26
1

Hamas - Citra ideal yang hancur

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Hamas - Citra ideal yang hancur

1

Page 2: Hamas - Citra ideal yang hancur

2

Abdullah Haidar Sha’i

HAMAS…

Citra Ideal yang Hancur

Page 3: Hamas - Citra ideal yang hancur

3

Judul Asli

Hamas… Shattering Image

PenulisAbdullah Haidar Sha’i

Jurnalis Independen Internasional yang mengkhususkan menganalisis gerakan-gerakan Islam

Diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggrisoleh

Dar al Murabiteen Publications

Judul Terjemahan IndonesiaHamas… Citra Ideal yang Hancur

Alih Bahasa Forum Islam At-Tawbah

EditorAbu Muhammad al Muwahhid

Selesai 15 Rajab 1432 H

Jazakumulloh atas amal jama’I penuh barokah ini. Seluruh waktu, dana dan kerja keras yang antum dermakan akan diganti dengan kebaikan yang berterusan hingga hari akhir, insya Alloh. Hanya Alloh yang mengetahui tulus cinta antum pada jihad dan mujahidin, manusia hanya mampu menilai dari karya yang

dilahirkan.

SumberAMEF (Anshar Mujahideen English Forum)

Publikasi Indonesia

Forum Jihad At-Tawbah1432

www.at-tawbah.net/vb

Diremajakan kembali oleh

Maktabah At-Tauhid wal Jihad1433

www.jahizuna.com

Page 4: Hamas - Citra ideal yang hancur

4

Daftar IsiProlog ............................................................................................................................... 5Citra yang Mulai Hancur................................................................................................... 7Moderatisasi dan Ekstrimisme......................................................................................... 12Akar dan Awal Perubahan ............................................................................................... 15Hamas Hanya Menuntut 1% Saja... ................................................................................. 18

Page 5: Hamas - Citra ideal yang hancur

5

Prolog

Dahulu, di masa dua Syaikh, yaitu Ahmad Yassin dan ar Rantisi (semoga Allah menyayangi mereka), berita dari Palestina yang sampai kepada kita adalah, “Sebuah roket telah ditembakkan ke wilayah Sedirot, dan Brigade al Qassam menyatakan bertanggung jawab atasnya…”, “Sebuah operasi istisyhad telah terjadi di sebuah kafe di Talabeeb dan al Qassam menyatakan bertanggung jawab atasnya…”. Akan tapi, kini berita yang kita dengar adalah, “Brigade al Qassam telah membunuh sejumlah Mujahidin dari kelompok Islam Jihadis setelah mengepung Masjid Ribat di perempatan jalan Zaitoon di Gaza1”, “Brigade al Qassam membunuh 10 orang, di antaranya terdapat anak-anak dari kelompok Jaisyul Islam yang ber-afiliasi kepada al Qaidah di Gaza2”, “Brigade al Qassam menyerang orang-orang yang tengah beribadah di Masjid Ibnu Taimiyah yang berafiliasi pada al Qaidah dengan roket dan sniper yang menyebabkan 125 korban tewas dan luka-luka”, “al Qassam mengepung rumah seorang Syaikh Mujahid terkemuka, Dr. Abdul Latif Musa yang dikenal dengan sebutan Abu Nuur al Maqdisi, meluluhlantakkan rumahnya3, mengisolasi tempat kejadian dan melarang para jurnalis mengambil foto atau mendapatkan informasi dari tempat itu”.

Organisasi Hamas kini telah bertindak tidak berbeda dengan perilaku rezim-rezim Arab lainnya dalam membungkam serta melenyapkan kalangan oposisi, rival, atau para pengkritiknya, ketimbang berlomba dan mengungguli mereka dalam fastabiqul khairat.

Hamas Membantai di Masjid Ibnu Taimiyyah

1 Pada bulan Agustus 20072 Pada bulan September 20083 Pada bulan Agustus 2009

Page 6: Hamas - Citra ideal yang hancur

6

Page 7: Hamas - Citra ideal yang hancur

7

Citra yang Mulai Hancur

Hamas telah berjuang selama bertahun-tahun menjadikan dirinya sebagai organisasi yang kuat, solid, dan memiliki reputasi luas, serta menggunakan nama dan reputasi legendarisnya itu untuk mendukung berbagai propaganda, mulai dari propaganda yang direkayasa secara teknis dan ilmiyah, untuk memotong setiap langkah musuh atau kritik atau rivalnya yang dianggap mengganggu manuver dan perjalanannya4. Akan tapi, kini, setelah peristiwa penyerangan Masjid Ibnu Taimiyah, seluruh propaganda itu sepertinya akan berbalik menghancurkan berkeping-keping imej ideal yang telah membuat jutaan orang bersimpati padanya selama lebih dari dua dekade ini.

Dan tak lama, Hamas secara berangsur-angsur akan kehilangan keseimbangan yang telah ia ciptakan selama ini melalui berbagai amaliyat dan popularitas media, dan atas dasar keseimbangan ini pula (awalnya) Hamas menyandarkan dirinya ketika ia melancarkan serangan terhadap Masjid Ibnu Taimiyah dan Syaikh Abdul Latif Musa rahimahullah. Hamas juga begitu yakin terhadap kekuatan yang dimilikinya, meliputi tentara terlatih dan perlengkapan perang Brigade al Qassam yang awalnya dipersiapkan untuk menghadapi kekuatan penjajah –Israel-, namun kini malah diarahkan untuk berkonfrontasi dengan segenap elemen yang juga aktif memerangi penjajah –Israel-.

Hamas pun cenderung memanfaatkan kekuatan yang dahulu diwarisi dari Muhammad Dahlan (segenap mantan tentara bekas anak buah Muhammad Dahlan, Kepala Keamanan Pemerintah Otoritas Palestina semenjak zaman Yasir Arafat hingga Mahmoud Abbas .—pent), juga segenap kesatuan polisi yang pernah dilatih oleh Intelijen Mesir. Kesatuan polisi tersebut kini menjadi unit polisi di Gaza, dan bersama tentara bekas milisi Dahlan, membentuk kesatuan eksekutif di dalam gerakan Hamas, semenjak Juni 2007.

Syaikh Abu Nuur al Maqdisy rahimahullah

Apa yang telah dilakukan Hamas dalam peristiwa Masjid Ibnu Taimiyah, serta serangkaian

4 Niccolo Machiaveli dalam “Il Principe” berkata, “Anda harus membangun reputasi yang kokoh dan luas di sekitar Anda, sehingga dapat menghentikan musuh-musuh Anda dalam mengkritik Anda secara terbuka. Karena dengan reputasi yang kokoh dan luas tersebut, rakyat yang telah bersimpati pada Anda akan ikut berpihak pada Anda dan melawan para pengkritik itu.”

