Upload
sofianalfarisi
View
4.855
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
“Epidemiologi Deskriptif dan Analtik Penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Kelurahan Keraton Martapura”
Mata Kuliah Epidemiologi
Dosen :Nova Annisa,Ssi.MS
DisusunOleh :
Sofian Noor H1E114030
Gezan Giryan Noor H1E114036
Gusti Selvia Ayu A. H1E114042
Erika Meliana H1E114202
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
2015-2016
1
KATA PENGANTAR
Dengan kerendahan hati , penulis mengucapkan puji dan syukur atas kehadiran Allah SWT, yang melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan observasi ini. Syalawat beriring salam, penulis ucapkan kepadaNabi Muhammad SAW, selaku inspirasi dari seluruh umat islam di dunia.
Dalam penulisan makalah ini penulis tidak terlepas dari berbagai hambatan dan halangan,baik dalam struktur penulisan, penyampaian isi, penyusunan kalimat dan pemakaian tanda baca, tapi berkat bantuan berbagai pihak sehingga makalah observasi epidemiologi ini dapat tersusun dengan baik, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.Ibu Nova Annisa,Ssi.MS selaku dosen mata kuliah Epidemiologi.
2.Ibu selaku kepala puskesmas pasayangan martapura.
3.Masyarakat penduduk desa pasayangan kecamatan martapura kota.
4.Rekan-rekan kelompok yang ikut berpartisipasi.
Banjarbaru, 28 Desember 2015
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................... i
Daftar Isi......................................................................................................... ii
Daftar Tabel.................................................................................................... iv
Daftar Gambar................................................................................................ v
BAB I. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 2
1.3 Tujuan...................................................................................... 2
1.4 Manfaat.................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA2.1 Epidemiologi Deskriptif.......................................................... 3
2.2 Study Epidemiologi Analitik................................................... 7
2.3 Tujuan Study Epidemiologi Analitik...................................... 7
2.4 Jenis Study Epidemiologi Analitik.......................................... 8
2.5 Variabel/Karakteristik Waktu dan Tempat(Lingkungan) pada
Epidemiologi Deskriptif Analitik............................................ 14
2.6 PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)........ 22
3
BAB III. PEMBAHASAN1 Hasil......................................................................................... 31
2 Pembahasan............................................................................. 32
3.2.1 Karakterisitik Individu dengan Faktor............................ 32
3.2.2 Karakteristik Tempat...................................................... 33
3.2.3 Karakterisitk Waktu........................................................ 35
3.2.4 Kombinasi Karakterisitik Individu,Tempat,danWaktu... 35
BAB IV. PENUTUP 1.1 Kesimpulan.............................................................................. 36
1.2 Saran........................................................................................ 36
DAFTAR RUJUKAN.................................................................................... 37
LAMPIRAN................................................................................................... 40
4
DAFTAR TABEL
Tabel1. Data penderitapenyakit DBD di PuskesmasPasayanganrentanwaktu 2008-
2013............................................................................................. 27
Tabel2. Karakteristiktempat RT.14 KelurahanKeratonMartapura................ 30
5
DAFTAR GAMBAR
Gambar1. Proses pengambilan data di puskesmas....................................... 27
Gambar2. Foto bersama beberapa penduduk kelurahan keratonsetelah wawancara
mengenai pengetahuan DBD.......................................................................... 28
Gambar3. Keadaan salah satu tempat disekitar kelurahan keraton.............. 29
Gambar4. Proses pengambilan sample jentik di salah satu rumah warga.... 30
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Epidemiologi berasal dari bahasa yunani kuno, yaitu epi yang berarti diantara,
demos yang berarti masyarakat, dan logos yang berarti kajian. Jadi epidemiologi
dapat kita artikan sebagai kajian tentang apa yang terjadi di dalam kehidupan
masyarakat (Ferasyi, 2012).
Epidemiologi merupakan ilmu pengetahuan terapan yang mempelajari tentang
timbulnya penyakit atau masalah kesehatan yang menimpa masyarakat. dimana ilmu
pengetahuan epidemiologi digunakan community health nursing CHN sebagai alat
meneliti dan mengobservasi pada pekerjaan dan sebagai dasar untuk intervensi dan
evaluasi literatur riset epidemiologi. Pengetahuan ini memberi kerangka acuan untuk
perencanaan dan evaluasi program intervensi masyarakat, mendeteksi segera dan
pengobatan penyakit, serta meminimalkan kecacatan.
Epidemiologi mempunyai tiga fungsi utama, yaitu menerangkan tentang
besarnya masalah dan gangguan kesehatan (termasuk penyakit) serta penyebarannya
dalam suatu penduduk tertentu, menyiapkan data/informasi yang esensial untuk
keperluan perencanaan, pelaksanaan program, serta evaluasi berbagai kegiatan
pelayanan (kesehatan) pada masyarakat, baik yang bersifat pencegahan dan
penanggulangan penyakit maupun bentuk lainnya serta menentukan skala prioritas
terhadap kegiatan tersebut dan mengidentifikasi berbagai factor yang menjadi
penyebab masalah atau factor yang berhubungan dengan terjadinya masalah tersebut
(Noor, 2012).
Untuk melaksanakan fungsi tersebut, para ahli epidemiologi lebih memusatkan
perhatiannya pada berbagai sifat karakteristik individu dalam suatu populasi tertentu
7
seperti sifat karakteristik biologis, sosio-ekonomo, demografis, kebiasaan individu
serta sifat karakteristik genetis penerapannya (Noor, 1996).
Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakitmenular
yang berbahaya dapatmenimbulkan kematian dalam waktu singkat dansering
menimbulkan wabah. Penyakitinipertama kaliditemukan diFilipina pada tahun 1953
dan selanjutnyamenyebar ke berbagainegara. Di Indonesia penyakit ini pertama kali
dilaporkanpadatahun 1968 di Surabaya dengan jumlah penderita 58 orang dengan
kematian 24 orang (41,3%).Selanjutnya sejak saat itu penyakit Demam Berdarah
Dengue cenderung menyebarke seluruh tanah air Indonesia dan mencapai puncaknya
pada tahun 1988 denganinsidens rate mencapai 13,45 % per 100.000 penduduk.
Keadaan ini erat kaitannya dengan meningkatnya mobilitaspendudukdan sejalan
dengan semakin lancarnya hubungantranspotasi(Siregar,2004).
8
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah itu Epidemiologi deskriptif ?
2. Apakah itu Epidemiologi analitik ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan dari Penelitian ini Adalah :
1. Mengetahui pengertian epidemiologi deskriptif
2. Mengetahui pengertian epidemiologi analitik
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari Penelitian ini adalah :
1. Dapat mengetahui pengertian epidemiologi deskriptif
2. Dapat mengetahui pengertian epidemiologi analitik
9
2.1 EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF
a. Epidemiologi deskriptif, yaitu Cross Sectional Study/studi potong lintang/studi
prevalensi atau survei. Epidemiologi deskirptiif adalah studi pendekatan epidemiologi
yang bertujuan untuk menggambarkan masalah kesehatan yang terdapat di dalam
masyarakat dengan menentukan frekuensi, distribusi dan determinan penyakit
berdsarkan atribut & variabel menurut segitiga epidemiologi (orang, Tempat, dan
Waktu)
Studi Deskriptif disebut juga studi prevalensi atau studi pendahuluan dari studi
analitik ayng dapat dilakukan suatu saat atau suatu periode tertentu. Jika studi ini
ditujukan kepada sekelompok masyarakat tertentu yang mempunyai masalah
kesehatan maka disebutlah studi kasus tetapi jika ditujukan untuk pengamatan secara
berkelanjutan maka disebutlah dengan surveilans serta bila ditujukan untuk
menganalisa faktor penyebab atau risiko maupun akibatnya maka disebut dengan
studi potong lintang atau cross sectional (bustan,2012).
Tujuan epidemiologi deskriptif adalah :
1. Untuk menggambarkan distribusi keadaan masalah kesehatan sehingga dapat
diduga kelompok mana di masyarakat yang paling banyak terserang.
2. Untuk memperkirakan besarnya masalah kesehatan pada berbagai kelompok.
3. Untuk mengidentifikasi dugaan adanya faktor yang mungkin berhubungan terhadap
masalah kesehatan (menjadi dasar suatu formulasi hipotesis).
Kategori berdasarkan unit pengamatan atau analisis epidemiologi deskriptif
dibagi 2 yaitu:
Populasi : Studi Korelasi Populasi, Rangkaian Berkala (time series).
Individu : Laporan Kasus (case report), Rangkaian Kasus (case series), Studi
Potong Lintang (Cross-sectional).
Adapun Ciri-ciri studi deskriptif sebagai berikut:
1. Bertujuan untuk menggambarkan
2. Tidak terdapt kelompok pembanding
10
3. Hubunga seba akiba hanya merupakan suatu perkiraan ataau semacam asumsi
4. Hasil penelitiannya berupa hipotesis
5. Merupakan studi pendahluan untuk studi yang mendalam
Hasil penelitian deskriptif dapat di gunakan untuk:
1. Untuk menyusun perencanaan pelayanan kesehatan
2. Untuk menentukan dan menilai program pemberantasan penyakit yang telah
dilaksanakan
3. sebagai bahan untuk mengadakan penelitain lebih lanjut
4. Untuk Membandingkan frekuensi distribusi morbiditas atau mortalitas antara wilayah
atau satu wil dalam waktu yang berbeda.
