle. Each cycle consists of planning, action, observation, and reflection. The
subjects of this research are students of XI IPA-1 class of SMA Muhamadiyah 02
Cipondoh in academic year 2010/2011 with amount of students 36 peoples that
consists of 10 mens and 26 girls. The research aims to increase the result of
student’s learning at equilibrum chemical concept. To reach the effect that,
researcher applies to design action bases model learning design principles PBL'S
learning ( Problem Based Learning ) amongst those is attitude think critical
student and student independence in formation chemical concept. Principle thinks
critical student with experiment and group discussion activity. Meanwhile, student
independence principle did by trouble-shooting activity individually.
The result of research showing. To Increase The Result of Student’s
Learning Equilibrum Chemical Concept Via PBL’s Learning Model (Problem
Based learning) Average of the student study result in first cycle is 67,33, the
second is 77,56.
Key word: The classroom action research, The result of Student’s Learning,
PBL’s Learning Model (Problem Based Learning).
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim,
Puji syukur kehadirat Illahi Rabbi, Tuhan semesta alam, Raja Manusia
yang berkat rahmat dan kuasa-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan karya ilmiah berupa skripsi dengan judul “Peningkatan
Hasil Belajar Konsep Kesetimbangan Kimia Melalui Model Pembelajaran PBL
(Problem Based Learning)”. Skripsi ini ditunjukkan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Strata I (S1). Salawat serta salam teriring kepada
Baginda Rasulullah SAW, sebagai pembawa peradaban yang membawa manusia
keluar dari masa kegelapan dan kebodohan menuju masa yang penuh cahaya dan
semoga salam tetap tercurah pada keluarga dan para sahabatnya.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari
dukungan dan dorongan dari berbagai pihak. Mudah-mudahan Allah SWT
membalas jasa dan pengorbanan yang telah membantu dalam menyelesaikan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dedi Irwandi, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Ahmad Sofyan, M.Pd., dan Bapak Burhanudin Milama, M.Pd., Dosen
pembimbing skripsi yang senantiasa meluangkan waktu, tenaga dan
iv
pikirannya untuk memberikan arahan, semangat, dukungan dan bimbingan
dengan penuh kesabaran.
6. Ibu Nimmi Pujianti, M.Pd., Kepala Sekolah SMA Muhamadiyah 02
Cipondoh yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan penelitian di sekolah tersebut.
7. Bapak Karmawan S.Pd., Guru pengajar kimia kelas XI IPA 1 di SMA
Muhamadiyah 02 Cipondoh yang telah memberikan kesempatan dan bersedia
bekerjasama dalam pelaksanaan penelitian.
8. Teruntuk keluarga, ayahanda Sumarno dan ibunda Rokhilah tercinta yang
tiada henti memberikan do’a, kasih sayang, dan nasihatnya.
9. Adik (Maghfi) yang selalu memberikan semangat untuk menjadi contoh yang
baik baginya.
10. Sahabat-sahabat, Ferlizha (Fevi, Rida, Lia, Susi, Isyfi, Eka). Persahabatan
kita adalah tali terindah dalam hidup ini, semoga selalu kuat dan terikat
selamanya.
11. Seluruh teman-teman kimia angkatan 2006, yang selalu memberikan
dukungan.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis mengharapkan saran dan kritik bagi para pembaca skripsi ini.
Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi
semua pihak yang membaca dan membutuhkannya.
Akhirnya penulis hanya dapat memanjatkan do’a kepada Allah SWT
semoga segala perhatian, motivasi dan bantuan semua pihak dibalas oleh Allah
SWT sebagai amal kebaikan. Amin.
Jakarta, 29 Maret 2011
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .........................................................................................................i
ABSTRACT ........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................iii
DAFTAR ISI .....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian .............................................. 6
C. Pembatasan Fokus Penelitian ............................................................. 6
D. Perumusan Masalah Penelitian........................................................... 6
E. Tujuan Penelitian................................................................................ 7
F. Manfaat Hasil Penelitian .................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Kajian Teoretik .......................................................................................... 8
1. Hasil Belajar ........................................................................................ 8
a. Pengertian Belajar Kimia ................................................................. 8
b. Ciri-ciri Belajar ................................................................................ 10
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ................................... 10
d. Pengertian Hasil Belajar .................................................................. 10
2. Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) ......................... 14
a. Pengertian Kontruktivisme .............................................................. 14
b. Pengertian Model Pembelajaran PBL ............................................. 16
c. Karakteristik PBL ............................................................................ 17
d. Tujuan Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) ................... 18
vi
e. Tahapan Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) ................. 18
f. Langkah-langkah PBL (Problem Based Learning) ......................... 19
g. Manfaat Pembelajaran Berdasarkan Masalah .................................. 21
h. Kelebihan dan Kelemahan PBL (Problem Based Learning) ........... 21
3. Konsep Kesetimbangan Kimia ............................................................. 22
B. Kajian Penelitian Relevan ......................................................................... 24
C. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan .......................................... 28
D. Hipotesis Tindakan .................................................................................... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Tindakan ................................................... 31
B. Metode dan Desain Penelitian Tindakan ................................................... 31
1. Metode Penelitian ................................................................................. 31
2. Intervensi Tindakan atau Rancangan Setiap Siklus .............................. 32
C. Subjek/Parsitipan yang Terlibat dalam Penelitian .................................... 32
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ............................................... 32
E. Tahapan Intervensi Tindakan .................................................................... 33
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ............................................. 34
G. Data dan Sumber Data ............................................................................... 35
H. Instrumen-instrumen Pengumpul Data yang Digunakan .......................... 35
1. Wawancara .......................................................................................... 35
2. Tes ...................................................................................................... 36
3. Lembar Observasi ................................................................................. 37
4. Catatan Lapangan ................................................................................. 40
I. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 40
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness) Studi ................. 41
1. Validitas Data ....................................................................................... 41
2. Reliabilitas ............................................................................................ 42
3. Tingkat Kesukaran Soal........................................................................ 43
4. Daya Beda Soal .................................................................................... 43
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis ............................................ 44
vii
L. Tindak Lanjut/Pengembangan Perencanaan Tindakan ............................. 46
M. Indikator Pencapaian ................................................................................. 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Temuan Penelitian ........................................................................... 49
1. Siklus I .................................................................................................. 49
a. Perencanaan ..................................................................................... 49
b. Tindakan .......................................................................................... 50
c. Pengamatan ...................................................................................... 50
d. Hasil Belajar .................................................................................... 54
e. Refleksi ............................................................................................ 55
f. Keputusan ........................................................................................ 57
2. Siklus II ................................................................................................ 58
a. Perencanaan ..................................................................................... 58
b. Tindakan .......................................................................................... 58
c. Pengamatan ...................................................................................... 59
d. Hasil Belajar .................................................................................... 62
e. Refleksi ............................................................................................ 63
f. Keputusan ........................................................................................ 65
B. Pembahasan ............................................................................................... 65
C. Keterbatasan dalam Penelitian .................................................................. 69
BAB V PENUUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 70
B. Saran .......................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 72
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Bagan Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan ..................... 28
Gambar 3.1. Model Penelitian Tindakan Kelas .................................................... 32
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Lima Tahapan PBL (Problem Based Learning) ................................ 19
Tabel 3.1. Tahapan Intervensi Tindakan ............................................................. 33
Tabel 3.2. Jenis Data, Sumber Data dan Instrumen ............................................ 35
Tabel 3.3. Kisi-kisi Lembar Wawancara ............................................................. 36
Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Konsep Kesetimbangan Kimia .......... 36
Tabel 3.5. Kisi-kisi Lembar Observasi Siswa pada Model Pembelajaran PBL .. 38
Tabel 3.6. Indikator-indikator PBL (Problem Based Learning) pada Lembar
Observasi Guru ................................................................................... 39
Tabel 3.7. Kisi-kisi Lembar Catatan Lapangan ................................................... 40
Tabel 3.8. Hasil Uji Validitas Soal ...................................................................... 42
Tabel 3.9. Kriteria Reliabilitas Instrumen ........................................................... 42
Tabel 3.10. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ......................................................... 43
Tabel 3.11. Pedoman Kriteria Indeks Kesukaran Soal .......................................... 43
Tabel 3.12. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal ..................................................... 43
Tabel 3.13. Pedoman Klasifikasi Daya Pembeda Soal ......................................... 44
Tabel 3.14. Hasil Uji Daya Beda Soal................................................................... 44
Tabel 3.15. Klasifikasi Penilaian Indikator PBL (Problem Based Learning) pada
Lembar Observasi Guru ..................................................................... 45
Tabel 4.1. Data Hasil Observasi Kegiatan Siswa pada Siklus I .......................... 50
Tabel 4.2. Hasil Catatan Lapangan Siklus I ........................................................ 51
Tabel 4.3. Hasil Wawancara Siklus I .................................................................. 53
Tabel 4.4. Hasil Tes Hasil Belajar siswa pada Siklus I ....................................... 54
Tabel 4.5. Kekurangan dan Perbaikan Siklus I ................................................... 55
Tabel 4.6. Data Hasil Observasi Kegiatan Siswa pada Siklus II ......................... 59
Tabel 4.7. Hasil Catatan Lapangan Siklus II ....................................................... 60
Tabel 4.8. Hasil Wawancara Siklus II ................................................................. 61
Tabel 4.9. Hasil Tes Belakar Siswa pada Siklus II ............................................. 62
Tabel 4.10. Kekurangan dan Tindakan Perbaikan Siklus II.................................. 64
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus ............................................................................................75
Lampiran 2 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I .............................77
Lampiran 3 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ...........................90
Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa Siklus I .........................................................99
Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa Siklus II ........................................................110
Lampiran 6 Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar Siswa Siklus I .............................117
Lampiran 7 Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar Siswa Siklus II ............................121
Lampiran 8 Kisi-kisi Kunci Jawaban dan Penskoran Tes Hasil Belajar Siswa
Siklus I ...........................................................................................125
Lampiran 9 Kisi-kisi Kunci Jawaban dan Penskoran Tes Hasil Belajar Siswa
Siklus II ..........................................................................................133
Lampiran 10 Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis pada Siklus I ......................144
Lampiran 11 Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis pada Siklus II ....................146
Lampiran 12 Tabel Nilai Kimia Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Muhamadiyah 02
Cipondoh Tahun Ajaran 2009/2010 ..............................................147
Lampiran 13 Tabel Analisis Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar Siswa Konsep
Kesetimbangan Kimia pada Siklus I dan Siklus II ........................149
Lampiran 14 Analisis Validitas dan Reliabilitas Tes Hasil Belajar Siswa pada
Siklus I ...........................................................................................150
Lampiran 15 Perhitungan Uji Validitas Instrumen Siklus I ................................151
Lampiran 16 Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Siklus I ............................152
Lampiran 17 Tingkat Kesukaran Soal Siklus I ...................................................153
Lampiran 18 Daya Beda Soal Siklus I ................................................................154
Lampiran 19 Perhitungan Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Soal Siklus I ......155
Lampiran 20 Analisis Validitas dan Reliabilitas Tes Hasil Belajar Siswa pada
siklus II ..........................................................................................156
Lampiran 21 Perhitungan Uji Validitas Instrumen Siklus II ...............................157
Lampiran 22 Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Siklus II ...........................158
Lampiran 23 Tingkat Kesukaran Soal Siklus II ..................................................159
xi
Lampiran 24 Daya Beda Soal Siklus II ...............................................................160
Lampiran 25 Perhitungan Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Soal Siklus II ....161
Lampiran 26 Tabel Pencapaian Ketuntasan Hasil Belajar Konsep Kesetimbangan
Kimia Siklus I ................................................................................162
Lampiran 27 Tabel Pencapaian Ketuntasan Hasil Belajar Konsep Kesetimbangan
Kimia Siklus II ...............................................................................163
Lampiran 28 Analisis Pretes Siklus I SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh ..........164
Lampiran 29 Analisis Postes Siklus I SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh ..........165
Lampiran 30 Analisis Pretes Siklus II SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh .........166
Lampiran 31 Analisis Postes Siklus II SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh ........167
Lampiran 32 Tabel Skor N-gain Siklus I ............................................................168
Lampiran 33 Tabel Skor N-gain Siklus II ...........................................................169
Lampiran 34 Tabel Tindakan Kegiatan Guru dan Siswa pada Siklus I ..............170
Lampiran 35 Tabel Tindakan Kegiatan Guru dan Siswa pada Siklus II .............173
Lampiran 36 Format Lembar Observasi Kegiatan Siswa (Kelompok) ...............175
Lampiran 37 Format Lembar Observasi Kegiatan Siswa (Individu) ..................177
Lampiran 38 Tabel Persentase Lembar Observasi Kegiatan Siswa ....................178
Lampiran 39 Lembar Observasi Kemampuan PBL (Problem Based Learning)
Guru ...............................................................................................179
Lampiran 40 Tabel Hasil Observasi Kegiatan Guru ...........................................182
Lampiran 41 Format Catatan Lapangan ..............................................................186
Lampiran 42 Tabel Hasil Catatan Lapangan pada Siklus I .................................187
Lampiran 43 Tabel Hasil Catatan Lapangan pada Siklus II ................................189
Lampiran 44 Berita Wawancara Observasi Awal Terhadap Guru Bidang Studi
Kimia .............................................................................................191
Lampiran 45 Pedoman Wawancara Siklus I .......................................................193
Lampiran 46 Pedoman Wawancara Siklus II ......................................................194
Lampiran 47 Tabel Hasil Wawancara pada Siklus I ...........................................195
Lampiran 48 Tabel Hasil Wawancara pada Siklus II ..........................................197
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Dictionary of Psycohology seperti yang telah dikutip Syah,
pendidikan diartikan sebagai “Tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan
(seperti sekolah dan madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan
perkembangan individu dalam mengetahui pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan
sebagainya”.1 Penetapan standar proses pendidikan merupakan kebijakan yang
sangat penting untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah
masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak
kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses
pembelajaran didalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk
menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun
berbagai informasi dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu
untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya? Ketika
anak didik kita lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka
miskin aplikasi. Oleh karena itu, pendidik atau guru harus mengutamakan
keterampilan dasar dan meningpkatkan tingkat berpikir kritis yang harus
dimiliki oleh peserta didik agar mereka dapat memahami konsep dengan
sistematis, baik secara teoritis maupun aplikasinya.2 Kenyataan ini berlaku
untuk semua mata pelajaran khususnya mata pelajaran Science (IPA) yang
tidak dapat mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir kritis dan
sistematis, karena strategi pembelajaran berpikir tidak digunakan secara baik
dalam setiap proses pembelajaran di dalam kelas.
1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendidikan Baru, (Jakarta: Remaja Rosda
Karya, 2002) h. 11 2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2009) h. 1
2
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang sangat penting
dalam memajukan perkembangan teknologi. Dengan pesatnya perkembangan
IPA memberikan sumbangan terhadap perkembangan teknologi, demikian juga
sebaliknya, perkembangan teknologi memberikan wahana yang
memungkinkan IPA dapat menjadi pesat. Perkembangan IPA dan teknologi
yang begitu pesat ini menuntut dan menggugah para pendidik untuk dapat
merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah pada penguasaan
konsep IPA khususnya kimia.
Pada hasil observasi pendahuluan dengan guru kimia di SMA
Muhamadiyah 02 Cipondoh diperoleh data pencapaian hasil belajar kelas XI
IPA pada semester 1 tahun ajaran 2009/2010 masih banyak siswa yang
mendapat nilai dibawah KKM. Setelah wawancara dengan siswa-siswa kelas
XI IPA 1 SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh, bahwa hal yang menyebabkan
nilai kimianya rendah dikarenakan mereka sudah memandang awal dari materi
kimia itu susah. Dari konsep yang sudah ditanam oleh siswa bahwa mata
pelajaran kimia itu susah maka mereka kurang yakin akan belajarnya, apalagi
jika dalam proses pembelajaran kimia disekolah hanya diterapkan metode
ceramah tanpa hands-on activity atau kinestetik tertentu dan kebiasaan untuk
berfikir lebih kritis dalam mempelajari suatu masalah pada materi-materi
kimia.
Setelah peneliti melakukan observasi di kelas XI.IPA.1 SMA
Muhamadiyah 02 Cipondoh Tangerang, dengan jumlah 36 siswa didapatkan
masalah-masalah yang ada pada proses pembelajaran diantaranya: Kurangnya
motivasi dalam diri siswa untuk belajar kimia. Hal ini tampak terlihat pada saat
proses pembelajaran kimia mereka kurang semangat. Apalagi jika guru studi
kimia pada saat belajar memberikan suatu masalah yang berhubungan dengan
rumus-rumus kimia, rata-rata siswa menjawabnya sangat lamban. Kemudian
apabila diberikan tugas, siswa sering tidak mengerjakannya. Masalah kedua,
yaitu sebagian siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran kimia.
Pada saat di berikan metode pembelajaran konvensional, siswa hanya terpaku
pada guru dan kurang mengembangkan kreatifitasnya masing-masing.
3
Misalkan, ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung di kelas XI.IPA 1 guru
menerapkan metode pembelajaran ceramah dan latihan soal tanpa ada tanya
jawab tertentu, siswa tidak mengembangkan kemampuan berpikirnya untuk
mencoba mengerjakan soal-soal di papan tulis, mereka hanya mengandalkan
guru untuk menjawabnya. Disamping itu juga guru tidak memberikan
kesempatan siswa untuk berfikir aktif dan kreatif. Masalah yang ketiga,
Kurangnya interaksi siswa pada saat belajar kimia. Hal ini dikarenakan guru
jarang menerapkan metode yang dapat memberikan interaksi antara siswa
dengan siswa dan siswa dengan guru, seperti metode diskusi, demonstrasi atau
praktikum dan metode lainnya yang dapat menimbulkan interaksi siswa yang
positif. Di dalam kelas banyak siswa yang melakukan aktivitas diluar kegiatan
belajar kimia (misalkan berbicara sesama teman, bermain-main dengan teman
sebangku, dan tidak serius dalam belajar). Masalah yang kelima, siswa tidak
mempunyai keingintahuan tentang informasi-informasi yang berhubungan
dengan kimia. Siswa dikelas XI.IPA 1 apabila diperintah oleh guru untuk
mencari suatu informasi yang berhubungan dengan materi-materi kimia dalam
kehidupan sehari-hari, siswa selalu mengeluh. Misalkan diperintah untuk
mencari artikel tentang zat aditif di dalam makanan. Kemudian masalah yang
keenam yaitu sebagian besar siswa malas untuk berfikir lebih kritis dalam
memecahkan suatu masalah. Misalkan untuk memecahkan soal-soal yang
berhubungan dengan alam yang harus dibuktikan dengan bereksperimen. Jadi
bagaimana mereka akan mendapatkan nilai yang maksimal sedangkan dalam
memahami konsep kimia saja mereka belum bisa.
Pada wawancara hasil belajar kimia menurut guru bidang studi kimia,
siswa yang mendapatkan nilai kimia yang mencapai ketuntasan minimal yaitu
65 hanya ada 14 dari 36 siswa, dengan kata lain siswa yang mencapai nilai
ketuntasan minimal hanya ada 42%. Guru studi kimia di kelas XI.IPA 1 belum
pernah menerapkan model-model pembelajaran yang menerapkan masalah. Hal
ini yang menyebabkan siswa kurang mengerti dan kurang mengkritisi suatu
masalah dalam memahami materi-materi kimia. Dengan meningkatnya
pemahaman konsep kimia maka diharapkan hasil belajarnya juga meningkat.
4
Uraian di atas menunjukkan adanya masalah pembelajaran dikelas
XI.IPA 1 yang bermacam-macam. Salah satu diantaranya yaitu siswa malas
untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang akan mengakibatkan
kesanjangan antara suatu proses dan hasil belajar pada pembelajaran kimia
yang tidak diharapkan oleh para ahli pendidikan dengan pembelajaran yang
dilaksanakan di SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh. Oleh karena itu, peneliti
perlu mengadakan usaha perbaikan proses pembelajaran dengan menerapkan
model-model pembelajaran efektif dan inovatif. Model pembelajaran yang
dipilih dalam penelitian ini adalah model pembelajaran berdasarkan masalah
atau Problem Based Learning (PBL) pada konsep kesetimbangan kimia, karena
konsep kesetimbangan kimia merupakan salah satu konsep yang dianggap sulit
oleh siswa. Hal ini terbukti dengan masih rendahnya nilai rata-rata ulangan
harian kelas XI IPA 1 SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh tahun ajaran
2009/2010, sehingga dibutuhkan salah satu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan hasilbelajar siswa.
Selain itu, pada Kompetensi Dasar yang harus dicapai pada konsep
kesetimbangan kimia yang pertama yaitu menjelaskan pengertian
kesetimbangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah
kesetimbangan dengan melakukan percobaan. Dengan dimunculkannya
masalah yang mengaitkan reaksi kesetimbangan dengan kehidupan sehari-hari
maka guru akan lebih menekankan pada proses tingkat berfikir kritis siswa
untuk memecahkan masalah tersebut dengan diadakannya penyelidikan
(praktikum). Hal inilah siswa dapat menjelaskan apa pengertian kesetimbangan
kimia dan faktor-faktor yang mmempengaruhi pergeseran kesetimbangan.
Pada Kompetensi Dasar yang kedua yaitu menentukan hubungan
kuantitatif antara pereaksi dengan hasil reaksi dari suatu reaksi kesetimbangan.
Setelah siswa mengamati suatu reaksi kesetimbangan kimia dan dapat
menjelaskan pengertian kesetimbangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
pergeseran kesetimbangan, maka siswa juga di tekankan untuk dapat
memecahkan masalah perhitungan berdasarkan pereaksi dan hasil reaksi pada
suatu reaksi kesetimbangan yang telah dipraktikumkan. Kemudian Kompetensi
5
Dasar yan ketiga yaitu menjelaskan penerapan prinsip kesetimbangan dalam
kehidupan sehari-hari dan industri. Disini siswa di berikan suatu permasalahan
bagaimanakah aplikasi reaksi kesetimbangan kimia dalam kehidupan sehari-
hari dan industri berdasarkan lembar informasi permasalahan dari guru. Sesuai
dengan tujuan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) yaitu siswa
dapat mengembangkan ketrampilan berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan
masalah baik secara kelompok maupun individu, maka untuk mencapai SK dan
KD pada konsep kesetimbangan kimia diterapkannya metode yang tepat yaitu
dengan melaksanakan praktikum, diskusi, dan proses pemecahan secara
individu. Belajar berdasarkan masalah atau PBL adalah model pembelajaran
yang dasar filosofinya adalah kontruktivisme.
Dalam pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning),
pembelajaran yang berdasarkan struktur masalah yang nyata dengan kehidupan
sehari-hari dan berkaitan dengan konsep-konsep kimia yang akan dibelajarkan.
Dengan cara ini, siswa mengetahui mengapa mereka belajar. Semua informasi
akan mereka kumpulkan melalui penelaahan materi ajar, eksperimen, ataupun
melalui diskusi dengan temannya, untuk dapat memecahkan masalah yang
dihadapinya.
Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan
pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan
maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri
dan ketrampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian, dan
percaya diri. Dalam model pembelajaran ini guru memandu siswa dalam
menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan.3
Berdasarkan pernyataan di atas peneliti mengambil judul penelitian:
“Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Kesetimbangan Kimia
dengan Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning)”.
3 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2010) h.
92
6
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Identifikasi masalah dari penelitian tindakan ini adalah :
1. Kimia merupakan pelajaran yang dianggap susah dipahami oleh siswa jika
dibandingkan pelajaran-pelajaran yang lainnya.
2. Kurangnya motivasi internal siswa dalam belajar kimia.
3. Siswa pasif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran kimia.
4. Sebagian besar siswa belum terbiasa untuk berfikir lebih kritis.
5. Siswa kesulitan dalam memecahkan suatu masalah-masalah yang
berhubungan dengan materi kimia
6. Guru masih menerapkan teaching center bukan student center.
7. Hasil belajar kimia siswa masih rendah, hanya ada 42% siswa yang tuntas
dengan nilai KKM (65).
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Dari uraian identifikasi masalah yang telah disebutkan, maka
pembahasan dalam ruang lingkup masalah pada judul Peningkatan Hasil
Belajar pada Konsep Kesetimbangan Melalui Model Pembelajaran PBL
(Problem Based Learning) akan dibatasi sebagai berikut:
1. Sebagian siswa belum terbiasa untuk berfikir lebih kritis.
2. Siswa kesulitan dalam memecahkan suatu masalah-masalah yang
berhubungan dengan materi kimia.
3. Hasil belajar siswa masih rendah, hanya ada 42% siswa yang tuntas
dengan nilai KKM (65).
D. Perumusan Masalah Penelitian
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah
penerapan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) pada konsep
kesetimbangan kimia terhadap hasil belajar siswa?”.
7
E. Tujuan Penelitian Tindakan
Dalam penelitian ini, diharapkan nilai hasil belajar siswa kelas
XI.IPA.1 dapat meningkat melalui model pembelajaran PBL (Problem based
Learning) pada konsep kesetimbangan kimia.
F. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkannya, yaitu :
1) Bagi peneliti sendiri, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman terhadap pembelajaran model pembelajaran PBL (Problem
Based Learning).
2) Bagi sekolah SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh, diharapkan menjadi
bahan masukan guru-guru SMA tersebut dalam memilih model
pembelajaran ataupun metode pembelajaran yang paling tepat, agar proses
belajar mengajar menjadi efektif dan mencapai kualitas hasil belajar yang
baik.
3) Sedangkan bagi siswanya sendiri, diharapkan nilai-nilai hasil belajar
dalam pembelajaran kimia dapat meningkat, khususnya pada konsep
kesetimbangan kimia.
8
BAB II
KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti
1. Hasil Belajar Kimia
a. Pengertian Belajar
“Belajar adalah proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami
konsep-konsep yang dikembangkan sendiri atau kelompok, baik mandiri
maupun dibimbing”.1 Belajar merupakan kegiatan yang wajib dilakukan oleh
setiap orang, mulai dari lahir sampai ke liang lahat tidak terkecuali baik pria
maupun wanita.
“Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur
yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan, sangat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik
dilingkungan sekolah maupun dilingkungan keluarganya sendiri”.2
Pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk,
dan manifestasinya mutlak diperlukan bagi para pendidik khususnya para
guru.
Belajar merupakan peristiwa atau kejadian tingkah laku siswa sehari-
hari di sekolah yang merupakan suatu hal kompleks. Kompleksitas belajar
tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari siswa dan dari guru. Dari
segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami proses
mental dalam menghadapi bahan belajar. Bahan belajar tersebut berupa
keadaan alam, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, dan bahan yang telah
terhimpun dalam buku-buku pelajaran.3
1 Tonih Feronika, Strategi Pembelajaran Kimia, (Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2008), h. 2
2 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendidikan Baru, (Bandung; PT Remaja
Rosdakarya, 2002), h.89 3 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 17
9
“Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono adalah kegiatan
belajar mengajar ditinjau dari sudut kegiatan siswa berupa pengalaman
belajar siswa yaitu kegiatan siswa yang direncanakan guru untuk dialami
siswa selama kegiatan belajar-mengajar”.4
Beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian belajar, seperti yang
di kutip Syah di antaranya :5
1) Skinner
Belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang
berlangsung secara progresif.
2) Chaplin
Chaplin membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan
pertama menyatakan bahwa belajar adalah perolehan tingkah laku yang
relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Sedangkan
rumusan yang kedua mrnyatakan bahwa belajar adalah proses memperoleh
respons-respons akibat adanya latihan khusus.
3) Hintzman
Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organism (manusia
atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi
tingkah laku organisme tersebut. Dalam pandangannya, perubahan yang
ditimbulkan oleh pengalaman baru dapat dikatakan belajar apabila
mempengaruhi organisme.
4) Wittig
Belajar adalah suatu perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam
segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil
pengalaman.
5) Reber
Reber membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar
adalah proses memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar adalah suatu
perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan
yang diperkuat.
Dari beberapa definisi di atas mengenai belajar dapat di simpulkan
bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
pengalaman atau latihan dan proses berfikir.
4 Ibid.
5 Muhibin Syah, op.cit., h. 90
10
b. Ciri-Ciri Belajar
Berdasarkan pengertian atau definisi-definisi belajar, maka belajar
sebagai suatu kegiatan dapat diidentifikasi ciri-ciri kegiatannya sebagai
berikut:6
1) Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu
yang belajar (dalam arti perubahan tingkah laku) baik aktual maupun
potensial.
2) Perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya kemampuan baru yang
berlaku dalam waktu relatif lama.
3) Perubahan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja).
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
1) Faktor Internal (faktor dari dalam siswa) yakni keadaan/kondisi jasmani
dan rohani siswa diantaranya adalah:7
- Minat belajar
- Kesehatan
- Perhatian
- Ketenangan jiwa di waktu belajar
- Motivasi
- Kegairahan diri
- Cita-cita
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan
disekitar siswa diantaranya adalah:
- Keadaan lingkungan belajar
- Cuaca
- Letak kelas
- Faktor interaksi sosial
- Faktor interaksi didik dengan pendidikannya
3) Faktor pendekatan belajar (approach to lerning) yakni jenis upaya belajar
siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
d. Pengertian Hasil Belajar
“Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan
tindak mengajar”. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses
evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya
penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar untuk sebagian adalah berkat
6 Tonih Feronika, op.cit., h. 5
7 Ibid.
11
tindak guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Pada bagian lain,
merupakan peningkatan kemampuan mental siswa.8 Hasil belajar dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu dampak pengajaran dan dampak pengiring.
Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam
angka rapor, angka dalam ijazah, atau kemampuan meloncat setelah latihan.
Dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang
lain, suatu transfer belajar.
Menurut Nana Sudjana, hasil belajar adalah “kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya”.9
Menurut Gagne dalam bukunya Nana Sudjana hasil belajar dibagi
menjadi lima macam, yakni:10
1) Informasi verbal
2) Keterampilan intelektual
3) Strategi kognitif
4) Sikap
5) Keterampilan motoris
Prinsip penilaian hasil belajar adalah:11
1) Dalam menilai hasil belajar hendaknya dirancang sedemikian rupa
sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian,
dan interpretasi hasil penilaian.
2) Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses
belajar mengajar. Artinya, penilaian senantiasa dilaksanakan pada setiap
saat proses belajar mengajar sehingga pelaksanaannya berkesinambungan.
3) Agar diperoleh hasil belajar yang objektif dalam pengertian
menggambarkan prestasi dan kemampuan siswa sebagaimana adanya,
penilaian harus menggunakan berbagai alat penilaian dan sifat
komprehensif.
8 Dimyati dan Mudjiono, op.cit., h. 3
9 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja
rosdakarya. 2008), h. 22 10
Ibid. 11
Ibid.
12
4) Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tindak lanjutnya. Data
hasil penilaian sangat bermanfaat bagi guru maupun bagi siswa.
Hasil belajar merupakan “Prestasi belajar peserta didik secara
keseluruhan yang menjadi indicator kompetensi dasar dan derajat perubahan
perilaku yang bersangkutan”.12
Indikator hasil belajar merupakan target pencapaian kompetensi
secara operasional dari kompetensi dasar dan standar kompatansi. Ada tiga
aspek kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa besar
pencapaian kompetensi tersebut, yakni penilaian terhadap: 1) Penguasaan
materi akademik (kognitif), 2) Hasil belajar yang bersifat proses normatif
(afektif), dan 3) Aplikatif produktif (psikomotor).13
1) Hasil Belajar Penguasaan Materi
Pada ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berfikir, mulai dari yang
tingkatan rendah sampai tinggi, yakni:14
a) Pengetahuan/ingatan – knowledge,
b) Pemahaman – comprehension,
c) Penerapan – application,
d) Analisis – analysis,
e) Sintesis – synthesis
f) Evaluasi – evaluation
2) Hasil Belajar Proses (Normatif/Afektif)
Ranah afektif ini dirinci oleh Krathwohl dkk, menjadi lima jenjang, yakni:
a) Perhatian/Penerimaan (receiving)
b) Tanggapan (responding)
c) Penilaian/penghargaan (valuing)
d) Pengorganisasian (organization)
e) Karakterisasi terhadap suatu atau beberapa nilai.
3) Hasil Belajar Aplikatif (Psikomotor)
Ranah psikomotor dibagi menjadi 7 tingkatan yaitu:
a) Persepsi – perception.
12
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Bumi
Aksara 2009), h. 212 13
Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), h.13 14
Ibid.
13
b) Kesiapan – set.
c) Gerakan terbimbing – guided response.
d) Gerakan terbiasa – mechanism.
e) Gerakan kompleks – complex overt response.
f) Penyesuaian pola gerakan – adaptation.
g) Kretifitas/keaslian – creativity/origination.15
Penilaian hasil belajar tingkat nasional dilakukan oleh pemerintah
untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata
pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi, dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional. Ujian nasional
dilakukan secara objektif, berkeadilan dan akuntabel, serta diadakan
sekurang-kurangnya satu kali dan sebanyak-banyaknya dua kali dalam satu
tahun pelajaran (SNP).
Penilaian hasil belajar tingkat sekolah atau satuan pendidikan
bertujuan menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata
pelajaran. Penilaian hasil belajar tingkat sekolah atau satuan pendidikan
identik dengan Ujian Berbasis Sekolah (UBS) atau School Based Exam
(SBE), yang sering juga disebut EBTA.16
Penilaian hasil belajar tingkat
kelas adalah “penilaian yang dilakukan oleh guru atau pendidik secara
langsung. Penilaian hasil belajar pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan
untuk mengukur perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta
didik”.17
Suatu tes hasil belajar baru dapat dikatakan tes yang baik apabila
materi yang tercantum dalam item-item tes tersebut merupakan pilihan yang
cukup representatif terhadap materi pelajaran yang diberikan di kelas yang
bersangkutan.18
Jadi hasil belajar adalah hasil dari proses pembelajaran yang
mengakibatkan perubahan tingkah laku yang mencakup ranah kognitif,
afektif dan psikomorik.
15
Ibid. 16
E. Mulyasa, op.cit., h.203 17
Ibid. 18
Wayan Nurkancana, Evaluasi pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional. 1986), h. 52
14
2. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)
a. Pengertian Kontruktivisme
Teori kontruktivisme ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan
sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi
baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu
tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat
menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah,
menemukan segala sesuatu untuk diirinya sendiri, berusaha dengan susah
payah dengan ide-ide.19
Prinsip yang paling umum dan paling esensial yang
dapat diturunkan dari kontruktivisme ialah “anak-anak memperoleh banyak
pengetahuan di luar sekolah, dan pendidikan seharusnya memperhatikan hal
itu dan menunjang proses alamiah ini”.20
Konstruktivisme menjelaskan bahwa pemahaman bisa didapat dari
interaksi seseorang dengan lingkungannya, konflik kognitif dapat mendorong
seseorang untuk belajar, dan pengetahuan dapat terbentuk ketika siswa
menegosiasikan situasi sosial dan mengevaluasi pemahaman individualnya.
Terdapat banyak teori yang menjelaskan konstruktivisme. Teori-teori tersebut
menjelaskan bagaimana sebuah pengetahuan dan pemahaman terbentuk pada
diri seseorang.
Teori konstruktivisme kognitif ini tidak terlepas dengan teori Piaget
tentang teori perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif sebagian besar
ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif dengan lingkungannya. Piaget
yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan
penting bagi terjadinya perubahan perkembangan.21
Khususnya
berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada
akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis. Piaget menyatakan juga
bahwa pembelajaran akan berjalan dengan sukses jika sesuai dengan
19
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-progresif, (Jakarta: Kencana 2010),
h. 28 20
Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar, ( Jakarta: Erlangga, 1996), h.160 21
Trianto, op. cit, h. 14
15
perkembangan kognitif siswa. Oleh karena itu, konstruktivisme ini disebut
dengan konstruktivisme kognitif.
Teori perkembangan Piaget mewakili kontruktivisme, yang
memandang kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif
membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-
pengalaman dan interaksi-interaksi mereka. Menurut teori Piaget, setiap
individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahrkan sampai
menginjak usia dewasa mengalami empat tahapan perkembangan kognitif.
Keempat tahapan tersebut adalah tahap sensorimotor (0 – 2 tahun),
preoperational (2 – 7 tahun), concrete operational ( 7– 11 tahun), dan formal
operational (11 – menjelang dewasa).22
Dari keempat tahapan perkembangan
kognitif di atas, anak SMA perkembangan kognitifnya masuk pada tahap
formal operation (11 – dewasa).
Perspektif kognitif kontruktivisme, yang menjadi landasan PBL,
menurut pendapat Piaget, bahwa pelajar dengan umur berapapun terlibat
secara aktif dalam proses mendapatkan informasi dan mengkonstruksikan
pengetahuannya sendiri. Pengetahuan tidak statis, tetapi berevolusi dan
berubah secara konstan selama pelajar mengkonstruksikan pemgalaman-
pengalaman baru yang memaksa mereka untuk mendasarkan diri pada dan
memodifikasikan pengetahuan yang sebelumnya.23
Pernyataan ini sangat berkaitan dan didasarkan dengan konsep Piaget
tentang konstruktivisme kognitif dan tahapan-tahapan perkembangan kognitif
seseorang. Pengetahuan yang dikonstruksikan berdasarkan pengalaman akan
lebih lama tersimpan di dalam otak setiap pelajar sehingga dalam PBL
diperlukan suatu proses pembelajaran yang mengutamakan tingktat berfikir
kritis yang tinggi.
22
Ibid. 23 Sugiyanto, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Surakarta: Yuma Pustaka bekerja
sama dengan FKIP UNS, 2010), h. 159
16
b. Pengertian Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning)
PBL (Problem Based Learning) dapat didefinisikan sebagai “Proses
inquiri yang mengutamakan pertanyaan, keingintahuan, keraguan, dan
ketidakpastian tentang fenomena kompleks dalam kehidupan sehari-hari”.24
Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan “suatu model
pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang
membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan
penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata”.25
Menurut Howard Barrows dan Kelson seperti yang telah dikutip Amir
Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran.
Dalam kurikulumnya dirancang masalah-masalah yang menuntut mahasiswa
mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam
memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki
kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarnya menggunakan
pendekatan-pendekatan yang sistematik untuk memecahkan masalah atau
menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karier dan kehidupan
sehari-hari.26
Strategi pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai
“rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses
penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah”.27
Tujuan yang ingin
dicapai oleh strategi pembelajaran berbasis masalah adalah kemampuan siswa
untuk berpikir kritis, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan
alternative pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam
rangka menumbuhkan sikap ilmiah.
