15
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia dalam proses perkembangannya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan untuk meneruskan jenisnya. Perkawinan sebagai jalan yang bisa ditempuh oleh manusia untuk membentuk suatu keluarga atau rumah tangga bahagia yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini dimaksudkan bahwa perkawinan itu dilaksanakan sekali seumur hidup dan tidak berakhir begitu saja. Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara psikologis, sosial, maupun sosial biologis. Seseorang yang melangsungkan perkawinan, maka dengan sendirinya semua kebutuhan biologisnya bisa terpenuhi. Kematangan emosi merupakan aspek yang sangat penting untuk menjaga kelangsungan perkawinan. Keberhasilan suatu rumah tangga banyak ditentukan oleh kematangan emosi baik suami maupun istri. Dengan dilangsungkannya suatu perkawinan, maka status sosialnya diakui dalam kehidupan bermasyarakat dan sah secara hukum. Banyak dikalangan masyarakat yang melakukan pernikahan dini,terutama didaerah-daerah khususnya daerah Sumatera barat.Status perkawinannya diusia dini semakin meningkat dari tahun-ketahun.Masalah ini akan kita bahas dalam makalah ini. 1.2.Rumusan Masalah 1. Faktor-faktor apakah yang mendorong terjadinya perkawinan usia dini? 2. Apa dampak yang dialami mereka yang melangsungkan perkawinan pada usia muda?

ekonomi kependudukan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Status perkawinan sumatera barat tahun 2010

Citation preview

Page 1: ekonomi kependudukan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Manusia dalam proses perkembangannya membutuhkan pasangan hidup yang

dapat memberikan keturunan untuk meneruskan jenisnya. Perkawinan sebagai jalan

yang bisa ditempuh oleh manusia untuk membentuk suatu keluarga atau rumah

tangga bahagia yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini dimaksudkan

bahwa perkawinan itu dilaksanakan sekali seumur hidup dan tidak berakhir begitu

saja.

Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan

perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara psikologis,

sosial, maupun sosial biologis. Seseorang yang melangsungkan perkawinan, maka

dengan sendirinya semua kebutuhan biologisnya bisa terpenuhi.

Kematangan emosi merupakan aspek yang sangat penting untuk menjaga

kelangsungan perkawinan. Keberhasilan suatu rumah tangga banyak ditentukan oleh

kematangan emosi baik suami maupun istri. Dengan dilangsungkannya suatu

perkawinan, maka status sosialnya diakui dalam kehidupan bermasyarakat dan sah

secara hukum.

Banyak dikalangan masyarakat yang melakukan pernikahan dini,terutama

didaerah-daerah khususnya daerah Sumatera barat.Status perkawinannya diusia dini

semakin meningkat dari tahun-ketahun.Masalah ini akan kita bahas dalam makalah

ini.

1.2.Rumusan Masalah

1. Faktor-faktor apakah yang mendorong terjadinya perkawinan usia dini?

2. Apa dampak yang dialami mereka yang melangsungkan perkawinan pada usia

muda?

Page 2: ekonomi kependudukan

1.3.Tujuan

Berdasarkan permasalahan diatas maka maksud dan tujuan makalah ini adalah

1. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang mendorong terjadinya perkawinan

usia dini.

2. Untuk mendeskripsikan dampak yang timbul dari mereka yang

melangsungkan perkawinan usia dini.

Page 3: ekonomi kependudukan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Perkawinan

Perkawinan adalah pertalian yang sah antara seorang lelaki dan seorang

perempuan untuk waktu yang lama. Undang-undang memandang perkawinan hanya

dari hubungan keperdataan, demikian menurut pasal 26 KUHPerdata

Menurut UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan pasal 1 bahwa

perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita

sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Sedangkan menurut agama Islam, Perkawinan adalah salah satu bentuk ibadah

yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri.

Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia sejahtera dan kekal

selamanya. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental

karena menikah / kawin adalah sesuatu yang sakral dan dapat menentukan jalan hidup

seseorang.

UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan hukum islam memandang

bahwa perkawinan itu tudak hanya dilihat dari aspek formal semata-mata, tetapi juga

dilihat dari aspek agama dan sosial. Aspek agama menetapkan tentang keabsahan

perkawinan, sedangkan aspek formal adalah menyangkut aspek administratif, yaitu

pencatatan di KUA dan catatan sipil.

2.2.Tujuan Perkawinan

Tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini berarti bahwa perkawinan itu: (1)

berlangsung seumur hidup, (2) cerai diperlukan syarat-syaratyang ketat dan

merupakan jalan terakhir, dan (3) suami-istri membantu untuk mengembangkan diri.