Konsep yang terpenting juga dalam studi epidemiologi deskriptif adalah
bagaimana menjawab pertanyaan 5W+1H. Hal tersebut mengacu pada variabel-
variabel segitiga epidemiologi terdiri dari orang (person), tempat (place) dan waktu
(time).(Syaffrudin,2012).
Pembagian Studi Epidemiologi Deskriptif antara lain adalah :
a. Laporan kasus
Laporan kasus merupakan rancangan studi yang menggambarkan kejadian
satu kasus baru yang menarik, misalnya laporan kasus pada tahun 2014 tentang 1
perempuan berusia 40 tahun di Paris yang terkena Ebola.
Tujuan Laporan Kasus (Case Report)
1. Diperoleh informasi tentang distribusi frekwensi penyakit/masalah kesehatan yang
diteliti
2. Diperoleh informasi tentang kelompok yang berisiko tinggi terhadap penyakit
3. Dapat dipakai untuk membangun/memformulasikan hipotesis baru
Kelebihan studi ini adalah:
o Sebagai langkah awal untuk mempelajari suatu penyakit
o Sebagai jembatan antara penelitian klinis dan penelitian epidemilogi
o Dapat digunakan untuk sebagai dasar penelitian lebih lanjut :
o Dengan melihat kelompok yang berisiko tinggi
11
Kelemahan studi ini adalah
o Tidak ada grup kontrol
o Tidak dapat dilakukan uji hipotesis
o Gambaran distribusi, frekwensi penyakit yang diperoleh tidak dapat mewakili
populasi
o Hanya berdasarkan kasus-kasus yang dilaporkan saja
b. Laporan Seri Kasus
Laporan Seri Kasus adalah laporan tentang pengalaman menarik dari
sekelompok orang (group) dengan diagnosis yang sama yang berisi detail laporan
atau profil pasien (kasus).
Laporan ini bisa juga berupa kumpulan laporan kasus yang terjadi dalam
waktu singkat. Tahap lanjut dari case report yg menggambarkan bbrp pasien dengan
satu penyakit tertentu berdasarkan pada, misal: umur, jenis kelamin, status
perkawinan, gambaran klinis, dll. Misal: identifikasi kasus AIDS pada laki2
homosexual. Contoh lain: laporan 5 kasus flu burung pada tahun 2013 di Indonesia
dari sebelumnya tidak ada.
c. Studi ekologi / korelasi
Studi Korelasi merupakan studi epidemiologi yang bertujuan untuk
mendeskripsikan hubungan korelatif antara penyakit dengan karakteristik suatu
populasi pada waktu yang sama atau pada populasi yang sama pada waktu yang
berbeda.
Karakteristik dari populasi yang akan di teliti biasanya tergantung pada minat
seorang peneliti, misalnya, mengenai jenis kelamin, umur, kebiasaan mengkonsumsi
makanan tertentu, obat-obatan, rokok, aktifitas, tempat tinggal dan lain-lain.
Contohnya adalah :
a) Hubungan antara tingkat penjualan obat anti asma dengan jumlah kematian yang
diakibatkan oleh penyakit ashma.
12
b) Hubungan antara jumlah konsumsi rokok pada satu wilayah dengan jumlah kematian
yang diakibatkan oleh penyakit paru.
1. Koefisien Korelasi
Korelasi diukur dengan koefisien korelasi
o Simbol yang dipakai biasanya “r”
o Mengukur hubungan linear antara faktor risiko dan kejadian penyakit:
- Apakah untuk setiap unit perubahan pada level keterpaparan akan terjadi peningkatan
atau penurunan frekuensi penyakit secara proporsional
o “r” bervariasi dari +1 dan -1
2. Jenis-jenis Studi Korelasi
a) Studi eksplorasi
Studi eksplorasi adalah jenis studi termudah dimana dalam studi ini dilakukan
observasi terhadap perbedaan geografis dalam hubungannya dengan disease rate
diantara berbagai region atau group. Tujuan studi ini untuk mendapatkan gambaran
yang mengarah pada etiologi lingkungan atau hipotesis etiologik khusus.
b) Multiple Group Comparison
Studi ini mengamati hubungan antara rata-rata derajat keterpaparan
(exposure) dan disease rate diantara berbagai group (kelompok populasi).
c) Time trend study or time series
Studi yang mengamati hubungan antara perubahan rata-rata keterpaparan
(exposure) dengan perubahan disease rate pada populasi tunggal (single population.
d) Mixed Study
Studi yang mengamati perubahan rata-rata derajat keterpaparan (exposure)
dengan perubahan disease rate pada berbagai populasi.
3. Tujuan Studi Korelasi
1) Untuk mengembangkan etiologik hipotesis testing untuk menjelaskan kejadian suatu
penyakit
2) Mengevaluasi efektifitas intervensi pada populasi seperti mengevaluasi pengetahuan
pada kegiatan health promotion.
13
2.2 STUDI EPIDEMIOLOGI ANALITIK
Epidemiologi analitik merupakan studi epidemiologi yang ditujukan untuk
mencari faktor-faktor penyebab timbulnya penyakit atau mencari penyebab terjadinya
variasi yaitu tinggi atau rendahnya frekuensi penyakit pada kelompok individu. (Eko,
2010)
Epidemiologi analitik adalah epidemiologi yang menekankan pada
pencarian jawaban terhadap penyebab terjadinya frekuensi, penyebaran serta
munculnya suatu masalah kesehatan.Studi analitik digunakan untuk menguji
hubungan sebab akibat dan berpegangan pada pengembangan data baru. Kunci dari
studi analitik ini adalah untuk menjamin bahwa studi di desain tepat sehingga
temuannya dapat dipercaya (reliabel) dan valid(Barbara,2012).
Penelitian eksperimen merupakan metode yang paling kuat untuk
mengungkapkan hubungan sebab akibat. Epidemiologi analitik menguji hipotesis dan
menaksir (mengestimasi) besarnya hubungan / pengaruh paparan terhadap penyakit.
Studi analitik merupakan studi epidemiologi yang menitikberatkan pada pencarian
hubungan sebab (faktor-faktor resiko) – akibat (kejadian penyakit). Studi epidemiologi
analitik adalah studi epidemiologi yang menekankan pada pencarian jawaban tentang penyebab
terjadinya masalah kesehatan (determinal), besarnya masalah/ kejadian (frekuensi), dan penyebaran
serta munculnya masalah kesehatan (distribusi) dengan tujuan menentukan hubungan sebab akibat
anatara faktor resiko dan penyakit(Morrow,2010).
2.3 TUJUAN STUDI EPIDEMIOLOGI ANALITIK
Epidemologi Analitik adalah riset epidemiologi yang bertujuan untuk:
1. Menjelaskan faktor-faktor resiko dan kausa penyakit.
2. Memprediksikan kejadian penyakit
3. Memberikan saran strategi intervensi yang efektif untuk pengendalian
penyakit.
14
2.4 JENIS STUDI EPIDEMIOLOGI ANALITIK
Berdasarkan peran epidemiologi analitik dibagi 2 :
1. Studi Observasional : Studi Kasus Control (case control), studi potong lintang
(cross sectional) dan studi Kohort.
2. Studi Eksperimental : Eksperimen dengan kontrol random (Randomized
Controlled Trial /RCT) dan Eksperimen Semu (kuasi).
2.4.1. STUDI OBSERVASIONAL
A. Studi potong lintang (Cross sectional)
Rancangan cross sectional adalah suatu rancangan epidemiologi yang
mempelajari hubungan penyakit dan faktor penyebab yang mempengaruhi penyakit
tersebut dengan mengamati status faktor yang mempengaruhi penyakit tersebut secara
serentak pada individu atau kelompok pada satu waktu.
Penelitian cross sectional adalah suatu penelitian dimana variabel-variabel
yang termasuk faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi
sekaligus pada waktu yang sama.
Langkah – langkah penelitian cross sectional :
1. Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian dan mengidentifikasi faktor resiko dan faktor efek
2. Menetapkan subjek penelitian.
3. Melakukan observasi atau pengukuran variabel-variabel yang merupakan faktor resiko dan efek
sekaligus berdasarkan status keadaan variabel pada saat itu (pengumpulan data)
4. Melakukan analisi korelasi dengan cara membandingkan proporsi antar kelompok-kelompok
hasil observasi (pengukuran)
Contoh : Ingin mengetahui hubungan antara anemia besi pada ibu hamil dengan Berat Badab Bayi
Lahir (BBL) denagn menggunakan rancanagn atau pendekatan cross sectional.
Ciri khas rancangan cross sectional :
a. Peneliti melakukan observasi / pengukuran variabel pada suatu saat tertentu.
b. Status seorang individu atas ada atau tidaknya kedua faktor baik pemajanan
(exposure) maupun penyakit yang dinilai pada waktu yang sama.
15
c. Hanya menggambarkan hubungan aosiasi bukan sebab akibat.
d. Apabila penerapannya pada studi deskriptif, peneliti tidak melakukan tindak lanjut
terhadap pengukuran yang dilakukan.