24
John Barell, Problem Based Learning An Inquiry Approach, (California: Corwin press,
2007), h. 3 25
Trianto, op.cit., h. 90 26
M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based learning, (Jakarta:
Kencana. 2009), h.21 27
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi standar proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2009), h.212
17
Hakekat masalah dalam strategi pembelajaran berbasis masalah adalah
gap atau kesanjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan, atau
antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan.28
Kesanjangan
tersebut bisa dirasakan dari adanya keresahan, keluhan, kerisauan, atau
kecemasan. Oleh karena itu, maka materi pelajaran atau topik tidak terbatas
pada materi pelajaran yang bersumber dari buku saja, akan tetapi juga dapat
bersumber dari peristiwa-peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang
berlaku.
PBL (Problem Based Learning) mengambil psikologi kognitif sebagai
dukungan teoritisnya. Fokusnya tidak banyak pada apa yang sedang
dikerjakan siswa (perilaku mereka), tetapi ada apa yang sedang dipikirkan
oleh siswa (kognisi mereka) selama mereka mengerjakannya. Meskipun peran
guru dalam pelajaran yang berbasiskan masalah kadang-kadang juga
melibatkan, mempresentasikan, dan menjelaskan berbagai hal kepada siswa,
tetapi guru lebih harus sering memfungsikan diiri sebagai pembimbing dan
fasilitator sehingga siswa dapat belajar untuk berpikir dan menyelesaikan
masalahnya sendiri.
PBL merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai
langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru.
Metode ini juga berfokus pada keaktifan peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran. Peserta didik tidak lagi diberikan materi belajar secara satu
arah seperti pada metode pembelajaran konvensional. Dengan metode ini,
diharapkan peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan mereka secara
sendiri.
c. Karakteristik PBL (Problem Based Learning)
Dengan karakter dan prinsip PBL, di mana pemelajar harus:29
1. Mengeksplorasi konsep dalam berbagai konteks.
28
Ibid 29 M. Taufiq Amir, op.cit., h. 93
18
2. Mengartikulasikan apa yang sudah diketahui tentang masalah (prior
knowledge)
3. Mengidentifikasi dan mencari informasi terkait dengan”apa yang
mereka tidak ketahui”
4. Menentukan bagaimana informasi baru terkait dengan pengetahuan
sebelumnya.
5. Saling berbagi dan menguji konsep baru yang mungkin.
6. Mereflesikan bagaimana pemelajar mengkonstruk pengetahuan sendiri
dan menjadi pembuat makna (meaning makers).
d. Tujuan Pembelajaran PBL (Problem Based Learning)
Tujuan pembelajaran berdasarkan masalah atau PBL (Problem Based
Learning) adalah:30
1. Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan
pemecahan masalah
2. Belajar peranan orang dewasa yang autentik
3. Menjadi pembelajar yang mandiri
e. Tahapan Pembelajaran PBL (Problem Based Learning)
Ada lima tahapan utama dalam PBL (Problem Based Learning)
menurut Sugiyanto, kelima tahapan utama yang dimulai dengan guru
memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan
penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima tahapan tersebut disajikan
pada table berikut:31
30
Trianto, op.cit., 31
Sugiyanto, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Surakarta: Yuma Pustaka bekerja
sama dengan FKIP UNS, 2010), h. 159
19
Tabel 2.1. Lima tahapan PBL (Problem based Learning)
Tahap Tingkah laku Guru
Tahap – 1
Orientasi siswa kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
memotivasi siswa terlibat pada aktivitas
pemecahan masalah yang dipilihnya.
Tahap – 2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap – 3
Membimbing penyelidikan individual
maupun kelompok
Mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen, untuk
mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah
Tahap – 4
Mengembangkan dan
mempresentasikan hasil karya
Membantu siswa dalam
menerencanakan dan menyiapkan karya
yang sesuai
Tahap – 5
Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah
Membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses –
proses yang mereka gunakan
f. Langkah – langkah PBL (Pembelajaran Berbasis Masalah)
Menurut Wina Sanjaya, sesuai dengan tujuan strategi pembelajaran
berbasis masalah adalah untuk menumbuhkan sikap ilmiah, dari beberapa
bentuk strategi pembelajaran yang dikemukakan para ahli, maka secara
umum strategi pembelajaran berbasis masalah bisa dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:32
1) Menyadari masalah
Pada tahapan ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya adanya
kesanjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan
sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa pada tahapan ini
adalah siswa dapat menentukan atau menangkap kesanjangan yang
terjadi dari berbagai fenomena yang ada.
2) Merumuskan masalah
32 Wina Sanjaya, op.cit., h. 216
20
Rumusan masalah sangat penting, sebab selanjutnya akan berhubungan
dengan kejelasan dan kesamaan persepsi tentang masalah dan berkaitan
dengan data-data apa yang harus dikumpulkan untuk
menyelesaikannya.kemampuan yang diharapkan siswa dalam langkah ini
adalah siswa dapat menentukan prioritas masalah.
3) Merumuskan Hipotesis
Kemampuan yang diharapkan siswa dalam tahapan ini adalah siswa
dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan.
Melalui analisis sebab akibat inilah pada akhirnya siswa diharapkan
dapat menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah.
4) Mengumpulkan data
Proses berpikir ilmiah bukan proses berimajinasi akan tetapi proses yang
didasarkan pada pengalaman. Oleh karena itu, dalam tahapan ini siswa
didorong untuk mengumpulkan data yang relevan. Kemampuan yang
diharapkan pada tahap ini adalah kecakapan siswa untuk mengumpulkan
dan memilah data, kemudian memetakan dan menyajikan dalam bentuk
berbagai tampilan sehingga mudah untuk dipahami.
5) Menguji hipotesis
Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam tahapan ini adalah
kecakapan menelaah data dan sekaligus membahasnya untuk melihat
hubungannya dengan masalah yang dikaji. Disamping itu, diharapkan
siswa dapat mengambil keputusan dan kesimpulan.
6) Menentukan pilihan penyelesaian
Kemampuan yang diharapkan dari tahapan ini adalah kecakapan memilih
alternatif penyelesaian yang kemungkinan dapat dilakukan serta dapat
memperhitungkan kemungkinan yang akan terjadi sehubungan dengan
alternatif yang dipilihnya, termasuk memperhitungkan akibat yang akan
terjadi pada setiap pilihan.33
33
Wina Sanjaya, op.cit., h. 216
21
g. Manfaat Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Menurut Sudjana manfaat khusus yang diperoleh dari metode Dewey
adalah metode pemecahan masalah. Tugas guru adalah membantu para siswa
merumuskan tugas-tugas, dan bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek
pelajaran tidak dipelajari dari buku, tetapi dari masalah yang ada di
sekitarnya.34
Pengajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu
guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pengajaran
berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan
kemampuan berpikir pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual, belajar
berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman
nyata atau simulasi, dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri.
h. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Model pembelajaran berdasarkan masalah memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan pembelajaran berdasarkan masalah sebagai model
pembelajaran adalah:35
1) Realistis dengan kehidupan nyata
2) Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa
3) Memupuk sifat inquiri siswa
4) Retensi konsep jadi kuat
5) Memupuk kemampuan problem solving (pemecahan masalah)
Selain kelebihan tersebut, pembelajaran berdasarkan masalah (Problem
Based learning) juga memiliki beberapa kekurangan antara lain:36
1. Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks
2. Sulitnya mencari problem yang relevan
3. Sering terjadi miss-konsepsi
34
Trianto, op.cit., h. 96 35
Ibid. 36
Ibid.
22
4. Konsumsi waktu, dimana model ini mmemerlukan waktu yang cukup
dalam proses penyelidikan. Sehingga terkadang banyak waktu yang tersita
untuk proses pembelajan tersebut.
Jadi berdasarkan pengertian-pengertian yang ada, Pembelajaran dengan
model PBL (Problem Based Learning) membantu siswa untuk memproses
informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka
sendiri tentang dunia sosial maupun ilmiah dan sekitarnya.
3. Konsep Kesetimbangan Kimia
Berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), konsep
yang akan diterapkan dalam model pembelajaran PBL (Problem Based
Learning) adalah konsep kesetimbangan kimia yang telah di sesuaikan pada
Standar Kompetensinya adalah Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan
kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam SK tersebut di ambil 3 kompetensi dasar yaitu, Menjelaskan
kesetimbangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah
kesetimbangan dengan melakukan percobaan, menentukan hubungan
kuantitatif antara pereaksi dengan hasil reaksi dari suatu reaksi kesetimbangan,
dan menjelaskan penerapan prinsip kesetimbangan dalam kehidupan sehari-
hari dan industri.37
a) Pengertian Kesetimbangan Kimia
Reaksi yang berlangsung searah atau reaksi yang tidak dapat balik
disebut Irreversible. Sedangkan reaksi yang dapat balik disebut Reversible.
Salah satu diantaranya adalah reaksi antara nitrogen dengan hidrogen
membentuk ammonia. Jika campuran gas nitrogen dan hidrogen dipanaskan
akan menghasilkan amonia.38
37
Michael Purba, Buku Kimia SMA Kelas XI, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 2 38
Ibid
23
Kapankah suatu reaksi mencapai kesetimbangan? Suatu rekasi
kimia mencapai kesetimbangan, jika laju reaksi ke kanan sama dengan laju
reaksi ke kiri sehingga tidak terjadi lagi perubahan dalam sistem
kesetimbangan. Pada keadaan setimbang, tidak ada perubahan yang dapat
diamati atau diukur sehingga tidak ada perubahan makroskopis. Keadaan
sebenarnya, reaksi tetap terjadi secara terus menerus pada kedua arah.
Kondisi yang demikian disebut kesetimbangan dinamis.39
b) Persamaan Tetapan Kesetimbangan
mA + nB ⇌ pC + qD
persamaan kesetimbangannya adalah:
Kc = 40
c) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pergeseran Kesetimbangan
Jika terdapat sebuah sistem setimbang, kemudian diganggu oleh beberapa
pengaruh luar, seperti perubahan suhu, kosentrasi, volume, atau tekanan dari
salah satu pereaksi atau hasil reaksi, apa yang terjadi? Seorang kimiawan
Prancis, Hanry Le Chatelier, pada tahun 1884 mengungkapkan pernyataan
yang dapat menjawab pertanyaan tersebut. Berikut ini prinsip Le Chatelier.
“Sebuah sistem dalam keadaan kesetimbangan yang mengalami suatu
gangguan akan bereaksi sedemikian rupa sehingga cenderung melawan
pengaruh gangguan tersebut”.41
39
Muchtaridi dan Sandri Justiana, Buku Kimia 2 Sesuai Standar Isi 2006 KTSP, (Jakarta:
Yudistira, 2009), h. 101 40
Micheal Purba, op.cit., h. 139 41
Ibid
24
B. Kajian Penelitian Relevan
I Nyoman Suadarna dalam jurnal pendidikan dan pengajaran IKIP
singaraja, menyimpulkan penelitiannya yaitu kualitas kemampuan mahasiswa
dalam melakukan pemecahan masalah (Problem Solving) dapat ditingkatkan
atau dikembangkan melalui strategi pembelajaran berbasis masalah dengan
pendekatan kooperatif berbantuan modul, dapat meningkatkan aktivitas
mahasiswa atau kualitas proses pembelajaran Kimia Fisika I dan hasil belajar
mahasiswa dalam mata kuliah Kimia Fisika I dapat ditingkatkan melalui
strategi pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan kooperatif
berbantuan modul.42
Nurhayati Abbas, dalam jurnal pendidikan dan kebudayaan,
menyimpulkan penelitiannya tentang penerapan model pembelajaran
berdasarkan masalah (Problem Based Instruction) dalam pembelajaran
Matematika di SMU menyimpulkan bahwa berdasarkan analisis inferensial
dengan menggunakan Anakova, diperoleh F= 54,25>F(1-@,k-1,N-2k) = F(0,95,1,80) =
3,97. Hal ini menunjukan bahwa ada perbedaan hasil belajar antara peserta
didik yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan
masalah dengan peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran
konvensional.43
Ida Bagus Putu Arnyana, jurnal pendidikan dan pengajaran tentang
pengaruh penerapan model belajar berdasarkan masalah dan model pengajaran
langsung dipandu strategi kooperatif terhadap hasil belajar biologi siswa SMA
menyimpulkan bahwa 1. Model belajar berdasarkan masalah dapat
meningkatkan hasil belajar lebih baik dibandingkan dengan model pengajaran
langsung. 2. Strategi kooperatif GI dapat meningkatkan hasil belajar lebih baik
dibandingkan dengan strategi kooperatif STAD. 3. Interaksi model belajar
berdasarkan masalah dengan strategi kooperatif GI memberikan pengaruh
42
I Nyoman Suadarna, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Singaraja, Penerapan
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pendekatan Kooperatif Berbantuan Modul untuk
Meningkatkan kualitas proses dan Hasil Belajar Mahasiswa, 2006, h. 766 43
Nurhayati Abbas, jurnal pendidikan dan kebudayaan, Penerapan Model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) dalam Pembelajaran Matematika di SMU,
2004, h. 842
25
paling baik dalam meningkatkan hasil belajar, diikuti berturut-turut oleh
interaksi model belajar berdasarkan masalah dengan strategi kooperatif STAD,
interaksi model pengajaran langsung dengan strategi kooperatif GI, dan
interaksi model pengajaran langsung dengan strategi kooperatif STAD.44
I Ketut Tika, jurnal pendidikan dan pengajaran UNDIKSHA tentang
penerapan problem based learning berorientasi penilaian kinerja dalam
pembelajaran fisika untuk meningkatkan kompetensi kerja ilmiah siswa,
dalam penelitiannya disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran
berbasis masalah berorientasi pada penilaian kerja dapat meningkatkan
kompetensi kerja ilmiah siswa kelas XI IPA3 SMAN 1 Singaraja dalam
pembelajaran Fisika. Hal ini dapat dilihat dari capaian kompetensi kerja ilmiah
pada siklus 1 adalah 78,8 dengan kategori baik meningkat pada siklus II
menjadi 87,5 dengan kategori sangat baik. Jika dianalisis per aspek kerja
ilmiah yaitu aspek kegiatan laboratorium, aspek membuat paper, aspek
laporan praktikum, dan aspek penyajian tugas proyek, ternyata terjadi
peningkatan secara signifikan untuk masing-masing aspek dari siklus I ke
siklus II.45
Ali Muhson, Jurnal kependidikan tentang peningkatan minat belajar
dan pemahaman mahasiswa melalui penerapan problem based learning
menyimpulkan penerapan metode problem based learning dalam pembelajaran
statistika lanjut mampu meningkatkan minat belajar mahasiswa baik minat
belajar di dalam maupun di luar kelas hal ini terjadi karena proses
pembelajaran lebih banyak diberikan penugasan analisis kasus baik secara
individual maupun kelompok sehingga menuntut partisipasi semua mahasiswa
dalam proses pembelajaran.46
44
Ida Bagus Putu Arnyana, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Pengaruh Penerapan
Model Belajar Berdasarkan Masalah dan Model Pengajaran Langsung Dipandu Strategi
Kooperatif terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA , 2006, h. 710 45
I ketut Tika, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, Penerapan Problem
Based Learning Berorientasi Penilaian Kinerja dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan
Kompetensi Kerja Ilmiah Siswa, 2008, h. 698 46
Ali Muhson, Peningkatan minat Belajar dan Pemahaman Mahasiswa Melalui
Penerapan Problem Based Learning, Jurnal Kependidikan, 2009, h. 181
26
I wayan Sadia, jurnal pendidikan dan pengajaran UNDIKSHA,
penelitiannya tentang pengembangan kemampuan berfikir formal siswa SMA
melalui penerapan Model pembelajaran “Problem based Learning” dan “Cycle
Learning” dalam pembelajara Fisika, menyimpulkan bahwa model PBL
(Problem Based Learning) atau LCM (Learning Cycle Model) ternyata efektif
dalam mengembangkan kemampuan berpikir formal siswa.47
Ida Bagus Putu Arnyana, jurnal pendidikan dan pengajaran
penelitiannya tentang penerapa model PBL pada pelajaran biologi untuk
meningkatkan kompetensi dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA
Negeri 1 singaraja tahun pelajaran 2006/2007 menyimpulkan bahwa 1. Model
belajar berdasarkan masalah atau problem based learning (PBL) dapat
meningkatkan pemahaman konsep biologi siswa kelas X SMA Negeri 1
Singaraja tahun pelajaran 2006/2007. 2. Model PBL dapat meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah biologi siswa kelas X SMA Negeri 1
singaraja tahun pelajaran 2006/2007. 3. Meningkatkan sikap positif siswa
terhadap pelajaran biologi, dan 4. Metode PBL dapat meningkatkan
kemampuan berfikir kritis siswa.48
Menurut Brian E. Myers, Assistant Professor dan James E. Dyer,
Associate Professor, jurnal international menyimpulkan penelitiannya yaitu
tujuan studi ini akan menentukan efek investigasi laboratorium
pengintegrasian terpasang ilmu pengetahuan dan pengetahuan isi siswa
memproses prestasi keterampilan dan gaya belajarnya. Pemeliharaan dalam
berkelompok menggunakan salah satu dari tiga tingkatan: pokok mendekati
tanpa percobaan di laboratorium, pokok mendekati dengan laboratorium yang
47
I Wayan Sadia, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Pengembangan Kemampuan
Berpikir Formal Siswa SMA Melalui Penerapan Model Pembelajaran PBL ddan CL dalam
Pembelajaran Fisika, 2007, h. 17 48
Ida bagus Putu Arnyana, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Penerapan Model PBL
pada Pelajaran Biologi untuk Meningkatkan Kompetensi dan Kemampuan Berpikir kritis Siswa
kelas X SMA N 1 Singaraja, 2007, h. 249
27
menentukan percobaan, dan pokok mendekati dengan investigasi laboratorium
percobaaan.49
Menurut Chris Keil Bowling Green State University, jurnal elektronik
pendidikan sains tentang penelitian tindakan kelas dalam abstraknya
menyatakan bahwa, tujuh tahun yang didanai pemerintah federal
pengembangan profesi guru tengah menyiapkan program guru kelas untuk
merancang dan mengimplementasikan integratif, yang berbasis masalah,
kurikulum kesehatan lingkungan dengan lebih dari 1600 siswa. Artikel ini
menguji bagaimana program ini dilakukan, melalui kurikulum yang
dikembangkan dan dilaksanakan, mempengaruhi kedua negara yang berbasis
masalah, skor tes kemahiran dan keterampilan proses tes. Analisis kemahiran
dan skor kinerja menunjukkan efek positif bagi kedua tindakan, menawarkan
pendidik lebih lanjut dukungan untuk penggunaan integratif berbasis masalah
kurikulum ilmu kesehatan lingkungan. 50
49
Brian E. Myers, Assistant Professor dan james E. Dyer, Associate Professor, Effects Of
Investigative Laboratory Instruction On Content Knowladge and Science Procces Skill
Achievment Across Learning Styles,2006, h. 52 50
Chris Keil Bowling Green State University Bowling Green State University,
Improvements in Student Achievement and Science Process Skills Environmental Health Science
Problem-Based Learning curricula, 2009, h. 1
28
C. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan
Gambar 2.2. Bagan Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan
Model, pendekatan dan metode dalam pembelajaran kimia merupakan
suatu komponen yang memiliki peranan yang sangat penting. Tidak ada satu
pun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode dan
pendekatan pembelajaran. Hal ini karena metode digunakan sebagai alat atau
cara yang digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan melalui suatu pendekatan. Penggunaan metode dan pendekatan
yang tepat akan menentukan efektifitas dan efisien pembelajaran. Dengan
demikian, metode dan pendekatan harus dipilih dan dikembangkan untuk
meningkatkan kualitas hasil belajar kimia siswa.
Hasil Belajar
Internal Eksternal
1. Minat Belajar
2. Kesehatan
3. Perhatian
4. Ketenangan Jiwa
dalam belajar
5. Motivasi
6. Kegairahan diri
7. Cita-cita
1. Keadaan lingkungan
belajar
2. Cuaca
3. Letak kelas
4. Faktor social
5. Interaksi peserta didik
dengan pendidiknya
Model Pembelajaran
PBL (Problem Based
Learning)
Penerapan Model
Interaksi peserta didik
dengan pendidiknya
Keadaan
lingkungan belajar
Kognitif
29
Ilmu kimia sebagai cabang IPA (Knowladge Nature Science)
merupakan ilmu pengetahuan yang berlandaskan pada eksperimen atau
percobaan (experimental science). Berdasarkan hal tersebut, maka penggunaan
metode praktikum sangatlah diperlukan dalam proses pembelajaran kimia
disekolah. Melalui kegiatan praktikum, siswa diberikan kesempatan untuk ikut
aktif dalam proses belajar mengajar, dapat mempelajari kimia tidak hanya
sebagai produk tapi juga sebagai proses karena dalam kegiatan praktikum
dimungkinkan untuk dilatihkan sejumlah ketrampilan proses IPA yang
meliputi mengamati, menafsirkan hasil pengamatan, meramalkan,
menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep, merencanakan penelitian,
mengkomunikasikan, dan mengajukan pertanyaan berdasarkan masalah yang
sedang dipelajari siswa. Dari hal tersebut, maka siswa akan lebih tertarik dan
termotivasi untuk mempelajari kimia yang pada akhirnya akan berdampak
positif terhadap hasil belajar kimia siswa.
Pada saat ini masih banyak guru mata pelajaran kimia yang belum
menerapkan model pembelajaran PBL (Pembelajaran Berdasarkan Masalah)
dan lebih memilih memakai metode ceramah atau metode yang lain dalam
menyampaikan materi pelajaran. Hal ini disebabkan karena sebagai kendala
yang dihadapi guru yang dijadikan alasan untuk tidak dapat menerapkan
adanya eksperimen pada saat mengajar, apalagi jika ditambakan dengan model
pembelajaran PBL (Problem Based Learning) atau pembelajaran berdasarkan
masalah, tentu saja akan semakin repot. Beberapa kendala antara lain tidak
adanya fasilitas laboratorium di sekolah sebagai ruangan khusus untuk
melakukan praktikum, kurang tersedianya alat dan bahan kimia di
laboratorium, dan lainnya. Untuk itu, perlu diadakannya suatu masalah agar
siswa dalam memecahkan masalah tidak hanya dieksperimenkan bisa dengan
diskusi informasi, atau dari berbagai artikel tentang masalah yang diajukan
oleh guru. Di samping itu, nilai mata pelajaran kimia siswa relatif rendah,
siswa kelas XI.IPA.1 SMA Muhamadiyah 2 Cipondoh Tangerang nilai
kimianya masih ada yang dibawah standar KKM.
30
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor internal
dan faktor eksternal, faktor eksternal inilah yang akan membawa pengaruh
besar bagi siswa pada keadaan lingkungan belajar (sekolah). Dalam upaya
meningkatkan hasil belajar kimia siswa yang mencakup aspek kognitif dan
aspek psikomotorik pada konsep kesetimbangan kimia, dengan diterapkannya
model pembelajaran PBL (Problem Based learning).
D. Hipotesis Tindakan
Merujuk kajian teori kerangka pikir yang telah dikemukakan di atas,
maka hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah penerapan model
pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dapat meningkatkan hasil
belajar kimia siswa pada konsep kesetimbangan kimia.
31
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Tindakan
Penelitian ini dilakukan di kelas XI.IPA.1 SMA Muhamadiyah
Cipondoh Tangerang, tepatnya di Jl. KH. Hasyim Asyari Kec. Cipondoh
Tangerang. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 15 November – 04
Desember 2010 pada semester 1 (ganjil).
B. Metode dan Desain Penelitian Tindakan
1. Metode Penelitian
Metode dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research). Esensi Classroom Action Research terletak
pada adanya tindakan dalam situasi yang alami untuk memperbaiki atau
meningkatkan praktek pembelajaran serta mampu memberi solusi pada
masalah yang ada baik secara perorangan maupun keseluruhan. Penelitian
tindakan kelas (PTK) adalah suatu penelitian tindakan yang dilakukan oleh
guru yang sekaligus sebagai peneliti dikelasnya atau bersama-sama dengan
orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan dan
merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan
untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di
kelasnya melalui suatu tindakan tertentu dalam suatu siklus.1
Penelitian tindakan kelas melibatkan deskripsi autentik tentang
tindakan. Deskripsi disini bukan penjelasan, melainkan rangkaian cerita
tentang kegiatan yang telah terjadi dan biasanya dalam bentuk laporan.
Penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu
praktik pembelajaran di kelas.
1 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi
Guru, (jakarta: PT Rajagrafindo persada,2008), h. 44-45
32
2. Intervensi Tindakan atau Rancangan Siklus Penelitian
Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas2
C. Subjek/Partisipan yang terlibat dalam Penelitian
Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah guru bidang studi
kimia dan siswa kelas XI IPA 1. Peneliti berperan langsung sebagai guru
yang melakukan proses pembelajaran kimia pada konsep kesetimbangan
kimia dengan menggunakan model pembelajaran PBL (Problem Based
Learning) pada kelas XI IPA 1 SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh semester 1
Tahun ajaran 2010/2011 dengan jumlah siswa 36 orang yang terdiri dari 10
laki-laki dan 26 perempuan.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti berkolaborasi dengan guru kimia SMA
Muhammadiyah 02 Cipondoh. Peneliti berperan dalam merancang Rencana
2 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi aksara, 2007) h.16
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Pelaksanan Refleksi
Pelaksanaan Refleksi
?
33
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan mengolah data hasil penelitian. Peneliti
dan guru bidang studi kimia berperan sebagai pengajar dan observer secara
bergantian. Peneliti dan guru kimia berkolaborasi mengevaluasi kegiatan
belajar mengajar.
E. Tahapan Intervensi Tindakan
Adapun tahapan intervensi tindakan yang dilakukan pada setiap siklus yaitu:
Tabel 3.1 Tahapan Intervensi Tindakan
Kegiatan
Pendahuluan
a. Menentukan sekolah yang akan dijadikan subjek
penelitian.
b. Konsultasi dengan guru kimia pada tempat
dilaksanakannya penelitian.
c. Melakukan survei lapangan untuk memperoleh gambaran
kondisi sekolah. Survei dilakukannya dengan wawancara
kepada guru bidang studi kimia untuk mengetahui
permasalahan yang ada di sekolah. Survei juga dilakukan
terhadap hasil belajar siswa dan pendapat siswa tentang
pembelajaran kimia yang selama ini diterapkan oleh guru
bidang studi kimia.
Siklus 1 Perencanaan a. Orientasi siswa kepada masalah
b. Menganalisis dan merumuskan
masalah
c. Menyiapkan rencana pembelajaran
yang menerapkan model
pembelajaran PBL (Problem Based
Learning)
d. Menyiapkan LKS (Lembar Kerja
Siswa)
e. Menyiapkan instrumen (tes, lembar
observasi, catatan lapangan, dan
wawancara).
f. Melakukan uji coba instrumen
g. Menyusun kelompok belajar siswa
Pelaksanaan
(Tindakan)
Melaksanakan langkah-langkah sesuai
rencana pembelajaran yang telah
disusun.
a. Melakukan tes awal pada kelas
sampel penelitian tindakan untuk
mengetahui kemampuan awal
siswa.
b. Memberi perlakuan sesuai dengan
tahapan-tahapan model
34
pembelajaran PBL (Problem based
Learning)
c. Ketika selama proses pembelajaran
berlangsung, dilakukannya
observasi mengenai kinerja guru
dan siswa.
d. Melakukan tes akhir untuk
mengetahui hasil belajar siswa
sesudah diterapkannya model
pembelajaran PBL (Problem Based
Learning).
Pengamatan a. Mengumpulkan data penelitian
b. Melakukan diskusi dengan guru
kimia untuk membahas tentang
kelemahan atau kekurangan proses
pembelajaran yang telah dilakukan.
Refleksi a. Menganalisis data yang diperoleh
untuk memperbaiki dan
menyempurnakan tindakan pada
siklus selanjutnya
b. Menganalisis temuan saat
melakukan pengamatan proses
pembelajaran yang telah dilakukan
c. Menganalisis kelemahan dan
kelebihan dari proses pembelajaran
yang berlangsung dan
mempertimbangkan langkah
selanjutnya.
Siklus II dan seterusnya
Penulisan laporan penelitian
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Hasil intervensi tindakan yang diharapkan pada penelitian ini adalah
hasil belajar kimia siswa pada aspek kognitif mengalami peningkatan setelah
proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran
PBL (Problem based Learning).
Dalam pembelajaran siswa aktif secara mental menemukan
pengetahuan berupa konsep, prinsip maupun yang menjadikan pengetahuan
yang mereka dapatkan akan bertahan lama, mempunyai kemandirian yang
kuat dalam proses pembelajaran kimia khususnya pada materi kesetimbangan
kimia. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, apabila 75% dari
35
jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar atau mencapai taraf
keberhasilan minimal, optimal bahkan maksimal, maka proses belajar
mengajar berikutnya dapat membahas konsep baru.3 Sehingga keberhasilan
belajar yang diterapkan adalah sebanyak 75% dari jumlah siswa yang
mendapat nilai di atas KKM yaitu 65.
G. Data dan Sumber Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa nilai siswa yang
mencakup ranah kognitif, aktivitas guru dan siswa ketika proses pembelajaran
berlangsung melalui lembar observasi, catatan lapangan dan wawancara.
Tabel 3.2. Jenis Data, Sumber Data dan Instrumen
Data Sumber Data Instrumen
Kognitif Siswa Pretest dan Postest
Aktivitas guru dan
siswa ketika proses
pembelajaran
Siswa dan Guru Lembar Observasi dan
Catatan Lapangan
Wawancara Siswa dan Guru Lembar wawancara
H. Instrumen-instrumen Pengumpul Data yang Digunakan
Dalam penelitian ini pengumpulan data mengenai pelaksanaan dan
hasil dari program tindakannya akan dilakukan dengan menggunakan
beberapa instrumen, diantaranya:
1. Wawancara
Wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukann
secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan
informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan
penelitian tindakan kelas.4 wawancara dilakukan untuk mengetahuui
kondisi permasalahan didalam kelas maupun di sekolah. Wawancara
dilakukan kepada guru kimia pada penelitian pendahuluan, sedangkan
pada akhir setiap siklus hanya pada siswa. Wawancara yang diterapkan
3 Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain, Strategi Belajar mengajar, (Jakarta, PT Rineka
Cipta, 2006) h. 122 4 Kunandar, op.cit., h. 157
36
merupakan jenis wawancara tidak terstruktur karena pedoman wawancara
yang disiapkan berupa daftar pertanyaan atau pokok-pokok masalah yang
perlu ditanyakan kepada responden.
Tabel 3.3. Kisi-kisi Lembar Wawancara
No. Indikator Uraian Hasil Wawancara
1. Kesenangan siswa
2. Motivasi siswa
3. Keaktifan siswa
4. Kekurangan dan kelebihan
model pembelajaran
5. Kemandirian siswa
2. Tes
Tes adalah sejumlah pertanyaan yang disampaikan kepada
seseorang atau sejumlah orang untuk mengukur hasil belajar siswa. Untuk
mengetahui penguasaan konsep siswa pada konsep kesetimbangan kimia
maka instrumen yang digunakan adalah tes tertulis dengan bentuk essay.
Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Konsep Kesetimbangan
Kimia
Kompetensi Dasar Indikator C1 C2 C3 C4 C5 C6 ∑
3.3 Menjelaskan
kesetimbangan
dan faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pergeseran arah
kesetimbangan
dengan
melakukan
percobaan
- Menjelaskan konsep
kesetimbangan dinamis
- Menjelaskan
kesetimbangan
homogen dan
heterogen
- Menerapkan tetapan
kesetimbangan dan
tetapan kesetimbnagan
tekanan dalam suatu
reaksi kimia
- Meramalkan arah
pergeseran
kesetimbangan dengan
menggunakan azas Le
Chatelier
1
1
1
1
1
1
1
1
37
- Menganalisis pengaruh
perubahan suhu,
kosentrasi, tekanan,
dan volum pada
pergeseran
kesetimbangan
1 1
3.4. Menjelaskan
hubungan
kuantitatif antara
pereaksi dengan
hasil reaksidari
suatu reaksi
kesetimbangan
- Menafsirkan data
percobaan mengenai
kosentrasi pereaksi dan
hasil reaksi pada
keadaan setimbang
untuk menentukan
derajat ionisasi
- menghitung harga Kc
berdasarkan kosentrasi
zat dalam
kesetimbangan
- Menghitung harga Kp
berdasarkan tekanan
parsial gas pereaksi
dan hasil reaksi pada
keadaan
kesetimbangan
1
1
1
1
1
1
3.5. Menjelaskan
penerapan
prinsip
kesetimbangan
dalam
kehidupan
sehari-hari
- Menganalisis
penerapan prinsip
kesetimbangan dalam
industri
- Menjelaskan prinsip
reaksi kesetimbangan
dalam tubuh manusia
1
1 1
1
Jumlah 3 4 3 10
3. Lembar Observasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk
memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.5 Lembar
observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi
untuk melihat aktivitas siswa ketika proses pembelajaran berlangsung dan
lembar observasi kegiatan guru. Lembar observasi guru bertujuan untuk
melihat konsistensi guru terhadap RPP yang telah dibuat. Aktivitas siswa
5 Kunandar, op.cit,. h. 143
38
yang diamati ketika proses pembelajaran disesuaikan dengan indikator-
indikator model pembelajaran PBL (Proses Based Learning).
Tabel 3.5. Kisi-kisi Lembar Observasi Siswa dalam Model
Pembelajaran PBL (Problem Based Learning)
No. Langkah-langkah PBL Aspek tiap tahapan yang di amati
1. Menyadari masalah a. Kesadaran adanya masalah pada materi
yang sedang dibahas
b. Keterlibatan langsung dalam proses
pembelajaran
2. Merumuskan masalah a. Kemampuan untuk mengemukakan
pertanyaan
b. Menjelaskan persepsi masalah yang
berkaitan dengan data-data apa yang
harus dikumpulkan
c. Siswa dapat memprioritaskan masalah
3. Merumuskan hipotesis a. Menentukan sebab akibat dari masalah
yang ingin diselesaikan
b. Menentukan kemungkinan-
kemungkinan penyelesaian masalah
4. Mengumpulkan data a. Kemampuan mengumpulkan data dan
memilih data
b. Kemampuan menyajikan dalam bentuk
berbagai tampilan agar mudah
dipahami
5. Menguji hipotesis a. Kecakapan menelaah data dan
membahasnya
b. Siswa dapat menyimpulkan pilihan
penyelesaian dengan baik dan benar
6. Menentukan pilihan
penyelesaian
a. Kecakapan memilih alternatif
penyelesaian
b. Siswa dapat memperhitungkan
kemungkinan yang akan terjadi dengan
alternatif yang dipilihnya
c. Siswa dapat memperhitungkan sebab
akibat yang akan dipilihnya
Sedangkan lembar observasi untuk melihat kegiatan guru selama
proses pembelajaran sesuai dengan indikator sebagai berikut:
39
Tabel 3.6. Indikator-indikator PBL (Problem Based Learning) pada
Lembar Observasi Guru
No Indikator Aspek Tiap Indikator yang diamati
1. Orientasi siswa pada
masalah
a. Menstimulus siswa, agar terdapat
pertanyaan yang mengarah pada masalah
b. Menjelaskan tujuan pembelajaran
c. Memotivasi siswa terlibat pada aktivitas
pemecahan masalah yang dipilihnya.
d. Menetapkan hipotesis untuk mencari
pemecahan masalah
2. Mengorganisasi siswa
untuk belajar
a. Membantu siswa mendefinisikan
masalah yang ada
b. Membantu siswa mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut
3 Membimbing
penyelidikan individual
maupun kelompok
a. Mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai
b. Membimbing siswa dalam melaksanakan
eksperimen
c. Membimbing siswa untuk
pemilihan/menggunakan alat dengan
benar
d. Mengarahkan siswa agar menggunakan
metode dan prosedur kerja dengan benar
e. Meminta siswa untuk mendiskusikan
hasil dan membandingkannya dengan
literatur
4 Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
a. Meminta siswa untuk mencatat hasil
penyelidikan yang sesuai
b. Membantu siswa untuk menyajikan
pemahaman baru
c. Membimbing siswa untuk membuat
kesimpulan
5 Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
a. Membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan dan proses-prosesnya
b. Membimbing setiap kelompok
mempresentasikan hasil penyelidikan
pemecahan masalah
c. Memberi kesempatan siswa untuk
mengkritisi hasil yang dipresentasikan
dari kelompok lain
d. Meminta siswa untuk mengumpulkan
laporan tertulis
40
4. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah catatan yang dibuat oleh peneliti atau
mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi terhadap
subjek atau objek penelitian tindakan kelas.6 Catatan lapangan ini
memuat semua proses pembelajaran dikelas, indikator dari catatan
lapangan diantaranya; kegiatan siswa, kegiatan guru, interaksi siswa
dengan guru, interaksi siswa dengan siswa, jenis permasalahan atau
penugasan, sumber belajar dan pengolahan kelas.
Tabel 3.7. Kisi-kisi Lembar Catatan Lapangan
No. Indikator Uraian
1. Kegiatan siswa
2. Kegiatan guru
3. Interaksi siswa dengan guru
4. Interaksi siswa dengan siswa
5. Jenis permasalahan
6. Sumber belajar
7. Waktu
I. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara tes dan nontes. Tes berupa
pretest dan postest dengan menggunakan soal essay untuk mengetahui
penguasaan konsep siswa. Non tes berupa lembar observasi, wawancara, dan
catatan lapangan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru ketika proses
pembelajaran berlangsung. Data observasi aktifitas siswa digunakan untuk
menganalisis keterlaksanaan model pembelajaran berdasarkan masalah
(Problem Based Learning) yang diterapkan. Data observasi aktifitas guru
untuk melihat cara mengajar guru ketika proses pembelajaran dengan
menerapan model pembelajaran PBL.
6 Kunandar, op.cit,. h. 197
41
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness) Studi
Peneliti melakukan analisis terhadap keseluruhan data dalam proses
penelitian yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian dan tujuan
penelitian. Diharapkan akan diperoleh temuan yang dianggap sesuai untuk
mewakili gagasan melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran PBL (Problem Based Learning).
Untuk menganalisis butir soal yang diuji cobakan, peneliti melakukan
beberapa tahap perhitungan diantaranya :
1. Validitas Data
Validitas berasal dari kata validity, dapat diartikan tepat atau
sahih, yakni sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya. Artinya, bahwa valid tidaknya suatu alat ukur
tergantung kepada mampu tidaknya alat tersebut mencapai tujuan
pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.7 Validitas dilakukan
terhadap soal tes kemampuan pemahaman siswa dan angket. Untuk
menghitung validitas soal uraian angket menggunakan rumus:8
r it =
Keterangan:
rit : koefisien korelasi antara skor batir dengan skor total
∑xixt : jumlah deviasi skor dari XiXt
∑x i2
: jumlah kuadrat deviasi skor dari Xi2
∑x t2
: jumlah kuadrat deviasi skor dari Xt2
Berdasarkan uji validitas untuk soal tes hasil belajar siswa
menggunakan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) pada
konsep kesetimbangan kimia diperoleh hasil sebagai berikut:
7 Ahmad Sofyan, dkk Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung
persada, 2006), h. 105 8 Ahmad Sofyan, dkk, op,cit,. h. 106
42
Tabel 3.8. Hasil Uji Validitas Soal
No Jenis Tes Jumlah
butir soal
Jumlah soal
yang valid
1. Tes hasil belajar siklus I 10 5
2. Tes hasil belajar siklus II 10 5
Sedangkan data pengolahan untuk validitas setiap butir soal dapat dilihat
pada lampiran 14-15.
