24
Akulturasi Perkembangan Budaya Islam Disusun oleh : Syifa Fauziah Dina Novia Agustin Siti Nurhasanah

akulturasi perkembangan budaya islam

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: akulturasi perkembangan budaya islam

Akulturasi Perkembangan Budaya Islam

Disusun oleh :

Syifa Fauziah

Dina Novia Agustin

Siti Nurhasanah

Page 2: akulturasi perkembangan budaya islam

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia akulturasi adalah percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi atau proses masuknya pengaruh kebudayaan asing dalam suatu masyarakat.

Dengan demikian masuknya Islam ke Nusantara (Indonesia) dan dalam perkembangan selanjutnya telah terjadi interaksi budaya yang saling mempengaruhi. Namun dalam proses interaksi itu, pada dasarnya kebudayaan setempat yang tradisional masih tetap kuat, sehingga terdapat perpaduan budaya asli (lokal) Indonesia dengan budaya Islam. Perpaduan inilah yang kemudian disebut akulturasi kebudayaan.

Pendahuluan

Page 3: akulturasi perkembangan budaya islam
Page 4: akulturasi perkembangan budaya islam

Seni Bangunan

Page 5: akulturasi perkembangan budaya islam

I. Bentuk Bangunan

Masjid biasanya berbentuk seperti pendopo yang berbentuk bujur sangkar. Selain itu bentuk atap masjid bukan berbentuk kubah melainkan berbentuk tumpang, yaitu atap yang tersusun semakin ke atas semakin kecil. Tingkatan

paling atas berbentuk limas. Jumlah tumpang selalu ganjil (gansal) yaitu 1, 3atau 5.

Puncak atap masjid atau surau biasanya diberi hiasan tambahan kemuncak untuk memberi tekanan akan keruncingannya kemuncak tersebut disebut dengan Mustaka.

Page 6: akulturasi perkembangan budaya islam

Atap Tumpang Masjid Tua Palopo Atap Tumpang Masjid Banten

Page 7: akulturasi perkembangan budaya islam

II. Menara

Menara berfungsi sebagai tempat untuk menyerukan azan. Meskipun menara bukan bagian masjid yang harus ada, namun dalam seni bangunan Islam selalu merupakan bagian tambahan yang memberi keindahan. Seperti halnya menara pada masjid Kudus dan masjid Banten. Menara masjid Kudus terbuat dari terakota yang tersusun seperti candi serta diberi atap tumpang sedangkan menara masjid Banten lebih menyerupai mercusuar seperti pada bangunan-bangunan yang terdapat di Eropa.

Page 8: akulturasi perkembangan budaya islam

Menara Masjid Kudus Menara Masjid Banten

Page 9: akulturasi perkembangan budaya islam

III. Letak Masjid

Penempatan masjid di Indonesia terutama masjid jami’ letaknya sesuai dengan tata letak macapat, yaitu masjid diletakkan disebelah barat alun-alun dekat dengan istana (keraton) yang merupakan simbol tempat bersatunya rakyat dengan rajanya. Misalnya, masjid agung gedhe kauman yang terletak disebelah barat alun-alun dekat dengan keraton Yogyakarta. Ada pula masjid yang dipandang keramat dan dibangun di atas bukit atau di dekat makam. Misalnya, makam sunan giri yang dibangun di dekat masjid Sunan Giri

Page 10: akulturasi perkembangan budaya islam

Masjid Gedhe Kauman Masjid Sunan Giri

Page 11: akulturasi perkembangan budaya islam

I. Bentuk Bangunan

Makam sebagai tempat kediaman yang terakhir diusahakan menjadi tempat yang sesuai untuk orang yang dikubur. Kuburan atau makam biasanya diperkuat dengan bangunan dari batu yang disebut jirat atau kijing. Diatas jirat biasanya dibangun cangkup atau kubah.

Kompleks pemakaman pada masa Islam awal di Indonesia tidak jarang dipengaruhi budaya Hindu-Buddha.

Page 12: akulturasi perkembangan budaya islam

Makam Kyai Tumenggung Soeronegoro

Makam Sunan Sendang Duwur

Page 13: akulturasi perkembangan budaya islam

II. Letak Makam

Makam yang berlokasi di dataran dekat masjid agung atau bekas pusat kota kerajaan atau kesultanan biasanya makam-makam sultan atau raja yang pernah berkuasa disana. Misalnya, makam sultan-sultan Demak di samping masjid agung demak. Sedangkan makam yang berlokasi di dataran lain biasanya makam Sunan dan tokoh masyarakat lainnya. Misalnya, makam Sunan Gunung Jati.