Page 8: Hamas - Citra ideal yang hancur

8

argumen yang disampaikannya sebagai ‘pembenaran’ atas aksinya itu menuai tanda tanya. Pada saat ketika anggota al Qassam mengepung masjid dan menempatkan para snipernya di atap-atap rumah, Ismail Haniyah –Perdana Menteri Otoritas Palestina dari Hamas- pada hari yang sama dalam kesempatannya ber-khutbah jumat yang ia sampaikan di sebuah masjid, berulang kali ia sampaikan penolakan dan penyangkalannya tentang keberadaan Mujahidin asing di Gaza atau para pejuang al Qaidah atau siapa saja yang sejalan dengan ideologi atau manhajnya. Pernyataan ini dipahami oleh banyak pihak sebagai sebuah deklarasi (implisit) dari rencana untuk melenyapkan (baca: membunuh) siapapun yang memiliki koneksi dengan proyek Jihad Global.

Komentar Haniyah dilontarkan sebagai penyangkalannya atas klaim beberapa jurnalis di daerah pendudukan yang menyatakan bahwa puluhan pejuang ’asing’ telah menyelundup masuk di Jalur Gaza pada tahun-tahun terakhir ini, dan bahwa al Qaidah semakin dekat untuk menguasai wilayah Gaza.

Lalu terungkap fakta, bahwa di antara mereka yang terbunuh dalam peristiwa Masjid Ibnu Taimiyah terdapat Abu Abdullah al Muhajir –seorang Mujahid berkebangsaan Syiria, yang awalnya adalah pelatih militer Brigade al Qassam, dan kemudian ia mendirikan Jundu Ansharullah-. Di hari Jumat itu, Haniyah muncul ke tengah publik –dalam khutbah jumat- untuk menyampaikan pembenaran atas aksi pembantaian tersebut, dengan menyatakan bahwa mereka yang berada di dalam Masjid Ibnu Taimiyah, beserta Syaikh Abu Nuur –rahimahullah- adalah orang-orang bughot yang mengkafirkan pemerintahan Hamas (kaum khawarij-takfiri.–pent) dan membahayakan negara Palestina5.

Pernyataan Haniyah inipun terbantahkan, berdasarkan manhaj dan kenyataan operasi lapangan –yang memperlihatkan bahwa memang benar Mujahidin internasional telah sampai di Gaza-, juga oleh khutbah yang disampaikan oleh Syaikh Abu Nuur al Maqdisi yang harus beliau tebus dengan ke-syahid-an –insyaAllah-.

(Dalam khutbahnya) Syaikh Abu Nuur menggambarkan Hamas terbagi menjadi dua generasi. Generasi pertama telah banyak yang telah menjadi syuhada –insyaAllah- ”dan Allahmuliakan mereka”. Sementara generasi kedua adalah yang ada sekarang ini dan mereka”bercampur baur (antara mereka yang jujur maupun tidak) dalam berbagai hal (manhaj, pemahaman, dll) tercampur bersama mereka”, dan mereka –Pemerintahan Hamas– ”jika mereka menerapkan Syariat Islam di Gaza maka saya (maksudnya Abu Nuur) akan menjadi prajurit dan pembelanya”6.

Serangan Hamas terhadap Masjid Ibnu Taimiyah telah mengungkapkan kepada khalayak ramai di luar Palestina –untuk pertama kali– bahwa isu utama dari pertikaian berdarah ini adalah karena Hamas ’tidak memberlakukan Syariat Islam’7, dan mereka berdalih tengah berusaha menerapkannya secara bertahap. Insiden Masjid Ibnu Taimiyah juga mengungkapkan hal-hal yang selama ini ditutupi, salah satunya adalah, di antara korban yang tewas dari pejuang Jundu Ansharallah dan termasuk dalam barisan mereka, beberapa tentara pelaku amaliyah istisyhadiyah yang awalnya bergabung dengan Brigade al Qassam, sayap militer Hamas, --bahkan salah seorang pemimpinnya adalah salah satu kemenakan Dr. Musa Abu Marzuq, wakil presiden dari biro politik Hamas8.

Apa yang terjadi di Masjid Ibnu Taimiyah merupakan rangkaian dari kampanye besar lagi

5 Ismail Haniyah, al Jazeera Channel, 14 Agustus 20096 Website Jundu Ansharullah, transkrip Khutbah Jumat Syaikh Abu Nuur al Maqdisi7 Hamas memerintah berdasarkan UUD Palestina, yang di-edit dari UU pemerintah kolonial Inggris ketika menjajah Palestina dahulu.8 Abdul Bari Atwaan, “Hamas dan Perangkap Ekstremisme”, Preface, al Quds al Arabi, 17 Agustus 2009

Page 9: Hamas - Citra ideal yang hancur

9

berkelanjutan yang menurut pertimbangan Hamas perlu untuk dilakukan, dalam kaitannya untuk mengantisipasi pelanggaran/penerobosan keamanan yang dilakukan oleh ’komponen-komponen asing’, yang kebanyakan mereka adalah dari kalangan yang menganut manhaj Salafiyyah Jihadiyyah di Gaza serta para pendukung gerakan Jihad Global yang berada di bawah arahan/kepemimpinan al Qaidah. Kampanye besar ini dilancarkan setelah diadakannya pertemuan di Mesir antara pejabat intelijen Inggris, para pimpinan intelijen (keamanan nasional) Mesir, serta segenap pemimpin Hamas yang dipimpin oleh Mahmud az Zahhar dan pimpinan al Qassam yang tak disebutkan namanya di media-media outlet.9

Hamas kemudian mengiringi berbagai insiden tersebut dengan melancarkan propaganda media. Setelah membunuh orang-orang yang beribadah di Masjid Ibnu Taimiyah, Syaikh Abu Nuur al Maqdisi disalahkan dengan tuduhan memiliki sakit mental, atau menganut manhaj yang sesat, dan bahwa ia adalah seorang takfiri. Dan untuk mendukung berbagai klaim propaganda tersebut serta mengarahkan opini publik, mereka menuduh Syaikh Abu Nuur sebagai pihak yang bertanggung jawab atas berbagai kejahatan yang terjadi di Gaza beberapa waktu sebelumnya, seperti peledakan kafe-kafe internet dan menargetkan sekolah-sekolah Kristen, serta perayaan-perayaan pernikahan yang isinya bercampur baur.10 Hamas menuduh Abu Nuur adalah agen aparat keamanan dari Abu Mazin (Mahmoud Abbas) di Ramallah11 dan tuduhan ini telah berkali-kali dibantah oleh Jundu Ansharullah.

