23
1 Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 1 Upaya Pemberantasan Korupsi

Bab 5 upaya pemberantasan korupsi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

upaya pemberantasan korupsi

Citation preview

Page 1: Bab 5 upaya pemberantasan korupsi

1

Pendidikan Anti-KorupsiUntuk Perguruan Tinggi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RIDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

1Upaya Pemberantasan Korupsi

Page 2: Bab 5 upaya pemberantasan korupsi

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI

Bab

05

“No impunity to corruptors“

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RIDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 2Upaya Pemberantasan Korupsi

Page 3: Bab 5 upaya pemberantasan korupsi

1. Mahasiswa mampu menjelaskan berbagai upaya pemberantasan korupsi;

2. Mahasiswa mampu membandingkan berbagai kelebihan dan kelemahan upaya pemberantasan korupsi dari berbagai sudut pandang;

3. Mahasiswa mampu menjelaskan berbagai upaya apa yang dapat dilakukannya dalam rangka mencegah dan memberantas korupsi baik di lingkungannya maupun dalam masyarakat.

Kompetensi Dasar

POKOK BAHASAN : Upaya Pemberantasan Korupsi

SUB POKOK BAHASAN :1.Konsep Pemberantasan Korupsi;2.Upaya Penanggulangan Kejahatan (Korupsi) dengan Menggunakan Hukum Pidana;3.Berbagai Strategi dan/atau

Upaya Pemberantasan Korupsi.

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RIDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 3Upaya Pemberantasan Korupsi

Page 4: Bab 5 upaya pemberantasan korupsi

4

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RIDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 4Upaya Pemberantasan Korupsi

mari kita simak film ini

Page 5: Bab 5 upaya pemberantasan korupsi

5

A. KONSEP PEMBERANTASAN A. KONSEP PEMBERANTASAN KORUPSIKORUPSI

Mengapa korupsi timbul dan berkembang demikian masif di sebuah negara dan tidak di negara lain?Korupsi ibarat penyakit ‘kanker ganas’ sifatnya kronis juga akut.

Perekonomian negara digerogoti secara perlahan namun pasti. Korupsi di Indonesia menempel pada semua aspek atau bidang kehidupan masyarakat.

PENTING DIPAHAMI : di manapun dan sampai pada tingkatan tertentu, korupsi akan selalu ada dalam suatu negara atau masyarakat

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RIDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 5Upaya Pemberantasan Korupsi

Page 6: Bab 5 upaya pemberantasan korupsi

6

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RIDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 6Upaya Pemberantasan Korupsi

It is always necessary to relate anti-corruption strategies to characteristics of the actors involved (and

the environment they operate in). THERE IS NO SINGLE CONCEPT and program of good governance FOR ALL COUNTRIES and organizations, there is no ‘one right way’. There are many initiatives and most are tailored to specifics contexts. SOCIETIES and organizations WILL HAVE TO SEEK THEIR OWN

SOLUTIONS. (Fijnaut dan Huberts : 2002)

DISKUSIKANLAH PENDAPAT BERIKUT :

Page 7: Bab 5 upaya pemberantasan korupsi

7

REALITA DI INDONESIAREALITA DI INDONESIA

• Ada PERANGKAT HUKUM : ada Peraturan Per-UU, ada lembaga serta aparat hukum yang mengabdi untuk menjalankan peraturan (kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan); ada lembaga independen ‘Super Body’ yang bernama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dibentuk untuk memberantas korupsi.

• Di sekolah siswa/mahasiswa Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan.

• Realita : korupsi tetap tumbuh subur dan berkembang dengan pesat.

• Apa yang salah???