2. Reliabilitas
Reliabilitas dapat diartikan sebagai keterpercayaan, keterandalan,
keajegan, kestabilan, atau konsistensi. Dapat diartikan sejauh mana hasil
suatu pengukuran dapat dipercaya dan konsisten.9 Untuk menghitung
reliabilitas soal uraian dan angket menggunakan rumus10
:
r ii = [1 - ]
Keterangan:
Tabel 3.10. Kriteria Reliabilitas Instrumen
Kriteria Koefisien
Reliabilitas
Sangat Reliabel > 90
Reliabel 0,7 – 0,9
Cukup Reliabel 0,4 – 0,7
Kurang Reliabel 0,2 – 0,4
Tidak Reliabel < 0,2
Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas untuk soal tes
hasil belajar siswa terhadap model pembelajaran PBL (Problem Based
Learning) pada konsep kesetimbangan kimia, diperoleh hasil sebagai
berikut:
9 Ahmad Sofyan, op.cit., h. 105
10 Ahmad Sofyan, op.cit., h. 108
43
Tabel 3.11. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
No Jenis Tes Reliabilitas Kategori
1. Tes hasil belajar siklus I 0,90 Reliabel
2. Tes hasil belajar siklus II 0,74 Reliabel
3. Tingkat Kesukaran Soal
Rumus : I = B/N
Katerangan:
I = Indeks Kesukaran
B = Jumlah siswa yang menjawab benar
N = Jumlah peserta tes
Kriteria Indeks Kesulitan Soal adalah:
Tabel 3.12. Pedoman Kriteria Indeks Kesukaran Soal
Skor Indeks Kesukaran Soal Kriteria
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
Berdasarkan uji tingkat kesukaran soal pada soal tes hasil
belajar siswa pada model pembelajaran PBL (Problem Based Learning)
pada konsep kesetimbangan kimia diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3.13. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal
No Jenis Tes Persentase Soal (%)
Sukar Sedang Mudah
1. Tes hasil belajar siklus I 50% 50% -
2. Tes hasil belajar siklus II 70% 30% -
4. Daya Beda Soal
Rumus : D = (Ba-Bb) / 0,5 N11
11
Ahmad Sofyan, op.cit., h.107
44
Keterangan:
D = Daya Beda Soal
Ba = Jumlah yang menjawab benar pada kelompok atas
Bb = Jumlah yang menjawab benar pada kelompok bawah
N = Jumlah peserta
Klasifikasi daya pembeda:12
Tabel 3.14. Pedoman Klasifikasi Daya Pembeda Soal
Skor Daya Pembeda (D) Klasifikasi
0,00 – 0,20 Jelek (Poor)
0,20 – 0,40 Cukup (Satisfactory)
0,40 – 0,70 Baik (good)
0,70 – 1,00 Baik Sekali (good excellent)
Negatif Semuanya tidak baik
Berdasarkan uji daya beda soal terhadap tes hasil belajar siswa
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3.15. Hasil Uji Daya Beda Soal
No. Jenis Tes
Persentase (%) daya beda
Jelek Cukup Baik Sangat
Baik
1. Tes hasil belajar siklus I 60% - 40% -
2. Tes hasil belajar siklus II 70% 20% - 10%
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis
Setelah data terkumpul maka dilakukan teknik analisis data, peneliti
memberi uraian mengenai hasil penelitian. Menganalisis data merupakan
suatu cara yang digunakan peneliti untuk menguraikan data yang diperoleh
agar dapat dipahami bukan hanya orang yang meneliti, tetapi juga orang lain
yang ingin mengetahui hasil penelitian. Data yang didapat berupa hasil
belajar siswa pada ranah kognitif, lembar observasi, kegiatan siswa dan guru
pada proses pembelajaran, catatan lapangan, dan wawancara.
12
Ibid.
45
1. Tes Hasil Belajar
Dalam menganalisis data hasil belajar pada aspek kognitif atau
penguasaan konsep menggunakan analisis deskriptif dari setiap siklus
dengan menggunakan skor N-gain. Normalized Gain (N – gain) adalah
selisih antara nilai postest dengan pretest dibagi dengan kenaikan skor
maksimum, gain menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan
konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan guru.
g = 13
Terdapat tiga kategorisasi perolehan skor gain ternormalisasi:
g-tinggi : nilai (<g>) > 0,7
g-sedang : nilai 0,7 ≥ (<g>) ≥ 0,3
g-rendah : nilai (<g>) < 0,3
2. Data Observasi
a. Data Observasi kegiatan Guru
Data hasil olah kegiatan guru diolah secara kualitatif. Skor rata-
rata kegiatan guru akan dibagi menjadi empat kategori skala ordinal
yaitu baik, cukup baik, sedang, dan kurang baik seperti klasifikasi pada
tabel berikut.
Tabel 3.16. Klasifikasi Penilaian Indikator PBL (Problem Based Learning)
Skor Kualitatif Keterangan
4 Baik Kegiatan PBL (Problem Based Learning) ada dan sesuai
dengan tahapan-tahapan PBL
3 Cukup
baik
Kegiatan PBL (Problem Based Learning) ada dan kurang
sesuai dengan tahapan-tahapan PBL
2 Sedang Kegiatan PBL (Problem Based Learning) ada dan tidak
sesuai dengan tahapan-tahapan PBL
1 Kurang
baik
Kegiatan PBL (Problem based Learning) tidak ada
13
David E. Meltzer, Normalized Learning Gain : A Key Measure Of Student Learning,
Department of Physics and Astronomy, Iowa State University, Ames, Iowa 50011, 2010
46
b. Data Observasi Kegiatan Siswa
Analisis data kegiatan siswa dalam proses pembelajaran
menggunakan format observasi. Observasi kegiatan siswa dilakukan
pada setiap pertemuan ketika proses belajar mengajar berlangsung. Data
yang diperoleh dari observasi merupakan data kualitatif dan dikonversi
ke dalam bentuk penskoran kuantitatif berdasarkan jumlah siswa yang
memunculkan tiap aspek. Pada pengolahan data ini digunakan rumus:
P = x 100%
Keterangan :
P = angka presentasi
F = frekuensi siswa yang memunculkan indikator
n = jumlah responden14
Adapun kriteria pengujian:
P = 80% - 100% = Sangat baik
P = 70% - 79% = Baik
P = 60% - 69% = Cukup
P = 50% - 59% = Kurang
P = 0% - 49% = Sangat Kurang
L. Tindak Lanjut/Pengembangan Perencanaan Tindakan
Setelah peneliti melakukan tindakan pada siklus I, maka ditindak lanjuti
dengan melakukan tahapan pada siklus II, adapun tahapan pada siklus II adalah
sebagai berikut:
14
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2008) h. 43
47
1. Perencanaan
a. Hasil refleksi dievaluasi, didiskusikan, dan mencari upaya
perbaikan untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya.
b. Mendata masalah dan kendala yang dihadapin saat pembelajaran
c. Merancang rencana pembelajaran setelah perbaikan berdasarkan
refleksi siklus I.
2. Pelaksanaan
a. Melaksanakan tindakan sesuai dengan perbaikan dari siklus I dan
memaksimalkan penerapan model pembelajaran PBL (Problem
Based Learning).
b. Melaksanakan langkah-langkah sesuai rencana pembelajaran yang
disusun sesuai dengan perbaikan.
1) Melakukan tes awal pada kelas sampel penelitian untuk
mengetahui kemampuan awal siswa.
2) Memberi perlakuan berupa model pembelajaran PBL (Problem
Based Learning) dengan metode pemecahan masalah.
3) Ketika proses peembelajaran berlangsung dilakukan observasi
mengenai kinerja guru dan siswa.
4) Melakukan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa
sesudah diterapkannya model pembelajaran PBL (Problem
Based Learning).
3. Pengamatan
a. Mengumpulkan data sesuai dengan instrumen yang telah
disusun
48
b. Melakukan diskusi dengan guru kimia untuk membahas tentang
kelemahan atau kekurangan proses pembelajaran yang telah
dilakukan.
4. Refleksi
Menganalisa, mengevaluasi, dan refleksi dari data penelitian
yang diperoleh. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui apakah dari
tindakan yang telah dilakukan menghasilkan perubahan kearah yang
lebih baik dari siklus I. Jika hasil yang diperoleh sudah mencapai
target yang diharapkan maka penelitian ini dicukupkan pada siklus ke
II ini.
M. Indikator Pencapaian
Adapun yang menjadi indikator keberhasilan penelitian ini adalah
meningkatnya rata-rata hasil belajar dengan menggunakan model
pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning) dalam
pembelajaran pada konsep kesetimbangan kimia berdasarkan ketuntasan
belajar, yaitu ≥ 65. Kriteria keberhasilan belajar yang diharapkan mencapai
persentase 75% dengan nilai KKM ≥ 65.
49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Temuan Penelitian
1. Siklus 1
a. Perencanaan
Tahap perencanaan pada siklus 1 dimulai dengan
mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di sekolah. Dari
penelitian pendahuluan didapatkan bahwa pada sekolah yang akan
diteliti mengalami permasalahan pada rendahnya hasil belajar kimia
siswa dan kurangnya keaktifan pada saat pembelajaran berlangsung.
Dari permasalahan tersebut, peneliti merancang desain pembelajaran
yang dapat meningkatkan keaktifan, kreativitas, kemandirian, dan
berpikir kritis, serta pembelajaran yang mementingkan proses agar
terbentuk suatu konsep.
Desain pembelajaran yang disiapkan meliputi rencana
pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran PBL (Problem
Based Learning) dengan memakai beberapa metode seperti;
eksperimen dan pemecahan masalah secara individu maupun
kelompok, LKS (Lembar Kerja Siswa), lembar observasi dan catatan
lapangan, wawancara, alat dan bahan untuk praktikum, instrumen tes
soal uraian untuk pretest dan postest serta membentuk kelompok
belajar siswa. Pembelajaran siklus I dilakukan dalam 3 kali
pertemuan. Pada pertemuan pertama, pembelajaran dilaksanakan
dilaboratorium, pada pertemuan kedua pembelajaran dilaksanakan
dikelas dan pertemuan ketiga pembelajaran dilaksanakan di
laboratorium. Indikator pembelajaran dari konsep kesetimbangan
kimia yang diterapkan pada siklus pertama ini diantaranya: (1)
Menjelaskan konsep kesetimbangan kimia (reversible dan
Irreversible). (2) Mendeskripsikan kesetimbangan kimia dinamis
50
(reversible) berdasarkan percobaan. (3) Membedakan kesetimbangan
homogen dan heterogen. (4) Menentukan tetapan kesetimbangan
dalam suatu reaksi. (5) Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
pergeseran kesetimbangan. (6) Mendeskripsikan faktor-faktor yang
mempengaruhi kesetimbangan berdasarkan percobaan. Kegiatan
eksperimen yang dilakukan adalah mendeskripsikan reaksi reversible
berdasarkan percobaan dan mendeskripsikan faktor-faktor yang
mempngaruhi pergeseran kesetimbangan.
b. Tindakan
Pada tahap ini, guru berusaha menerapkan kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL
(Problem Based Learning) yang telah disusun dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Langkah-langkah tindakan pada
siklus 1 dapat disajikan pada lampiran 34.
c. Pengamatan
1) Lembar Observasi Siswa
Dari hasil observasi yang dilaksanakan selama tindakan
pembelajaran kimia dengan menerapkan model pembelajaran PBL
(Problem Based Learning), diperoleh persentase jumlah siswa yang
memunculkan indikator PBL (Problem Based Learning) selama
proses pembelajaran sebagai berikut:
Tabel 4.1. Data Hasil Observasi Kegiatan Siswa pada Siklus I
No Langkah-langkah PBL Rata-rata Tiap
Langkah Kategori
1. Menyadari Masalah 71,82% Baik
2. Merumuskan Masalah 63,16% Cukup
3. Merumuskan Hipotesis 68,98% Cukup
4. Menyimpulkan data 73,61% Baik
51
5. Menguji Hipotesis 74,54% Cukup
6. Menentukan Pilihan
Penyelesaian
71,91% Baik
Rata-rata Keseluruhan 70,67% Baik
Tabel di atas menunjukkan persentase tiap langkah-langkah
PBL, pencapaian langkah PBL siswa yang berkategorikan cukup
yaitu pada langkah merumuskan masalah, dan merumuskan
hipotesis. Dengan persentasenya yaitu 63,16%, dan 68,98%.
Sedangkan pencapaian persentase pada langkah PBL yang
berkategorikan baik yaitu menyadari masalah, menyimpulkan data,
menguji hipotesis, dan menentukan pilihan penyelesaian dengan
persentase yaitu 71,82%, 73,16%, 74,54% dan 71,91%. Jadi,
beberapa siswa sudah memunculkan langkah-langkah PBL yang
menghasilkan kategori baik dengan rata-rata persentasenya
70,67%. Hal ini berarti siswa kelas XI.IPA1 SMA Muhamadiyah
02 Cipondoh telah sedikit mengalami peningkatan dari sebelum
tindakan, pada tingkat kemampuan berpikir kritis siswa selama
proses pembelajaran berlangsung. (Lampiran 38)
2) Lembar Observasi Guru
Kegiatan guru selama proses pembelajaran di amati dengan
menggunakan lembar observasi. Hasil observasi kegiatan guru pada
siklus I di muat pada lampiran 39.
Pada lampiran 39, menunjukkan kesesuaian cara mengajar
guru dalam menerapkan Rencana Proses Pembelajaran (RPP)
berkategori sangat baik. Terjadi penurunan persentase dari
pertemuan pertama ke pertemuan kedua. Akan tetapi terjadi
peningkatan persentase dari pertemuan 2 ke pertemuan ketiga.
Peningkatan ini terlihat dari diskusi ke praktikum. Pada tahap
pendahuluan baik dalam hal menggali ide awal siswa. Pada tahap
proses, guru berinteraksi dengan baik dan memfasilitasi siswa
52
dalam melakukan praktikum/eksperimen. Peran guru pada saat
pembelajaran tidak mendominasi kelas tetapi memberikan banyak
waktu untuk siswa terlibat langsung selama pembelajaran. Dalam
hal ini guru sudah menerapkan tahapan-tahapan model
pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dengan baik. Pada
bagian penutup, guru membantu siswa dalam menyimpulkan materi
yang di pelajarinya.
3) Catatan Lapangan
Pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung
dimuat dalam catatan lapangan. Hasil catatan lapangan pada siklus
I adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2. Hasil Catatan Lapangan pada Siklus I
Hal-hal yang teramati dalam pelaksanaan PBL (Problem Based Learning)
Indikator Uraian
Kegiatan siswa Siswa masih kurang memahami dalam menjelaskan
persepsi tentang suatu masalah yang harus berkaitan
dengan data-data yang dikumpulkan.
Kegiatan guru Guru berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan
praktikum dan diskusi dengan cara berkeliling kelas
dan memantau proses pembelajaran yang sedang
berlangsung dan menyajikan hasil karya.
Interaksi antar siswa Pada saat memecahkan masalah secara
berkelompok (diskusi) jumlah siswa yang
mengungkapkan pendapat dan mengkritisi jawaban
dari kelompok lain masih sangat sedikit
Interaksi siswa dengan
guru
Pada saat pemecahan masalah secara berkelompok
untuk menafsirkan grafik kesetimbangan kimia, di
sini banyak siswa yang menanyakan kepada guru
bagaimana mencari sumber data informasinya.
Jenis permasalahan
dan penugasan yang
akan dipecahkan oleh
siswa
Jenis permasalahan yang dikerjakan oleh siswa
adalah mencari solusi untuk memecahkan masalah
yang ada di pendahuluan LKS.
Sumber belajar yang Sumber belajar yang digunakan berupa LKS, buku
53
digunakan kimia kelas XI, dan buku-buku kimia yang lainnya.
Waktu Penggunaan waktu pada proses pembelajaran masih
kurang.
Berdasarkan hasil catatan lapangan, pada indikator kegiatan
siswa, interaksi antar siswa dan waktu pembelajaran didapatkan
hasil yang masih kurang efektif. Hal ini karena siswa merasa kaget
dengan model pembelajaran yang baru mereka kenal. Sedangkan
pada indikator kegiatan guru, interaksi siswa dengan guru dan jenis
penugasana di dapatkan hasil yang cukup baik dan sesuai dengan
apa yang di inginkan oleh model pembelajaran PBL. Uraian
lengkap hasil catatan lapangan pada lembar catatan lapangan siklus
I dapat dilihat pada lampiran 42.
4) Wawancara
Berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa dari
perwakilan kelompok yang berbeda pada siklus I, didapatkan hasil
wawancara yang dapat di lihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3. Hasil Wawancara pada Siklus I
No. Indikator Uraian Hasil Wawancara
1. Kesenangan siswa Siswa mulai merasa senang dengan model
pembelajaran PBL, karena model atau metode
ini tidak monoton (satu arah) melainkan dua
arah antar siswa dengan guru dan antar siswa
dengan siswa.
2. Motivasi siswa Pertama kalinya siswa mengikuti proses
pembelajaran PBL agak sedikit kesulitan dan
membingungkan, karena mereka belum
terbiasa dengan model pembelajaran seperti
ini sehingga motivasi siswa masih kurang.
3. Keaktifan siswa Beberapa siswa sudah mulai aktif dalam
mengikuti proses pembelajaran PBL
meskipun ada beberapa siswa yang masih
pasif.
4. Kekurangan dan Kekurangannya: terlalu banyak masalah, guru
54
kelebihan model
pembelajaran PBL
kurang menerangkan tentang materi,
memerlukan waktu yang lebih lama
Kelebihan: metode pembelajaran yang dapat
melatih kita untuk belajar mandiri dan
berpikir lebih mendalam lagi, dan lebih
mendapatkan pengetahuan yang lebih luas.
5. Kemandirian siswa Siswa belum merasa mandiri dalam
mengerjakan solusi permasalahan karena
mereka hanya mengandalkan teman
kelompok satu sama lain.
Berdasarkan hasil wawancara pada siklus I, dari beberapa
indikator sudah menunjukkan peningkatan siswa dari sebelum
dilakukannya tindakan sampai sesudah dilakukannya tindakan.
Pada intinya siswa kelas XI IPA 1 SMA Muhamadiyah 02
Cipondoh telah merasa senang dengan adanya model pembelajaran
baru di sekolah tersebut meskipun terkadang mereka kesulitan
untuk menyesuaikannya. Uraian lengkap wawancara dari hal yang
ditanyakan sampai hasil wawancara siswa pada siklus I dapat di
lihat pada lampiran 47.
d. Hasil Belajar
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dari aspek
kognitif siswa pada siklus I dilakukan tes hasil belajar siswa. Adapun
hasil dari tes hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4. Hasil Tes Hasil Belajar Siswa pada Siklus I
Pretest Postest N-gain
Rata-rata 23,67 67,33 0,61
SD 5,64 11,63
Pada siklus pertama, sebelum dilakukannya tindakan
mendapatkan rata-rata skor pretes 24. Tetapi setelah mengalami
tindakan rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 67,33. Untuk
mengetahui tingkat efektifitas dilakukannya tindakan pada penelitian
tindakan kelas pada siklus I maka data skor siswa dianalisis dengan N-
55
gain terhadap skor rata-rata pretest dan postest hasil belajar siswa.
Dari selisih skor pretest dan postest didapatkan nilai N-gain sebesar
0,61 yang berkategorikan sedang (nilai 0,7 > g > 0,3). Namun hasil tes
akhir (postest) siklus I hanya mencapai keberhasilan sebanyak 63,89%
siswa yang mencapai nilai KKM (65) dan belum memenuhi indikator
keberhasilannya yaitu 75% siswa yang harus memenuhi nilai KKM
(Lampiran 32-33). Sedangkan nilai daya serap siswa pada siklus I dari
setiap siswa dapat di lihat pada lampiran 28-29.
e. Refleksi
Pada siklus I, terdiri dari tiga pertemuan yang dilakukan
secara keseluruhan siswa telah berperan aktif selama proses
pembelajaran. Akan tetapi ada sedikit siswa yang kelihatan pasif
khususnya dalam proses penyelesaian masalah dengan menggunakan
metode praktikum.
Pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran PBL
(Problem Based Learning) pada konsep kesetimbangan kimia ini
masih terdapat kekurangannya. Sehingga perlu dilakukannya
perbaikan. Adapun kekurangan dan perbaikan yang terdapat pada
siklus I ini dapat di uraikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.5. Kekurangan dan Tindakan Perbaikan Siklus I
No Tindakan Kekurangan Perbaikan
1. Orientasi siswa pada
masalah
- Terkadang terlihat ada beberapa
anak yang tidak serius dalam
pembelajaran (bercanda dan
memainkan handphone) ketika
proses pembelajaran
berlangsung, sehingga siswa
tidak fokus dalam menentukan
atau menangkap masalah yang
ada.
- Siswa belum terbiasa belajar
mandiri dengan belajar yang
berbasiskan masalah
- Siswa kurang menangkap
adanya suatu masalah
- Guru harus lebih aktif
memantau siswa agar tidak
ada kesempatan siswa untuk
beraktivitas lain selain proses
belajar.
- Mengarahkan dan
membimbing siswa untuk
bisa belajar dengan masalah
secara bertahap
- Guru harus lebih kreatif dan
56
secara perlahan bagaimana
siswa dapat menangkap
masalah dari pertanyaan
yang diajukan oleh guru.
2. Mengorganisasi
siswa untuk belajar
- Siswa kurang memahami dalam
menjelaskan persepsi tentang
masalah yang berkaitan dengan
data-data yang harus
dikumpulkan
- Masih sangat sedikit siswa yang
berani mengungkapkan
pendapatnya untuk menentukan
kemungkinan-kemungkinan
penyelesaian masalah
- Rendahnya tingkat berpikir
kritis siswa
- Guru harus lebih
membimbing siswa pada
kesadaran adanya masalah
yang dirasakan oleh siswa
yang terkait dengan materi
yang dipelajarinya
- Memotivasi siswa agar
terbentuk sikap percaya diri
dalam mengungkapkan
pendapat
- Selalu memotivasi siswa
untuk berpikir dengan
berbagai pertanyaan
3. Membimbing
penyelidikan
individual maupun
kelompok
- Siswa merasa kesulitan dalam
menggunakan alat dan
memahami prosedur kerja
praktikum seperti bagaimana
memegang erlenmayer pada
saat mengocok larutan dan
pemakaian kaki tiga kompor
spirtus.
- Siswa merasa bosan dengan
proses pemecahan masalah
secara berkelompok
- Siswa merasa tertekan dengan
belajar yang berbasiskan
masalah terus menerus.
- Membimbing siswa yang
mengalami kesulitan dalam
menggunakan alat dan
memahami prosedur kerja
praktikum yang ada di LKS.
- Diadakannya proses
pemecahan masalah secara
individu agar siswa tidak
jenuh
- Dalam langkah-langkah PBL
diselipkannya suatu
permainan yaitu dengan
memberi reward atau hadiah
pada siswa yang berani
mengemukakan hasil karya
pemecahan masalah dengan
baik dan benar
4. Mengembengkan dan
menyajikan hasil
karya
- Kurangnya tingkat kreativitas
siswa dalam menemukan ide atau
kemampuan merancang sesuatu
yang baru dan unik
- Guru harus Lebih menggali
lagi pengetahuan siswa
dengan berbagai sumber
informasi agar siswa lebih
kreatif dan inovatif.
5. Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
- Guru kurang menerangkan atau
menjelaskan tentang materi
- Guru harus lebih berinteraksi
lagi dengan siswa dan
menjelaskan semua materi
57
- Kurangnya waktu yang tersedia
dalam menerapkan model
pembelajaran PBL
- Siswa kurang teliti dalam
memperhitungkan akibat yang
terjadi pada setiap pilihan
penyelesaian masalah yang
dipilihnya
yang belum jelas bagi siswa
- Guru harus berusaha mampu
mengatur waktu yang tersedia
sehingga efektif selama
proses pembelajaran
- Guru harus lebih melatih
siswa untuk teliti dalam
menyelesaikan masalah
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dalam tiap tahapan
PBL masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Hal ini
menunjukkan kegiatan siswa pada siklus I ini kurang optimal dalam
melaksanakan tahapan-tahapan PBL, mulai dari tahapan orientasi
siswa pada masalah sampai tahapan menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah. Proses perbaikan akan dilaksanakan pada
siklus II guna mengoptimalkan kegiatan siswa pada setiap tahapan
PBL (Problem Based Learning).
f. Keputusan
Pada pelaksanaan siklus I berdasarkan tes hasil belajar siswa
yang telah dilaksanakan selama proses pembelajaran siklus I, bahwa
hasil belajar siswa pada konsep kesetimbangan kimia belum
memenuhi indikator yang peneliti harapkan. Indikator yang
ditetapkan oleh peneliti yaitu sebesar 75% siswa memliki nilai di atas
KKM sekolah tetapi pada siklus I ini hanya mencapai 63,89%. Dalam
hal ini perlu dilakukan tindak lanjut proses pembelajaran untuk
perbaikkan tindakan dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu peneliti
memutuskan untuk melanjutkan penelitian tindakan kelas ini ke siklus
II.
58
2. Siklus II
a. Perencanaan
Perencanaan yang akan dilaksanakan pada siklus II berdasarkan
refleksi dari siklus I yang akan merubah desain pembelajaran untuk
lebih baik lagi. Perencanaa pada siklus II ini dimulai dengan
menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar
observasi, catatan lapangan, pedoman wawancara, dan tes.
Pembelajaran pada siklus II dilakukan dalam dua kali pertemuan,
setiap pertemuan berlangsung selama 2 x 45 menit. Indikator-
indikator pembelajaran dari konsep kesetimbangan kimia yang
ditetapkan pada siklus II diantaranya: (1) Menafsirkan data percobaan
mengenai kosentrasi pereaksi dan hasil reaksi pada keadaan setimbang
untuk menentukan derajat disosiasi dan tetapan kesetimbangan. (2)
Menghitung harga Kc berdasarkan kosentrasi zat dalam
kesetimbangan. (3) Menghitung harga Kp berdasarkan tekanan parsial
gas pereaksi dan hasil reaksi pada keadaan kesetimbangan. (4)
Menghitung harga Kc berdasarkan harga Kp atau sebaliknya. (5)
Menganalisis penerapan prinsip kesetimbangan dalam industri. (6)
Menerapkan prinsip reaksi kesetimbangan dalam tubuh manusia.
Target yang ingin dicapai pada siklus II adalah agar terjadi
peningkatan terhadap hasil belajar pada konsep kesetimbangan kimia
dengan menggunakan model pembelajaran PBL (Problem Based
Learning). Apabila pada siklus II sudah mencapai indikator
keberhasilan yaitu sebesar 75%, maka penelitian ini akan dihentikan.
b. Tindakan
Pada tahap ini, guru berusaha menerapkan kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL
(Problem Based Learning) yang diselipkan dengan memakai media
kartu soal. Penyusunan tindakan kegiatan dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) siklus II dapat dilihat pada lampiran 35.
59
c. Pengamatan
1) Lembar Observasi Siswa
Kegiatan siswa selama proses pembelajaran diamati
dengan menggunakan lembar observasi. Hasil observasi kegiatan
siswa di uraikan pada tabel 4.3.
Tabel 4.6. Data Hasil Observasi Kegitan Siswa pada Siklus II
No Langkah-langkah PBL Rata-rata Tiap
Langkah Kategori
1. Menyadari Masalah 94,44% Sangat Baik
2. Merumuskan Masalah 71,65% Baik
3. Merumuskan Hipotesis 79,86% Baik
4. Menyimpulkan data 77,08% Baik
5. Menguji Hipotesis 87,50% Sangat Baik
6. Menentukan Pilihan
Penyelesaian
77,31% Baik
Rata-rata Keseluruhan 81,31% Sangat Baik
Tabel 4.6. menunjukkan hasil observasi kegiatan siswa
ketika pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
PBL (Problem Based Learning). Persentase tiap langkah
menghasilkan rata-rata keseluruhan persentase sebesar 81,31%
dengan kategori sangat baik. Langkah pertama yaitu menyadari
masalah dan menguji hipotesis didapatkan rata-rata persentasenya
94,44% dan 87,50% yang berkategorikan sangat baik. Sedangkan
langkah-langkah lainnya berkategorikan baik. (Lampiran 38).
2) Lembar Observasi Guru
Kegiatan guru selama proses pembelajaran diamati dengan
menggunakan lembar observasi. Hasil observasi kegiatan guru di
uraikan pada lampiran 39.
60
Lampiran 39 menunjukkan kesesuaian cara mengajar guru
dalam menerapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
berkategori sangat baik. Terjadi peningkatan presentase dari
pertemuan keempat ke pertemuan kelima. Peningkatan ini terlihat
pada menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Pada tahap orientasi masalah baik dalam memotivasi siswa dalam
mendefinisikan masalah yang ada. Pada tahap proses, yaitu dalam
membimbing penyelidikan individual maupun kelompok terlihat
baik. Peran guru pada saat pembelajaran tidak mendominasi kelas
tetapi memberikan banyak waktu untuk siswa terlibat langsung
selama pembelajaran. Sehingga siswa bisa aktif, kreatif dan dapat
berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah yang ada dalam
pembelajaran.
3) Catatan Lapangan
Pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dapat
diuraikan dalam catatan lapangan. Hasil catatan lapangan pada
siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7. Hasil Catatan Lapangan pada Siklus I
Hal-hal yang teramati dalam pelaksanaan PBL (Problem Based Learning)
Indikator Uraian
Kegiatan siswa Peningkatan berpikir kritis siswa pada setiap
individu dalam mengikuti proses pembelajaran
terlihat baik, sebagian siswa sudah mulai sering
bertanya jika mengalami kesulitan dan tidak ragu
lagi untuk mengemukakan hasil pemecahan
masalahnya.
Kegiatan guru Guru telah berusaha membimbing, mengarahkan,
memberi motivasi dan melatih siswa untuk selalu
berfikir kritis dalam menghadapi masalah dan
berani mengkritisi hasil karya orang lain.
Interaksi antar siswa Pada saat proses pemecahan secara individu,
banyak siswa yang menanyakannya kepada siswa
lain karena masih ada soal yang belum dimengerti
dan berani mengoreksi hasil pekerjaan pemecahan
61
soal temannya.
Interaksi siswa dengan
guru
Siswa berinteraksi dengan guru selama
pembelajaran berlangsung, dan banyak siswa yang
menanyakan maksud dari lembar informasi.
Jenis permasalahan
dan penugasan yang
akan dipecahkan oleh
siswa
Jenis permasalahan yang dikerjakan oleh siswa
berupa kartu soal untuk pemecahan masalah secara
individu, dan lembar informasi untuk pemecahan
masalah secara berkelompok.
Sumber belajar yang
digunakan
Sumber belajar yang digunakan dari buku paket
kimia kelas XI, LKS dari sekolah dan internet.
Waktu Penggunaan waktu pada proses pembelajaran sudah
mulai efektif pada saat proses pemecahan secara
individu
Berdasarkan tabel hasil catatan lapangan, ada peningkatan
tindakan siswa kelas XI IPA 1 SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh
dalam menerima dan melaksanakan model pembelajaran PBL
(Problem Based Learning). Uraian lengkap hasil catatan lapangan
siklus II dapat dilihat pada lembar catatan lapangan lampiran 43.
4) Wawancara
Hasil wawancara dengan guru dan siswa pada akhir siklus II
ini menunjukkan perubahan yang positif, hasil wawancara pada
siklus II ini diantaranya sebagai berikut:
Tabel 4.8. Hasil Wawancara pada Siklus II
No. Indikator Uraian Hasil Wawancara
1. Kesenangan siswa Setelah tahu manfaat dan selalu berlatih untuk
belajar dengan masalah melalui model
pembelajaran PBL terasa menyenangkan,
karena model atau metode ini menuntut kita
untuk memahami suatu konsep dari
permasalahan sehingga kita mempunyai
pengetahuan yang luas dari pembelajaran
kimia meskipun pertamanya kita merasa
kesulitan.
2. Motivasi siswa Dengan di terapkannya model pembelajaran
62
disekolah ini, maka belajar kita lebih
bersemangat dan lebih aktif sehingga hasil
belajar kita juga meningkat karena kita
termotivasi dari model tersebut.
3. Keaktifan siswa Keaktifan siswa makin meningkat, pada
siklus II siswa benar-benar melalakukan
pembelajaran secara langsung.
4. Kekurangan dan
kelebihan model
pembelajaran PBL
Kekurangannya: terlalu banyak masalah, guru
kurang menerangkan tentang materi,
memerlukan waktu yang lebih lama
Kelebihan: metode pembelajaran yang benar-
benar melatih kita untuk mandiri terutama
pada saat proses pemecahan secara individu.
5. Kemandirian siswa Siswa terlihat bertanggung jawab pada saat
proses pemecahan masalah secara individu
sehingga mereka bisa memecahkan masalah
dengan mandiri.
Berdasarkan tabel hasil wawancara, ada peningkatan
tindakan siswa kelas XI IPA 1 SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh
dari setiap indikator wawancara pada siklus I ke siklus II, hal ini
terlihat pada uraian hasil wawancara yang telah dikemukakan pada
tabel 4.8. Uraian lengkap hasil wawancara dengan siswa kelas XI
IPA 1 SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh pada siklus II dapat dilihat
pada lampiran 48.
d. Hasil Belajar
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada
siklus II dilakukan tes hasil belajar siswa. Adapun hasil tes hasil
belajar siswa adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9. Hasil Tes Hasil Belajar Siswa pada
Siklus II
Pretes Postes N-gain
Rata-rata 32,39 77,56 0,71
SD 6,60 12,44
63
Pada siklus II, sebelum dilakukan pembelajaran mendapatkan
rata-rata skor pretest 32,39. Akan tetapi setelah dilakukannya
pembelajaran rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 77,56.
Untuk mengetahui tingkat efektifitas dilakukannya tindakan pada
penelitian tindakan kelas pada siklus kedua maka data skor siswa
dianalisis dengan N-gain terhadap skor rata-rata pretes dan postes
kemampuan siswa. Dari selisih skor pretes dan postes didapatkan
nilai N-gain sebesar 0,71. Berdasarkan kategorisasi perolehan skor
N-gain, skor N-gain 0,71 berkategori sedang (nilai 0,7 > g > 0,3).
(Lampiran 33). Tes hasil akhir (postes) siklus kedua telah mencapai
keberhasilan sebesar 86,11% siswa yang mencapai nilai KKM (65)
dan sudah memenuhi indikator keberhasilan yaitu 75%. (Lampiran
27). Sedangkan nilai daya serap siswa pada siklus II dapat di lihat
pada lampiran 30-31.
e. Refleksi
Berdasarkan proses pembelajaran pada siklus II ini, tampak
siswa mampu belajar mandiri, lebih kondusif, dan turut aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Siswa yang sulit mengembangkan
kemampuan berfikirnya dalam proses pemecahan masalah mulai
dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik.
Pada siklus II, yang terdiri dari 2 pertemuan pembelajaran
kimia terutama materi kesetimbangan kimia di kelas XI IPA.1 sudah
bisa dikatakan efektif, hal tersebut dapat terlihat dari siswa yang
sudah mulai terbiasa belajar secara berkelompok maupun individu
dengan menerapkan model pembelajaran PBL (Problem Based
Learning). Walaupun banyak sekali peningkatan dalam proses
pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL (Problem
Based Learning) dari siklus I ke siklus II, akan tetapi masih ada
sedikit kekurangan yang ada pada tahapan-tahapan PBL (Problem
64
Based Learning). Uraian kekurangan dan perbaikan dari tahapan-
tahapan PBL pada siklus II ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10. Kekurangan dan Tindakan Perbaikan Siklus II
No Tindakan Kekurangan Perbaikan
1. Orientasi siswa pada
masalah
- Tidak ada - Tidak ada
2. Mengorganisasi siswa
untuk belajar
- Tidak ada - Tidak ada
3. Membimbing
penyelidikan individual
maupun kelompok
- Siswa masih kurang
mampu dalam
mengungkapkan
pertukaran ide gagasan
secara bebas dan
penerimaan sepenuhnya
gagasan-gagasan
tersebut.
- Siswa masih merasa
kerepotan dalam
menjalani langkah-
langkah PBL yang
selalu menekankan
tingkat berfikir mereka.
- Guru harus lebih keras lagi
untuk mendorong dan melatih
siswa dalam mengungkapkan
pertukaran ide gagasan secara
bebas dan sepenuhnya gagasan-
gagasan tersebut tanpa
mengganggu aktivitas siswa.
- Guru harus lebih sabar dan
secara pelan-pelan
menanamkan kreatifitas dan
berpikir kritis siswa agar siswa
tidak merasa kerepotan
menjalankan langkah-langkah
PBL dan siswa bisa untuk
belajar mandiri
4. Mengembengkan dan
menyajikan hasil karya
- Masih Kurangnya tingkat
kreativitas siswa dalam
menemukan ide atau
kemampuan merancang
sesuatu yang baru dan
unik, karena masih dalam
kategori cukup
- Guru harus Lebih menggali lagi
pengetahuan siswa dan
membantu siswa mencari
berbagai sumber informasi agar
siswa lebih kreatif dan inovatif.
5. Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
- Tidak ada - Tidak ada
Dari tabel di atas, terlihat bahwa peran guru terhadap
pembelajaran siklus II benar-benar tidak mendominasi kelas tetapi
memberikan banyak waktu untuk siswa terlibat langsung selama
pembelajaran, sehingga siswa bisa aktif, kreatif, berpikir kritis dalam
menyelesaikan masalah dan pembentukan konsep yang baik pada
penyelesaian masalahnya.
Siswa tampak lebih bersemangat dengan kegiatan
pembelajaran, karena termotivasi dengan masalah kehidupan sehari-
65
hari pada materi aplikasi kesetimbangan kimia dalam kehidupan
sehari-hari dan industri. Siswa juga sudah mulai serius dan fokus
dalam menganalisis masalah mungkin karena guru sudah lebih tegas
dalam membimbing proses penyelasaian masalah siswa. Pada saat
proses pemecahan masalah secara individu, banyak siswa yang mulai
berani menanyakan masalah yang belum jelas baginya kepada guru.