Kelebihan rancangan cross sectional :
a. Mudah dilaksanakan.
b. Sederhana.
c. Ekonomis dalam hal waktu.
d. Hasilnya dapat diperoleh dengan cepat.
e. Dalam waktu bersamaan dapat dikumpulkan variabel yang banyak, baik variabel
resiko maupun efek
Kekurangan rancangan cross sectional :
a. Diperlukan subjek penelitian yang besar.
b. Tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit secara akurat.
c. Tidak valid untuk meramalkan suatu kecenderungan.
d. Kesimpulan korelasi faktor resiko dengan efek paling lemah bila dibandingan
dengan dua rancangan epidemiologi yang lain
B. Kasus kontrol (case control)
Rancangan Kasus Kontrol adalah rancangan studi epidemiologi yang
mempelajari hubungan antara penyebab suatu penyakit dan penyakit yang diteliti
dengan membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status
penyebab penyakitnya.
Penelitian case control adalah suatu penelitian (survey) analitik yang
menyangkut bagaimana faktor resiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan
retrospektif.
Tahap-tahap penelitian case control :
a. Identifikasi variabel-variabel penelitian (faktor resiko dan efek.
b. Menetapkan objek penelitian (populasi dan sampel).
c. Identifikasi kasus.
16
d. Pemilihan subjek sebagai kontrol.
e. Melakukan pengukuran retrospetif (melihat ke belakang) untuk melihat faktor
resiko.
f. Melakukan analisis dengan menbandingkan proporsi antara variabel-variabel objek
penelitian dengan variabel-variabel kontrol
Contoh : Peneliti ingin membuktikan hubungan antara malnutrisi (kekurangan gizi)
pada balita dengan prilaku pemberian makanan oleh ibu.
Ciri rancangan kasus kontrol :
a. Subjek dipilih atas dasar apakah mereka menderita (kasus) atau tidak (kontrol)
suatu kasus yang ingin diamati kemudian proporsi pemajanan dari kedua kelompok
tersebut dibandingkan.
b. Diketahui variabel terikat (akibat), kemudian ingi diketahui variabel bebas
(penyebab).
c. Observasi dan pengukuran tidak dilakukan pada saat yang sama.
d. Peneliti melakukan pengukuran variabel bergantung pada efek (subjek (kasus) yang
terkena penyakit) sedangkan variabel bebasnya dicari secara retrospektif.
e. Untuk kontrol, dipilih subjek yang berasal dari populasi dan karakteristik yang
sama dengan kasus.
f. Bedanya kelompok kontrol tidak menderita penyakit yang akan diteliti
Kelebihan rancangan penelitian case control :
a. Merupakan satu-satunya cara untuk meneliti kasus jarang atau yang masa latennya
panjang
b. Hasil dapat diperoleh dengan cepat
c. Biaya yang dibutuhkan relatif sedikit
d. Subjek penelitian sedikit
e. Dapat melihat hubungan bebrapa penyebab terhadap suatu akibat
f. Adanya pembatasan atau pengendalian faktor resiko sehingga hasil penelitian lebih
tajam dibanding dengan hasil rancangan cross sectional
Kekurangan rancangan penelitian case control :
17
a. Sulit menentukan kontrol yang tepat
b. Validasi mengenai informasi kadang sukar diperoleh
c. Sukar untuk menyakinkan dua kelompok tersebut sebanding
d. Tidak dapat dipakai lebih dari satu variabel dependen
e. Tidak dapat diketahui efek variabel luar karena secara teknis tidak dapat
dikendalikan
C. Kohort
Rancangan Kohort adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan
antara penyebab dari suatu penyakit dan penyakit yang diteliti dengan membandingkan kelompok
terpajan dan kelompok yang tidak terpajan berdasar status penyakitnya. Penelitian kohort adalah
suatu penelitian yang digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dengan
faktor efek melalui pendekatan longitudinal kedepan atau prospektif.
Langkah – langkah pelaksanaan penelitian kohort :
a. Identifikasi faktor-faktor resiko dan efek
b. Menetapkan subjek penelitian (menetapkan populasi dan sampel)
c. Pemilihan subjek dengan faktor risiko positif dari subjek dengan efek negatif
d. Memilih subjek yang akan menjadi anggota kelompok kontrol
e. Mengobservasi perkembangan subjek sampai batas waktu yang ditentukan, selanjutnya
mengidentifikasi timbul tidaknya efek pada kedua kelompok
f. Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang mendapat efek positif dengan
subjek yang mendapat efek negatif baik pada kelompok risiko positif maupun kelompok kontrol
Contoh : Penelitian ingin membuktikan adanya hubungan antara cancer (Ca) paru (efek) dengan
merokok (risiko) dengan menggunakan pendekatan atau rancangan prospektif(Sutrisna,2012).
Ciri khas dari rancangan kohort :
a. Berasal dari kata romawi kuno yang berarti kelompok tentara yang berbaris maju ke depan
b. Subjek dibagi berdasar ada atau tidaknya pemajanan faktor tertentu dan kemudian diikuti
dalam periode waktu tertentu untuk menentukan munculnya penyakit pada tiap kelompok
c. Digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dan efek
d. Sekelompok subjek yang belum mengalami penyakit atau efek diikuti secara prospektif
18
e. Diketahui variabel bebas (penyebab) kemudian ingin diketahui variabel terikat
(akibat)
f. Dapat dilakukan secara prospektif dan retrospektif
Kelebihan Rancangan kohort :
1. Merupakan desain terbaik dalam menentukan insiden perjalanan penyakit
atau efek yang diteliti.
2. Desain terbaik dalam menerangkan dinamika hubungan antara faktor resiko
dengan efek secara temporal.
3. Dapat meneliti beberapa efek sekaligus
4. Baik untuk evaluasi pemajan yang jarang.
5. Dapat meneliti multipel efek dari satu pemajan.
6. Dapat menetapkan hubungan temporal.
7. Mendapat incidence rate
8. Biasnya lebih kecil
Kekurangan rancangan kohort :
a. Memerlukan waktu yang lama.
b. Sarana dan biaya yang mahal.
c. Rumit.
d. Kurang efisien untuk kasus yang jarang.
e. Terancam Drop Out dan akan mengganggu analisis.
f. Menimbulkan masalah etika.
g. Hanya dapat mengamati satu faktor penyebab
2.4.2 STUDI EKSPERIMENTAL
Rancangan studi eksperimen adalah jenis penelitian yang dikembangkan untuk
mempelajari fenomena dalam kerangka korelasi sebab-akibat. Menurut Bhisma Murti
rancangan studi ini digunakan ketika peneliti atau oranglain dengan sengaja
memperlakukan berbagai tingkat variabel independen kepada subjek penelitian
19
dengan tujuan mengetahui pengaruh variabel independen tersebut terhadap variabel
dependen(Syafruddin,2012).
Berdasarkan penelitian tersebut studi eksperimen (studi perlakuan atau
intervensi dari situasi penelitian ) terbagi dalam dua macam yaitu rancangan
eksperimen murni dan quasi eksperimen.
A. Rancangan eksperimen murni
Eksperimen murni adalah suatu bentuk rancangan yang memperlakukan dan
memanipulasi sujek penelitian dengan kontrol secara ketat.
Penelitian eksperimen mempunyai ciri :
1. Ada perlakuan, yaitu memperlakukan variabel yang diteliti (memanipulasi suatu
variabel).
2. Ada randominasi, yaitu penunjukan subjek penelitian secara acak untuk
mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat faktor penelitian.
3. Semua variabel terkontrol, eksperimen murni mampu mengontrol hampir semua
pengaruh faktor penelitian terhadap variabel hasil yang diteliti
B. Quasi Eksperimen (eksperimen semu)
Quasi Eksperimen (eksperimen semu) adalah eksperimen yang dalam
mengontrol situasi penelitian tidak terlalu ketat atau menggunakan rancangan tertentu
dan atau penunjukkan subjek penelitian secara tidak acak untuk mendapatkan salah
satu dari berbagai tingkat faktor penelitian.
Ciri dari quasi eksperimen :
1. Tidak ada randominasi, yaitu penunjukkan sujek penelitian secara tidak acak
untuk mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat faktor penelitian. Hal ini
disebabkan karena ketika pengalokasian faktor penelitian kepada subjek
penelitian tidak mungkin, tidak etis, atau tidak praktis menggunakan
randominasi.
2. Tidak semua variabel terkontrol karena terkait dengan pengalokasian
faktor penelitian kepada subjek penelitian tidak mungkin, tidak etis, atau tidak
20
praktis menggunakan randominasi sehinggasulit mengontrol variabel secara
ketat(Sumarso,2012).
