29
LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP MEDIS A. Defenisi Penyakit Alzheimer merupakan penyakit dengan onset yang lambat dan gradual. Pertama kali menyerang bagian otak yang mengontrol memori dan selanjutnya bagian otak lain yang mengatur fungsi intelektual, emosional dan tingkah laku, sehingga seringkali disertai sindrom-sindrom perilaku seperti psikosis, agitasi dan depresi. Penyakit Alzheimer ini biasanya timbul antara umur 50 dan 60 tahun. Terdapat degenerasi korteks yang difus pada otak di lapisan-lapisa luar terutama di daerah frontal dan temporal. Atropi ini dapat dilihat pada pneumo- ensefalogram dimana tampak sisterna ventrikel membesar serta banyak hawa di ruang subarakhnoid (giri mengecil dan sulkus-sulkus melebar). B. Etiologi Otak merupakan organ yang sangat kompleks. Di otak terdapat area-area yang mengurus fungsi tertentu, misalnya bagian depan berkaitan dengan fungsi luhur seperti daya ingat, proses berpikir dsb, otak bagian belakang berkaitan dengan fungsi penglihatan dan sebagainya. Dari hasil riset yang dilakukan, diketahui bahwa pada Penyakit Alzheimer terjadi kehilangan sel saraf di otak di area yang berkaitan dengan fungsi daya ingat, kemampuan berpikir serta kemampuan mental lainnya. Keadaan ini diperburuk dengan penurunan zat neurotransmiter, yang berfungsi untuk menyampaikan sinyal antara satu sel otak ke sel otak yang lain. Kondisi abnormal tersebut menjadi penyebab mengapa pada penyakit Alzheimer fungsi otak untuk berpikir dan mengingat mengalami kemacetan.

Askep alzheimer AKPER PEMDA MUNA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Askep alzheimer AKPER PEMDA MUNA

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP MEDIS

A. Defenisi

Penyakit Alzheimer merupakan penyakit dengan onset yang lambat dan

gradual. Pertama kali menyerang bagian otak yang mengontrol memori dan

selanjutnya bagian otak lain yang mengatur fungsi intelektual, emosional dan

tingkah laku, sehingga seringkali disertai sindrom-sindrom perilaku seperti

psikosis, agitasi dan depresi.

Penyakit Alzheimer ini biasanya timbul antara umur 50 dan 60 tahun.

Terdapat degenerasi korteks yang difus pada otak di lapisan-lapisa luar

terutama di daerah frontal dan temporal. Atropi ini dapat dilihat pada pneumo-

ensefalogram dimana tampak sisterna ventrikel membesar serta banyak

hawa di ruang subarakhnoid (giri mengecil dan sulkus-sulkus melebar).

B. Etiologi

Otak merupakan organ yang sangat kompleks. Di otak terdapat area-area

yang mengurus fungsi tertentu, misalnya bagian depan berkaitan dengan

fungsi luhur seperti daya ingat, proses berpikir dsb, otak bagian belakang

berkaitan dengan fungsi penglihatan dan sebagainya.

Dari hasil riset yang dilakukan, diketahui bahwa pada Penyakit Alzheimer

terjadi kehilangan sel saraf di otak di area yang berkaitan dengan fungsi daya

ingat, kemampuan berpikir serta kemampuan mental lainnya. Keadaan ini

diperburuk dengan penurunan zat neurotransmiter, yang berfungsi untuk

menyampaikan sinyal antara satu sel otak ke sel otak yang lain. Kondisi

abnormal tersebut menjadi penyebab mengapa pada penyakit Alzheimer

fungsi otak untuk berpikir dan mengingat mengalami kemacetan.

Page 2: Askep alzheimer AKPER PEMDA MUNA

C. Manifestasi klinis

1. Lupa kejadian yang baru dialami. Lupa akan nama teman, nomor

telepon rekan bisnis dan pekerjaan adalah hal yang biasa terjadi,

masih dapat dikatakan normal karena biasanya kita masih dapat

mengingatnya lagi beberapa saat kemudian. Orang dengan

kepikunan / demensia mengalami kelupaan yang sangat sering

sehingga mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari, dan

mereka tidak dapat mengingat kembali kejadian yang baru

dialaminya sekalipun telah dicoba mengingatkan kembali.

2. Kesulitan melakukan pekerjaan sehari-hari. Seseorang yang penuh

kesibukan bisa saja meninggalkan dapur dalam keadaan

berantakan dan baru ingat untuk menghidangkan dan

merapikannya setelah hampir selesai makan. Seseorang dengan

demensia Alzheimer mungkin dapat menyiapkan makanan di dapur

tetapi kemudian bukan hanya tidak ingat untuk menghidangkannya

di meja makan bahkan ia juga lupa bahwa ia telah memasak

makanan didapur.

3. Kesulitan dalam berbahasa. Kadang-kadang seseorang mengalami

kesulitan untuk mencari kata yang tepat untuk berbicara, tetapi

orang dengan penyakit Alzheimer dapat lupa kata-kata yang

sederhana atau menggantikannya dengan kata yang tidak sesuai,

sehingga kalimat yang diucapkannya tidak dapat dimengerti.

4. Disorientasi waktu dan tempat. Lupa nama hari atau tempat tujuan

untuk sesaat masih termasuk normal. Akan tetapi jika terjadi lupa

tempat dimana ia berada, tersesat di jalan yang biasa dikenalnya,

tidak tahu bagaimana ia sampai di tempat tsb dan tidak bisa

mencari jalan pulang ke rumahnya sendiri maka hal ini

menunjukkan gejala penyakit Alzheimer.

5. Tidak mampu membuat keputusan. Seorang ibu dapat terlarut,

asyik dan tenggelam dalam aktivitasnya sementara waktu sampai

lupa memperhatikan anak-anaknya. Tetapi orang dengan

Alzheimer akan lupa sama sekali bahwa ia tengah menjaga anak-

anaknya. Bisa jadi iapun berpakaian tidak sebagaimana mestinya,

Page 3: Askep alzheimer AKPER PEMDA MUNA

misalnya memakai baju berlapis-lapis atau pergi ke kantor dengan

pakaian tidur.

6. Kesulitan berpikir abstrak. Penderita Alzheimer akan mengalami

kesulitan dalam hitung menghitung, kalimat majemuk dan

peribahasa maupun pemahaman konsep.