Ketika kegiatan diskusi berlangsung, terlihat sudah banyak siswa
aktif mengikuti proses pembelajaran. Siswa sangat aktif mencari
informasi dari beberapa sumber buku kimia dan LKS yang ada di
sekolah.
f. Keputusan
Berdasarkan hasil refleksi siklus II diperoleh nilai rata-rata
untuk tes hasil belajar siswa adalah 77,56%, nilai tersebut lebih baik
dari siklus I. Hal tersebut dapat diketahui bahwa siswa yang
mendapatkan nilai lebih dari KKM (65) sebesar 31 siswa dengan
presentase sebesar 86,11%.
Dari hasil belajar dan aktifitas belajar siswa, serta
tanggapan siswa yang positif tentang model pembelajaran PBL
(Problem Based Learning) sudah meningkat. Hal ini terlihat pada
hasil belajar konsep kesetimbangan kimia sudah mencapai indikator
keberhasilan (75%) yaitu sebesar 86,11%. Oleh karena itu dapat di
ambil keputusan bahwa siklus dapat dihentikan (tidak lanjut ke siklus
selanjutnya) karena hasil belajar siklus II sudah mencapai indikator
keberhasilan hasil belajar siswa.
B. Pembahasan
Setelah dilakukannya penelitian tindakan kelas yaitu dengan
menerapkan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) pada
konsep kesetimbangan kimia, hasil belajar kimia siswa mengalami
peningkatan khusunya konsep kesetimbangan kimia. Pada siklus I, terjadi
66
peningkatan nilai rata-rata dari pretes yaitu sebesar 23,67 menjadi 67,33 nilai
rata-rata dari postes. Hal ini mungkin disebabkan siswa masih belum
mengerti bagaimana langkah-langkah pembelajaran PBL yang baru mereka
dapatkan, selama proses pembelajaran guru bidang studinya belum pernah
menerapkan model pembelajaran seperti ini. Sehingga siswa merasa
kebingungan dan sulit untuk beradaptasi dengan proses pembelajaran baru.
Pada hasil belajar berupa kognitif pada siklus I, Jumlah siswa yang mencapai
nilai KKM yaitu 65 sebanyak 23 siswa, sedangkan jumlah siswa yang tidak
mencapai nilai KKM sebanyak 13 orang. Ada kemungkinan siswa yang
belum mencapai nilai KKM ini disebabkan belum bisa menangkap atau
menerima dengan baik model atau metode pembelajaran yang diterapkan oleh
guru. Skor N-gain yang didapatkan pada siklus I sebesar 0,61 dengan kategori
sedang. Pada siklus II, nilai rata-rata pretes 32,39% dan 77,56% dari nilai
rata-rata postes. Siswa yang mencapai nilai KKM (65) pada siklus II ada 31
siswa, sedangkan yang belum mencapai KKM ada 5 siswa. Skor N-gain dari
siklus I ke siklus II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar
dengan skor N-gain pada siklus I sebesar 0,61 menjadi 0,71 pada siklus II.
Pencapaian hasil belajar siswa dipengaruhi oleh model pembelajaran
yang diterapkan selama proses pembelajaran menggunakan model
pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dengan metode praktikum dan
pemecahan masalah baik secara individu maupun kelompok. Proses
pembelajaran ini dapat berinteraksi dengan siswa lainnya, guru dan dan
sumber belajar. Sumber belajar yang digunakan pada pembelajaran berupa
LKS dan buku paket kimia kelas XI dan buku-buku kimia yang lain yang
berkaitan dengan konsep kesetimbangan kimia.
Kegiatan siswa pada siklus I telah menunjukkan rata-rata
keterlaksanaannya langkah-langkah model PBL dengan kategori baik sebesar
70,67%. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian tindakan dengan
menerapkan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning)
memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung selama proses
pembelajaran. Akan tetapi, siswa masih kurang memunculkan langkah
67
merumuskan masalah dan merumuskan hipotesis. Pengungkapan pertanyaan
siswa pada suatu masalah masih bersifat konsep dasar dan bukan merupakan
pengembangan konsep. Siswa belum terlatih dalam kemandirian belajar atau
selalu mengandalkan guru untuk mengungkapkan suatu konsep dari suatu
permasalahan.
Kegiatan guru telah konsisten dalam menerapkan RPP selama
pembelajaran. Dari data pengamatan, sebagian besar siswa telah berperan
aktif selama proses belajar mengajar berlangsung, terutama pada saat
kegiatan praktikum. Setiap kelompok selalu memperhatikan prosedur-
prosedur yang ada di LKS. Hasil dari siklus I menunjukkan jumlah siswa
yang mencapai nilai KKM (65) belum memenuhi indikator keberhasilan yaitu
75% hanya mencapai 63,89%, sehingga penelitian ini akan dilanjutkan ke
siklus II.
Setelah dilanjutkan ke siklus II yaitu dengan berbagai tindakan
perbaikan yang dilaksanakan pada siklus II ternyata hasil belajarnya
mengalami peningkatan. Nilai rata-rata pretes 32,39% dan 77,56% dari nilai
rata-rata postes. Siswa yang mencapai nilai KKM (65) pada siklus II ada 31
siswa, sedangkan yang belum mencapai KKM ada 5 siswa. Skor N-gain dari
siklus I ke siklus II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar
dengan skor N-gain pada siklus I sebesar 0,61 menjadi 0,71 pada siklus II.
Hal ini membuktikan bahwa siswa mampu mengembangkan proses berfikir
kritis mereka sehingga mereka bisa berkreasi dan dapat memecahkan masalah
secara sistematis, dan logis.
Peningkatan pada siklus II ditunjukan pula dengan data observasi
siswa yang menunjukan telah keterlaksanakannya langlah-langkah PBL
diantaranya yaitu menyadari masalah, merumuskan masalah, merumuskan
hipotesis, menyimpulkan data, menguji hipotesis, dan menentukan pilihan
penyelesaian. sehingga dihasilkan rata-rata siswa yang memunculkan semua
langkah-langkah PBL dari siklus I dan siklus II yaitu dari kategori baik
(70,67%) menjadi sangat baik (81,31%). Pada siklus II, jumlah siswa yang
memiliki nilai diatas nilai KKM (65) adalah 86,11%. Persentase tersebut telah
68
memadai nilai indikator keberhasilan yaitu 75%, sehingga pemberian
tindakan pada proses pembelajaran siklus II bisa dihentikan.
Penerapan model pembelajaran PBL (Problem based Learning) yang
berkelanjutan dalam dua siklus telah menunjukkan peningkatan pada setiap
aspek langkah-langkah PBL. Bila dianalisis setiap aspeknya, maka tiap-tiap
aspek telah menunjukan peningkatan dari siklus pertama ke siklus kedua, dan
pada siklus kedua semua aspek telah menunjukan kategorikan baik. Hal ini
berarti siswa telah mengalami perubahan dalam belajar dan memahami suatu
konsep dengan baik pula.
Selain itu, berdasarkan dari hasil wawancara siswa telah memberikan
tanggapan-tanggapan yang positif terhadap pembelajaran yang diterapkan
karena siswa diberikan pembelajaran secara langsung dan aktif serta diberi
kesempatan untuk mengungkapkan gagasan-gagasan baru dalam menyajikan
hasil karya penyelesaian masalah selama proses belajar mengajar yang
berlangsung di kelas. Sehingga pembelajaran pun terasa menyenangkan dan
tidak membosankan. Siswa juga tidak merasa penasaran dengan apa yang
mereka lihat, mereka dengar, dan mereka pelajari tentang konsep kimia,
terutama tentang konsep yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Siswa
merasa lebih menyukai model pembelajaran ini dan lebih mudah memahami
konsep kesetimbangan kimia dengan pemakaian penyelesaian masalah
menggunakan praktikum atau eksperimen. Hal ini terjadi karena dengan
bereksperimen maka siswa dapat membuktikan dan menjawab suatu
permasalahan yang ada pada konsep kesetimbangan kimia.
Hal penting yang harus diketahui dalam proses pembelajaran
berdasarkan masalah adalah bahwa guru perlu memiliki seperangkat aturan
yang jelas agar supaya pembelajaran dapat berlangsung tertib tanpa
gangguan, dapat mengenai perilaku siswa yang menyimpang secara tepat dan
tepat, juga perlu memiliki panduan mengenai bagaimana mengelola kerja
kelompok.
Dari penjelasan-penjelasan di atas, menunjukkan bahwa penerapan
model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) memberikan
69
kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung, aktif, mandiri, kreatif dan
berpikir kritis selama pembelajaran serta pembentukan suatu konsep yang real
dan sistematis. Sehingga pembelajaran mencapai tujuan pembelajaran yang
ditetapkan dan meningkatkan hasil belajar siswa yaitu berpikir kritis ilmiah
dalam menemukan suatu konsep pada kesetimbangan kimia. Oleh karena itu,
melalui model pembelajaran berdasarkan masalah atau PBL (Problem Based
Learning) dapat meningkatkan hasil belajar pada konsep kesetimbangan
kimia.
C. Keterbatasan dalam Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mengalami keterbatasan seperti :
1. Keterbatasan peneliti dan mitra penelitian dalam melakukan observasi
pembelajaran secara lebih terperinci.
2. Pengelolan waktu, karena kegiatan praktikum biasanya menghabiskan
waktu yang sangat lama.
3. Keterbatasan sarana dan prasarana sekolah yang mendukung
keterlaksanaannya kegiatan penelitian ini yang menerapkan model
pembelajaran PBL (Problem Based Learning)
4. Keterbatasan peneliti dalam penulisan skripsi yang tidak melaporkan
semua hasil penelitian secara detail.
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penerapan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning)
dengan melalui 5 tahapan yaitu; a) Mengorientasi siswa kepada masalah,
b) Mengorganisasi siswa untuk belajar, c) Penyelidikan baik secara
kelompok maupun individu, d) Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya, e) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Dimana pada tahapan ketiga yaitu penyelidikan secara individu, dapat
melatih siswa untuk mandiri dan bertanggung jawab pada suatu masalah
dengan peranan guru yang selalu membimbing dan mengarahkan proses
penyelidikan dengan baik. Hal ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada konsep kesetimbangan kimia.
Peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model
pembelajaran PBL (Problem Based Learning) pada konsep kesetimbangan
kimia pada siklus II meningkat di bandingkan siklus I, dimana siklus I
nilai rata-rata hasil postest adalah 67,33 dengan ketuntasan belajar siswa
hanya mencapai 63,89%. Pada siklus II rata-rata hasil postest meningkat
hingga 77,56 dengan ketuntasan belajar siswa mencapai 86,11%. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran PBL
(Problem Based Learning) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
konsep kesetimbangan kimia.
B. Saran
Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, maka dapat
dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Guru kimia khususnya pada sekolah ini, disarankan dapat menerapkan
model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) karena model
pembelajaran ini mampu meningkatkan hasil belajar siswa khususnya
pada konsep kesetimbangan kimia.
71
2. Penerapan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dapat
diterapkan dengan kondisi lingkungan sekolah dan pembelajaran dapat
membahas masalah-masalah aktual yang terjadi di lingkungan sekitar
yang terkait dengan pembelajaran kimia
3. Pihak sekolah hendaknya memberikan dukungan pada pengembangan
model pembelajaran berdasarkan masalah atau PBL (Problem Based
Learning) dengan menyediakan peralatan laboratorium yang lengkap
sehingga membantu siswa dalam belajar kimia terutama materi yang
mengharuskan siswa untuk praktikum.
72
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Nurhayati. (2004). Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
(Problem Based Instruction) dalam Pembelajaran Matematika di SMU.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.
Amir, M. Taufik. (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based learning,
Jakarta: Kencana.
Arikunto, Suharsimi, dkk. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Barell, John. (2007). Problem Based Learning An Inquiry Approach. California:
Corwin press.
Dahar, Ratna Wilis. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Dimyati dan Mudjiono, (2006). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
E. Myers, Brien Assistant Professor dan James E. Dyer, Associate Professor,
Effects Of Investigative Laboratory Instruction On Content Knowladge
and Science Procces Skill Achievment Across Learning Styles,2006
Feronika, Tonih, dkk. (2008). Strategi Pembelajaran Kimia, Jakarta: FITK UIN.
Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja grafindo persada.
David E. Meltzer, Normalized Learning Gain : A Key Measure Of Student
Learning, Department of Physics and Astronomy, Iowa State University,
Ames, Iowa 50011
Muhson, Ali. (2009). Peningkatan Minat Belajar dan Pemahaman Mahasiswa
Melalui Penerapan Problem Based Learning. Jurnal Kependidikan.
Mulyasa, E. (2009). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Munadi, Yudhi. (2008). Media Pembelajaran. Jakarta: Gunung Persada Press,
2008.
73
Nurkancana, Wayan. (1986). Evaluasi pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Purwanto, M. Ngalim. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Remaja Rosda
Karya.
Putu Arnyana, Ida Bagus. (2006). Pengaruh Penerapan Model Belajar
Berdasarkan Masalah dan Model Pengajaran Langsung Dipandu
Strategi Kooperatif terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA. Jurnal
Pendidikan dan Pengajaran.
Putu Arnyana, Ida Bagus. (2007). Penerapan Model PBL pada Pelajaran Biologi
untuk Meningkatkan Kompetensi dan Kemampuan Berpikir kritis Siswa
kelas X SMA N 1 Singaraja. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran.
Sadia, I Wayan. (2007). Pengembangan Kemampuan Berpikir Formal Siswa SMA
Melalui Penerapan Model Pembelajaran PBL ddan CL dalam
Pembelajaran Fisika. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran.
Sanjaya, Wina. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi standar proses
Pendidikan, Jakarta: Kencana.
Sofyan, Ahmad, dkk. (2006). Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi,
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press.
Suadarna, Nyoman. (2006). Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
dengan Pendekatan Kooperatif Berbantuan Modul untuk Meningkatkan
kualitas proses dan Hasil Belajar Mahasiswa. Jurnal Pendidikan dan
Pengajaran IKIP Singaraja.
Sudijono, Anas. (2008). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. (2008). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja rosdakarya.
Syah, Muhibbin. (2002). Psikologi Pendidikan dengan Pendidikan Baru.
Bandung; PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyanto. (2010). Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka
bekerja sama dengan FKIP UNS
Tika, I Ketut. (2008). Penerapan Problem Based Learning Berorientasi Penilaian
Kinerja dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Kompetensi
Kerja Ilmiah Siswa. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA.
74
Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-progresif. Jakarta:
Kencana.
Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstuktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Wadji, Faried. Pengaruh Pemberian Bahan belajar Terhadap Hasil Belajar Pada
Mata Kuliah Rangkaian Dasar Listrik (Suatu studi di Jurusan Teknik
Elektro UNJ, Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Depdiknas.
Jurnal Teknokdik No 15/VII/TEKNODIK/Desember/2004,
http://www.pustekom.go.id.
75
SILABUS
Nama Sekolah : SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/ Ganjil
Standar Kompetensi : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari dan industri.
Alokasi waktu : 20 Jam (4 jam untuk UH)
Kompetensi Dasar Materi
Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian
Alokasi
waktu
Sumber
Belajar
3.3.Menjelaskan
kesetimbangan
dan faktor-
faktor yang
mempengaruhi
pergeseran arah
kesetimbangan
dengan
melakukan
percobaan
Kesetimbangan
dinamis
Menjelaskan tentang
kesetimbangan dinamis,
kesetimbangan homogen dan
heterogen serta tetapan
kesetimbangan melalui
eksperimen dan pemecahan
masalah berkelompok
Merancang dan melakukan
eksperimen tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi
arah pergeseran
kesetimbangan dalam kerja
kelompok di laboratorium.
Menyimpulkan faktor-faktor
yang mempengaruhi arah
pergeseran kesetimbangan
Menjelaskan kesetimbangan
dinamis
Menjelaskan kesetimbangan
homogen dan heterogen
Meramalkan arah pergeseran
kesetimbangan dengan
menggunakan azas Le Chatlier
Menganalisis pengaruh perubahan
suhu, kosentrasi, tekanan, dan
volum pada pergeseran
kesetimbangan melalui percobaan
Jenis tagihan:
Tugas
kelompok
Ulangan
Bentuk
Instrumen:
Performanc
e (kinerja
dan sikap),
laporan
tertulis, tes
tertulis
6 jam Sumber:
Buku
kimia
Bahan:
LKS,
Bahan/alat
untuk
praktikum
76
3.4. Menentukan
hubungan
kuantitatif
antara pereaksi
dengan hasil
reaksi dari
suatu reaksi
kesetimbangan
Hubungan
kuantitatif
antara pereaksi
dan hasil reaksi
kesetimbangan
Menghitung harga Kc, Kp, dan
derajat disosiasi (penguraian)
melalui pemecahan masalah
secara individu
Menafsirkan data percobaan
mengenai kosentrasi pereaksi dan
hasil reaksi pada keadaan
setimbang untuk menentukan
derajat disosiasi dan tetapan
kesetimbangan
Menghitung harga Kc
berdasarkan kosentrasi zat dalam
kesetimbangan
Menghitung harga Kp
berdasarkan tekanan parsial gas
pereaksi dan hasil reaksi pada
keadaan setimbang
Menghitung harga Kc
berdasarkan Kp atau sebaliknya
Jenis tagihan:
Tugas
individu
Ulangan
Bentuk
instrumen:
Kartu soal
Tes tertulis
6 jam Sumber:
Buku
kimia
Bahan:
LKS,
3.5. Menjelaskan
penerapan
prinsip
kesetimbangan
dalam
kehidupan
sehari-hari dan
industri
Proses Haber
Bosch dan
proses kontak
Mengkaji kondisi optimum
untuk memproduksi bahan-
bahan kimia di industri yang
didasarkan pada reaksi
kesetimbangan melalui
pemecahan masalah secara
berkelompok
Mensintesis penerapan prinsip
kesetimbangan dalam industri
Menjelaskan penerapan prinsip
kesetimbangan kimia dalam
tubuh manusia
Jenis tagihan:
Tugas
kelompok
Ulangan
Bentuk
instrumen:
Lembar
Informasi
Tes tertulis
4 jam Sumber:
Buku
kimia
Bahan:
Lembar
Informasi
77
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KESETIMBANGAN KIMIA
SIKLUS 1
Sekolah : SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas / Semester : XI IPA 1
Pertemuan ke- : 1
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (4 jam pelajaran)
Standar Kompetensi
3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Dasar
3.3. Menjelaskan kesetimbangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah
kesetimbangan dengan melakukan percobaan.
Indikator
1. Menjelaskan konsep kesetimbangan kimia (reversible dan irreversible)
2. Mendeskripsikan kesetimbangan kimia dinamis berdasarkan kegiatan percobaan
A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan konsep kesetimbangan kimia dinamis.
2. Siswa dapat mendeskripsikan kesetimbangan kimia dinamis berdasarkan percobaan
B. Materi pembelajaran
1. Konsep Kesetimbangan Dinamis
a. Reaksi Reversible dan Irreversible
Reaksi yang berlangsung searah atau reaksi yang tidak dapat balik disebut
Irreversible. Sedangkan reaksi yang dapat balik disebut Reversible. Salah satu
78
diantaranya adalah reaksi antara nitrogen dengan hidrogen membentuk ammonia.
Jika campuran gas nitrogen dan hidrogen dipanaskan akan menghasilkan amonia.
N2(g) + 3H2(g) → 2NH3(g) ……….(4.1)
Sebaliknya, jika amonia (NH3) dipanaskan akan terurai membentuk nitrogen dan
hidrogen.
2NH3(g) → N2(g) + 3H2(g) ……….(4.2)
Apabila diperhatikan, ternyata reaksi (4.2) merupakan kebalikan dari reaksi (4.1).
Kedua reaksi itu dapat digabung sebagai berikut.
N2(g) + 3H2(g) 2NH3 ………..(4.3)
C. Metode pembelajaran
Model : Problem Based Learning (PBL)
Metode : - Praktikum
- Pemecahan masalah secara kelompok (diskusi)
D. Langkah-langkah pembelajaran
Kegiatan Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu
Awal
Mengucapkan salam
Mengecek kehadiran siswa
Mengorientasi siswa pada masalah
Menyampaikan tujuan pembelajaran
bahwa pada pertemuan ini akan
dilaksanakan praktikum untuk
menjelaskan konsep kesetimbangan
dinamis.
Memusatkan perhatian siswa dengan
kehidupan sehari-hari yaitu Jika kita
membandingkan air hingga di bawah
suhu 0°C, air itu akan membeku dan
menjadi es. Sebaliknya jika es
dipanaskan di atas suhu 0°C, es akan
mencair. Perubahan air menjadi es atau
sebaliknya merupakan contoh
perubahan fisis yang dapat berlangsung
bolak balik. Sekarang, marilah kita
perhatikan satu contoh perubahan
kimia, misalnya apakah abu hasil
pembakaran kertas dapat berubah
menjadi kertas seperti semula?
Pengalaman mengatakan bahwa hal itu
Menjawab salam.
Aktif mengikuti
pengecekan kehadiran.
Memperhatikan guru
dalam menyampaikan
tujuan pembelajaran.
Menyimak penjelasan
awal guru.
25 menit
79
tidak dapat terjadi, bukan? Apakah ada
perubahan kimia yang dapat
berlangsung bolak balik?
Membagi siswa menjadi beberapa
kelompok, 1 kelompok terdiri atas 5
orang.
Siswa berkumpul dengan
teman sekelompoknya
Inti Mengorganisasi siswa untuk
belajar
Setelah guru memberikan masalah,
siswa diharuskan untuk mencari
informasi dari berbagai sumber, apakah
ada perubahan reaksi kimia yang
berlangsung bolak balik?
Guru membagikan LKS (lembar
kegiatan siswa) yang berisi panduan
praktikum dan pertanyaan.
Membimbing penyelidikan
individual
Guru mengadakan praktikum tentang
konsep kesetimbangan dinamis
(kesetimbangan irreversible dan
reversible).
Kemudian guru memerintah setiap
kelompok untuk segera melakukan
praktikum.
Guru memerintah siswa untuk
mencatat hasil pengamatannya.
Setelah selesai praktikum, guru
menginstruksi siswa untuk
membereskan alat dan bahan praktikum
seperti semula.
Setiap kelompok
mempersiapkan diri untuk
mengikuti praktikum.
Siswa menerima LKS
(Lembar Kegiatan Siswa)
dari guru.
Siswa menyimak
Siswa melakukan
kegiatan praktikum sesuai
dengan prosedur kerja
didalam LKS
Setiap kelompok ada salah
satu siswa untuk mencatat
hasil pengamatannya.
Siswa membereskan alat
dan bahan praktikum
50 menit
Penutup
Mengembangkan dan
mempresentasikan hasil karya
Guru memerintah siswa untuk
mempresentasikan hasil praktikum
sementara
Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah
Guru memberikan tugas pada setiap
kelompok untuk membuat laporan
praktikum.
Guru memerintah semua siswa agar
mempelajari materi selanjutnya
dirumah, karena pada pertemuan
Siswa mempresentasikan
hasil praktikum.
Siswa melaksanakan tugas-
tugas yang diberikan oleh
guru.
Siswa memperhatikan
penjelasan guru
15 menit
80
selanjutnya akan diberikan soal-soal di
LKS sebelum mempelajari materinya.
Mengakhiri pertemuan pertama dengan
mengucapkan salam
Siswa menjawab salam
E. Sumber
1. Buku kimia SMA kelas XI Erlangga
2. Buku kimia SMA kelas XI Yudistira
3. Alat dan Bahan percobaan
F. Penilaian
1. Teknik Penilaian
Kognitif dan Psikomotorik
2. Bentuk Instrumen
Tes Uraian
LKS (Lembar Kerja Siswa)
Tangerang, Desember 2010
Guru Bidang Studi Kimia Peneliti
Karmawan S.Pd Lin Suciani Astuti
81
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KESETIMBANGAN KIMIA
SIKLUS 1
Sekolah : SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas / Semester : XI IPA 1
Pertemuan ke- : 2
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (4 jam pelajaran)
Standar Kompetensi
3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Dasar
3.3. Menjelaskan kesetimbangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah
kesetimbangan dengan melakukan percobaan.
Indikator
1. Menafsirkan bagan dari reaksi keadaan setimbang
2. Membedakan kesetimbangan homogen dan heterogen
3. Menentukan tetapan kesetimbangan dan tetapan tekanan dalam suatu reaksi
A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menafsirkan bagan dari reaksi setimbang.
2. Siswa dapat membedakan kesetimbangan homogen dan haterogen
3. Siswa dapat menentukan tetapan kesetimbangan (Kc) dengan tetapan
kesetimbangan tekanan (Kc) dalam suatu reaksi.
B. Materi pembelajaran
Keadaan Setimbang
82
Gambar 1. perubahan kosentrasi pereaksi dan hasil reaksi menuju keadaan
setimbang untuk reaksi:
Kosentrasi N2 dan H2 (pereaksi) turun, kosentrasi
NH3 (hasil reaksi) naik, pada keadaan setimbang, kosentrasi masing – masing zat
tetap.
Gambar 2. grafik perubahan laju reaksi terhadap waktu pada reaksi bolak – balik:
V1 = laju reaksi dari kiri ke kanan
V2 = laju reaksi dari kanan ke kiri
Kesetimbangan tercapai pada saat V1 = V2
b. Kesetimbangan Homogen dan Heterogen
Contoh kesetimbangan homogen:
1) N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g)
2) H2O(l) H+(aq) + OH
-(aq)
3) CH3COOH(aq) CH3COO-(aq) + H
+(aq)
Contoh kesetimbangan heterogen:
1) CaCO3(s) CaO(s) + CO2(g)
2) Ag2CrO4(s) 2Ag+ (aq) + CrO4
2- (aq)
Tetapan Kesetimbangan
a. Hukum Kesetimbangan
Hukum kesetimbangan untuk reaksi kesetimbangan di atas dapat
dinyatakan dengan sebagai berikut:
CO (g) + 3H2(g) CH4(g) + H2O(g)
Kc = 3
2
24
HCO
OHCH
b. Persamaan Tetapan Kesetimbangan
mA + nB pC + qD
persamaan tetapan kesetimbangannya adalah :
Kc = nm
qp
BA
DC
c. Tetapan Kesetimbangan Tekanan (Kp)
83
Tekanan kesetimbangan untuk sistem kesetimbangan gas juga dapat
dinyatakan berdasarkan tekanan parsial gas, di samping tetapan
kesetimbangan yang berdasarkan kosentrasi. Tetapan kesetimbangan yang
berdasarkan tekanan parsial disebut tetapan kesetimbangan tekanan parsial
dan dinyatakan dengan Kp.
C. Metode pembelajaran
Model : Problem Based Learning (PBL)
Metode : - Ceramah
- Pemecahan masalah secara kelompok (diskusi)
D. Langkah – langkah pembelajaran
Kegiatan Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu
Awal
Menyampaikan salam
Mengecek kehadiran siswa
Guru mereview kembali materi
yang sudah di ajarkan pada
pertemuan sebelumya, kemudian
guru memberikan pertanyaan
(masalah) kepada siswa:
Kapankah suatu reaksi kimia
dapat mencapai kesetimbangan?
Bagaimanakah cara
membedakan reaksi
kesetimbangan pada jenis-jenis
reaksi kesetimbangan?
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran bahwa pada hari
ini tentang keadaan setimbang
dan kesetimbangan homogen
dan heterogen.
Menjawab salam
Aktif mengikuti
pengecekan kehadiran
Siswa berusaha untuk
menjawab pertanyaan
guru dengan mencari
dibuku panduan.
Memperhatikan guru
dalam menyampaikan
tujuan pembelajaran dan
materi
15 menit
Inti Mengintruksikan siswa agar
berkumpul dengan kelompoknya
Guru membagikan LKS
(Lembar Kerja Siswa) untuk
dikerjakan oleh siswa.
Memerintah siswa untuk
berdiskusi sesuai dengan
petunjuk LKS
Guru membimbing siswa untuk
Siswa berkumpul dengan
kelompoknya masing-
masing.
Siswa menerima LKS dari
guru
Setiap kelompok mulai
mengerjakan LKS dengan
berdiskusi bersama teman
sekelompoknya
Siswa berdiskusi di kelas
45 menit
84
melakukan diskusi kelas
Setelah selesai, Guru
memberikan kesempatan kepada
perwakilan tiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya.
Guru mulai menjelaskan materi
yang telah dibahas pada diskusi
kelas dan membenarkan
jawaban siswa
Perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya.
Siswa menyimak
penjelasan guru
Penutup Setelah guru memberikan semua
materi yang diajarkan pada
pertemuan hari ini, guru
memberikan kesempatan kepada
siswa bila ada materi yang
belum disampaikan dan kurang
paham bagi siswa.
Menyimpulkan materi bersama-
sama dengan siswa
Mengumpulkan jawaban siswa
Meninggalkan kelas dengan
mengucapkan salam
Menanyakan materi yang
kurang jelas baginya
Bersama-sama dengan
guru menyimpulkan
materi yang sudah dibahas
Mengumpulkan lembar
jawaban
Menjawab salam
30 menit
E. Sumber
- Buku kimia SMA kelas XI Erlangga
- Buku kimia SMA kelas XI, Yudistira
- Internet
F. Penilaian
- Teknik Penilaian
- Kognitif dan Psikomotorik
Bentuk Instrumen
Uraian
LKS (Lembar Kerja Siswa)
Tangerang, Desember 2010
Guru Bidang Studi Kimia Peneliti
85
Karmawan S.Pd Lin Suciani Astuti
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KESETIMBANGAN KIMIA
SIKLUS 1
Sekolah : SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas / Semester : XI IPA 1
Pertemuan ke- : 3
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (4 jam pelajaran)
Standar kompetensi
3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Dasar
3.3. Menjelaskan kesetimbangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah
kesetimbangan dengan melakukan percobaan.
Indikator
1. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan
2. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan berdasarkan
percobaan
A. Tujuan pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran
kesetimbangan
2. Siswa dapat mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan
berdasarkan percobaan
B. Materi Pembelajaran
86
PERGESERAN KESETIMBANGAN
1. Azas Le Chatelier
“Bila terhadap suatu kesetimbangan dilakukan suatu tindakan (aksi), maka system
itu akan mengadakan reaksi yang cenderung mengurangi pengaruh aksi
tersebut”.
Reaksi = - Aksi
a. Pengaruh Kosentrasi
Jika kosentrasi pereaksi diperbesar, kesetimbangan akan bergeser ke
kanan.
Jika kosentrasi pereaksi diperkecil, kesetimbangan akan bergeser ke
kiri.
b. Pengaruh Tekanan
Jika tekanan diperbesar (volum diperkecil), kesetimbangan akan
bergeser kea rah yang jumlah koefesiennya terkecil.
Jika tekanan diperkecil (volum diperbesar), kesetimbangan akan
bergeser ke arah yang jumlah koefesiennya terbesar.
c. Pengaruh Komponen Padat dan Cair
Dalam system larutan (pelarut air), penambahan air dalam jumlah yang
signifikan dapat juga berarti memperbesar volum, sehingga
kesetimbangan akan bergeser ke ruas yang jumlah koefesiennya terbesar.
d. Pengaruh Suhu
Jika suhu dinaikkan, kesetimbangan akan bergeser kea rah reaksi
endoterm.
Jika suhu diturunkan, kesetimbangan akan bergeser kea rah reaksi
eksoterm
e. Pengaruh katalis
Meskipun katalis dapat mempercepat pencapaian keadaan setimbang,
namun katalis tidak mmengubah komposisi kesetimbangan. Pengaruh
katalis terhadap waktu dan komponen kesetimbangan.
C. Metode pembelajaran
87
Model : PBL (Problem Based Learning)
Metode : Praktikum, dan pemecahan masalah secara kelompok
D. Langkah-langkah pembelajaran
Kegiatan Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu
Awal
Menyampaikan salam
Mengecek kehadiran siswa
Guru mereview kembali materi
yang sudah dijelaskan pada
pertemuan sebelumnya dengan
memberikan pertanyaan singkat
pada siswa
Kemudian guru memberikan
suatu masalah kepada siswa:
Mengapa reaksi pembentukan
amonia bergeser ke arah
pereaksi ketika suhu dinaikkan,
sedangkan kesetimbangan
FeSCN2+
bergeser kearah
produk apabila kosentrasi
bertambah? Untuk itu, marilah
kita mempelajari materi yang
selanjutnya
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran bahwa pada hari
ini akan belajar tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi
pergeseran kesetimbangan
menurut Azas Le Chatelier.
Guru memberi tahu siswa bahwa
hari ini akan diadakan kegiatan
praktikum, akan tetapi sebelum
melakukan kegiatan praktikum
guru memberikan LKS terlebih
dahulu yang didalamnya siswa
harus bisa merancang sebuah
eksperimen.
Menjawab salam
Aktif mengikuti
pengecekan kehadiran
Siswa menjawab
pertanyaan guru
Siswa berusaha
menjawab pertanyaan
guru.
Memperhatikan guru
dalam menyampaikan
tujuan pembelajaran
Siswa mendengarkan
intruksi guru
10 menit
Inti Guru memerintah siswa untuk Siswa berkumpul dengan 45 menit
88
berkumpul pada kelompoknya
masing-masing
Guru membagikan LKS pada
masing-masing kelompok
Guru memerintah siswa untuk
membaca petunjuk yang ada di
LKS kemudian memahami
uraian pendahuluan
Guru mengajak siswa untuk
bergegas segera menuju
laboratorium untuk melakukan
eksperimen
Guru sebagai fasilitator untuk
mengarahkan kegiatan
eksperimen siswa
Guru menyarankan pada seluruh
siswa agar selama praktikum
tidak diperkenankan melakukan
kegiatan lain selain praktikum.
Setelah selesai, guru memerintah
siswa untuk membereskan
peralatan praktikum seperti
semula.
kelompoknya
Siswa menerima LKS dari
guru
Setiap kelompok mulai
membaca
petunjuk/perintah LKS
dengan berdiskusi
bersama teman
sekelompoknya
Siswa bersama teman
sekelompoknya menuju
laboratorium.
Siswa melakukan kegiatan
praktikum
Siswa memperhatikan
penjelasan guru
Siswa membereskan
peralatan praktikum
Penutup Setelah guru memberikan semua
materi yang diajarkan pada
pertemuan hari ini, guru
memberikan kesempatan kepada
siswa bila ada materi yang
belum disampaikan dan kurang
paham bagi siswa.
Menyimpulkan materi bersama-
sama.
Guru memberikan tugas untuk
menyiapkan hasil dan
kesimpulan praktikum agar
dipresentasikan minggu depan
Meninggalkan kelas dengan
mengucapkan salam
Menanyakan materi yang
kurang jelas baginya
Bersama-sama dengan
guru menyimpulkan
materi yang sudah dibahas
Siswa memperhatikan
guru dan
melaksanakannya dirumah
Menjawab salam
35 menit
E. Sumber
- Buku kimia SMA kelas XI Erlangga
- Buku kimia SMA kelas XI, Yudistira
89
- Internet
F. Penilaian
- Teknik Penilaian
- Kognitif dan Psikomotorik
Bentuk Instrumen
Tes Uraian
LKS (Lembar Kerja Siswa)
Tangerang, Desember 2010
Guru Bidang Studi Kimia Peneliti
Karmawan S.Pd Lin Suciani Astuti
90
Lampiran 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KESETIMBANGAN KIMIA
SIKLUS 2
Sekolah : SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas / Semester : XI IPA 1
Pertemuan ke- : 4
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (4 jam pelajaran)
Standar Kompetensi
3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Dasar
3. 4. Menentukan hubungan kuantitatif antara pereaksi dengan hasil reaksi dari suatu reaksi
kesetimbangan.
Indikator
1. Menentukan tetapan kesetimbangan dan tetapan tekanan dalam suatu reaksi
2. Menghitung tetapan kesetimbangan (Kp) dan tetapan kesetimbangan tekanan (Kc)
beserta hubungannya
3. Menghitung hubungan antara Kp dan Kc serta derajat disosiasi
B. Tujuan Pembelajaran
91
1. Siswa dapat menentukan tetapan kesetimbangan (Kc) dengan tetapan
kesetimbangan tekanan (Kc) dalam suatu reaksi.
2. Siswa dapat menghitung tetapan kesetimbangan (Kp) dan tetapan
kesetimbangan tekanan (Kc) beserta hubungannya.
3. Siswa dapat menghitung bagaimana hubungan antara Kp dan Kc serta derajat
disosiasi
C. Materi pembelajaran
Hubungan nilai tetapan kesetimbangan antara reaksi-reaksi yang berkaitan
Reaksi dapat balik yang melibatkan SO2(g), O2(g), dan SO3(g) dapat dinyatakan dengan
tiga cara berikut:
1) 2SO2(g) + O2(g) 2SO3(g) Kc = K1
2) 2SO3(g) 2SO2(g) + O2(g) Kc = K2
3) SO2(g) + ½ O2 SO3(g) Kc = K3
Bagaimanakah hubungan antara nilai tetapan kesetimbangan reaksi-reaksi itu?
Dalam hal ini, berlaku aturan-aturan sebagai berikut :
1) Jika persamaan reaksi kesetimbangan dibalik, maka harga Kc juga dibalik.
2) Jika koefesien reaksi kesetimbangan di bagi dengan factor n, maka harga tetapan
kesetimbangan yang baru adalah akar pangkat n dari harga tetapan
kesetimbangan yang lama.
3) Jika kefesien reaksi kesetimbangan dikalikan dengan faktor n, maka harga
tetapan kesetimbsngsn yang baru adalah harga tetapan kesetimbangan yang lama
dipangkatkan dengan n.
Penggabungan persamaan tetapan kesetimbangan
Perhatikan beberapa reaksi berikut.
Reaksi (1): N2(g) + O2(g) 2NO(g) K1 = 4,1 x 10-31
Reaksi (2): N2O(g) N2(g) + O2(g) K2 = 4,2 x 1027
Reaksi (3): N2O(g) + O2(g) 2NO(g) K3 = ?
Reaksi (3) merupakan penjumlahan dari reaksi (1) dan reaksi (2), bagaimanakah
hubungan K3 dengan K1 dan K2? Dalam hubungan ini berlaku aturan : jika
reaksi-reaksi kesetimbangan dijumlahkan, maka nilai tetapan kesetimbangan
92
reaksi total sama dengan hasil kali tetapan kesetimbangan dari reaksi-reaksi yang
dijumlahkan.
Makna tetapan kesetimbangan
1. Memberi ketuntasan tentang ketuntasan reaksi
2. Meramalkan arah rekasi
Dalam penentuan harga tetapan kesetimbangan berdasarkan konsentrasi dan tekanan
parsial gas haruslah mengetahui hubungan kuantitatif antara pereaksi dengan hasil
reaksi dari suatu reaksi kesetimbangan.
Disosiasi adalah peruraian suatu zat menjadi zat lain yang lebih sederhana. Disosiasi
yang terjadi akibat pemanasan disebut disosiasi termal. Disosiasi yang berlangsung
dalam ruang tertutup akan berakhir dengan suatu kesetimbangan yang disebut
kesetimbangan disosiasi.
