21
CHAPTER 3 THEORETICAL FRAMEWORK FOR WEB-BASED LEARNING (Kerangka Dasar Teori untuk Pembelajaran Berbasis Web) Judul Buku : Engaging Learning Throogh the Internet Pengarang : Chang Chuw Hung Tahun terbit : 2007 Penerbit : Pearson Hall Singapore Chapter yang direview : Chapter 3 (hal. 16 s.d. 58) = 43 hal. Berbicara tentang web, orang akan berpikir tentang kekayaan informasi, akses cepat di hampir seluruh muka bumi dan bagaimana revolusioner web melakukan penyebaran informasi. Ada tuntutan model belajar di abad ke-21 yang terlepas dari ruang dan waktu, berorientasi pada tujuan dan hasil, berpusat pada siswa/peserta didik, berdasarkan pengalaman ( hand-on learning ) dan mampu mengakomodasi perbedaan keterampilan dan bahasa" (Aaggarwal & Bento, 2000, hal.4). Sebagai negara global, "keterlibatan" Singapura dengan web memberikan beberapa dampak (implikasi) bagi pendidikan. Singapura memiliki ruang kelas yang menarik, dalam arti bahwa mereka berhubungan erat dengan teknologi. Memang, kegiatan pembelajaran dengan web sudah umum di kelas Singapura. Kerangka Dasar Teori Aktivitas Teori aktivitas mungkin terbukti bermanfaat bagi seorang pelajar yang terlibat dalam pembelajaran melalui mediasi web. Jonassen & Rohrer-Murphy (1999) serta Lim & Chai (2004) menyarankan bahwa teori aktivitas berpotensi memberikan cerminan bagi kita untuk menganalisis proses dan hasil pembelajaran, khususnya dalam lingkungan berbasis web. Issroff & Scanlon (2002) mengkonseptualisasikan teori aktivitas pembelajaran sebagai suatu keterlibatan subyek (siswa), obyek (tugas atau aktivitas) dan mediator (alat seperti web).

Chapter 3 engaging oke

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Chapter 3 engaging oke

CHAPTER 3

THEORETICAL FRAMEWORK FOR WEB-BASED LEARNING(Kerangka Dasar Teori untuk Pembelajaran Berbasis Web)

Judul Buku : Engaging Learning Throogh the InternetPengarang : Chang Chuw HungTahun terbit : 2007Penerbit : Pearson Hall SingaporeChapter yang direview : Chapter 3 (hal. 16 s.d. 58) = 43 hal.

Berbicara tentang web, orang akan berpikir tentang kekayaan informasi, akses cepat di

hampir seluruh muka bumi dan bagaimana revolusioner web melakukan penyebaran

informasi. Ada tuntutan model belajar di abad ke-21 yang terlepas dari ruang dan waktu,

berorientasi pada tujuan dan hasil, berpusat pada siswa/peserta didik, berdasarkan

pengalaman (hand-on learning) dan mampu mengakomodasi perbedaan keterampilan

dan bahasa" (Aaggarwal & Bento, 2000, hal.4). Sebagai negara global, "keterlibatan"

Singapura dengan web memberikan beberapa dampak (implikasi) bagi pendidikan.

Singapura memiliki ruang kelas yang menarik, dalam arti bahwa mereka berhubungan

erat dengan teknologi. Memang, kegiatan pembelajaran dengan web sudah umum di

kelas Singapura.

Kerangka Dasar Teori Aktivitas

Teori aktivitas mungkin terbukti bermanfaat bagi seorang pelajar yang terlibat

dalam pembelajaran melalui mediasi web. Jonassen & Rohrer-Murphy (1999) serta Lim &

Chai (2004) menyarankan bahwa teori aktivitas berpotensi memberikan cerminan bagi

kita untuk menganalisis proses dan hasil pembelajaran, khususnya dalam lingkungan

berbasis web. Issroff & Scanlon (2002) mengkonseptualisasikan teori aktivitas

pembelajaran sebagai suatu keterlibatan subyek (siswa), obyek (tugas atau aktivitas) dan

mediator (alat seperti web).

Page 2: Chapter 3 engaging oke

(Gambar 01 : Sistem Aktivitas)

Gambar di atas menunjukkan sistem aktivitas yang diusulkan Jonassen dan Rohrer-

Murphy (1999), yang terdiri dari komponen berikut:

1. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan ini.

2. Objek atau produk apa yang dihasilkan dari aktivitas tersebut.

3. Tujuan dan keinginan.

4. Alat yang digunakan dalam aktivitas.

5. Aturan dan norma-norma yang membatasi aktivitas.

6. Komunitas yang lebih besar di mana kegiatan terjadi.

7. Cara orang-orang bekerja dalam kelompok.

Segitiga di atas merupakan produksi dari beberapa objek dalam suatu kegiatan.