Beberapa insiden yang dimasukkan ke dalam daftar tuduhan Hamas sebenarnya terjadi jauh sebelum Jundu Ansharallah didirikan, seperti peristiwa pemboman di depan rumah pemimpin Hamas, Marwan Abu Raas.12

Lambang Jundu Ansharullah

9 Al Manar Media Website10 Pernikahan kerabat Muhammad Dahlan yang terjadi pada akhir Juli. Penyelidikan mengungkapkan bahwa ledakan terjadi dikarenakan mercon dan kembang api yang disulut dalam pesta, akan tetapi ledakannya seperti bom pinggir jalan yang dipasang di depan rumah Abu Raas, pengurus teras asosiasi ulama Palestina. Peristiwa ini terjadi pada bulan Juli 2007, satu setengah tahun sebelum berdirinya Jundu Ansharullah.11 Seluruh tuduhan tersebut telah dibantah oleh Jundu Ansharullah pada saat itu juga, dan kembali diulangi sesaat setelah peristiwa Masjid Ibnu Taimiyah.12 Organisasi Jundu Ansharullah didirikan pada akhir tahun 2008, sementara peristiwa pemboman di depan rumah Abu Raas terjadi pada pertengahan tahun 2007, jauh sebelum Jundu Ansharullah didirikan

Page 10: Hamas - Citra ideal yang hancur

10

Berbagai penjelasan Hamas tentang kejadian itu –yang kemudian diadopsi oleh berbagai media outlet baik yang diterbitkan oleh para pendukungnya atau rivalnya– bahwa target operasi kali ini adalah mereka yang memiliki hubungan dengan jaringan ’terorisme’ global, telah memperlihatkan bahwa Hamas tengah menghancurkan citra-nya yang (dahulu) memukau di depan opini publik dunia Islam. Nasib Hamas mungkin makin mendekati nasib berbagai kepemimpinan Jihad maupun pribadi-pribadi yang dahulu begitu mendapat tempat terhormat di Dunia Islam seperti sosok pemimpin Jihad (dahulunya) yang legendaries, Abdur Rabbi Rasul Sayyaf, yang kini namanya tenggelam karena lebih memilih untuk bergabung dengan pihak penjajah salibis Amerika dan menjadi anggota parlemen di bawah rezim pemerintahan boneka Hamid Karzai beserta para pendukungnya di Afghanistan.

Dan inilah yang ditakuti Hamas, terungkapnya wajah buruk dari citra yang selama ini tertanam di hati segenap Dunia Islam. Bisa jadi nasib Hamas makin mendekati nasib yang pernahdialami oleh al Mahakim al Islamiyah di Somalia. Awalnya al Mahakim mendapat dukungan dan sambutan luas dari publik di Dunia Islam, serta proyek-proyek perjuangan mereka begitu dipuji dan diharapkan. Hingga akhirnya al Mahakim berusaha meraih dukungan negara-negara Eropa dan Amerika –dan itupun memang terjadi, negara-negara Eropa dan Amerika bersedia membantunya, melatih para tentaranya- hingga pemimpinnya Syaikh Syarif Ahmad lebih memilih meminta bantuan tentara kristen Ethiopia dan negara-negara Barat lainnya untuk menggempur saudaranya sendiri, Harakah Syabab al Mujahidin, dikarenakan Syabab ber-afiliasi dengan al Qaidah, sehingga dimasukkan ke dalam daftar organisasi teroris global.

Sebuah poling di al Jazeera memperlihatkan bahwa lebih dari 42% responden tidak mendukung Hamas dalam aksi yang dilakukannya terhadap Jundu Ansharullah. Dan jumlah persentase itu menggambarkan lebih dari sekitar 42 ribu partisipan, dari total jumlah partisipan yang berjumlah sebanyak 87 ribu.

Sementara lebih dari 42 ribu partisipan itu menyatakan menolak aksi Hamas, padahal mereka telah mendengarkan berbagai narasi dari channel al Jazeera –di mana dalam peristiwa ini , seluruh narasi di al Jazeera dimonopoli oleh Hamas, ini sesuatu yang melanggar prinsip ‘keseimbangan pemberitaan’ yang merupakan salah satu etika jurnalistik, karena narasi dari pihak korban sama sekali tidak ditampilkan. Poling ini meng-indikasi-kan, bahwa hampir separuh partisipan tidak setuju dengan aksi Hamas, dan mereka tidak mem-percayai narasi yang ditampilkan di channel al Jazeera.

Poling tersebut ternyata juga mengungkapkan fakta bahwa berbagai klaim dan dalih yang direkayasa Hamas terhadap Jundu Ansharullah beserta Syaikh Abu Nuur sama sekali tidak dapat diterima oleh penduduk Gaza, khususnya mereka yang kehilangan putra-putra mereka dalam insiden itu, entah itu korban yang tewas, luka-luka, ditahan, atau hilang dan tidak kembali.13

Sosok Abu Nuur al Maqdisi yang sangat akrab bagi mereka, yang kenyataannya adalah seseorang yang baik, yang hidup di tengah-tengah rakyatnya, senantiasa mengembalikan seluruh permasalah kepada Syariat Islam, sangat santun dan senantiasa membantu orang yang membutuhkan, khususnya kepada Jihad dan Mujahidin. Rakyat Gaza juga sangat mengenal para pemuda anggota Jundu Ansharullah, karena banyak di antara mereka dahulunya adalah anggota dari al Qassam.

13 Menurut laporan Amnesti Internasional, lebih dari 30 orang terbunuh di tempat ketika insiden pecah, 150 terluka dan 20 di antaranya terluka sangat kritis, beberapa yang terluka meninggal (atau dibunuh?) ketika dalam perjalanan ke rumah sakit, lebih dari 480 orang ditahan atau hilang tidak pulang ke rumah selepas peristiwa Masjid Ibnu Taimiyah

Page 11: Hamas - Citra ideal yang hancur

11

Page 12: Hamas - Citra ideal yang hancur

12

Moderatisasi dan Ekstrimisme

Insiden Masjid Ibnu Taimiyah di Rafah terjadi ketika Hamas tengah mengkampanyekan dirinya sebagai gerakan moderat dan mendeklarasikan bahwa dirinya dengan al Qaidah adalah dua kutub yang berbeda, dan hampir semua pimpinan Hamas –khususnya yang sering muncul sebagai juru bicara di media– menekankan berkali-kali bahwa mereka bukanlah al Qaidah dan mereka sama sekali tak mempunyai keterkaitan dengan aktivitas-aktivitas terorisme. Muhammad Abu Tair –salah satu anggota parlemen Palestina dari Hamas, menulis di News Week tentang loby politik Hamas di al Quds setelah kemenangan Hamas pada pemilu 2006 bahwa, ”Kami tidak berniat menerapkan Syariat Islam, dan kami bukan bagian dari organisasi al Qaidah”.14

Meskipun Hamas mengklaim bahwa kehadiran al Qaidah di Gaza telah membuat organisasi Hamas dimusuhi oleh seluruh dunia, dan bahwa Hamas adalah organisasi yang cinta damai serta bersungguh-sungguh untuk tunduk di bawah arahan dan hukum-hukum internasional, janganlah dilupakan, bahwa Hamas-lah sesungguhnya yang ’bertanggung jawab’atas perpanjangan isolasi atas Gaza selama lebih dari 3 tahun dan bukan al Qaidah. Ketika selama 3 minggu, Gaza diluluhlantakkan dengan bom fosfor putih antara Desember 2008 hingga pertengahan Januari 2009, adalah Hamas yang melontarkan 7 buah roket ke wilayah Israel dan bukan al Qaidah atau siapa saja yang menjadi pendukungnya di Gaza. Dalam peristiwa memilukan itu, 1300 rakyat Gaza syahid –insya Allah- dan 7000 ribu lainnya terluka, akibat serangan brutal Zionis yang menggunakan senjata terlarang, bom fosfor putih namanya.

