Upload
seftian-eva
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PETASEFTIAN EVA WIDYAWATI
NIM.16422299016
PPG SM-3T UNY
PENGARUH PERUBAHAN IKLIM GLOBAL TERHADAP KEHIDUPAN
KD. Menganalisis Dinamika Atmosfer dan Dampaknya Terhadap Kehidupan
BAHAN AJARKELAS X/SEMESTER II
PETA KONSEP
A. PENGERTIAN PERUBAHAN IKLIM GLOBAL
Kemajuan pesat pembangunan ekonomi khususnya dimulai pada awal reformasi industri
memberikan dampak yang serius terhadap iklim dunia, antara lain lewat pembakaram secara besar-
besaran batu bara, bahan bahan bakar fosil serta alih fungsi lahan yang dapat menyebakan suhu
bumi menjadi naik. Perubahan suhu rata-rata permukaan bumi secara tidak wajar ini nantinya
menyebabkan terjadinya perubahan pada unsur-unsur iklim lainnya, seperti naiknya suhu air laut,
meningkatnya penguapan di udara, serta berubahnya pola curah hujan dan tekanan udara yang pada
akhirnya merubah pola iklim dunia. Peristiwa ini kemudian di kenal dengan Perubahan Iklim.
Iklim global sebenarnya sudah berubah dari jutaan tahun yang lalu, sebagai contoh
dahulunya sebagian wilayah di bumi ini tertutupi oleh es namun kini berubah menjadi lebih hangat.
Perubahan tersebut awalnya karena proses alam seperti suhu yang naik turun secara musiman
sebagai akibat fluktuasi radiasi matahari , misalnya akibat letusan gunung api. Namun, yang terjadi
saat ini perubahan iklim yang terjadi bukan hanya terjadi akibat peristiwa alam melainkan lebih
karena berbagai aktivitas manusia.
PERUBAHAN IKLIM GLOBAL
PENYEBAB
FENOMENA
DAMPAK
ALAMIAH
AKTIVITAS MANUSIA
PENINGKATAN SUHU BUMI
(PEMANSAN GLOBAL)
sumber
GAS RUMAH KACA (GRK)
UPAYA MENANGGULANGI
Perubahan iklim sendiri merupakan sebuah fenomena global karena penyebabnya bersifat
global. Selain itu, dampaknya juga bersifat global, dirasakan oleh seluruh mahluk hidup diberbagai
belahan dunia. Kesimpulannya, perubahan iklim global dapat diartikan sebagai berubahnya iklim
di bumi yang dapat disebabkan karena proses internal (peristiwa alam) ataupun eksternal (seperti
aktivitas manusia) yang dapat merubah komposisi atmosfer secara global, yang bisa diamati dalam
kurun waktu tertentu ( jangka panjang ).
B. GEJALA ATAU FENOMENA PERUBAHAN IKLIM GLOBAL
Perubahan iklim terjadi secara global namun dampak yang dirasakan bervariasi
secara local dan global. Indikator utama perubahan iklim terdiri dari perubahan dan pola
intensitas berbagai parameter iklim antara lain suhu, curah hujan, kelembaban, angin, tutupan
awan, dan penguapan (evaporasi). Di tingkat global perubahan iklim dapat dirasakan diseluruh
dunia antara lain menyebabkan terjadinya:
1. Perubahan dalam siklus hidrologi.
Kenaikan temperature telah mempercepat siklus hidrologi, atmosfer yang lebih hangatakan
menyimpan lebih banyak uap air, sehingga menjadi kurang stabil dan menghasilkan lebih
banyak presipitasi, terutama dalam bentuk hujan lebat. Panas yang lebih besar juga
mempercepat proses evaporasi. Dampakdari perubahan-perubahan tersebut dalam siklus air
adalah menurunnya kuantitas dan kualitas air bersih di dunia. Sementara itu, pola angin dan
jejak badai juga akan berubah. Intensitas siklon tropis akan semakin meningkat (namun
tidak berpengaruh terhadap frekuensi siklon tropis), dengan kecepatan angin maksimum
bertambah dan hujan yang semakin lebat.
