38
1 Desain Pembelajaran Matematika MELAKUKAN ANALISIS INSTRUKSIONAL Dosen : Dr. Izwita Dewi, M.Pd. Oleh KELOMPOK IV 1. EFRIDAYANI 8146172016 2. LILIS 8146172038 3. NAILUL HIMMI HASIBUAN 8146172050 4. RUMINDA HUTAGALUNG 8146172061 5. SAIFUL 8146172062 PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

Analisis Instruksional

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisis Instruksional

1

Desain Pembelajaran Matematika

MELAKUKAN ANALISIS INSTRUKSIONAL

Dosen : Dr. Izwita Dewi, M.Pd.

Oleh

KELOMPOK IV1. EFRIDAYANI 81461720162. LILIS 81461720383. NAILUL HIMMI HASIBUAN 81461720504. RUMINDA HUTAGALUNG 81461720615. SAIFUL 8146172062

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN (UNIMED)

2015

Page 2: Analisis Instruksional

2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................2

C. Tujuan Pembahasan.........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................4

A. Pengertian Analisis Instruksional ...................................................4

B. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Melaksanakan

Analisis Instruksional.....................................................................5

C. Struktur Kompetensi.........................................................................8

D. Langkah – Langkah Melaksanakan Analisis Instruksional..........17

BAB III PENUTUP............................................................................................21

A. Kesimpulan..........................................................................................21

B. Saran ..................................................................................................21

Daftar Pustaka ....................................................................................................22

Page 3: Analisis Instruksional

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses merumuskan tujuan instruksional umum (TIU) yang telah dibahas

sebelumnya telah menghasilkan rumusan TIU. Tidak sedikit pengembangan

instruksional termasuk pengajar melompat dari TIU ke penulisan tujuan

instruksional khusus (TIK), tes, atau isi pelajaran, tanpa melalui analisis

instruksional, sehingga menghasilkan kegiatan instruksional yang tidak

sistematik.

Implikasi proses pengembangan instruksional yang melompat seperti itu

antara lain adalah :

1. Daftar TIK yang telah disusun tidak konsisten dengan TIUnya. Daftar TIK

tersebut mungkin tidak lengkap atau berlebihan. Di samping itu, kemampuan

yang ada dalam setiap TIK belum tentu mengacu kepada kemampuan yang

terdapat dalam TIU.

2. Materi tes tidak terperinci karena hanya meliputi pengetahuan, keterampilan,

dan sikap yang bersifat umum atau akhir. Kemajuan mahasiswa di tenah

proses belajar tidak dapat diukur dengan teliti sehingga pengajar tidak dapat

memberikan pengajaran remedial yang tepat bagi mahasiswa yang

sebenarnnya masih ketinggalan atau pemberian bahan pengayaan bagi

mahasiswa yang telah lebih dahulu maju.

3. Urutan isi pelajaran kurang sistematik.

4. Titik berangkat materi pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan awal

mahasiswa.

5. Cara penyajiannya tidak sesuai dengan karakteristik mahasiswa.

Pada makalah ini akan dibahas konsep dan prosedur menjabarkan

kompetensi yang ada dalam TIU menjadi subkompetensi, kompetensi dasar, atau

kompetensi khusus yang lebih kecil dan mengidentifikasi hubungan antara

subkompetensi yang satu dengan sub kompetensi yang lain. Prosedur penjabaran

inilah yang disebut analisis instruksional.

Page 4: Analisis Instruksional

2

Keterampilan melakukan analisis instruksional ini sangat penting artinya

bagi kegiatan instruksional, karena pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang

harus diberikan lebih dahulu dari yang lain dapat ditentukan hasil analisis

instruksional. Dengan demikian, pengajar jelas melihat arah kegiatan

instruksionalnya secara bertahap menuju pencapaian TIU. Ini berarti pengajar

terhindar dari pemberian isi pelajaran yang tidak relevan dengan TIU.Hasil

analisis instruksional ini dikaitkan dengan hasil kegiatan mengidentifikasi

perilaku dan karakteristik awal mahasiswa.Atas dasar keduannya, pengembangan

instruksional dapat menyusun tujuan instruksional khusus (TIK) yang relevan

dengan TIU.

Sistem instruksional yang siap pakai adalah hasil yang diinginkan dalam

hal mendesaian sistem intruksional. Dalam mencapai sistem instruksional yang

siap pakai tidaklah semudah menentukan tujuan perjalanan. Kita mengetahui

bahwa pendidikan itu mempunyai tujuan yang pasti, hanya tidak semua orang

dapat merumuskan dengan jelas tujuan apa yang ingin dicapainya dengan

pendidikan yang direalisasikannya. Tujuan instruksional idealnya diperoleh dari

proses pengkajian / penelususan kebutuhan (Need Assessment) yang menetapkan

secara luas indikasi-indikasi permasalahan yang harus dipecahkan.

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah dalam

makalah ini adalah :

1. Apakah pengertian dari Analisis Instruksional?

2. Hal-hal apakah yang harus diperhatikan dalam melaksanakan analisis

instruksional?

3. Bagaimana susunan struktur kompetensi?

4. Langkah-langkah apakah yang digunakan dalam melakukan analisis

instruksional?

