41
Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal Sebuah Pengantar Budi Santoso, S.Sos., M.Comn

Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

Sebuah Pengantar

Budi Santoso, S.Sos., M.Comn

Page 2: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

DAFTAR ISI

KOMUNIKASI VERBAL ...........................................................................................1

Simbol dan Referen.............................................................................................1

Denotasi dan Konotasi.........................................................................................2

Konotasi Positif dan Negatif .................................................................................3

Makna Pribadi .....................................................................................................3

Makna Bersama ..................................................................................................3

Bahasa ...............................................................................................................4

Bahasa dan Pikiran .............................................................................................4

Bahasa Abstrak...................................................................................................5

Tangga Abstraksi ................................................................................................6

Inferensi .............................................................................................................7

Dikotomi .............................................................................................................7

Eufemisme .........................................................................................................8

Ekuivokal ............................................................................................................8

Fungsi Bahasa ....................................................................................................9

Mempelajari bahasa .......................................................................................... 11

Keterbatasan Bahasa ........................................................................................ 12

Bahasa Seksis .................................................................................................. 16

Bahasa yang Kuat dan Lemah ........................................................................... 17

Metakomunikasi ................................................................................................ 18

Makna Kata ...................................................................................................... 19

Nama sebagai simbol ........................................................................................ 20

Komunikasi Konteks Tinggi Vs Komunikasi Konteks Rendah ............................... 21

KOMUNIKASI NONVERBAL.................................................................................. 22

Page 3: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

Fungsi Komunikasi Nonverbal ............................................................................ 22

Klasifikasi Pesan Nonverbal ............................................................................... 23

Bahasa Tubuh .................................................................................................. 24

Sentuhan .......................................................................................................... 25

Parabahasa ...................................................................................................... 25

Penampilan Fisik ............................................................................................... 26

Bau-bauan ........................................................................................................ 26

Orientasi ruang dan jarak pribadi ........................................................................ 27

Konsep waktu ................................................................................................... 30

Diam ................................................................................................................ 31

Warna .............................................................................................................. 32

Artefak.............................................................................................................. 32

Simbol dan kode ............................................................................................... 33

Dua macam kode .............................................................................................. 34

Teknik pengelolaan pesan ................................................................................. 34

Tiga teori penyampaian pesan ........................................................................... 36

Gangguan komunikasi ....................................................................................... 37

Rujukan ................................................................................................................ 38

Page 4: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 1 ~

KOMUNIKASI VERBAL

Simbol dan Referen

Simbol adalah sesuatu yang dianggap mewakili sesuatu yang

lainnya. Contoh, warna merah dapat menjadi lambang atau simbol

keberanian, garis cat putih di tengah jalan melambangkan tempat

penyebarangan jalan (zebra cross) dst.

Kata sepatu adalah simbol verbal yang mewakili benda yang

menjadi pelindung kaki kita saat diluar rumah. Simbol yang

melambangkan suatu benda bisa berbeda-beda namanya, tergantung

tempat dan bahasa yang digunakan. Di Inggris orang menyebutnya

shoe(s), orang Belanda menyebutnya schoen.

Referen adalah objek yang dinyatakan oleh simbol verbal. Dari

contoh diatas, sepatu adalah simbol dan bendanya adalah referen.

Penting untuk diketahui bahwasannya pada awalnya tidak ada asosiasi

antara kata yang disepakati untuk menyebutkan sesuatu dengan

referennya. Sebuah kata hanyalah simbol verbal bagi objek yang

dinyatakannya. Dan apabila para pengguna bahasa bersangkutan

sepakat dengan kata atau simbol tersebut, maka ia dapat digunakan

Page 5: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 2 ~

dalam aktivitas komunikasi. Misalnya, kata-kata teletext, floppy disk,

sistem informasi, 3G, dsb.

Selain untuk merujuk (mereferen) pada objek-objek nyata. Kata-

kata juga dapat menyimbolkan peristiwa, sifat sesuatu, tindakan,

hubungan, konsep, dst.

Perlu diingat bahwa makna tidak melekat pada kata-kata. Kata

hanya bermakna bila telah dirujukkan pada sejumlah referen.

Manusialah yang memberikan makna pada kata. Contoh sederhana

adalah ketika ketika membaca kata dalam bahasa asing. Misalnya anda

pertama kali membaca kata wheel (ban). Karena tidak bisa berbahasa

inggris anda tidak mengetahui konsep atau maknanya. Anda harus

mempelajari makna yang terkandung dalam kata tersebut.

Denotasi dan Konotasi

Denotasi adalah asosiasi primer yang dimiliki oleh sebuah kata

bagi kebanyakan anggota suatu masyarakat linguistik tertentu,

sedangkan konotasi adalah asosiasi sekunder yang dimiliki sebuah kata

bagi seorang atau lebih anggota masyarakat tersebut.

Penggunaan makna denotasi dan konotasi bisa berubah akibat

perkembangan budaya. Misalnya, kata gay (inggris) sama artinya

Page 6: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 3 ~

dengan “happy”. Sekarang maknanya telah bergeser menjadi laki-laki

homoseksual.

Selain itu, konotasi dan denotasi juga sering menimbulkan

pertentangan, bergantung pada perspektif orang yang menilainya.

Konotasi Positif dan Negatif

Kata bisa menimbulkan reaksi emosi yang luar biasa bagi kita.

Oleh karena ia memiliki konotasi negatif dan positif. Misalnya, di

Amerika, orang-orang tua lebih suka disebut dengan “senior citizens”

dibadingkan “old people (women/men)”.