Ide tentang moderatisasi dan ekstrimisme dipublikasikan oleh intelijen Amerika dan Israelsemenjak 10 tahun terakhir, dan kemudian diadopsi oleh beberapa gerakan Islam untuk melepaskan dirinya dari tuduhan terorisme, setelah Bush mendeklarasikan ideologi fasisnya dalam pidato politik nasionalnya setelah tragedi 11 September, ”Siapa yang tidak bersama kami adalah lawan kami”.

Ide tentang terorisme dan ekstrimisme telah diimplementasikan ”berdasarkan hukum-hukum internasional yang dihormati Hamas” pada tahun 1994 setelah konferensi Sharam asySyaikh yang menghasilkan agenda perang melawan terorisme –sementara pada saat itu al Qaidah belum menjadi embrio, dan dunia lebih mengenal aksi ’terorisme’ Hamas– ketika ia melancarkanserangan bom pada sebuah stasiun bis yang penuh dengan orang Zionis di Tal Abeeb, membunuhsekurangnya 40 orang Israel.

Lingkar-lingkar studi strategis Amerika dan Zionis menganalisis indikasi sebagai ukuran proses moderatisasi: yakni sejauh mana suatu organisasi menerima Demokrasi dan konsep Hak Asasi Manusia (yang berdasarkan nilai-nilai Barat) dalam praktek keyakinannya dan kehidupanpribadinya, sejauh mana organisasi tidak memandang permasalahan perpindahan agama (murtad dari agama) atau orientasi seksual yang bebas, sejauh mana organisasi tersebut mau menerima dan menerapkan tradisi serta standar dari Barat, sejauh mana organisasi menerima persamaan hak perempuan dan kesetaraan gender, atau sejauh mana sebuah organisasi mau memperjuangkan hak-hak kaum minoritas agar dapat setara dengan mayoritas.15

Studi tersebut merumuskan beberapa poin untuk membedakan (memisahkan) mana organisasi yang moderat dan mana yang ekstrem.Pertama : menerima demokrasi

14 Newsweek, Kevin Braino, Gaza, Februari 200615 Study: Creating Moderate Islamic websites, Rand Organisation of Departmen of Defense of America, 2006

Page 13: Hamas - Citra ideal yang hancur

13

Kedua : menerima pendekatan non religius (sekuler) untuk penetapan hukum serta perundang-undanganKetiga : hak-hak perempuan, kesetaraan gender, dan kesetaraan hak minoritasKeempat : menolak dan ikut memerangi pendekatan terorisme dan kekerasan (dalam kamusmereka, apa yang dilakukan muslim tertindas di Palestina, Afghanistan, dan Iraq adalah terorisme,sementara kekejaman yang dilakukan Zionis, penjajah Amerika dan NATO, atau rezim tirani di dunia Islam adalah tindakan mem-bela diri).

Dan Amerika membuat berbagai daftar pertanyaan yang harus dijawab untuk menilai sejauh mana tingkat moderatisasi diterapkan oleh suatu organisasi; yaitu tentang manhaj, ideologi atau pandangan politik serta ekonomi yang seperti apa yang diterapkan? Apakah organisasi itu menerima asas legitimasi Internasional dan hukum-hukumnya (sesuai garis Sykes Picot. —pent)? Apakah organisasi itu mau menerima peraturan dan perundang-undangan yang disodorkan oleh komunitas internasional?

Apakah ia menerima hak kebebasan ber-agama, serta tidak menghalangi orang yang murtad dari Islam untuk memeluk agama lain? Apakah ia menerima hak-hak kaum gay serta berbagai kebebasan orientasi seksual lainnya sebagai bagian dari Hak Asasi Manusia dan kebebasan individu? Apakah organisasi itu lebih meyakini kemuliaan hukum Islam atau akankah ia lebih menerima asas mayoritas dalam sistem Demokrasi? Apakah ia akan membebaskan praktek penyebaran agama non Islam pada masyarakat Islam? Apakah ia akan menerima jika lewat proses demokratik itu yang terpilih adalah seseorang non muslim?16

Pendekatan politik yang diterapkan Condoleza Rice pada Dunia Islam diawali berdasarkan konsep moderat dan ekstrimis ini. Dan ketika Hamas mulai menerima sistem Demokrasi, terlibat dalam proses pemilu pada Januari 2006, membawa titik terang bagi peluang moderatisasi (baca:proses pemandulan. –pent) sehingga organisasi ini dapat masuk sepenuhnya dalam bingkai konsep yang dirumuskan serta disebarkan oleh pusat-pusat studi tersebut. Kita mengetahui bahwa para pengambil keputusan strategis di pusat studi tersebut (yang tersebar di Eropa dan Amerika), seperti Rand Organization for Strategic Studies, yang dibiayai dan dikendalikan oleh Kementerian Pertahanan dan Kementerian Luar Negeri Amerika, atau lembaga International Islamic Organization, yang ternyata dibiayai oleh Kongres Amerika serta The Carter Foundation. The Carter Fondation, dengan patronnya Jimmy Carter, ternyata telah cukup lama menjadi mediator pembicaraan tidak resmi antara pihak Zionis penjajah dengan gerakan Hamas.

Lelucon pernyataan pemilu –yang diadopsi oleh ‘Hamas versi baru’– yang menetapkan bahwa seluruh anggota masyarakat adalah setara di hadapan hukum tak peduli bagaimana agamanya, apakah ia muslim atau kafir, bahwa demokrasi adalah satu-satunya solusi, bahwa solusi masalah serta penetapan tasyri’ diserahkan sepenuhnya pada kotak-kotak suara, sehingga menjadikan syariat Islam sebagai salah satu saja dari alternatif utama dan itu bukanlah satu-satunya hukum untuk mengatur, dan bahwa darah rakyat Palestina itu lebih suci.17

Rakyat Palestina di Gaza memilih Hamas karena mereka yakin bahwa otoritas religius (Hamas dianggap mewakili otoritas religius. –pent) bersih dari korupsi dan akan memberikanperhatian yang lebih besar untuk memperbaiki kondisi hidup mereka.18

Demikian berbagai kampanye Hamas pada saat pemilu. Dalam level implementasi sosial dan kultural, Hamas mendeklarasikan bahwa mereka tidak akan menutup pub dan bar atau hotel

16 Study: Creating Moderate Islamic websites, Rand Organisation of Departmen of Defense of America, 200617 Program pilihan Unit Perbaikan dan Perubahan, Gaza Palestina, Palestinian Media Center18 Koran Haarets, Februari 2006

Page 14: Hamas - Citra ideal yang hancur

14

yang membuka pub dan bar, mereka tidak akan mendesak pemakaian hijab, dan bahwa mereka lebih memilih pendekatan gradual untuk merubah masyarakat dengan melakukan amar ma’ruf saja tetapi tidak melakukan nahi munkar. Mereka membuka sekolah-sekolah musik bagi anak-anak dan panggung pertunjukan yang bercampur baur antara lelaki dan perempuan, mereka juga mendorong audisi-audisi ’pencari bakat’ di panggung-panggung pertunjukan, serta memprogramkan 20 juta dollar untuk membangun sebuah bioskop terbesar di daerah pesisir Gaza.19