Page 5: Analisis Instruksional

3

C. Tujuan Pembahasan

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka pembahasan ini bertujuan

untuk mengetahui:

1. Pengertian Analisis Instruksional.

2. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan analisis

instruksional.

3. Strukur Kompetensi.

4. Langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan analisis

instruksional.

Page 6: Analisis Instruksional

4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Analisis Instruksional

Analisis instruksional (Dick and Carey 2005) adalah sebagai tahapan

proses yang merupakan keseluruhan dari pemaparan bagaimana perancang

(desainer) menentukan komponen utama dari tujuan instruksional melalui

kegunaan analisis tujuan (goal analysis), dan bagaimana setiap langkah dalam

tujuan tersebut dapat dianalisis untuk mengidentifikasi keterampilan subordinate

atau keterampilan prasyarat.

Analisis instruksional sebagai perangkat (satu set) prosedur yang ketika

dipublikasikan ketujuan instruksional, menghasilkan pengindentifikasian langkah-

langkah yang sesuai untuk melaksanakan tujuan dan keterampilan subordinate

bagi sibelajar dalam rangka mencapai tujuan.

Suparman (2012:157) lebih cenderung mengartikan analisis instruksional

sebagai proses yang menjabarkan perilaku/kompetensi umum menjadi sub

kompetensi, kompetensi dasar, atau perilaku/kompetensi khusus yang tersusun

secara logis dan sistematis. Kegiatan penjabaran tersebut dimaksudkan untuk

mengidentifikasi perilaku-perilaku khusus yang dapat menggambarkan perilaku

umum secara terperinci. Yang dimaksud perilaku khusus tersusun secara logis dan

sistematis adalah tahapan apa yang seharusnya dilakukan terlebih dahulu ditinjau

dari berbagai alasan seperti karena kedudukannya sebagai perilaku prasyarat,

prilaku yang menurut urutan fisik berlangsung lebih dahulu, perilaku yang

menurut proses psikologi muncul lebih dahulu atau kronologis terjadi lebih awal.

Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisis

instruksional adalah  suatu prosedur dalam mengidentifikasi kompetensi yang

harus dikuasai siswa dengan menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku

khusus yang tersusun secara logis dan sistematis untuk mencapai tujuan

instruksional.

Dengan melakukan analisis instruksional akan tergambar susunan perilaku

khusus dari yang paling awal sampai yang paling akhir. Baik jumlah maupun

susunan perilaku tersebut akan memberikan keyakinan kepada pengajar bahwa

Page 7: Analisis Instruksional

5

perilaku umum yang tercantum dalam TIU dapat dicapai secara efektif dan

efisien. Dengan perkataan lain, melalui tahap perilaku perilaku khusus tertentu

akan mencapai perilaku umum. Perilaku khusus yang telah tersusun secara

sistematik menjuju perilaku umum itu laksana jalan yang singkat yang harus

dilalui untuk mencapai tujuannya dengan baik.

Dengan memperhatikan uraian tersebut di atas, dapat dikemukakan

kegunaan analisis instruksional sebagai berikut:

a. Membantu bantu para guru/pendidik maupun penyusun disain

instruksional untuk mengorganisir tugas-tugas pokok dalam

hubungannya dengan sub tugas yang harus dipelajari siswa.

Pengorganisasiannya adalah sedemikian, sehingga merupakan urutan

logis sesuai dengan keadaan sebenarnya manakala tugas tersebut

dilaksanakan. Proses ini akan memberikan gambaran yang jelas bagi

siswa mengenai yang diharapkan dapat dikerjakan setelah selesai

mengikuti suatu pelajaran.

b. Membantu para guru di dalam menganalisis tingkah laku (behavior)

berkenaan dengan masing-masing tugas pokok maupun subtugas.

Dengan cara demikian, semua pengetahuan dan ketrampilan yang

diperlukan untuk melaksanakan setiap tugas pokok dapat

diidentifikasikan.

c. Membantu para penyusun disain instruksional dan para guru/pendidik

untuk memperkirakan waktu yang diperlukan untuk belajar, sehingga

siswa dapat melaksanakan suatu tugas dengan baik.

Analisis instruksional penting untuk dilaksanakan. Hal tersebut

dikarenakan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus diberikan lebih

dahulu dari yang lain dapat ditentukan dari hasil analisis instruksional; arah

kegiatan instruksional jelas terlihat secara bertahap menuju pencapaian TIU; dan

terhindar dari pemberian isi pelajaran yang tidak relevan dengan TIU (Nugroho,

2011). Sedangkan menurut Kamas (2011), analisis intruksional dilaksanakan

apabila TIK tidak konsisten dengan TIU, materi tes kurang terinci (tdk ada

pengukuran tengah proses pembelajaran), urutan isi pelajaran kurang sistematis,

Page 8: Analisis Instruksional

6

titik awal pelajaran kurang sesuai dengan kemampuan awal siswa, dan penyajian

guru tidak sesuai karakteristik siswa.

Selain itu, dengan melakukan analisis instruksional, akan tergambar

susunan perilaku khusus dari yang paling awal sampai yang paling akhir. Baik

jumlah maupun susunan perilaku tersebut akan memberikan keyakinan kepada

pengajar bahwa perilaku umum yang tercantum dalam TIU dapat dicapai secara

efisien dan efektif. Melalui tahap perilaku khusus, pembelajar akan mencapai

perilaku umum (Hernawan dkk, 2006).

B. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Melaksanakan Analisis

Instruksional

Ditinjau dari pendapat Dick and Carey (2005), proses analisis instruksional

dimulai dari melaksanakan analisis tujuan (goal analysis) yang dimulai setelah

memperoleh pernyataan yang jelas dari instruksional.

1. Analisis Tujuan (Goal Analysis)

Hal yang harus diperhatikan adalah:

a. Pengklasifikasian pernyataan tujuan

berdasarkan domain (jenis) belajar yang akan muncul.

Domain belajar dapat dibagi atas empat yakni:

1) Keterampilan intelektual

Keterampilan yang mensyaratkan sebelajar melakukan kegiatan kognitif

yang unik. Unik yang dimaksud disini adalah sibelajar harus mempu

memecahkan masalah atau menampilkan satu perilaku dengan contoh atau

informasi yang tidak ditemukan sebelumnya.

2) Informasi Verbal

Keterampilan yang mensyaratkan sibelajar memberikan respons yang

spesifik terhadap stimuli yang relative spesifik.Biasanya tujuan keterampilan ini

dapat dikenali dari kata kerja yang digunakan.Kata kerja seperti menyebutkan atau

menjelaskan sesuatu.

Page 9: Analisis Instruksional

7

3) Sikap

Sikap adalah pernyataaan kompleks manusia terhadap orang, benda dan

kejadian.Dick and Carey (2005) mendefenisikan sebagai kecenderungan membuat

pilihan-pilihan tertentu atau keputusan tertentu terhadap keadaan tertentu.Sikap

mempengaruhi pilihan sikap seseorang dan merupakan tujuan jangka panjang

yang sulit diukur dalam waktu singkat.Tujuan instruksional yang berfokus pada

sikap dan dianggap sebagai sesuatu yang mempengaruhi sebelajar memilih.Sikap

memilih dapat menunjukkan kecenderungan positif atau negative terhadap objek

kejadian atau orang tertentu.

4) Keterampilan psikomotor

Karakteristik dari keterampilan psikomotor adalah sibelajar harus

melaksanakan gerakan otot dengan atau tanpa peralatan untuk mencapai hasil

yang spesifik.Ketrampilan ini melibatkan mental dan fisik.Perilaku dari tampilan

ini berupa kecepatan gerakan tubuh, keakraban kekuatan dan kelenturan.

Setiap tujuan dapat dimulai dengan menjawab pertanyaan “bagaimana kita

menentukan keterampilan belajar apa yang harus dipelajari sehingga dapat

tercapai tujuan-tujuan yang telah dibuat?”Jawabannya adalah mengklasifikasian

setiap tujuan kedalam salah satu domain belajar diatas.

b. Mengidentifikasi dan mengurutkan langkah-langkah utama ketika

sibelajar sedang menampilkan tujuan.

Langkah kedua dari analisis tujuan ini dilakukan setelah kita

mengidentifikasi domain dari tujuan maka perlu untuk lebih spesifik

mengindikasikan apa yang akan dilakukan sibelajar ketika sedang menampilkan

tujuan. Teknik terbaik yang sebaiknya digunakan oleh seorang desainer untuk

menganalisa sebuah tujuan adalah dengan mendiskripsikan langkah demi langkah

secara terperinci kegiatan atau apa yang akan dilakukan seseorang ketika

menampilkan sebuah tujuan.

Analisis tujuan merupakan tayangan visual dari langkah-langkah spesifik

yang sibelajar akan lakukan ketika menampilkan tujuan instruksional sebaiknya

ditayangkan dalam bentuk yaitu langkah demi langkah dalam kotak tersusun

disebuah diagram air (flow diagram). (Dick and Carey 2005)

Page 10: Analisis Instruksional

8

Gbr. Flow diagram

Pada saat menyusun daftar langkah-langkah tersebut yang harus

diperhatikan adalah sipembelajar, apakah sipembelajar berusia muda atau dewasa

karena akan mempengaruhi jumlah angka yang harus dibuat. Pendiskripsian setiap

langkah harus mencamtumkan sebuah kata kerja yang menjelaskan sebuah

tingkah laku yang dapat diobservasi. Contohnya “ bila membaca atau mendengar

(keduanya proses internal bukan tingkah laku yang jelas) langkahnya sebaiknya

diindikasikan apa yang sibelajar akan identifikasi dari apa yang mereka baca ata

dengar. Setiap langkah sebaiknya memiliki outcome yang dapat diobservasi.

Sedikitnya 5 langkah yang ada pada tahapan ini tetapi tidak lebih dari 15 untuk

durasi waktu 1 sampai 2 jam pengajaran.

Menulis TIU (target objective) mensyaratkan disainer mengklasifikasikan

keterampilan target berdasarkan tipe hasil belajar. Hal ini memungkinkan

melanjutkan keanalisis berikutnya, yaitu analisis tugas (Task Analysis).Tetapi

sebelumnya ada beberapa hal lagi yang sebaiknya diperhatikan yaitu pengujian

setiap langkah yang telah dibuat hingga pada akhirnya akan berbentuk produk

akhir dari analisis tujuan (goal analysis) berupa diagram keterampilan yang

menyediakan gambaran mengenai apa yang akan menyediakan gambaran

mengenai apa yang sedang dilakukan oleh sibelajar ketika mereka menampilkan

tujuan instruksioanl umum. Kerangka kerja inilah yang nantinya menjadi dasar

bagi analisis keterampilan prasyarat atau subordinate skill analysis.