Subjek (orang, tim, dll) menggunakan beberapa alat (metode, software, dll) untuk

menghasilkan objek (produk, laporan, dll). Alat bisa apa saja mulai dari pensil hingga

kapabilitas pencarian di web. Selain itu, alat-alat, peran dan aturan dalam suatu sistem

aktivitas memediasi tindakan dan proses oleh anggota dalam dalam suatu komunitas

(Hung & Chen, 2002)

2

Page 3: Chapter 3 engaging oke

Gambar 02 : Dasar Penggabungan dari Teori Aktivitas Dinamis

Aktivitas mungkin sebuah gabungan (nested), artinya dalam suatu kegiatan dapat terdiri

dari berbagai sub-kegiatan. Ambil contoh aktivitas penggunaan web dalam tugas belajar.

Tindakan mencari informasi menggunakan search engine dapat dianggap sebagai sub-

kegiatan dalam kegiatan pembelajaran secara keseluruhan. Selanjutnya, setiap komponen

dari suatu kegiatan mungkin akibat dari kegiatan lain yang menghasilkannya. Dengan kata

lain, setiap komponen dari sistem kegiatan dapat dianggap sebagai tujuan bagi sistem

kegiatan yang ada dalam komponen tersebut. Tentu saja pendekatan reduksionis dapat

diambil bahkan menentukan tindakan mengetik di keyboard komputer sebagai kegiatan

itu sendiri. Namun, niat menggunakan teori aktivitas adalah untuk menyediakan suatu

kerangka menyeluruh untuk pembahasan ini, dalam proses pembelajaran secara

keseluruhan lebih dari sekedar penjumlahan dari berbagai komponen subjek, objek dan

alat. Mendefinisikan apa yang merupakan suatu kegiatan atau sub-kegiatan akan terlalu

sempit (reduksionis) untuk setiap pemahaman menyeluruh terjadi dalam kasus ini.

Page 4: Chapter 3 engaging oke

Selanjutnya, kegiatan tersebut tidak dapat dilihat sebagai fenomena yang terpisah dari

belajar. Tidak seperti pandangan tertentu yang menganggap bahwa setiap kegiatan

didahului oleh belajar, teori aktivitas berfokus pada pandangan bahwa kegiatan dan

kesadaran saling terkait secara dinamis. Memang, " teori aktivitas berfokus pada interaksi

dari aktivitas manusia dan kesadaran dalam konteks yang relevan dengan lingkungannya"

(Jonassen & Rohrer-Murphy, 1999, p.62). Dengan kata lain, belajar terjadi di dalam

aktivitas, yang pada gilirannya adalah merupakan bentuk dari suatu proses belajar.

Sebagai contoh, kita bisa membayangkan seorang siswa melakukan pencarian web untuk

informasi mengenai budidaya padi basah. Pencarian awal dapat memberikan siswa

beberapa informasi tentang praktek-praktek tradisional budidaya padi basah. Informasi

baru ini dan kemungkinan konstruksi pengetahuan yang terjadi dapat mengakibatkan

strategi pencarian menjadi lebih kompleks, seperti mencari informasi untuk

membandingkan informasi yang ditemukan dengan praktek budidaya modern. Pada

dasarnya, kegiatan tersebut mengarah ke pembelajaran, yang kemudian mempengaruhi

bagaimana kegiatan dilakukan, dan pada akhirnya proses pembelajaran berlangsung juga.

a. Pokok pikiran Teori Aktivitas

Asumsi fundamental dalam teori aktivitas adalah “kesatuan kesadaran dan

aktivitas” (Jonassen & Rohrer-Murphy, 1999, hal. 62). Lebih mudah untuk mengingat ciri-

ciri aktivitas, tetapi mereka akan lebih memahami apa makna aktivitas bila melalui sebuah

proses dengan melakukannya. “Pada saat kita bertindak, kita mendapatkan pengetahuan,

yang mempengaruhi tindakan kita, yang mengubah pengetahuan kita, dll, yaitu,

kesadaran menginformasikan aktivitas, yang menyelipkan kesadaran” (Jonassen &

Rohrer-Murphy, 1999, hal. 65). Singkatnya, aktivitas akan berdampak dalam beberapa

hasil hanya jika subyek mengambil bagian dalam aktivitas.

b. Kesadaran di Dunia

Kesadaran tertanam dalam sistem aktivitas yang lebih luas yang mengelilingi

kegiatan individu, sehingga mempengaruhi perubahan kondisi fisik, mental, dan sosial

yang terinternalisasikan dan tercermin langsung di dalam aktivitas kesadaran diri

seseorang (Jonassen & Rohrer-Murphy, 1999, hal 65). Misalnya, desainer pembelajaran

4

Page 5: Chapter 3 engaging oke

sekolah perlu memahami diri mereka sendiri dan proses mendesain pembelajaran untuk

sekolah akan berbeda jika dibandingkan perusahaan besar. Selanjutnya, seorang desainer

di sebuah perusahaan besar akan memikirkan pekerjaan dan aktivitas yang berbeda

untuk menerapkan proses desain baru di perusahaan tersebut. Implikasi dari ini adalah

bahwa analisis sistem kegiatan harus dipahami dalam konteks sosial-budaya kelompok

yang diteliti.

c. Komunitas: Sistem aktivitas dengan suara terbanyak

Engestrom (2001) mengusulkan kegiatan sebagai sebuah komunitas dari beberapa

sudut pandang budaya dan kepentingan partisipan dengan sejarah yang unik. Suara

terbanyak tertanam dalam sistem aktivitas dapat menimbulkan kontradiksi dan konflik.