Makna Pribadi

Sebagai makhluk yang berpikir, manusia normal (juga abnormal)

memiliki makna-makna pribadi terhadap kata-kata tertentu. Makna

pribadi bukan berarti hanya untuk kita seorang. Ia juga dapat dibagi

dengan orang-orang terdekat dalam lingkungan kita baik significant

others maupun peer group.

Makna Bersama

Makna bersama memerlukan kesesuaian antara pesan dalam

pandangan pengirim dengan yang dipandang oleh penerima.

Kesesuaian pesan akan lebih mudah tercipta dalam sekelompok orang

Page 7: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 4 ~

yang mempunyai minat yang sama atau yang berasal dari golongan

atau budaya atau latar belakang yang sama. Contohnya adalah makna

bersama yang dishare antara ahli-ahli komunikasi dsb.

Misalnya, pecandu obat bius akan fasih menggunakan kata-kata

“ji”, “am”, “lin” dsb. Anggota kelompok tidak akan menemui kesulitan

dalam memahami kata-kata ini karena mereka memiliki sandi yang

sama. Kesulitan komunikasi akan timbul apabila ada orang diluar

komunitas mereka yang mereka harapkan untuk mengerti sandi atau

konsep-konsep tersebut.

Bahasa

Bahasa adalah instrumen yang sangat penting dalam proses

komunikasi. Coba bayangkan bila tidak ada bahasa. Kita

mengembangkan ilmu pengetahuan dengan menggunakan bahasa. Kita

menerima dan menyampaikan ide melalui bahasa, dan menyatakan

perasaan juga melalui bahasa.

Bahasa dan Pikiran

Menurut Sapir dan Whorf dunia ini dipersepsi secara berbeda

oleh para anggota komunitas linguistik yang berlainan dan persepsi ini

ditransmisikan serta dipertahankan oleh bahasa. Singkatnya dapat

Page 8: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 5 ~

dikatakan bahwa manusia berpikir menggunakan bahasa. Meskipun ada

ahli yang berbeda pendapat, namun pendapat Sapir-Whorf diterima

sebagai suatu kebenaran logis.

Bahasa melakukan dua hal penting, pertama, berlaku sebagai

alat bantu memori. Bahasa membuat memori lebih efisien bila peristiwa

disandi dalam kategori verbal. Kita lebih mudah mengenali kembali

warna yang sulit disifatkan bila kita sudah menamainya dengan cara kita

sendiri sejak pertama kali kita melihatnya. Memori orang dewasa

diyakini berbentuk verbal. Kedua, bahasa memungkinkan kita untuk

mengabstraksikan setiap hal yang berasal dari pengalaman inderawi

kita.

Bahasa Abstrak

Bahasa abstrak dapat kita artikan sebagai bahasa yang

mengandung ketidakjelasan kata-kata yang tinggi. Semakin tidak jelas

suatu kata, semakin tinggi tingkat abstraksinya, dan makin besar pula

kemungkinan kesalahpahaman yang ditimbulkannya. Nilai keabstrakan

suatu kata sendiri terkadang tidak sama antara setiap orang. Kata

“dewasa” sangat mungkin dipahami secara berbeda oleh ayah dan

anak.

Page 9: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 6 ~

Tangga Abstraksi

Berikut adalah tangga abstraksi (abstraction ladder) dari SI

Hayakawa. Mulai dari bawah terus ke atas.

8. Kekayaan 8. kata ini mengandung tingkat abstraksi yang sangat tinggi,

mengabaikan hampir semua referensi mengenai karakteristik

Bessie

7. Aset 7. Bila Bessie diartikan sebagai suatu aset masih banyak

karakteristiknya tidak tercakup disini

6. aset pertanian 6. Bila Bessie dimasukkan sebagai aset pertanian, ia diartikan

sama dengan benda lainnya yang biasa dijual di pertanian.

5. Ternak 5. Bila Bessie diartikan sebagai ternak, maka ia disifatkan setara

dengan kambing, bebek, dan kerbau

4. sapi 4. Kata sapi memiliki karakteristik yang biasa diabstraksikan

untuk sapi 1, sapi 2, sapi 3… sapi n. karakteristik yang

menunjukkan sapi tertentu tidak tercakup disini

3. Bessie 3. Kata Bessie (sapi 1), adalah nama yang diberikan kepada

objek persepsi pada tingkat 2. Nama bukanlah objek; itu hanya

menunjuk kepada objek dan mengabaikan sejumlah karakteristik

lainnya dan dimiliki objek.

2. Sapi yang kita lihat bukanlah sebuah kata, melainkan objek

pengalaman, yang diabstraksikan (dipilih) oleh sistem saraf dari

totalitas yang merupakan proses sapi. Banyak karakteristik

proses sapi yang tidak disertakan.

1. Sapi, dipandang dari sisi ilmiah, pada dasarnya terdiri dari atom-atom, elektron, dsb

menurut inferensi pengetahuan modern. Karakteristiknya (disajikan dalam bentuk

lingkaran) pada tingkat ini, tidak terbatas dan selalu berubah. Ini disebut dengan

tingkat proses.

Page 10: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 7 ~

Inferensi

Inferensi adalah kesimpulan yang diperoleh dari bukti atau

asumsi. Kita selalu membuat timbunan inferensi setiap saat. Ketika kita

memilih kursi untuk duduk, kita menilai (berkesimpulan) bahwa kursi itu

kuat menopang berat tubuh kita. Kita juga akan menilai bahwa hari akan

hujan karena langit mendung. Bila anda menyimpulkan bahwa matahari

bersinar cerah, oleh karena itu ia juga bersinar terang ditempat lain

yang jauhnya 70 km dari tempat anda, maka kesimpulan yang dibuat

tidak hanya berdasarkan pada apa yang anda saksikan, tapi lebih dari

itu, yaitu anda membuat pernyataan berdasarkan inferensi.