2. Analisis Keterampilan Prasyarat (Subordinate skill analysis)

Setelah langkah-langkah dalam tujuan teridentifikasi dianggap perlu

melakukan pengujian setiap langkah untuk menentukan apa yang seharusnya telah

diketahui seibelajar dapat mempelajari langkah yang ditampilkan (perform) dalam

Step 1

Step 2

Step 3

Step 4

Step 5

Page 11: Analisis Instruksional

9

tujuan. Langkah ini disebut analysis keterampilan prasyarat atau subordinate skill

analysis.

Dalam analisis ini tujuan yang akan dibahas terlebih dahulu adalah tujuan

murni (pure goals) yang langkah-langkahnya hanya keterampilan intelektual atau

hanya ketrampilan psikomotor. Tujuan kompleks (complex goal) melibatkan

beberapa domain / ranah segaligus.Sebuah kombinasi berbagai pendekatan dapat

digunakan dengan tujuan kompleks. Dalam rangka memulai sebuah analisis

keterampilan prasyarat, perlu diperoleh deskripsi atau gambaran mengenai tugas

utama si belajar yang harus ditampilkan sehingga terpenuhilah tujuan

instruksional umum.

C. Struktur Kompetensi

Berbagai pendekatan dalam melakukan analisis keterampilan prasyarat

menurut Dick and Carey (2005) yakni:

1. Pendekatan Hirarki (hierarchial approach)

2. Pendekatan Pengelompokan (cluster approach)

3. Pendekatan Hirarki dan atau Pendekatan Pengelompokan

Suparman (2012:158) membagi pendekatan tersebut sebagai proses

penguraian perilaku khusus kedalam empat struktur perilaku. Empat susunan

struktur perilaku tersebut sebagai berikut:

1. Struktur Perilaku Hirarkis

Struktur perilaku yang hierarkikal adalah kedudukan dua perilaku yang

menunjukkan bahwa salah satu perilaku hanya dapat dilakukan bila telah dikuasai

perilaku yang lain. Perilaku B Misalnya, hanya dapat dipelajari bila seseorang

telah dapat melakukan perilaku A. Kedudukan perilaku A dan B disebut

hierarkikal. Dalam suatu kurikulum mata pelajaran A biasa disebut mata pelajaran

prasyarat untuk mengikuti pelajaran B tanpa lulus mata pelajaran A lebih dahulu

mahasiswa tersebut tidak boleh dan tidak mungkin langusung mempelajari mata

pelajaran B. perhatikan contoh – contoh perilaku di bawah ini.

a) Kedudukan perilaku menerapkan Statitika lanjutan dan perilaku

menerapkan Statistika Dasar. Menerapkan Statistika Lanjutan seperti

Page 12: Analisis Instruksional

10

Regresi Ganda Analisis Variasi tidak mungkin Statistika Dasar seperti

menghitung Skor rata-rata, Deviasi Standar, dan Korelasi Sederhana.

Kedua perilaku tersebut secara Hierarkikal menerapkan statistika dasar

merupakan prasyarat untuk dapat menerapkan Satistika Lanjutan.

b) Kedudukan perilaku mengukur luas sebidang tanah tersebut terhadap

perilaku mengukur panjang benda. Perilaku mengukur luas sebidang yang

terbentang di belakang rumah misalnya, tidak akan dapat dilakukan bila

belum dikuasai cara mengukur panjang benda, walaupun telah dikuasai

rumus untuk menghitung luas benda.

Mengukur panjang benda merupakan prasyarat untuk mengukur luas

tanah.Keduannya terstrukrut secara hierarkis.

c) Kedudukan kompetensi “mengambil keputusan” terhadap kompetensi

“menganalisis pemecahan masalah”. Kompetensi mengambil keputusan

untuk memecahkan masalah tertentu hanya dapat dilakukan bila cara

melakukan analisis alternatif telah dikuasai, yaitu teknik membandingkan

berbagai alternatif pemecahan masalah dari berbagai segi seperti efisinsi

dan efektivitas.

Menerapkan Statistika Lanjutan

Menerapkan Statistika Dasar

Mengukur luas Tanah

Mengukur panjang benda

Page 13: Analisis Instruksional

11

Contoh di atas dapat diteruskan dengan syarat harus menunjukkan

kompetensi yang menjadi prasyaratnya atau dengan menambah kotak di

bawah dan kompetensi yang lebih tinggi tingkatannya dengan menambah

kotak di atas dengan menghuungkannya dengan garis vertikal.

2. Struktur Perilaku Prosedural

Struktur ini adalah kedudukan beberapa perilaku yang menunjukkan

bahwa salah satu seri urutan penampilan perilaku tetapi ada yang menjadi perilaku

prasyarat untuk yang lain.Walaupun kedua perilaku khusus itu harus dilakukan

berurutan untuk dapat melakukan suatu perilaku umum, tetapi setiap perilaku itu

dapat dipelajari secara terpisah.

Contoh : tujuan siswa dapat menggambar grafik persamaan garis lurus.

Melakukan perilaku umum menggambar grafik persamaan garis lurus terdapat

sedikitnya tiga perilaku khusus yang terstruktur secara procedural.