7. Salah menaruh barang-barang. Setiap orang bisa saja lupa dimana

menaruh kunci atau dompet. Seseorang dengan penyakit

Alzheimer mungkin dapat meletakkan benda-benda di tempat yang

tidak seharusnya misalnya seterika ditaruh di dalam kulkas, atau

arloji diletakkan di dalam panci.

8. Perubahan suasana perasaan dan perilaku. Setiap orang bisa

merasa sedih dan murung dari waktu ke waktu. Seorang penderita

Alzheimer dapat memperlihatkan perubahan suasana perasaaan

dalam waktu singkat, dari tenang-tenang tiba-tiba menjadi

menangis atau marah tanpa suatu alasan yang jelas.

9. Perubahan kepribadian. Meskipun usia dapat berpengaruh

terhadap perubahan kepribadian, namun seseorang dengan

penyakit Alzheimer menunjukkan perubahan kepribadian yang

drastis, misalnya menjadi pencuriga, penakut atau mudah bimbang

dan kebingungan.

10.Kehilangan inisiatif. Merasa lelah terhadap pekerjaan rumah

tangga, aktivitas bisnis atau kegiatan sosial lainnya adalah normal

bila setelah beberapa waktu mempunyai minat kembali. Seseorang

dengan Alzheimer dapat menjadi sangat pasif dan apatis sehingga

diperlukan usaha keras dan untuk menarik minatnya agar mau ikut

beraktivitas.

Gejala klinis yang berkaitan dengan defisit kognitif multipel antara lain :

a. Gangguan memori, termasuk ketidakmampuan untuk mempelajari

informasi yang baru atau me-recall informasi yang telah dipelajari

sebelumnya.

Page 4: Askep alzheimer AKPER PEMDA MUNA

b. Gangguan berbahasa (aphasia).

c. Gangguan dalam kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik

meskipun fungsi organ motorik masih utuh (apraxia).

d. Gangguan dalam mengenali objek, meskipun fungsi organ sensorik

masih utuh. (agnosia).

e. Gangguan dalam kemampuan untuk merencanakan,

mengorganisasikan, berpikir sekuensial dan abstrak (gangguan fungsi

eksekutif).

D. pembagian Alzheimer

Dalam perjalanannya, penyakit Alzheimer dapat dibagi dalam 3 fase meliputi :

Fase awal (Ringan).

Pada tahap ini pasien mulai mengalami kehilangan memori maupun fungsi

kognitif lainnya, tapi pasien masih dapat mengkompensasinya dan masih

dapat berfungsi secara normal dan independen dengan sedikit

pertolongan. Sikap apati dan kecenderungan menarik diri yang merupakan

gambaran di semua fase, mulai timbul di fase ini. Ciri-cirinya :

a. Gangguan Kognitif dan memori :

• Bingung, lupa nama dan kata-kata dan menghindar berbicara untuk

mencegah kesalahan.

• Mengulang pertanyaan dan kalimat.

• Lupa kisah hidup mereka sendiri dan peristiwa yang baru terjadi.

• Kurang mampu untuk mengorganisasikan dan merencanakan sesuatu

serta untuk berpikir logik.

• Menarik diri dari lingkungan sosial dan tantangan-tantangan mental.

• Disorientasi waktu dan tempat ; dapat tersesat di tempat-tempat yang

familiar.

b. Gangguan berkomunikasi mulai timbul :

• Mulai mengalami kesulitan dalam mengekspresikan diri mereka sendiri.

• Kadang tidak mampu untuk berbicara dengan benar meski masih dapat

berespon dan bereaksi terhadap apa yang dikatakan kepada mereka

ataupun terhadap humor yang dilontarkan.

• Mengalami kesulitan untuk memahami bahan bacaan

Page 5: Askep alzheimer AKPER PEMDA MUNA

c. Perubahan kepribadian mulai timbul :

• Apatis, menarik diri dan menghindari orang lain.

• Cemas, agitasi dan iritabel.

• Tidak sensitif terhadap perasaan orang lain

• Gampang marah terhadap hal-hal yang mendatangkan frustasi, rasa

lelah, ataupun kejutan.

d. Perilaku yang aneh mulai timbul :

• Mencari dan menimbun benda-benda yang tidak berharga.

• Lupa makan secara teratur ataupun hanya makan satu jenis makanan

saja.

2. Fase menengah (sedang).

Gambaran utama dari fase ini adalah penurunan fungsi dari berbagai

sistem tubuh pada saat yang bersamaan dan membuat ketergantungan

pada orang lain yang merawat menjadi meningkat. Gangguan kognitif dan

memori makin memberat, kepribadian mulai berubah dan masalah-

masalah fisik mulai meningkat. Muncul sikap agresif, halusinasi dan

paranoid.

Ciri-cirinya :

a. Gangguan Kognitif dan memori yang signifikan:

• Lupa kisah hidupnya sendiri dan peristiwa yang baru terjadi..

• Mengalami kesulitan untuk mengingat nama dan wajah teman dan

keluarga. Tapi masih dapat membedakan wajah yang familiar dengannya

dari yang tidak dikenalnya.

• Masih mengingat nama sendiritapi kesulitan untuk mengingat alamat dan

nomer telefon..

• Tidak dapat berpikir logik secara jernih. Tidak dapat mengatur

pembicaraan mereka sendiri Tidak dapat lagi mengikuti instruksi oral

maupun tulisan. Masalah keuangan dan aritmetika semakin meningkat..

• Terputus dari realitas. Tidak mengenal diri sendiri di depan cermin dan

dapat menganggap suatu cerita di televisi sebagai suatu kenyataan..

• Disorientasi cuaca, hari dan waktu..

b. Gangguan berkomunikasi :

• Mengalami kesulitan dalam berbicara, memahami, membaca dan

menulis.

Page 6: Askep alzheimer AKPER PEMDA MUNA

• Mengulang-ulang cerita, kata-kata, pertanyaan dan bahasa tubuh.

• Masih dapat membaca tapi tidak berespon dengan tepat terhadap materi

bacaannya.

• Kesulitan menyelesaikan kalimat

c. Perubahan kepribadian mulai signifikan :

• Apatis, menarik diri, curiga, paranoid (seperti menuduh pasangan

berhianat atau anggota keluarga ada yang mencuri).

