14
Studio Proses Perencanaan E | 3 BAB I LATAR BELAKANG Perencanaan merupakan bagian dari daur kegiatan manajemen yang berhubungan dengan pengambilan keputusan baik jangka pendek, menengah maupun panjang untuk masa depan yang dilakukan secara terus menerus (kontinu) dengan melihat dan mengidentifikasi keadaan yang terjadi pada masa lalu dan saat ini. Dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, juga disebutkan bahwa dalam penataan ruang terdapat 3 (tiga) tahapan yang perlu dilakukan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian. Hal ini menandakan bahwa perencanaan menjadi salah satu unsur yang sangat penting dalam pengembangan dan pembangunan suatu wilayah atau kota. Perencanaan sendiri terdiri dari beberapa tahapan. Salah satu tahapan dasar dalam melakukan perencanaan khususnya dalam lingkup wilayah dan kota yaitu berupa proses perencanaan yang meliputi pengenalan wilayah dan pengumpulan data. Pengenalan wilayah menjadi hal yang sangat penting untuk mengidentifikasi permasalahan dan potensi wilayah baik dari aspek fisik, sosial, ekonomi maupun sistem aktivitas masyarakat di wilayah tersebut. Selain itu, pengumpulan data juga menjadi hal yang tidak kalah penting karena merupakan bagian dari pengenalan wilayah dan berguna untuk memastikan keakuratan hasil dari pengenalan wilayah secara kasat mata. Proses perencanaan yang dilakukan pada studio proses perencanaan kali ini dibagi menjadi 3 ruang lingkup yaitu makro, meso dan mikro. Ketiga ruang lingkup tersebut memiliki keterkaitan dan hubungan yang sangat erat sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam penyusunan planning support system yang merupakan salah satu tujuan dari Studio Proses Perencanaan ini. Adapun Proses perencanaan ini berfokus di wilayah JKW yang terdiri dari Kecamatan Juwangi, Wonosegoro dan Kemusu yang berada di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Berdasarkan RTRW Kabupaten Boyolali Tahun 2011-2031, Kecamatan Juwangi, Kemusu dan Wonosegoro akan dikembangkan kawasan peruntukan industri besar, menengah dan kecil. Industri-industri tersebut mulai berkembang sedikit demi sedikit di wilayah JKW, bahkan akan dibangun industri semen di Desa Cerme Kecamatan Juwangi. Wilayah JKW sendiri masih didominasi oleh lahan terbuka seperti hutan, tegalan, sawah dan lainnya sehingga

Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN

Studio Proses Perencanaan E | 3

BA

B I

LATAR BELAKANG Perencanaan merupakan bagian dari daur kegiatan manajemen

yang berhubungan dengan pengambilan keputusan baik jangka

pendek, menengah maupun panjang untuk masa depan yang

dilakukan secara terus menerus (kontinu) dengan melihat dan

mengidentifikasi keadaan yang terjadi pada masa lalu dan saat ini.

Dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, juga

disebutkan bahwa dalam penataan ruang terdapat 3 (tiga) tahapan

yang perlu dilakukan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan

pengendalian. Hal ini menandakan bahwa perencanaan menjadi salah

satu unsur yang sangat penting dalam pengembangan dan

pembangunan suatu wilayah atau kota. Perencanaan sendiri terdiri

dari beberapa tahapan. Salah satu tahapan dasar dalam melakukan

perencanaan khususnya dalam lingkup wilayah dan kota yaitu berupa

proses perencanaan yang meliputi pengenalan wilayah dan

pengumpulan data. Pengenalan wilayah menjadi hal yang sangat

penting untuk mengidentifikasi permasalahan dan potensi wilayah baik

dari aspek fisik, sosial, ekonomi maupun sistem aktivitas masyarakat

di wilayah tersebut. Selain itu, pengumpulan data juga menjadi hal

yang tidak kalah penting karena merupakan bagian dari pengenalan

wilayah dan berguna untuk memastikan keakuratan hasil dari

pengenalan wilayah secara kasat mata.