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RIDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 7Upaya Pemberantasan Korupsi

Page 8: Bab 5 upaya pemberantasan korupsi

8

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RIDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 8Upaya Pemberantasan Korupsi

Page 9: Bab 5 upaya pemberantasan korupsi

9

UPAYA PENANGGULANGAN UPAYA PENANGGULANGAN KEJAHATAN KORUPSIKEJAHATAN KORUPSI

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RIDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 9Upaya Pemberantasan Korupsi

• Kebijakan penerapan Hukum Pidana (Criminal Law Application);

• Sifat repressive (penumpasan/ penindasan/pemberantasan) apabila kejahatan sudah terjadi;

• Perlu dipahami bahwa: upaya/tindakan represif juga dapat dilihat sebagai upaya/tindakan preventif dalam arti luas

(Nawawi Arief : 2008)

• Kebijakan pencegahan tanpa hukum pidana (prevention without punishment);

• Kebijakan untuk mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat mass media (influencing views of society on crime and punishment/mass media atau media lain seperti penyuluhan, pendidikan dll);

• Sifat preventive (pencegahan)

JALUR PENALJALUR PENAL JALUR NON-PENALJALUR NON-PENAL

Page 10: Bab 5 upaya pemberantasan korupsi

10

UPAYA PENAL DAN NON-UPAYA PENAL DAN NON-PENALPENAL

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RIDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 10Upaya Pemberantasan Korupsi

• Sasaran dari upaya non-penal adalah menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya korupsi, yang berpusat pada masalah-masalah atau kondisi-kondisi politik, ekonomi maupun sosial yang secara langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan atau menumbuh-suburkan kejahatan (korupsi);

• Upaya penal dilakukan dengan memanggil atau menggunakan hukum pidana yaitu dengan menghukum atau memberi pidana atau penderitaan atau nestapa bagi pelaku korupsi;

• Upaya non-penal seharusnya menjadi kunci atau memiliki posisi penting atau posisi strategis dari keseluruhan upaya penanggulangan korupsi karena sifatnya preventif atau mencegah sebelum terjadi.

Page 11: Bab 5 upaya pemberantasan korupsi

11

KETERBATASAN SARANA PENALKETERBATASAN SARANA PENAL

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RIDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 11Upaya Pemberantasan Korupsi

• Sarana penal memiliki ‘keterbatasan’, mengandung ‘kelemahan’ (sisi negatif). Fungsi sarana penal seharusnya hanya digunakan secara ‘subsidair’.

• Secara dogmatis, sanksi pidana merupakan jenis sanksi yang paling tajam dalam bidang hukum, sehingga harus digunakan sebagai ultimum remedium (obat yang terakhir apabila cara lain atau bidang hukum lain sudah tidak dapat digunakan lagi);

Page 12: Bab 5 upaya pemberantasan korupsi

12

KETERBATASAN SARANA PENALKETERBATASAN SARANA PENAL

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RIDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 12Upaya Pemberantasan Korupsi

• Secara fungsional/pragmatis, operasionalisasi dan aplikasinya menuntut biaya yang tinggi;

• Sanksi pidana mengandung sifat kontradiktif/paradoksal, mengadung efek sampingan yang negatif. Lihat realita kondisi overload Lembaga Pemasyarakatan;

• Hukum pidana dan pemidanaan bukanlah ‘obat yang manjur’ atau ‘panacea’ atau ‘bukan segala-galanya’ untuk menanggulangi kejahatan.

Page 13: Bab 5 upaya pemberantasan korupsi

13

KETERBATASAN SARANA PENALKETERBATASAN SARANA PENAL

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RIDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 13Upaya Pemberantasan Korupsi

• Penggunaan hukum pidana dalam menanggulangi kejahatan hanya merupakan ‘kurieren am symptom’ (menyembuhkan gejala), hanya merupakan pengobatan simptomatik bukan kausatif karena sebab-sebab kejahatan demikian kompleks dan berada di luar jangkauan hukum pidana;

• Hukum pidana hanya merupakan bagian kecil (sub sistem) dari sarana kontrol sosial yang tidak mungkin mengatasi kejahatan sebagai masalah kemanusiaan dan kemasyarakatan yang sangat kompleks;

Page 14: Bab 5 upaya pemberantasan korupsi

14

KETERBATASAN SARANA PENALKETERBATASAN SARANA PENAL

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RIDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 14Upaya Pemberantasan Korupsi

• Sistem pemidanaan bersifat fragmentair dan individual/personal; tidak bersifat struktural atau fungsional;

• Efektifitas pidana (hukuman) bergantung pada banyak faktor dan masih sering diperdebatkan oleh para ahli.

• Hukum pidana dan pemidanaan bukanlah ‘obat yang manjur’ atau ‘panacea’ atau ‘bukan segala-galanya’ untuk menanggulangi kejahatan.