Gbr. Struktur Perilaku Prosedural

Kompetensi yang disusun secara prosedural dilukiskan kotak-kotak yang

berderet ke samping dan dihubungkan dengan garis horizontal. Dengan demikian

bila kompetensi tersebut dilukiskan dalam satu bagan, akan mudah dibedakan dari

kompetensi-kompetensi yang tersusun secara hirarkis yang tampak dihubungkan

dengan garis vertikal.

Membuat sambu koordinat x dan y

Menentukan letak titik –titik pada sumbu

koordinat

Menghubungkan titik – titik yang ada pada sumbu koordinat

Mengambil keputusan

Menganalisis beberapa alternatif pemecahan masalah

Page 14: Analisis Instruksional

12

3. Struktur Perilaku Pengelompokan

Struktur ini adalah perilaku-perilaku khusus yang tidak mempunyai

ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Di samping perilaku – perilaku

khusus yang dapat diurut sebagai hierarkikal dan prosedural, terdapat perilaku –

perilaku khusus yang tidak mempunyai ketergantungan antara satu dan yang lain,

walaupun semuanya berhubungan. Dalam keadaan seperti itu, garis penghubung

antara perilaku khusus yang satu dan yang lain tidak diperlukan.

Misalnya tujuan siswa dapat menjelaskan bagian-bagian dari lingkaran,

menjelaskan fungsi satu dengan yang lain tidak terkait secara hirarki dan

procedural.

Dalam contoh di atas, kompetensi (A) mensyaratkan beberapa kompetensi

lain yang tidak tersusun secara hirarkis, tidak pula secara prosedural, melainkan

pengelompokan.

4. Struktur Perilaku Kombinasi

Suatu perilaku umum bila diuraikan menjadi perilaku khusus sebagian

besar akan terstruktur secara kombinasi antara struktur hierarkikal, procedural,

dan pengelompokkan. Sebagian dari perilaku khusus yang terdapat di dalam ruang

lingkup perilaku umum itu mempersyaratkan perilaku khusus yang lain.

Selebihnya merupakan urutan penampilan perilaku khusus dan umum.

Misalnya :

a. Perilaku umum menghitung korelasi dengan menggunakan berbagai rumus

dapat diuraikan menjadi perilaku-perilaku sebagai berikut:

Menjelaskan bagian-bagian dari lingkaran (A)

Menjelaskan definisi busur pada lingkaran

Menjelaskan definisi

apotema pada lingkaran

Menjelaskan definisi tembereng

pada lingkaran

Menjelaskan definisi juring

pada lingkaran

Page 15: Analisis Instruksional

13

Gambar Struktur Perilaku Kombinasi

Untuk menghitung korelasi dua deret skor dengan menggunakan berbagai

rumus yang ada diperlakukan dua perilaku khusus, yaitu menghitung korelasi

kedua deret skor itu dengan rumus skor mentah dan rumus deviasi. Kedua

perilaku khusus ini dapat dilakukan secara terpisah.Tetapi, keduanya menjadi

bagian dari perilaku umum menghitung korelasi dengan berbagai rumus.

Perilaku khusus menghitung korelasi dengan rumus skor mentah ini

mempunyai prasyarat pula, yaitu menghitung jumlah kuadrat setiap deretan angka,

menghitung jumlah setiap deretan angka dan menghitung jumlah perkalian kedua

deret angka.

Untuk menghitung korelasi dua deret angka dengan menggunakan rumus

deviasi diperlukan prasyarat perilaku menghitung deviasi standar. Sedangkan

menghitung deviasi standar dapat dipelajari bila telah dikuasai perilaku

menghitung deviasi. Sebelum itu, harus pula dikuasai perilaku menghitung skor

rata-rata. Bagian di atas menunjukkan kombinasi antara struktur hierarkikal dan

struktur pengelompokkan.

Menghitung korelasi dengan berbagai rumus

Menghitung korelasi dengan rumus Skor Mentah sebagai berikut :

Menghitung korelasi dengan rumus Deviasi sebagai berikut :

Menghitung jumlah setiap deret angka Menghitung Deviasi Standar

Menghitung jumlahperkalian deret angka Menghitung Deviasi Standar

Menghitung jumlah kuadrat setiap deret angka

Menghitung Skor rata-rata

Page 16: Analisis Instruksional

14

b. kompetensi umum melakukan lari cepat dapat diuraikan menjadi beberapa

subkompetensi sebagai berikut:

Kompetensi melakukan lari cepat terbentuk dengan cara mensejajarkankan

tiga subkompetensi yaitu start, lari, dan melintasi garis finish. Kompetensi

mensejajarkankan ketiga kompetensi khusus tersebut hanya dapat dilakukan bila

satu persatu dari ketiga kompetensi tersebut telah dikuasai. Dengan demikian,

merangkaikan start, lari, dan melintasi garis finish membutuhkan prasyarat

melakukan setiap gerakan tersebut satu per satu. Mana yang dahulu harus

dilakukan ketiga gerakan tersebut? Terserah pendesain instruksional. Setiap orang

dapat memilih salah satu di antaranya. Karena itu, kedudukan ketiga gerakan

tersebut antara satu dan yang lain terstruktur secara procedural. Mengapa? Karena

merangkaikan ketiganya pasti dimulai dari start, dilanjutkan dengan lari, dan

diakhiri dengan melntasi garis finish.Komepetsni “melakukan start” mensyaratkan

kemampuan menjelaskan teknik start. Demikian pula, kompetensi “lari”

mensyaratkan kompetensi teknik lari. Sedangkan kompetensi “melintasi garis

finish” mensyaratkan kemampuan menjelaskan teknik melintasi garis finish.