Beberapa contoh kesetimbangan disosiasi gas :
2SO3(g) ⇌ 2SO2(g) + O2(g)
2NH3(g) ⇌ N2 (g) + 3H2(g)
N2O4(g) ⇌ 2NO2(g)
I2(g) ⇌ 2I(g)
Besarnya fraksi yang terdisosiasi dinyatakan oleh derajat disosiasi (a), yaitu
perbandingan antara jumlah zat yang terdisosiasi dengan jumlah zat mula-mula:
a =
jika jumlah mol zat mula-mula dinyatakan dengan a, maka
a =
jadi, jumlah mol zat yang terdisosiasi = aa mol.
Hubungan kuantitatif mol zat sebelum dan sesudah reaksi dapat digambarkan
misalnya pada reaksi disosiasi. Secara umum reaksi disosiasi dapat dinyatakan
sebagai berikut:
A ⇌ nB
Dengan n = perbandingan antara jumlah koefesien di ruas kanan dengan jumlah
koefesien di ruas kiri.
93
Contoh:
1. 2NH3(g) ⇌ N2(g) + 3H2(g)
Reaksi ini mempunyai harga n = 2
2. 2HI(g) ⇌ H2(g) + I2(g)
Reaksi ini mempunyai harga n = 1
D. Metode pembelajaran
Model : PBL (Problem Based Learning)
Metode : - Ceramah
- Tanya Jawab
- Pemecahan masalah secara Individu
E. Langkah – langkah pembelajaran
Kegiatan Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu
Awal
Menyampaikan salam
Mengecek kehadiran siswa
Guru mereview kembali materi
yang sudah dijelaskan pada
materi sebelumnya.
Sebelum materi dimulai, guru
memberikan suatu masalah:
Bagaimana cara menghitung
harga Kc? Bagaimana cara
menghitung harga Kp? Dan
bagaimana cara menghitung
hubungan Kp dengan Kc serta
derajat disosiasi?
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran bahwa pada hari
ini akan belajar tentang
perhitungan harga Kc, Kp,
hubungan Kp dengan Kc serta
derajat disosiasi.
Menjawab salam
Aktif mengikuti
pengecekan kehadiran
Memperhatikan guru
dalam menyampaikan
tujuan pembelajaran
Siswa berusaha mencari
jawabannya
Siswa memperhatikan
penjelasan guru dalam
menyampaikan tujuan
pembelajaran
15 menit
Inti Guru sedikit menjelaskan
tentang perhitungan
kesetimbangan kimia
Guru membagikan kartu soal
Siswa merespon
penjelasan guru
Siswa menerima kartu soal
50 menit
94
pemecahan masalah untuk setiap
individu
Guru mengarahkan siswa untuk
mengerjakan soal-soal di dalam
kartu soal.
Setelah itu, guru memerintah
siswa untuk segera mengerjakan
soal-soalnya
Sebelum membahasnya, guru
ingin tahu jawaban siswa
terlebih dahulu sehingga guru
memerintah siswa yang ditunjuk
untuk menuliskan jawabannya di
papan tulis.
Guru membahas jawaban soal
serta menjelaskannya.
dari guru
Setiap siswa mulai
mengerjakan kartu soal
yang sudah dibagikan oleh
guru
Mengerjakan kartu soal
dengan mencari beberapa
buku sumber
siswa menuliskan
jawabannya di papan tulis
Siswa menyimak dan
memperhatikan penjelasan
guru
Penutup Setelah guru memberikan semua
materi yang diajarkan pada
pertemuan hari ini, guru
memberikan kesempatan kepada
siswa bila ada materi yang
belum disampaikan dan kurang
paham bagi siswa.
Menyimpulkan materi bersama-
sama.
Meninggalkan kelas dengan
mengucapkan salam
Menanyakan materi yang
kurang jelas baginya
Bersama-sama dengan
guru menyimpulkan
materi yang sudah dibahas
Menjawab salam
25 menit
E. Sumber
- Buku kimia SMA kelas XI Erlangga
- Buku kimia SMA kelas XI Yudistira
- Internet
F. Penilaian
- Teknik Penilaian
- Kognitif dan Psikomotorik
Bentuk Instrumen
95
Tes Uraian
Kartu Soal
Tangerang, Desember 2010
Guru Bidang Studi Kimia Peneliti
Karmawan S.Pd Lin Suciani Astuti
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KESETIMBANGAN KIMIA
SIKLUS 2
Sekolah : SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas / Semester : XI IPA 1
Pertemuan ke- : 5
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (4 jam pelajaran)
Standar Kompetensi
3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Dasar
3.5 Menjelaskan penerapan prinsip kesetimbangan dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Indikator
1. Mengaplikasikan penerapan prinsip kesetimbangan dalam industri dan kehidupan
sehari-hari
96
2. Menjelaskan salah satu manfaat prinsip kesetimbangan dalam industri
A. Tujuan pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan penerapan prinsip kesetimbangan dalam industri dan
kehidupan sehari-hari
2. Siswa dapat menjelaskan salah satu manfaat prinsip kesetimbangan dalam industri
B. Materi Pembelajaran
Mungkin tanpa kita sadari, reaksi kesetimbangan terjadi dalam tubuh kita. Selain itu,
prinsip kesetimbangan kimia dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi dalam
berbagai industri yang melibatkan reaksi kimia. Apa saja penerapan kesetimbangan
kimia dalam tubuh manusia dan dalam industri? Bagaimana kondisi optimum untuk
memproduksi bahan-bahan kimia di industri yang didasarkan pada reaksi
kesetimbangan. Untuk itu, marilah kita mempelajari materi ini agar bisa menjawab
permasalahan diatas.
Materi:
1. Kesetimbangan Kimia dalam Tubuh Manusia
Berikut ini beberapa contoh proses dalam tubuh manusia yang melibatkan
kesetimbangan kimia.
a. pH Darah dan Jaringan
b. Metabolisme Karbon Dioksida dalam Tubuh
c. Kesetimbangan dalam Mulut
d. Pengikatan Oksigen oleh Darah
2. Kesetimbangan Kimia dalam Industri
a. Industri amonia
b. Industri Asam Sulfat
c. Industri Asam Nitrat
d. Tangki Penyimpanan Hidrogen Cair
C. Metode pembelajaran
97
Model : PBL (Problem Based Learning)
Metode : Pemecahan masalah secara kelompok
D. Langkah-langkah pembelajaran
Kegiatan Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Waktu
Awal
Menyampaikan salam
Mengecek kehadiran siswa
Guru mereview kembali materi
yang sudah dijelaskan pada
pertemuan sebelumnya dengan
memberikan pertanyaan singkat
pada siswa.
Guru memberikan suatu
masalah: bagaimana aplikasi
prinsip kesetimbangan dalam
industri dan kehidupan sehari-
hari
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran bahwa pada hari
ini akan belajar tentang aplikasi
prinsip kesetimbangan dalam
industri dan kehidupan sehari-
hari.
Menjawab salam
Aktif mengikuti
pengecekan kehadiran
Siswa ikut aktif dalam
meriview penjelasan
materi
Siswa berusahan mencari
solusi masalahnya
Memperhatikan guru
dalam menyampaikan
tujuan pembelajaran
15 menit
Inti Guru membagikan lembar
informasi yang akan
didiskusikan oleh siswa
Guru mengarahkan siswa untuk
bagaimana memecahkan
masalah pada lembar informasi
yang diberikan oleh guru.
Guru memerintah siswa untuk
mencari data-data informasi dari
berbagai sumber, bisa dari buku
dan bisa juga dari internet
Setelah itu, guru memerintah
siswa untuk segera
mendiskusikannya
Guru memerintah setiap
perwakilan kelompok
membacakan hasil pencarian
informasinya
Setelah selesai dikerjakan, guru
membahas dan menjelaskan
bagaimana cara menyelesaikan
masalah tersebut
Siswa menerima Lembar
informasi dari guru
Setiap kelompok mulai
mendiskusikan lembar
informasi bersama teman
sekelompoknya
Siswa mencari informasi
dari berbagai sumber buku
atau internet untuk
memecahkan masalahnya.
Diskusi dimulai oleh siswa
Perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya.
Siswa menyimak
penjelasan guru
50 menit
98
Penutup Setelah guru memberikan semua
materi yang diajarkan pada
pertemuan hari ini, guru
memberikan kesempatan kepada
siswa bila ada materi yang
belum disampaikan dan kurang
paham bagi siswa.
Menyimpulkan materi bersama-
sama.
Guru membagikan post test pada
siklus kedua
Meninggalkan kelas dengan
mengucapkan salam
Menanyakan materi yang
kurang jelas baginya
Menyimpulkan materi
yang sudah dibahas
Siswa mengerjakan soal
post test siklus kedua
Menjawab salam
25 menit
E. Sumber
- Buku kimia SMA kelas XI Erlangga
- Buku kimia SMA kelas XI Yudistira
- Internet
F. Penilaian
- Teknik Penilaian
- Kognitif dan Psikomotorik
Bentuk Instrumen
Tes Uraian
Lembar informasi
Tangerang, Desember 2010
Guru Bidang Studi Kimia Peneliti
Karmawan S.Pd Lin Suciani Astuti
99
Lampiran 4
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
KESETIMBANGAN KIMIA DINAMIS
(SIKLUS 1)
Standar Kompetensi : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari dan industri.
Kompetensi Dasar : Menjelaskan kesetimbangan dan faktor-faktor yang mmempengaruhi
pergeseran arah kesetimbangan dengan melakukan percobaan.
I. PENDAHULUAN
Jika kita membandingkan air hingga di bawah suhu 0°C, air itu akan membeku.
Sebaliknya jika es dipanaskan di atas suhu 0°C, es akan mencair. Perubahan air menjadi
es atau sebaliknya merupakan contoh perubahan fisis yang dapat berlangsung bolak
balik. Sekarang, marilah kita perhatikan satu contoh perubahan kimia, misalnya apakah
abu hasil pembakaran kertas dapat berubah menjadi kertas seperti semula? Pengalaman
mengatakan bahwa hal itu tidak dapat terjadi, bukan? Apakah ada perubahan kimia yang
dapat berlangsung bolak balik? Dalam kehidupan sehari-hari sulit menemukan reaksi
yang dapat balik. Proses-proses alami umumnya berlangsung searah, tidak dapat balik.
Namun, dilaboratorium maupun dalam proses industri, banyak reaksi yang dapat balik.
Reaksi yang dapat balik kita sebut reaksi reversible. Dan untuk membuktikan bahwa ada
reaksi kimia yang berlangsung secara bolak balik, kita akan melakukan uji coba
praktikum reaksi kesetimbangan reversible (bolak balik).
II. TUJUAN
Mengamati adanya reaksi bolak balik (reversible) dalam reaksi kimia
100
III. ALAT DAN BAHAN
Alat :
- Labu Erlenmayer 100 mL
- Pipet tetes
- Gelas ukur 50 mL
Bahan :
- K2CrO4 0,1 M
- Asam asetat, CH3COOH 0,1 M
- NaOH 0,1 M
IV. LANGKAH KERJA
1. Ukurlah 25 mL kalium kromat, lalu masukkan ke dalam labu erlenmeyer.
2. Tambahkan asam asetat tetes demi tetes hingga terjadi poerubahan warna pada
labu erlenmeyer yang telah diisi dengan kalium kromat.
3. Setelah terjadi perubahan warna, tambahkan natrium hidroksida tetes demi tetes
hingga terjadi perubahan ke warna semula.
V. HASIL PENGAMATAN
No. Pengamatan Terhadap Warna yang terjadi
1. Kalium kromat
2. Kalium kromat + asam asetat
3. Kalium kromat + asam asetat + natrium
hidroksida
VI. ANALISIS DATA/PERTANYAAN
1. Jelaskanlah pengertian reaksi bolak-balik?
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
2. Buatlah reaksi kesetimbangan antara ion kromat dan ion H+ dari asam, jika
diketahui bahwa hasil reaksi adalah ion dikromat dan air. Cantumkan pula
perubahan warna yang terjadi.
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
3. Jelaskan mengapa terjadi perubahan warnna pada reaksi kalium kromat dengan
asam asetat.
101
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
VII. Kesimpulan
“Kemenangan sejati tidak pernah melukai pihak yang kalah”
(Joe Namath)
................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................
................................................................................................................................................................
102
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
KESETIMBANGAN KIMIA DINAMIS
(SIKLUS 1)
Standar Kompetensi : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari dan industri.
Kompetensi Dasar : Menjelaskan kesetimbangan dan faktor-faktor yang mmempengaruhi
pergeseran arah kesetimbangan dengan melakukan percobaan
I. PENDAHULUAN
Kapankah suatu reaksi kimia dapat mencapai kesetimbangan? Bagaimanakah cara
membedakan reaksi kesetimbangan antara yang homogen dan heterogen? Bagaimana
cara menyatakan kesetimbangan kimia dari reaksi kimia? Dapatkah nilai Kc
digunakan untuk memperkirakan perbandingan hasil reaksi dan pereaksi? Semua
masalah ini dapat kita kaji solusinya.
Materi :
Bayangkanlah suatu ruangan tertutup di mana 1 mol gas nitrogen dipanaskan bersama
3 mol gas hydrogen. Pada awalnya, hanya terjadi satu reaksi yaitu pembentukan
ammonia.
N2(g) + 3H2(g) → 2NH3
103
Seperti telah disebutkan diatas, ammonia dapat pula terurai membentuk nitrogen dan
hydrogen. Oleh karena itu, segera setelah terbentuk, sebagian ammonia akan terurai
kembali membentuk gas nitrogen dan hydrogen.
2NH3(g) → N2(g) + 3H2(g)
Selanjutnya, kedua reaksi tersebut akan berlangsung secara simultan (bersama-sama)
menurut reaksi dapat balik berikut.
2NH3(g) + 3H2(g) 2NH3(g)
Misalkan laju reaksi maju v1 dan laju reaksi balik v2, nilai v1 bergantung pada
kosentrasi N2 dan H2, sedangkan nilai v2 bergantung pada kosentrasi NH3. Pada awal
reaksi, v1 mempunyai nilai maksimum, sedangkan v2 = 0 (karena NH3 belum ada).
Selanjutnya, seiring dengan berkurangnya kosentrasi N2 dan H2, nilai v1 semakin lama
semakin kecil. Sebaliknya, dengan bertambahnya kosentrasi NH3, nilai v2 semakin
lama semakin besar. Pada suatu saat, laju reaksi maju (v1) menjadi sama dengan laju
reaksi balik (v2). Hal itu berarti bahwa laju reaksi menghilangnya suatu komponen
sama dengan laju pembentukan komponen itu. Berarti, sejak v1 = v2, jumlah masing-
masing komponen tidak berubah terhadap waktu.
Gambar 1. perubahan kosentrasi p
ereaksi dan hasil reaksi menuju
keadaan setimbang untuk reaksi:
Kosentrasi N2 dan H2 (pereaksi) turun, kosentrasi
NH3 (hasil reaksi) naik, pada keadaan setimbang, kosentrasi masing – masing zat
tetap.
Gambar 2. grafik perubahan laju reaksi terhadap waktu pada reaksi bolak – balik:
V1 = laju reaksi dari kiri ke kanan
V2 = laju reaksi dari kanan ke kiri
Kesetimbangan tercapai pada saat V1 = V2
104
a. Kesetimbangan Homogen dan Heterogen
Contoh kesetimbangan homogen:
1) N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g)
2) H2O(l) H+(aq) + OH
-(aq)
3) CH3COOH(aq) CH3COO-(aq) + H
+(aq)
Contoh kesetimbangan heterogen:
1) CaCO3(s) CaO(s) + CO2(g)
2) Ag2CrO4(s) 2Ag+ (aq) + CrO4
2- (aq)
Tetapan Kesetimbangan
a. Hukum Kesetimbangan
Hukum kesetimbangan untuk reaksi kesetimbangan di atas dapat
dinyatakan dengan sebagai berikut:
CO (g) + 3H2(g) CH4(g) + H2O(g)
Kc = 3
2
24
HCO
OHCH
b. Persamaan Tetapan Kesetimbangan
mA + nB pC + qD
persamaan tetapan kesetimbangannya adalah :
Kc = nm
qp
BA
DC
c. Tetapan Kesetimbangan Tekanan (Kp)
Tekanan kesetimbangan untuk sistem kesetimbangan gas juga dapat
dinyatakan berdasarkan tekanan parsial gas, di samping tetapan
kesetimbangan yang berdasarkan kosentrasi. Tetapan kesetimbangan yang
berdasarkan tekanan parsial disebut tetapan kesetimbangan tekanan parsial
dan dinyatakan dengan Kp.
d. Tetapan Kesetimbangan untuk Kesetimbangan Heterogen
BiCl3(aq) + H2O(l) BiOCl(s) + 2HCl(aq)
Kc = 3
2
BiCl
HCl
II. PERTANYAAN DISKUSI
1. Perhatikanlah gambar grafik dibawah ini!
105
a. Jelaskan makna dari grafik diatas pada saat mencapai setimbang.
b. Tuliskanlah reaksi senyawa diatas.
c. Bagaimana kosentrasinya pada saat mencapai kesetimbangan.
2. Tentukan apakah kesetimbangan berikut tergolong kesetimbangan homogeny
dan heterogen.
a. 3 Fe(s) + 4H2O(g) Fe3O4(s) + 4H2(g)
b. CH3COO-(aq) + H2O(l) CH3COOH(aq) + OH
-(aq)
3. Tulislah persamaan tetapan kesetimbangan (Kc) untuk sistem kesetimbangan
berikut.
a. 2 H2S(g) + 3 O2(g) 2 H2O(g) + 2 SO2(g)
b. 4NH3(g) + 3 O2(g) 2 N2(g) + 6 H2O(g)
4. Tulislah tetapan kesetimbangan tekanan (Kp) untuk reaksi berikut.
Na2CO3(s) + SO2(g) + ½ O2(g) Na2SO4(s) + CO2 (g)
106
1. .........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
2. a. ....................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
b. ....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
3. a. ....................................................................................................................................................
b. ....................................................................................................................................................
4. a. ....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
b. ...................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
107
tu delapan jam untuk menebang pohon, saya akan menggunakan yang enam jam
Abraham Lincholn (1809-1865) presiden ke-16 Amerika serikat
LEMBAR KERJA SISWA
PERGESERAN KESETIMBANGAN KIMIA
(SIKLUS 1)
Standar Kompetensi : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari dan industri.
Kompetensi Dasar : Menjelaskan kesetimbangan dan faktor-faktor yang mmempengaruhi
pergeseran arah kesetimbangan dengan melakukan percobaan.
I. PENDAHULUAN
Mengapa reaksi pembentukan amonia bergeser ke arah pereaksi ketika suhu
dinaikkan, sedangkan kesetimbangan FeSCN2+
bergeser kearah produk ketika
kosentrasi KSCN ditambahkan?
Materi:
108
Arah pergeseran kesetimbangan dapat ditentukan berdasarkan pemahaman terhadap
azas Le chatelier, pergeseran kesetimbangan adalah reaksi sistem untuk mengurangi
pengaruh aksi (gangguan) yang diberikan. Sesuai dengan azas Le Chatelier (Reaksi =
- Aksi), jika kosentrasi salah satu komponen tersebut diperbesar, maka reaksi sistem
akan mengurangi komponen tersebut. Sebaliknya, jika kosentrasi salah satu
komponen diperkecil, maka reaksi sistem adalah menambah komponen itu.
Faktor–faktor yang mempengaruhi pergeseran reaksi kesetimbangan menurut azas Le
Chatelier:
a. Pengaruh Kosentrasi
Jika kosentrasi pereaksi diperbesar, kesetimbangan akan bergeser ke
kanan.
Jika kosentrasi pereaksi diperkecil, kesetimbangan akan bergeser ke
kiri.
b. Pengaruh Tekanan
Jika tekanan diperbesar (volum diperkecil), kesetimbangan akan
bergeser kea rah yang jumlah koefesiennya terkecil.
Jika tekanan diperkecil (volum diperbesar), kesetimbangan akan
bergeser ke arah yang jumlah koefesiennya terbesar.
c. Pengaruh Komponen Padat dan Cair
Dalam sistem larutan (pelarut air), penambahan air dalam jumlah yang
signifikan dapat juga berarti memperbesar volum, sehingga kesetimbangan
akan bergeser ke ruas yang jumlah koefesiennya terbesar.
d. Pengaruh Suhu
Jika suhu dinaikkan, kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi
endoterm.
Jika suhu diturunkan, kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi
eksoterm
e. Pengaruh katalis
Meskipun katalis dapat mempercepat pencapaian keadaan setimbang, namun
katalis tidak mmengubah komposisi kesetimbangan. Pengaruh katalis terhadap
waktu dan komponen kesetimbangan.
109
II. PERTANYAAN DISKUSI
1. Berdasarkan uraian diatas, rancanglah sebuah percobaan untuk membuktikan
bahwa perubahan suhu dapat mempengaruhi kesetimbangan berdasarkan alat
dan bahan berikut:
Percobaan perubahan suhu
Alat: Bahan:
- Gelas kimia - Larutan CuSO4
- Pembakar spirtus - NaCl padat
- Kawat kasa - Air dingin/es batu
- Kaki tiga
- Timbangan
2. Tuliskan laporan hasil percobaan yang kalian lakukan!
3. Berikan kesimpulan dari percobaan yang kalian lakukan!
4. Ditentukan reaksi kesetimbangan:
N2(g) + 3H2(g) ⇌ 2NH3(g) ∆H = -197,8 kJ
Ke arah mana kesetimbangan bergeser jika suhu dinaikkan?
5. Jika diketahui persamaan reaksi kesetimbangan seperti berikut.
2 HI (g) ⇌ H2(g) + I2(g)
Reaksi akan bergeser ke arah mana jika gas H2 dikurangi dari sistem dan gas I2
ditambah?
“ percayalah pada orang yang selalu mencari kebenaran.
Sebaliknya, jangan gampang percaya pada orang yang
mengaku telah menemukan kebenaran”
(Andre Gide)
110
Lampiran 5
KARTU SOAL PEMECAHAN MASALAH
SECARA INDIVIDU
(SIKLUS 2)
Standar Kompetensi : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari dan industri.
Kompetensi Dasar : Menjelaskan kesetimbangan dan faktor-faktor yang mmempengaruhi
pergeseran arah kesetimbangan dengan melakukan percobaan.
Nama : ………………………………
No. Absen :………………………………
111
I. PENDAHULUAN
Bagaimanakah hubungan antara dua Kc dari reaksi yang berkaitan? Dan
bagaimanakah cara menghitung Kc dalam suatu reaksi kesetimbangan? Agar bisa
menjawab pertanyaan diatas, marilah kita mempelajari tentang hubungan antara dua
Kc yang berkaitan dan menentukan harga Kc pada reaksi kesetimbangan.
II. KARTU SOAL
112
113
LEMBAR INFORMASI SISWA
APLIKASI KESETIMBANGAN KIMIA DALAM INDUSTRI
(SIKLUS 2)
Standar Kompetensi : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari dan industri.
Kompetensi Dasar : Menjelaskan kesetimbangan dan faktor-faktor yang mmempengaruhi
pergeseran arah kesetimbangan dengan melakukan percobaan.
I. PENDAHULUAN
114
Mungkin tanpa kita sadari, reaksi kesetimbangan terjadi dalam tubuh kita. Selain itu,
prinsip kesetimbangan kimia dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi dalam
berbagai industri yang melibatkan reaksi kimia. Apa saja penerapan kesetimbangan
kimia dalam tubuh manusia dan dalam industri? Bagaimana kondisi optimum untuk
memproduksi bahan-bahan kimia di industri yang didasarkan pada reaksi
kesetimbangan. Untuk itu, marilah kita mempelajari materi ini agar bisa menjawab
permasalahan diatas.
Materi:
1. Kesetimbangan Kimia dalam Tubuh Manusia
Berikut ini beberapa contoh proses dalam tubuh manusia yang melibatkan
kesetimbangan kimia.
a. pH Darah dan Jaringan
b. Metabolisme Karbon Dioksida dalam Tubuh
c. Kesetimbangan dalam Mulut
d. Pengikatan Oksigen oleh Darah
2. Kesetimbangan Kimia dalam Industri
a. Industri amonia
b. Industri Asam Sulfat
c. Industri Asam Nitrat
d. Tangki Penyimpanan Hidrogen Cair
LEMBAR INFORMASI
Diskusikanlah hal menarik berikut bersama teman sekelompokmu!
Prinsip utama dalam industri adalah bagaimana caranya menghasilkan produk
(hasil reaksi) seoptimal mungkin. Hal tersebut dapat dicapai dengan memodifikasi
reaksi kimia yang terjadi.pada saat kesetimbangan tercapai, produk reaksi yang
dihasilkan jika dilakukan perubahan konsentrasi (produkk reaksinya diambil atau
pereaksi ditambah), perubahan suhu, atau perubahan tekanan dan volum, salah satu
contohnya pada industri Amonia. Nitrogen sangat diperlukan untuk kelangsungan
hidup makhluk hidup. Sebelum Perang Dunia I, dunia kekurangan senyawa nitrogen.
115
Setelah itu sumber nitrogen dapat diproduksi secara besar-besaran melalui sintesis
amonia.
Fritz Haber merupakan ilmuwan yang sangat berjasa dalam industri amonia.
Haber menerapkan azas Le Chatelier untuk merancang industri amonia yang dikenal
dengan proses Haber, yaitu dibuat dengan cara mereaksikan nitrogen dan oksigen.
Amatilah gambar proses pembuatan amonia dibawah ini. Berikan penjelasan secara
singkat tentang proses pembuatan amonia berdasarkan gambar dibawah ini? Dan
bagaimanakah kondisi (suhu, tekanan, kosentrasi, dan katalis) agar hasil optimum
produksi optimal (reaksi bergeser ke kanan)?
Jawaban Hasil Diskusi Kelompok
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
116
e
Ralp Waldo Emerson
117
KARTU SOAL
Kartu soal 1 Kartu soal 2
Kartu Soal 3 Kartu soal 4
Kartu soal 5 Kartu soal 6
1. Ke dalam ruangan tertutup dimasukkan 1 mol gas A dan 1 mol gas B. Setelah bereaksi menurut persamaan: 2A + 3B ⇌ A2B3 dan dicapai kesetimbangan, masih terdapat 0,25 mol gas B. Kalau volum ruang 1 dm3, maka berapakah tetapan kesetimbangan reaksi tersebut ?
2. Pada reaksi kesetimbangan: 2HI (g) ⇌ H2(g) + I2(g), 0,1 mol HI di panaskan sehingga terbentuk 0,02 mol I2. Berapakah derajat disosiasi HI?
1. 1 mol NH3 dipanaskan pada tekanan tetap 10 atm hingga 300°C, tentukan volume akhir gas tersebut bila,
a. Gas dianggap tidak mengalami disosiasi
b. Gas terdisosiasi 25%
2. Reaksi : 2NO(g) + O2(g) ⇌ 2NO2(g) memiliki Kc = ¼ pada suhu tertentu. Berapakah jumlah mol O2 yang dicampurkan dengan 4 mol NO dalam 1 liter untuk menghasilkan 2 mol NO2 dalam kesetimbangan.
1. Jika terdapat 4 mol gas NH3 yang dimasukkan
ke dalam wadah bervolum 1 L dan terurai
sesuai reaksi kesetimbangan berikut:
2NH3(g) ⇌ N2(g) + 3H2(g), jika pada saat setimbang
terdapat 1 mol gas N2, tentukan harga derajat
disosiasi dan tetapan kesetimbangannya!
1. Amonium karbamat (NH2COONH4) adalah garam asam karbamat yang terdapat dalam urine mamalia. Pada suhu 25°C membentuk kesetimbangan sebagai berikut:
NH2COONH4(s) ⇌ 2NH3(g) + CO2(g), ke dalam suatu wadah vakum yang volumenya 2 L pada suhu 25°C dimasukkan 5 g pada NH2COONH4 (78 g/mol) dan setelah didiamkan beberapa lama ternyata tekanan gas di dalam wadah menjadi 0,116 atm.
a. Jika volume diperkecil menjadi 1 L. Berapakan tekanan total wadah? Dan bagaimana kosentrasinya bertambah atau berkurang?
b. Pada suhu 250°C, nilai Kp untuk kesetimbangan adalah 2,9 x 10-5, berapakah nilai Kc?
1. Diketahui reaksi kesetimbangan :
2HI (g) ⇌ H2(g) + I2(g), jika 0,1 mol gas HI
dimasukkan ke dalam wadah sebesar satu liter
dan dipanaskan pada suhu 100°C terbentuk 0,02
mol gas I2, berapakah derajat disosiasinya pada
keadaan setimbang?
1. Tetapan kesetimbangan Kp untuk reaksi dekomposisi
fosforus pentaklorida menjadi fosforus triklorida dan
klorin: PCl5(g) ⇌ PCl3(g) + Cl2(g) adalah 1,05 pada
suhu 250°C. Jika pada saat kesetimbangan tekanan
parsial PCl5 dan PCl3 berturut-turut adalah 0,875
dan 0,463 atm, berapakah tekanan parsial Cl2?
118
Kartu soal 7 Kartu soal 8
Kartu soal 9 Kartu soal 10
Kartu soal 11 Kartu soal 12
1. Amonium karbamat (NH2COONH4) adalah garam asam karbamat yang terdapat dalam urine mamalia. Pada suhu 25°C membentuk kesetimbangan sebagai berikut:
NH2COONH4(s) ⇌ 2NH3(g) + CO2(g), ke dalam suatu wadah vakum yang volumenya 2 L pada suhu 25°C dimasukkan 5 g pada NH2COONH4 (78 g/mol) dan setelah didiamkan beberapa lama ternyata tekanan gas di dalam wadah menjadi 0,116 atm.
a. Jika volume diperkecil menjadi 1 L. Berapakan tekanan total wadah? Dan bagaimana kosentrasinya bertambah atau berkurang?
b. Pada suhu 250°C, nilai Kp untuk kesetimbangan adalah 2,9 x 10-5, berapakah nilai Kc?
1.
1. Jika diketahui reaksi kesetimbangan :
N2(g) + 3H2(g) ⇌ 2NH3(g), hitunglah kosentrasi NH3
pada keadaan setimbang bila kosentrasi N2 dan H2
masing-masing adalah 0,01 M pada keadaan
setimbang (Kc = 4,1 x108)!
2. Dalam ruangan bervolum 2 L dimasukkan 1 mol gas
SO3 pada suhu tertentu dan terurai menjadi gas SO2
dan O2 sesuai reaksi kesetimbangan berikut:
2SO3(g) ⇌ 2SO2(g) + O2(g), apabila dalam keadaan
setimbang masih terdapat 0,6 mol gas SO3,
tentukanlah harga Kc!
1. Reaksi: 2NO(g) + O2(g) ⇌ 2 NO2(g) memiliki Kc = ¼ pada
suhu tertentu. Berapakah jumlah mol O2 yang
dicampurkan dengan dengan 4 mol NO dalam 1 liter
untuk menghasilkan 2 mol NO2 dalam
kesetimbangan.
2. 1 mol NH3 dipanaskan pada tekanan tetap 10 atm hingga 300°C, tentukan volume akhir gas tersebut bila,
a. Gas dianggap tidak mengalami disosiasi
b. Gas terdisosiasi 25%
1. Tetapan kesetimbangan Kp untuk reaksi
dekomposisi fosforus pentaklorida menjadi
fosforus triklorida dan klorin: PCl5(g) ⇌ PCl3(g) +
Cl2(g) adalah 1,05 pada suhu 250°C. Jika pada
saat kesetimbangan tekanan parsial PCl5 dan
PCl3 berturut-turut adalah 0,875 dan 0,463
atm, berapakah tekanan parsial Cl2?
1. N2(g) + 3H2(g) ⇌ 2NH3(g), jika tekanan parsial N2 dan H2
masing-masing 0,8 atm dan 0,4 atm dan tekanan
total sistem 2,8 atm hitunglah harga Kp!
2. Jika diketahui reaksi kesetimbangan :
N2(g) + 3H2(g) ⇌ 2NH3(g), hitunglah kosentrasi NH3
pada keadaan setimbang bila kosentrasi N2 dan H2
masing-masing adalah 0,01 M pada keadaan
setimbang (Kc = 4,1 x108)!
1. 1 mol NH3 dipanaskan pada tekanan tetap 10 atm hingga 300°C, tentukan volume akhir gas tersebut bila,
a. Gas dianggap tidak mengalami disosiasi
b. Gas terdisosiasi 25%
2. Pada suhu tertentu, suatu reaksi kesetimbangan berlangsung dalam wadah bervolume 1 L.
C(s) + H2O(aq) ⇌ H2(g) + CO(g), jika zat-zat dalam keadaan setimbang terdapat 0,05 mol C, 0,05 mol H2O, 0,1 mol H2, dan 0,1 mol CO, tentukan nilai Kc?
119
Kartu soal 13 Kartu soal 14
Kartu soal 15 Kartu soal 16
Kartu soal 17
1. Amonium karbamat (NH2COONH4) adalah garam asam karbamat yang terdapat dalam urine mamalia. Pada suhu 25°C membentuk kesetimbangan sebagai berikut:
NH2COONH4(s) ⇌ 2NH3(g) + CO2(g), ke dalam suatu wadah vakum yang volumenya 2 L pada suhu 25°C dimasukkan 5 g pada NH2COONH4 (78 g/mol) dan setelah didiamkan beberapa lama ternyata tekanan gas di dalam wadah menjadi 0,116 atm.
a. Jika volume diperkecil menjadi 1 L. Berapakan tekanan total wadah? Dan bagaimana kosentrasinya bertambah atau berkurang?
b. Pada suhu 250°C, nilai Kp untuk kesetimbangan adalah 2,9 x 10-5, berapakah nilai Kc?
2.
1.
1. Dalam campuran bervolume 4 L dan suhu tertentu,
terdapat reaksi kesetimbangan:
COCl2(g) ⇌ CO(g) + Cl2(g), jika pada kesetimbangan
terdapat 1,2 mol COCl2, 0,8 mol CO, dan 0,8 mol
Cl2, tentukan nilai Kc!
2. 1 mol NH3 dipanaskan pada tekanan tetap 10 atm hingga 300°C, tentukan volume akhir gas tersebut bila,
a. Gas dianggap tidak mengalami disosiasi
b. Gas terdisosiasi 25%
1. 1 mol NH3 dipanaskan pada tekanan tetap 10 atm hingga 300°C, tentukan volume akhir gas tersebut bila,
a. Gas dianggap tidak mengalami disosiasi
b. Gas terdisosiasi 25%
2. Diketahui kesetimbangan A(g) + B(g) ⇌ C(g). Apabila
diketahui tekanan gas parsial PA = 0,1, PB = 0,2, dan PC
= 0,3. Berapakah harga Kp?
1. Dalam ruangan bervolum 2 L dimasukkan 1 mol gas
SO3 pada suhu tertentu dan terurai menjadi gas SO2
dan O2 sesuai reaksi kesetimbangan berikut:
2SO3(g) ⇌ 2SO2(g) + O2(g), apabila dalam keadaan
setimbang masih terdapat 0,6 mol gas SO3,
tentukanlah harga Kc!
1. Reaksi : 2NO(g) + O2(g) ⇌ 2NO2(g) memiliki Kc = ¼ pada suhu tertentu. Berapakah jumlah mol O2 yang dicampurkan dengan 4 mol NO dalam 1 liter untuk menghasilkan 2 mol NO2 dalam kesetimbangan.
2. Diketahui kesetimbangan A(g) + B(g) ⇌ C(g). Apabila
diketahui tekanan gas parsial PA = 0,1, PB = 0,2, dan PC
= 0,3. Berapakah harga Kp?
120
KISI-KISI SOAL TES KEMAMPUAN HASIL BELAJAR KONSEP KESETIMBANGAN KIMIA SIKLUS 1
No. Indikator Indikator Soal Soal Jenjang
Kognitif
1. Menjelaskan konsep
kesetimbangan dinamis
1. Menjelaskan reaksi
reversible dan
irreversible
2. Menganalisis kasus dari
konsep kesetimbangan
3. Menafsirkan grafik dari
reaksi kesetimbangan
1. Jelaskan perbedaan antara reaksi dapat balik (reversible)
dan tidak dapat balik (irreversible)? Dan berikan contoh
masing-masing!
2. Jika kamu memanaskan air dalam wadah terbuka maka air
akan menguap dan semakin lama akan semakin habis.
Berbeda halnya bila kamu memanaskan air dalam wadah
tertutup maka air yang menguap akan menempel pada
dinding penutup wadah, kemudian mengembun. Air yang
mengembun tadi akan menetes kembali ke dalam wadah.
Apakah kasus di atas merupakan salah satu contoh
kesetimbangan? Berikan alasanmu!
3. Pada reaksi penguraian (dissosiasi) gas N2O4 untuk
mencapai kesetimbangan adalah sebagai berikut:
N2O4(g) ⇌ 2 NO2 (g)
Tak berwarna merah-coklat
Kosentrasi tidak lagi berubah menurut waktu.
Keadaan kesetimbangan dicapai
Kon
sen NO2
trasi
N2O4
Waktu
C2
C4
C4
121
Jelaskanlah grafik yang menerangkan proses penguraian gas
N2O4 diatas!
2. Menjelaskan
kesetimbangan homogen
dan heterogen
4. Menjelaskan pengertian
kesetimbangan
heterogen dan homogen
beserta contohnya.
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kesetimbangan
homogen dan heterogen? Dan tentukan apakah
kesetimbangan berikut tergolong kesetimbangan homogen
atau heterogen?
a. 4 NH3(g) + 5 O2(g) ⇌ 4 NO(g) + 6 H2O
b. 3 Fe(s) + 4 H2O(g) ⇌ Fe3O4(s) + 4 H2
c. CH3COO-(aq) + H2O(l) ⇌ CH3COOH(aq) + OH-(aq)
d. 2 SO2(aq) + O2(aq) ⇌ 2 SO3(g)
e. 2 NaHCO3(g) ⇌ Na2CO3(g) + CO2(g) + H2O(g)
C2
3. Menjelaskan tetapan
kesetimbangan dan
tetapan kesetimbangan
tekanan dalam suatu
reaksi
5. Menerapkan persamaan
tetapan kesetimbangan
pada suatu reaksi
5. Tentukan persamaan tetapan kesetimbangan (Kc) pada
reaksi berikut:
a. BiCl3(aq) + H2O(l) ⇌ BiOCl(s) + 2HCl(aq)
b. N2(g) + 3H2(g) ⇌ 2NH3(g)
c. SO3(g) ⇌ SO2(g) + ½ O2(g)
d. BiCl3(aq) + H2O(l) ⇌ BiOCl(s) + 2HCl(aq)
e. N2(g) + 3H2(g) ⇌ 2NH3(g)
f. SO3(g) ⇌ SO2(g) + ½ O2(g)
C3
4. Meramalkan arah
pergeseran
kesetimbangan dengan
menggunakan azas Le
Chatelier.