Dalam level politik, Hamas menunjuk ’manajer’, yaitu seorang agen intelijen Mesir bernama Omar Sulaiman sebagai intermediary (penghubung) rahasia, dalam berbagai kesempatan komunikasi dan pembicaraan tidak langsung dengan pihak penjajah Israel. Omar Sulaiman bertindak sebagai intermediary berkebangsaan Arab, sementara yang bertindak sebagai intermediary ke dunia internasional, Hamas berkolaborasi dengan mantan presiden Amerika Jimmy Carter bersama menteri luar negeri Russia Sergei Lavrov, yang baru-baru ini bertemu dengan Khalid Misyal di Damaskus. Setelah berakhirnya pertemuan tersebut, Lavrov kemudian mengumumkan, ”Hamas saat ini sudah berubah menjadi lebih praktis (baca: pragmatis. –pent).”20

19 Berbagai agensi berita: Russia Today Channel, al Jazeera Channel, al Arabiah Channel20 Sebagaimana pernyataan Sergei Lavrov yang dikutip berbagai agensi media, di antaranya Middle East Newspaper, Juni 2009

Page 15: Hamas - Citra ideal yang hancur

15

Akar dan Awal Perubahan

Sebelum sampai pada fase bentrokan Hamas yang moderat dengan pergerakan Islam ’ekstrimis’ (khususnya kalangan Salafiyyah Jihadiyyah. –pent), ada perbedaan nyata di antara kepemimpinan Hamas, (garis perbedaan mulai terlihat) khususnya pada masa Dr. Ar Rantisi dengan Khalid Misyal.

Rantisi menegaskan antara pembebasan dan negosiasi, ”Negosiasi adalah engkau mengkapling-kapling tanahmu dan bukan melancarkan operasi perjuangan pembebasan, kemudian engkau mengambil sejumput tanah dan engkau berikan sisanya kepada penjajah yang merampas tanahmu itu. Akan tetapi operasi pembebasan yang sebenarnya adalah engkau hanya mengambil apa yang menjadi hakmu, dan engkau bersedia memberi bayaran yang sepadan dengannya, yaitu darah dan segenap harta milikmu, dan engkau tidak berkompromi untuk mendapatkan apa yang menjadi hakmu itu”.21

Sementara Khalid Misyal menyatakan, ”Hamas siap mendukung terhadap setiap solusi untuk men-setting hidup berdampingannya dua bangsa dalam satu negara sebagaimana batas 1967”.22

Sebelum momen kritis yang terjadi pada peristiwa Masjid Ibnu Taimiyah, dengan seluruh kemungkinan antisipasi yang akan terjadi di masa depan –tidak hanya efek yang akan terjadi pada Hamas, tetapi akan mempengaruhi seluruh pola hubungan antara berbagai amal Islami dan proyek Islami, namun juga akan mempengaruhi persepsi masyarakat muslim umumnya terhadap Hamas-, banyak peristiwa dan insiden yang terjadi mendahuluinya. Pada 13 Maret 2009, sekelompok pejuang yang tidak sejalan dengan manhaj Hamas, menembakkan sejumlah roket ke wilayah penjajahan Israel.

Hamas segera mengumumkan pernyataannya yang mengecam dan mengutuk, dan meyakinkan komunitas internasional melalui juru bicaranya, Tahir an Nunu, bahwa tembakan roket itu bukan berasal dari perlawanan Hamas.23

Lalu Usamah Hamdan, perwakilan Hamas di Lebanon yang juga anggota politbiro Hamas berkata pada BBC di hari yang sama, bahwa penembakan roket tersebut ”mengacaukan seluruh strategi operasi perlawanan Hamas”.24

Pembantaian yang dilakukan Hamas di Rafah, Gaza, atas Jundu Ansharullah tidak lain adalah letikan dari persoalan inti yaitu pergesekan/pergulatan antara manhaj Ikhwani saat ini dengan manhaj Jihadi global yang telah cukup lama terjadi di bawah permukaan.

Letikan mulai muncul ke permukaan sesaat pasca 11 September, ketika mereka menegaskan sikapnya, yaitu meng-kriminalisasi-kan (menyalahkan dan mengutuk) penyerangan atas Amerika, dan meng-kriminal-kan para pelakunya (Mujahidin rahimahumullah. –pent), hingga sampai pada saat dikeluarkannya fatwa yang terkenal dari Dr Yusuf Qardlawi tentang pentingnya segenap ummat Islam yang tinggal di Amerika dan Eropa untuk berpartisipasi dalam kampanye melawan ’terorisme’ terhadap negeri Afghanistan, atau negeri-negeri Muslim lainnya, sebagaimana dikutip dari fatwa tersebut, jika ummat Muslim tersebut diperintahkan oleh negaranya untuk berpartisipasi maka mereka harus berpartisipasi, sehingga mereka tidak akan

21 Abdul Aziz ar Rantisi, Palestinian Media Center22 Khalid Misyal, wawancara, New York Times, Ethan Browner dan Tagried al Khadri, 12 Mei 200923 Tahir an Nunu, statemen media pada al Jazeera Channel, Maret 200924 Usamah Hamdan, kepada BBC Channel edisi Arab, 13 Maret 2009

Page 16: Hamas - Citra ideal yang hancur

16

menemui masalah dalam kontradiksi dengan loyalitas nasionalismenya, atau agar mereka tidak menemui masalah kehilangan pekerjaan dan penghasilan, dan agar saudara Muslim lainnya di seluruh dunia tidak terkena imbas (dari kampanye perang melawan terorisme), dan Ummat Islam tidak dituduh sebagai pihak yang suka mengkhianati atau tidak setia pada pemerintah dan negerinya25 (maka sesuai dengan tema fatwa ini, bahwa sosok semisal Yahya Adam Gadahn, John Walker Lihnd, Nidaal Hassan, atau Omar Hamami adalah sosok-sosok buruk pengkhianat terhadap negara Amerika. –pent).

Lalu fatwa Dr. Qardlawi berulang, melegalisasi (membolehkan) Amerika dan Barat memerintah di sejumlah wilayah penjajahan berdasarkan kesepakatan dan kontrak, sebelum agresi atas Iraq dilancarkan26 dan kemudian setelah penjajah Amerika memasuki Baghdad bersamaan dengan jatuhnya rezim Saddam, Dr. Qardlawi mengeluarkan fatwa tentang perlunya ummat Muslim Sunni untuk bergabung dalam proyek-proyek (yang di-inisiasi) oleh penjajah Salibis, mulai dari berpartisipasi dalam pemilu, berpartisipasi dalam pemerintahan yang dibentuk dan dikendalikan oleh penjajah, hingga berpartisipasi dalam kesatuan polisi atau tentara atau berbagai kesatuan bersenjata lainnya yang dilatih oleh Amerika atau Inggris di wilayah penjajahan itu.27

Dan pergulatan antara Ikhwan dengan gerakan Jihad Global bertransformasi dari pergesekan ideologi dan manhaj menjadi bentrokan bersenjata di lapangan. Peristiwa di Afghanistan menunjukkan hal itu, ketika kepemimpinan nasional dari organisasi Ikhwan di Afghanistan, bersekutu dengan penjajah Amerika di bawah koordinasi Abdur Rabbi Rasul Sayyaf untuk menggempur Kabul dan menaklukkannya di bawah dukungan tank-tank Amerika.