Bagan di atas menunjukkan struktur kombinasi antara hierarkis dan procedural.

Untuk menjabarkan kompetensi umum menjadi subkompetensi dalam

kawasan kognitif, psikomotor, dan afektif terlebih dahulu perlu diberikan definisi

tentang ketiga kawasan tersebut.

Page 17: Analisis Instruksional

15

a.  Kompetensi kawasan kognitif

Kompetensi kawasan kognitif adalah kompetensi yang merupakan dari

proses berpikir. Dalam bahasa sederhananya adalah kompetensi hasil kerja otak.

                         Bloom (1956)

Membagi kawasan kognitif menjadi enam tingkatan :

Pengetahuan

Pemahaman

Penerapan

Analisis

Sintesis

Evaluasi

Contoh : menyebutkan definisi makhluk hidup, membedakan fungsi meja dan

kursi, menceritakan kembali isi dongeng        

             Gagne (1979)

Membagi kemampuan manusia menjadi tiga macam ;

ketrampilan intelektual       ketrampilan teknis dalam ilmu pengetahuan

ketrampilan strategi kognitif   ketrampilan dalam mencari pemecahan

masalah

ketrampilan informasi verbal   ketrampilan mengungkapkan kembali

pengetahuan verbal yang telah dimiliki

b.         Kompetensi kawasan psikomotor

Kompetensi kawasan psikomotor adalah kompetensi yang dimunculkan oeh

hasil kerja fungsi tubuh manusia. Jadi berbentuk gerakan tubuh. Contohnya adalah

berlari, melompat, melempar berputar, memukul, dan menendang. Dave (1967)

membagi kompetensi kawasan psikomotor dalam lima jenjang kompetensi

khusus, yaitu :

                     Menirukan gerak

                     Memanipulasi kata – kata menjadi gerak

                     Melakukan gerak dengan tepat

                     Merangkaikan berbagai gerak

                     Melakukan gerak dengan gerak wajar dan efisien

c.         Kompetensi kawasan afektif

Page 18: Analisis Instruksional

16

Kompetensi kawasan afektif adalah kompetensi yang dimunculkan

seseorang sebagai pertanda kecenderungannya membuat pilihan atau keputusan

untuk beraksi dalam lingkungan tertentu.

Contoh : menganggukkan kepala ditafsirkan sebagai tanda setuju,

meloncat dengan muka berseri-seri sebagai tanda kegirangan, dan pergi beribadah

sebagai tanda beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Bloom dan Mansia (1964) membagi kawasan ini menjadi lima tingkatan

kemampuan, yaitu :

                     Menerima nilai

                     Membuat respon terhadap nilai

                     Menhargai nilai-nilai yang ada

                     Mengorganisasikan nilai, dan

                     Mengamalkan nilai secara konsisten (internalisasi nilai)

Untuk menafsirkan sikap orang lain dapat dilihat dari perilakunya atau

gejala yang dtimbulkannya. Penafsiran seperi ini sangat sulit. Kunci utamanya

terletak pada bagaimana menafsirkan perilaku tertentu sebagai sikap tertentu.

Tabel 2.1 Penafsirkan kemampuan seseorang

Kapabilitas Cara PenafsiranKemungkinan

yang Terjadi

Kawasan kognitif Dilihat dari hasil jawaban tes Hasil tidak murni

pekerjaan sendiri

Kawasan

psikomotor

Hasil gerakan Melihat teman/

berpura-pura

Kawasan afektif Dilihat dari perilaku atau sikap Berpura-pura

Jadi kunci dari dapat atau tidaknya kompetens itu dijadikan alat untuk

menafsirkan kemampuan orang, baik dalam kawasan kognitif, psikomotor,

maupun afektif itu terletak pada cara atau metode dan instrumen yang digunakan

untuk memunculkan kompetensi tersebut, bukan tergantung pada jenis kawasan

kompetensi tersebut.

Page 19: Analisis Instruksional

17

Cara menjabarkan kompetensi umum menjadi subkompetensi dalam

kawasan afektif pada dasarnya tidak berbeda dengan kawasan kognitif dan

psikomotor. Setelah diketahui kompetensi umum yang terdapat dalam tujuan

instruksional umu, pengembang instruksional selanjutnya mencari jawaban atas

pertanyaann sebgai berikut :“Subkompetensi apa saja yang mengacu pada

munculnya kompetensi umum tersebut?” Untuk mencari jawaban terhadap

pertanyaan tersebut, pengembang instruksional melakukan analisis instrusional

dengan langkah-langkah yang tercantum dalam subbab berikut ini.