2.5 Variabel/Karakteristik Waktu dan Tempat(Lingkungan) pada Epidemiologi
Deskriptif Analitik
2.5.1 Variabel Waktu
Dasar setiap ilmu epidemiologi adalah pengkajian dan analisis terhadap waktu
dan pengaruhnya pada kejadian penyakit, ketidakmampuan, dan kondisi. Aspek
waktu dalam investigasi epidemiologi berkisaran mulai dari jam, minggu, bulan,
tahun, sampai dekade. Masa inkubasi yang singkat dari suatu penyakit misalnya
hanya beberapa jam, bagi ahli epidemiologi akan sama pentingnya dengan studi
longitudinal yang berjangka waktu dua sampai tiga dekade. Istilah lain yang
terkadang digunakan untuk mendriskipsikan faktor waktu dalam epidemiologi adalah
temporal, yang berarti waktu atau mengacu pada isu atau elemen yang berkaitan
dengan waktu(Soedarto,2010).
Mempelajari morbiditas berdasarkan waktu juga penting untuk mengetahui
hubungan antara waktu dan insidensi penyakit atau fenomena lain, misalnya
penyebaran penyakit saluran pernafasan terjadi pada waktu malam hari karena
terjadinya perubahan kelembapan udara atau kecelakaan lalu lintas yang sebagian
besar terjadi pada waktu malam hari. Ada empat faktor waktu yang digunakan dalam
pengkajian peristiwa epidemiologi. Waktu konteks kejadian luar biasa penyakit
dianggap bersifat jangka panjang atau jangka pendek. Untuk membantu dalam studi
dan memahami variasi yang berkaitan dengan penyakit, ada empat konfigurasi atau
elemen waktu yang digunakan. Keempat konfigurasi tersebut anatara lain trend
sekular, trend jangka pendek, trend siklus, dan trend musiman(Notoatmodjo,2010).
Fluktuasi insidensi penyakit yang diketahui terdiri dari:
1. Kecenderungan sekuler ( secular trend)
ialah terjadinya perubahan penyakit atau kejadian luar biasa dalam waktu yang
lama. Lamanya waktu dapat bertahun-tahun sampai beberapa dasawarsa.
Kecenderungan sekuler dapat terjadi pada penyakit menular maupun penyakit infeksi
21
non menular. Misalnya, terjadi pergeseran pola penyakit menular ke penyakit yang
tidak menular yang terjadi di Negara maju pada beberapa dasawarsa terakhir.
Pengetahuan tentang perubahan tersebut dapat digunakan dalam penilaian
keberhasilan upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit. Kecenderungan sekuler
juga dapat digunakan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada mortalitas.
Dalam pembelajari kecenderungan sekuler tentang mortalitas, harus dikatkan dengan
sejauh mana perubahan pada insidensi dan sejauh mana perubahan tersebut
menggambarkan kelangsungan hidup penderita.
Angka kematian akan sejalan dengan angka insidensi (incidence rate) pada
penyakit yang fatal dan bila kematian terjadi tidak lama setelah diagnosis, misalnya
karsinoma paru-paru, karena memenuhi kriteria diatas.
2. Variasi siklik
ialah terulangnya kejadian penyakit setelah beberapa tahun, tergantung dari jenis
penyakitnya, misalnya epidemi campak biasanya berulang setelah dua-tiga tahun
kemudian. Variasi siklik biasanya terjadi pada penyakit menular karena penyakit non-
infeksi tidak mempunyai variasi siklik.
Salah penyakit yang siklusnya singkat adalah chickenpox (varisela). Karena
chickenpox dikaji sepanjang waktu variasi siklus utama tampak jelas secara tahunan.
Siklus chickenpox juga bersifat musiman. Chickenpox merupakan salah satu
penyakit yang harus dilaporkan kejadiannya dan penelusurannya lebih mudah dan
lebih akurat daripada penyakit lain.
3. Variasi musim
ialah terulangnya perubahan frekuensi insidensi dan prevalensi penyakit yang
terjadi dalam satu tahun. Dalam mempelajari morbiditas dan mortalitas, variasi
musim merupakan salah satu hal yang sangat penting karena siklus penyakit tidak
sesuai dengan perubahan musim dan berulang tiap tahun.
Variasi musim sangat penting dalam menganalisis dan epidemiologis tentang
kejadian luar biasa untuk menentukan peningkatan insidensi suatu penyakit yang
mengakibatkan variasi musim atau memang terjadinya epidemi. Bila adanya variasi
22
musim tidak diperhatikan, kita dapat menarik kesimpulan yang salah tentang
timbulnya kejadian luar biasa.
Di samping itu, pengetahuan tentang variasi musim juga dibutuhkan pada
penelitian epidemiologis karena penelitian yang dilakukan pada musim yang berbeda
akan menghasilkan frekuensi distribusi penyakit yang berbeda pula. Penyakit-
penyakit yang mempunyai variasi musim antara lain: diare, influensa, dan tifus
audominalis(Noor,2012).
Beberapa ahli epidemiologi memasukkan variasi musim ke dalam variasi siklik
karena terjadinya berulang, tetapi di sini dipisahkan karena pada variasi musim,
terulangnya perubahan insidensi penyakit dalam waktu yang pendek sesuai dengan
perubahan musim, sedangkan pada variasi siklik fluktuasi perubahan insidensi
penyakit terjadi lebih lama yaitu suatu penyakit dapat terulang satu atau dua tahun
sekali.
4. Variasi random
Variasi random dapat diartikan sebagai terjadinya epidemi yang tidak dapat
diramalkan sebelumnya, misalnya epidemi yang terjadi karena adanya bencana alam
seperti banjir dan gempa bumi.
2.5.2 PENKLASTERAN WAKTU
Pengelompokan kejadian berdasarkan waktu, adalah jika suatu kelompok kasus
atau penyakit yang terjadi disatukan dan urutanya dekat serta pola penyebarannya
saling berkaitan. Pengelompokan penyakit tidak hanya didasarkan pada pola atau
penyebaran yang berkaitan dengan waktu, tetapi juga pada tempat atau wilayah
geografis yang terbatas. Dengan demikian, baik variabel waktu, maupun tempat,
hubungan, dan permasalahan harus dianalisis dan diurutkan. Istilah dalam
epidemiologi yang dipakai secara bergantian dengan pengklasteran waktu adalah
klaster tempat/waktu dan klaster penyakit(Bhisma,2010).
Analisis klaster merupakan metode perancangan dan analisis epidemiologi yang
menggunakan metode statistik yang tepat untuk mengelompokkan variable atau
23
observasi epidemiologi kedalam sub-sub kelompok populasi studi yang saling
berkaitan erat.
2.5. 3 Variabel Tempat
Hal yang sangat berguna bagi ahli epidemiologi adalah penempatan penyakit,
kondisi, kesakitan, dan pengklasterannya pada peta serta penggunaan perangkat
terkait lainnya untuk menempatkan berbagai kasus penyakit. Peta dan perangkat
pengkajian pengklasteran sangat berguna, terutama selama berlangsungnya kejadian
luar biasa, khususnya jika penyakit tersebut memberikan konsekuensi besar bagi
penduduk, mempengaruhi populasi yang besar dan secara geografis menyebar luas.
Saat mempertimbangkan tempat, lokasi sumber penyakit secara geografis sekaligus
reserfoir dari organisme juga harus dipertimbangkan dalam
analisis(Kristiawan,2012).
Sudah lama diketahui adanya variasi dalam frekuensi penyakit antara satu
tempat dengan tempat lain. Pengetahuan tentang distribusi penyakit menurut tempat
sangat berguna untuk mengetahui :
1. Besar dan jenis masalah kesehatan pada suatu daerah
2. Hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan di suatu daerah
(perencanaan program)
3. Keterangan tentang faktor penyebab timbulnya masalah kesehatan dengan
membandingkan hal khusus yang ada atau tidak pada suatu daerah seperti : keadaan
geografis, keadaan penduduk dan keadaan pelayanan kesehatan.
Penyebaran masalah kesehatan (penyakit ) menurut tempat :
1. Penyebaran satu wilayah (setempat/lokal)
Pembuatan peta menunjukkan penyebaran kasus penyakit berbentuk spot map
(peta) merupakan salah satu prosedur epidemiologis seperti yang dilakukan John
Snow di London dalam menganalisis wabah kolera. Penggunaan spot map terutama
untuk memberikan gambaran penyebaran kejadian penyakit dalam wilayah tertentu
terutama wabah. Selain itu digunakan untuk menggambarkan penyebaran fasilitas
kesehatan, sarana kesehatan yang tersedia, tingkat imunitas penduduk, gambaran
sasaran dan hasil kegiatan program kesehatan serta gambaran penyakit menurut
24
daerah kerja. Sejauh ini, gambaran kejadian dan penyebaran penyakit dilakukan
melalui sistem komputerisasi yang dikenal dengan Geografic Information System
(GIS)(Soedarto,2010).
2. Beberapa wilayah
3. Satu negara (nasional)
Perbandingannya didasarkan pada pembagian wilayah administratif dimana
laporan kejadian kematian dan penyakit berasal dari populasi wilayah tersebut, maka
semakin kecil wilayah tersebut semakin baik hasil analisis yang dapat
menggambarkan peta wilayah yang tinggi dan rendah dengan ketentuan jumlah
penduduk tiap wilayah cukup besar untuk memberikan rate yang dipercaya.
Kadang variasi rate penyakit tertentu antar wilayah bukan dipengaruhi oleh faktor
uang melainkan perbedaan sifat atau pekerjaan populasi daerah tersebut. Untuk
penyakit infeksi biasanya dilakukan penelitian terhadap bukti adanya kejadian
infeksi, survei serologi, survei VCR, survei pembesaran limfa, dsb.