Proses perencanaan yang dilakukan pada studio proses

perencanaan kali ini dibagi menjadi 3 ruang lingkup yaitu makro, meso

dan mikro. Ketiga ruang lingkup tersebut memiliki keterkaitan dan

hubungan yang sangat erat sehingga dapat dijadikan sebagai dasar

dalam penyusunan planning support system yang merupakan salah

satu tujuan dari Studio Proses Perencanaan ini. Adapun Proses

perencanaan ini berfokus di wilayah JKW yang terdiri dari Kecamatan

Juwangi, Wonosegoro dan Kemusu yang berada di Kabupaten

Boyolali, Jawa Tengah. Berdasarkan RTRW Kabupaten Boyolali

Tahun 2011-2031, Kecamatan Juwangi, Kemusu dan Wonosegoro

akan dikembangkan kawasan peruntukan industri besar, menengah

dan kecil. Industri-industri tersebut mulai berkembang sedikit demi

sedikit di wilayah JKW, bahkan akan dibangun industri semen di Desa

Cerme Kecamatan Juwangi. Wilayah JKW sendiri masih didominasi

oleh lahan terbuka seperti hutan, tegalan, sawah dan lainnya sehingga

Page 2: Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN

Studio Proses Perencanaan E | 4

BA

B I

wilayah JKW memiliki potensi sumber daya alam yang sangat

melimpah. Akan tetapi, potensi sumber daya alam di wilayah JKW

berbeda satu sama lain. Misalnya di Kecamatan Juwangi dan Kemusu

memiliki potensi sumber daya alam dengan komoditas unggulan

berupa ubi kayu, sedangkan Kecamatan Wonosegoro memiliki

komoditas unggulan berupa jagung. Selain itu wilayah JKW juga

memiliki potensi pariwisata seperti wisata Kedung Ombo di Kecamatan

Kemusu dan wisata Kedung Goro di Kecamatan Wonosegoro. Akan

tetapi minimnya akses dan buruknya infrastruktur membuat potensi

JKW baik dalam pengembangan industri, hasil pertanian maupun

pariwisata belum berjalan secara maksimal.

Wilayah JKW juga masih memiliki keanekaragaman potensi lain

yang belum dikembangkan dan terhambat oleh beberapa masalah

lainnya. Hal inilah yang menjadi dasar bagi kami untuk melakukan

proses perencanaan di wilayah tersebut. Wilayah JKW yang masih

dianggap menjadi wilayah yang tertinggal diantara wilayah lainnya di

Kabupaten Boyolali juga menjadi tantangan tersendiri bagi kami untuk

lebih dapat mengenali karakteristik, mengembangkan potensi dan

mengatasi masalah yang ada di wilayah JKW serta memberikan

gagasan perencanaan sehingga wilayah JKW dapat setara dengan

wilayah lainnya.

TUJUAN DAN SASARAN TUJUAN

Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengidentifikasi

karakteristik gambaran umum wilayah studi perencanaan, khusunya di

Kecamatan Juwangi, Kecamatan Kemusu dan kecamatan

Wonosegoro. Serta juga bertujuan untuk memahami potensi dan

permasalahan yang ada di wilayah perencanaan yaitu di Kecamatan

Juwangi, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Wonosegoro. Sehingga

nantinya laporan studio proses perencanaan ini dapat digunakan

sebagai dasar dalam penyusunan studio perencanaan wilayah dan

studio peencanaan kota.

Page 3: Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN

Studio Proses Perencanaan E | 5

BA

B I

SASARAN

Sasaran yang ingin dicapai dalam studio proses perencanaan di

wilayah JKW (kecamatan Juwangi, Kecamatan Kemusu dan

Kecamatan Wonosegoro) diantaranya yaitu :

a. Mengenal wilayah perencanaan JKW (Kecamatan Juwangi,

Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Wonosegoro).

b. Mengidentifikasi aspek fisik, ekonomi, serta aspek sosial yang

ada di wilayah perencanaan JKW (Kecamatan Juwangi,

Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Wonosegoro).

c. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan terkait aspek fisik,

ekonomi serta aspek sosial yang ada di wilayah perencanaan

JKW (Kecamatan Juwangi, Kecamatan Kemusu dan

Kecamatan Wonosegoro) sebagai dasar dalam menentukan

gagasan perencanaan.

d. Menentukan gagasan awal perencanaan (kebutuhan -

kebutuhan pembangunan) berbasis kepada identifikasi dan

pemahaman terhadap potensi dan permasalahan yang terdapat

di wilayah perencanaan untuk konteks perencanaan wilayah

maupun perencanaan kota.