• Cemas, agitasi dan iritabel, agresif dan mengancam

• Halusinasi dan delusi muncul. Dapat melihat, mendengar, mencium dan

mengecap sesuatu yang tidak nyata.

d. Perilaku aneh yang timbul :

• Perilaku seksual yang menyimpang (seperti : menganggap orang lain

sebagai pasangannya dan bermasturbasi di depan umum)

• Berbicara sendiri. (hampir sepertiga hingga setengah penderita

alzheimer berbicara sendiri)

• Perubahan siklus tidur yang normal ( terjaga sepnajang malam, tidur

sepanjang siang)

e. Peningkatan dependensi :

• Dapat makan sendiri, tapi butuh bantuan untuk makan dan minum yang

cukup

• Membutuhkan bantuan untuk berpakaian yang sesuai dengan cuaca

atau situasi

• Membutuhkan bantuan untuk menyisir rambut, mandi, sikat gigi, dan

menggunakan toilet.

• Tidak dapat lagi ditinggalkan sendiri dengan aman (dapat meracuni diri

sendiri, membakar diri sendiri).

f. Penurunan kontrol sadar :

• Inkontinensia uri dan feses.

• Tidak merasa nyaman duduk di kursi atau di toilet.

3. Fase Lanjut (berat).

Pada fase ini dapat dijumpai kemunduran kepribadian, gejala kognittif dan

fisik memberat. Tingkah laku yang liar di fase awal perkembangan

penyakit berubah menjadi lebih tumpul. Beberap ciri khasnya :

a. Kognitif dan memori yang makin memburuk :

Page 7: Askep alzheimer AKPER PEMDA MUNA

• Tidak mengenali lagi orang yang familiar, termasuk istri dan anggota

keluarga yang lain.

b. Kemampuan komunikasi benar-benar lenyap :

• Tampak merasa tidak nyaman. Tapi dapat berteriak bila disentuh

ataupun bergerak.

• Tidak mampu untuk tersenyum dan berkata-kata, atau berbicara cengan

inkoheren.

• Tidak dapat menulis dan memahami material bacaan.

c. Kontrol sadar terhadap tubuh hilang :

• Tidak dapat mengontrol gerakan, otot-otot terasa kaku.

• Inkontinensia urin dan fecal komplit.

• Tidak dapat berjalan, berdiri, sit up, ataipunmengangkat kepala tanpa

bantuan orang lain.

• Tidak dapat menelan makanan dengan mudah, sering tersedak .

d. Dependensi komplit terhadap orang lain :

• Membutuhkan bantuan di segala aktivitas hidupnya.

• Membuthkan perawatan sepanjang waktu.

e. Penurunan dearajat kesehatan yang bermakna :

• Sering terjadi infeksi, kejang-kejang, penurunan berat badan, kulit

menjadi tipis dan gampang luka serta adanya refleks-refleks abnormal.

f. Tubuh melemah :

• Menolak makan atau minum, berhenti kencing, tidak dapat berespon

terhadap lingkungan.

• Hanya dapat merasakan dingin dan rasa tidak nyaman, serta hanya

berespon minimal terhadap sentuhan.

• Kelelahan dan tidur yang berlebihan.

• Organ-organ sensoris tidak berfungsi lagi ; bila organ sensoris masih

berfungsi, otak tidak mampu menerima input.

g. Perubahan kepribadian :

• Apatis, menarik diri.

• Kepribadian yang tumpul.

h. Perilaku yang aneh :

• Menyentuh sesuatu benda berulang-ulang.

Page 8: Askep alzheimer AKPER PEMDA MUNA

D. Patofisiologi

Penyakit alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan

kelumpuhan, yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun ke atas.

Perkiraan terakhir menyatakan bahwa sekitar 10% orang dalam kelompok

usia itu menderita penyakit ini. Penyakit ini cepat meluas dalam kalangan

populasi usia lanjut, dan di perkirakan bahwa tahun 2050 akan ada 14 juta

penderita penyakit ini. Penyakit ini bukan saja menimbulkan dampak pada

sistem pelyanan kesehatan ( kebutuhan akan panti werda, pelayanan

kesehatan rawat jalan bagi orang dewasa, fasilitas perawatan akut , dan dana

riset), tetapi juga akan menimbulkan sters bagi para anggota keluarga yang

harus merawatnya.

Secara patologis, pasien dengan penyakit alzheimer mengalami

kehilangan banyak neuron-neuron hipokampus dan korteks tanpa disrtai

kehilangan parenkim otak. Selain itu juga dapat kekusutan neurofibrilar yang

difus dan di plak senilis ( makin banyakmplak senilis makin berat gejala

gejalnya ). Kedua perubahan patologik terakhir ini bukan merupakan ciri khas

dari penyakit alzheimer, karena juga ditemukan pada penderita ensefalopati

timah dan sindrom down. Hasil penemuan terakhir menunjukan adanya kaitan

dengan kelainan neurotransmiter dan enzim-enzim yang berkaitan dengan

metabolisme neurotransmiter tersebut. Tampaknya ada penurunan dari

asetitransferase ( enzim yang mensintesis asetilkolin).

Otopsi otak penderita penyakit alzheimr menunjukan pengurangan

neurotransmiter asetilkolin yang bermakna : beberapa otak bahkan hanya

mengandung 10% dari kadar normal. Beratnya demensia berkaitan langsung

dengan penurunan asetikolin pada otak. Penurunannya akan sangat jelas

pada korteks serebri,hipokampus dan damigdala. Hal lain yang masih terus

diselidiki oleh para penelti adalah neurotransmiter peptida,oleh karena

somatostatin menurun pada otak penderita penyakit alzheimer. Faktor

tambahan lain yang juga masih dalam penyelidikan adalah neurotoksisitas

dari aluminiu. Crapper et al ( 1979) menyatakan bahwa ada kegagalan dalam

siste transpor membran pada pasien – pasien penyakit alzheimer, yang

memungkinkan interaksi antara aluminium dan kromati yang menyebabkan

perubahan patologik dalam sintesis protein dan perubahan neuropibrilar.

Page 9: Askep alzheimer AKPER PEMDA MUNA

E. Etiologi dan Factor resiko

Penyebab dari Alzheimer masih belum diketahui secara pasti, tapi

perpaduan berbagai faktor resiko diduga sebagai penyebabnya. Faktor-faktor

tersebut antara lain :

- Bertambahnya usia, riwayat keluarga yang positif, dan cedera kepala.

- Toksin dari lingkungan.

- Stres, kecemasan dan sikap pesimis yang berlebihan.

- Genetik :

- Lipoprotein E-epsilon 4 yang rapuh dan gampang mengalami mutasi.