4. Beberapa negara (regional)
5. Banyak negara (internasional)
Perbandingan kejadian penyakit status kesehatan penduduk secara internasional
didasarkan pada nilai rate atau semacamnya. Untuk itu, data yang berkaitan dengan
penyebab kematian dan keadaan penyakit di sebagian besar negara telah dikumpulkan
dan diterbitkan secara berkala oleh WHO. Dalam hal sistem pelaporan dianjurkan
menggunakan buku klasifikasi penyakit internasional yang diterbitkan oleh badan
tersebut.
Untuk berbagai macam penyakit menular disebabkan oleh parasit atau bakteri sering
dijumpai mewabah dibeberapa daerah tapi tidak ditemukan di daerah lain. Keadaan
ini dapat segera diketahui melalui data klinis dan data statistik. Contoh yang telah
dialami oleh berbagai negara dewasa ini adalah menyebarnya wabah HIV/AIDS
keseluruh dunia.
Untuk penyakit non-infeksi penyebabnya tidak sejelas penyakit infeksi dan tingkat
resikonya dipengaruhi oleh berbagai faktor, perbedaan insiden secara international
25
bila dilihat dari sudut epidemiologis karena perbedaan itu merupakan ciri khusus
gambaran epidemiologi suatu penyakit.
Berdasarkan perbedaan rate penyakit tertentu antar negara maka berbagai penyakit
dapat digolongkan tinggi pada negara tertentu sedangkan kelompok negara lain
mempunyai rate yang sedang atau rendah.
Keterangan tempat dapat bersifat:
1. Keadaan geografi seperti pegunungan, pantai, dataran rendah, dsb.
2. Batas administratif / politik seperti batas negara, provinsi, kabupaten, dst.
Peranan karakteristik faktor tempat dalam studi epidemiologi erat
hubungannya dengan lokasi fisik seperti sifat geologi dan keadaan tanah, keadaan
iklim setempat yang erat hubungannya dengan tropis, subtropis, dan daerah beriklim
dingin. Selain itu faktor tempat dapat pula dipengaruhi oleh sifat flora dan fauna
setempat, kepadatan penduduk, dan kepadatan rumah tangga, jenis faktor penyebab
serta jenis vektor penyakit setempat.
Faktor tempat erat hubungannya dengan kebiasaan hidup dan adat kebiasaan
penduduk setempat, keadaan perkembangan maupun sistem ekonomi penduduk,
keadaan sistem pelayanan kesehatan dan fasilitasnya serta berbagai hal yang
berhubungan dengan faktor lingkungan baik (fisik, biologi, sosial).
Kriteria karakteristik faktor tempat:
1. Frekuensi penderita yang tinggi tampak pada semua kelompok penduduk yang
mendiami daerah tersebut.
2. Frekuensi yang tinggi tidak ditemukan pada suhu yang sama yang tinggal di daerah
lain.
3. Orang sehat yang pindah ke tempat itu menjadi sakit dengan frekuensi yang sama
dengan penduduk asli.
4. Penduduk yang meninggalkan daerah tsb tidak menunjukkan frekuensi penyakit
yang tinggi.
5. Selain manusia, hewan yang tinggal di daerah tersebut menunjukkan gejala yang
sama.
26
Faktor tempat dan pengaruh lingkungan meliputi:
1. Lingkungan biologis.
Ciri iklim dan ekologi menentukan jenis flora dan fauna sehingga mempengaruhi
pola penyakit melalui suhu, kelembapan, dan kondisi lain sesuai hidup dan
pertahanan parasit.
Lingkungan biologis diartikan sebagi beradanya sumber penyebab, reservoir binatang
sebagai pejamu atau vektor penyakit. Juga tersedianya bahan makanan hewani dan
nabati dalam mempertahankan status gizi dan derajat kesehatan. Lingkungan biologis
ikut mempengaruhi kebiasaan makan dan pola makanan setempat dan mempengaruhi
status gizi penduduk.
2. Lingkungan kimiawi dan lingkungan fisik
Ada 2 jenis bahan kimia utama yang selalu terdapat dalam suatu tempat yaitu air
dan udara. Air dengan berbagai kandungan kimia merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi kejadian penyakit setempat seperti kandungan mineral. Jika
kekurangan maka akan menimbulkan gangguan kesehatan tertentu misalnya
kekurangan zat yodium dapat menimbulkan penyakit gondok dsb.
Lingkungan fisik yang berpengaruh terutama perbedaan suhu udara dan tingkat
ketinggian tempat yang mempengaruhi tekanan oksigen setempat.
3. Lingkungan Sosial
Kemajuan kehidupan sosial yang tercermin dalam lingkungan sosial merupakan
faktor penentu utama terhadap lingkungan biologis, kimiawi, fisik sehingga
menimbulkan pemaparan terhadap penduduk. Adanya reservoir serta vektor yang
menyebarkan penyakit dan pencemaran pada udara dan air. Sifat kehidupan sosial
dan masyarakat pada suatu daerah dapat mempengaruhi aspek kehidupan yang
berhubungan dengan status kesehatan dan pola penyakit.
Batas politik, terutama batas antar Negara, menciptakan suatu wilayah yang
menentukan terjadi atau tidaknya kondisi, penyakit, dan gangguan tertentu. Suatu
Negara belum berkembang mungkin bertetangga dengan Negara maju dan hanya
dalam jarak beberapa mil, kumpulan penyakit yang berbeda dapat terjadi.
27
Berikut lima karakteristik yang terasa janggal pada tempat yang tengah dikaji
oleh ahli epidemiologi dan merupakan kriteria geografis yang harus dipertimbangkan
jika mencari hubungan antara tempat dan penyakit :
1. Angka frekuensi penyakit yang tinggi dapat dilihat pada semua kelompok etnik
yang mendiami suatu wilayah.
2. Angka frekuensi penyakit yang tinggi tidak tampak pada orang-orang dalam
kelompok serupa yang mendiami wilayah lain.
3. Orang sehat yang masuk ke wilayah tersebut menjadi sakit dengan frekuensi yang
serupa dengan penduduk asli.
4. Penduduk yang pindah tidak menunjukkan angka penyakit yang sama tingginya
dengan penduduk yang tetap tinggal di wilayah tersebut.
5. Spesies selain manusia yang mendiami wilayah yang sama memperlihatkan tingkat
investasi yang serupa dengan manusia ( dalam hal penyakit zoonotic ).
o Tempat dan Lingkungan ekologi
Karakter topografi, iklim, dan ekologi memiliki pengaruh yang sangat besar pada
aspek tempat dalam keberadaan dan penyebaran penyakit. Suhu, curah hujan, angin,
air, kelembaban, dingin, panas, lama (jam) matahari bersinar dan kondisi lain
mempengaruhi kemampuan patogen, khususnya bakteri, jamur, dan parasit, untuk
bertahan di lingkungan. Aspek ekologis dari lingkungan mempengaruhi kemampuan
patogen untuk bertumbuh kembang dan disebarkan. Ada berbagai aspek ekosistem
yang mencakup vektor, media, reservoir dan penjamu pada beberapa jenis penyakit
menular. Sampah daun, binatang, dan serangga yang menularkan penyakit, semuanya
merupakan bagian dari lingkungan ekologi suatu tempat dan penyakit.
o Lingkungan fisik dan tempat
Air dan udara adalah dua komponen penting dalam lingkungan fisik yang esensial
untuk kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain di muka bumi. Mutu air
minum dan udara beragam dari suatu tempat ke tempat lain dan dapat mempengaruhi
kesehatan manusia. Susunan zat kimia yang banyak sumber air mineralnya.
o Lingkungan sosial dan kebudayaan serta tempat
28
Cara masyarakat atau kelompok populasi menggunakan makanan, air, zat kimia,
dan cara mereka mempraktikkan sanitasi, higiene, kesehatan perorangan memiliki
pengaruh yang sangat besar pada status kesehatan populasi. Kekuatan lain yang dapat
mempengaruhi suatu kesehatan, seperti kepercayaan yang berkaitan dengan
kesehatan, tradisi, interaksi sosial, dan kebudayaan, juga dapat mempengaruhi
perkembangan dan penyebaran penyakit.
Interaksi sosial dan alat budaya telah lama dikaji baik dalam masyarakat
tradiscional maupun modern yang mungkin berkaitan dengan kejadian penyakit,
ketidakmampuan, dan kematian. Gereja traditional dan piknik sekolah yang seadanya
telah lama diketahui berhubungan dengan epidemi keracunan makanan akibat
stafilokokus, salmonela, atau demam tifoid. Aktivitas seksual dengan banyak
pasangan sering berdampak dalam penyebaran penyakit menular seksual (PMS),
termasuk AIDS.
Masyarakat dari ras, etnik, dan kebudayaan yang sama, khususnya kelompok
minoritas, cenderung berhasrat untuk tinggal saling berdekatan satu sama lain.