Suatu keluarga dikatakan bahagia apabila terpenuhi dua kebutuhan pokok, yaitu

kebutuhan jasmaniah dan rohaniah. Yang termasuk kebutuhan jasmaniah, seperti

papan, sandang, pangan, kesehatan dan pendidikan, sedangkan esensi kebutuhan

Page 4: ekonomi kependudukan

rohaniah, contohnya adanya seorang anak yang berasal dari darah daging mereka

sendiri.

Syarat-syarat Perkawinan

Syarat-syarat yang perlu dipenuhi oleh seseorang sebelum melangsungkan

perkawinan itu ada enam, yaitu sebagai berikut :

a.Persetujuan kedua belah pihak tanpa paksaan

b.Dewasa

c.Kesamaan agama Islam

d.Tidak dalam hubungan nasab

e.Tidak ada hubungan rodhoah

f.Tidak semenda (mushoharoh)

PERNIKAHAN USIA DINI

2.3 Pernikahan Dini

Pernikahan Usia Dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh salah satu pasangan

yang memiliki usia dibawah umur yang biasanya dibawah 17 tahun.Pernikahan dini

tidak hanya terjadi diperkotaan namun juga didesa-desa.contohnya didaerah-daerah

provinsi sumatera barat banyak juga melakukan hal yang demikian.

A. Perkawinan Usia Dini Dalam Perspektif Psikologi

Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh salah satu pasangan

yang memiliki usia dibawah umur yang biasanya dibawah 17 tahun.Pernikahan dini

tidak hanya terjadi diperkotaan namun juga didesa-desa.contohnya didaerah-daerah

provinsi sumatera barat banyak juga melakukan hal yang demikian.

Faktor terjadinya pernikan diusia dini:

1.Ekonomi

2.Orang tua

3.Media massa

Page 5: ekonomi kependudukan

4.Pendidikan

5.Perjodohan

6.MBA(Married by Accident)

M. Fauzil Adhim dalam bukunya “Indahnya Pernikahan Dini”, juga oleh

Clarke-Stewart & Koch lewat bukunya “Children Development Through”: bahwa

pernikahan di usia remaja dan masih di bangku sekolah bukan sebuah penghalang

untuk meraih prestasi yang lebih baik, bahwa usia bukan ukuran utama untuk

menentukan kesiapan mental dan kedewasaan seseorang bahwa menikah bisa menjadi

solusi alternatif untuk mengatasi kenakalan kaum remaja yang kian tak terkendali.

Berikut Data Badan Pusat Statistik tahun 2010 tentang Pernikahan Dini

Provinsi Sumatera Barat

Page 6: ekonomi kependudukan

Dari data tabel dan grafik diatas dapat dilihat perkembangan pernikahan dini

pada setiap daerah-daerah yang terdapat pada provinsi Sumatera Barat pada tahun

2010,pernikahan dini yang terbanyak terdapat pada kota Padang yaitu yang belum

kawin ±320.000 orang dan yang kawin sebanyak ±640.000 atau lebih dari 320.000

orang,sedangkan yang tidak ditanyakan lebih sedikit.

M. Fauzil Adhim dalam bukunya “Indahnya Pernikahan Dini”, juga oleh

Clarke-Stewart & Koch lewat bukunya “Children Development Through”: bahwa

pernikahan di usia remaja dan masih di bangku sekolah bukan sebuah penghalang

untuk meraih prestasi yang lebih baik, bahwa usia bukan ukuran utama untuk

menentukan kesiapan mental dan kedewasaan seseorang bahwa menikah bisa menjadi

solusi alternatif untuk mengatasi kenakalan kaum remaja yang kian tak terkendali.

Di kedua buku itu ada banyak bukti empiris bahwa menikah di usia dini tidak

menghambat studi, bahkan justru bisa menjadi motivasi untuk meraih puncak prestasi

yang lebih cemerlang (seperti tertera sederet nama orang sukses yang melakukan

Page 7: ekonomi kependudukan

pernikahan dini). Selain itu, menurut bukti-bukti psikologis, pernikahan dini juga

sangat baik untuk pertumbuhan emosi dan mental, sehingga kita akan lebih mungkin

mencapai kematangan yang puncak. Bahkan menurut Abraham M. Maslow, yang

menikah di usia 20 tahun, orang yang menikah di usia dini lebih mungkin mencapai

taraf aktualisasi diri lebih cepat dan lebih sempurna dibanding dengan mereka yang

selalu menunda pernikahan. Pernikahan yang sebenarnya, menurut Abraham M.