D. Langkah-langkah Melaksanakan Analisis Instruksional

Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan analisis intruksional adalah sebagai berikut:

1. Menuliskan perilaku umum yang telah ditulis dalam TIU untuk mata pelajaran yang dikembangkan

2. Menuliskan setiap perilaku khusus yang menjadi bagian dari perilaku umum tersebut

3. Menyusun perilaku khusus tersebut kedalam suatu daftar dalam urutan yang logis dimulai dari perilaku umum, perilaku khusus yang paling “dekat” hubungannya dengan perilaku umum diteruskan “mundur” sampai perilaku yang paling jauh dari perilaku umum

4. Menambah perilaku khusus tersebut atau mengurangi jika perlu. Tanamkan dalam pikiran anda bahwa anda harus berusaha melengkapi daftar perilaku khusus tersebut.

5. Menulis setiap perilaku khusus dalam suatu lembar kartu atau kertas ukuran 3x5 cm

6. Menyusun kartu tersebut diatas meja atau lantai dengan menempatkannya dalam struktur hirarkial, prosedural atau pengelompokan menurut kedudukan masing-masing terhadap kartu yang lain. Letakkan kartu-kartu tersebut sejajar atau horizontal untuk perilaku-perilaku yang menyerupai struktur prosedural dan pengelompokan serta letakkan secara vertical untuk perilaku-perilaku yang hirarkial

7. Jika perlu,  tambahkan dengan perilaku khusus lain yang dianggap perlu atau dikurangi bila dianggap lebih

Page 20: Analisis Instruksional

18

8. Menggambarkan letak perilaku-perilaku tersebut dalam perilaku-perilaku dalam kotak-kotak diatas kertas lebar sesuai dengan latak kartu yang telah disusun. Hubungkan letak kotak-kotak tersebut dengan kertas vertical dan horizontal untuk menyatakan hubungannya yang hirarkial , prosedural atau pengelompokan.

9. Meneliti kemungkinan menghubungkan perilaku umum yang satu dan yang lain atau perilaku-perilaku khusus yang khusus yang berada dibawah perilaku umum yang berbeda.

10. Memberi nomor urut pada setiap perilaku khusus dimuali dari yang terjauh sampai yang terdekat dengan perilaku umum. Pemberian nomor akan menunjukkan urutan perilaku tersebut.

11. Mengkombinasikan atau mendiskusikan bagan yang telah disusun dengan memperhatikan:

- Lengkap tidaknya perilaku khusus sebagai penjabaran dari setiap perilaku umum

- Logis tidaknya dari perilaku-perilaku khusus menuju perilaku umum

- Struktur hubungan perilaku-perilaku khusus tersebut (hirarkial, presedural, pengelompokan atau kombinasi)

Setiap perilaku yang telah ditulis masih dapat diperinci lagi menjadi perilaku yang lebih kecil atau halus lagi tergantung kepada keinginan pengembang instruksional, sampai batas mana ia akan berhenti. Dalam praktik melakukan analisis instruksional bagi kebutuhan mata pelajaran Anda, satu perilaku umum dapat diurutkan sehingga menjadi 5 sampai 10 perilaku khusus. Bila Anda menghendakinya, setiap perilaku khusus itu masih mungkin dijabarkan lagi.Bila lebih cermat dan lebih rajin melakukan kegiatan analisis tersebut. Anda akan lebih mudah melakukan langkah-langkah pengembangan instruksional selanjutnya. Pekerjaan menganalisis tersebut sangat menantang, tetapi tidak terlalu sulit sepanjang Anda dapat menyediakan waktu untuk itu.Pekerjaan tersebut banyak menuntut penggunaan logika. Di sinilah salah satu letak penggunaan akal sehat dalam proses pengembangan instruksional.

Page 21: Analisis Instruksional

19

Melakukan operasi hitung pecahan dalam pemecahan masalah

Menyederhanakan dan mengurutkan

pecahan

Mengubah bentuk pecahan ke bentuk

desimal

Menentukan nilai pecahan

dari suatu bilangan atau kuantitas tertentu

Memecahkan masalah perbandingan dan skala

Mengenal berbagai bentuk pecahan

Mengubah suatu pecahan ke bentuk pecahan lain yang sesuai

Menyederhanakan pecahan

Membulatkan pecahan desimal sampai dua angka di belakang koma

Mengubah suatu pecahan ke bentuk pecahan lain yang sesuai

Membulatkan pecahan desimal sampai dua angka di belakang koma

Menyesuaikan letak benda secara perbandingan dan skala

Mengurutkan pecahan

Menggambar letak benda secara sederhana

PECAHAN

Page 22: Analisis Instruksional

20

Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar

Menentukan sifat-sifat bangun ruang

sederhana

Menentukan jaring-jaring balok dan kubus

Mengidentifi-kasi benda-benda dan bangun datar simetris Menentukan hasil pencerminan suatu

bangun datar

Menyebutkan sifat-sifat bangun ruang : balok dan kubus

Menggambar dan membuat berbagai jaring-jaring kubus

Menyebutkan dan menggambar bangun sesuai sifat-sifat bangun ruang yang

Mengelompokkan dan memberi contoh bangundatar yang simetris dan tidak simetris

Mengidentifikasi ciri bangun datar yang simetris

Membuat bangun-bangun datar yang simetris

Mengenal bangun datar yang tidak memiliki simetri

Mengidentifikasi dan menggunakan garis simetri pada bangun datar sederhana

Menunjukkan dan menggambar bangun datar (benda-benda) yang simetris

Menggambar cerminan dari bangun datar sederhana

BANGUN DATAR

Page 23: Analisis Instruksional

21

Menggunakan konsep integral dalam pemecahan masalah

Memahami konsep integral tak tentu dan integral tentu

Menghitung integral tak tentu dan integral tentu dari fungsi aljabar dan fungsi trigonometri yang sederhana