- Protein prekursor amiloid (APP) pada kromosom 21.

- Trisomi kromosom 21 (down’s syndrom). Pasien dengan sindrom down

cenderung terkena alzheimer onset dini pada usia di atas 30 tahun.

- Gen presenilin I yang terdapat di kromosom 14. Mutasi pada gen inilah yang

berkaitan erat dengan Alzheimer familial.

- Gen presenilin II pada kromosom 1. Mutasi pada gen ini berkaitan erat

dengan penyakit Alzheimer yang terjadi pada penduduk di daerah sungai

Volga, Rusia.

F. Pencegahan

Para ilmuwan berhasil mendeteksi beberapa faktor resiko penyebab

Alzheimer, yaitu : usia lebih dari 65 tahun, faktor keturunan, lingkungan

yang terkontaminasi dengan logam berat, rokok, pestisida, gelombang

elektromagnetic, riwayat trauma kepala yang berat dan penggunaan terapi

sulih hormon pada wanita.

Dengan mengetahui faktor resiko di atas dan hasil penelitian yang lain,

dianjurkan beberapa cara untuk mencegah penyakit Alzheimer, di

antaranya yaitu :

1. Bergaya hidup sehat, misalnya dengan rutin berolahraga, tidak

merokok maupun mengkonsumsi alkohol.

Page 10: Askep alzheimer AKPER PEMDA MUNA

2. Mengkonsumsi sayur dan buah segar. Hal ini penting karena

sayur dan buah segar mengandung antioksidan yang berfungsi

untuk mengikat radikal bebas. Radikal bebas ini yang merusak

sel-sel tubuh.

3. Menjaga kebugaran mental (mental fitness). Cara menjaga

kebugaran mental adalah dengan tetap aktif membaca dan

memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan.

G. Terapi

Pendekatan terapi pada penyakit Alzheimer didasarkan pada teori

yang berkembang sesuai patogenesis dan patofisiologis penyakit dan

kebutuhan untuk memperbaiki gejala-gejala kognitif dan tingkah laku yang

mengalami gangguan, meskipun hingga saat ini belum ada terapi yang benar-

benar secara meyakinkan mencegah Alzheimer ataupun memperlambat

perjalanannya.

Terapi medis untuk Alzheimer meliputi :

Obat-obatan Psikotropik dan intervensi perilakuϖ

Berbagai intervensi farmakologis dan perilaku dapat memperbaiki gejala

klinik penyakit Alzheimer, seperti : kecemasan, agitasi dan perilaku psikotik,

yang memang pendekatan terbaiknya adalah secara simptomatis saja. Obat-

obatan ini sangat berguna meski keefektifannya sedang dan bersifat

sementara saja dan tidak mampu untuk mencegah perkembangan penyakit

dalam jangka waktu yang lama.

Intervensi perilaku meliputi pendekatan patient centered ataupun

melalui pelatihan tenaga yang siap memberikan bantuan perawatan terhadap

pasien. Intervensi-intervensi ini dikombinasikan dengan farmakoterapi seperti

penggunaan anxiolytic untuk anxietas dan agitasi, neuroleptik untuk keadaan

psikotiknya dan anti depressan untuk keadaan depresinya.

Beberapa obat psikotik yang dianjurkan untuk digunakan oleh banyak praktisi

adalah : haloperidol, risperidone, olanzapine dan quetiapine. Obat-obatan ini

diberikan dalam dosis minimal yang masih efektif untuk meminimalisir efek

samping, oleh karena sebagian besar pasien adalah mereka yang berusia

lanjut.

Page 11: Askep alzheimer AKPER PEMDA MUNA

Cholinesterase Inhibitors (ChEIs)

♣ Strategi yang digunakan secara luas untuk mengatasi gejala-gejala

alzheimer adalah mengganti kehilangan neurotransmitter asetilkolin di korteks

serebri. Seperti diketahui, pada penyakit Alzheimer terdapat kehilangan yang

substansial dari asetilkolin, penurunan jumlah enzim asetiltransferase (enzim

untuk biosintetis asetilkolin) dan hilangnya neuron-neuron kolinergik di daerah

subkortikal (nukleus basalis dan hippokampus).yang memiliki serabut projeksi

ke korteks.

Observasi ini menghasilkan teori bahwa manifestasi klinis dari

alzheimer timbul sebagai akibat dari hilangnya persarafan kolinergik ke

korteks serebri. Akibatnya, dikembangkanlah berbagai senyawa yang mampu

menggantikan defek kolinergik ini dengan cara mengintervensi proses

degradasi asetilkolin oleh asetilkolinesterase sinaptik (spesifik), ataupun oleh

asetilkolinesterase non sinaptik (non spesifik) yang sering disebut sebagai

butyrylkolinesterase (BuChE).

Obat-obatan yang dianjurkan diantaranya adalah tacrine

(cognex),donepezil (aricept), rivastigmine (exelon) dan galantamine (reminyl).

Hanya tacrin dan rivastigminlah yang juga menghambat BuChE. Hal ini

penting untuk kemanjuran terapi, sebab dalam perjalanan penyakit Alzheimer,

BuChE akan meninggi dan di sintesis oleh berbagai lesi Alzheimer termasuk

oleh plak senilis. Efek obat-obatan ini antara lain :

(1) Memperbaiki fungsi kognitif pada fase yang lanjut

(2) Memperbaiki gangguan perilaku

(3) Menolong pasien dengan demensia akibat gangguan vaskuler yang sering

muncul bersamaan dengan Alzheimernya.

Obat-obatan ini hanya berefek sementara sebab tidak memperbaiki

penyebab dasar dari hilangnya asetilkolin di korteks, yakni degenerasi neuron

yang tetap berlangsung secara progresif.

Antagonisϖ N-methyl-D-aspartate (NMDA). Merupakan obat generasi baru

yang amat berguna pada Alzheimer fase lanjut. Kombinasi dengan

asetilkolinesterase inhibitor terbukti lebih manjur. Mamantine adalah contoh

obat golongan ini, yang juga dapat digunakan untuk keadaan

neurodegeneratif lainnya seperti huntington disease, demensia terkait AIDS

Page 12: Askep alzheimer AKPER PEMDA MUNA

dan demensia vaskular.

Anti radikal bebas. Daϖpat digunakan tocopherol (vitamin E) yang berfungsi

memperbaiki kerusakan oksidatif akibat radikal bebas yang memberi

kontribusi sebagai penyebab dari Alzheimer.

