22

Hak dan kewajiban

Embed Size (px)

Citation preview

Hak dan kewajiban selalu dalam hubunganresiprositas, diadik, komplementer (hakmenimbulkan kewajiban, kewajibanmenimbulkan hak)

Kewenangan;

Kekuasaan;

Pemaksa;

Imunitas;

Terbebas dari gangguan pihak ketiga;

Bukan tdk tak terbatas (dibatasi hak orang

lain); serta

Bertanggungjawab (sesuai dgn maksud

dan tujuan diberikannya hak)

Perbuatan (aktif/pasif) yg harus dilakukan;

Berbanding lurus sekaligus berbanding

terbalik dengan hak;

Aras praksis: hak lebih diutamakan

pemenuhannya dibandingkan kewajiban.

Manusia lebih suka menuntut hak;i

Secara asasi, hak dan kewajiban harus

dipenuhi secara proporsional.

Salmond:

Hak: kepentingan yg diliindungi oleh

hukum

Memenuhi kepentingan adlh kewajiban,

sedang melalaikannya adlh kesalahan

Allen:

Hak: suatu kekuasaan berdsrkan hkm, shg

seseorang dpt melakukan kepentingannya

Ihering:Hak: kepentingan yg dilindungi oleh hukumHolland:Hak: kemampuan seseorang utk

mempengaruhi perbuatan orang lain tanpamenggunakan wewenang yg ada padanyatetapi didsrkan atas suatu paksaanmasyarakat yg terorganisir

Hak Dalam Perspetif Moral dan Hukum

Pelanggaran atasnya merup pelanggaran

moral dan hukum.

Sedang pentaatannya merup kewajiban

moral dan hukum

Salmond:

1. Melekat pada seseorang (pemegang hak);

2. Seseorang yg terkena akan terikat kewajiban

tertentu;

3. Mewajibkan seseorang utk melakukan atau tdk

melakukan sesuatu (isi hak);

4. Melakukan atau tdk melakukan berkaitan dgn

obyek tertentu;

5. Memiliki alas hak.

1. Kewenangan (Hak dalam arti

sempit);

2. Kebebasan (liberties) vs tanpa hak;

3. Kekuasaan (power) vs pertanggung-

jawaban;

4. Kekebalan (immunities) vs ketidak-

mampuan.

Roscoe Pound:

1. Pembatasan penggunaan hak milik

2. Pembatasan atas kebebasan melakukan

kontrak

3. Pembatasan thdp kekuasaan kreditur utk

mendapatkan jaminan yg memuaskan

4. Transformasi ke arah

pertanggungjawaban yg lebih obyektif

HAK

KEPENTINGAN

SOSIAL

KEPENTINGAN

SOSIAL

KEPENTINGAN

SOSIAL

KEPENTINGAN

SOSIAL

INDIVIDUALISME KOLEKTIVISME

Hak individual sangat

utama;

Kepentingan kolektif

diposisikan sbg hal

elementer;

Perlindungan hukum lebih

ditujukan kepada hak

individual

Hak kolektif sangat utama;

Kepentingan kolektif

diposisikan sebagai hal

utama;

Perlindungan hukum lebih

diutamakan terhadap hak

kolektif

PLATO:Hidup dalam negara (baca: masyarakat) mencakup seluruh hidup manusia. Manusia dapat hidup dan berkembang menurut hakikatnya melalui negara.

ARISTOTELES:Manusia hanya dapat berkembang dan mencapai kebahagiaan, kalau dia hidup dalam ‘polis’ (negara). Manusia adalah warga polis, seperti halnya bagian dari suatu keseluruhan. Manusia, pada hakikatnya, adalah ‘makhluk polis’ (zoon politicon). Keberadaan dan peran manusia baru mempunyai arti jika berada dalam suatu masyarakat. Pada hakekatnya, manusia adalah ’makhluk yang bermasyarakat’.

CICERO: Negara (baca: masyarakat) merupakan kumpulan

orang banyak yang dipersatukan melalui suatu aturan hukum berdasarkan kepentingan bersama. Namun supaya benar, negara harus berpedoman pada hukum alam dan memajukan ‘kepentingan umum’;

Bagi Cicero, masyarakat merupakan suatu kolektifitas dan ditujukan untuk memajukan kepentingan bersama (umum). Jelas, bahwa dalam suatu masyarakat, kepentingan sosial lebih penting artinya dibandingkan kepentingan individual.