2. Meningkatnya resiko kesehatan
Perubahan iklim akan mengubah distribusi nyamuk-nyamuk malaria dan penyakit-penyakit
menular lainnya, sehingga mempengaruhi distribusi musiman penyakit alergi akibat serbuk
sari dan meningkatkan penyakit-penyakit pada saat gelombang panas (heat waves).
3. Kenaikan Muka Air Laut
Presdiksi paling baik untuk kenaikan muka laut akibat perluasan lautan dan pencairan
gletser pada akhir abad 21 (dibandingkan dengan keadaan pada 1989-1999) adalah 28-58
cm. Hal ini akan menyebabkan memburuknya bencana banjir di daerah pantai dan erosi.
Kenaikan muka laut yang besar hingga 1 meter pada 2100 diperkirakan akan melebihi 1
meter, apabila lapisan es terus mencair seiring dengan kenaikan temperatur. Saat ini terdapat
bukti yang menunjukan bahwa lapisan es di Antartika dan Greenland perlahan berkurang
dan berkontribusi terhadap kenaikan muka laut. Sekitar 125.000 tahun yang lalu, ketika
daerah kutub lebih hangat daripada saat ini selama periode waktu tertentu, pencairan es
kutub telah menyebabkan kenaikan muka laut naik 4-6 meter. Kenaikan muka laut memiliki
kelembaban besar dan akan terus berlangsung selama berabad-abad. Lautan juga akan
mengalami kenaikan temperature yang akan berpengaruh terhadap kehidupan bawah laut.
Selama empat decade terakhir, sebagai contoh, plankton di Atlantik Utara telah bermigrasi
ke arah kutub sebanyak 10 o lintang. Selain itu juga, lautan mengalami proses pengasaman
seiring dengan diserapnya lebih banyak karbondioksida. Hal ini akan menyebabkanbatu
karang, ki yang juga disebabkan oleh keong laut, dan spesies lainnya kehilangan
kemampuan untuk membentuk cangkang atau kerangka.
4. Mempengaruhi Kekayaaan Keanekaragaman Hayati
Musnahnya berbagai jenis keanekaragaman hayati yang juga disebabkan oleh kejadian hujan
badai yang meningkat frekuensi dan intensitasnya, angin topan, dan banjir, meningkatnya
jumlah tanah kering yang potensial menjadi gurun karena kekeringan yang berkepanjangan,
meningkatnya frekuensi kebakaran hutan,, daerah-daerah tertentumenjadi padat dan sesak
karena terjadi arus pengungsian. Beberapa fakta perubahan iklim yang menghilangkan
keanekaragaman hayati, diantaranya:
Populasi penguin Antartika menurun lebih dari 80% sejak 1975 akibat hilangnya es
lautan
Kijang Karibu Artik mengalami penurunan tajam karena kelaparan akibat perubahan
iklim saat pencairan awal es dan pembekuan, yang mengakibatkan ereka sulit mhan
menjangkau tumbuhan makanannya.
Burung yang bermigrasi nyaris mati akibat perjalanan yang tidak tepat waktu
membuat mereka tidak mendapat persediaan makanan yang cukup saat mereka tiba
di tempat tujuan dan/ atau tempat-tempat seperti lahan basah yang sudah mongering
sehingga tidak menyediakan habitat bagi mereka.