Agen anti inflamasi (nonsteroid). Pemberian agen ini berdasarkanϖ postulat

bahwa berbagai lesi Alzheimer seperti plak senilis, membutuhkan suatu

keadaan inflamasi agar dapat berkembang menjadi fase yang lebih berat.

Berbagai studi menunjukkan adanya perbaikan dan perlambatan

perkembangan Alzheimer setelah pemberian singkat obat anti inflamasi ini.

Contoh obat adalah rofecoxib (vioxx) dan naproxen (aleve).

Antibiotik. Obat ini berguna untuk mengurangiϖ deposisi amiloid otak pada

pasien Alzheimer.

Estrogen. Amat berguna padaϖ wanita menopause dimana produksi

estrogennya mulai menurun. Seperti kita ketahui estrogen merupakan suatu

neurotropik dan membantu melindungi otak dari proses-proses degeneratif.

Aktivitas dan sikap hidup yang sehat. Aktivitas-aktivitas fisik dan mental

sangat direkomendasikan pada pasien-pasien Alzheimer dengan

memperlambat perkembangan penyakit dan mencegah proses kemunduran

lebih lanjut. Pada tahap perkembangan demensia Alzheimer yang dini, sikap

hidup yang sehat, baik fisik maupun psikologis mampu memberikan

perlindungan dan daya tahan dari otak terhadap lesi yang mulai muncul

dengan cara membangkitkan kompensasi dari bagian otak yang masih sehat

dan melindunginya dari perkembangan penyakit yang progresif

H. Prognosis

Angka survival rata-rata setelah munculnya onset awal dari gejala

Alzheimer adalah sekitar 8-10 tahun. Faktor-faktor yang membantu

progresivitas penyakit adalah adanya gejala ekstrapiramidal, adanya gejala-

gejala psikotik, onset pada usia muda dan disfungsi kognitif yang dini.

Page 13: Askep alzheimer AKPER PEMDA MUNA

KONSEP KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT ALZHEIMER

Pengkajian

a. aktivitas/istrahat

Gejala : Merasa lelah

Tanda : Siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidur.

Letargi: penurunan minat/perhatian pada aktivitas yang biasa,

hoby, ketidak mampuan untuk menyebutkan kembali apa yang

dibaca / mengikuti acara program televisi

gangguan keterampilan motorik, ketidakmampuan untuk

melakukan hal yang telah biasa di lakukannya,gerakan yang

sangat bermanfaat

b. Sirkulasi

Gejala : Riwayat penyakit vaskulerserebral, sistemik, hipertensi,

episode emboli ( merupakan factor predisposisi )

Tanda :

c. Eliminasi

Gejala :Dorongan berkemih,(dapat mengindekasikan kehilangan tonus

otot )

Tanda : Inkontenensia urine/ feses; cenderung konstipasi / impaksi

dengan diare

d. Integritas ego

Gejala : Curiga atau takut terhadap situasi / orang khayalan

Page 14: Askep alzheimer AKPER PEMDA MUNA

Kesalahan persepsi terhadap lingkungan, kesalahan identifikasi

terhadap objek dan orang. Penimbunan objek ; menyakini

bahwa objek yans salah penempatannya telah di curi. Kehingan

multipel, perubahan citra tubuh dan harga diri yang di rasakan

Tanda :Menyembunyikan ketidakmampuan (banyak alas an tidak

mampu untuk melakukan kewajiban, mungkin juga tangan

memmbuka buku namun tanpa membacanya)

Duduk dan menonton yang lain

Aktivitas utama mungkin menumpuk benda tidak bergerak,

gerakan tidak berulang ( melipat, membuka melipat-lipat

kembali kain,)menyembunyikan barang-barang , atau berjalan-

jalan.

Emosi labil : mudah menangis, tertawa tidak pada

tempatnya;perbahan alam perasaan ( apatis, letargi, gelisah,

lapang pandang sempit, peka rangsang ); marah yang tiba-tiba

di ungkapakan. ( reaksi katastrofik): depresi yang kuat , delusi,

paranoia lengket pada seseorang.

e. makanan / cairan

Gejala : Riwayat episode hipoglikemia ( merupakan factor predisposisi)

perubahan dalam pengecapan, Nafsu makan, menginkari

terhadap rasa lapr/kebutuhan untuk makan.

Keilangan berat badan

Tanda :kehilangan kemampuan untuk mengunyah

Menghindari/menolak makan ( mungkin mencoba untuk

menyembunyikan keterampilan )

Tampak kurus ( tahap lanjut )

Page 15: Askep alzheimer AKPER PEMDA MUNA

f. Neurosensori ,

Gejala : Pengingkaran terhadap gejala yang ada terutama perubahan

kognitif,dan/ atau gambar yang kabur, keluhan hipokondrial

tentang kelelahan , diare, pusingatau kadang-kadang sakit

kepala.adanya keluhan dalam penurunan kemampuan kognitif,

mengambil keputusan, mengingat yang baru berlalu, penurunan

tingkah laku ( di observasi oleh orang terdekat)

Kehilangan sensasi propriosepsi ( posisi tubuh / bagian tubuh

dalam ruang tertentu)

Adanya riwayat penyakit serebral vascular/sistemik,

emboli/hipoksia yang berlangsung secara periodic ( sebagi

factor predisposisi)

Aktivitas kejang ( merupakan akibat sekunder pada kerusakan

Otak

Tanda : Kerusakan komunikasi,afasia dan disfasia , kesulitan dalam

menemukan kata-kata yang benar, bertanya berulang-ulang

atau percakapan dengan substansi kata yang tidak memiliki arti;

terpenggal-penggal atau bicaranya tidak terdengar

Kehilangan kemampuan untuk membaca atau menulis bertahap

( kehilangan keterampilan motorik halus )

g. Kenyamanan

Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius ( mungkin menjadi

faktor predisposisi / faktor akselerasinya )

Page 16: Askep alzheimer AKPER PEMDA MUNA

Tanda Trauma kecelakaan ( jatuh, luka bakar dan sebagainya )