Dikotomi

Dikotomi adalah kata-kata yang bertolak belakang (polar words)

yang sangat mungkin menyebabkan timbulnya permasalahan dalam

menggunakan bahasa. Kecenderungan kita adalah memberikan

penilaian hitam putih terhadap sesuatu. Misalnya, kita akan

menganggap seorang pengangguran adalah orang yang gagal, tapi

ternyata ia adalah seorang yang telaten dalam mengurus orang tuanya

yang sakit-sakitan. Atau apakah seorang lulusan ITB dengan IP 4,00

dikatakan orang yang pintar dibandingkan dengan lulusan Unras

Page 11: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 8 ~

dengan IPK ngepas tapi lebih mahir dalam memimpin rapat senat

mahasiswa?

Satu cara untuk tidak terjebak dalam dikotomi adalah dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan diawali dengan “bagaimana?” dan

“sejauhmana?”.

Eufemisme

Eufemisme adalah menghaluskan istilah-istilah lama yang

dianggap kasar atau tidak layak untuk dipergunakan lagi. Contohnya,

lonte/ pelacur menjadi wts, penyensoran menjadi prosedur keamanan

terpadu, penggusuran menjadi penertiban, maling duit rakyat menjadi

korupsi dsb.

Ekuivokal

Banyak kata yang kita gunakan umumnya adalah ekuivokal, yaitu

memiliki dua atau lebih interpretasi. Persoalan kesepakatan timbul

karena masing-masing pihak tidak sepakat dengan kata-kata ini.

Misalnya kebebasan, kemerdekaan, tanggung jawab, tekanan,

perdamaian, persamaan, dsb.

Ada dua hal penyebab kekacauan penggunaan kata dan

ungkapan ekuivokal. Pertama, orang berasumsi bahwa karena mereka

Page 12: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 9 ~

menggunakan kata yang sama, maka berarti mereka telah bersepakat,

padahal pada prinsipnya orang menafsirkan kata-kata secara berbeda.

Kedua, orang berasumsi bahwa mereka berbeda pendapat karena

menggunakan kara-kata yang berlainan, padahal sebenarnya mereka

sepakat pada konsep atau maksud yang dikandung kata-kata tersebut.

Fungsi Bahasa

Secara prinsip, bahasa berfungsi untuk menamai atau menjuluki

orang, benda (objek), atau peristiwa. Kita tahu bahwa setiap individu

mempunyai nama untuk identifikasi sosial.

Penamaan adalah dimensi pertama bahasa dan dasar bahasa.

Pada mulanya perilalu memberi nama ini dilakukan secara sesuka hati,

lalu menjadi kesepakatan umum (konvensi).

Menurut Larry L. Baker (dalam Mulyana, 2005) bahasa

mengandung tiga fungsi, yaitu:

1. Penamaan (labelling, naming). Penamaan atau penjulukan

adalah usaha untuk mengidentifikasi objek, tindakan, atau orang

dengan menyebut nama tersebut sehingga dapat digunakan

dalam proses komunikasi.

Page 13: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 10 ~

2. Interaksi (interaction). Fungsi ini merujuk pada berbagai gagasan

dan emosi yang dapat menimbulkan simpati dan pengertian, atau

kemarahan dan kebingungan.

3. Transmisi informasi (information transmission). Bahasa sangat

berperan penting dalam proses penyampaian informasi.

Informasi disampaikan kepada sesama manusia dengan

menggunakan bahasa. Fungsi bahasa untuk transmisi informasi

bersifat lintas waktu dengan menghubungkan masa lalu, masa

kini, dan masa yang akan datang.

Menurut Book (dalam Mulyana, 2005):

1. Untuk mengenal dunia sekitar kita. Melalui bahasa, kita

mempelajari segala sesuatu yang menarik minat kita. Kita

mempelajari sejarah, biologi, keterampilan-keterampilan tertentu

dengan menggunakan bahasa. Kita juga menggunakan bahasa

untuk memperoleh dukungan atau persetujuan dari orang lain

atas pengalaman atau pendapat yang kita keluarkan.

2. Untuk berhubungan dengan orang lain. Fungsi yang kedua ini

berhubungan dengan fungsi instrumental dan sosial dari

komunikasi. Bahasa memungkinkan kita untuk berinteraksi

Page 14: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 11 ~

dengan orang lain demi kesenangan kita dan juga untuk

mempengaruhi mereka dalam pencapaian tujuan kita.

3. Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa

memberikan kekuatan untuk membuat kita lebih teratur, saling

mengerti, dan memahami diri kita dan orang lain, juga mengenal

dan memahami keyakinan dan kepercayaan kita.

Namun perlu diingat bahwa tidak selamanya kita dapat

memanfaatkan ketiga fungsi bahasa tersebut secara total, karena

bahasa bersifat sangat cair dan memiliki keterbatasan. Dan kata

(sebagai penyusun bahasa) bukan objek, artinya bila peserta

komunikasi atau orang-orang memaknai kata menurut versi

mereka masing-masing, akan berpotensi timbulnya

kesalahpahaman.

Mempelajari bahasa

Ada tiga teori yang mengupas mengapa manusia bisa memiliki

kemampuan berbicara.