Page 4: Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN

Studio Proses Perencanaan E | 6

BA

B I

RUANG LINGKUP RUANG LINGKUP WILAYAH

Makro

Wilayah studi makro studio proses perencanaan ini adalah

Kabupaten Boyolali dan kabupaten atau Kota lain yang terletak di

sekitarnya. Wilayah studi makro meliputi Kabupaten Boyolali,

Grobogan, Sragen, Karanganyar, Sukoharjo, Klaten, Sleman,

Magelang, Semarang, dan kota Salatiga, Surakarta, Magelang.

Gambar 1. 1 Peta Wilayah Studi Makro

Sumber: Hasil Olahan Kelompok Studio E, 2017

Penentuan wilayah makro didasarkan pada keterkaitan

kabupaten Boyolali dengan kabupaten-kabupaten lainnya berbatasan

langsung dengan wilayah Kabupaten Boyolali. Keterkaitan tersebut

dikaitkan dengan aspek-aspek yang dibahas pada laporan ini. Oleh

karena itu, wilayah makro ini meliputi 12 Kabupaten.

Page 5: Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN

Studio Proses Perencanaan E | 7

BA

B I

Meso

Wilayah studi meso studio proses perencanaan ini adalah

seluruh kecamatan di Kabupaten Boyolali dan kecamatan-kecamatan

yang berbatasan langsung dengan kecamatan Juwangi, Kemusu, dan

Wonosegoro. Wilayah studi meso meliputi Kecamatan Ampel, Selo,

Cepogo, Musuk, Boyolali, Mojosongo, Teras, Banyudono, Sawit,

Ngemplak, Simo, Sambi, Nogosari, Karanggede, Klego, Andong,

Juwangi, Kemusu, Wonosegoro, Suruh, Bancak, Miri, Kedungjati,

Karangrayung, Geyer.

Gambar 1. 2 Peta Wilayah Studi Meso

Sumber: Hasil Olahan Kelompok Studio E, 2017

Penentuan wilayah meso didasarkan pada keterkaitan 3

kecamatan wilayah mikro dengan kecamtan-kecamatan lainnya yang

ada di kabupaten Boyolali dan kecamatan-kecamatan lainnya yang

berbatasan langsung dengan wilayah mikro. Keterkaitan tersebut

dikaitkan dengan aspek-aspek yang dibahas pada laporan ini. Oleh

karena itu, wilayah meso ini meliputi 23 kecamatan.

Page 6: Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN

Studio Proses Perencanaan E | 8

BA

B I

Mikro

Wilayah studi mikro studio proses perencanaan ini adalah

Kecamatan Juwangi, Kemusu, dan Wonosegoro dengan unit terkecil

adalah desa. Wilayah ini terdiri dari 41 desa dengan 13 desa berada di

Kecamatan Kemusu, 18 desa di Kecamatan Wonosegoro, dan 10 desa

di Kecamatan juwangi.

Gambar 1. 3 Peta Wilayah Studi Mikro

Sumber: Hasil Olahan Kelompok Studio E, 2017

Page 7: Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN

Studio Proses Perencanaan E | 9

BA

B I

Perkotaan

Wilayah studi studio proses perencanaan yang termasuk dalam

kawasan perkotaan pada wilayah studi mikro meliputi kawasan

perkotaan Juwangi dan Kawasan Perkotaan Wonosegoro. Kawasan

Perkotaan Juwangi terdiri dari Juwangi dan Pilangrejo (desa yang

bersifat kota). Sedangkan kawasan perkotaan Wonosegoro terdiri dari

Wonosegoro dan Ketoyan (desa yang bersifat kota ).