Setiap komunitas kerja menegosiasikan aturan, adat, dan pembagian kerja yang akan

memediasi aktivitasnya. Setiap komunitas harus berupaya menyesuaikandiri dengan

komunitas lain. Dengan demikian tidak akan terjadi pertentangan dan sistem akan

berjalan dengan baik. Implikasi untuk analisis sistem aktivitas adalah kebutuhan untuk

memeriksa mata pelajaran dalam konteks masyarakat.

d. Mediasi alat

Nardi (1996) menyatakan bahwa aktivitas tidak dapat dipahami tanpa memahami

fungsi dari alat, khususnya bagaimana alat tersebut digunakan. “. . . alat memediasi atau

mengubah sifat aktivitas manusia dan secara internal akan mempengaruhi perkembangan

mental manusia” (Jonassen & Rohrer-Murphy, 1999, hal. 67). Alat dapat berubah

tergantung bagaimana cara menggunakannya . . . alat adalah refleksi dari perkembangan

historis, merubah proses dan dirubah oleh proses.

e. Kolaborasi

Pada sebuah konser solo seorang pianis mengandalkan pada seorang tukang

setem piano, pabrik pembuat piano, perancang dan orang-orang yang membangun

gedung konser, dll. Aktivitas individu manusia adalah sebuah sistem dari hubungan sosial

(Jonassen & Rohrer-Murphy, 1999, hal. 67). Individu yang terlibat dalam satu aktivitas

adalah anggota simultan dari kelompok aktivitas lainnya. Kolaborasi diperlukan untuk

Page 6: Chapter 3 engaging oke

menegosiasi sifat aktivitas yang kompleks dan interaktif. Oleh karena itu, analisis dari

sistem aktivitas harus mencakup pengkajian proses kolaboratif didalam aktivitas.

Menerapkan Konsep Kerja Sistem Aktivitas pada Pembelajaran Berbasis-Web

Aktivitas pembelajaran berbasis-web dapat dikaji dengan menggunakan cara kerja

konseptual sistem aktivitas. Subyek dalam aktivitas ini adalah pelajar, obyeknya adalah

pengetahuan yang dibentuk dalam proses pembelajaran. Web adalah alat yang digunakan

dalam sebuah proses. Beragam elemen dari lingkungan pembelajaran adalah merupakan

komponen dari sistem aktivitas. Tujuan dari aktivitas dapat didefinisikan sebagai tujuan

yang ingin dicapai setelah mempelajari sesuatu. Dibawah ini Bagan Konsep Kerja Sistem:

Bagan 1: Tentative conceptual framework

a. Pembelajaran dan hasil pembelajaran: produksi dan obyek dari aktivitas pembelajaran

Dalam aktivitas pembelajaran berbasis web, yang menjadi obyeknya akan menjadi

hasil pembelajaran. Jika tujuan aktivitas pembelajaran adalah untuk membuat dan

meningkatkan pembelajaran, maka pembelajaran harus mempertimbangkan hasil yang

mencakup dari memorisasi fakta sederhana pada skill kognitif yang lebih dalam baik yang

tersirat maupun yang tersurat.

Diantara beberapa teori pembelajaran, teori yang terkait dengan pembelajaran

berbasis web adalah teori pembelajaran obyektivis dan konstruktivis. Teori obyektivis

6

Page 7: Chapter 3 engaging oke

mempertimbangkan pengetahuan obyektif sebagai sesuatu yang ditransmisikan dari

sumber yang tersimpan dalam pemikiran siswa dimana siswa mempelajarinya dalam cara

yang sama dan pada tingkat yang sama, sedangkan teori konstruktivis mempercayai

bahwa pembelajaran bergantung pada lingkungan dimana pembelajaran terjadi dan

dapat mempengaruhi pengalaman siswa dan oleh karena itu mendefinisikan isi

pengetahuan yang dibentuk.

b. Pembelajaran obyektivis

Pandangan obyektivis mengenai pengetahuan menyiratkan bahwa terdapat hasil

yang ditetapkan dimana pelajar harus mendapatkannya untuk mempelajari sesuatu. Ini

mencakup pandangan pembelajaran behavioris dan kognitivis. Perbedaan utamanya

adalah pandangan pembelajaran behavioris meyakini bahwa kita tidak dapat mengamati

pembelajaran kecuali melalui perubahan prilaku sementara pandangan pembelajaran

konstruktivis secara langsung memandang bagaimana kita belajar dan apa yang ada

didalam pemikiran pelajar. Pada kognitivis, proses pembelajaran lebih penting dari pada

perubahan dalam prilaku.