1. Teori Operant Conditioning (dari BF Skinner, 1957).

Page 15: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 12 ~

Jika suatu organisme dirangsang oleh stimuli dari luar, maka

orang akan cenderung memberi reaksi. Manusia mengetahui

bahasa karena meniru apa yang diucapkan oleh orang lain

(significant others).

2. Teori Cognitive (Noam Chomsky). Bahasa berkorelasi dengan

pikiran dan kemampuan berbahasa pada manusia adalah

pembawaan biologis.

3. Teori Mediating (Charles Osgood). Manusia dalam

mengembangkan bahasa, selain menerima atau bereaksi

terhadap stimulasi dari luar (eksternal), juga dipengaruhi oleh

rangsangan internal.

Keterbatasan Bahasa

Komunikasi verbal yang menggunakan bahasa hanya mencakup

30% dari aktivitas komunikasi kita secara keseluruhan. Bahasa pun

pada dasarnya memiliki keterbatasan-keterbatasan. Apa saja

keterbatasan-keterbatasan bahasa? Simak penjelasan berikut:

1. Terbatasnya jumlah kata untuk menamai atau mewakili objek-

objek. Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada

objek tertentu: peristiwa, benda, sifat, orang, perilaku, perasaan,

Page 16: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 13 ~

dsb. Kata mewakili realitas, tapi ia bukan realitas itu sendiri.

Karenanya, pada prinsipnya kata bersifat parsial (sebagian, tidak

penuh) dan tidak bisa mewakilkan atau menggambarkan sesuatu

secara pasti.

Kemudian, kata-kata sifat cenderung dikotomis, pintar –

bodoh, baik – jahat, tebal – tipis dsb, meskipun kenyataan

(realitas) yang sesungguhnya tidak bersifat hitam – putih, tapi

ada juga nuansa abu-abu.

Charles Osgood et al menciptakan suatu alat ukur untuk

mengukur makna kata secara lebih akurat yang disebut dengan

Beda-Semantik (Semantic Differential).

2. Sifat kata yang ambigu dan kontekstual. Kata-kata bersifat

ambigu karena mereka mewakili persepsi dan interpretasi orang-

orang yang berbeda, baik dari sisi pribadi, budaya, pendidikan

dsb. Menurut Mulyana, adanya konsep dll (dan lain-lain),dsb (dan

lain sebagainya, memberikan fakta bahwa tidak ada suatu

pernyataan yang dapat mewakili dunia nyata secara pasti. Kata

berat juga ambigu, terlihat dalam contoh berikut: badan saya

Page 17: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 14 ~

berat, kepala saya berat (pening), tugas MK Komunikasi Politik

ini sangat berat, dsb.

Selain itu kata yang sama bisa memiliki makna yang

berbeda karena konteksnya berbeda. Bila kata yang sama

digunakan dalam konteks yang tidak tepat, bisa jadi maknanya

lucu dan tidak tepat.

3. Mengandung bias budaya. Karena bahasa terikat dengan

budaya, maka ia tergantung dari budaya tersebut. Bahasa adalah

perluasan budaya. Setiap bahasa mempengaruhi penggunanya

dari cara berpikir, menilai lingkungan sekitarnya, dan juga cara

berperilaku.

Menurut Benjamin L. Whorf ada(Mulyana, 2005) beberapa

ketentuan berkaitan dengan bahasa dan budaya, yaitu:

a. Kita membutuhkan bahasa untuk berpikir. Tanpa bahasa

mustahil kita bisa berpikir.

b. Persepsi dipengaruhi oleh bahasa.

c. Bahasa juga mempengaruhi pola berpikir.

Namun begitu, menurut Deddy Mulyana, hipotesa ini sukar diuji

mengingat:

Page 18: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 15 ~

a. Berpikir itu susah didefinisikan.

b. Sulit menemukan orang yang tidak berbahasa, yang

digunakan sebagai pembanding.

Kedua hal tersebut diatas bisa menjadi benar karena kita tidak

memiliki cara untuk menafsirkan realitas tanpa menggunakan bahasa.

4. Adanya pencampuradukan fakta (uraian), penafsiran (dugaan),

dan penilaian. Lihat contoh berikut:

Uraian: Ali adalah mahasiswa ilmu komunikasi semester

V. Ia adalah Presiden Mahasiswa yang sangat aktif.

Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Ali adalah 2,1.

Penafsiran I: Ali adalah mahasiswa yang terlalu sibuk

sehingga kurang waktu belajar.

Penafsiran II: Ali sok sibuk.

Penafsiran III: Nilai Ali dijegal dosen karena sering

memimpin demonstrasi.

Penilaian: Dosen tidak menyukai Ali.

Page 19: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 16 ~

Bahasa Seksis

Para feminis beranggapan bahwa bahasa (inggris) yang

digunakan bersifat seksis, yaitu mencerminkan suatu prasangka yang

mempengaruhi cara wanita dipersepsi dan diperlakukan oleh orang lain

dan kadang-kadang anggapan mereka terhadap diri sendiri. Misalnya,

pria diasosiasikan dengan kuat, sportif, berani. Sementara wanita

sembrono, lengah, cengeng, dan penakut.

Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa julukan untuk

wanita didapatkan dari penambahan terhadap julukan pria. Misalnya

pramugari (stewardess) diperoleh dari kata pramugara (steward),

actress (aktris) dari actor (aktor) dsb. Metafora yang diberikan kepada

wanita juga bersifat lebih lembut. Wanita dipadankan dengan kue, gula-

gula, kelinci, ayam (chick), anak kucing (kitty). Dan pria dimetaforkan

dengan sesuatu yang lebih kuat misalnya serigala, macan, dll.