Penumpukan ras dan kelompok etnik juga berpengaruh terhadap tipe dan jumlah
penyakit yang ditemukan di satu tempat. Sayangnya, penumpukan ras disuatu
wilayah justru menimbulkan kemiskinan bagi mereka akibat status ekonomi rendah,
tingkat pendidikan rendah, dan kurangnya keterampilan kerja. Dengan demikian,
beberapa penyakit yang teridentifikasi berdasarkan tempat dipengaruhi oleh kondisi
masyarakat diatas. Fenomena itu, walaupun lazim dilihat di pusat-pusat kota dan di
kampung pendatang (migran), tidak terjadi hanya di Amerika serikat. Kamp-kamp
pengungsi akibat migrasi dan perang, bario (kota berpenduduk keturunan spanyol),
dan wilayah penuh tenda tempat berkumpulnya masyarakat miskin dan tunawisma
merupakan tempat bersarangnya penyakit dan seringkali menjadi lokasi epidemi
parah(Ferasyi,2012).
2.6 PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
2.6.1 Pengertian demam berdarah
29
DHF atau dikenal dengan istilah demam berdarah adalah penyakit yang
disebabkan oleh Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty ). Demam Berdarah Dengue
sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever ( DHF ). DHF / DBD adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong arbovirus dan masuk ke
dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang betina. (Suriadi :
2011).
Demam dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah
dua hari pertama terinfeksi virus (Mansjur : 2010).
Menurut beberapa ahli pengertian DHF sebagai berikut:
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegepty dan beberapa
nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar
secara efidemik.).Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang
disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegepty (Seoparman,2011).
2. 6.2 Penyebab penyakit demam berdarah
Penyebab utama adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan
nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty ). Yang vektor utamanya
adalah Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Adanya vektor tesebut berhubungan
dengan :
a. Kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan sehari-hari.
b. Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
c. Penyedaiaan air bersih yang langka.(Suriadi,2011).
Daerah yang terjangkit DHF adalah wilayah padat penduduk karena antar rumah
jaraknya berdekatan yang memungkinkan penularan karena jarak terbang Aedes
Aegypti 40-100 m. Aedes Aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang
(multiple biters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu
30
singkat, (Noer, 2011).
2. 6.3 Cara penularan penyakit demam berdarah
Penyakit DBD hanya dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty betina.
a. Nyamuk ini mendapat virus dengue sewaktu menggigit/menghisap darah orang :
Yang sakit DBD atau
Yang tidak sakit DBD tetapi dalam darahnya terdapat virus Dengue (karena orang
ini memiliki kekebalan terhadap virus dengue)
Orang yang mengandung virus dengue tetapi tidak sakit, dapat pergi kemana-
mana dan menularkan virus itu kepada orang lain di tempat yang ada nyamuk Aedes
Aegypti.
b. Virus dengue yang terhisap akan berkembangbiak dan menyebar ke seluruh tubuh
nyamuk termasuk kelenjar liurnya.
c. Bila nyamuk tersebut menggigit/menghisap darah orang lain, virus itu akan
dipindahkan bersama air liur nyamuk.
d. Bila orang yang ditulari itu tidak memiliki kekebalan (umumnya anak-anak), ia
akan segera menderita DBD.
e. Nyamuk Aedes Aegypti yang sudah mengandung virus dengue, seumur hidupnya
dapat menularkan kepada orang lain.
f. Dalam darah manusia, virus dengue akan mati dengan sendirinya dalam waktu
lebih kurang 1 minggu.
g. Tanda-tanda Penyakit Demam Berdarah Dengue
2.6.4 Tahap penyakit demam berdarah
Tahap penyakit demam berdarah meliputi demam biasa, demam berdarah klasik,
demam berdarah dengue atau hemoragik dan sindrom syok dengue, yakni sebagai
berikut :
1) Demam berdarah (klasik)
Gejala demam berdarah yang terjadi berbeda-beda tergantung pada usia pasien. Pada
bayi dan anak-anak ditandai dengan ruam yang muncul. Pada usia remaja dan
31
dewasa, penyakit demam berdarah ditandai dengan sakit kepala parah, demam tinggi
dan nyeri dibelakang mata, nyeri pada tulang dan sendi, muntah dan mual dan ruam
pada kulit.
2) Demam berdarah dengue
Demam berdarah dengue atau sering disingkat menjadi DBD biasanya ditinjukkan
dengan gejala seperti penderita demam berdarah klasik dan empat gejala utama
lainnya yakni demam tinggi, pendarahan hebat dan diikuti pembesaran hati serta
sistem sirkulasi udara yang memiliki kegagalan. Diagnosis lainnya pada DBD adalah
kerusakan pembuluh darah, kerusakan pembuluh limfa,pendarahan di bawah kulit
seperti memarkebiruan, trombositopenia dan jumlah sel darah merah merah yang
meningkat.
3) Sindrom syok dengue
Sindrom syok dengue adalah tingkat yang paling tinggi dari infeksi virus dengue. Hal
ini ditandai dengan pasien akan mengalami seluruh gejla penyakit demam berdarah
klasik dan demam berdarah dengue dan kebocoran cairan yang terjadi dipembuluh
darah, perdarahan dan syok yang menyebabkan tekanan darah rendah dan
berlangsung demam selama 2-7 hari. Awal terjadinya akan ditandai dengan tubuh
dingin, sakit perut dan sulit tidur.
2.6.5 Tanda dan gejala penyakit demam berdarahn
Masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue,
Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah
sebagai berikut :
1) Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat Celsius).
2) Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
3) Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan
(Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur darah
(Melena), dan lain-lainnya.
4) Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
5) Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
32
6) Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi penurunan trombosit
dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas
20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
7) Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan
nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.
8) Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
9) Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada
persendian.
10) Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
2.6.6 Cara pengobatan penyakit demam berdarah
Pada banyak kasus yang terjadi, DBD sering berujung pada kematian. Banyaknya
kasus kematian yang terjadi sering kali diakibatkan karena ketidak tahuan dan
lampannya penanganan terhadap penderita sehingga begitu penderita di bawa ke
Rumah Sakit kondisinya sudah parah.
Sebenarnya tidak ada pengobatan yang spesifik ataupun vaksin untuk demam
berdarah. Bila anda pikir sesorang terkena demam berdarah, berikan mereka cairan
sebanyak mungkin, bawa mereka ke puskesmas terdekat, dan hindarkan mereka dari
nyamuk untuk menghindari yang lain terjangkiti juga. Penyakit ini dapat berlangsung
hingga 10 hari, dan pemulihannya dapat memakan maktu 1 minggu hingga 4 minggu.
Pengobatan terhadap penyakit ini terutama ditujukan untuk mengatasi perdarahan,
mencegah/mengatasi keadaan syok / presyok, yaitu dengan mengusahakan agar
penderita banyak minum, bila perlu dilakukan pemberian cairan melalui infus.
Demam diusahakan diturunkan dengan kompres dingin, atau pemberian
antipiretika Jika anda mengalami panas tinggi yang berkepanjangan (lebih dari 1 hari)
dan tidak sembuh dengan meminum obat, cobalah mendatangi rumah sakit terdekat
dan cek darah anda. Apabila anda menemukan trombosit anda sudah di batas bawah
33
normal (batas normal: 150.000-500.000), berhati-hatilah.
Ada cara yang bisa ditempuh tanpa harus diopname di rumah sakit, tapi butuh
kemauan yang kuat untuk melakukannya. Cara itu adalah sbb:
1) Minumlah air putih minimal 20 gelas berukuran sedang setiap hari (lebih banyak
lebih baik)
2) Cobalah menurunkan panas dengan minum obat penurun panas
3) Beberapa teman dan dokter menyarankan untuk minum minuman ion tambahan
(tapi banyak juga yang tidak menganjurkannya)
4) Minuman lain yang disarankan: Jus jambu merah untuk meningkatkan trombosit
(ada juga yang menyarankan: daun angkak, daun jambu, dsb)
5) Makanlah makanan yang bergizi dan usahakan makan dalam kuantitas yang banyak
(meskipun biasanya minat makan akan menurun drastis).
Sebenarnya, semua usaha di atas bertujuan untuk menambah daya tahan tubuh
terhadap serangan demam berdarah, karena pada dasarnya demam berdarah tidak
perlu obat tertentu (dan memang tidak ada obat untuk itu). Ketahanan tubuh dapat
dilihat dari jumlah leukosit dalam darah. Ketika leukosit mulai meningkat (membaik),
maka biasanya trombosit yang kemudian akan bertambah.
2.6.7 Cara pencegahan penyakit demam berdarah
Saat ini, metode utama yang digunakan untuk mengontrol dan mencegah
terjadinya demam berdarah dengue adalah dengan melakukan pemberantasan
terhadap nyamuk Aedes aegypti sebagai penyebar virus dengue.
Nyamuk Aedes aegypti ini dapat berada di dalam rumah ataupun luar rumah. Di
dalam rumah biasanya nyamuk tersebut suka bersembunyi di tempat yang gelap
seperti di lemari, gantungan baju, di bawah tempat tidur dll. Sedangkan apabila di
luar rumah nyamuk Aedes aegypti tersebut menyukai tempat yang teduh & lembab.
Nyamuk betinanya biasanya akan menaruh telur-telurnya pada wadah air di sekitar
rumah, sekolah, perkantoran dll, dimana telur tersebut dapat menetas dalam waktu 10
34
hari.