5. Menimpa yang paling Rentan
Komunitas yang paling miskin akan menjadi komunitas yang paling rentan terhadap dampak
dari perubahan iklim, sebab mereka akan sulit untuk melakukan usaha untuk menceah dan
mengatasi dampak dari perubahan iklim dengan kurangnya kemampuan. Beberapa
komunitas yang paling rentan adalah buruh tani, suku-suku asli dan orang-orang yang
tinggal di tepi pantai. Beberapa fakta saat ini menunjukan bahwa kekurangan pangan terjadi
di Negara-negara yang rentan terhadap perubahan iklim dan masih berkembang:
Ditingkat nasional, menurut Edvin, A dkk.(2011), meskipun ketersediaaan data
parameter perubahan iklim dalam rentang waktu 30 tahun belum memadai di Indonesia, para
ahli di Indonesia telah berupaya menjelaskan adanya fenomena perubahan iklim di Indonesia,
dengan beberapa indicator diantaranya:
1. Perubahan suhu daratan, menggambarkan perubahan situasi lokal yang meliputi suhu
maksimum, suhu minimum, dan suhu rata-rata baik harian maupun bulanan. Pengamataan
yang dilakukan menunjukan bahwa di Indonesia terjadi perubahan suhu udara yang diamati
antara lain di Padang, Jakarta, Cilacap, Biak, Jayapura mengalami kenaikan suhu minimum,
sementara Sibolga, Manado, Ambon, Wamena mengalami penurunan.
2. Peningkatan Curah Hujan Ekstrim, perubahan iklim merupakan perubahan energi dan siklus
air yang menyebabkan terjadinya pola curah hujan berubah eksrim (melebihi ambang batas
statistik) yang disebabkan fenomena cuaca seperti banjir, kekeringan, berkurangnya jumlah
hari hujan, serta penambahan periode hari hujan secara berturut-turut.
3. Maju Mundurnya Musim, di Indonesia yang dikenal sebagai Negara agraris, informasi yang
paling penting bagi pertanian adalah informasi awal datangnya musim kemarau dan musim
hujan.Pengamatan yang dilakukan oleh BMKG dibeberapa wilayah Sumatera, Jawa , dan
Sulawesi selama 30 tahun (1971-2000) dan periode 2001-2010 telah terjadi pergeseran
musim, misalkan musim kemarau di Jawa Barat mengalami pergeseran maju (lebih cepat
dating) sekitar 20 hari dibanding 30 tahun lalu.
4. Perubahan Jumlah Volume Hujan, informasi akumulasi curah hujan harian, bulanan dan
tahunan menjadi catatan penting yang menunjukan potensi kapasitas sumber daya air
tercurah, informasi ini penting untuk pengelolaan sumber daya air jangka panjang. Secara
global, hasil kajian IPCC (2007) menunjukan bahwa sejak tahun 1850 tercatat ada 12 tahun
terpanas berdasarkan data temperatur permukaan global. Sebelas dari dua belas tahun
terpanas tersebut terjadi dalam waktu 12 tahun terakhir ini. Laporan IPCC juga menyatakan
bahwa kegiatan manusia ikut berperan dalam pemanasan global sejak pertengahan abad ke
20. Pemanasan global akan terus meningkat dengan percepatan yang lebih tinggi pada abad
ke-21 apabila tidak ada upaya menanggulanginya.
C. DAMPAK PERUBAHAN IKLIM GLOBAL
Perubahan iklim itu sendiri terjadi secara perlahan dalam jangka waktu yang cukup
panjang, antara 50-100 tahun. Walaupun terjadi secara perlahan, perubahan iklim memberikan
dampak yang sangat besar pada kehidupan umat manusia. Sebagian besar wilayah di dunia akan
menjadi semakin panas, sementara bagian lainnya akan berubah semakin dingin. Saat ini pun
dampaknya sudak mulai kita rasakan. Berikut ini beberapa dampak perubahan iklim:
1. Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pertanian
Perubahan iklim akan menyebabkan pergeseran musim, sehingga musim kemarau menjadi lebih
panjang. Hal ini akan menyebabkan gagal panen, krisis air bersih dan kebakaran hutan.
Sehingga Indonesia harus mengimpor beras dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhannya.
Secara otomatis, produktivitas di bidang pertanian juga akan menurun.
2. Dampak Perubahan Iklim terhadap Kenaikan Muka Air Laut
Kenaikan temperatur menyebabkan es dan gletser di Kutub Utara dan Selatan mencair.
Peristiwa ini menyebabkan terjadinya pemuaian massa air laut dan kenaikan permukaan air laut.