Tabel berikut ini memberikan gambaran tentang kata-kata

(bahasa) seksis dalam komunikasi.

Istilah bagi pria dan wanita

Wanita Pria

Anak ayam

Gadis

Istri

Perawan tua

Manis

Nyonya

Tuan

Bapak

Buyung

Kuda jantan

Page 20: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 17 ~

Nyonya tua

Sekerat

Tuna susila

Betina

Ibu

perempuan

Sundal

Anjing

sapi

Lelaki

Jantan

suami

Sumber: Judy C. Pearson, Gender & Communication (Dubuque, JA: Wm. C. Brown,

1985)

Saat ini, dalam bahasa Inggris sudah terdapat beberapa

perubahan dalam penggunaan kata-kata yang mengandung unsur

gender. Misalnya, policeman diganti dengan police officer, firemen

dengan firefighters, spokesman diperbaharui dengan spokesperson dst.

Bahasa yang Kuat dan Lemah

Bahasa juga bisa dikategorikan ke dalam bahasa yang kuat

(maskulin) dan lemah (feminin). Penggunaan kata-kata semisal, hmm,

saya pikir…mungkin…oh ya… saya tidak yakin (yang memancarkan

keragu-raguan dan penyangkalan) dianggap sebagai suatu bentuk

feminin, tidak tegas, kurang berkompeten, dan kurang efektif meskipun

mereka juga dianggap memiliki tingkat kehangatan yang tinggi,

kepekaan, keakraban, dan ketulusan.

Dalam budaya Amerika, penggunaan bahasa maskulin (langsung

dan tegas) dianggap lebih efektif dan lebih disukai, utamanya untuk

bisnis dan pekerjaan. Gaya bicara yang kuat juga dipandang lebih

Page 21: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 18 ~

kompeten dan lebih menarik. Namun, hal yang berbeda akan dijumpai

dalam ruang pengadilan (bidang hukum). Pembicara yang tegas dilihat

sebagai orang yang dapat memanipulasi keadaan dan fakta sehingga

layak dipersalahkan, sementara mereka yang menggunakan gaya

bahasa lemah adalah diposisikan sebagai korban (victims).

Metakomunikasi

Metakomunikasi adalah berkomunikasi tentang komunikasi.

Konsep ini berkaitan erat dengan tingkat hubungan interaksi manusia

(human encounter). Misalnya ketika seorang ayah mengatakan “bilang

A untuk membereskan perlengkapan bandnya! Kalau tidak aku buang!”,

dan sang ibu merespons “jangan berkata seperti itu, sabar dong!”. Sang

Istri tidak menanggapi isi pesan si suami, melainkan merespons cara

penyampaiannya. Jadi, setiap komentar yang ditujukan kepada cara

orang berkomunikasi merupakan contoh metakomunikasi.

Metakomunikasi tidak selalu eksplisit, meskipun diungkapkan secara

verbal.

Menurut Galvin dan Brommel (1991 dalam Tubbs dan Moss,

2005), “metakomunikasi terjadi ketika orang membicarakan

Page 22: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 19 ~

pembicaraannya, ketika mereka memberi petunjuk verbal dan nonverbal

tentang bagaimana pesan mereka harus dimengerti…”

Makna Kata

Siapa yang memberi makna pada kata? Ya benar, kita, manusia

yang memberikan makna pada kata. Dan makna yang kita berikan pada

kata bisa lebih dari satu, tergantung dari konteks ruang dan waktu.

Lalu apa makna dari makna? Makna adalah kecenderungan total

untuk menggunakan atau bereaksi terhadap suatu bentuk bahasa (R.

Brown).

Makna muncul dari hubungan khusus antara kata (sebagai

simbol verbal) dan manusia. Makna tidak melekat pada kata-kata,

namun kata-kata membangkitkan makna dalam pikiran orang.

Makna dapat digolongkan ke dalam makna denotatif dan makna

konotatif . denotatif adalah makna faktual (sebenarnya), dan konotatif

sebaliknya.

Jadi makna muncul dari hubungan khusus antara kata (simbol

verbal) dan manusia. Makna tidak melekat pada kata-kata tapi

menimbulkan makna dalam pikiran kita. Tidak ada hubungan langsung

antara suatu objek dan simbol yang digunakan untuk

Page 23: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 20 ~

merepresentasikannya. Berikut adalah ilustrasi segitiga makna dan Bert

E. Bradley sebagaimana dikutip oleh Mulyana (2005):

Semantik adalah ilmu tentang makna kata. Simbol merujuk pada objek,

pemahaman adalah perasaan subjektif individu terhadap simbol, referen

adalah objek yang sebenarnya eksis di dunia nyata.

Nama sebagai simbol

Salah satu fungsi bahasa adalah penamaan (naming, labelling).

Nama kita adalah simbol bagi diri kita. Dan perlu diingat bahwa nama

adalah bagian yang penting dari konsep diri kita (jadi, berikanlah nama

yang terbaik untuk anak anda!).

Piki ran/

ru jukan orang

Sim bol /

kata

Referen/

ob jek

Page 24: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 21 ~

Komunikasi Konteks Tinggi Vs Komunikasi Konteks Rendah

Budaya konteks tinggi dan rendah diperkenalkan oleh Edward T.

Hall (1973). Budaya konteks rendah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

Komunikasi konteks rendah

a. Pesan verbal dan terus terang (eksplisit)

b. Gaya bicara langsung, rendah basa basi, lugas

c. Cepat dan mudah berubah (tidak bisa menyatukan

kelompok).