Dan hal yang sama berulang di Iraq, ketika para pimpinan Ikhwan di Iraq, yang paling terkemuka di antara mereka, Pengawas Umum (Muraqib Aam) Ikhwan di Iraq, Dr. Iyad as Samarai, yang kini menjadi salah satu pimpinan parlemen Iraq, bersama dengan sekretaris umum Ikhwan, Hajim al Husni, keduanya memiliki status kewarganegaraan ganda; Amerika dan Inggris, bertemu dengan segenap pejabat tinggi Intelijen Amerika di London, diwakili oleh Zulmi Khaleel Zaad, dan dihadiri juga oleh beberapa pimpinan Syi’ah dan Kurdi, untuk membicarakan berbagai hal terkait Iraq setelah jatuhnya Saddam.28

Ikhwan juga turut mengetuai majelis kepresidenan pertama di bawah kepemimpinan perwakilan pemerintah Amerika Paul Brimer selama masa agresi penjajahan, dan keterlibatan Ikhwan lebih lanjut terjadi dalam seluruh proses politik dan keamanan setelah itu, dan mereka juga yang merancang satuan-satuan milisi Dewan Kebangkitan di Iraq29 yang bahu membahu dengan militer Amerika dalam upaya memerangi ’terorisme’.

Di Somalia, faksi al Ahl (baca: faksi Ahlu Sunnah wal Jamaah. --pent) yang merupakan representasi Ikhwan yang bergabung dengan Sheikh Syarif Ahmad yang ber-aliansi bersama NATO dan Amerika, mengundang masuknya tentara salib Ethiopia untuk menghadapi Harakah asy Syabab al Mujahidin, organisasi pejuang di Somalia yang berafiliasi dengan al Qaidah yang kemudian asy Syabab dimasukkan ke dalam daftar organisasi teroris.30

Skema kemudian terlihat agak bercampur baur ketika kita menyaksikan situasi Palestina.

25 Yusuf al Qardlawi, Fiqh terkait partisipasi tentara Muslim Amerika, Islamonline website26 Yusuf al Qardlawi, al Jazeera Channel, Program Syariah dan Kehidupan, Februari 200327 Yusuf al Qardlawi, al Jazeera Channel, Program Syariah dan Kehidupan, 200628 Kantor berita Middle East London, Desember 200229 Tariq Hashimi, Sekjen Hizbul Islami Iraq (Ikhwanul Muslimun Iraq), al Arabia Channel, 18 September 200830 News Agencies

Page 17: Hamas - Citra ideal yang hancur

17

Kita menyaksikan perbedaan besar masih terlihat jelas mengenai tingkah laku Ikhwan di Palestinadengan perwakilan-perwakilan mereka di bumi-bumi Islam terjajah lainnya seperti Afghanistan,Iraq, dan Somalia. Pada kenyataannya, gerakan Hamas tidak lebih dari percampuran antara SalafiJihadi-Ikhwani dan faksi nasionalis Palestina. Dan pendiri gerakan Hamas, Syaikh Ahmad Yassin,tidak pernah benar-benar menjadi bagian inti dari gerakan Ikhwanul Muslimin, barang satu haripun.31

Dan apa yang dilakukan oleh militer Israel penjajah, yaitu melakukan serangkaian operasi pembunuhan terhadap tokoh-tokoh Hamas, hanya mentargetkan kebanyakan mereka yang mewakili sayap/front Jihadi dalam kepemimpinan Hamas yang dicap ekstrem, untuk memberi jalan bagi kalangan yang disebut Bush sebagai ’para pemikir dan intelektual Hamas’ atau kalangan moderat di dalam tubuh Hamas.

Dan kalangan yang terakhir dari mereka yang dicap sebagai ekstremis di tubuh Hamas yang dibunuh oleh Zionis Israel adalah Dr. Nizar Rayan pada perang terakhir di Gaza. Tujuan utamanya adalah mengangkat popularitas ’kalangan pemikir dan intelektual Hamas’ di kalangan dunia Islam dan mengakhiri seluruh elemen Jihadi di tubuh Hamas yang menolak jalan negosiasi, dengan cara membunuh dan menghabisi seluruh komandan front militer yang berpengaruh, dan menjaga para politikus tetap hidup untuk proses negosiasi selanjutnya.

31 Ahmad Yassin, Syahid al Ashr, al Jazeera, Januari 1999

Page 18: Hamas - Citra ideal yang hancur

18

Hamas Hanya Menuntut 1% Saja...

Dalam sebuah percakapan telepon antara Khalid Misyal dengan pejabat intelijen Mesir pada 2007, Misyal mampu meyakinkan Mesir bahwa jika Gaza masih dibagi antara Dahlan dan Hamas, maka Gaza akan menjadi tempat kondusif bagi terorisme dan persemaian subur bagi Jihad Global, hingga akhirnya pejabat keamanan nasional Mesir khawatir manakala pengaruh jaringan Jihad Global akan melebarkan sayapnya melampaui Gaza menuju wilayah Bedoin dan Sinai.32

Maka pertempuran sengit pecah di Jalur Gaza di mana Hamas meraih kontrol penuh atas wilayah itu, dan mendesak Dahlan keluar dari Gaza. Selanjutnya Hamas menggabungkan kesatuan polisi Dahlan yang tertinggal di Gaza, berikut departemen eksekutif dan militernya di bawah kendali Hamas di Jalur Gaza. Padahal Gaza tidak lebih 1% dari seluruh luas wilayah Palestina.

Elit politik Hamas meningkatkan intensitas pertemuannya dengan intelijen Amerika dan diplomat barat. Pada musim panas 2005 di Beirut, Lebanon, mereka bertemu dengan figur-figur kunci yang sangat dekat dengan para pengambil keputusan Amerika. Kemudian diikuti dengan pertemuan terbuka dengan salah satu tokoh terkemuka pengambil keputusan di America, dan pendorong proses damai bagi Israel, yaitu Jimmy Carter, sang pemrakarsa Perjanjian Camp David 1979, yang populer dengan kata-katanya, ”Siapa yang menolak bangsa Israel (dan negara Israel), sejatinya ia telah menolak kehendak Tuhan”. Carter jugalah yang pertama kali mendeklarasikan kemenangan mayoritas Hamas pada proses pemilu 2006.