Gagne dan Driscoll (1988) mengklasifikasikan tingkatan-tingkatan hasil

pembelajaran yang dimodifikasi dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotorik

digabungkan kedalam hasil pembelajaran yang berbeda sebagai berikut:

1) Skill Verbal,

2) Skill Intelektual, yang terdiri dari:

a) diskriminasi,

b) konsep,

c) prinsip-prinsip, dan

d) pemecahan masalah,

3) Strategi Kognitif,

4) Sikap, dan

5) Skill Psikomotorik.

Page 8: Chapter 3 engaging oke

Perbandingan tiga sistem diadaptasi dari Ebel dan Frisbie (1991) dibawah ini.

Tabel 3: Perbandingan sistem klasifikasi Bloom, Ebel dan Gagne

Kategori

Taksonomi Bloom

Panduan Relevansi Ebel

Hasil Pembelajaran Gagne

A • Pengetahuan

• Terminologi Informasi faktual

• Informasi Verbal

B • Pemahaman

• Penjelasan • Skill Intelektual (diskriminasi, konsep-konsep prinsip-prinsip, pemecahan masalah),

Strategi KognitifC • Aplikasi • Kalkulasi

• PrediksiD • AnalisisE • SintesisF • Evaluasi • Evaluasi

Tindakan Yang direkomendasikan

G • SikapH • Skill Motorik

c. Pengembangan baru dalam literatur (taksonomi) dan implikasinya pada hasil

belajar

Sejak kuartal terakhir tahun 2002, sebuah artikel baru diterbitkan oleh Krathwohl

(2002) menyarankan suatu kritik dan revisi taksonomi Bloom yang asli telah memberikan

alasan untuk revisi klasifikasi hasil pembelajaran untuk analisis data dalam penelitian ini.

Krathwohl (2002) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran telah dibangun di sekitar

deskripsi dari hasil pembelajaran yang timbul berdasarkan instruksi yang ditentukan.

Dalam hal itu, laporan tujuan tersebut dihitung berdasarkan kandungan bahan subyek

dan deskripsi tentang apa yang harus dilakukan dengan konten ini. Akibatnya, laporan

biasanya terdiri dari nominal atau frase nominal dengan frase verbal atau kata kerja,

sesuai dengan isi materi pelajaran dan proses kognitif, masing-masing. Misalnya,

pernyataan seperti "Para siswa akan mampu mengingat siklus budidaya dalam pertanian

padi tradisional basah" dibingkai sekitar "siklus budidaya dalam pertanian padi tradisional

8

Page 9: Chapter 3 engaging oke

basah" frase kata benda dan frase kata kerja "untuk diingat", mencerminkan isi

pengetahuan serta proses kognitif. Dalam taksonomi Bloom, panduan Ebel, dan hasil

kategori Gagne, diusulkan untuk menggabungkan satu atau kedua konten dan aspek

kognitif. Perbedaan antara kedua konsep tidak ada dalam skema. kritik Krathwohl adalah

bahwa unidimensional ini menyebabkan kategori dalam taksonomi tidak konsisten karena

beberapa kategori yang mewakili kedua konten dan proses, sementara yang lain hanya

merujuk kepada proses kognitif. Kategori-kategori yang diusulkan dalam penelitian ini

mengalami keadaan yang sama seperti taksonomi Bloom. Sebuah klasifikasi yang direvisi

harus mempertimbangkan dimensi pengetahuan serta dimensi kognitif. Kebetulan, (1983)

karya Merrill tentang Performa Konten Matriks dalam desain pembelajaran dengan

pendekatan dua dimensi, memberikan alasan tambahan. Dimensi pengetahuan

Krathwohl ini meliputi pengetahuan tentang fakta, pengetahuan konseptual,

pengetahuan prosedural dan pengetahuan metakognitif. Dimensi kognitifnya meliputi

mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan menciptakan.

Masing-masing memiliki klasifikasi lebih lanjut. Tabel 4 dan 5 menunjukkan rincian dua

dimensi.

Tabel 4: Struktur Krathwohl tentang dimensi pengetahuan

Pengetahuan faktual : unsur-unsur dasar yang siswa harus tahu akan berkenalan dengan

disiplin atau memecahkan masalah di dalamnya.

Aa. Pengetahuan tentang terminologi

Ab. Pengetahuan tentang rincian khusus dan elemen

Konseptual Pengetahuan - The hubungan timbal balik antara unsur-unsur dasar dalam

struktur yang lebih besar yang memungkinkan mereka untuk berfungsi bersama-sama.

Ba. Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori

Bb. Pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan generalisasi

Bc. Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur

Prosedur Pengetahuan - Cara melakukan sesuatu; metode penyelidikan, dan kriteria

untuk menggunakan keterampilan, teknik algoritma, dan metode.

Ca. Pengetahuan keterampilan subjek khusus dan algoritma

Cb. Pengetahuan tentang teknik subjek spesifik dan metode

Page 10: Chapter 3 engaging oke

Cc. Pengetahuan kriteria untuk menentukan kapan menggunakan prosedur yg sesuai

Pengetahuan metakognitif - Pengetahuan tentang kognisi secara umum serta kesadaran

dan pengetahuan tentang kognisi sendiri.