Budaya konteks tinggi bercirikan:

Komunikasi konteks tinggi

a. Mayoritas pesan yang disampaikan bersifat implisit

b. Tidak langsung

c. Tinggi basa basi

d. Tahan lama dan mengikat kelompok.

Pada budaya atau komunikasi konteks tinggi, pesan yang

sesungguhnya bisa jadi ada pada pesan nonverbal peserta komunikasi,

yaitu gestur, intonasi, ekspresi wajah, postur badan, kerlingan mata, dan

bahkan konteks fisik (dandanan, pengaturan ruangan dsb).

Page 25: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 22 ~

KOMUNIKASI NONVERBAL

Fungsi Komunikasi Nonverbal

1. Emblem: isyarat yang mempunyai arti langsung pada simbol

yang dibuat gerakan badan. Misal, simbol jari V yang

bermakna Victory (kemenangan).

2. Ilustrator. Isyarat yang dibuat dengan gerakan-gerakan badan

untuk menjelaskan sesuatu. Misal, besar-kecilnya objek yang

sedang dibicarakan.

3. Regulator. Gerakan-gerakan tubuh yang terjadi pada daerah

kepala. Misal, mengangguk atau menggeleng.

4. Penyesuai (adaptory). Gerakan badan yang dilakukan

sebagai akibat dari rasa tidak puas. Misal, mengangkat bahu

karena kecewa.

5. Affect displays. Gerakan yang terjadi yang didahului dorongan

emosional yang tampak pada ekspresi wajah. Misalnya

tertawa karena sedang bergembira dan menangis karena

sedih.

Page 26: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 23 ~

Dalam keterkaitannya dengan perilaku verbal, perilaku nonverbal

berfungsi:

1. Pengulang perilaku verbal.

2. Melengkapi, meneguhkan, melengkapi perilaku verbal.

3. Dapat menggantikan perilaku verbal.

4. Dapat meregulasi (mengatur) perilaku verbal.

5. Dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal.

Klasifikasi Pesan Nonverbal

Menurut Jurgen Ruesch:

1. Bahasa tanda (sign language). Contoh: lambaian tangan,

acungan jempol, acungan tinju, bahasa isyarat.

2. Bahasa tindakan (action language), yaitu semua gerakan tubuh

yang tidak digunakan secara ekslusif untuk memberikan sinyal.

Contoh: berjalan.

3. Bahasa objek (object language), yaitu pertunjukkan benda,

pakaian, dan lambang nonverbal bersifat publik. Contoh:

bendera, musik, ukuran ruang dll.

Larry A. Samovar dan Richard E. Porter:

Page 27: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 24 ~

1. Perilaku: penampilan/ pakaian, gerakan/ postur tubuh,

ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau-bauan,

parabahasa.

2. Ruang, waktu, dan diam.

John R. Wenburg dan William W. Wilmot:

1. Isyarat-isyarat nonverbal perilaku (behavioral)

2. Isyarat-isyarat nonverbal publik (ukuran ruang dan faktor

situasional lain.

Bahasa Tubuh

Bahasa tubuh disebut juga dengan kinesik, dan bidang yang

mempelajarinya disebut dengan kinesika (kinesics). Yang termasuk ke

dalam kinesik adalah:

1. Isyarat tangan

2. Gerakan kepala

3. Postur tubuh dan posisi kaki

4. Ekspresi wajah dan tatapan mata

Page 28: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 25 ~

Sentuhan

Bidang yang mempelajari sentuhan disebut dengan haptika

(haptics). Sentuhan seringkali dianggap biasa, tetapi ia bukan sesuatu

yang acak. Sentuhan adalah strategi komunikasi yang penting dan

bersifat persuasif. Terdapat lima kategori sentuhan dan mulai dari yang

paling impersonal sampai dengan personal. Kategori-kategori tersebut

adalah:

1. Fungsional – profesional.

2. Sosial – sopan.

3. Persahabatan – kehangatan.

4. Cinta – keintiman.

5. Rangsangan seksual.

Parabahasa

Parabahasa disebut juga dengan vokalika (vocalics). Ia merujuk

pada aspek-aspek suara selain ucapan yang dapat dipahami. Termasuk

didalamnya adalah kecepatan berbicara, nada, volume, intonasi, dialek,

kegagapan, suara yang gemetar, desahan, suitan, erangan dll.

Page 29: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 26 ~

Penampilan Fisik

1. Busana. Apa yang kita pakai juga dapat mengkomunikasikan

siapa diri kita. Seorang pengangguran yang disulap dengan

dasi dan jas serta kacamata akan dikira sebagai seorang

dosen, dibandingkan dengan profesor yang memakai baju

kaos oblong dan celana jeans belel. Seorang ustad mungkin

akan dipandang sebelah mata dalam sebuah pengajian

karena tidak mengenakan kopiah dan sorban, dst.

2. Karakteristik fisik. Sama halnya dengan busana, fisik juga

berpotensi untuk menyampaikan informasi kepada orang lain.

Bau-bauan

Bau-bauan adalah salah satu unsur komunikasi nonverbal yang

kita gunakan. Penggunaan parfum, misalnya, adalah salah satu cara

kita mengkomunikasikan diri kita. Victor Hugo berkata: “tidak ada yang

bisa membangkitkan kenangan seperti suatu bau”.

Membaui adalah juga jenis interaksi yang banyak dijumpai pada

budaya didunia. Orang Birma, Samoa, Mongol, dan Lapp saling

Page 30: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 27 ~

membaui pipi sebagai sapaan. Dan untuk orang Arab, bisa mengenali

bau kawannya adalah hal yang menyenangkan.