Tanda : Ekimosis, laserasi

Rasa bermusuhan / mnyerang orang lain

h. Interaksi sosial

Gejala : Merasa kehilangan kekuatan

Faktor psikososial sebelumnay; pengaruh personal dan individu

yang muncul mengubah pola tingkah laku

Tanda : Kehilangan kontrol sosial, perilaku tidak tetap

Diagnosa keperawatan

1. perubahan proses berfikir berhubungan dengan degenerasi neuron

iriversibel

2. perubahan persepsi sensori berhubungan dengan defisit neurologis

3. kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan fisik

4. perubahan pola eliminasi urinarius/konstipasi berhubungan dengan

kehilangan fungsi neurologis/ tonus otot

5. Resti perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan mudah lupa

6. resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan kacau mental

7. koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan hubungan

keluarga sangat ambivalen

Page 17: Askep alzheimer AKPER PEMDA MUNA

INTERVENSI

Dx 1;roses perubahan berfikir berhubungan dengan degenerasi neuron

ineversibel

Kriteria hasil :

o mampu mengenali perubahan dalam berfikir/tingkah laku dan faktor-

faktor penyebab jika memungkinkan

o mampu memperlihatkan penurunan tingkah laku yang tidak di inginkan

ancaman dan kebingungan

ntervensi :

Mandiri

1. kaji derajat gangguan kognitif, seperti perubahan orientasi

terhadap orang, tempat, waktu, rentang perhatian, kemampuan

berfikir

R : Memberikan dasar untuk evaluasi / perbandin gan yang akan

datang dan menpengaruhi pilihan terhadap intervensi.

2. pertahankan lingkungan yang menyenagkan dan tenang

R : kebisingan,keramaian,orang banyak biasanya merupakan

sensori yang berlebihan yang meningkatkan gangguan neuron.

3. lakukan pendekatan dengan cara perahan dan tenang

R : Pendekatan yang terburu-buru dapat mengancam pasien

bingung yang mengalami kesalahan persepsi atau perasaan

terancam oleh imajinasi orang dan situasi tertenu.

4. tatap wajah ketika bercakap-cakap dengan pasien

R : menimbulkan perhatian ,terutama pada orang-orang dengan

gangguan perseptual.

5. panggil pasien dengan namanya

R : Nama merupakan bentuk identitas diri dan menimbulkan

pengenalan terhadap realita dan individu. Pasien mungkin

merespon pada namanya sendiri setelah lama tidak mengenal

orang terdekat.

6. gunakan suara yang agak rendah dan bebicara dengan perlahan

Page 18: Askep alzheimer AKPER PEMDA MUNA

pada pasien

R: Meningkatkan kemungkinan pemahaman . ucapan dan suara

yang keras menimbulkan sters atau marah yang kemungkinan

dapat mencetuskan memori konfrontasi sebelumnya dan menjadi

profokasi dan respon marah.

7. gunakan kata-kata yang pendek dan kalimat yang sederhana dan

berikan instruksi sederhana ( tahap inap). Ulangi instruksi

tersebut sesuai dengan kebutuhan

R : sesuai dengan perkembangannya penyakit,pusat komunikasi

dalam otak mungkin saja terganggu yang menghilangkan

kemampuan individu pada proses penerimaan pesan dan

percakapan secara keseluruhan.

8. gunakan distraksi

R : Lamunan menbantu dalam meningkatkan disorientasi. Orientasi

pada realita meningkatkan perasaan realita pasien, penghargaan

diri dan kemuliaan personal ( kebahagiaan personal ).

9. hindari pasien dari aktivitas dan komunikasi yang di paksakan

R : Keterpaksaan menurunkan keikutsertaan pasien dan mungkin

juga dapat meningkatkan ecurigaan,delusi.

10.bantu menemukan atau membentulkan hal-hal yang salah dalam

penempatannya. Berikan label gambar-gambar /hal yang dipilih

pasien.jangan elawan / mnentang pasien

R : Dapat menurunkan defensif pasien jika pasien mempercayai ia

sedang ada dalam tempat yang salah, tersimpan atau tersembunyi.

Membantah hal yang keliru dari pasien tidak akan mengubah

kepercayaan dan mungkin juga akan menimbulkan kemarahan.

kolaborasi

Berikan obat sesuai indikasi :

1. Antisiklotik, seperti halopiridol (Haldol),tioridazin (Mallril)

R : Dapat digunakan untuk mengontrol agitasi, halusinasi. Mallarir

jarang digunakan karena adanya beberapa efek samping yang

bersifat ekstrapiramidal ( mis,distonia,akatisia) meningkatkan

Page 19: Askep alzheimer AKPER PEMDA MUNA

kekacauan mental ; masalah penglihatan dan terutama gangguan

berdiri dan berjalan.

2. Vasodilator, seperti siklandelat ( Cyclospasmol)

R : Dapat meningkatkan kesadaran menta tetapi memerlukan

penelitian lebih lanjut.

3. Ergoloid mesila (Hydergine LC )

R : Peningkatan metabolisme ( meningkatkan kemampuan otak

untuk melakukan metabolisme glukosa dan menggunakan

oksigen ) yang mempunyai beberapa efek samping.

Dx 2 : perubahan persepsi sensori berhubungan dengan defisit neurologis

Kriteria hasil :

o Mampu mendemonstrasikan respons yang meningkat/sesuai dengan

stimulasi

o Pemberian asuhan akan mampu mengidentifikasi/ mengontrol faktor-

faktor eksternal yang berperan terhadap perubahan dalam

kemampuan persepsi sensori

Intervensi :

Mandiri

1. Kaji derajat sensori atau gangguan persepsi dan bagaimana hal

tersebut mempengaruhi individu yang termasuk di dalamnya

adalah penurunan penglihatan / pendengaran.

R : Katena keterlibatan otak biasanya global, yaitu

dalampersentase yang kecil mungkin memperlihatkan masalah

yang bersifat asimetrik yang menyebabkan pasien kehilangan

kemampuan pada salah satu sisi tubuhnya ( gangguan

unulateral ).

2. Anjurkan untuk menggunakan kaca mata, alat bantu

pendengaran sesuai keperluan.

R : Dapat meningkatkan masukan sensori,membatas /

menurunkan kesalahan interprestasi stimulasi.

Page 20: Askep alzheimer AKPER PEMDA MUNA

3. Pertahankan hubungan orientasi realita dan lingkungan.

R : Menurunkan kekacauan mental dan meningkatkan koping

terhadap prustasi karena salah persepsi dan disorientasi.

4. Berikan lingkungan yang tenang dan tidak kacau jika di perlukan

seperti musik, yang lembut,gambar dinding cat sederhana.