Da. Pengetahuan Strategis

Db. Pengetahuan tentang tugas kognitif, termasuk pengetahuan kontekstual dan

kondisional yang sesuai

Dc. Pengetahuan diri

(Sumber: Krathwohl, 2002, hal 214)

Tabel 5: Struktur Krathwohl tentang dimensi proses kognitif

Ingat - Mengambil pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang

• Menyadari

• Mengingat

Memahami - Menentukan makna pesan instruksional, termasuk lisan, tertulis, dan

komunikasi grafis.

• Interpreting

• Mencontohkan

• Pengelompokan

• Meringkas

• Menyimpulkan

• Membandingkan

• Menjelaskan

Terapkan - Melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam suatu situasi tertentu.

3.1 Pelaksana

3.2 Pelaksana

Analisa - Breaking materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan mendeteksi

bagaimana bagian tersebut berhubungan dengan satu sama lain dan struktur keseluruhan

atau tujuan.

• Membedakan

• Pengorganisasian

• Memberikan atribut

10

Page 11: Chapter 3 engaging oke

Mengevaluasi - Membuat penilaian berdasarkan kriteria dan standar.

• Memeriksa

• Mengkritisi

Buat - Menempatkan elemen bersama untuk membentuk sebuah novel, utuh koheren

atau membuat suatu produk asli.

• Menghasilkan

• Perencanaan

• Memproduksi

(Sumber: Krathwohl, 2002, hal 215)

Tabel 6: dua dimensi taksonomi Krathwohl's

Dimensi Pengetahuan

1 2 3 4 5 6

mengingat mengerti menerapkan menganalisis Mengeavaluasi Menciptakan

A. Pengetahuan Faktual

B. Pengetahuan Konseptual

C. Pengetahuan Prosedural

D. Pengetahuan Metakognitif

(Sumber: Krathwohl, 2002, hal 216)

Tabel 6 menggabungkan kedua dimensi ke dalam matriks hasil belajar. Namun, kategori

dalam taksonomi pengetahuan masih tidak saling eksklusif. Bahkan, ada beberapa

kategori dalam matriks yang mungkin tumpang tindih. Sebagai contoh, aplikasi

pengetahuan faktual juga dapat ditafsirkan sebagai penciptaan pengetahuan konseptual,

dan sebaliknya. Untuk lebih menggambarkan hal ini, mengambil kasus seorang

mahasiswa belajar tentang viskositas larva dan laju pendinginan. Seorang siswa mungkin

menafsirkan bahwa larva basaltik cenderung dingin lebih cepat dikarenakan bentuk

gunung berapi miring. Setelah membaca tentang viskositas rendah larva basaltik, tentu

saja seseorang dapat berpendapat bahwa penciptaan pengetahuan konseptual ini

Page 12: Chapter 3 engaging oke

terletak tidak hanya pada penerapan sepotong informasi faktual tetapi juga mengingat

banyak konsep terkait lainnya. Hal ini menggambarkan bahwa dua dimensi taksonomi

hasil pembelajaran yang bermasalah juga, setidaknya dalam klasifikasinya dari dimensi

pengetahuan yang tumpang tindih.

Namun, pendekatan dua dimensi dari pemeriksaan hasil pembelajaran yang menerangi,

dalam hal itu menjelaskan dimensi taksonomi diajukan dalam penelitian ini. Untuk

menempatkan taksonomi diusulkan dalam perspektif, kategori ini ditata ulang pada Tabel

7 berikut :

Tabel 7: klasifikasi usulan hasil pembelajaran kognitif.

Mengingat kembali MemanggilSkil intelektual dan strategi kognitif

Memahami

MenerapkanMenganalisisEvaluasi

Menciptakan Menciptakan pengetahuan baruMemperoleh sikap

Dibandingkan dengan klasifikasi sebelumnya, "informasi faktual" istilah telah diganti

dengan mengingat atau mengingat informasi. Keterampilan intelektual dan strategi

kognitif telah kembali menyertakan pemahaman, menerapkan dan menganalisis.

Mengevaluasi juga telah direklasifikasi sebagai strategi kognitif. Sebuah kategori baru

untuk menciptakan pengetahuan baru telah dimasukkan dan bersama-sama dengan

memperoleh sikap membentuk kategori baru. Klasifikasi baru ini juga telah diberi judul -

klasifikasi dari hasil pembelajaran kognitif. Judul ini mencerminkan bahwa fokusnya

adalah pada proses kognitif yang dapat diamati daripada jenis informasi atau

pengetahuan yang bisa dipelajari. Memang, skema klasifikasi adalah kongruensi dengan

pertanyaan penelitian pusat "Apa yang sebenarnya terjadi ketika siswa terlibat dalam

pembelajaran konstruktivistik dalam kelompok kecil dengan menggunakan sumber daya

dari web?" Catatan fokus pada "apa yang sebenarnya terjadi" daripada "apa jenis

pengetahuan yang sedang dipelajari"; proses daripada produk.