(Nawawi Arief : 1998)

Page 15: Bab 5 upaya pemberantasan korupsi

15

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RIDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 15Upaya Pemberantasan Korupsi

Page 16: Bab 5 upaya pemberantasan korupsi

16

HUKUM PIDANA BUKAN HUKUM PIDANA BUKAN PANACEAPANACEA

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RIDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 16Upaya Pemberantasan Korupsi

Rubin : hukum pidana atau pemidanaan tidak mempunyai pengaruh terhadap masalah kejahatan.

Schultz : naik turunnya angka kejahatan tidak berhubungan dengan perubahan di dalam hukum atau putusan pengadilan, tetapi berhubungan dengan bekerjanya atau berfungsinya perubahan kultural dalam kehidupan masyarakat.

Page 17: Bab 5 upaya pemberantasan korupsi

HUKUM PIDANA BUKAN HUKUM PIDANA BUKAN PANACEAPANACEA

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Karl. O. Christiansen : pengaruh pidana terhadap masyarakat luas sulit diukur.

S.R. Brody : 5 (lima) dari 9 (sembilan) penelitian menyatakan bahwa lamanya waktu yang dijalani oleh seseorang di dalam penjara tidak berpengaruh pada adanya reconviction atau penghukuman kembali.

17 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RIDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 17Upaya Pemberantasan Korupsi

Page 18: Bab 5 upaya pemberantasan korupsi

18

HUKUM PIDANA BUKAN HUKUM PIDANA BUKAN PANACEAPANACEA

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RIDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 18Upaya Pemberantasan Korupsi

Wolf Middendorf : tidak ada hubungan logis antara kejahatan dengan lamanya pidana. Kita tidak dapat mengetahui hubungan sesungguhnya antara sebab dan akibat. Orang melakukan kejahatan dan mungkin mengulanginya lagi tanpa hubungan dengan ada tidaknya UU atau pidana yang dijatuhkan. Sarana kontrol sosial lainnya, seperti kekuasaan orang tua, kebiasaan-kebiasaan atau agama mungkin dapat mencegah perbuatan, yang sama efektifnya dengan ketakutan orang pada pidana. (Nawawi Arief : 1998)

Page 19: Bab 5 upaya pemberantasan korupsi

19

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RIDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 19Upaya Pemberantasan Korupsi

Page 20: Bab 5 upaya pemberantasan korupsi

20

HUKUM PIDANA BUKAN HUKUM PIDANA BUKAN PANACEAPANACEA

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RIDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 20Upaya Pemberantasan Korupsi

Diskusikanlah kasus perlakuan istimewa yang diberikan kepada Artalita. Ia bisa menyulap ruang

tempat ia mendekam di LP Cipinang menjadi ruang yang sangat nyaman bagaikan ruang hotel

berbintang. Bagaimana pula dengan Gayus yang bebas berkeliaran dan berpelesiran ke luar negeri

selama menjadi tahanan kasus penggelapan pajak. Menurut and apa yang harus dilakukan untuk

mencegah hal ini?

Page 21: Bab 5 upaya pemberantasan korupsi

21

STRATEGI DAN/ATAU UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RIDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 21Upaya Pemberantasan Korupsi

Pembentukan Lembaga Anti-Korupsi

Pencegahan Korupsi di Sektor Publik

Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat

Pengembangan dan Pembuatan berbagai Instrumen Hukum yang mendukung Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi

Monitoring dan Evaluasi

Kerjasama Internasional

1

2

3

4

5

6

Page 22: Bab 5 upaya pemberantasan korupsi

22

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RIDIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 22Upaya Pemberantasan Korupsi

Selamat datang generasi muda anti-korupsi

Indonesia akan lebih baik jika tanpa korupsi

Lomba poster KPK, Karya : Christian Tumpak

Page 23: Bab 5 upaya pemberantasan korupsi

Terimakasih kepada:

Institut Teknologi Bandung, Universitas Paramadina, Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran,

Universitas Negeri Semarang, UNIKA Soegijapranata,

dan KPK, TIRI, ICW

Produksi:

Bagian Hukum dan KepegawaianDirektorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI

copyrights © dikti 2012