R : Membantu untuk menghindari masukan sensori

pengihatan /pendengaran yang berlebihan dengan

mengutamakan kualitas yang tenang ,konsisten.

5. Berikan sentuhan dalam cara perhatian

R : dapat meningkatkan persepsi terhadap diri sendiri

6. Ajak piknik sederhana ,jalan – jalan keliling rumah sakit.pantau

aktivitas.

R : Piknik menunjukkan realita dan memberikan stimulasi

sensori yang menyenangkan yang dapat menurunkan perasaan

curiga / halusinasi yang disebabkan oleh perasaan terkekang.

7. Tingkatkan keseimbangan fungsi fisiologi dengan menggunakan

bola lantai,tangan menari dengan disertai musik.

R : Menjaga mobilitas ( yang dapat menurunkan resiko

terjadinya atrofi otot /osteoporosis pada tulang ).

Dx 3 : kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan fisik

Kriteria hasil :

o Mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat

kemampuan diri sendiri

o Mampu mengidentifikasi dan menggunakan sumber-sumber pribadi /

komunitas yang dapat memberikan bantuan

Intervensi :

Mandiri

1. identifikasi kesulitan dalam berpakaian /perawatan diri, seperti

keterbatasan gerak fisik : apatis / depresi; penurunan kognitif

( apraksia )atau teemperatur ruangan ( dingin untuk mengenakan

pakaian ).

Page 21: Askep alzheimer AKPER PEMDA MUNA

R : memahami penyebab yang mempengaruhi pilihan

intervensi /strategi. Masalah dapat diminimalkan dengan

menyesuaikan pakaian atau munkin memerlukan konsultasi dari

ahli lain.

2. identifikasi kebutuhan akan kebersian diri dan berikan bantuan

sesuai kebutuhan dengan perawatan ranbut /kuku/kulit. Bersihkan

kaca mata dan gosok gigi.

R : sesuai dengan perkembangan penyakit, kebutuhan akan

kebersihan dasar mungkin dilupakan.

3. Perhatiakan adanya tanda-tanda non verbal yang fisiologis.

R : kehilangan sensori dan penurunan fungsi bahasa

menyebabkan pasien mengunkapkan kebutuhan perawtan diri

dengan cara non verbal.

4. Beri banyak waktu untuk melakukan tugas

R : waktu yang cukup dan ketenangan dapat menurunkan

kekacauan yang di akibatkan karena mencoba untuk

menghindari / mempercepat proses ini.

5. Bantu untuk mengenakan pakaian yang rapi/berika pakaian

yang rapi dan indah.

R : meningkatkan kepercayaan,dapat menurunkan perasaan

kehilangan dan meningkatkan kepercayaan untuk hidup.

6. izinkan tidur untuk menggunakan kaus kaki atau sepatu atau

pakaian tertentu atau menggunakan dua set pakaian jika pasien

membutuhkan.

R:memberikankeamanan,mengubah,mengurangi,memberontak

an dan memungkinkan pasien untuk istirahat.

DX 4 :perubahan pola eliminasi urinarius/konstipasi berhubungan dengan

kehilangan fungsi neurologis/tonus otot

Kriteria hasil:

o mampu menciptakan opla eliminasi yang adekuat / sesuai

Intervensi :

Mandiri

Page 22: Askep alzheimer AKPER PEMDA MUNA

1. kaji pola sebelumnya dan bandingkan dengan pola yang sekarang.

R:Memberikan informasi mengenai perubahan yang mungkin

selanjutnya memerlukan pengkajian/interfensi.

2. letakan tempat tidur dekat dengan kamar mandi jika

memungkinkan; buatkan tanda tertentu/pintu berkode khusus.

Berikan cahaya yang cukup terutama malam hari.

R: Meningkatkan orientasi/penemuan kamar mandi. Inkontinesia

mungkin disertai ketidak mampuan untuk menemukan tempat

berkemih/defekasi.

3. Berikan kesempatan untuk melakukan toileting dengan interval

waktu yang teratur. Biarkan melakukan sendiri satu tahap per satu

tahap pada waktu tertentu. Gunakan penguatan positif.

R: Ketaatan pada jadwal harian dan teratur dapat mencega cedera.

Sering masalahnya melupakan apa yang akan dilakukan. Seperti

melepaskan atau posisi mendorong.

4. Buat program latihan defekasi / kandung kemih. Tingkatkan

partisipasi pasien sesuai tingkat kemampuannya

R ;menstimulasi kesadaran pasien, meningkatkan pengaturan

fungsi tubuh dan membantu menghindari kecelakaan

5. anjurkan untuk minum adekuat selama siang hari ( paling sedikit 2L

sesuai toleransi), diiet tinggi serat dari sari buah. Batasi minum saat

menjelang malam dan waktu tidur

R; menurukan resiko konstipasi/ dehidrasi.pembatasan minum sore

menjelang pada malam hari dapat menurunkan seringnya berkemih

/ iinkontenensia selama malam hari

Kolaborasi

1. berikan obat pelembek feses, metamacil, gliserin supositoria sesuai

dengan kondisi

R : mungkin diperlukan untuk memfasilitasi / menstimulasi defekasi

yang teratur

Page 23: Askep alzheimer AKPER PEMDA MUNA

DX 5: Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungann

dengan Muda lupa

Kriteri hasil :

o mendata diet nutrisi yang seimbang

o mempertahankan/ mendatakan kembali berat badan yang sesuai

Intervensi :

Mandiri

1. kaji pengetahuan pasien/orang terdekat mengenai kebutuhan

akan makanan

R; identifikasi kebutuhan untuk membantu memformulasikan

perencanaan pendidikan secara individual

2. tentukan jumlah latihan/langkah yang pasien lakukan

R; masukan nutrisi mungki perlu untuk memenuhi kebuutuhan

yang mendekati berhubungan dengan kecukupan kalori secara

individu

3. usahakan / berikan bantuan dalam memilih menu

R; pasien mungkin tidak mampu menentukan pilihannya atau tidak

menyadari akan kebutuhan untuk mempertahankan elemen dari

nutrisi

4. usahakan untuk memberikan makanan kecil setiap kira-kira satu

jam sesuai kebutuhan

R; makanan yang kecil dapat meningkatkan masukan yang

sesuai. Pembatasan jmlah makanan yang diupayakan hanya

sekalli waktu pemberian akan menurunkan kebingungan pasien

mengenai makanan mana yang dipilih

5. berikan waktu yang leluasa untuk makan

R ; pendekatan yang santai dapat membantu pencernaan

makanan dan menurunkan kemungkinan untuk marah yang

dietuskan oleh keramaian

6. berikan stimulasi refleks hisapan mulut dengan menekan dagu

secara berhati-hati atau menstimulasi mulut dengan sendok

Page 24: Askep alzheimer AKPER PEMDA MUNA

R: sesuai berkembangnya penyakit, pasien dapat merapatkan gigi

dan menolak untuk makan. Menstimulasi refleks dapat

menungkatkan partisipasi / pemasukan makanan

kolaborasi

1. rujuk / konsultasi dengan ahli gizi

R : bantuan mungkin diperluakan untuk mengembangkan

keseimbangan diet secara individu untuk menemukan kebutuhan

pasien / makanan yang disukai

DX 6: Resti disfungsi seksual berhubungan dengan kacau mental

Kriteria hasil :