d. Pembelajaran konstruktivis

12

Page 13: Chapter 3 engaging oke

Konsep pembelajaran konstruktivis mengasumsikan bahwa pengetahuan dibentuk

bersama oleh siswa secara individu dan sosial, berdasarkan pada interpretasi

pengetahuan di dunia. Konstruktivis berbeda dari pemikiran umum bahwa pengetahuan

eksis secara mandiri dalam individu. Konstruktivis menyatakan bahwa siswa “bukanlah

bejana kosong yang ditunggu untuk diisi, tetapi lebih pada organisme aktif yang mencari

makna.”

e. Belajar Sebagai Proses

Menurut behavioris seperti Gagne (awal tahun 1970), teori kontemporer

memahami belajar sebagai masalah pemrosesan informasi. Stimulasi dari lingkungan

pembelajar mempengaruhi serangkaian tahapan proses sistem saraf pusat seorang.

Informasi berubah disimpan dalam memori, dan memungkinkan transformasi dengan

kinerja yang jelas (Gagne, 1974, hal 4). Memang, pernyataan Gagne sejalan dengan

behavioris dan mungkin untuk diekstrapolasi dengan konteks konstruktivis.

Pada 1980-an, kognitivis seperti Gagne (Gagne & Driscoll, 1988) menunjukkan

bahwa cara belajar dapat dipengaruhi oleh "pengkodean". Memang, proses produksi

kegiatan tergantung pada alat-alat (tools) dari sistem aktivitas. Ini adalah bentuk dari

perspektif tentang gagasan pembelajaran yang mempengaruhi proses belajar. Sementara

behavioris dan kognitif menggunakan istilah pembelajaran sebagai rangkaian peristiwa

eksternal yang direncanakan yang kemudian dapat mempengaruhi proses belajar, atau

gagasan pembelajaran berada di alam. Sebaliknya, tahapan proses dalam konstruktivisme

merupakan fenomena yang mencoba untuk membimbing peserta didik dalam konstruksi

pengetahuan mereka. Tahapan mengacu pada kesipan para peserta didik untuk

berinteraksi dengan guru, tutor dan berbagai jenis alat dalam lingkungan belajar, karena

mereka membangun makna dari informasi yang diperoleh (Halttunen, 2003, hal 376).

Dengan demikian, aktivitas belajar konstruktivis akan menyebabkan sebagian hasil

pembelajaran yang dapat diamati yang kemudian dapat dijelaskan atau diklasifikasikan.

Namun, kerangka system aktivtias berfokus pada sosial bukan kognitif, dengan

menggunakan kegiatan pembelajaran di web sebagai unit analisis. Sedangkan proses

kognitif sebenarnya tidak akan dipelajari, itu adalah karena usaha menganalisis proses

Page 14: Chapter 3 engaging oke

kognitif akan setara dengan analisis sistem sub-kegiatan unit analisa-proses

pembelajaran. Ingat bahwa pendekatan sistem aktivitas lebih bersifat holistik daripada

reduksionis. Tapi ini tidak berarti bahwa saya mengabaikan atau menolak proses dimana

belajar terjadi. Memang, dengan memeriksa alat dan objek dari sistem kegiatan,

beberapa pengertian tentang proses pembelajaran dapat dikumpulkan. Oleh karena itu

produk atau objek dari kegiatan ini dapat dipahami dalam kerangka dari beberapa hasil

pembelajaran.

Dalam sistem kegiatan, objek dan subjek terkait terutama melalui proses produksi,

dimediasi oleh alat. Sementara objek dari sistem kegiatan dapat dipahami melalui hasil

pembelajaran diamati, bagaimana subjek (atau peserta didik dalam hal ini) bisa dipelajari?

Apa sajakah faktor yang mempengaruhi peserta didik dan karenanya belajar? Faktor-

faktor ini bisa berkisar dari latar belakang sosial untuk kepribadian individu. Namun, salah

satu faktor yang mungkin paling menarik bagi pendidik dan guru akan menjadi salah satu

motivasi siswa.

Motivasi Siswa

Dalam kerangka teori aktivitas, alat bantu (web) digunakan oleh subyek (pelajar)

pada suatu kegiatan. Pertanyaannya adalah, akankah motivasi siswa mempengaruhi cara

mereka menggunakan alat-alat ini, dan apakah jenis hasil belajar dapat diamati pada akhir

kegiatan?. Motivasi mengacu pada aspirasi siswa untuk mengambil bagian dalam proses

pembelajaran. Hal ini juga mendasari pemikiran tentang kurangnya keterlibatan mereka

dalam belajar. Sementara motivasi siswa menyangkut kesediaan untuk berpartisipasi

dalam kegiatan belajar, motivasi siswa untuk belajar mengacu terutama untuk kualitas,

bukan kuantitas keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran (Brophy, 2004).

Para kalangan behavior menjelaskan bahwa motivasi digunakan dalam konsep

reward dan insentif. Reward ditujukan untuk faktor-faktor yang merubah tingkah laku.