Menggunakan integral untuk menghitung luas daerah di bawah kurva dan volume benda putar

Menentukan integral tak tentu dari fungsi aljabar

Menjelaskan integral tertentu sebagai luas daerah di bidang datar

Menentukan integral dengan cara substitusi aljabar

Menentukan integral tentu dengan menggunakan sifat-sifat (aturan) integral

Mengerjakan soal dengan baik berkaitan dengan materi mengenai aturan rantai untuk mencari turunan fungsi, pengertian integral, integral tak tentu, dan integral tertentu

Menentukan integral dengan rumus integral parsial

Menentukan integral dengan cara substitusi trigonometri

Menentukan integral tak tentu dari fungsi trigonometri Menggambarkan suatu daerah yang dibatasi oleh

beberapa kurva

Menggunakan integral tertentu untuk menghitung volume benda putar dari daerah yang diputar terhadap sumbu koordinat

Menggunakan integral tertentu untuk menghitung luas daerah yang dibatasi oleh kurva dan sumbu-sumbu pada koordinat

Mengerjakan soal dengan baik berkaitan dengan materi mengenai pengintegralan dengan substitusi aljabar, substitusi trigonometri, maupun integral parsial, serta penggunaan integral tertentu untuk menghitung luas daerah dan volume benda

DERIVATIVE / TURUNAN

INTEGRAL

Page 24: Analisis Instruksional

22KALKULUS LANJUT

Memahami tentang Turunan dalam Ruang Berdimensi - n

Memahami tentang Integral dalam Ruang Berdimensi - n

Memahami Metode Langrange

Memahami Turunan Berarah dan Gradien

Memahami Fungsi Dua Peubah

Memahami Turunan Parsial

Memahami Limit dan Kekontiuan

Memahami Keterdiferensialkan

Memahami Integral Lipat Dua dalam Koordinat Kutub

Memahami Integral Lipat Dua atas Daerah Bukan Persegipanjang

Memahami Aturan Rantai

Memahami Integral Lipat

Dua Atas Persegipanjang

Memahami Integral

Lipat

Memahami Penerapan Integral Lipat Dua

Memahami Integral Lipat Tiga (koordinat Kartesius)

Memahami Integral Lipat tiga (Koordinat tabung dan Bola)

Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa diharapkan dapat memahami tentang Turunan dan Integral dalam ruang berdimensi -n

Page 25: Analisis Instruksional

23

Mengidentifikasi pengertian statistik, statistika, populasi dan sampel

Membedakan pengertian statistik dan statistika

Menentukan populasi, ruang sampel dan sampel suatu data

Menentukan ukuran pemusatan data

Menentukan Mean dari suatu data tunggal dan berkelompok

Menentukan median dari suatu data tunggal dan berkelompok

Menentukan Modus dari suatu data tunggal dan data berkelompok

Menentukan ukuran penyebaran data

Menentukan jangkauan, simpangan rata-rata, simpangan baku, jangkauan semi interkuartil, dan jangkauan persentil dari suatu data.

Nilai standar (Z-score) ditentukan dari suatu data

Koefisien variasi ditentukan dari suatu data

Menerapkan aturan konsep statistika dalam pemecahan masalah

Bilangan Pengukuran

Menyajikan data dalam bentuk tabel dan diagram

Mengubah data kedalam bentuk tabel

Menyajikan data ke dalam bentuk diagram (batang, lingkaran, garis gambar) histogram, poligon frekuensi dan ogive

STATISTIKA

Page 26: Analisis Instruksional

24

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebelum menghasilkan suatu desain sitem instruksional yang siap pakai

haruslah melalui tahap-tahap yang ditentukan agar hasil yang didapat lebih

berkualitas dan tujuan yang direalisasikan dapat tercapai secara maksimal. Salah

satu tahap yang tidak kalah pentingnya adalah analisis intruksional, dimana pada

langkah inilah merupakan bertujuan untuk memperolah gambaran tentang apa

yang dicapai. Apa yang kan dicapai merupakan suatu tujuan yang jelas dan

spesifik memberi pegangan dan petunjuk tentang metode mengajar dan belajar

yang serasi serta memungkinkan penilaain proses dan hasil belajar yang lebih

teliti.

B. Saran

Kiranya para desainer atau tenaga pendidik menggunakan tahap demi tahap

dalam menganalisis instruksional secara teliti sehingga kebutuhan siswa dapat

tercapai sesuai dengan tujuan yang kita inginkan.

Page 27: Analisis Instruksional

25

DAFTAR PUSTAKA

Bloom, Benjamin S. 1956. Taxonomy Of Education Objective: The Classification Of Educational Goals, Handbook I: Cognitif Domain. Newyork: Longman Inc.

Dick ‘ W., & Carey, 2005. The Systemafic Design Of Instruction. Glenview Illionois.Scott, Forestman and Company.

Gagne, R. M., and Briggs, L.J. (1979). Principles Of Instructional Design. New york: Holt, Rinheart, and Wiston.

Suparman, Atwi, 2012. Desain Intruksional. Jakarta: Erlangga