Gambar 1. 4 Peta Wilayah Studi Kawasan Perkotaan

Sumber: Kelompok Studio E Proses Perencanaan, 2017

Penentuan Kawasan Perkotaan di Kecamatan Juwangi,

Kecamatan Wonosegoro dan Kecamatan Kemusu berdasarkan

kepada klasifikasi dalam hal kepadatan penduduk, presentase rumah

tangga pertanian, dan keberadaan / akses pada fasilitas perkotaan,

yang dimiliki suatu desa / kelurahan untuk menentukan status

perkotaan dari suatu desa / kelurahan di ketiga Kecamatan tersebut.

Fasilitas yang dimaksud meliputi :

Sekolah Taman Kanak – Kanak (TK)

Sekolah Menengah Pertama

Sekolah Menengah Umum

Pasar

Pertokoan

Page 8: Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN

Studio Proses Perencanaan E | 10

BA

B I

Bioskop

Rumah Sakit

Hotel/ Bilyar/ Panti Pijat/ Salon

Presentase Rumah Tangga yang menggunakan Telepon

Presentase Rumah Tangga yang menggunakan Listrik.

Berdasarkan Klasifikasi Perkotaan dan Perdesaan di Indonesia

dari Badan Pusat Statistik tahun 2010 di dapatkan kesimpulan bahwa

dari 41 desa / kelurahan yang ada di Kecamatan Juwangi, Kecamatan

Kemusu, dan Kecamatan Wonosegoro hanya 2 desa / kelurahan yang

bersifat perkotaan sedangkan yang lain masih bersifat perdesaan. Hal

ini ditentukan oleh aspek – aspek yang dimiliki oleh Ketoyan & Juwangi

telah memenuhi kriteria sehingga termasuk sebagai klasifikasi

perkotaan.

Akan tetapi, setelah dilakukan interpretasi terhadap tata guna

lahan didapatkan 2 kelurahan lain yang memiliki ciri perkotaan, yaitu

Kelurahan Wonosegoro di Kecamatan Wonosegoro dan Kelurahan

Pilangrejo di Kecamatan Juwangi. Selain itu, ketersediaan fasilitas juga

menjadi salah satu faktor pendukungnya, Kelurahan Wonosegoro

merupakan pusat pemerintahan Kecamatan, sementara Pilangrejo

merupakan salah satu kelurahan padat permukiman dan fasilitas

pelayanan dan penunjang di Kecamatan Juwangi.

Dengan munculnya sifat perkotaan tentunya akan

memunculkan implikasi terkait konstelasi-konstelasi atau keterkaitan

yang terjadi baik itu antar desa / kelurahan, antar kecamatan, maupun

dalam kecamatan tersebut seperti berkaitan dengan pelayanan yang

ada meliputi pendidikan, perdagangan-jasa, hiburan, jaringan

transportasi yang nantinya juga akan terjadi efek timbal balik antara

wilayah yang berinteraksi tersebut. Dengan adanya desa yang bersifat

perkotaan yang juga dijadikan pusat pertumbuhan, hal ini diharapkan

desa di sekitarnya turut terpengaruh dan terpicu untuk maju dan

berkembang.

Page 9: Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN

Studio Proses Perencanaan E | 11

BA

B I

RUANG LINGKUP MATERI

Ruang lingkup materi pada laporan ini membahas tentang suatu

proses perencanaan sebaiknya melalui siklus perencanaan yang

dimulai dari tahap identifikasi, pengumpulan data hingga pengambilan

keputusan. Dengan menggunakan siklus perencanaan diharapkan

dapat menghasilkan rencana, strategi dan rekomendasi yang jelas

sehingga dapat menyelesaikan masalah dengan tuntas. Adapun

substansi yang dibahas antara lain:

A. Kondisi geografis, ekologis dan potensi sumberdaya alamiah dan

lingkungan,

B. Kebijakan pemerintah dan pengorganisasian wilayah, serta

kelembagaan masyarakat dan pemerintah

C. Demografi, angkatan kerja dan potensi sumberdaya manusia,

D. Tata guna lahan,

E. Infrastruktur dan fasilitas pembangunan wilayah,

F. Perekonomian wilayah,

G. Aspek sosial, kemiskinan dan ketidaksetaraan antar wilayah, dan

H. Sistem permukiman dan/atau aktivitas, keterkaitan dan interaksi

antar-wilayah.