THOMAS AQUINAS: Negara adalah masyarakat yang sempurna (societas

perfecta). Dalam suatu masyarakat, manusia mendapat perlengkapannya sebagai makhluk sosial. Orang yang tidak memperhatikan kepentingan umum, tidak berlaku sebagai makhluk sosial dan tidak sampai kepada kesempurnaan hidup;

Bagi Thomas Aquinas, manusia sebagai makhluk sosial pasti membutuhkan eksistensi masyarakat demi memperoleh segala kepentingan dan kebutuhannya. Aspek sosiabilitas manusia dan kepentingan sosial mempunyai gradasi lebih tinggi dari aspek individualitas dan kepentingan individual.

HUGO DE GROOT: Semua manusia mempunyai alam yang sama dan

kecenderungan-kecenderungan alam yang sama. Oleh karena itu, semua manusia berhubungan satu sama lain dan berkecenderungan untuk membentuk hidup bersama. Kecenderungan ini disebut ’kecenderungan untuk bermasyarakat’ (appetitus societatis). Masyarakat yang dibentuk secara demikian adalah dinamakan ’masyarakat manusia’ (societas humana). Akhirnya, menurut Hugo de Groot mengatakan, masyarakat terbentuk karena adanya kecenderungan setiap orang untuk hidup bersama secara damai;

Bagi Hugo de Groot, sosiabilitas merupakan karakter utama manusia, dimana manusia mempunyai kecendrungan untuk hidup bersama.

SAMUEL PUFENDORF: Aksioma dasar hukum alam adalah ‘manusia

harus mewujudkan diri sebagai makhluk sosial, agar dapat hidup di dunia dalam damai’. Aspek sosiabilitas manusia merupakan suatu keharusan, jika manusia ingin mendapatkan kedamaian hidup di dunia. Eksistensi masyarakat merupakan suatu entitas yang harus ada dalam kehidupan, terlepas dari kerelaan atau ketidakrelaan masing-masing individu.

Gagasan ini menyatakan bahwa kepentingan masyarakat menempati tempat yang lebih penting daripada kepentingan individu.

ROUSSEAU: Dalam suatu masyarakat sipil, manusia dan harta

bendanya tidak lagi bersifat individual, melainkan menjadi bagian dari suatu kolektivitas. Kolektivitas menjamin suatu kesatuan yang sempurna antara orang-orang, sedemikian rupa sehingga dalam situasi baru tersebut semua orang akan sederajat, semua orang akan sama. Ini berarti, tidak ada orang yang lebih berkuasa dari orang lain;

Rousseau sebenarnya juga menegaskan bahwa dalam suatu masyarakat, kolektifitaslah yang lebuh utama dibandingkan individualitas. Dengan demikian jelas, bahwa kepentingan sosial lebih penting dibandingkan kepentingan individu.

JOHN RAWLS: Tertarik pada konsep ’kontrak sosial’ menegaskan,

bahwa sejak jaman dulu telah terdapat pemikir (misalnya: Aristoteles) yang memandang manusia sebagai makhluk sosial. Karena bersifat sosial, manusia harus hidup dalam masyarakat;

Hanya dalam suatu kesatuan sosial, manusia dapat menjadi utuh (only in social union is the individual complete). Masyarakat merupakan suatu hidup bersama dimana tercapailah keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan bersama, sehingga saling melengkapi.

HEIDEGGER:

‘Sein ist Meitsein’ (ada selalu juga ada

bersama);

‘Das mitsein is ein existenziales

konstituens des in-der-Welt-Sein’ (Ada

bersama merupakan sifat eksistensial

daripada berada di dunia).

HEIDEGGER: Terdapat 3 (tiga) tingkatan dalam ko-eksistensi, yaitu:1. ‘Ko-eksistensi biologis-psikis’, yang berdasarkan

kebutuhan ‘aku’. Dalam keadaan ini, aku dipandang sebagai lebih tinggi daripada ‘sesama’;

2. ‘Ko-eksistensi etis’ berdasarkan ‘kesamaan hak’. Dalam keadaan ini, ‘aku’ dipandang sama tinggi dengan sesama. Prinsip rasional ini menjadi sumber hukum; dan

3. ‘Ko-eksistensi etis’ berdasarkan ‘kewajiban’. Dalam hal ini, ‘sesama’ dipandang lebih tinggi daripada ‘aku’. Prinsip ini menjadi sumber moral hidup, dan sumber hidup bersama bermoral, yakni ‘aku’ mau tunduk kepada ‘sesama’ manusia demi suatu kehidupan yang luhur sesuai dengan kehendak Tuhan.

HAK ORANG LAIN

HAK ORANG LAIN

HAK ORANG LAIN

HAK ORANG LAIN

HAK