6. Menganalisis pengaruh
volume pada
pergeseran
kesetimbangan
7. Menganalisis pengaruh
suhu pada suatu reaksi
kesetimbangan
6. Ditentukan reaksi kesetimbangan berikut:
CaCO3(s) ⇌ CaO(s) + CO2(g) ∆H = 178 kJ
a. Adakah pengaruhnya terhadap kesetimbangan apabila
pada suhu tetap ditambahkan CaCO3(s)? Jelaskan.
b. Cara apa yang dapat dilakukan untuk menggeser
kesetimbangan itu ke kanan?
7. Gas Nitrogen oksida (NO) (yang terdapat dalam asap
kendaraan bermotor) berasal dari reaksi berikut:
N2(g) + O2(g) ⇌ 2 NO(g)
Reaksi tersebut semakin sempurna pada suhu tinggi. Apakah
reaksi itu endoterm atau eksoterm? Jelaskan.
C4
C4
122
8. Menganalisis gambar
pada suatu reaksi
kesetimbangan
8.
Pada penguraian zat NO2 menjadi N2O4 yang terjadi pada
reaksi berikut: 2 NO2(g) ⇌ N2O4(g)
Pada keadaan setimbang awal tekanan total = 1 atm,
kemudian ditambah sehingga menjadi 2 atm, apakah yang
terjadi? Jelaskan berdasarkan gambar diatas!
C4
5. Menganalisis pengaruh
perubahan suhu,
kosentrasi, tekanan, dan
volum pada pergeseran
kesetimbangan.
9. Mengidentifikasi data
hasil percobaan
9. Perhatikan data percobaan pada tabel berikut:
Temperatur
(°C)
Hasil NH3 (%)
10
atm
30
atm
50
atm
100
atm
200 50,7 67,6 74,4 81,5
300 14,7 50,3 39,4 52,0
400 3,9 10,2 16,3 25,1
500 1,2 3,5 5,6 10,6
Penambahan suhu pada tekanan tetap sebesar 10 atm akan
menggeser kesetimbangan ke kiri. Periksalah pengaruh suhu
pada tekanan lainnya? Simpulkan pengaruh temperatur dan
tekanan terhadap kesetimbangan pada reaksi berikut:
C4
123
10. Menjelaskan pengaruh
kosentrasi jika dalam
keadaan suhu dan
volume tetap pada suatu
reaksi kesetimbangan
N2(g) + 3H2(g) ⇌ 2NH3(g) ∆H = + 92,2 kJ
10. Ditentukan reaksi kesetimbangan :
2SO2(g) + O2(g) ⇌ 2 SO3(s) ∆H = - 180 kJ
a. Pada suhu dan volume tetap, ke dalam reaksi setimbang
ditambahkan gas O2. Bagaimana pengaruhnya terhadap
masing-masing zat dalam sistem tersebut?
b. Pada suhu dan volume tetap, dari reaksi setimbang
tersebut gas SO3 dikurangi. Bagaimanakah pengaruhnya
terhadap kosentrasi SO2?
C4
124
KISI-KISI SOAL TES KEMAMPUAN HASIL BELAJAR KONSEP KESETIMBANGAN KIMIA SIKLUS 2
No. Indikator Indikator Soal Soal Jenjang
Kognitif
1. Menafsirkan data percobaan
mengenai kosentrasi pereaksi dan
hasil reaksi pada keadaan setimbang
untuk menentukan derajat disosiasi
dan tetapan kesetimbangan
1. Menghitung volume pada
reaksi kesetimbangan
2. Menghitung derajat disosiasi
pada reaksi kesetimbangan
1. 1 mol NH3 dipanaskan pada tekanan
tetap 10 atm hingga 300°C, tentukan
volume akhir gas tersebut bila,
a. Gas dianggap tidak mengalami
dissosiasi
b. Gas terdisosiasi 25%
2. Diketahui reaksi kesetimbangan:
2 HI(g) ⇌ H2(g) + I2(g)
Jika 0,1 mol gas HI dimasukkan ke
dalam wadah sebesar satu liter dan
dipanaskan pada suhu 100°C terbentuk
0,02 mol gas I2, berapakah derajat
disosiasinya pada keadaan setimbang?
C3
C3
2. Menghitung harga Kc berdasarkan
kosentrasi zat dalam kesetimbangan
3. Menghitung jumlah mol pada
suatu reaksi kesetimbangan
4. Menghitung harga Kc pada
reaksi kesetimbangan
3. Reaksi : 2NO(g) + O2(g) ⇌ 2NO2(g)
Memiliki Kc = ¼ pada suhu tertentu.
Berapakah jumlah mol O2 yang
dicampurkan dengan 4 mol NO dalam 1
liter untuk menghasilkan 2 mol NO2
dalam kesetimbangan.
4. Ke dalam wadah yang bervolume 10
liter, dimasukkan 8 mol NH3 sehingga
terjadi reaksi:
2 NH3(g) ⇌ N2(g) + H2(g). Jika dalam
keadaan setimbang terdapat 4 mol NH3,
hitunglah harga Kc untuk reaksi
kesetimbangan tersebut!
C3
C3
125
3. Menghitung harga Kp berdasarkan
tekanan parsial gas pereaksi dan
hasil reaksi pada keadaan
kesetimbangan
5. Menghitung tekanan parsial
gas pada reaksi
kesetimbangan
5. Tetapan kesetimbangan Kp untuk reaksi
dekomposisi fosforus pentaklorida
menjadi fosforus triklorida dan klorin
PCl5(g) ⇌ PCl3(g) + Cl2(g)
Adalah 1,05 pada 250°C. Jika pada saat
kesetimbangan tekanan parsial PCl5 dan
PCl3 berturut-turut adalah 0,875 dan
0,463 atm, berapakah tekanan parsial
Cl2?
C3
4. Menghitung harga Kc berdasarkan
harga Kp atau sebaliknya
6. Menghitung harga Kc
berdasarkan nilai Kp pada
suatu reaksi kesetimbangan
6. Amonium karbamat (NH2COONH4)
adalah garam asam karbamat yang
terdapat dalam urine mmamalia. Pada
suhu 25°C membentuk kesetimbangan
sebagai berikut:
NH2COONH4(s) ⇌ 2 NH3(g) + CO2(g)
Ke dalam suatu wadah vakum yang
volumenya 2 L pada suhu 25°C
dimasukkan 5 g pada NH2COONH4 (78
g/mol) dan setelah didiamkan beberapa
lama ternyata tekannan gas di dalam
wadah tersebut menjadi 0,116 atm, dan
tekanan ini tetap konstan dengan
perubahan waktu.
a. Bila pada suhu 25°C dan pada
tekanan konstan tersebut, volume
sistem diperkecil menjadi 1 L.
Berapa tekanan total wadah setelah
mencapai kesetimbangan kembali?
Dan bagaimana kosentrasi
NH2COONH4 bertambah atau
berkurang?
b. Pada suhu 250°C, nilai Kp untuk
C3
126
kesetimbangan adalah
2,9 x 10-5
maka berapakah nilai Kc?
5. Menganalisis penerapan prinsip
kesetimbangan dalam industri
7. Mensintesis prinsip
kesetimbangan pada
pembuatan asam sulfat
8. Mendeskripsikan keuntungan
katalis pada suatu reaksi
kesetimbangan
9. Menjelaskan tahapan-tahapan
pembuatan asam nitrat
7. Tahap penting pada pembuatan asam
sulfat adalah mengubah SO2 menjadi
SO3, karena reaksinya merupakan reaksi
kesetimbangan:
2 SO2(g) + O2(g) ⇌ 2SO3(g) ∆H = -98
kJ
a. Berdasarkan prinsip kesetimbangan,
bagaimanakah pengaturan suhu dan
tekanan yang menguntungkan
pembentukkan SO3? Jelaskan.
b. Pada proses kontak digunakan
tekanan normal (1 atm) dan suhu
yang relatif tinggi (sekitar 500°C).
Apakah hal ini sesuai dengan prinsip
kesetimbangan?
8. NH3 dibuat dari gas N2 dan gas H2
menurut reaksi kesetimbangan:
N2(g) + 3H2(g) ⇌ 2NH3(g) ∆H = -
92 kJ
Menurut proses Haber-Bosch,
pembuatan amonia dilakukan dengan
tekanan tinggi (sekitar 500°C). Jelaskan
alasan digunakannya tekanan dan suhu
tinggi pada proses itu. Kemudian apakah
ada keuntungannya dalam menggunakan
katalis?
9. Asam nitrat di gunakan dalam pembuatan
pupuk amonium nitrat, bahan peledak
seperti TNT, industri zat warna, dan
metalurgi. Asam nitrat dapat dibuat
C5
C6
C2
127
dengan cara mereaksikan NO2 dengan
air. Metode apa yang biasa digunakan
dalam industri asam nitrat? Dan
jelaskanlah tahap-tahapnya?
6. Menerapkan prinsip reaksi
kesetimbangan dalam tubuh
manusia
10. Menjelaskan contoh reaksi
kesetimbangan dalam tubuh
10. Sebutkan contoh proses dalam tubuh yang
melibatkan reaksi kesetimbangan kimia?
C2
128
KISI-KISI KUNCI JAWABAN DAN PENSKORAN TES KEMAMPUAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP
KESETIMBANGAN KIMIA SIKLUS 1
No. Indikator Jawaban Bobot Nilai
1. Menjelaskan konsep kesetimbangan
dinamis
1. Reaksi yang tidak dapat balik (irreversible) yaitu reaksi kimia yang
berlangsung hanya untuk mendapatkan produk (hasil reaksi) saja dan
tidak dapat menghasilkan reaktan (pereaksi kembali). Sedangkan
reaksi yang dapat balik (reversible) yaitu reaksi kimia yang
berlangsung dua arah (bolak balik) dapat membentuk reaktan
(pereaksi kembali).
Contoh reaksi ireversible : Kertas dibakar, pembusukan buah
Contoh reaksi reversible : Proses pemanasan air dalam wadah
tertutup, siklus oksigen, dan proses penguapan air dari permukaan
bumi dengan proses turunnya hujan.
Penskoran nilai:
Diberi poin 10, jika mampu menjawab dengan tepat sesuai dengan kunci
jawaban
Diberi poin 5, jika mampu menjawab sampai perbedaan reaksi
irreversibel dan reversibel
Diberi poin 1, menjawab tetapi jawaban salah/tidak sesuai dengan kunci
jawaban
Diberi poin 0, jika tidak menjawab sama sekali
2. Ya, karena ketika air (H2O) dipanaskan suhunya akan semakin
bertambah sehingga air menyerap kalor dengan ditandai air menguap
dan menempel didinding tutup wadah, kesetimbangan akan bergeser
ke arah endoterm. Kemudian ketika air (H2O) didiamkan, suhunya
akan semakin turun sehingga air melepas kalor dengan ditandai uap
yang menempel pada dinding tutup wadah( mengembun) dan air
menetes kembali ke dalam wadah, kesetimbangan akan bergeser ke
arah eksoterm.
10 Poin
10 Poin
129
Penskoran nilai:
Diberi poin 10, jika mampu menjawab dengan tepat sesuai dengan kunci
jawaban
Diberi poin 5, jika mampu menjawab benar tetapi kurang lengkap
Diberi poin 1, menjawab tetapi jawaban salah/tidak sesuai dengan kunci
jawaban
Diberi poin 0, jika tidak menjawab sama sekali
3. Pada keadaan kesetimbangan, jumlah molekul NO2 dan N2O4 tetap.
Oleh karena itu ketika keadaan kesetimbangan tercapai tidak terjadi
perubahan sifat makroskopis zat. Akan tetapi reaksi penguraian dan
pembentukkan N2O4 tetap berlangsung secara terus menerus tidak
kunjung berhenti. Jadi, pada eadaan kesetimbangan dinamis,
sekalipun secara makroskopis tidak terjadi perubahan, tetapi secara
makroskopis tetap terjadi perubahan yang terus menerus.
Penskoran nilai:
Diberi poin 10, jika mampu menjawab dengan tepat sesuai dengan kunci
jawaban
Diberi poin 5, jika mampu menjawab benar tetapi kurang sesuai dengan
kunci
Diberi poin 1, menjawab tetapi jawaban salah/tidak sesuai dengan kunci
jawaban
Diberi poin 0, jika tidak menjawab sama sekali
10 Poin
2. Menjelaskan kesetimbangan
homogen dan heterogen
4. Kesetimbangan homogen adalah reaksi kesetimbangan yang
mengandung zat-zat homogen (satu fase). Sedangkan Kesetimbangan
heterogen adalah reaksi kesetimbangan yang mengandung zat-zat
yang heterogen (beberapa fase)
a. Kesetimbangan homogen
b. Kesetimbangan heterogen
c. Kesetimbangan heterogen
10 poin
130
d. Kesetimbangan homogen
e. Kesetimbangan heterogen
Penskoran nilai:
Diberi poin 10, jika mampu menjawab dengan tepat sesuai dengan kunci
jawaban
Diberi poin 5, jika mampu menjawab benar tetapi kurang sesuai dengan
kunci jawaban
Diberi poin 1, menjawab tetapi jawaban salah/tidak sesuai dengan kunci
jawaban
Diberi poin 0, jika tidak menjawab sama sekali
3. Menjelaskan tetapan kesetimbangan
dan tetapan kesetimbangan tekanan
dalam suatu reaksi
5. a. Kc =
b. Kc = M-2
c. Kc = M1/2
d. Kp =
e. Kp =
f. Kp =
Penskoran nilai:
Diberi poin 10, jika mampu menjawab dengan tepat sesuai dengan kunci
jawaban
10 poin
131
Diberi poin 5, jika mampu menjawab benar tetapi kurang sesuai dengan
kunci jawaban
Diberi poin 1, menjawab tetapi jawaban salah/tidak sesuai dengan kunci
jawaban
Diberi poin 0, jika tidak menjawab sama sekali
4. Meramalkan arah pergeseran
kesetimbangan dengan menggunakan
azas Le Chatelier.
6. a. Ada, penambahan CaCO3 salah satu pereaksi akan menggeser ke
arah kanan.
b. Dengan ditambahkan CaCO3
Penskoran nilai:
Diberi poin 10, jika mampu menjawab dengan tepat sesuai dengan kunci
jawaban
Diberi poin 5, jika mampu menjawab benar tetapi kurang sesuai dengan
kunci jawaban
Diberi poin 1, menjawab tetapi jawaban salah/tidak sesuai dengan kunci
jawaban
Diberi poin 0, jika tidak menjawab sama sekali
7. Reaksinya termasuk reaksi endoterm, karena N2(g) dan O2(g)
memerlukan kalor (menyerap panas)
Penskoran nilai:
Diberi poin 10, jika mampu menjawab dengan tepat sesuai dengan kunci
jawaban
Diberi poin 5, jika mampu menjawab benar tetapi kurang sesuai dengan
kunci jawaban
Diberi poin 1, menjawab tetapi jawaban salah/tidak sesuai dengan kunci
jawaban
Diberi poin 0, jika tidak menjawab sama sekali
10 Poin
10 Poin
132
8. Pada gambar (a) campuran NO2 dan N2O4 pada keadaann setimbang
mula-mula (P = 1 atm). Dalam wadah terdapat 17 molekul (5
molekul NO2 dan 12 molekul N2O4) dan 87 atom (29 atom N dan 58
atom O). Gambar (b) Tekanan total diperbesar menjadi 2 atm,
menyebabkan volume berkurang. Dan pada gambar (c) beberapa saat
setelah tekanan diperbesar, dua molekul NO2 bergabung membentuk
molekul N2O4. Dalam wadah terdapat 16 molekul (3 molekul NO2
dan 13 molekul N2O4) dan 87 atom (29 atom N dan 58 atom O).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika tekanan bertambah, volume
akan berkurang. Begitu juga sebaliknya jika tekanan bertambah
(volume berkurang), reaksi akan bergeser ke kanan karena setiap dua
molekul NO2 membentuk satu molekul N2O4.
Penskoran nilai:
Diberi poin 10, jika mampu menjawab dengan tepat sesuai dengan kunci
jawaban
Diberi poin 5, jika mampu menjawab benar tetapi kurang sesuai dengan
kunci jawaban
Diberi poin 1, menjawab tetapi jawaban salah/tidak sesuai dengan kunci
jawaban
Diberi poin 0, jika tidak menjawab sama sekali
10 Poin
5. Menganalisi pengaruh perubahan
suhu, kosentrasi, tekanan, dan volum
pada pergeseran kesetimbangan.
9. Pengaruh suhu pada tekanan lainnya yaitu semakin tinggi suhu pada
tekanan tetap sebesar 30 atm rendemen NH3 semakin kecil begitu
juga dengan atm 50, 100, 600, dan 1000. Kesimpulannya : rendemen
NH3 pada suhu konstan 200°C akan menggeser kekanan karena
semakin besar tekanannya akan semakin tinggi nilai rendemen NH3.
Sedangkan semakin bertambahnya suhu pada tekanan 10 atm akan
10 Poin
133
menggeser kesetimbangan kekiri.
Penskoran nilai:
Diberi poin 10, jika mampu menjawab dengan tepat sesuai dengan kunci
jawaban
Diberi poin 5, jika mampu menjawab benar tetapi kurang sesuai dengan
kunci jawaban
Diberi poin 1, menjawab tetapi jawaban salah/tidak sesuai dengan kunci
jawaban
Diberi poin 0, jika tidak menjawab sama sekali
10. a. Pada suhu dan tekanan tetap, jika gas O2 ditambahkan
kesetimbangan akan bergeser dari ke kanan. Karena reaksi
bergeseser ke kanan, maka gas SO2 akan berkurang seangkan gas
SO3 akan bertambah.
b. Pada suhu dan tekanan tetap, jika gas SO3 dikurangi
kesetimbangan akan bergeser dari kiri ke kanan. Karena reaksi
bergeser ke kanan, maka gas SO2 akan berkurang.
Penskoran nilai:
Diberi poin 10, jika mampu menjawab dengan tepat sesuai dengan kunci
jawaban
Diberi poin 5, jika mampu menjawab benar tetapi kurang sesuai dengan
kunci jawaban
Diberi poin 1, menjawab tetapi jawaban salah/tidak sesuai dengan kunci
jawaban
Diberi poin 0, jika tidak menjawab sama sekali
10 Poin
134
KISI-KISI JAWABAN DAN PENSKORAN TES KEMAMPUAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP
KESETIMBANGAN KIMIA SIKLUS 2
No. Indikator Jawaban soal Bobot Nilai
1. Menafsirkan data percobaan mengenai
kosentrasi pereaksi dan hasil reaksi
pada keadaan setimbang untuk
menentukan derajat disosiasi dan
tetapan kesetimbangan
1. a. Volum gas dapat dihitung dengan rumus ideal,
PV = nRT, atau V = V =
Bila gas tidak mengalami disosiasi maka jumlah mol gas tetap 1
mol
V = liter = 4,7 liter
b. Bila gas terdisosiasi 25% ( a = 0,25) maka jumlah mol total
campuran gas = α [ 1 + (n-1) a] mol
= 1 [ 1 + (2-1) 0,25] mol
= 1,25 mol
Jadi, volume gas V = liter = 5,88 liter
Penskoran nilai:
Diberi poin 10, jika mampu menjawab dengan tepat sesuai dengan
kunci jawaban
Diberi poin 5, jika mampu menjawab benar tetapi kurang sesuai
dengan kunci jawaban
Diberi poin 1, menjawab tetapi jawaban salah/tidak sesuai dengan
kunci jawaban
10 Poin
135
Diberi poin 0, jika tidak menjawab sama sekali
2. 2 HI(g) ⇌ H2(g) + I2(g)
Awal 0,1 - -
Reaksi 0,02 0,02 0,02
Setimbang 0,08 0,02 0,02
a = = = 0,2
Penskoran nilai:
Diberi poin 10, jika mampu menjawab dengan tepat sesuai dengan
kunci jawaban
Diberi poin 5, jika mampu menjawab benar tetapi kurang sesuai
dengan kunci jawaban
Diberi poin 1, menjawab tetapi jawaban salah/tidak sesuai dengan
kunci jawaban
Diberi poin 0, jika tidak menjawab sama sekali
10 Poin
136
2. Menghitung harga Kc berdasarkan
kosentrasi zat dalam kesetimbangan
3. 2NO + O2 ⇌ 2NO2
Awal : 4 x
Reaksi : 2 1
Setimbang : 2 x - 1 2
x – 1 = 4
x = 5
Penskoran nilai:
Diberi poin 10, jika mampu menjawab dengan tepat sesuai dengan
kunci jawaban
Diberi poin 5, jika mampu menjawab benar tetapi kurang sesuai
dengan kunci jawaban
Diberi poin 1, menjawab tetapi jawaban salah/tidak sesuai dengan
kunci jawaban
Diberi poin 0, jika tidak menjawab sama sekali
4. 2 NH3(g) ⇌ N2(g) + 3 H2(g)
Awal 8 - -
Reaksi -4 +2 +6
Setimbang 4 2 6
10 Poin
10 Poin
137
[NH3] = M [N2] = M [ H2] = M
Kc = = =
Penskoran nilai:
Diberi poin 10, jika mampu menjawab dengan tepat sesuai dengan
kunci jawaban
Diberi poin 5, jika mampu menjawab benar tetapi kurang sesuai
dengan kunci jawaban
Diberi poin 1, menjawab tetapi jawaban salah/tidak sesuai dengan
kunci jawaban
Diberi poin 0, jika tidak menjawab sama sekali
3. Menghitung harga Kp berdasarkan
tekanan parsial gas pereaksi dan hasil
reaksi pada keadaan kesetimbangan
5. a. Kc =
Karena T = 375 + 273 = 648 K dan ∆n = 2 – 4 = -2, di dapat :
Kc = = 1,2
b. 1,05 =
PCl2 = = 1,98 atm
Penskoran nilai:
Diberi poin 10, jika mampu menjawab dengan tepat sesuai dengan
kunci jawaban
Diberi poin 5, jika mampu menjawab benar tetapi kurang sesuai
10 Poin
138
dengan kunci jawaban
Diberi poin 1, menjawab tetapi jawaban salah/tidak sesuai dengan
kunci jawaban
Diberi poin 0, jika tidak menjawab sama sekali
4. Menghitung harga Kc berdasarkan
harga Kp
6. a. Volume dikurangi dari 2L - 1L, sesuai dengan asa Le Chatelier
bahwa jika pada kesetimbangan reaksi dilakukan aksi-aksi
tertentu, sistem akan mengadakan reaksi yang menggeser
kesetimbangan untuk menghilangkan pengaruh aksi tersebut
sehingga jika volume dikurangi maka tekanan akan bertambah,
reaksi akan bergeser kearah kanan. Tekanan totalnya menjadi
0,174 atm karena tekanan awal ditambah tekanan penambahan.
2 NH3(g) + CO2 ⇌ NH2COONH4
[ NH2COONH4]awal = =
=
= 0,032 M
[ NH2COONH4]volum dikurangi =
=
= 0,064 M
Jadi, dilihat dari perhitungan kosentrasi menunjukan bahwa
10 Poin
139
kosentrasinya bertambah.
b. Kp = Kc (RT)∆n
2,9 x 10-5
= Kc (0,082 x 523)2
2,9 x 10-5
= Kc x (1,8x103)
Kc = = 1,6 x 10-8
Penskoran nilai:
Diberi poin 10, jika mampu menjawab dengan tepat dan lengkap
sesuai dengan kunci jawaban
Diberi poin 5, jika mampu menjawab benar tetapi kurang lengkap
Diberi poin 1, menjawab tetapi jawaban salah/tidak sesuai dengan
kunci jawaban
Diberi poin 0, jika tidak menjawab sama sekali
5. Mengaplikasikan penerapan prinsip
kesetimbangan dalam industri
7. a. Pada proses kontak digunakan suhu sekitar 500 °C dan katalis
V2O5. Sebenarnya tekanan besar akan menguntungkan produksi
SO3, tetapi penambahan tekanan ternyata tidak diimbangi
penambahan hasil yang memadai. Oleh karena itu, pada proses
kontak tidak digunakan tekanan besar melainkan tekanan normal 1
atm.
b.Ya, hal ini sesuai dengan prinsip kesetimbangan kimia karena
dengan kenaikan suhu proses kesetimbangan berlaku meskipun
tekanan dijadikan tetap/normal (1 atm).
Penskoran nilai:
10 Poin
140
Diberi poin 10, jika mampu menjawab dengan tepat dan lengkap
sesuai dengan kunci jawaban
Diberi poin 5, jika mampu menjawab benar tetapi kurang lengkap
Diberi poin 1, menjawab tetapi jawaban salah/tidak sesuai dengan
kunci jawaban
Diberi poin 0, jika tidak menjawab sama sekali
8. Jika tekanan dinaikkan maka diperlukan ketebalan pipa yang lebih
banyak agar tidak mudah rusak bila tekanan gas meningkat. Hal
tersebut mengeluarkan biaya yang banyak. Jika suhu terlalu tinggi
atau terlalu rendah maka jumlah amoniak yang diperoleh sedikit
dan reaksi membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh karena
itu, Fritz Haber dan Carl bosch menggunakan tekanan dan suhu
optimum untuk membuat amoniak. Tekanan optimum untuk
membuat amoniak ialah 250 atm atau 351 kPa dan suhu 550°C
dengan menggunakan katalis Fe yang diperoleh dari reduksi
Fe3O4. Ada keuntungan dalam penggunaan katalis diantaranya
yaitu katalis penting bagi reaksi yang memerlukan suhu tinggi,
karena dengan suatu katalis reaksi seperti ini dapat berlangsung
pada suhu yang lebih rendah. Meskipun katalis dapat
mempercepat pencapaian keadaan setimbang, namun katalis tidak
mengubah komposisi kesetimbangan.
Penskoran nilai:
Diberi poin 10, jika mampu menjawab dengan tepat dan lengkap
sesuai dengan kunci jawaban
Diberi poin 5, jika mampu menjawab benar tetapi kurang lengkap
Diberi poin 1, menjawab tetapi jawaban salah/tidak sesuai dengan
kunci jawaban
10 Poin
141
Diberi poin 0, jika tidak menjawab sama sekali
9. Pada industri asam nitrat biasa digunakan metode Ostwald yang
terdiri atas tiga tahap reaksi:
Tahap 1: oksidasi amonia
Biasanya proses pembuatan asam nitrat satu pekat dengan
pembuatan amonia karena sebagian amonia yang dihasilkan
dioksidasi untuk menghasilkan gas nitrogen monoksida. Pada reaksi
ini suhu reaksi sekitar 900°C. Dan digunakan katalis platina dan
rhenium.
4 NH3(g) + 5 O2(g) ⇌ 4 NO(g) +6 H2O(l) ∆H = -907 kJ
Gas NO optimum, jika suhu reaksi diturunkan dan tekanan
diperbesar
Tahap 2: oksidasi gas NO
Gas NO yang terbenntuk selanjutnya dicampurkan dengan udara
agar dapat bereaksi dengan oksigen.
2 NO(g) + O2(g) ⇌ 2NO2(g)
Tahap 3: pembentukan HNO3
Pada tahap akhir ini, gas NO2 direaksikan dengan air menghasilkan
asam nitrat dan gas NO
3NO2(g) + H2O(l) ⇌ 2HNO3(aq) + NO(g)
10 Poin
142
Penskoran nilai:
Diberi poin 10, jika mampu menjawab dengan tepat dan lengkap
sesuai dengan kunci jawaban
Diberi poin 5, jika mampu menjawab benar tetapi kurang lengkap
Diberi poin 1, menjawab tetapi jawaban salah/tidak sesuai dengan
kunci jawaban
Diberi poin 0, jika tidak menjawab sama sekali
6. Menerapkan prinsip reaksi
kesetimbangan dalam tubuh manusia
10. 1) pH darah dan jaringan tubuh
2) Metabolisme karbondioksida dalam tubuh
3) Kesetimbangan dalam mulut
4) pengikatan oksigen dalam darah
Penskoran nilai:
Diberi poin 10, jika mampu menjawab dengan tepat dan lengkap
sesuai dengan kunci jawaban
Diberi poin 5, jika mampu menjawab benar tetapi kurang lengkap
Diberi poin 1, menjawab tetapi jawaban salah/tidak sesuai dengan
kunci jawaban
Diberi poin 0, jika tidak menjawab sama sekali
10 Poin
143
Lampiran 10
Soal Post Test Uraian Siklus 1
Nama : Hari/tanggal :
Kelas : Waktu :
Kosentrasi tidak lagi berubah menurut waktu.
Keadaan kesetimbangan dicapai
Kon NO2
sen
trasi
N2O4
Waktu
Jelaskanlah grafik yang menerangkan proses penguraian gas N2O4 diatas!
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kesetimbangan homogen dan heterogen? Dan
tentukan apakah kesetimbangan berikut tergolong kesetimbangan homogen atau
heterogen?
a. 4 NH3(g) + 5 O2(g) ⇌ 4 NO(g) + 6 H2O
b. 3 Fe(s) + 4 H2O(g) ⇌ Fe3O4(s) + 4 H2
c. CH3COO-(aq) + H2O(l) ⇌ CH3COOH(aq) + OH-(aq)
d. 2 SO2(aq) + O2(aq) ⇌ 2 SO3(g)
e. 2 NaHCO3(g) ⇌ Na2CO3(g) + CO2(g) + H2O(g)
3. Tentukan persamaan tetapan kesetimbangan (Kc) dan tetapan kesetimbangan tekanan
parsial gas (Kp) pada reaksi berikut:
a. BiCl3(aq) + H2O(l) ⇌ BiOCl(s) + 2HCl(aq)
b. N2(g) + 3H2(g) ⇌ 2NH3(g)
d. 2 H2S(g) + 3 O2 ⇌ 2 H2O (g) + 2 SO2 (g)
1. Pada reaksi penguraian (dissosiasi) gas N2O4 untuk mencapai kesetimbangan adalah
sebagai berikut:
N2O4(g) ⇌ 2 NO2 (g)
Tak berwarna merah-coklat
c. 2 H2S(g) + 3 O2 ⇌ 2 H2O (g) + 2 SO2 (g)
e. N2(g) + 3H2(g) ⇌ 2NH3(g)
144
f. 2 HI (g) ⇌ H2(g) + I2(g)
4. Ditentukan reaksi kesetimbangan berikut:
CaCO3(s) ⇌ CaO(s) + CO2(g) ∆H = 178 kJ
a. Adakah pengaruhnya terhadap kesetimbangan apabila pada suhu tetap
ditambahkan CaCO3(s)? Jelaskan.
b. Cara apa yang dapat dilakukan untuk menggeser kesetimbangan itu ke kanan?
5. Ditentukan reaksi kesetimbangan :
2SO2(g) + O2(g) ⇌ 2 SO3(s) ∆H = - 180 kJ
a. Pada suhu dan volume tetap, ke dalam reaksi setimbang ditambahkan gas O2.
Bagaimana pengaruhnya terhadap masing-masing zat dalam sistem tersebut?
b. Pada suhu dan volume tetap, dari reaksi setimbang tersebut gas SO3 dikurangi.
Bagaimanakah pengaruhnya terhadap kosentrasi SO2?
145
Lampiran 11
Soal Post Test Uraian Siklus 2
Nama : Hari/tanggal :
Kelas : Waktu :
1. 1 mol NH3 dipanaskan pada tekanan tetap 10 atm hingga 300°C, tentukan volume
akhir gas tersebut bila,
a. Gas dianggap tidak mengalami dissosiasi
b. Gas terdisosiasi 25%
2. Reaksi : 2NO(g) + O2(g) ⇌ 2NO2(g)
Memiliki Kc = ¼ pada suhu tertentu. Berapakah jumlah mol O2 yang dicampurkan
dengan 4 mol NO dalam 1 liter untuk menghasilkan 2 mol NO2 dalam kesetimbangan.
3. Amonium karbamat (NH2COONH4) adalah garam asam karbamat yang terdapat
dalam urine mmamalia. Pada suhu 25°C membentuk kesetimbangan sebagai berikut:
NH2COONH4(s) ⇌ 2 NH3(g) + CO2(g)
Ke dalam suatu wadah vakum yang volumenya 2 L pada suhu 25°C dimasukkan 5 g
pada NH2COONH4 (78 g/mol) dan setelah didiamkan beberapa lama ternyata
tekannan gas di dalam wadah tersebut menjadi 0,116 atm, dan tekanan ini tetap
konstan dengan perubahan waktu.
a. Bila pada suhu 25°C dan pada tekanan konstan tersebut, volume sistem diperkecil
menjadi 1 L. Berapa tekanan total wadah setelah mencapai kesetimbangan
kembali? Dan bagaimana kosentrasi NH2COONH4 bertambah atau berkurang?
b. Pada suhu 250°C, nilai Kp untuk kesetimbangan adalah
2,9 x 10-5
maka berapakah nilai Kc?
4. Tahap penting pada pembuatan asam sulfat adalah mengubah SO2 menjadi SO3,
karena reaksinya merupakan reaksi kesetimbangan:
2 SO2(g) + O2(g) ⇌ 2SO3(g) ∆H = -98 kJ
a. Berdasarkan prinsip kesetimbangan, bagaimanakah pengaturan suhu dan tekanan
yang menguntungkan pembentukkan SO3? Jelaskan.
b. Pada proses kontak digunakan tekanan normal (1 atm) dan suhu yang relatif tinggi
(sekitar 500°C). Apakah hal ini sesuai dengan prinsip kesetimbangan?