Orientasi Ruang dan Jarak Pribadi

Bidang yang mengupas masalah ruang dan jarak adalah

proksemika (procsemics), yang diciptakan oleh Edward T. Hall.

1. Ruang pribadi dan ruang publik. Lyman dan Scott memberikan

empat kategori wilayah yang digunakan manusia:

a. Body territory (ruang pribadi), yang selalu kita bawa

kemanapun.

b. Public territory (wilayah publik), yaitu tempat yang secara

bebas dimasuki dan ditinggalkan orang.

c. Home Territory. Wilayah publik yang bebas dimasuki dan

digunakan orang yang mengakui memilikinya, misalnya

Dinner Club dll.

d. Interactional territory, yaitu tempat pertemuan yang

memungkinkan semua orang berkomunikasi secara

informal, misalnya pasar (mall), atau barber shop.

Page 31: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 28 ~

Sementara itu, Edward T. Hall menciptakan empat zona spasial

(diperoleh dari pengamatannya terhadap interaksi sosial di AS), yaitu:

a. Zona intim (0 – 18 inci)

b. Zona pribadi (18 inci – 4 kaki)

c. Zona sosial (4 – 10 kaki)

d. Zona publik (10 kaki – ∞)

Untuk lebih lengkapnya lihat tabel berikut:

Zona jarak sosial

Jarak Deskripsi jarak Karakteristik vokal Isi pesan

0 – 6 inci

6 – 18

1,5 – 2,5 kaki

2,5 – 4

4 – 7

7 – 12

12 – 25

25 - ∞

Intim (dekat)

Intim (jauh)

Pribadi (dekat)

Pribadi (jauh)

Sosial (dekat)

Sosial (jauh)

Publik (dekat)

Publik (jauh)

Bisikan halus

Bisikan terdengar

Suara halus

Suara dipelankan

Suara penuh

Suara penuh agak

dikeraskan

Suara keras bicara

pada kelompok

Suara paling keras

Paling rahasia

Amat rahasia

Masalah pribadi

Masalah pribadi

Informasi biasa

Informasi publik

untuk didengar

orang lain

Informasi publik

untuk didengar

orang lain

Berteriak, salam

perpisahan

Sumber: The Silent Language, Edward T. Hall dalam Tubbs & Moss (2005 hal. 121)

Page 32: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 29 ~

2. Posisi duduk dan pengaturan ruangan. Posisi duduk juga

berpotensi untuk menimbulkan komunikasi. Pilihan tempat duduk

anda apakah di depan, ditengah, dibelakang, pada sebuah rapat

atau pertemuan bisa ditafsirkan beragam. Budaya juga

mempengaruhi pilihan posisi duduk. Di Jepang, orang yang

paling dihormati duduk di salah satu kepala meja berbentuk

empat persegi panjang, dan orang yang paling tidak penting

duduk dekat pintu atau ujung meja yang berlawanan dengan

orang yang paling dihormati di ruangan tersebut.

Hubungan antara pembicara dengan pendengar (dalam ruang

kuliah, seminar, lokakarya dll, juga bergantung pada tata letak furnitur.

Terdapat tiga pola dasar, yaitu pola tradisional, pola sepatu kuda, dan

pola modular (Hurt, Scott, McCroskey, 1978), sebagaimana terlihat

dalam gambar berikut (dengan sedikit modifikasi):

Pola

Tradisional

Dosen

Page 33: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 30 ~

Konsep Waktu

Kronemika (Chronemics) adalah bidang ilmu yang membahas

tentang interpretasi waktu sebagai pesan. Cara kita mempersepsi dan

memperlakukan waktu secara simbolik menunjukkan siapa kita dan

bagaimana perlakukan atau kesadaran kita terhadap lingkungan.

Edward T. Hall membagi konsep waktu menjadi dua, yaitu:

a. Monokronik (M).

1) Waktu dipersepsi sebagai berjalan lurus dari masa lampau

ke masa depan.

Pola Sepatu

Kuda

Pola Modular

Dosen Dosen

Page 34: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 31 ~

2) Diperlakukan sebagai entitas nyata yang bisa dipilah-pilah,

dihabiskan, dibuang, dinikmati, dibunuh, sehingga ada,

3) Penekanan pada penjadwalan dan kesegeraan waktu.

b. Polikronik (P)

1) Waktu dipersepsi sebagai satu putaran yang berulang.

2) Mementingkan kegiatan yang terjadi dalam waktu alih-alih

waktu itu sendiri.

3) Penekanan pada keterlibatan orang-orang dan

penyelesaian transaksi ketimbang penjadwalan waktu.

Diam

Filsuf Henry David Thoreau menulis “Dalam hubungan manusia

tragedi mulai bukan ketika ada kesalahpahaman mengenai kata-kata,

namun ketika diam tidak dipahami”.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi kita terhadap diam

adalah:

1. Durasi diam

2. Hubungan antara orang-orang yang bersangkutan.

3. Situasi atau kelayakan waktu.

Page 35: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 32 ~

Warna

Warna juga mengkomunikasikan banyak hal. Yang sangat kita

ketahui misalnya makna warna bendera kita. Merah dimaknai sebagai

keberanian dan putih melambangkan kesucian. Begitu pula dengan

hijau yang identik dengan Islam.