Page 10: Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN

Studio Proses Perencanaan E | 12

BA

B I

KERANGKA KERJA

Diagram 1. 1 Kerangka Kerja Permasalahan

Sumber: Hasil Analisis Kelompok Studio E, 2017

Page 11: Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN

Studio Proses Perencanaan E | 13

BA

B I

METODE ANALISIS Metode analisis dalam pelaksanaan studi dilakukan dengan

beberapa tahap, mulai dari penentuan wilayah hingga penyajian data.

Proses ini disusun untuk dijadikan aturan yang berlaku saat melakukan

kegiatan lapangan dengan tujuan yang akan dicapai dapat

terealisasikan dengan baik. Berikut beberapa tahapan proses

pelaksanaan studi.

Penentuan Fokus Area

Penentuan wilayah fokus area bertujuan untuk memfokuskan

pembahasan identifikasi potensi dan masalah pada wilayah fokus

area. Penentuan wilayah fokus area juga terkait dengan penentuan

wilayah perkotaan dan juga pedesaan pada wilayah studi. Selain

itu juga berkaitan dengan perkembangan daerah pada wilayah

studi yang meliputi wilayah makro, meso dan mikro.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan cara untuk memperoleh

informasi yang dibutuhkan. Dalam mengumpulkan data maka perlu

diperhatikan teknik pengumpulan data sesuai dengan data yang

dibutuhkan. Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan informasi

yang nantinya akan disajikan dalam bentuk peta. Adapun teknik

pengumpulan data sebagai berikut:

a. Kuesioner

Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data dengan

menyebar pertanyaan-pertanyaan tertulis untuk

mendapatkan informasi tentang wilayah studi sesuai

dengan kebutuhan informasi dari masing-masing aspek.

Tujuan dari penyebaran kuesioner ini adalah mendapatkan

informasi selengkap-lengkapnya terkait dengan fokus area

wilayah studi.

b. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan

cara bertanya secara langsung dengan responden yang

dituju untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dari

respoden tersebut secara lebih kompleks. Narasumber

yang dipilih merupakan narasumber yang dianggap memiliki

pengetahuan lebih terhadap kondisi daerah fokus area di

wilayah studi. Contoh dari narasumber untuk wawancara ini

Page 12: Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN

Studio Proses Perencanaan E | 14

BA

B I

seperti Camat, Lurah, tokoh masyarakat, pedagang, petani

dan peternak.

c. Observasi Lapangan

Observasi lapangan merupakan salah satu teknik

pengumpulan data yang terjun secara langsung ke

lapangan untuk melihat kondisi eksisting fisik daerah fokus

area yang ada di Kecamatan Juwangi, Kemusu dan

Wonosegoro. Selain hanya melihat kondisi lapangan, dalam

teknik ini juga melakukan dokumentasi atau pengambilan

foto fisik di seluruh desa yang menjadi daerah fokus di fokus

area. Pengambilan foto itu ditujukan untuk membandingkan

sarana dan prasarana di setiap desa yang kondisinya baik

dan buruk.

d. Telaah Dokumen

Pengumpulan data jenis ini merupakan teknik

pengumpulan data dengan cara mencari kajian literatur dan

mencari informasi dari dokumen-dokumen tentang sosial,

ekonomi dan lingkungan wilayah studi. Bentuk dari

pengumpulan data ini merupakan telaah dokumen ini

bersifat sekunder.

e. Pemetaan

Pemetaan digunakan untuk mencari infomasi yang

berhubungan dengan spasial atau keruangan pada daerah

fokus area di wilayah studi. Pemetaan juga digunakan untuk

menandai lokasi sarana dan prasarana serta Tata Gua

Lahan yang ada di daerah fokus area di Kecamatan

Juwangi, Kemusu dan Wonosegoro.