5. Sebutkan contoh proses dalam tubuh yang melibatkan reaksi kesetimbangan kimia?
146
Lampiran 12
Tabel Nilai Kimia Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh
Tahun Ajaran 2009/2010
Absen UH 1 UH 2 UH 3 UTS UH 4 UH 5
1 70 72 72 88 92 82
2 65 55 70 38 52 54
3 75 70 50 55 65 70
4 70 64 45 25 72
5 54 35 34 35 20 52
6 55 38 28 30 45 48
7 75 65 70 35 68 72
8 75 45 20 40 32 54
9 70 42 45 60 60 35
10 82 35 70 65 78 75
11 45 32 58 20 72 28
12 47 68 45 35 45 32
13 70 70 68 72 68 68
14 75 60 45 55 60 70
15 80 72 75 62 78 58
16 68 68 70 68 40 42
17 65 52 35 40 30 28
18 50 70 72 55 20 35
19 74 68 72 48 72 45
20 62 30 20 70 48 30
21 80 75 75 60 68 75
22 90 75 70 55 70 68
23 45 38 34 54 45 55
24 44 35 40 78 42 30
25 42 30 70 25 20
26 60 55 58 45 30 42
27 65 65 45 35 50 55
28 75 70 70 65 68 70
29 70 65 35 45 75 72
30 85 78 75 75 70 70
31 70 62 70 50 45 38
32 90 75 80 70 88 80
33 65 55 50 68 68 70
34 45 57 58 68 35 40
35 65 55 30 25 40 32
36 78 42 70 38 50 62
Jumlah 2346 2035 1986 1917 1939 1929
Rata-
rata
65,16 57,08 55,16 53,25 53,86 53,58
51,30
147
Keterangan:
UH 1 = Ulangan Harian Struktur Atom
UH 2 = Ulangan Harian Bentuk Molekul
UH 3 = Ulangan Harian Termokimia
UTS = Ujian Tengah Semester
UH 4 = Ulangan Harian Laju Reaksi
UH 5 = Ulangan Harian Kesetimbangan Kimia
Mengetahui,
Guru Bidang Studi Kimia
Karmawan, S.Pd
148
Lampiran 13
Tabel Analisis Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar Kesetimbangan
Kimia Siklus I dan Siklus II
Siklus I
No Soal Daya Beda
Tingkat
Kesukaran Validitas
Nilai Kategori Nilai Kategori r hitung r tabel Keterangan
1 0,429 Baik 0,533 Sedang 0,6 0,482 Valid
2 0,429 Baik 0,333 Sedang 0,449 0,482 Invalid
3 0 Jelek 0 Sukar 0,175 0,482 Invalid
4 0 Jelek 0,333 Sedang 0,786 0,482 Valid
5 0,571 Baik 0,300 Sedang 0,659 0,482 Valid
6 0 Jelek 0 Sukar 0,005 0,482 Invalid
7 0 Jelek 0 Sukar 0,185 0,482 Invalid
8 0,143 Jelek 0,067 Sukar 0,744 0,482 Valid
9 0,143 Jelek 0,067 Sukar 0,374 0,482 Invalid
10 0,286 Cukup 0,300 Sedang 0,726 0,482 Valid
Reliabilitas 0,90
Kategori Baik
Siklus II
No Soal Daya Beda
Tingkat
Kesukaran Validitas
Nilai Kategori Nilai Kategori r hitung r tabel Keterangan
1 0 0 Sukar 0,741 0,482 Valid
2 0 0 Sukar -0,198 0,482 Invalid
3 0 Jelek 0 Sukar 0,337 0,482 Invalid
4 0,714 Sangat
baik
0,467 Sedang 0,734 0,482 Valid
5 0,143 Jelek 0,067 Sukar 0,623 0,482 Valid
6 0 Jelek 0 Sukar 0,318 0,482 Invalid
7 0,143 Jelek 0,067 Sukar 0,350 0,482 Invalid
8 0 Jelek 0 Sukar -0,135 0,482 Invalid
9 0,286 Cukup 0,333 Sedang 0,658 0,482 Valid
10 0,286 Cukup 0,467 Sedang 0,657 0,482 Valid
Reliabilitas 0,74
Kategori Baik
149
Lampiran 14
Analisis Validitas dan Reliabilitas Tes Kemampuan Hasil Belajar Pada Siklus I
1 2 3 4 5
A 10 10 3 10 7 40 1600 31.4 985.96
B 10 10 3 7 5 35 1225 14.4 207.36
C 10 10 3 10 10 43 1849 13.4 179.56
D 10 10 1 10 10 41 1681 9.4 88.36
E 7 5 1 7 10 30 900 3.4 11.56
F 7 5 3 5 5 25 625 1.4 1.96
G 10 5 3 7 5 30 900 -1.6 2.56
H 10 10 1 7 5 33 1089 -1.6 2.56
I 7 3 3 7 5 25 625 -2.6 6.76
J 10 3 3 7 5 28 784 -8.6 73.96
K 10 3 3 5 5 26 676 -8.6 73.96
L 1 5 1 5 5 17 289 -9.6 92.16
M 3 3 3 7 3 19 361 -11.6 134.56
N 5 7 0 5 1 18 324 -12.6 158.76
O 3 5 3 3 1 15 225 -16.6 275.56
Xi 113 94 34 102 82 425 13153 0 2295.6
RATA-RATA 48.6
Jumlah Xi2 991 710 94 752 560
Jumlah Xi x Xt 5832 4805 1687 5245 4319
Jumlah (xi x xt) 340.2 236.6 34.6 287.8 333.8
Jumlah xi2 139.73 120.93 16.93 58.4 111.7
Nilai rit 0.6 0.449 0.175 0.786 0.659
r Tabel 5% (n = 15) 0.482 0.482 0.482 0.482 0.482
Hasil valid tidak valid tidak valid valid valid
Butir Soal 1 4 5 8 10 Jumlah Vars T Nilai rii
Varians Butir 9.31 3,89 7,45 3,67 5,05 52.72 153.04 0,90
Jumlah Sxt2Nama SiswaSkor Butir Soal
Jumlah Xt Jumlah Xt2 Xt Rata-rata (SXt)
150
Lampiran 15
Perhitungan Uji Validitas Instrumen Siklus I (Contoh : Soal Tes Hasil Belajar Siklus I No. 1)
rit = XiXt
Xi 2 Xt 2
Penyelesaian:
SXt = 729 SX2
t = 37725 Sχ2
t = 2295,6
1. ∑ X 1 = 113 ∑ X 1 X t = 5832
∑ X2
t = 991
∑ X1 Xt = 5832 – 729 x 113
15 = 340,8
∑ x2t = 991 -
1132
15 = 139,73
Korelasinya adalah sebagai berikut :
r it = 340,2
229,5 x 139,73 =
340,2
566,36 = 0,60
r tabel = 0,482
Karena rhitung > rtabel, maka soal dinyatakan valid
151
Lampiran 16
Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Siklus I
r ii = 𝑘
𝑘 − 1 [1 -
𝑆𝑖2
𝑆𝑡2 ]
1. Mencari jumlah varians butir yang valid :
Nomor Butir Varians Butir
1
4
5
8
10
139,73 : 15 = 9,31
58,4 : 15 = 3,89
111,73 : 15 = 7,45
56,4 : 15 = 3,76
75,73 : 15 = 5,05
Jumlah 29,46
2. Mencari varians skor total :
St2 =
S𝑥𝑡2
N =
2295,6
15 = 153,04
3. Mencari nilai koefesien reliabilitas tes :
r ii = 10
10 − 1 [ 1 –
29,46
153,04 ]
= 0,90
152
Lampiran 17
Tingkat Kesukara Soal Siklus I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a 10 10 3 10 7 5 5 10 10 10 80
b 10 10 3 7 5 3 3 7 5 10 63
c 10 10 3 10 10 5 3 5 1 5 62
d 10 10 1 10 10 1 5 3 3 5 58
e 7 5 1 7 10 1 3 5 3 10 52
f 7 5 3 5 5 5 5 5 5 5 50
g 10 5 3 7 5 5 3 5 1 3 47
h 10 10 1 7 5 3 0 5 1 5 47
i 7 3 3 7 5 7 1 5 1 7 46
j 10 3 3 7 5 3 1 3 0 5 40
k 10 3 3 5 5 5 1 5 0 3 40
l 1 5 1 5 5 5 0 5 7 5 39
m 3 3 3 7 3 5 0 5 3 5 37
n 5 7 0 5 1 5 0 1 5 7 36
o 3 5 3 3 1 1 1 3 5 7 32
skor benar 80 50 0 30 30 0 0 10 10 30 729
jum siswa yang benar 8 5 0 3 3 0 0 1 1 3
tingkat kesukaran 0.5333 0.3333 0 0.3 0.3 0 0 0.0667 0.0667 0.3
keterangan sedang sedang sukar sedang sedang sukar sukar sukar sukar sedang
Kategori Soal
0,00 - 0,30 : Sukar 0,30 - 0,70 : Sedang 0,71 - 1,00 : Mudah
Nama Siswaskor Butir Soal
Jumlah
153
Lampiran 18
Daya Beda Soal Siklus I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 10 10 3 10 7 5 5 10 10 10 80
B 10 10 3 7 5 3 3 7 5 10 63
C 10 10 3 10 10 5 3 5 1 5 62
D 10 10 1 10 10 1 5 3 3 5 58
E 7 5 1 7 10 1 3 5 3 10 52
F 7 5 3 5 5 5 5 5 5 5 50
G 10 5 3 7 5 5 3 5 1 3 47
H 10 10 1 7 5 3 0 5 1 5
I 7 3 3 7 5 7 1 5 1 7 46
J 10 3 3 7 5 3 1 3 0 5 40
K 10 3 3 5 5 5 1 5 0 3 40
L 1 5 1 5 5 5 0 5 7 5 39
M 3 3 3 7 3 5 0 5 3 5 37
N 5 7 0 5 1 5 0 1 5 7 36
O 3 5 3 3 1 1 1 3 5 7 32
BA 5 4 0 3 4 0 0 1 1 3
JA 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
BB 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JB 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
D 0.429 0.571 0 0.429 0.571 0 0 0.143 0.143 0.429
KET BAIK BAIK JELEK JELEK BAIK JELEK JELEK JELEK JELEK BAIK
0,00 - 0,20 = JELEK 0,40 - 0,70 = BAIK
0,20 - 0,40 = CUKUP 0,70 - 1,00 = BAIK SEKALI
SiswaButir Soal
jumlah
154
Lampiran 19
Perhitungan Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Siklus I
Perhitungan Tingkat Kesukaran
(Contoh soal No. 1)
𝑃 =𝐵
𝑁
𝑃 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑠
𝑃 =8
15= 0,5333 (Sedang)
Perhitungan Daya Beda
(Contoh Soal No. 1)
𝐷 =𝐵𝑎
𝐽𝑎−𝐵𝑏
𝐽𝑎= 𝑃𝐴 − 𝑃𝑏
𝐷 =5
7−
2
7
𝐷 = 0,429 Baik
155
Lampiran 20
1 2 3 4 5
A 5 0 7 10 10 32 1024 19.67 386.91
B 3 1 5 10 5 24 576 15.67 245.55
C 3 1 3 10 3 20 400 14.67 215.21
D 1 3 5 7 7 23 529 5.67 32.15
E 3 3 3 10 1 20 400 2.67 7.13
F 3 1 1 10 5 20 400 2.67 7.13
G 3 3 5 10 7 28 784 0.67 0.45
H 1 1 3 7 3 15 225 -0.33 0.11
I 1 3 1 7 1 13 169 -4.33 18.75
J 3 1 1 10 1 16 256 -5.33 28.41
K 1 1 0 7 1 10 100 -5.33 28.41
L 1 1 3 5 3 13 169 -7.33 53.73
M 1 3 5 7 1 17 289 -10.33 106.71
N 1 1 5 7 5 19 361 -10.33 106.71
O 1 1 3 3 1 9 81 -18.33 335.99
Xi 31 24 50 120 54 279 5763 0.05 1573.35
RATA-RATA 42.33
Jumlah Xi2 87 54 222 1028 306
Jumlah Xi x Xt 1453 985 2228 5320 2547
Jumlah (xi x xt) 140.67 -31 111.33 240 261
Jumlah xi2 22.93 15.6 55.33 68 111.6
Nilai rit 0.741 -0.198 0.377 0.734 0.623
r Tabel 5% (n = 15) 0.482 0.482 0.482 0.482 0.482
Hasil valid tidak valid tidak valid valid valid
Butir Soal 1 4 5 9 10 Jumlah Vars T Nilai rii
Varians Butir 1.53 4,53 7,44 10,2 10,59 1.53 104.89 0.6
Analisis Validitas dan Realibilitas Tes Kemampuan Hasil Belajar Pada Siklus II
Jumlah Sxt2Nama SiswaSkor Butir Soal
Jumlah Xt Jumlah Xt2 Xt Rata-rata (SXt)
156
Lampiran 21
Perhitungan Uji Validitas Instrumen Siklus II (Contoh : Soal Tes Hasil Belajar Siklus I No. 1)
rit = XiXt
Xi 2 Xt 2
Penyelesaian:
SXt = 635 SX2
t = 28455 Sx2
t = 1573,35
1. ∑ X1 = 31 ∑ X1 Xt = 1453
∑ X2
t = 87
∑ x1 xt = 1453 – 635 x 31
15 = 1453 – 1312, 33 = 140,67
∑ x2t = 87 -
312
15 = 87 – 64,07 = 22,93
Koefesien korelasi adalah sebagai berikut :
r it = 140,67
1573,35 𝑥 22,93 =
140,67
189,94 = 0,74
r tabel = 0,482
Karena rhitung > rtabel, maka soal dinyatakan valid
157
Lampiran 22
Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Siklus II
r ii = 𝑘
𝑘 − 1 [1 -
𝑆𝑖2
𝑆𝑡2 ]
1. Mencari jumlah varians butir yang valid :
Nomor Butir Varians Butir
1
4
5
8
10
139,73 : 15 = 9,31
58,4 : 15 = 3,89
111,73 : 15 = 7,45
56,4 : 15 = 3,76
75,73 : 15 = 5,05
Jumlah 29,46
2. Mencari varians skor total :
St2 =
S𝑥𝑡2
N =
1573,35
15 = 104,89
3. Mencari nilai koefesien reliabilitas tes :
r ii = 10
10 − 1 [ 1 –
34,29
104,89 ]
= 0,74
158
Lampiran 23
Tingkat Kesukaran Soal Siklus II
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
a 5 0 7 10 10 5 3 5 7 10 62
b 3 1 5 10 5 3 10 1 10 10 58
c 3 1 3 10 3 7 7 3 10 10 57
d 1 3 5 7 7 7 3 1 7 7 48
e 3 3 3 10 1 3 7 5 5 5 45
f 3 1 1 10 5 3 1 1 10 10 45
g 3 3 5 10 7 1 1 3 5 5 43
h 1 1 3 7 3 1 5 1 10 10 42
i 1 3 1 7 1 0 5 3 7 10 38
j 3 1 1 10 1 1 5 3 5 7 37
k 1 1 0 7 1 0 5 5 10 7 37
l 1 1 3 5 3 5 5 1 1 10 35
m 1 3 5 7 1 3 3 5 3 1 32
n 1 1 5 7 5 3 3 1 3 3 32
o 1 1 3 3 1 5 3 5 1 1 24
skor benar 0 0 0 70 10 0 10 0 50 70 210
jum siswa yang benar 0 0 0 7 1 0 1 0 5 7 21
tingkat kesukaran 0 0 0 0.4667 0.0667 0 0.0667 0 0.3333 0.4667
keterangan sukar sukar sukar sedang Sukar sukar sukar sukar Sedang sedang
Kategori Soal
0,00 - 0,30 : Sukar 0,30 - 0,70 : Sedang 0,71 - 1,00 : Mudah
Nama Siswaskor Butir Soal
Jumlah
159
Lampiran 24
Daya Beda Soal Siklus II
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 5 0 7 10 10 5 3 5 7 10 62
B 3 1 5 10 5 3 10 1 10 10 58
C 3 1 3 10 3 7 7 3 10 10 57
D 1 3 5 7 7 7 3 1 7 7 48
E 3 3 3 10 1 3 7 5 5 5 45
F 3 1 1 10 5 3 1 1 10 10 45
G 3 3 5 10 7 1 1 3 5 5 43
H 1 1 3 7 3 1 5 1 10 10 42
I 1 3 1 7 1 0 5 3 7 10 38
J 3 1 1 10 1 1 5 3 5 7 37
K 1 1 0 7 1 0 5 5 10 7 37
L 1 1 3 5 3 5 5 1 1 10 35
M 1 3 5 7 1 3 3 5 3 1 32
N 1 1 5 7 5 3 3 1 3 3 32
O 1 1 3 3 1 5 3 5 1 1 24
BA 0 0 0 6 1 0 1 0 3 4
JA 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
BB 0 0 0 1 0 0 0 0 1 2
JB 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
D 0 0 0 0.7143 0.143 0 0.143 0 0.286 0.286
KET jelek jelek jelek sangat baik jelek jelek jelek jelek cukup cukup
0,00 - 0,20 = JELEK 0,40 - 0,70 = BAIK
0,20 - 0,40 = CUKUP 0,70 - 1,00 = BAIK SEKALI
Siswaskor Butir Soal
Jumlah
160
Lampiran 25
Perhitungan Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Siklus II
Perhitungan Tingkat Kesukaran
(Contoh soal No. 1)
𝑃 =𝐵
𝑁
𝑃 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑠
𝑃 =0
15= 0 (Sukar)
Perhitungan Daya Beda
(Contoh Soal No. 1)
𝐷 =𝐵𝑎
𝐽𝑎−𝐵𝑏
𝐽𝑎= 𝑃𝐴 − 𝑃𝑏
𝐷 =0
7−
0
7
𝐷 = 0 Jelek
161
Lampiran 26
TABEL PENCAPAIAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR KONSEP
KESETIMBANGAN KIMIA SIKLUS 1
No Nama Siswa Nilai
Pretest
Nilai
Postest
KKM Ketuntasan
1. Ana Fadhilah 34 80 65 Tuntas
2. Anisa Pertiwi 18 66 65 Tuntas
3. Afiza Sheba 16 60 65 Belum tuntas
4. Akhmalu Fikri 36 80 65 Tuntas
5. Ashabul Kahfi 24 76 65 Tuntas
6. Bagus Adi S. 18 72 65 Tuntas
7. Dimas Satriyo 24 46 65 Belum Tuntas
8. Dina Islamiyah 26 58 65 Belum Tuntas
9. Dinar Rosia F 30 66 65 Tuntas
10. Eka Miftahul 24 76 65 Tuntas
11. Evi Bella K 22 74 65 Tuntas
12. Fadiah Diniyanti 20 60 65 Belum Tuntas
13. Fidienia Izzani 16 66 65 Tuntas
14. Honesty Nabila 28 80 65 Tuntas
15. Ichsan Nur A 18 40 65 Belum Tuntas
16. Intan Ilmiah S 26 74 65 Tuntas
17. Lutfikah M 24 64 65 Belum Tuntas
18. Maudiya Fauka 18 66 65 Tuntas
19. Mustika Sari D 26 70 65 Tuntas
20. Nur Aryani 12 74 65 Tuntas
21. Nur Mutia U 26 72 65 Tuntas
22. Nur Mala F 18 76 65 Tuntas
23. Nurul Oktaviani 28 58 65 Belum Tuntas
24. Puput Putri R. 32 64 65 Belum Tuntas
25. Puspa Damayanti 30 74 65 Tuntas
26. Rahmayanti 26 74 65 Tuntas
27. Reni Handayani 22 78 65 Tuntas
28. Riska Oktavianti 24 74 65 Tuntas
29. Rohayati 22 80 65 Tuntas
30. Sarah Yustin P 26 76 65 Tuntas
31. Saprudin 14 52 65 Belum Tuntas
32. Syahrian 28 66 65 Tuntas
33. Syahroni 18 60 65 Belum Tuntas
34. Uci Mutiara C 22 60 65 Belum Tuntas
35. Wahyu Furqon 24 52 65 Belum Tuntas
36. Yulinarwati 32 60 65 Belum Tuntas
Rata-rata 23,67 67,33
Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM yaitu x 100% = 63,89%
162
Lampiran 27
TABEL PENCAPAIAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR KONSEP
KESETIMBANGAN KIMIA SIKLUS 2
No Nama Siswa Nilai
Pretest
Nilai
Postest
KKM Ketuntasan
1. Ana Fadhilah 36 100 65 Tuntas
2. Anisa Pertiwi 40 90 65 Tuntas
3. Afiza Sheba 26 80 65 Tuntas
4. Akhmalu Fikri 28 96 65 Tuntas
5. Ashabul Kahfi 32 96 65 Tuntas
6. Bagus Adi S. 38 68 65 Tuntas
7. Dimas Satriyo 40 68 65 Tuntas
8. Dina Islamiyah 42 90 65 Tuntas
9. Dinar Rosia F 44 86 65 Tuntas
10. Eka Miftahul 40 88 65 Tuntas
11. Evi Bella K 36 78 65 Tuntas
12. Fadiah Diniyanti 32 78 65 Tuntas
13. Fidienia Izzani 34 60 65 Belum Tuntas
14. Honesty Nabila 36 90 65 Tuntas
15. Ichsan Nur A 20 80 65 Tuntas
16. Intan Ilmiah S 22 42 65 Belum Tuntas
17. Lutfikah M 24 60 65 Belum Tuntas
18. Maudiya Fauka 26 60 65 Belum Tuntas
19. Mustika Sari D 24 70 65 Tuntas
20. Nur Aryani 30 80 65 Tuntas
21. Nur Mutia U 30 78 65 Tuntas
22. Nur Mala F 24 80 65 Tuntas
23. Nurul Oktaviani 26 80 65 Tuntas
24. Puput Putri R. 28 80 65 Tuntas
25. Puspa Damayanti 30 60 65 Belum Tuntas
26. Rahmayanti 32 70 65 Tuntas
27. Reni Handayani 34 86 65 Tuntas
28. Riska Oktavianti 30 70 65 Tuntas
29. Rohayati 28 70 65 Tuntas
30. Sarah Yustin P 36 78 65 Tuntas
31. Saprudin 40 90 65 Tuntas
32. Syahrian 42 90 65 Tuntas
33. Syahroni 26 80 65 Tuntas
34. Uci Mutiara C 28 70 65 Tuntas
35. Wahyu Furqon 42 70 65 Tuntas
36. Yulinarwati 40 80 65 Tuntas
Rata-rata 32,39 77,56
Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM yaitu x 100% = 86,11%
163
Lampiran 28
Bahan Kajian : Kesetimbangan Kimia Jumlah Soal : 5 Butir KKM : 65
Kelas : XI IPA 1 Jumlah Siswa : 36
1 2 3 4 5 Ya Tidak
1 Ana Fadhilah 0 8 5 3 1 17 34% √
2 Anisa Pertiwi 0 5 1 3 0 9 18% √
3 Afiza Sheba 0 5 1 1 1 8 16% √
4 Akhmalu Fikri 1 8 3 3 3 18 36% √
5 Ashabul Kahfi 1 5 3 3 0 12 24% √
6 Bagus Adi S 3 5 1 0 0 9 18% √
7 Dimas Satriyo 1 5 5 1 0 12 24% √
8 Dina Islamiyah 0 8 3 1 1 13 26% √
9 Dinar Rosia F 0 8 1 3 3 15 30% √
10 Eka Miftahul 3 5 1 3 0 12 24% √
11 Evi Bella K 0 8 3 0 0 11 22% √
12 Fadiah Diniyanti 0 5 3 1 1 10 20% √
13 Fidienia Izzani 0 1 1 3 3 8 16% √
14 Honesy Nabila 1 8 3 1 1 14 28% √
15 Ichsan Nur A 1 5 3 0 0 9 18% √
16 Intan Ilmiah S 3 5 3 1 1 13 26% √
17 Lutfikah M 3 5 3 1 0 12 24% √
18 Maudya Fauka 0 8 1 0 0 9 18% √
19 Mustika Sari D 1 8 3 1 0 13 26% √
20 Nur Aryani 0 5 1 0 0 6 12% √
21 Nur Mutia Utami 3 8 1 0 1 13 26% √
22 Nur Mala Firdani 1 5 3 0 0 9 18% √
23 Nurul Oktaviani 3 8 1 1 1 14 28% √
24 Puput Putri R 3 8 1 3 1 16 32% √
25 Puspa Damayanti 0 8 3 3 1 15 30% √
26 Rahmayanti 1 5 3 3 1 13 26% √
27 Reni Handayani 3 5 1 1 1 11 22% √
28 Riska Oktavianti 1 8 1 1 1 12 24% √
29 Rohayati 3 5 1 1 1 11 22% √
30 Sarah Yustin P 1 8 0 3 1 13 26% √
31 Saprudin 1 5 0 1 0 7 14% √
32 Syahrian 3 8 1 1 1 14 28% √
33 Syahroni 1 5 1 1 1 9 18% √
34 Uci Mutiara C 1 8 0 1 1 11 22% √
35 Wahyu Furqon 3 5 0 3 1 12 24% √
36 Yulinarwati 1 8 1 3 3 16 32% √
Jumlah Skor 47 227 66 55 31 426 852%
Skor Maksimum 360 360 360 360 360 1800
Skor yang tercapai (%) 13.05 63.05 18.33 15.27 8.61 23.67 24%
ANALISIS PREETES SIKLUS I SMA MUHAMADIYAH 02 CIPONDOH
No Nama SiswaSkor yang diperoleh untuk No. Soal
∑ skor tes KetercapaianKetuntasan
164
Lampiran 29
Bahan Kajian : Kesetimbangan Kimia Jumlah Soal : 5 Butir KKM : 65
Kelas : XI IPA 1 Jumlah Siswa : 36
1 2 3 4 5 Ya Tidak
1 Ana Fadhilah 10 10 10 3 7 40 80% √
2 Anisa Pertiwi 10 8 7 3 5 33 66% √
3 Afiza Sheba 8 5 10 7 0 30 60% √
4 Akhmalu Fikri 10 8 10 7 5 40 80% √
5 Ashabul Kahfi 10 8 8 7 5 38 76% √
6 Bagus Adi S 8 8 10 5 5 36 72% √
7 Dimas Satriyo 7 8 3 5 0 23 46% √
8 Dina Islamiyah 10 8 1 3 7 29 58% √
9 Dinar Rosia F 10 8 3 7 5 33 66% √
10 Eka Miftahul 8 10 5 10 5 38 76% √
11 Evi Bella K 10 7 10 5 5 37 74% √
12 Fadiah Diniyanti 10 7 5 3 5 30 60% √
13 Fidienia Izzani 7 8 10 3 5 33 66% √
14 Honesy Nabila 10 8 10 7 5 40 80% √
15 Ichsan Nur A 5 5 0 5 5 20 40% √
16 Intan Ilmiah S 10 1 8 10 8 37 74% √
17 Lutfikah M 10 8 8 3 3 32 64% √
18 Maudya Fauka 10 7 8 3 5 33 66% √
19 Mustika Sari D 10 7 10 3 5 35 70% √
20 Nur Aryani 10 7 8 7 5 37 74% √
21 Nur Mutia Utami 10 8 10 3 5 36 72% √
22 Nur Mala Firdani 8 8 10 7 5 38 76% √
23 Nurul Oktaviani 10 8 3 3 5 29 58% √
24 Puput Putri R 7 10 5 5 5 32 64% √
25 Puspa Damayanti 8 10 7 7 5 37 74% √
26 Rahmayanti 10 8 10 1 8 37 √
27 Reni Handayani 10 5 10 7 7 39 78% √
28 Riska Oktavianti 8 7 10 5 7 37 74% √
29 Rohayati 10 8 10 7 5 40 80% √
30 Sarah Yustin P 10 8 10 5 5 38 76% √
31 Saprudin 10 5 5 3 3 26 52% √
32 Syahrian 10 8 10 0 5 33 66% √
33 Syahroni 10 8 0 7 5 30 60% √
34 Uci Mutiara C 10 8 0 7 5 30 60% √
35 Wahyu Furqon 8 8 5 5 0 26 52% √
36 Yulinarwati 3 7 7 5 8 30 60% √
Jumlah Skor 325 270 256 183 178 1212 2350%
Skor Maksimum 360 360 360 360 360 1800
Skor yang tercapai (%) 90.27 73.89 71.11 50.83 49.44 67.33 67%
ANALISIS POSTES SIKLUS I SMA MUHAMADIYAH 02 CIPONDOH
No Nama SiswaSkor yang diperoleh untuk No. Soal
∑ skor tes KetercapaianKetuntasan
165
Lampiran 30
Bahan Kajian : Kesetimbangan Kimia Jumlah Soal : 5 Butir KKM : 65
Kelas : XI IPA 1 Jumlah Siswa : 36
1 2 3 4 5 Ya Tidak
1 Ana Fadhilah 7 3 0 3 5 18 36% √
2 Anisa Pertiwi 3 8 1 3 5 20 40% √
3 Afiza Sheba 0 7 0 1 5 13 26% √
4 Akhmalu Fikri 3 3 0 3 5 14 28% √
5 Ashabul Kahfi 0 5 3 3 5 16 32% √
6 Bagus Adi S 3 5 1 5 5 19 38% √
7 Dimas Satriyo 5 5 0 5 5 20 40% √
8 Dina Islamiyah 5 3 0 3 10 21 42% √
9 Dinar Rosia F 5 3 1 3 10 22 44% √
10 Eka Miftahul 3 3 1 3 10 20 40% √
11 Evi Bella K 5 5 0 3 5 18 36% √
12 Fadiah Diniyanti 1 1 3 1 10 16 32% √
13 Fidienia Izzani 3 5 1 3 5 17 34% √
14 Honesy Nabila 5 0 3 5 5 18 36% √
15 Ichsan Nur A 0 0 0 5 5 10 20% √
16 Intan Ilmiah S 3 3 0 0 5 11 22% √
17 Lutfikah M 3 1 3 0 5 12 24% √
18 Maudya Fauka 5 0 0 3 5 13 26% √
19 Mustika Sari D 0 0 1 1 10 12 24% √
20 Nur Aryani 3 0 1 1 10 15 30% √
21 Nur Mutia Utami 3 3 1 1 7 15 30% √
22 Nur Mala Firdani 1 5 1 0 5 12 24% √
23 Nurul Oktaviani 3 3 1 1 5 13 26% √
24 Puput Putri R 3 5 0 3 3 14 28% √
25 Puspa Damayanti 1 3 3 3 5 15 30% √
26 Rahmayanti 1 5 1 3 6 16 32% √
27 Reni Handayani 3 5 1 3 5 17 34% √
28 Riska Oktavianti 1 8 0 1 5 15 30% √
29 Rohayati 3 5 0 1 5 14 28% √
30 Sarah Yustin P 3 5 0 3 7 18 36% √
31 Saprudin 1 10 3 1 5 20 40% √
32 Syahrian 3 5 0 3 10 21 42% √
33 Syahroni 1 3 1 1 7 13 26% √
34 Uci Mutiara C 1 3 0 0 10 14 28% √
35 Wahyu Furqon 3 5 0 3 10 21 42% √
36 Yulinarwati 5 5 0 5 5 20 40% √
Jumlah Skor 98 138 31 86 230 583 1166%
Skor Maksimum 360 360 360 360 360 1800
Skor yang tercapai (%) 27.22 36.94 8.05 23.89 63.89 32.39 32%
ANALISIS PREETES SIKLUS II SMA MUHAMADIYAH 02 CIPONDOH
No Nama SiswaSkor yang diperoleh untuk No. Soal
∑ skor tes KetercapaianKetuntasan
166
Lampiran 31
Bahan Kajian : Kesetimbangan Kimia Jumlah Soal : 5 Butir KKM : 65
Kelas : XI IPA 1 Jumlah Siswa : 36
1 2 3 4 5 Ya Tidak
1 Ana Fadhilah 10 10 10 10 10 50 100% √
2 Anisa Pertiwi 10 10 10 5 10 45 90% √
3 Afiza Sheba 8 10 5 7 10 40 80% √
4 Akhmalu Fikri 10 10 10 8 10 48 96% √
5 Ashabul Kahfi 10 10 10 8 10 48 96% √
6 Bagus Adi S 7 7 8 7 5 34 68% √
7 Dimas Satriyo 7 10 7 5 5 34 68% √
8 Dina Islamiyah 10 10 10 5 10 45 90% √
9 Dinar Rosia F 10 10 5 8 10 43 86% √
10 Eka Miftahul 7 10 7 10 10 44 88% √
11 Evi Bella K 8 8 10 3 10 39 78% √
12 Fadiah Diniyanti 10 7 7 5 10 39 78% √
13 Fidienia Izzani 10 5 0 5 10 30 60% √
14 Honesy Nabila 10 10 10 5 10 45 90% √
15 Ichsan Nur A 10 10 3 7 10 40 80% √
16 Intan Ilmiah S 3 3 0 5 10 21 42% √
17 Lutfikah M 10 5 0 5 10 30 60% √
18 Maudya Fauka 7 1 7 5 10 30 60% √
19 Mustika Sari D 5 10 7 3 10 35 70% √
20 Nur Aryani 10 7 8 5 10 40 80% √
21 Nur Mutia Utami 10 7 5 7 10 39 78% √
22 Nur Mala Firdani 10 10 10 5 5 40 80% √
23 Nurul Oktaviani 10 10 10 0 10 40 80% √
24 Puput Putri R 10 8 5 7 10 40 80% √
25 Puspa Damayanti 5 7 5 3 10 30 60% √
26 Rahmayanti 10 7 3 5 10 35 70% √
27 Reni Handayani 10 10 10 3 10 43 86% √
28 Riska Oktavianti 10 10 0 5 10 35 70% √
29 Rohayati 10 10 5 0 10 35 70% √
30 Sarah Yustin P 10 10 8 1 10 39 78% √
31 Saprudin 10 10 10 5 10 45 90% √
32 Syahrian 10 10 5 10 10 45 90% √
33 Syahroni 10 10 7 3 10 40 80% √
34 Uci Mutiara C 10 10 0 5 10 35 70% √
35 Wahyu Furqon 10 8 0 7 10 35 70% √
36 Yulinarwati 10 10 5 5 10 40 80% √
Jumlah Skor 327 310 222 192 345 1396 2792%
Skor Maksimum 360 360 360 360 360 1800
Skor yang tercapai (%) 90.83 86.11 61.67 53.33 95.83 77.56 78%
ANALISIS POSTES SIKLUS II SMA MUHAMADIYAH 02 CIPONDOH
No Nama SiswaSkor yang diperoleh untuk No. Soal
∑ skor tes KetercapaianKetuntasan
167
Lampiran 32
TABEL SKOR N-GAIN SIKLUS 1
No. Pretest Postest N-Gain Kategori
1. 34 80 0,70 Tinggi
2. 18 66 0,63 Sedang
3. 16 60 0,48 Sedang
4. 36 80 0,69 Sedang
5. 24 76 0,68 Sedang
6. 18 72 0,66 Sedang
7. 24 46 0,29 Rendah
8. 26 58 0,41 Sedang
9. 30 66 0,46 Sedang
10. 24 76 0,68 Sedang
11. 22 74 0,64 Sedang
12. 20 60 0,50 Sedang
13. 16 66 0,62 Sedang
14. 28 80 0,72 Tinggi
15. 18 40 0,27 Rendah
16. 26 74 0,70 Tinggi
17. 24 64 0,53 Sedang
18. 18 66 0,61 Sedang
19. 26 70 0,59 Sedang
20. 12 74 0,70 Tinggi
21. 26 72 0,62 Sedang
22. 18 76 0,71 Tinggi
23. 28 58 0,36 Sedang
24. 32 64 0,53 Sedang
25. 30 74 0,63 Sedang
26. 26 74 0,59 Sedang
27. 22 78 0,72 Tinggi
28. 24 74 0,61 Sedang
29. 22 80 0,74 Tinggi
30. 26 76 0,68 Sedang
31. 14 52 0,44 Sedang
32. 28 66 0,67 Sedang
33. 18 60 0,44 Sedang
34. 22 60 0,49 Sedang
35. 24 52 0,37 Sedang
36. 32 60 0,53 Sedang
Rata-
rata
23,67 67,33 0,61 Sedang
SD 5,64 11,63
168
Lampiran 33
TABEL SKOR N-GAIN SIKLUS 2
No. Pretest Postest N-Gain Kategori
1. 36 100 1,00 Tinggi
2. 40 90 0,83 Tinggi
3. 26 80 0,73 Tinggi
4. 28 96 0,95 Tinggi
5. 32 96 0,94 Tinggi
6. 38 68 0,48 Sedang
7. 40 68 0,47 Sedang
8. 42 90 0,83 Tinggi
9. 44 86 0,75 Tinggi
10. 40 88 0,80 Tinggi
11. 36 78 0,66 Sedang
12. 32 78 0,68 Sedang
13. 34 60 0,42 Sedang
14. 36 90 0,84 Tinggi
15. 20 80 0,75 Tinggi
16. 22 42 0,26 Rendah
17. 24 60 0,47 Sedang
18. 26 60 0,46 Sedang
19. 24 70 0,61 Sedang
20. 30 80 0,66 Sedang
21. 30 78 0,69 Sedang
22. 24 80 0,74 Tinggi
23. 26 80 0,76 Tinggi
24. 28 80 0,69 Sedang
25. 30 60 0,57 Sedang
26. 32 70 0,53 Sedang
27. 34 86 0,82 Tinggi
28. 30 70 0,57 Sedang
29. 28 70 0,61 Sedang
30. 36 78 0,66 Sedang
31. 40 90 0,83 Tinggi
32. 42 90 0,83 Tinggi
33. 26 80 0,73 Tinggi
34. 28 70 0,58 Sedang
35. 42 70 0,48 Sedang
36. 40 80 0,67 Sedang
Rata-
rata
32,39 77,56 0,71 Tinggi
SD 6,60 12,44
169
TABEL SKOR N-GAIN SIKLUS 1 DAN SIKLUS 2 UNTUK UJI HOMOGENITAS
X = Skor N-Gain untuk siklus 1
Y = Skor N-Gain untuk siklus 2
No. X Y Xi Yi Xi2
Yi2
Xi*Yi
1 0,70 1,00 0,09 0,32 0,0081 0,1024 0,0288
2 0,63 0,83 0,02 0,15 0,0004 0,0225 0,0030
3 0,50 0,73 -0,11 0,05 0,0169 0,0025 -0,0065
4 0,70 0,95 0,09 0,27 0,0064 0,0729 0,0216
5 0,70 0,94 0,09 0,26 0,0049 0,0676 0,0182
6 0,70 0,48 0,09 -0,20 0,0025 0,0400 -0,0100
7 0,30 0,47 -0,31 -0,14 0,1024 0,0196 0,0448
8 0,41 0,83 -0,20 0,15 0,0400 0,0225 -0,0300
9 0,50 0,75 -0,11 0,07 0,0225 0,0049 -0,0105
10 0,70 0,80 0,09 0,12 0,0049 0,0144 0,0084
11 0,64 0,66 0,03 -0,02 0,0009 0,0004 -0,0006
12 0,50 0,68 -0,11 0,00 0,0121 0,0000 0,0000
13 0,62 0,42 0,01 -0,26 0,0001 0,0676 -0,0026
14 0,72 0,84 0,11 0,16 0,0121 0,0256 0,0176
15 0,30 0,75 -0,31 0,07 0,1156 0,0049 -0,0238
16 0,70 0,26 0,09 -0,35 0,0081 0,1225 -0,0315
17 0,53 0,47 -0,08 -0,21 0,0064 0,0441 0,0168
18 0,61 0,46 0,00 -0,22 0,0000 0,0484 0,0000
19 0,60 0,61 -0,01 -0,07 0,0004 0,0049 0,0014
20 0,70 0,66 0,09 -0,02 0,0081 0,0004 -0,0018
21 0,62 0,69 0,01 0,01 0,0001 0,0001 0,0001
22 0,71 0,74 0,10 0,06 0,0100 0,0036 0,0060
23 0,40 0,76 -0,21 0,08 0,0625 0,0064 -0,0200
24 0,53 0,69 -0,08 0,01 0,0064 0,0001 -0,0008
25 0,63 0,57 0,02 -0,11 0,0004 0,0121 -0,0022
26 0,60 0,53 -0,01 -0,15 0,0004 0,0225 0,0030
27 0,72 0,82 0,11 0,14 0,0121 0,0196 0,0154
28 0,61 0,57 0,00 -0,11 0,0000 0,0121 0,0000
29 0,74 0,61 0,13 -0,07 0,0169 0,0049 -0,0091
30 0,70 0,66 0,09 -0,02 0,0049 0,0004 -0,0014
31 0,44 0,83 -0,17 0,15 0,0289 0,0081 -0,0153
32 0,70 0,83 0,09 0,15 0,0036 0,0225 0,0090
33 0,44 0,73 -0,17 0,05 0,0289 0,0025 -0,0085
34 0,50 0,58 -0,11 -0,10 0,0144 0,0100 0,0120
35 0,40 0,48 -0,21 -0,20 0,0576 0,0400 0,0480
170
36 0,53 0,67 -0,08 -0,01 0,0064 0,0001 0,0008
Jml 21,89 24,36 -1,27 -0,04 0,6263 0,8531 0,0803
Rata-
rata
0,61 0,68
SD 0,12 0,16
SD2
0,014 0,026
TABEL SKOR N-GAIN UNTUK UJI t
X = Skor N-Gain untuk siklus 1
Y = Skor N-Gain untuk siklus 2
No. X Y D D2
1. 0,70 1,00 -0,30 0,0900
2. 0,63 0,83 -0,20 0,0400
3. 0,48 0,73 -0,25 0,0625
4. 0,70 0,95 -0,25 0,0625
5. 0,70 0,94 -0,24 0,0576
6. 0,66 0,48 0,18 0,0324
7. 0,30 0,47 -0,17 0,0289
8. 0,41 0,83 -0,42 0,1764
9. 0,46 0,75 -0,29 0,0841
10. 0,68 0,80 -0,12 0,0144
11. 0,64 0,66 -0,02 0,0004
12. 0,50 0,68 -0,18 0,0324
13. 0,62 0,42 0,20 0,0400
14. 0,72 0,84 -0,12 0,0144
15. 0,30 0,75 -0,45 0,2025
16. 0,70 0,26 0,44 0,1936
17. 0,53 0,47 0,06 0,0036
18. 0,61 0,46 0,15 0,0225
19. 0,60 0,61 -0,01 0,0001
20. 0,70 0,66 0,04 0,0016
21. 0,62 0,69 -0,07 0,0049
22. 0,71 0,74 -0,03 0,0009
23. 0,40 0,76 -0,36 0,1296
24. 0,53 0,69 -0,16 0,0256
25. 0,63 0,57 0,06 0,0036
26. 0,60 0,53 0,07 0,0049
27. 0,72 0,82 -0,10 0,0100
28. 0,61 0,57 0,04 0,0016
29. 0,74 0,61 0,13 0,0169
30. 0,68 0,66 0,02 0,0004
31. 0,54 0,77 -0,23 0,0529
32. 0,67 0,83 -0,16 0,0256
33. 0,44 0,73 -0,29 0,0841
171
34. 0,60 0,58 0,02 0,0004
35. 0,40 0,48 -0,08 0,0064
36. 0,53 0,67 -0,14 0,0196
Jml 21,89 24,30 -3,23 1,55
172
Lampiran 34
Tabel Tindakan Kegiatan Guru dan Siswa pada siklus I
No
Kegiatan
Guru Siswa
Pertemuan Pertama
1. Orientasi Siswa kepada masalah:
Menyampaikan tujuan pembelajaran
bahwa pada pertemuan ini akan
dilaksanakan praktikum untuk
mengetahui kesetimbangan reversible
berdasarkan percobaan
Menyimak penjelasan guru
2. Memberikan tes awal (pretest) dengan
tes uraian sebanyak 5 soal
Secara individu dalam mengerjakan soal pretest
yang diberikan.