Begitu juga terjadi serangkaian pertemuan rahasia maupun terbuka dalam masa lima tahun terakhir. Salah satu contohnya adalah pertemuan antara Dr. Mahmud az Zahar, menteri luar negeri Hamas dengan perwakilan pemerintah Swiss, yang menghasilkan kontrak Swiss, dengan imbalan agar dua bangsa (Palestina dan Israel) dapat hidup berdampingan dan meninggalkansenjata serta menghentikan sikap saling benci. Juga serangkaian ’road show’, dengan sejumlah kementerian Perancis di Paris, lalu ke China dan Russia, oleh az Zahhar dan Misyal.

Ketika itu Mujahidin Chechnya menyampaikan tadzkirah pada Misyal, “Mengapa ia rela bahkan senang hati menjabat tangan sang pembunuh anak-anak dan rakyat Cechnya (yaitu perdana menteri Russia, Vladimir Putin. –pent).”

Misyal hanya menjawab pendek (atas pertanyaan Putin tentang isu Cechnya dan Kaukasus Utara), ”Persoalan Cechnya adalah persoalan internal Russia dan tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan Palestina”.

Hamas mengirimkan pesan kepada Sekjen PBB Kofi Annan pada tahun 2007 meminta agar PBB melakukan mediasi agar dapat tercipta bangsa Palestina yang ”hidup saling berdampingan di tanah yang diberkati dengan Israel”33 dan Zahhar mengatakan pada CBS Channel Amerika, ”Mari kita hidup berdampingan dalam damai dan kami akan menghentikan amaliyah-amaliyah militer”34.

Seluruh tindakan yang diambil oleh otoritas gerakan Hamas itu, ditanggapi kritis secaralangsung maupun tidak langsung dari para Komandan Jihad Global yang dipelopori oleh al Qaidah.

Orang kedua al Qaidah, Dr. Aiman az Zawahiri berkata bahwa Beliau masih melakukan tadzkirah dan beramar ma’ruf pada Hamas, meneguhkan sikapnya bahwa Beliau mendukung

32 Ibrahim Hamam, Aljazeera.net, Agustus 2009, dikutip dari The Middle East News Magazine, Juni 200733 Al Arabiya Channel, 26 Januari 200734 Mahmud az Zahhar pada CBS Channel, Januari 2007

Page 19: Hamas - Citra ideal yang hancur

19

segenap Mujahidin di dalam Hamas35, dan sikap ini juga ditegaskan oleh Komandan al Qaidah di Afghanistan, Syaikh Mustofa Abul Yazid ketika Beliau berkata bahwa kami mendukung ’segenap Mujahidin di dalam Hamas’36.

Berbagai tadzkirah yang lembut terus berlanjut disampaikan oleh segenap komandan al Qaidah, hingga elit Hamas menandatangani Perjanjian Mekah, di mana melalui perjanjian itu sebuah pemerintahan nasional bersatu dibentuk (antara Hamas dan PLO), dan Ismail Haniyah mengumumkan di antara programnya, yaitu ”menghormati seluruh perjanjian dan kesepakatan yang telah dijalin oleh Otoritas Palestina dengan pihak mana saja (termasuk penjajah Israel. –pent) dan mengakuinya sebagai representasi resmi dalam negosiasi”37, maka runtuhlah seluruh citra Hamas yang ideal setelah itu, bagaimana para elit Hamas selama ini menyampaikan statemen (yang terlihat tegas. –pent) bahwa mereka menolak entitas Israel –padahal pada kenyataannya mereka menghormati dan menjalin berbagai kesepakatan dalam lapangan nyata dengan berbagai pimpinan Israel penjajah, baik di level kota Gaza, maupun level yang lebih tinggi, yaitu departemen legislatif38.

Maka setelah penandatanganan Perjanjian Mekah itu, tadzkirah yang keras mulai muncul dari segenap Komandan Jihad terhadap jajaran elit pimpinan Hamas. Kekecewaan dan kesedihanmendalam diungkapkan oleh Dr. Aiman az Zawahiri terhadap ”segenap pimpinan elit Hamas,bahwa mereka telah mengikuti jejak teladan Anwar Sadat”. Syaikh Usamah bin Ladin pun menyampaikan khutbah terkait usaha membebaskan Palestina, bahwa Beliau ”tidak akanmenghormati seluruh perjanjian dan kontrak internasional (yang curang), tidak seperti segenap elit Hamas dan beberapa kalangan Ikhwanul Muslimun”, dan Beliau menggambarkan bahwa para pimpinan Hamas ”telah menggadaikan Dien mereka demi dunia”, dan Beliau menyeru segenapMujahidin yang jujur dalam Hamas agar mereka berlepas diri dari pimpinan yang korup terhadap kebenaran tersebut dan memisahkan diri dari mereka.

Dan kritikan paling keras datang dari Amir Daulah Islam Iraq, Abu Umar al Baghdadi39, yang mengetengahkan klaim bahwa berbagai pertempuran dengan elemen Ikhwanul Muslimin telah menjadi bagian pertempurannya dan pengalaman nyatanya di Baghdad (sebagaimana Hizbul Islamy di Iraq yang ber-afiliasi kepada Ikhwanul Muslimin, yang mana lebih memilih untuk bergabung ke dalam parlemen boneka penjajah Salibis Amerika di Iraq, ketimbang bergabung bersama mujahidin yang berada di bawah naungan Daulah Islam Iraq. –edt) dan berbagaipertempuran itu adalah gambaran dari pergolakan besar yang terjadi di seluruh dunia, di mana Palestina adalah front peperangan terdepannya. Abu Umar al Baghdadi mendesak seluruh elemen yang jujur dalam al Qassam untuk memisahkan diri dari Hamas dan membentuk basis gerakanyang baru.

Sebagai dampak dari seruan dan tadzkirah ini, maka kita menyaksikan berbagai grup dan kelompok Jihadi dibentuk oleh para anggota yang meninggalkan Hamas dan al Qassam. Para mantan anggota Hamas atau Brigade al Qassam ini membentuk berbagai batalion Jihadi Independen, dimulai dengan berdirinya Jaisyul Islam di Gaza yang anggotanya mayoritas adalah mantan prajurit al Qassam, yang paling terkemuka di antara mereka adalah Saib Dugmesh. Beliau dahulu adalah salah seorang komandan lapangan dan pelatih militer al Qassam. Hamas

35 Percakapan Terbuka dengan Aiman az Zawahiri, Muassasah as Sahab36 Mustofa Abul Yazid, Wawancara Spesial dengan al Jazeera, 21 Juni 200937 Pidato Ismail Haniyah di depan Komite Eksekutif38 Pertemuan para menteri Hamas dengan delegasi Israel bertempat di Gedung Eksekutif di Ramallah, Gaza, Fras Bars, 5 April 200739 Pidato Abu Umar al Baghdadi, Muassasah al Furqon, 2008

Page 20: Hamas - Citra ideal yang hancur

20

membunuhnya tak lama setelah Beliau menyatakan diri untuk meninggalkan al Qassam dan bergabung dengan Jaisyul Islam, pada bulan Ramadhan 1429 H. Dalam insiden itu, 10 orang terbunuh termasuk seorang anak-anak.40

Kemudian Fatah al Islam muncul di Palestina. Batalion ini melancarkan serangkaian serangan roket ke wilayah pendudukan Israel. Lalu Jaisyul Ummah berdiri, dan sempat menggelarserangkaian parade serta latihan terbuka di Gaza. Hamas kemudian menangkap dan menahanAmirnya. Kemudian Jamaah Tauhid wal Jihad dibentuk, di mana beberapa operasi militernya cukup dominan pada saat penyerangan Gaza, ketika kelompok ini meledakkan pos militer di daerah jajahan Israel di arah pintu masuk timur Khan Yunis. Jundu Ansharullah pun didirikan pada akhir tahun 2008, setelah Khalid Banat, atau dikenal dengan nama Abu Abdullah al Muhajir, seseorang berkebangsaan Syiria dan berasal dari keluarga bisnisman sukses, yang awalnya sebagai pelatih militer al Qassam, kemudian meninggalkannya untuk mendirikan Jundu Ansharullah. Hamas membunuhnya di tengah gempuran yang dilancarkan ke Masjid Ibnu Taimiyah di pertengahan Agustus 2009.