Hal ini membawa banyak perubahan bagi kehidupan di bawah laut, seperti pemutihan terumbu
karang dan punahnya berbagai jenis ikan. Sehingga akan menurunkan produksi tambak ikan dan
udang serta mengancam kehidupan masyarakat pesisir pantai. Kenaikan muka air laut akan
menyebabkan hancurnya tambak-tambak ikan di beberapa daerah, juga dapat merusak terumbu
karang yang ada di laut Indonesia.
3. Dampak Perubahan iklim terhadap Ekosistem
Meningkatnya tingkat keasaman dari laut karena bertambahnya karbondioksida di atmosfer
akan membawa dampak negatif pada organisme-organisme laut. Misalnya, hilangnya jenis flora
dan fauna khususnya di Indonesia.
4. Dampak Perubahan iklim terhadap Sumber Daya Air
Pada pertengahan abad ini, rata-rata aliran air sungai dan kelestarian air di daerah sub polar serta
daerah tropis basah diperkirakan akan meningkat sebanyak 10-40%. Sementara di daerah
subtropis dan daerah tropis yang kering, air akan berkurang sebanyak 10-30% sehingga daerah-
daerah yang sekarang sering mengalami kekeringan akan semakin parah kondisinya.
5. Dampak Perubahan iklim terhadap Kesehatan
Frekuensi timbulnya penyakit seperti malaria dan demam berdarah akan meningkat. Penduduk
dengan kapasitas beradaptasi rendah akan semakin rentan terhadap diare, gizi buruk, serta
berubahnya pola distribusi penyakit-penyakit yang ditularkan melalui berbagai serangga dan
hewan.
Hal ini menunjukan bahwa perubahan iklim merupakan ancaman serius bagi kelangsungan hidup
umat manusia serta mahluk hidup lain. Selain itu dampakanya tidak hanya terjadi di satu Negara
atau di satu wilayah, tapi di seluruh dunia, melintasi batas negara. Walaupun begitu, tingkat
perekonomian yang jauh di bawah negara maju serta perekonomian yang berbasis sumber daya
alam yang menyebabkan negara berkembang lebih rentan terhadap dampak-dampak yang di
timbulkan akibat perubahan iklim dibandingkan negara maju. Dalam prosesnya perubahan iklim
terjadi sangat lamban, sehingga dampaknya tak langsung dirasakan saat ini, namun sangat terasa
bagi generasi mendatang. Dan ketika perubahan iklim telah terjadi, maka tak satu upaya pun yang
dapat dilakukan untuk mengembalikan kondisi ke keadaan semula.
D. FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN IKLIM GLOBAL
Seperti yang telah diterangkan pada bagian sebelumnya perubahan iklim global memang
suatu perubahan yang pasti terjadi karena faktor internal berupa proses alamiah seperti aktivitas
vulkanisme. Namun pada kenyataannya, perubahan iklim global yang terjadi saat ini faktor
utamanya disebabkan oleh aktivitas manusia. Selain itu, pertambahan populasi penduduk dan
pesatnya pertumbuhan teknologi dan industri ternyata juga member kontribusi besar pada
pertambahan Gas Rumah Kaca (GRK).
Akibat jenis aktivitas yang berbeda-beda, maka GRK yang dikontribusikan oleh setiap
negara ke atmosfer pun porsinya berbeda-beda. Di Indonesia sendiri Gas Rumah Kaca (GRK) yang
berasal dari manusia dapat dibedakan atas beberapa hal, yaitu:
1. Kehutanan
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dengan luas hutan terbesar, yaitu 120,3
juta hektar. Sekitar 17% dari luasan tersebut adalah hutan konservasi dan 23% hutan lindung,
sementara sisanya adalah hutan produksi (FWI/GFW, 2001). Namun dari tahun ke tahun luas
hutan berkurang. Hal ini disebabkan oleh penebangan liar atau juga kebakaran hutan (disengaja
ataupun tidak disengaja). Padahal hutan sangat berperan sebagai penyerap CO2 dan penghasil
O2. Dengan kemampuan hutan tersebut dapat mengurangi kadar GRK di udara
2. Pemanfaatan Energi Bahan Bakar Fosil
Saat ini kehidupan manusia sangat tergantung pada energi listrik dan bahan bakar fosil.