Maslow, dimulai dari saat menikah. Pernikahan akan mematangkan seseorang

sekaligus memenuhi separuh dari kebutuhan-kebutuhan psikologis manusia, yang

pada gilirannya akan menjadikan manusia, mampu mencapai puncak pertumbuhan

kepribadian yang mengesankan.

Hasil penelitian di salah satu kota di Yogya bahwa angka perceraian

meningkat signifikan karena pernikahan dini? Ternyata, setelah diteliti, pernikahan

dini yang rentan perceraian itu adalah pernikahan yang diakibatkan “kecelakaan”

(yang disengaja). Hal ini bisa dimaklumi, sebab pernikahan karena kecelakaan lebih

karena keterpaksaan, bukan kesadaran dan kesiapan serta orientasi nikah yang kuat.

Adapun urgensi pernikahan terhadap upaya menanggulangi kenakalan remaja

barangkali tidak bisa dibantah. Ngeri rasanya ketika kita mendengar hasil sebuah

penelitian bahwa 90% mahasiswi di salah satu kota besar di negara muslim ini sudah

tidak perawan lagi. Pergaulan bebas atau free sex sama sekali bukan nama yang asing

di telinga kaum remaja saat ini. Akhirnya, kata Fauzil Adhim, kita akan menyaksikan

kehancuran yang berlangsung pelan-pelan, tapi sangat mengerikan, para gadis (yang

sudah tidak gadis lagi) hamil di luar nikah. Na ‘udzubillah! Untuk menanggulangi

musibah kaum remaja ini hanya satu jawabnya: nikah.

1.Pernikahan Usia Dini Dalam Perspektif Agama

Jika menurut psikologis, usia terbaik untuk menikah adalah usia antara 19

sampai 25, maka bagaimana dengan agama? Rasulullah SAW. bersabda,

“Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian telah mencapai ba’ah, maka

kawinlah. Karena sesungguhnya kawin lebih bisa menjaga pada pandangan mata

dan lebih menjaga kemaluan. Bila tidak mampu melaksanakannya maka berpuasalah

karena puasa baginya adalah kendali (dari gairah seksual)” (HR. Imam yang lima).

Page 8: ekonomi kependudukan

2.Pernikahan Usia Dini Dipandang dari Berbagai Sisi

Menurut Undang-Undang perkawinan, seorang laki-laki boleh menikah kalau

sudah mencapai usia minimal 19 tahun, sementara pihak perempuan minimal 16

tahun. Namun pada masyarakat sumatera barat tidak demikian,banyak yang

melakukan pernikahan dibawah usia yang telah ditetapkan. Sementara pertimbangan

dari sisi medis, pernikahan usia dini bisa merugikan pihak perempuan. Kondisi rahim

perempuan usia dini masih belum cukup kuat untuk melahirkan anak. Sementara

menurut pakar sosiologi, pernikahan usia dini bisa lebih memicu konflik keluarga. Ini

disebabkan usia pasangan suami istri yang masih labil, belum matang secara pikiran,

dan penuh emosi.

Dalam praktiknya, banyak ditemui praktik pernikahan dini di pedesaan, dan

kondisi mereka baik-baik saja. Para sosiolog berpendapat, itu karena masalah kultur

yang tertanam kuat dalam masyarakat desa, dan belum tentu terjadi

pada masyarakat perkotaan yang punya kultur berbeda.

2.4.Dampak Pernikahan diusia dini

Dampak Negatif

1.Dari segi pendidikan

2.Dari segi kesehatan

3.Dari segi psikologis

1.Dari segi Pendidikan

Bahwa seseorang yang melakukan pernikahan terutama pada usia yang masih

muda,tentu akan membawa berbagai dampak,terutama dalam dunia

pendidikan.Contohnya jika seseorang yang melangsungkan pernikahan ketika baru

lulus SMP/SMA tentu keinginannya untuk melanjutkan kesekolah yang lebih tinggi

tidak akan tercapai/tidak akan terwujud.

2.Dari segi Kesehatan

Page 9: ekonomi kependudukan

Perempuan yang menikah di usia dini kurang dari 15 tahun memiliki banyak resiko

seperti kandungan,kematian keguguran/premature.

3.Dari segi Psikologis

Dari sisi social pernikahan dini dapat mengurangi harmonisasi keluarga disebabkan

oleh emosi yang masih labil,gejolak darah muda dan cara piker yang belum matang.

Dampak positif

1.Dukungan Emosional

Dengan dukungan emosional dapat melatih kecerdasan emosional dan spiritual

dalam diri setiap pasangan(ESQ).