Kalangan kognitivis melihat pendekatan motivasi sebagai suatu aktifitas dan rasa ingin

tahu dalam mencari informasi ditujukan untuk memecahkan masalah secara relevan

(Schunk, 1991). Sedangkan teori pembelajaran sosial melihat bahwa motivasi sebagai

14

Page 15: Chapter 3 engaging oke

integrasi antara behavior dan kognitif. Beberapa teori motivasi diatas dapat dilihat

melalui tabel berikut:

Behavioural(tingkah-laku)

Humanistic(kemanuasiaan

)

Cognitive(kecerdasan)

Social Learning(pembelajaran

social)Type of motivation

Extrinsic Intrinsic Intrinsic Extrinsic and Intrinsic

Key features

Rewards and Incentives

Needs and self fulfilment

Beliefs and expectations

Values of goals and expectations of goals

(Adaptasi dari Woolfolk, 2000)

Sumber motivasi siswa mungkin berbeda, meskipun siswa dapat sama-sama

termotivasi untuk melaksanakan tugas di awal. Seorang siswa secara intrinsik termotivasi

melakukan kegiatan pembelajaran apabila ada tujuan untuk kepentingan sendiri, untuk

dinikmati, pembelajaran itu memungkinkan, atau dibangkitkan oleh perasaan ingin

berprestasi (Lepper, 1998). Ide dasar dibalik motivasi intrinsik adalah bahwa belajar, baik

mencari jawaban dan menemukan jawaban, diperkuat dari dalam dirinya sendiri.

Sebaliknya, siswa yang termotivasi ekstrinsik akan melakukan sesuatu untuk

mendapatkan hadiah atau menghindari hukuman (Lepper, 1988). Meskipun motivasi

intrinsik dapat digambarkan sebagai motivasi untuk terlibat dalam kegiatan yang

meningkatkan konsep diri seseorang, namun kebanyakan orang yang paling langsung

dipengaruhi oleh motivasi ekstrinsik ketimbang intrinsik (Csikszentmihalyi & Nakamura,

1989).

Web sebagai Alat

Seperti diuraikan sebelumnya, siswa (subjects) menggunakan web (tools) dalam

memproduksi hasil belajar (object). Maka apa peranan dari web?, bagaimana

pembelajaran berbasis web berbeda atau lebih baik dari pembelajaran

konvensional/tidak berbasis web?.

Web merupakan kumpulan berbagai media. Web juga menyediakan bermacam

model untuk pengiriman informasi seperti teks/naskah, gambar dan video. Web adalah

suatu sarana (alat/tools) untuk menyebarkan informasi dan berpotensi sebagai sarana

Page 16: Chapter 3 engaging oke

membangun pengetahuan karena menyediakan pencarian informasi, terorganisir,

penganalisaan dan dapat digunakan untuk tugas siswa yang telah diberikan. Dengan kata

lain, web sebagai wadah yang menyediakan hasil yang mana media lain tidak dapat

menyediakannya. Oleh karenanya web dianggap sebagai alat dalam system aktivitas

pembelajaran berbasis web.

a. Struktur vs Pendekatan Open-Ended dalam Menggunakan Web

Web Pages yang didesain merupakan bentuk-bentuk tools dari web yang digunakan

untuk menyelesaikan tugas pembelajaran yang berisi sekumpulan pembelajaran yang

akan dipelajari siswa dengan cara selangkah demi selangkah dalam menyelesaikan tugas.

Oliver dan Hannafin (2001) menyatakan bahwa Open-ended Learning Environments

(OLEs) mempunyai ciri khas yaitu empat elemen, yaitu: konteks, sumber, alat-alat (tools)

dan urutan (scaffolds). Sebuah study empat elemen disajikan dengan menggunakan web-

based template yang disebut WebQuest. WebQuest adalah sebuah perencanaan

pembelajaran inquiry yang mengharuskan siswa untuk berproses, mengaplikasikan dan

menghadirkan informasi dari yang mereka dapatkan baik dari internet atau sumber

lainnya. Pada dasarnya WebQuest menyediakan akses online lewat scaffolds untuk

membuat proses pembelajaran mendorong kepada berpikir tingkat tinggi. WebQuest

sebaiknya paling tidak mengandung beberapa hal dibawah ini:

1. Sebuah pendahuluan untuk menyediakan latar belakang informasi,

2. Tugas menarik,

3. Sumber informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas,

4. Menggambarkan suatu proses,

5. Beberapa panduan tentang bagaimana mengorganisir informasi yang diperoleh.

b. Mencari Informasi Melalui Web

16

Page 17: Chapter 3 engaging oke

Ellis (1993), mendefinisikan enam karakteristik dari prilaku mencari informasi, yang

diuraikan dengan langkah-langkah berikut:

Category DescriptionStarting Satu karakter pada kegiatan awal untuk pencarian informasi

Chaining Susunan rangkaian jaringan atau bentuk lain yang mempunyai petunjuk sambungan diantara material

Browsing Pencarian dengan cara semi-directed/langsung atau semi-structured/tersusun pada wilayah yang diminati.