Berikut adalah suasana hati yang diasosiasikan dengan warna:

Suasana hat i Warna

menggairahkan, merangsang

aman, nyaman

tertekan, terganggu, bingung

lembut, menenangkan

melindungi, mempertahankan

sangat sedih, patah hati, tidak bahagia, murung

kalem, damai, tenteram

berwibawa, agung

menyenangkan, riang, gembira

menantang, melawan, memusuhi

berkuasa, kuat, bagus sekali

merah

biru

oranye

biru

merah, coklat, biru, ungu, hitam

hitam, coklat

biru, hijau

ungu

kuning

merah, oranye, hitam

hitam

Artefak

Artefak adalah hasil kecerdasan manusia. Benda-benda yang

kita gunakan untuk berinteraksi dan dalam memenuhi kebutuhan kita

mengandung makna-makna tertentu. Ilmu yang mempelajari tentang

benda buatan manusia disebut dengan objetika (objectics).

Page 36: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 33 ~

Benda juga melambangkan status sosial si empunya, meskipun

terkadang tidak begitu dibutuhkan. Di Gandus, Sumsel banyak keluarga

nelayan yang memiliki kulkas yang beralih fungsi menjadi lemari

pakaian, karena disana belum ada listrik.

Simbol dan Kode

Simbol adalah lambang yang memiliki suatu objek. Kode adalah

seperangkat simbol yang telah disusun secara sistematis dan teratur

sehingga memiliki arti. Simbol yang tidak memiliki arti bukanlah kode.

Pemberian arti pada simbol dipengaruhi oleh konteks sosial dan

budaya dalam masyarakat pengguna simbol-simbol tersebut. Oleh

karena itu, dapat dikatakan bahwasannya:

semua kode memiliki objek nyata

semua kode mempunyai arti

semua kode bergantung pada konvensi atau persetujuan

penggunanya

semua kode mempunyai fungsi

semua kode dapat ditransmisikan, melalui saluran-saluran

komunikasi.

Page 37: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 34 ~

Dua macam kode:

1. Kode verbal

Kode verbal menggunakan bahasa. Tiga fungsi bahasa

(dalam Cangara, 1998):

a. Untuk mempelajari dunia sekitar kita

b. Untuk membina hubungan baik dengan sesama manusia

c. Untuk menciptakan ikatan-ikatan sosial dalam

perikehidupan

2. Kode nonverbal. Fungsi kode nonverbal (Cangara, 1998):

a. Repetisi dari kode verbal

b. Subtitusi kode verbal

c. Identitas diri

d. Peneguh kode verbal.

Teknik Pengelolaan Pesan

Pesan dapat disusun dengan menggunakan dua model secara

umum. Yaitu penyusunan yang bersifat informatif dan persuasif.

1. Penyusunan informatif.

a. Space order.

b. Time order.

Page 38: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 35 ~

c. Deductive order.

d. Inductive order.

Model penyusunan informatif umumnya dipakai dalam penyajian

berita atau artikel, dengan pola piramida terbalik, sebagaimana

gambar berikut:

2. Penyusunan pesan persuasif. Tujuan penyusunan pesan

persuasif adalah untuk mengubah persepsi, sikap, dan pendapat

khalayak. Karenanya dalam penyusunan model ini dikenal

adanya proposisi, yaitu apa yang dikehendaki sumber terhadap

penerima sebagai hasil pesan yang disampaikannya. Dengan

Sangat

penting

Kurang

penting

Umum

Khusus

Page 39: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 36 ~

kata lain, setiap pesan yang dibuat ditujukan untuk perubahan.

Pesan persuasif dapat disusun dengan teknik berikut:

a. Fear appeal. Pesan disusun untuk menimbulkan rasa takut.

b. Emotional appeal. Pesan disusun untuk menggugah perasaan

khalayak.

c. Reward appeal. Pesan dibumbui dengan janji-janji kepada

khalayak.

d. Motivational appeal. Pesan dibarengi dengan penyemangatan

kepada khalayak, misalnya semangat keberagaman,

nasionalisme.

e. Humorous appeal. Pesan dibumbui dengan humor atau

cerita-cerita lucu.

Tiga Teori Penyampaian Pesan

1. Teori Power Over Them. Bila pesan terlalu sering diulang,

panjang, dan cukup keras, maka pesan itu tidak akan

membekas dalam pikiran khalayak.

2. Teori Glamour. Pesan dibungkus dengan apik, cantik, dan

menarik sehingga memberikan efek yang sangat subtil

Page 40: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 37 ~

(halus). Khalayak tidak merasa sedang terterpa pesan-pesan

persuasif.

3. Teori Do not Tell Them. Bila pesan (ide) tidak disampaikan,

kepada orang lain, maka mereka (orang lain tersebut) tidak

akan memegangnya dan menanyakannya. Karenanya,

mereka tidak akan membuat pendapat tentang ide tersebut.

Gangguan Komunikasi

1. Gangguan teknis

2. Gangguan semantik

3. Gangguan psikologis

4. Rintangan fisik/ organik

5. Rintangan status

6. Rintangan kerangka berpikir

7. Rintangan budaya

Page 41: Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal

~ 38 ~

Rujukan

Cangara, H. (1998). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada.

Effendy, O. U. (2006). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Mulyana, D. (2005). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Tubbs, S. L., & Moss, S. (2005). Human Communication: Prinsip-prinsip

Dasar (1st ed.). (Deddy Mulyana, Ed., Deddy Mulyana, & Gembirasari,

Trans.) Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

West, R., & Turner, L. H. (2008). Pengantar Teori Komunikasi: Analisis

dan Aplikasi (3 ed.). (N. Setyaningsih, Ed., & M. N. Maer, Trans.)

Jakarta: Salemba Humanika.