Oleh sebab itu, lakukan 3 M
Menguras : Menguras tempat penampungan air secara rutin, seperti bak mandi dan
kolam. Sebab bisa mengurangi perkembangbiakan dari nyamuk itu sendiri. Atau
memasukan beberapa ikan kecil kedalam bak mandi atau kolam. Sebab ikan akan
memakan jentik nyamuk.
Menutup : Menutup tempat-tempat penampungan air. Jika setelah melakukan
aktivitas yang berhubungan dengan tempat air sebaiknya anda menutupnya agar
nyamuk tidak bisa meletakan telurnya kedalam tempat penampungan air. Sebab
nyamuk demam berdarah sangat menyukai air yang bening.
Mengubur. Kuburlah barang – barang yang tidak terpakai yang dapat memungkinkan
terjadinya genangan air.(Mansjur,2010).
2.6.8 Model terjadinya penyakit demam berdarah
1. Agent
Nyamuk Aedes aegypti merupakan pembawa virus dari penyakit Demam Berdarah.
Cara penyebarannya melalui nyamuk yang menggigit seseorang yang sudah terinfeksi
virus demam berdarah. Virus ini akan terbawa dalam kelenjar ludah si nyamuk.
Kemudian nyamuk ini menggigit orang sehat. Bersamaan dengan terhisapnya darah
dari orang yang sehat, virus demam berdarah juga berpindah ke orang tersebut dan
menyebabkan orang sehat tadi terinfeksi virus demam berdarah(Noer,2011).
2. Host/pejamu
Manusia tergigit oleh nyamuk Aedes yang telah memiliki virus DBD di dalam
tubuhnya, virus DBD menginfasi kedalam tubuh. Ketika sistem imun melemah, virus
ini aktif berkembang biak dan memulai infasi dan menginfeksi trombosit.
3. Lingkungan
Bak penampungan air yang tidak pernah dikuras dan tanpa penutup merupakan lokasi
perkembang biakan nyamuk Aedes Aegypty. Semakin banyak genangan air, maka
semakin meningkat populasi nyamuk Aedes Aegypty.
35
Kebiasaan dari nyamuk ini adalah dia senang berada di genangan air bersih dan di
daerah yang banyak pohon seperti di taman atau kebun. Genangan air pada pot bunga
mungkin menjadi salah satu tempat favorit nyamuk yang dapat terlupakan oleh Anda.
Jangan menggantung baju karena dapat sebagai tempat berkembangnya
nyamuk(Notoadmijo,2012).
2.6.9 Perjalanan alamiah penyakit demam berdarah
1. Fase prepatogenesis
Fase Susepteble : agent (nyamuk aedes aegypti) sudah terinfeksi virus dangue dari
host yang satu yang menderita penyakit DBD tetapi agent belum menularkan virus
dangue pada host yang lain, sehingga host tersebut belum terinfesi virus dangue
2. Fase fatogenesis
· Fase presimtomatis : host sudah terinfeksi virus dangue tetapi gejalanya belum
tampak namun apabila dilakukan pemeriksaan diagnostik maka akan didapat
peningkatan leukosit dan penurunan trombosit
· Fase klinis : infeksi virus semakin meluas, muncul tanda-dan gejala DBD
Masa inkubasi selama 3 – 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue. Selanjutnya
penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai
berikut :
1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 – 40 derajat Celsius)
2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan
3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva),
mimisan (epitaksis), buang air besar dengan kotoran berupa lendir bercampur darah
(melena), dan lain-lainnya.
4. Terjadi pembesaran hati (hepatomegali).
5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
6. Pada pemeriksaan laboratorium hari ke 3 – 7 terjadi penurunan trombosit dibawah
100.000 /mm3 terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai normal.
7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah,
36
· Fase ketidakmampuan : apabila pengobatan berhasil, maka penderita akan
sembuh sempurna tetapi apabila penyakit tidak ditangani dengan segera atau
pengobatan yang dilakukan tidak berhasil maka akan mengakibatkan kematian.
Tahap-tahap pencegahan
Primer Skunder Tersier
Promosi kesehatan :
§ Penyuluhan kesehatan
tentang penyakit DBD dan
cara memelihara
lingkungan yang baik
seperti melakukan
tindakan 3M (menguras,
mengubur, menutup)
§ Upaya untuk pencegahan
DBD ditunjukkan pada
pemberantasan nyamuk
beserta tempat
perkembangbiakannya
§ Program pemeriksaan
berkala seperti
pemeriksaan lingkungan
tempat tinggal oleh
petugas kesehatan
lingkungan.
§ Melakukan pemberantasan
nyamuk dan sarang-
sarangnya dengan
penyemprotan (foogin)
§ Pemberian obat demam
bedarah.
§ Memberikan jus jambu.
§ Upayakan pemberian cairan
yang adekuat
§ Menganjurkan makan
makanan yang bergizi dan
usahakan makan dalam
kuantitas yang banyak
terutama makanan yang
banyak mengandung
protein
§ Mengusahakan pasien yang
dalam masa pemulihan
agar terhindar dari gigitan
nyamuk lagi.
§ Melakukan donor darah
37
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Hasil
A. Tabel 3.1 Data penderita penyakit DBD di Puskesmas Pasayangan
rentan waktu 2008-2013NO KELURAHAN/DESA 2008
P/M
2009
P/M
2010
P/M
2011
P/M
2012
P/M
2013
P/M
STRATIFIKASI
1 PASAYANGAN 0 3 2 1 2 2 ENDEMIS
2 PASAYANGAN UTARA 1 0 0 0 1 0 SPORADIS
3 PASAYANGAN BARAT 0 2 2 0 1 1 SPORADIS
4 PASAYANGAN SELATAN 0 2 2 0 1 0 SPORADIS
5 KELURAHAN KERATON 4/1 2 16 1 10 7 ENDEMIS
6 MURUNG KERATON 0 2 3 0 0 0 -
7 TUNGKARAN 0 6/1 2 0 1 0 SPORADIS
8 MURUNG KENANGA 1 0 1 0 0 0 -
JUMLAH 6 17 28 2 16 10 79
(Gambar 3.1 proses pengambilan data di puskesmas pasayangan)
Dari data yang diperolah diketahui bahwa selama tahun 2008-2013 Kelurahan
Keraton mempunyai penderita DBD terbanyak tepatnya di RT 14. Hal ini sesuai
38
dengan data lapangan yang diperoleh dari observasi dan pengambilan sampel yang
meliputi :
1.Karakteristik individu dengan faktor
2.Karakteristik Tempat
3.Karakteristik waktu
4.Kombinasi Karakteristik individu,tempat dan waktu
3.2 PEMBAHASAN
3.2.1Karakteristik Individu dengan Faktor
Karakteristik individu dengan faktor warga di RT.14 Kelurahan Keraton
Martapura dari 7 keluarga yang diwawancara 6 keluarga (85,71%) tidak mengetahui
gejala gejala demam berdarah dan hanya 1 keluarga yang mengetahui gejala gejala
demam berdarah,hal ini disebabkan kurang nya pengetahuan warga dan kurang nya
sosialisasi dari instansi terkait terhadap penanganan dan pencegahan terhadap
penyakit demam berdarah.
(Gambar 3.2 foto bersama beberapa penduduk kelurahan keraton setelah wawancara
mengenai pengetahuan DBD)
Perilaku warga juga mempengaruhi banyak nya penyakit demam berdarah di
Kelurahan Keraton RT.14 Martapura. Perilaku tersebut meliputi tata cara
39
pembuangan sampah yang salah sehingga menjadi sarang nyamuk demam
berdarah,tidak pernah menguras bak mandi dan jarang nya warga memakai lotion anti
nyamuk.
3.2.2 Karakteristik Tempat
Karakteristik tempat untuk warga di RT. 14 Kelurahan Keraton Martapura
sangat kurang baik, dikarenakan perumahan di RT tersebut sangat berdempetan.
Kuranganya penyedian bak sampah di lingkungan tersebut membuat warga sekitar
membuang sampah sembarangan.Ditambah dengan lokasi sekolahan yang sangat
berdempetan dengan rumah-rumah warga serta pedagang kaki lima yang menambah
sempitnya lokasi yang menambah kumuh.
(Gambar 3.3 Keadaan salah satu tempat disekitar kelurahan keraton)
Dari 7 rumah yang di observasi di dapatkan 5 rumah (71,4%) sanitasi dan bak
penampungan air waraga Rt.14 kurang baik sehingga menyebabkan berkembang biak
nya jentik jentik aedes aygypti dan hanya 2 rumah yang mempunyai sanitasi yang
baik. Kemudian dari sampel jentik jentik yang diambil dari 7 bak penampungan air
40
milik warga kebanyakan jentik jentik tersebut merupakan jenis jentik jentik aedes
aygypti hal ini juga menjadi salah satu faktor atau penyebab banyak nya penyakit
demam berdarah di RT.14 Kelurahan Keraton Martapura.