Ketergantungan tersebut sangat berdampak buruk bagi kehidupan umat manusia. Penggunaan
energi fosil seperti, minyak bumi, batu bara, dan gas alam dalam berbagai kegiatan akan
memicu bertambahnya emisi GRK di atmosfer.
3. Pertanian dan Peternakan
Sektor pertanian juga berperan banyak terhadap meningkatnya emisi GRK, khususnya
gas metana (CH4) yang dihasilkan dari sawah yang tergenang. Berdasarkan penelitian sektor
pertanian menghasilkan emisi gas metana tertinggi di banding sektor-sektor lainnya.
Sektor peternakan juga tidak kalah dalam mengemisikan GRK, hal tersebut
dikarenakan kotoran ternak yang membusuk akan melepaskan gas metana ke atmosfer.
4. Sampah
Kegiatan manusia selalu menghasilkan sampah. Sampah merupakan maslah besar
yang dihadapi oleh kota-kota besar di Indonesia. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup
mengatakan bahawa pada tahun 1995 rata-rata orang di perkotaan Indonesia menghasilkan
sampah 0,8 kg per hari dan terus meningkat hingga 1 kg per orang per hari pada tahun 2000.
Diperkirakan timbunan sampah pada tahun 2020 untuk tiap orang per hari adalah sebesar 2,1
kg.
Sampah sendiri turut menghasilkan emisi GRK berupa gas metana, walaupun dalam
jumlah yang cukup kecil dibandingkan emisi GRK yang dihasilkan dari sector kehutanan dan
energy. Diperkirakan 1 ton sampah padat menghasilkan sekitar 50 kg gas metana. Dengan
jumlah penduduk yang terus meningkat, diperkirakan pada tahun 2020 sampah yang dihasilkan
per hari sekitar 500 juta kg atau sekitar 190 ton per tahun. Dengan jumlah sampah yang
sedemikian besar, maka Indonesia akan menghasilkan gas metana ke atmosfer sekitar 9500 ton
per tahun. Jika sampah kota tidak dikelola secara benar, maka laju pemanasan global dan
perubahan iklim akan semakin cepat.
E. UPAYA MENANGGULANGI DAN MENGURANGI GEJALA PERUBAHAN IKLIM
GLOBAL
Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan sebagai untuk mengurangi, diantaranya yaitu:
1. Mengurangi pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi.
2. Menggunakan kendaraan umum agar polusi gas dapat berkurang.
3. Mengelola tempat pembuangan sampah.
4. Mengurangi penggunaan AC.
Selain yang di atas, hal sederhana yang dapat dilakukan juga adalah 5R (Rethink, Reduce,
Reuse, Recycle, Replace) yaitu :
1. Rethink : yaitu merubah pola perilaku dalam hal produksi dan konsumsi suatu barang
(produk) yang dihasilkan sehingga dapat dianalisis cara melakukan daur ulang
terhadap produk tersebut.
2. Reduce : yaitu sebisa mungkin mengurangi penggunaan barang-barang atau material
yang dipergunakan setiap hari karena semakin banyak barang yang digunakan maka
makin banyak juga sampah yang dihasilkan.
3. Reuse : yaitu sebisa mungkin memilih barang-barang yang dapat digunakan kembali
dan harus menghindari penggunaan barang-barang yang dispossable (sekali pakai).
Hal ini dilakukan untuk memperpanjang waktu penggunaan suatu barang sebelum
menjadi sampah.
4. Recycle : Sebisa mungkin barang-barang yang sudah tidak dipakai lagi dapat didaur
ulang atau dimanfaatkan kembali misalnya plastik bekas detergen bisa kita gunakan
untuk membuat berbagai hasta karya yang unik dan menarik contohnya tas.Dimana
tas itu bisa kita jual,selain mendapatkan hasilnya kita pun juga telah melindungi alam
kita dari bahaya global warming.
5. Recovery/Replace : Meneliti barang-barang yang dipakai sehari-hari kemudian
mengganti barang-barang sekali pakai dengan barang yang lebih tahan lama.