Page 14: akulturasi perkembangan budaya islam

Makam Sultan-Sultan Demak Makam Sunan Gunung Jati

Page 15: akulturasi perkembangan budaya islam

Seni Rupa

Perkembangan seni rupa Islam di Indonesia khususnya seni ukir kurang berkembang hal ini dikarenakan dalam Islam pembuatan ukiran menyerupai manusia maupun binatang dilarang. Tetapi para seniman tidak ragu-ragu mengembangkan seni hias dan seni ukir dengan motif daun-daunan dan bunga-bungaan seperti yang telah dikembangkan sebelumnya, ditambah dengan seni hias huruf arab (kaligrafi). Kemudian muncul kreasi baru, yaitu apabila diharuskan melukis makhluk hidup akan disamarkan dengan berbagai hiasan, sehingga tidak lagi jelas berwujud binatang atau manusia.

Bangunan-bangunan Islam biasanya dihiasi dengan berbagai motif ukiran-ukiran. Misalnya, ukiran pada pintu atau tiang pada bangunan keraton dan masjid, pada gapura atau pintu gerbang, hiasan pada batu nisan, hiasan pada motif batik, hiasan pada keris dan hiasan pada dinding rumah.

Page 16: akulturasi perkembangan budaya islam

I. Batu Nisan

Nisan yaitu bangunan dari batu yang menandai adanya sebuah makam. Nisan bercorak Islam biasanya dipahatkan tulisan Arab kadang juga dihiasi kaligrafi.

Contoh batu nisan bercorak Islam :

- Nisan makam Sultan Malik As-Saleh

- Nisan makam Fatimah binti Maemun

- Nisan makam Sultan Nahrisyah

Seni Rupa

Page 17: akulturasi perkembangan budaya islam

Nisan Sultan Malik As-Saleh Makam Sultan Nahrisyah

Page 18: akulturasi perkembangan budaya islam

Seni Rupa

II. Kaligrafi

Kaligrafi adalah seni melukis indah dengan huruf Arab yang biasanya merupakan rangkaian ayat-ayat suci Al-Qur’an.

Kaligrafi biasanya digunakan untuk menghias ukiran pada pintu atau tiang pada bangunan keraton dan masjid, pada gapura atau pintu gerbang, hiasan pada batu nisan, hiasan pada motif batik, hiasan pada keris dan hiasan pada dinding rumah.

Kaligrafi ada pula yang di bentuk menyerupai wayang, binatang atau tumbuh-tumbuhan.

Page 19: akulturasi perkembangan budaya islam

Ukiran pada Tiang Keraton Ukiran pada Keris

Page 20: akulturasi perkembangan budaya islam

Kaligrafi Arab menyerupai Tumbuhan

Kaligrafi Arab menyerupai hewan

Page 21: akulturasi perkembangan budaya islam

Yuni

Lisda

Mujizat

Yustika

Astriani

Yosua

Fitri

Hasby

Penambahan Materi

Page 22: akulturasi perkembangan budaya islam

Anindya : Apa yang di maksud terakota

Ferry : mengapa melukis mahluk hidup secara nyata tidak di perbolehkan

Hanny : proses akulturasi antara budaya dahulu dengan budaya islam

Kedua

Bella : adakah dampak negatif dari proses akulturasi islam

Rini : asal mula kebudayaan batu nisan

Puspita : mengapa munculnya mesjid mesjid bernuansa hindu budha

Pertanyaan

Page 23: akulturasi perkembangan budaya islam

Berkembangnya Kebudayaan Islam di Kepulauan Indonesia telah menambah khasanah budaya nasional Indonesia, serta ikut memberikan dan menentukan corak kebudayaan bangsa Indonesia.

Akan tetapi karena kebudayaan yang berkembang di Indonesia sudah begitukuat di lingkungan masyarakat maka berkembangannya kebudayaan Islam tidak menggantikan atau memusnahkan kebudayaan yang sudah ada. Dengan demikian terjadi akulturasi antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan yang sudah ada.

Perwujudan kebudayaan hasil akulturasi inilah yang harus kita jaga dan kita lestarikan agar tetap dapat dinikmati dan dipelajari oleh generasi-generasi mendatang.

Kesimpulan

Page 24: akulturasi perkembangan budaya islam

Sekian,

Terima kasih