Differentiating Differences digunakan dengan tujuan untuk sesuatu yang bersipat menyaring sumber dan memeriksa kualitas material

Monitoring Suatu kegiatan memelihara lapangan pengembangan dengan cara memonitoring keterangan-keterangan/fakta-fakta sumber

Extrating Bekerja secara sistematis dalam meyelesaikan keterangan-keterangan sumber untuk ditempatkan pada material yang diminati

Tabel 2: Kategori-kategori dari pola pencarian informasi (Adaptasi dari Ellis, 1993)

Kategori diatas dapat dipahami sebagai suatu kerangka teori aktivitas, bahwa web

menyediakan suatu lingkungan pembelajaran dengan alat yang disebut dengan

WebQuest yang didalamnya mengandunhg konteks, sumber, kemampuan untuk mencari

informasi dan scaffold yang akan membantu siswa dalam kegiatan pembelajaran.

c. Working in a Group (bekerja dalam group)

Satu komponen penting dari kegiatan pembelajaran dengan kerangka system

aktifitas adalah peranan individu dalam group. Ketika siswa ditempatkan dalam group,

kita tidak dapat berasumsi bahwa mereka secara langsung menerima peranan mereka

masing-masing dan mengharapkan pembelajaran akan berhasil. Johnson dan Johnson

(1999 : 57) menganjurkan “secara sederhana menempatkan siswa dalam group-group

dan meminta mereka untuk tidak bekerja sendiri-sendiri dan diupayakan untuk

Page 18: Chapter 3 engaging oke

bekerjasama”, sehingga memunculkan beberapa hasil kerjasama.

Ada tiga teori tentang group yang paling popular yaitu Johnson & Johnson (1999),

Slavin (1983) dan Sharan & Sharan (1992). Secara umum tiga teori ini mengungkapkan

elemen-elemen kelompok kerja cooperative learning sebagai berikut: a) heterogenitas

group, b) tujuan group, c) ketergantungan positif, d) meningkatkan interaksi, e)

tanggungjawab individu, f) kemampuan pribadi, dan g) memiliki peluang untuk sukses.

Johnson & Johnson (1999), hanya mengusulkan lima elemen yang sangat esensial yaitu: a)

Ketergantungan positif, b) Tatap muka, c) Tanggung jawab individu, d) Kemampuan

sosial, dan e) Proses group.

Referensi:

Chang Chuw Hung (2007). Engaging Learning Throogh the Internet. Singapore: Pearson Hall Singapore.

18

Page 19: Chapter 3 engaging oke

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah menciptakan manusia

dengan segala kemampuannya yang dimiliknya. Hanya berkat Rahmat-Nya penyusun

dapat menyelesaikan tugas laporan chapter 3 yang berjudul “Theoritical Framwork for

Web-Based Learning” ini tepat pada waktunya.

Banyak pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyelesaian laporan ini,

untuk itu dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Hj.

Hansiswany Kamarga, M.Pd, selaku dosen mata kuliah Sistem Informasi untuk

Pendidikan. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan mahasiswa

Program Studi Pengembangan Kurikulum di Sekolah Pasca Sarjana Universitas

Pendidikan Indonesia, yang telah banyak membantu berbagai hal terkait laporan ini.

Penyusun menyadari bahwa pada laporan penelitian atau karya tulis ini masih

banyak terdapat kekurangan, baik isi, tampilan, cara penyajian, ataupun hal lainnya. Untuk

itu, penyusun berharap saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhirnya,

semoga karya tulis ini bermanfaat bagi penyusun dan semua pihak yang mengkaji, Amin.

Bandung, Oktober 2010Penyusun

Wifqi, Ratna, Nailah

Page 20: Chapter 3 engaging oke

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

Kerangka Dasar Teori Aktivitas............................................................................1

a. Pokok Pikiran Teori Aktivitas...................................................................4

b. Kesadaran di Dunia...................................................................................4

c. Komunitas..................................................................................................5

d. Mediasi Alat..............................................................................................5

e. Kolaborasi..................................................................................................5

Menerapkan Konsep Kerja Sistem Aktivitas pada Pembelajaran berbasis Web. .6

a. Pembelajaran dan Hasil Pembelajaran......................................................6

b. Pembelajaran Objektivis............................................................................7

c. Pengembangan Baru dalam Literatur .......................................................8

d. Pembelajaran Konstruktivis.......................................................................12

e. Pembelajaran sebagai Proses.....................................................................13

Motivasi Siswa......................................................................................................14

Web seabagai Alat.................................................................................................15

a. Struktur vs Pendekatan Open-Ended dalam menggunakan Web..............15

b. Mencari Informasi Melalui Web...............................................................16

c. Bekerja dalam Group.................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

20

Page 21: Chapter 3 engaging oke

CHAPTER REPORT :

THEORITICAL FRAMEWORK FOR WEB-BASED LEARNING(Kerangka Dasar Teori untuk Pembelajaran Berbasis Web)

TUGAS

SISTEM INFORMASI UNTUK PENDIDIKAN

DOSEN PEMBINA : PROF. DR. HJ. HANSISWANY KAMARGA, M.PD

Oleh :

RATNA

NAILAH BAKSIR

WIFQI RAHMI

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUMSEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA2010