3. Membagi siswa ke dalam 5 kelompok Duduk secara berkelompok sesuai dengan
kelompok yang sudah ditentukan
4. Memusatkan perhatian siswa dengan
kehidupan sehari-hari yaitu jika kita
membandingkan air hingga dibawah
suhu 0°C, air itu akan membeku dan
menjadi es. Sebaliknya jika es
dipanaskan di atas suhu 0°C, es akan
mencair. Perubahan air menjadi es atau
sebaliknya merupakan contoh
perubahan fisis yang dapat berlangsung
bolak balik. Kemudian guru
membimbing siswa pada menentukan
suatu masalah yaitu apakah abu hasil
pembakaran kertas dapat berubah
menjadi kertas seperti semula?? Dan
apakah ada perubahan kimia yang dapat
berlangsung bolak balik?
Memperhatikan penjelasan guru yang mengarah
pada suatu masalah
4. Mengorganisasi siswa untuk belajar:
Membagikan LKS (Lembar Kerja
Siswa) yang berisi panduan dan
pertanyaan tugas yang berhubungan
dengan masalah
Menerima LKS (Lembar kerja siswa) dari guru
5. Membimbing penyelidikan individual
maupun kelompok:
Mengadakan praktikum tentang konsep
kesetimbangan dinamis (kesetimbangan
reversible dan irreversible)
Setiap kelompok mempersiapkan diri untuk
mengikuti praktikum
6. Menginstruksikan setiap kelompok
untuk segera melakukan praktikum
sesuai dengan prosedur yang ada
Melakukan kegiatan praktikum sesuai dengan
prosedur kerja yang ada di LKS
7. Mengembangkan dan menyajikan
hasil karya:
Menginstruksikan siswa untuk mencatat
hasil pengamatannya dan menganalisis
data sesuai dengan hasil penyelidikan
yang mereka temui
Mencatat hasil pengamatannya
8. Mengistruksikan siswa untuk
membereskan alat dan bahan seperti
semula di laboratorium apabila sudah
Membereskan alat dan bahan praktikum apabila
sudah selesai
173
selesai praktikum
9. Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah:
Menginstruksikan siswa untuk
mempresentasikan hasil praktikum
Mempresentasikan hasil praktikum
10. Memberikan tugas pada setiap
kelompok untuk membuat laporan
praktikum setiap individu pada
pertemuan selanjutnya
Tiap individu mengumpulkan laporan praktikum
Pertemuan Kedua
1. Mengorientasi siswa kepada masalah:
Menyampaikan tujuan pembelajaran
bahwa pada pertemuan akan membahas
tentang keadaan setimbang dari suatu
grafik, kesetimbangan homogen dan
heterogen, dan tetapan kesetimbangan.
Menyimak penjelasan guru
2. “Kapankah suatu reaksi kimia dapat
mencapai kesetimbangan?
Bagaimanakah cara membedakan reaksi
kesetimbangan antara yang homogen
dan heterogen? Bagaimana cara
menyatakan kesetimbangan kimia dari
reaksi kimia? Dapatkah nilai Kc
digunakan untuk memperkirakan
perbandingan hasil reaksi dan pereaksi?
Semua masalah ini dapat kita kaji
solusinya”
Memperhatikan penjelasan guru dan menyadari
akan suatu masalah yang harus di cari solusinya
3. Mengintruksikan siswa agar berkumpul
dengan kelompoknya
Duduk berkelompok sesuai kelompok yang
sudah ditentukan.
4. Mengorganisasi siswa untuk belajar:
Membagikan LKS (Lembar Kerja
Siswa) untuk dikerjakan oleh siswa.
Tiap kelompok menerima LKS
5. Mengintruksi siswa untuk berdiskusi
sesuai dengan petunjuk LKS
Mengerjakan LKS dengan berdiskusi bersama
teman sekelompoknya
6. Membimbing penyelidikan secara
kelompok:
Membimbing siswa untuk melakukan
diskusi kelas
Berdiskusi di kelas dengan mencari dari berbagai
sumber buku
7. Mengembangkan dan menyajikan
hasil karya:
Memberikan kesempatan kepada
perwakilan tiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya
Perwakilan masing-masing kelompok,
mempresentasikan hasil diskusinya
8. Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah:
Menjelaskan materi yang telah dibahas
pada diskusi kelas dan membenarkan
jawaban siswa
Memperhatikan dengan seksama penjelasan guru
9. Memberikan kesempatan kepada siswa
bila ada materi yang belum disampaikan
dan kurang paham bagi siswa
Menanyakan materi yang kurang jelas baginya
Pertemuan Ketiga
1. Mengorientasi siswa kepada masalah: Menyimak penjelasan guru
174
Menyampaikan tujuan pembelajaran
bahwa pada pertemuan akan membahas
tentang keadaan setimbang dari suatu
grafik, kesetimbangan homogen dan
heterogen, dan tetapan kesetimbangan.
2. Guru memberikan masalah kepada
siswa: mengapa reaksi pembentukan
amonia bergeser ke arah pereaksi ketika
suhu dinaikkan, sedangkan
kesetimbangan FeSCN2+
bergeser ke
arah produk apabila kosentrasi
bertambah??
Menyadari akan suatu masalah
3. Mengorganisasi siswa untuk belajar:
Memberi tahu siswa bahwa hari ini akan
diadakan kegiatan praktikum, akan
tetapi sebelum melakukan praktikum
guru memberikan LKS terlebih dahulu
yang didalamnya siswa harus bisa
merancang sebuah eksperimen
Menjelaskan persepsi masalah yang berkaitan
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
pergeseran kesetimbangan
4. Memerintah siswa untuk berkumpul
pada kelompoknya masing-masing
Berkumpul dengan kelompoknya
5. Membagikan LKS pada masing-masing
kelompok
Menerima LKS dari guru
6. Membimbing penyelidikan secara
berkelompok:
Mengintruksikan siswa untuk membaca
petunjuk yang ada di LKS kemudian
memahami uraian pendahuluan
kemudian mendiskusikan dengan teman
kelompoknya untuk merancang sebuah
percobaan
Membaca petunjuk LKS dan menentukan
kemungkinan-kemungkinan penyelesaian
masalah
7. Mengajak siswa untuk bergagas segera
menuju laboratorium untuk melakukan
eksperimen
Menuju ke laboratorium untuk melakukan
eksperimen serta menentukan sebab akibat dari
masalah yang ingin diselesaikan
8. Menyarankan pada seluruh siswa agar
selama praktikum tidak diperkenankan
melakukan kegiatan lain selain kegiatan
praktikum
Mengumpulkan dan memilih data yang relevan,
menelaah data dalam merancang eksperimen
kemudian mengambil keputusan untuk
melakukan eksperimen sesuai dengan rancangan
yang sudah dipersiapkan.
9. Mengintruksikan siswa untuk
membereskan peralatan praktikum
seperti semula
Membereskan semua peralatan praktikum
10. Mengembangkan dan menyiapkan
hasil karya:
Memberikan tugas untuk menyiapkan
hasil dan kesimpulan dari pengamatan
praktikum agar dipresentasikan
Memperhitungkan akibat yang akan terjadi
dalam membuat hasil pengamatan dan
menyimpulkannya untuk melaporkan hasil
praktikum ke guru
11. Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah:
Menginstruksikan hasil pengamatan dan
menganalisis data pertanyaan yang ada
pada LKS pendahuluan
12. Membagikan soal postes siklus I
sebanyak 5 soal
Mengerjakan soal postest
175
Lampiran 35
Tabel Tindakan Kegiatan Guru dan Siswa pada Siklus II
No
Kegiatan
Guru Siswa
Pertemuan Pertama
1. Mengorientasi siswa pada masalah:
Menyampaikan tujuan pembelajaran
bahwa pada pertemuan ini akan belajar
tentang perhitungan harga Kc, Kp,
hubungan Kp dengan Kc serta derajat
disosiasi.
Menyimak penjelasan guru
2. Memberikan tes awal (pretest) dengan
tes uraian sebanyak 5 soal untuk siklus
II
Secara perorangan mengisi soal yang diberikan
3. Sebelum materi di mulai, guru
memberikan suatu masalah: bagaimana
cara menghitung harga Kc? Bagaimana
cara menghitung harga Kp? Dan
bagaimana cara menghitung hubungan
Kp dan Kc serta derajat disosiasi?
Siswa berusaha mencari pemecahan masalahnya
dengan mencari informasi dari beberapa sumber
4. Mengorganisasi siswa untuk belajar:
Memberikan sedikit gambaran tentang
perhitungan kesetimbangan kimia
Merespon penjelasan guru
5. Membegikan kartu soal masalah untuk
setiap individu
Menerima kartu soal masalah
6. Membimbing penyelidikan secara
individual:
Mengarahkan siswa untuk mengerjakan
soal-soal didalam kartu soal
Memulai mengerjakan soal pada kartu soal yang
sudah dibagikan oleh guru
7. Mengintruksikan siswa untuk segera
mengerjakan soal-soalnya
Mengerjakan kartu soal dengan mencari
beberapa buku sumber
8. Mengembangkan dan menyajikan
hasil karya:
Sebelum membahasnya, guru ingin tahu
jawaban siswa terlebih dahulu sehingga
guru mengintruksikan siswa yang
ditunjuk untuk menuliskan jawabannya
di papan tulis
Menuliskan jawabannya di papan tulis
9. Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah:
Membahas jawaban soal serta
menjelaskan pemecahan masalah yang
sudah diberikan pada awal pembelajaran
Menyimak dan memperhatikan penjelasan guru
10. Memberikan kesempatan kepada siswa
bila ada materi yang belum disampaikan
dan kurang paham bagi siswa
Menanyakan materi yang kurang jelas baginya
Pertemuan Kedua
1. Mereview kembali materi yang sudah
dijelaskan pada pertemuan sebelumnya
dengan memberikan pertanyaan singkat
pada siswa
Ikut aktif dalam mengulas kembali penjelasan
materi sebelumnya
176
2. Mengorientasi siswa pada masalah:
Memberikan suatu masalah: Bagaimana
aplikasi prinsip kesetimbangan dalam
industri dan kehidupan sehari-hari
Berusaha mencari solusi masalah dari beberapa
sumber buku
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran
bahwa pada hari ini akan belajar tentang
aplikasi
Memperhatikan guru dalam menyampaikan
tujuan pembelajaran
4. Mengorganisasi siswa untuk belajar:
Membagikan lembar informasi yang
akan didiskusikan oleh siswa.
Menerima lembar informasi dari guru
5. Mengarahkan siswa untuk bagaimana
memecahkan masalah pada lembar
informasi yang diberikan oleh guru
Setiap kelompok mulai mendiskusikan lembar
informasi bersama teman sekelompoknya
6. Membimbing penyelidikan secara
kelompok:
Mengintruksikan siswa untuk mencari
data-data informasi dari berbagai
sumber, bisa dari buku atau dari internet
Mencari informasi dari berbagai sumber buku
atau internet untuk memecahkan masalahnya
7. Mengembangkan dan menyajikan
hasil karya:
Mengintruksikan setiap perwakilan
kelompok membacakan hasil pencarian
informasinya
Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya
8. Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah:
Membahas dan menjelaskan bagaimana
cara memecahkan masalah tersebut
Menyimak penjelasan guru
9. Memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya apabila ada yang belum
dipahaminya
Menanyakan materi yang kurang jelas baginya
10. Menyimpulkan materi bersama-sama Ikut aktif dalam menyimpulkan materi
11. Membagikan tes akhir (postest) pada
siklus II
Mengerjakan soal postest siklus II
177
Lampiran 36
Lembar Observasi Kegiatan Siswa
No
Langkah-langkah PBL
(Problem Based
Learning)
Aspek yang diamati
Kelompok
Jumlah 1 2 3 4 5 6
1. Menyadari Masalah a. Kesadaran adanya masalah pada materi
yang sedang dibahas
b. Keterlibatan langsung dalam proses
pembelajaran
2. Merumuskan Masalah a. Kemampuan untuk mengemukakan
pertanyaan
b. Menjelaskan persepsi masalah yang
berkaitan dengan data-data apa yang
harus dikumpulkan
c. Siswa dapat memprioritaskan masalah
3. Merumuskan
Hipotesis
a. Menentukan sebab akibat dari masalah
yang ingin diselesaikan
b. Menentukan kemungkinan-kemungkinan
penyelesaian masalah
4. Mengumpulkan Data a. Kemampuan mengumpulkan data dan
memilih
b. Kemampuan menyajikan dalam bentuk
berbagai
5. Menguji Hipotesis a. Kecakapan menelaah data
b. Menyimpulkan pilihan penyelesaian
yang sudah yang sudah ditentukan
dengan baik dan benar
6. Menentukan pilihan
penyelesaian
a. Kecakapan memilih alternatif
penyelesaian
b. Siswa dapat memperhitungkan
178
kemungkinan yang akan terjadi dengan
alternatif yang dipilihnya
c. Siswa dapat memperhitungkan akibat
yang akan dipilihnya
Observer
(......................)
179
Lampiran 37
Lembar Observasi Kegiatan Siswa (Individu)
No
Langkah PBL
(Problem Based
Learning)
Aspek yang diamati
Jumlah siswa yang
memunculkan indikator tiap
individu
1. Menyadari Masalah a. Kesadaran adanya masalah pada materi
yang sedang dibahas
b. Keterlibatan langsung dalam proses
pembelajaran
2. Merumuskan Masalah a. Kemampuan untuk mengemukakan
pertanyaan
b. Menjelaskan persepsi masalah yang
berkaitan dengan data-data apa yang
dikumpulkan
c. Siswa dapat memprioritaskan masalah
3. Merumuskan
Hipotesis
a. Menentukan sebab akibat dari masalah
yang ingin diselesaikan
b. Menentukan kemungkinan-kemungkinan
penyelesaian masalah
4. Mengumpulkan Data a. Kemampuan mengumpulkan data dan
memilih data
b. Kemampuan menyajikan dalam bentuk
berbagai tampilan agar mudah dipahami
5. Menguji Hipotesis a. Kecakapan menelaah data
b. Menyimpulkan pilihan penyelesaian
yang sudah ditentukan dengan baik dan
benar
6. Menentukan pilihan
penyelesaian
a. Kecakapan memilih alternatif
penyelesaian
b. Siswa dapat memperhitungkan
kemungkinan yang akan terjadi dengan
alternatif yang dipilihnya
Observer
(.......................)
Lampiran 38 180
Tabel Persentase Lembar Observasi Kegiatan Siswa
No. Langkah-langkah
PBL Aspek tiap tahapan yang di amati
Persentase siswa yang memunculkan langkah-
langkah PBL
Siklus 1 Siklus II
% Kategori % Kategori
1. Menyadari
Masalah
a. Kesadaran adanya masalah pada
materi yang sedang dibahas
73,22% Baik 100% Sangat
Baik
b. Keterlibatan langsung dalam
proses pembelajaran
70,43% Baik 88,88% Baik
Rata-rata 71,82% Baik 94,44% Sangat
Baik
2. Merumuskan
masalah
a. Kemapuan untuk mengemukakan
pertanyaan
64,04% Cukup 75,00% Baik
b. Menjelaskan persepsi masalah
yang berkaitan dengan data-data
apa yang harus dikumpulkan
61,11% Cukup 67,59% Cukup
c. Siswa dapat memprioritaskan
masalah
64,35% Cukup 72,36% Baik
Rata-rata 63,16% Cukup 71,65% Baik
3. Merumuskan
hipotesis
a. Menentukan sebab akibat dari
masalah yang ingin diselesaikan
72,22% Baik 75,00% Baik
b. Menentukan kemungkinan-
kemungkinan penyelesaian
masalah
65,74% Cukup 84,72% Sangat
Baik
Rata-rata 68,98% Cukup 79,86% Baik
4. Mengumpulkan
data
a. Kemampuan mengumpulkan data
dan memilih data
75,00% Baik 75,00% Sangat
Baik
b. Kemampuan menyajikan dalam
bentuk berbagai tampilan agar
mudah dipahami
72,22% Baik 79,17% Baik
Rata-rata 73,61% Baik 77,08% Baik
5. Menguji hipotesis a. Kecakapan menelaah data 68,52% Cukup 79,17% Baik
b. Menyimpulkan pilihan
penyelesaian yang sudah
ditentukan dengan baik dan benar
80,56% Sangat
baik
95,84% Sangat
Baik
Rata-rata 74,54% Baik 87,50% Sangat
Baik
6. Menentukan
pilihan
penyelesaian
a. Kecakapan memilih alternatif
penyelesaian
72,22% Baik 75,00% Sangat
Baik
b. Siswa dapat memperhitungkan
kemungkinan yang akan terjadi
dengan alternatif yang dipilihnya
75,92% Baik 79,17% Baik
c. Siswa dapat memperhitungkan
akibat yang akan dipilihnya
67,59% Cukup 77,76% Baik
Rata-rata 71,91% Baik 77,31% Baik
181
Lampiran 39
Lembar Observasi Kemampuan PBL (Problem Based Learning) Guru
Pertemuan ke- :
Siklus ke- :
Materi :
Berilah tanda chek-list (√) sesuai aspek yang diamati pada guru.
No
Tahapan PBL
(Problem Based
Learning)
Aspek Tiap Tahapan yang Diamati
Skala
∑ Catatan 4 3 2 1
1. Orientasi siswa
pada masalah
a. Menstimulus siswa, agar terdapat pertanyaan
yang mengarah pada masalah
b. Menjelaskan tujuan pembelajaran
c. Memotivasi siswa terlibat pada aktivitas
pemecahan masalah yang dipilihnya.
d. Menetapkan hipotesis untuk mencari
pemecahan masalah
2. Mengorganisasi
siswa untuk
belajar
a. Membantu siswa dalam mendefinisikan
masalah yang ada
b. Membantu siswa mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah
tersebut
3. Membimbing
penyelidikan
individual maupun
kelompok
a. Mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai
b. Membimbing siswa dalam melaksanakan
eksperimen
c. Membimbing siswa untuk
182
pemilihan/menggunakan alat dengan benar
d. Mengarahkan siswa agar menggunakan
metode dan prosedur kerja dengan benar
e. Meminta siswa untuk mendiskusikan hasil
dan membandingkannya dengan literatur
4. Mengembangkan
dan menyajikan
hasil karya
a. Meminta siswa untuk mencatat hasil
penyelidikan yang sesuai
b. Membantu siswa untuk menyajikan
pemahaman baru
c. Membimbing siswa untuk membuat
kesimpulan
5. Menganalisis dan
mengevaluasi
proses pemecahan
masalah
a. Membantu siswa untuk melakukan refleksi
atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka
dan proses – proses yang mereka gunakan
b. Membimbing setiap kelompok
mempresentasikan hasil penyelidikan
c. Memberi kesempatan siswa untuk mengkritisi
hasil yang dipresentasikan dari kelompok lain
d. Meminta siswa untuk mengumpulkan laporan
tertulis
Keterangan :
4 = Baik, jika kegiatan PBL (Problem Based Learning) ada dan sesuai dengan tahapan-tahapannya
3 = Cukup Baik, jika kegiatan PBL (Problem Based Learning) ada dan kurang sesuai dengan tahapan-tahapannya
2 = Sedang, jika kegiatan PBL (Problem Based Learning) ada dan tidak sesuai dengan tahapan-tahapannya
1 = Kurang Baik, jika kegiatan PBL (Problem based Learning) tidak ada
Jakarta, November 2010
183
Observer
(…………………….)
184
Lampiran 40
TABEL HASIL OBSERVASI KEGIATAN GURU
No Kegiatan
Siklus I Siklus II
Pertemuan Ke -1 Pertemuan Ke -2 Pertemuan Ke -3 Pertemuan Ke -4 Pertemuan Ke -5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Orientasi siswa pada
masalah
a. Mengajukan
pertanyaan yang
mengarah pada
masalah
√ √ √ √ √
b. Menjelaskan tujuan
pembelajaran
√ √ √ √ √
c. Memotivasi siswa
dalam mendefinisikan
masalah yang ada
√ √ √ √ √
d. Menetapkan hipotesis
untuk mencari
pemecahan masalah
√ √ √ √ √
2. Mengorganisasi siswa
untuk belajar
a. Membantu siswa
dalam memaknai
masalah yang ada
√ √ √ √ √
b. Membantu siswa
mengorganisasikan
tugas belajar yang
berhubungan dengan
masalah yang tersebut
√ √ √ √ √
185
3. Membimbing
penyelidikan individual
maupun kelompok
a. Mendorong siswa
untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai
√ √ √ √ √
b. Membimbing siswa
untuk dalam
melaksanakan
eksperimen
√ √ √ √ √
c. Membimbing siswa
untuk
pemilihan/menggunak
an alat dengan benar
√ √ √ √ √
d. Mengarahkan siswa
agar menggunakan
metode dan prosedur
kerja dengan benar
√ √ √ √ √
e. Meminta siswa untuk
mendiskusikan hasil
dan
membandingkannya
dengan literatur
√ √ √ √ √
4. Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
a. Meminta siswa untuk
mencatat hasil
penyelidikan yang
sesuai
√ √ √ √ √
b. Membantu siswa
untuk menyajikan
√ √ √ √ √
186
pemahaman baru
c. Membimbing siswa
untuk membuat
kesimpulan
√ √ √ √ √
5. Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
a. Membantu siswa
untuk melakukan
refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan
mereka dan proses
yang mereka gunakan
√ √ √ √ √
b. Membimbing setiap
kelompok
mempresentasikan
hasil penyelidikan
√ √ √ √ √
c. Memberi kesempatan
siswa untuk
mengkritisi hasil yang
dipresentasikan dari
kelompok lain
√ √ √ √ √
d. Meminta siswa untuk
mengumpulkan
laporan tertulis
√ √ √ √ √
Persentase tiap pertemuan (%) 77% 75% 94% 83% 90,27%
Persentase tiap siklus (%) 82,41 86,80
Kategori Sangat Baik Sangat Baik
187
Lampiran 41
Catatan Lapangan
Indikator Uraian
Kegiatan siswa
Kegiatan guru
Interaksi antar siswa
Interaksi siswa dengan guru
Jenis permasalahan atau penugasan
yang dikerjakan siswa
Sumber belajar yang digunakan
188
Tabel Catatan Lapangan Pada Siklus I
Hal-hal yang teramati dalam pelaksanaan PBL (Problem Based Learning)
Indikator Uraian
Kegiatan siswa Siswa mengerjakan soal pretest dan postes secara mendiri.
Terlihat beberapa siswa yang masih bingung dengan soal
pretest.
Sebagian besar siswa belum menguasai keterampilan yang
dipelajari ketika proses pembelajaran karena banyak siswa
yang merasa kesulitan dalam menggunakan alat praktikum
seperti bagaimana memegang erlenmayer pada saat
mengocok larutan dan pemakaian kaki tiga kompor spirtus.
Terkadang terlihat ada beberapa anak yang tidak serius dalam
pembelajaran (bercandamainkan dan memainkan handphone)
ketika proses pembelajaran berlangsung, sehingga siswa tidak
fokus dalam belajarnya.
Terkadang masih banyak siswa yang belum berani
memberikan tanggapan dikarenakankurang percaya diri.
Siswa masih kurang memahami dalam menjelaskan persepsi
tentang suatu masalah yang harus berkaitan dengan data-data
yang dikumpulkan.
Kegiatan guru Guru berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan praktikum
dan diskusi dengan cara berkeliling kelas dan memantau
proses pembelajaran yang sedang berlangsung, dan
membantu siswa dalam mengembangkan dan menyajikan
hasil karya
Guru memberikan peluang yang besar untuk siswa berperan
langsung dalam proses pembelajaran.
Interaksi antar siswa Siswa bekerja sama dengan teman sekelompoknya dalam
kegiatan praktikum dan mendiskusikan permasalahan yang
ada pada awal pembelajaran.
Pada saat kegiatan diskusi dan praktikum, terlihat sebagian
besar siswa aktif mengikuti proses pembelajaran. Hanya ada
sedikit siswa yang masih pasif dalam kegiatan pembelajaran
terutama keterlibatan langsung dalam belajarnya.
Pada saat memecahkan masalah secara kelompok (diskusi)
jumlah siswa yang mengungkapkan pendapat dan berani
mengkritisi jawaban dari kelompok lain masih sangat sedikit.
Interaksi siswa dengan
guru Siswa berinteraksi dengan guru selama pembelajaran
berlangsung. Siswa banyak menanyakan prosedur LKS yang
belum dipahami, cara menyelesaikan masalah dengan
bereksperimen, cara menggunakan alat dan bahan dengan
tepat maupun dengan menanyakan analisis data yang ada di
LKS selama diskusi kelompok
Pada pemecahan masalah secara kelompok untuk
menafsirkan grafik kesetimbangan, di sini sebagian siswa
menanyakan kepada guru bagaimana mencari sumber data
informasinya.
189
Siswa selalu mengeluh dengan diadakannya kelompok yang
anggota kelompoknya tidak bergantian pada setiap
pertemuan, membuat mereka merasa bosan.
Jenis permasalahan
dan penugasan yang
akan di pecahkan oleh
siswa
Jenis permasalahan yang dikerjakan oleh siswa adalah
mencari solusi untuk memecahkan masalah yang ada di
pendahuluan LKS.
Jenis penugasan yang di kerjakan oleh siswa adalah
menyelesaikan semua pertanyaan atau analisis data yang ada
di LKS
Sumber belajar yang
digunakan
Sumber belajar yang digunakan berupa LKS, buku kimia kelas
XI, dan buku-buku kimia yang lain yang membahas
kesetimbangan kimia agar dapat membimbing siswa dalam
menemukan pemecahan masalah dan menemukan konsep
pelajaran tersebut secara individu maupun kelompok
Lainnya : Waktu Penggunaan waktu pada proses belajar mengajar masih kurang
karena waktu yang diberikann untuk praktikum dan diskusi
belum mencukupi.
06 Desember 2010
Observer
Karmawan, S.Pd
190
Tabel Catatan Lapangan Pada Siklus II
Hal-hal yang teramati dalam pelaksanaan PBL (Problem based Learning)
Indikator Uraian
Kegiatan siswa Siswa mengerjakan soal pretest dan postest secara individual
pada siklus II. Siswa sudah terbiasa dengan soal-soal pretes dan
postes
Siswa tampak lebih bersemangat dengan kegiatan
pembelajaran, karena termotivasi dengan masalah kehidupan
sehari-hari yang berkaitan dengan kesetimbangan kimia dan
aplikasinya
Siswa mulai menganalisis masalah yang ada dengan serius dan
fokus
Peningkatan berpikir kritis siswa dalam mengikuti
pembelajaran terlihat baik, sebagian siswa sudah mulai sering
bertanya jika mengalami kesulitan dan tidak ragu lagi untuk
mengemukakan pendapat/ide walaupun masih dikategorikan
masih kurang.
Siswa terlihat senang ketika anggota kelompok diganti secara
heterogen
Hasil pemecahan masalah siswa sudah sistematis, beberapa
kelompok sudah benar dalam penyelesaian masalah
Keberanian siswa dalam menyajikan hasil pemecahan masalah
lebih meningkat dibandingkan dengan siklus I.
Terlihat kemampuan siswa dalam merancang sesuatu yang baru
dan unik untuk menyajikan hasil penyelesaian masalah masih
kurang
Kegiatan guru Guru berperan sebagai fasilitator untuk membimbing siswa
tentang kesadaran siswa terhadap masalah yang ada
Guru memberikan kesempetan kepada siswa untuk berperan
langsung dalam proses pembelajaran
Guru melakukan analisis dengan cukup baik pada proses
pemecahan masalah
Guru telah berusaha membimbing, mengarahkan, memberi
motivasi dan melatih siswa untuk selalu berfikir secara kritis
dan berani mengungkapkan gagasan ataupun mengkritisi
pendapat orang lain
Interakksi antar siswa Siswa bekerja sama dengan teman sekelompoknya dalam
kegiatan diskusi
Pada saat proses pemecahan masalah secara individu, banyak
siswa yang menanyakannya kepada siswa lain karena masih
ada soal yang belum dimengerti
Pada saat kegiatan diskusi, terlihat sebagian besar siswa aktif
mengikuti proses pembelajaran. Siswa aktif mencari informasi
dari beberapa sumber buku kimia dan LKS yang ada di
sekolah.
Setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi
191
kelompoknya dan kelompok lain menanggapinya.
Interaksi antar guru Siswa berinteraksi dengan guru selama pembelajaran berlangsung.
Siswa banyak menanyakan maksud dari lembar informasi.
Jenis masalah atau
penugasan yang
dikerjakan siswa
Jenis masalah atau penugasan yang dikerjakan oleh siswa berupa
kartu soal untuk pemecahan masalah secara individu, Lembar
informasi untuk pemecahan masalah secara berkelompok
Sumber belajar yang
digunakan
Sumber belajar yang digunakan dari buku paket kimia kelas XI,
LKS dari sekolah dan internet
Lainnya: waktu Penggunaan waktu ketika proses pembelajaran masih kurang
karena waktu yang diberikan untuk presentasi perwakilan
kelompok pada saat diskusi kelas belum mencukupi
06 Desember 2010
Observer
Karmawan, S.Pd
192
BERITA WAWANCARA
OBSERVASI AWAL TERHADAP GURU BIDANG STUDI KIMIA
Hari/Tanggal :
Tempat : SMA Muhamadiyah 02 Cipondoh
Waktu : 10.00 WIB
Yang diwawancarai : Karmawan, S.Pd
Yang mewawancarai : Peneliti
Peneliti : Menurut Bapak, bagaimana persepsi siswa terhadap mata pelajaran
kimia?
Guru Kimia : Sedang-sedang saja, tidak terlalu tinggi kecuali pada pada beberapa
anak minat belajarnya bagus. Tetapi secara keseluruhan dari tahun ke
tahun minat belajar siswa mengalami penurunan
Peneliti : Adakah hambatan yang Bapak temukan dalam proses KBM di dalam
kelas? Jika Ya, Jenis hambatan apa yang ada di dalam kelas dan
bagaimana solusinya?
Guru Kimia : Bahan ajar, mereka sangat sulit memahami materi dan susah untuk
memahami masalah dan memecahkan masalah
Peneliiti : Dalam proses pembelajaran dikelas, apakah Bapak menggunakan
suatu metode/model pembelajaran? Jika ya, tolong sebutkan
metode/model pembelajaran apa yang Bapak pakai?
Guru Kimia : Ya. Variatif, tergantung materi, cara penyampaian materi, tetapi
kebanyakan menggunakan metode ceramah. Penggunaan media (tabel
periodik, molimood) yang variatif, sedangkan model/metode tidak,
hanya ceramah.
Peneliti : Berapa angka standar minimal KKM untuk materi kesetimbangan
kimia?
Guru Kimia : 65
Peneliti : Berapa persentase siswa yang dapat memenuhi standar minimal KKM
pada materi kesetimbangan kimia?
Guru Kimia : Kurang dari setengahnya yaitu 50%
193
Peneliti : Bagaimana hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran kimia,
khususnya pada materi termokimia, laju reaksi, dan kesetimbangan
kimia?
Guru Kimia : Kurang memuaskan
Guru Bidang Studi Kimia Peneliti
Karmawan S.Pd Lin Suciani Astuti
194
Lampiran 45
PEDOMAN WAWANCARA
Wawancara dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal :
Responden :
Tempat : SMU Muhamadiyah 02 Cipondoh
Tujuan Wawancara : Mengetahui tingkat keberhasilan dan kekurangan yang ada pada
tindakan dalam meningkatkan hasil belajar konsep kesetimbangan
kimia siswa dengan menggunakan model pembelajaran PBL
(Problem Based learning).
Daftar Pertanyaan Wawancara Siswa Setelah Tindakan Siklus I
1. Apakah kamu merasa senang belajar kesetimbangan kimia menggunakan model
pembelajaran PBL (Problem Based Learning)?
2. Metode pembelajaran manakah yang kamu suka, pembelajaran seperti biasa atau
model pembelajaran PBL? Mengapa?
3. Pada bagian mana yang kamu suka/tidak suka dari model pembelajaran PBL
(Problem Based Learning) ini?
4. Perbedaan apa yang kamu rasakan setelah belajar kimia menggunakan model
pembelajaran PBL (Problem Based Learning)?
5. Apakah kamu menjadi lebih sulit memahami pelajaran dengan menggunakan model
ini?
6. Apakah kamu aktif dalam setiap pemecahan masalah secara kelompok?
7. Apakah model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) ini dapat meningkatkan
hasil belajar siswa?
8. Menurut kamu, apa kekurangan dan kelebihan dari model pembelajaran PBL ini?
9. Apa kamu memiliki saran terhadap pembelajaran kimia menggunakan model
pembelajaran PBL agar menjadi lebih baik? Bagaimana saran kamu?
195
Lampiran 46
PEDOMAN WAWANCARA
Wawancara dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal :
Responden :
Tempat : SMU Muhamadiyah 02 Cipondoh
Tujuan Wawancara : Mengetahui tingkat keberhasilan dan kekurangan yang ada pada
tindakan dalam meningkatkan hasil belajar konsep kesetimbangan
kimia siswa dengan menggunakan model pembelajaran PBL
(Problem Based learning).
Daftar Pertanyaan Wawancara Siswa Setelah Tindakan Siklus II:
1. Bagaimana perasaan kamu saat belajar dengan model pembelajaran PBL pada
siklus II?
2. Kemajuan apa yang kamu rasakan setelah belajar dengan menggunakan model
pembelajaran PBL ini?
3. Apakah terdapat keluhan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran PBL
pada siklus II?
4. Apakah siswa terlihat menyukai model pembelajaran ini?
5. Menurut bapak, apakah kekurangan dan kelebihan model pembelajaran PBL pada
siklus II ini?
6. Bagaimana solusi untuk mengatasi kekurangan yang ada pada tindakan II ini?
197
Lampiran 47
Tabel Hasil Wawancara Siswa Siklus I
No Hal yang ditanyakan Jawaban Siswa
1. Apakah kamu merasa senang belajar
kesetimbangan kimia menggunakan
model pembelajaran PBL (Problem
Based Learning)?
Siswa merasa cukup senang, karena
model atau metode ini berbeda dengan
metode pembelajaran yang lain dan proses pembelajaran tidak satu arah,
melainkan dua arah antara siswa dengan
guru dan antar siswa.
2. Metode pembelajaran manakah yang
kamu suka, pembelajaran seperti
biasa atau pembelajaran PBL
(Problem Based Learning)?
Sebenarnya lebih menyukai metode
pembelajaran seperti biasa akan tetapi
ada baiknya siswa mencoba belajar
dengan model pembelajaran baru yaitu
menggunakan model pembelajaran PBL,
karena ingin mengetahui perubahan
belajarnya. Apakah meningkat atau
menurun
3. Pada bagian mana yang kamu suka
atau tidak suka dari model
pembelajaran PBL (Problem based
Learning)
Sukanya : pada saat mencari sumber
informasi dalam penyelesaian masalah
karena membuat kita lebih giat untuk
belajar dan semangat mencari informasi-
informasi lain tentang kimia.
Tidak sukanya: terlalu banyak masalah
karena kita belum terbiasa dengan
belajar mandiri (selalu mengandalkan
penjelasan guru)
4. Perbedaan apa yang kamu rasakan
setelah belajar kimia menggunakan
model pembelajaran PBL?
Belajar kita menjadi lebih baik dari yang
sebelumnya meskipun harus lebih
menekankan pada tingkat berfikirnya.
5. Apakah kamu menjadi lebih sulit
memahami pelajaran melalui
langkah-langkah model pembelajaran
PBL?
Agak sedikit sulit dan membingungkan,
karena siswa mungkin belum terbiasa
menggunakan metode-metode
pembelajaran seperti ini
6. Apakah banyak siswa yang aktif
dalam setiap pemecahan masalah
secara berkelompok maupun
individu
Beberapa siswa sudah mulai ikut aktif
dalam proses pembelajaran PBL
meskipun ada beberapa yang masih pasif
7. Apakah model pembelajaran PBL
(Problem Based Learning) sudah
dapat meningkatkan hasil belajar
siswa?
Ada sedikit peningkatan dalam hasil
belajarnya
8. Menurut kamu, apa kekurangan dan
kelebihan dari model pembelajaran
PBL?
Kekurangannya: terlalu banyak masalah,
guru kurang menerangkan tentang
materi, memerlukan waktu yang lebih
lama
Kelebihan: metode pembelajaran yang
dapat melatih kita untuk belajar mandiri
198
dan berpikir lebih mendalam lagi, dan
lebih mendapatkan pengetahuan yang
lebih luas.
9. Apakah kamu memiliki saran
terhadap pembelajaran kimia
menggunakan model pembelajaran
PBL agar menjadi lebih baik?
Ada : 1) Jangan selalu belajar dengan
berkelompok, sesekali secara individu.
2) Diadakannya sebuah permainan
dengan memberi reward pada siswa atau
kelompok yang berani mengemukakan
hasil karyanya dengan baik dan benar. 3)
tidak terlalu banyak tugas
199
Lampiran 48
Tabel Hasil wawancara siswa siklus II
No Pertanyaan Peneliti Jawaban Siswa
1. Bagaimana perasaan kamu saat belajar
dengan model pembelajaran PBL pada
siklus II?
Setelah tahu manfaat dan selalu berlatih
untuk belajar dengan masalah model
pembelajaran PBL terasa
menyenangkan, karena model atau
metode ini menuntut kita untuk
memahami suatu konsep dari
permasalahan sehingga kita mempunyai
pengetahuan yang luas dari
pembelajaran kimia
2. Kemajuan apa yang kamu rasakan
setelah belajar dengan menggunakan
model pembelajaran PBL ini?
Belajar lebih semangat dan lebih aktif
sehingga hasil belajar kimia saya bisa
meningkat
3. Apakah terdapat keluhan siswa
terhadap penggunaan model
pembelajaran PBL pada siklus II?
Ada, sulit untuk mengemukakan ide-ide
baru dan kemampuan untuk merancang
penyelesaian yang baru dan unik agar
lebih mudah dipahami.
4. Apakah siswa terlihat menyukai model
pembelajaran ini?
Terlihat sebagian besar siswa mulai
menyukai model pembelajaran PBL
5. Menurut kamu, apakah kekurangan
dan kelebihan model pembelajaran
PBL pada siklus II ini?
Kekurangannya : langkah-langkah dalam
pembelajaran PBL agak merepotkan,
dan menekankan siswa untuk selalu
berfikir dan terus berfikir.
Kelebihannya : model ini diterapkan
pada konsep yang pas yaitu
kesetimbangan kimia, karena pada
konsep itu banyak masalah baik dari
masalah perhitungan atau aplikasinya.
Dan dapat memberi pengetahuan yang
luas untuk siswa
6. Bagaimana solusi untuk mengatasi
kekurangan yang ada pada tindakan II
ini?
Mungkin dari langkah-langkah PBL di
selipkan permainan dan motivasi untuk
siswa agar siswa tidak jenuh dan bosan.
200
DOKUMENTASI KEGIATAN PEMBELAJARAN
201
202
203