Pengolahan Data

Setelah selesai pada tahap pengumpulan data maka

dilanjutkan pada tahap pengolahan data. Pengolahan data

bertujuan agar dapat memperoleh informasi penting berdasarkan

hasil pengumpulan data. Dalam melakukan pengolahan data

terdapat beberapa tahapan, diantaranya adalah:

a. Tahap Pertama

Klasifikasi data berdasarkan aspek-aspeknya. Hal ini

berguna untuk menyederhanakan data dan menyajikannya

secara lebih jelas agar mudah dipahami. Sebagai contoh,

jumlah sekolah, jumlah puskesmas, lebar jalan, jenis

Page 13: Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN

Studio Proses Perencanaan E | 15

BA

B I

perkerasan jalan dan kodisi jalan dikategorikan kedalam

aspek Infrastruktur .

b. Tahap Kedua

Pemilahan data dimana data yang telah terklasifikasi

dipilah berdasarkan prioritas. Pemilahan berdasarkan

prioritas ini bisa dibantu dengan menggolongkan sasaran

yang ingin dicapai sebagai tujuan. Penggolongan sasaran

ini bertujuan agar data yang didapatkan dapat diolah sesuai

urutan kepentingan dan kebutuhan saat melakukan analisis

nantinya.

c. Tahap Ketiga

Pengkodean data yaitu proses kompilasi data dengan

sistem pengkodean data dalam bentuk tabel kompilasi data.

Pengkodean ini berguna untuk memudahkan

menghubungkan tabel kompilasi terhadap sumber data

tersebut berasal.

Analisis Data

Analisis data yaitu pengolahan data mentah yang diperoleh

dari telaah dokumen maupun hasil survei lapangan menjadi grafik,

tabel, peta, dan sebagainya. Analisis data yang digunakan adalah

analisis kuantitatif deskriptif dan kualitatif deskriptif.

Penyajian Hasil Analisis

Setelah melakukan kegiatan pengumpulan, pengolahan, dan

analisis data, maka kegiatan selanjutnya adalah menyajikan hasil

analisis data tersebut menjadi sebuah informasi. Informasi tersebut

berisi gambaran permasalahan berikut rekomendasi untuk

menyelesaikan permasalahan dalam bentuk laporan akhir yang

informatif dan menarik agar mudah dipahami.

Page 14: Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN

Studio Proses Perencanaan E | 16

BA

B I

SISTEMATIKA PENULISAN Laporan ini dibagi atas beberapa bab dan pada bab tersebut

akan di bagi lagi menjadi sub-bab.

BAB I PENDAHULUAN

Pada bagian ini akan diuraikan latar belakang mengenai penelitian

yang dilakukan, potensi dan permasalahan yang ada dalam penelitian,

tujuan penelitian, manfaat yang dapat diambil dari penelitian, serta

batasan dan ruang lingkup dari penelitian.

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

SDA, Kebijakan, Ekonomi, Demografi, Tata Guna Lahan, Infrastruktur,

Sistem Aktivitas, Sistem Sosial. Pada bagian ini akan di jelaskan peran

dari masing-masing aspek tersebut dalam perencanaan. Selain itu,

akan di jelaskan pula mengenai kondisi eksisting yang ada di wilayah

studi dan dibandingkan dengan kebijakan yang sudah ditentukan oleh

Pemerintah Kabupaten Boyolali.

BAB III POTENSI DAN PERMASALAHAN

Pada bagian ini di jelaskan potensi dan permasalahan wilayah fokus

area berdasarkan delapan aspek yaitu : SDA, Kebijakan, Ekonomi,

Demografi, Tata Guna Lahan, Infrastruktur, Sistem Aktivitas dan

Sistem Sosial serta permasalahan yang terjadi pada setiap aspek yang

memiliki pengaruh pada perencanaan.

BAB IV GAGASAN PERENCANAAN

Gagasan perencanaan terdiri dari :

Sintesis potensi dan masalah (isu permasalahan)

Tujuan

Kedua poin tersebut saling berkaitan. Pada sintesis potensi dan

masalah akan dipaparkan pengantar mengenai pengertian

perencanaan dan penerapannya pada wilayah studi kasus. Setelah itu,

pada tujuan akan dijelaskan menganai tujuan dari adanya

perencanaan dalam aspek yang ada. Contoh pada kemiskinan, tujuan

untuk mengatasi masalah kemiskinan adalah untuk mensejahterakan

masyarakat dengan cara yang akan di sesuaikan pada form kuisioner,

hasil wawancara dan data yang didapat.