o memenuhi kebutuhan seksualitas dalam cara yang dapat diterima

o tidak mengalami perilaku yang tidak tepat

intervensi:

mandiri

1. kaji kebutuhan /kemampuan pasien secara individual

R; metode alternatif perlu diciptakan pada keadaan tertentu

untuk memfasilitasi kebutuhan akan masa intimasi ( keinginan

untuk melakukan hubungan seksual ) dan kedekatan

2. amjurkan pasangan untuk memperlihatkan penerimaan /

perhatiannya

R; seseorang denagn gangguan konitif biasanya tidak

kehilangan kebutuhan dasarnya pada afektif, rasa cinta,

perasaan diterima , dan ekspresi seksual

3. berikan jaminan terhadap privasi

R; tingkah laku ekspresi seksual ungkin berbeda

4. gunakan distraksi sesuai dengan kebutuhan, ingatkan pasien

bahwa ni merupakan tempat umum( tempat masyarakat

banyak ) dan tingkahlak yang dilakukan saat ini tidak dapat

diterima

Page 25: Askep alzheimer AKPER PEMDA MUNA

R; merupakan suatu alat yang paling bemanfaat ketiak ada

tingkah laku yang tidak sesuai, seperti membuka pakaian

( telanjang)

5. berikan waktu yang cukup untuk menjelaskan / mendiskusikan

perhatian dari orang terdekat

R: mungkin memerlukan informasi / konseling mengenai

alternatif tertentu dalam melakukan aktivitas/agresi seksual

DX 7 : koping keluarga tidak efekif berhubungan dengan hubungan keluarga

sangat embivalen

Kriteria hasil :

o mampu mengidenifikasi/mengungkapkan dalam diri merasa sendiri

untuk mengatasi keadaan

o mamapu meneriama kondisi oranng yang dicintai dan

mendemonstrasikan tingkah laku koping yang positif dalam mengatasi

keadaan

o menggunakan sistem penyokong yang ada secara efektif

intervensi :

mandiri

1. libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan

perencanaan perawatan pasien dirumah

R:dapat memudahkan beban terhadap penanganan dan

adaptasi dirumah

2. buat prioritas

R: membantu untuk membuat suatu pesan tertentu dan

memfasilitasi pemecahan masalah yang ada

3. realistis dan tulus dalam mengatasi semua permasalahan yang

ada

R: menurukan stres yang menyellimuti harapan yang keliru,

seperti individu tersebut dapat menemukan kembali tingkat

kemampuan pada masa lalu setelah penggunaan obat tertentu

Page 26: Askep alzheimer AKPER PEMDA MUNA

4. bantu keluarga untuk memenuhi pentingnya mempertahankan

fungsi psikososial

R: tingkah laku yang terhalang, tuntutan perawatan tinggi dan

seterusnya dapat menimbulkan keluarga akan menarik diri dari

pergaulan

5. diskusikan kemungkinan adanya isolasi, berikan penguatan

kebutuhan terhadap sistem dukungan

R: kepercayaan bahwa individu dapat menemukan semua

kebutuhan pasien meningkatkan resiko penyakit fisik/mental

6. berikan umpan balik yang positif terhadap setiap isaha yang

dilakukannya

R: memnberi keyakinan pada individu bahwa mereka sedang

melakukannya dengan cara yang terbaik

7. anjurkan untuk tidak membatasi pengunjung

R: kontak dengan bentk kekeluargaan merupakan dasar dari

realitas dan dapat memberikan satu jaminan kebebasan dari

kesepian

Kolaborasi:

1. rujuk pada sumber-sumber penyokong setempat seperti: perawatan

lansia pada siang hari, pelayanan dirumah, berhubungan denagan

asosiasi penyakit Alzheimer( bila ada )

R: koping dengan individu seperti ini adalah tugas purna waktu dan

membuat frustasi. Memberikan tanggung jawab pada tempat

perawatan siang hari mungkin mengurangi kejenuhan ,

menurunkan risiko terjadinya isolasi sosial dan mencegah

kemarahan keluarga, perkumpulan penyakit Alzheimer memberikan

kelompok dukungan pendidikan keluarga dan meningkatkan

penelitian

Page 27: Askep alzheimer AKPER PEMDA MUNA

DAFTAR PUSTAKA

Doenges. E. Marylin Dkk, 2008. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN.

Edisi 3, EGC : Jakarta

Price. A. Sylvia,Lorraine. M. Wilsion,2006.PATOFISIOLOGI konsep klinis

proses-proses penyakit Edisi 6 volume 2. EGC: Jakarta

Price. A. Sylvia,Lorraine. M. Wilsion,2006.PATOFISIOLOGI konsep klinis

proses-proses penyakit Edisi 4 buku 2. EGC : Jakarta

Suddarth dan brunne, 2000. BUKU AJAR KEPERAWATAN MEDIKAL

BEDAH Edisi 8 volume 3, EGC : Jakarta

www. Google. Com

Page 28: Askep alzheimer AKPER PEMDA MUNA

Tugas kelompok : keperawatan Medikal Bedah II

Dosen pembimbing : Dewi Sartiya Rini, S.Kep,Ns

ASUHAN KEPERAWATAN

ALZHEIMER

OLEH ;

KELOMPOK IV

MOHAMMAD MARFIANSAH

NUTHIFMAWATI ARIEF

NAOMI PAGORAI

MEY SANTI

MARIANI

PROGRAM KEPERAWATAN

Page 29: Askep alzheimer AKPER PEMDA MUNA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MANDALA WALUYA

KENDARI

2009