2.Dukungan Keuangan

Dengan menikah diusia dini dapata meringankan beban ekonomi menjadi lebih

hemat.

3.Kebebasan yang lebih

Dengan berada jauh dari rumah maka menjadikan mereka bebas melakukan hal

yang sesuai keputusannya untuk menjalani hidup mereka secara financial dan

emosional.

4.Belajar memikul tanggung jawab

5.Terbebas dari perbuatan maksiat seperti zina

Page 10: ekonomi kependudukan

BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Perkawinan usia dini menurut para ahli:

1. RT. Akhmad Jayadiningrat, sebab-sebab utama dari perkawinan usia muda

adalah:

a. Keinginan untuk segera mendapatkan tambahan anggota keluarga.

b. Tidak adanya pengertian mengenai akibat buruk perkawinan terlalu muda, baik

bagi mempelai itu sendiri maupun keturunannya.

c. Sifat kolot orang jawa yang tidak mau menyimpang dari ketentuan adat.

Kebanyakan orang desa mengatakan bahwa mereka itu mengawinkan anaknya begitu

muda hanya karena mengikuti adat kebiasaan saja.

Ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya perkawinan usia muda yaitu :

1) Ekonomi

Perkawinan usia muda terjadi karena keadaan keluarga yang hidup di garis

kemiskinan, untuk meringankan beban orang tuanya maka anak wanitanya

dikawinkan dengan orang yang dianggap mampu.

2) Pendidikan

Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak dan masyarakat,

menyebabkan adanya kecenderungan mengawinkan anaknya yang masih dibawah

umur.

3) Faktor orang tua

Orang tua khawatir kena aib karena anak perempuannya berpacaran dengan laki-laki

yang sangat lengket sehingga segera mengawinkan anaknya.

4) Media massa

Gencarnya ekspose seks di media massa menyebabkan remaja modern kian Permisif

terhadap seks.

5) Faktor adat

Page 11: ekonomi kependudukan

DAFTAR PUSTAKA

Syakur, Abdus. 2009. Undang-Undang Dasar 1945 Lengkap. Surabaya: Indah

Surabaya.

HS. Salim, 2001. Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW). Yogyakarta: Sinar

Grafika.

www.wonosari.com/t2616-pernikahan-di-usia-muda.htm

www.AnneAhira.com/pernikahan-usia-muda.htm

www.Bps.go.id

Page 12: ekonomi kependudukan

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT,Sang Maha Pencipta dan Pengatur Alam Semesta,berkat

RidhoNya,penulis akhirnya mampu menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Status

Perkawinan Daerah Sumatera Barat tahun 2010”.Dalam menyusun makalah ini,tidak sedikit

kesulitan dan hambatan yang penulis alami,namun berkat dukungan,dorongan dan

semangat dari orang terdekat,sehingga penulis mampu menyelesaikannya oleh karena itu

penulis pada kesempatan kali ini mengucapkan terimakasih kepada dosen ibuk Yulia

Anas,SE.M.Si selaku dosen matakuilah Ekonomi kependudukan yang telah memberikan

tugas ini kepada penulis.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan

serta pengetahuan kita mengenai perkembangan status perkawinan dari tahun

ketahun,pernikahan dini dikalangan masyarakat,dan grafik mengenai data status

perkawinan didaerah Sumater Barat.Penulis juga menyadari bahwa sepenuhnya didalam

tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang penulis harapkan.Untuk

itu,penulis berharap adanya kritik,saran dan usulan demi perbaikan dimasa yang akan

datang mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang

membacanya.Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang

kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan

dimasa depan.

Padang,7 September 2014

Penulis

Page 13: ekonomi kependudukan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………………….

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang………………………………………………………………………………………………………...

1.2.Rumusan masalah…………………………………………………………………………………………………..

1.3.Tujuan……………………………………………………………………………………………………………………..

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1.Pengertian perkawinan……………………………………………………………………………………………

2.2.Tujuan perkawinan………………………………………………………………………………………………….

2.3.Pernikahan dini………………………………………………………………………………………………………..

2.4.Dampak pernikahan dini di usia dini…………………………………………………………………………

BAB 3 PENUTUP

3.1.Kesimpulan………………………………………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA

Page 14: ekonomi kependudukan

MAKALAH

STATUS PERKAWINAN

PROVINSI SUMATERA BARAT

TAHUN 2010

Disusun Oleh:

AFNI MELISA

1310511051

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ANDALAS

Tahun Ajaran 2014/2015

Page 15: ekonomi kependudukan

Data BPS tahun 2010 tentang Status Perkawinan usia dini Provinsi Sumatera

Barat