(Gambar 3.4 proses pengambilan sample jentik di salah satu rumah warga)
Proses pengambilan sample jentik dilakukan di salah satu rumah warga
dimana,salah satu dari anggota keluarga pada keluarga tersebut pernah terkena
penyakit demam berdarah,proses dilakukan dengan cara mengambil sampel jentik
menggunakan gayung,kemudian dimasukkan ke dalam botol yang telah disiapkan
setelah itu dibawa untuk dilihat apakah itu jentik jentik aedes aegypty.
Tabel 3.2 karakteristik tempat RT.14 Kelurahan Keraton MartapuraRumah
Ke-
Terdapat Jentik
Aedes aegypti
Keadaan Bak Mandi Keadaan Rumah Sanitasi
1 Ada Kotor Baik Baik
2 - Bersih Baik Baik
3 Ada Kotor Tidak baik Kurang baik
4 - Bersih Baik Baik
5 Ada Kotor Baik Baik
6 Ada Kotor Tidak baik Tidak baik
7 Ada Kotor Baik Kurang baik
41
Dari data tabel diatas dapat disimpulkan bahwa hanya ada dua rumah yang tidak
terdapat jentik penyebab penyakit demam berdarah begitu pula dengan sanitasi nya
dari tabel dapat dilihat sanitasi di RT.14 sangat kurang baik jadin dapat disimpulkan
bahwa penyebab ada nya jentik penyebab DBD adalah sanitasi yang buruk.
3.2.3 Karakteristik Waktu
Dari data yang didapatkan pada puskesmas Pasayangan pada bulan januari dan
februari terdapat banyak penderita penyakit demam berdarah. Hal ini disebabkan
karena pada bulan Oktober sampai Maret merupakan musim penghujan. Pada saat
bulan itu perkembang biakkan nyamuk aedes aegypti sangat pesat. Hal ini juga
menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit demam berdarah.
Dari penderita penyakit demam berdarah kebanyakan adalah balita. Hal ini
disebabkan karena balita memiliki daya tahan tubuh yang lebih lemah daripada orang
dewasa. Oleh karena itu seorang balita harus mendapat perhatian lebih apabila
terdapat tanda-tanda atau gejala panas yang tidak kunjung berhenti kurang lebih 3
hari.
3.2.4. Kombinasi Karakteristik individu, tempat , dan waktu
Karakteristik individu , tempat , dan waktu memiliki hubungan yang sangat
signifikan dalam mempengaruhi jumlah penderita ataupun perkembangbiakkan
nyamuk aedes aegypti. Karena semua karakteristik tersebut dapat melengkapi satu
sama lain. Sebagai contoh, seorang invidu yang tidak mengetahui gejala-gejala
penyakit demam berdarah dan tidak mempunyai pendidikan tentang pengelolaan
sampah serta pengelolaan genangan air yang benar serta ditambah dengan letak
perumahan yang kumuh. Ketika memasuki musim penghujan maka terdapat 55%
kemungkinan ada salah satu anggota keluarga yang bisa mengidap penyakit demam
berdarah.
42
Oleh karena itu kita tidak bisa hanya terfokus pada satu karakteristik saja dalam
menanggulangi atau mencegah berkembangnya penyakit demam berdarah. Karena
karakteristik tersebut dapat mempengaruhi karatekteristik yang lain. Sebagai suatu
solusi diperlukan adanya berbagai macam sosialisasi untuk mengimbau kepada warga
tentang pentingnya karakteristik penyebab penyakit demam berdarah
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari studi kasus ini adalah :
1.Epidemiologi deskriptif adalah suatu penelitian yang tujuan utamanya
melakukan eksplorasi diskriptif terhadap fenomena kesehatam masyarakat yang
berupa risiko ataupun efek
2.Epidemiologi analitik adalah penelitian ini mencoba untuk menggali
bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan dapat terjadi yaitu dengan melakukan
analisis hubungan antar fenomena, baik antara faktor risiko dengan efek, antar faktor
risiko, maupun antar efek.
4.2 SARAN
1. Instansi terkait lebih memperhatikan kesehatan masyarakat terutama pada
saat musiim hujan
43
2. Musim hujan merupakan fase terbanyak penyakit demam berdarah, dengan
cara memberikan sosialisasi mengenai ciri-ciri terkena penyakit demam berdarah dan
penanganan dini penyakit demam berdarah, tanda-tanda penyakit demam berdarah
dan yang berhubungan dengan demam berdarah.
44
DAFTAR RUJUKAN
Azwar, Asrul.dr.m.ph. 2011. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: PT. Binarupa Aksara
B.K. Mandall., et all. 2010 Lecture Notes: Penyakit Infeksi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2010
Beaglehole, R., R. Bonita, T. Kjellstrom. 2010 .Basic Epidemiology. Geneva :World
Health Organization
Betty,Faizah.2010.Analisis Faktor Resiko KejadianPenyakit DBD di Desa
MojosongoKabupatenBoyolali.http://www.kopertis6.or.id/journal/index.php/eks/
article/view/12/10(diakses 25-01-2016)
Brady, Jaries. 2012 .Jurnal Konsep Desain Penelitian. Surabaya: Guru Besar Ilmu
Biostatistika dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga
Budioro.B. 2010 Pengantar Epidemiologi Edisi II. .Semarang : Badan Penerbit Undip
Budiarto, Eko. 2011. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Egc
Bustan. 2012. Pengantar Epidemiologi.Jakarta : Rineka Citra
Chandra, Budiman. 2012. Pengantar Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta :
EGC.
Ditjen P2PL,Departemen Kesehatan RI 1999, Petunjuk Teknis Pengamatan Penyakit
DBD,Jakarta: Depkes.RI
45
Departemen Kesehatan. RI.2011. Survey Entomologi Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Depkes. RI
Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.2005.Info Kesehatan Masyarakat.
http://usupress.usu.ac.id/files/Info%20Kesehatan%20Masyarakat%20Vol_%20ix
%20No_%201%20Juni%202005.pdf . (diakses 25-01-2016)
Ferasyi, T. R. 2012. Epidemiologi dan Ekonomi Veteriner. Banda Aceh : Syiah Kuala
University Press
. Kasjono, Heru Subaris & Heldhi B. Kristiawan. 2012. Prinsip Surveilans Epidemiologi, Oregon: Appleton & Lange.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan PenyehatanLingkungan.2011.ModulPengendalianDBD.http://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/manajemen%20DBD_all.pdf(diakses 25-01-2016)
Murti, Bhisma. 2010 .Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
Noor, N.N. 2012. Dasar Epidemiologi. Jakarta : PT Rineka Cipta
Notoatmodjo S. 2010 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Pramono,Dibyo.2012.RancanganPenelitiandibidangKesehatan.http://www.kmpk.ugm.ac.id/images/Semester_1/Epidemiologi/Rancangan_Penelitian_Epidemiologi.pdf (diakses 25-01-2016)
Siregar.A.Fazidah,2004, Epidemiologi dan Pemberantasan DBD di Indonesia, http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-fazidah3.pdf (diakses 25-01-2016)
Soedarto. 2010. Entomologi kedokteran, Jakarta: Buku Kedokteran ECG
Sumarmo S. 2012 Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Edisi kedua. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia;
46
Sutrisna, Bambang.dr.M.H.Sc.2012. Pengantar Metoda Epidemiologi. Jakarta:
PT. Dian Rakyat
Syafrudin dkk. 2012. Konsep Dasar Epidemiologi, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Valaris, Barbara. 2012. Disease Control and Surveillance, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
Vaughan, J. P & R.H Morrow. 2010. Sistem Pelaporan dan Surveilans, Jakarta: Trans Info Media
Widoyono. 2012 Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan Pemberantasannya. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2012
World Health Organitation. 2011. Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah Dengue. Alih Bahasa Palupi Widyastuti. Jakarta: Buku Kedokteran ECG
LAMPIRAN 1. CONTOH SOAL STUDI KASUS
CONTOH SOAL
1. Epidemiologi adalah suatu gambaran kejadian, distribusi, dan tipe penyakit
manusia, merupakan pengertian epidemiologi menurut ?
a. Hirach
b. Frost
c. Greenwood
d. Lilienfeld
2. Ruang lingkup epidemiologi antara lain, Kecuali ?
a. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
b. Epidemiologi Klinik
c. Epidemiologi Menular
d. Epidemiologi Terapan
47
3. Prinsip- prinsip epidemiologi antara lain, kecuali ?
a. Mempelajari sekelompok manusia atau masyarakat yang mengalami masalah
kesehatan.
b. Menunjuk kepada banyaknya masalah kesehatan yang ditemukan pada
populasi yang dinyatakan dengan frekuensi atau rasio.
c. Menunjuk kepada banyaknya masalah kesehatan yang diperinci menurut
keadaan tertentu (waktu, tempat, orang yang mengalami masalah).
d. Merupakan kegiatan sembarang yang dilakukan untuk mendeskripsi
suatau penyakit
4. Karakteristik epidemilogi yang membahas tentang bagaimana tampak suatu
lingkungan disebut dengan ?
a. Karakteristik waktu
b. Karakteristik individu
c. Karakteristik tempat
d. Karakteristik warna
5. Apa kepanjangan dari penyakit DBD ?
a. Demam Berdarah Disentri
b. Demam Berdarah Dengue
c. Demam Berdarah Disolve
d. Demam Berdarah Detentition
48