Terbunuhnya Abu Abdullah al Muhajir dengan cara misterius itu tidak dapat terungkap hingga kini. Pembantaian yang terjadi atas Jundu Ansharullah, bersama pemimpinnya Syaikh Abu Nuur al Maqdisi, seperti menjadi deklarasi kepada Hamas, bahwa fase baru akan mereka hadapi, yaitu operasi militer dan perang terbuka yang tidak hanya melibatkan antar elemen dan anggota masing-masing pihak di lapangan, tetapi juga mentargetkan pembunuhan dan eliminasi para pimpinan Hamas di Gaza, sebagai bentuk balas dendam atas pembunuhan yang dilakukan Hamas terhadap segenap pimpinan, ulama, dan masyaikh Salafiyyah Jihadiyyah.

(Sebelum peristiwa pembantaian Masjid Ibnu Taimiyah, berulang kali para masyaikh Salafiyah Jihadiyah menyeru kepada segenap anggota dan simpatisannya untuk ’menahan tangan mereka’ dari Hamas dan prajurit al Qassam. Lihat tadzkirah Syaikh Abu Muhammad al Maqdisi berjudul ”Apakah kalian hendak membunuh seseorang yang berkata ’Rabbunallah?’ Tidakkah ada di antara kalian satupun orang yang berakal?” —pent).

Berbagai perkembangan di lapangan, dinamika yang terjadi secara nyata, serta pergulatan manhaj dan aqidah, meyakinkan kita bahwa al Qaidah atau apa yang kita sebut sebagai gerakan Jihad Global telah sampai di gerbang al Quds, mereka telah sangat dekat dan bahkan bisa jadi telah berkumpul mengelilinginya, menunggu komando untuk melancarkan serangan besar yang menentukan demi memerdekakan bumi Palestina seluruhnya.

10 roket berhasil ditembakkan dari arah utara wilayah Palestina terjajah selama masa pertempuran Gaza. Roket tersebut ditembakkan dari daerah Lebanon Selatan, di mana Batalion asy Syahid Abdullah Azzam (Imamul Mujahid, Syuhada, Insya Allah, Syaikh Abdullah Yusuf Azzam, salah satu tokoh Jihad Afghan dan dunia, berasal dari Palestina. –pent), unit Ziyad Jarrah(Syuhada, insya Allah, Ziyad Jarrah, adalah salah seorang mujahid pelaksana amaliyat 11 September, berasal dari Lebanon. –pent) mengaku bertanggung jawab atas serangan-serangan itu.

(Seakan seperti sebuah sinyal atau tanda yang dikirimkan prajurit sebagai laporan kepada pusat komando di Afghanistan atau daerah tribal Pakistan, yang menyatakan ”kami telah sampai”, setelah para prajurit itu menepati perintah dari pusat komando yang memerintahkan ”Segeralah Berangkat Untuk Menolong Segenap Ahli Kita di Gaza”. –lihat transkrip seruan Syaikh Abu Abdillah Usamah bin Ladin, dengan judul yang sama, ketika penyerangan Gaza terjadi pada akhir 2008. –

40 Pernyataan Jaisyul Islam, September 2008

Page 21: Hamas - Citra ideal yang hancur

21

pent).Dan salah seorang tokoh terkemuka Salafiyyah Jihadiyyah di Naungan Baitul Maqdis,

Syaikh Abu Muhammad al Maqdisiy41, telah menyeru kepada seluruh formasi, kelompok, grup, prajurit dan simpatisan Salafi Jihadi untuk bersatu dan bergabung di bawah satu panji dan kepemimpinan, dan Beliau menyeru agar mereka bersatu di bawah arahan Batalion Tauhid wal Jihad. Seruan ini seperti sinyal masuknya fase baru di Palestina, ketika mungkin di masa yang dekat ini kita akan menyaksikan meluas dan makin solidnya kekuatan front oposisi Hamas di Gaza.

41 Minbar Tauhid wal Jihad

Page 22: Hamas - Citra ideal yang hancur

22

Page 23: Hamas - Citra ideal yang hancur

23

Lampiran: Statement Pembelaan Bagi Para Pemuda at Tauhid wa Sunnah wal Jihad di Ghaza

Oleh asy Syaikh Abdul Mun’im Musthafa Halimah

Segala puji hanya milik Allah saja, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada orang yang tidak ada nabi sesudahnya.

Wa ba’du:Sungguh telah sampai kepada pengetahuan dan pendengaran kami apa yang dilakukan oleh pemerintah (Hamas) di Ghaza berupa pengepungan, pengejaran, pemenjaraan dan penyiksaan terhadap para pemuda At Tauhid was Sunnah wal Jihad yang mengingkari sebagian sikap pemerintah (Hamas), politiknya, penyimpangannya dan kedzalimannya. Dan yang kami khawatirkan adalah bahwa hal itu akan menjadi pendahuluan bagi tindakan pembantaian terhadap para pemuda yang suci itu, setelah kejahatan yang sangat keji yang dilakukan pemerintah Ghaza terhadap asy Syaikh al ‘Alim Abu Nuur al Maqdisi rahimahullah dan para ikhwan yang bersamanya dari kalangan jamaah Masjid Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah!

Sungguh telah selamat dari tindakan mereka orang-orang zionis yahudi dan antek-anteknya dari kalangan kaum zindiq dan munafiq yang memadati jalan-jalan di Ghaza, namun para pemuda at Tauhid wa Sunnah wal Jihad tidak selamat dari tindakan mereka. Bila mereka berhadapan dengan orang-orang kafir, orang-orang musyrik, orang-orang zindiq dan orang-orang munafiq, maka mereka berbicara dengan wajah yang ramah lagi berseri-seri yang mencerminkan dada yang terbuka dan pikiran yang merdeka yang menerima pikiran lain dan siap hidup berdampingan dengan pihak lain. Namun bila mereka berhadapan dengan ikhwan kami dari kalangan penyambut dakwah yang penuh berkah ini, maka mereka berbicara dengan wajah yang ketus lagi masam, dengan bahasa ancaman dan ultimatum dan dengan bahasa fanatisme golongan yang sempit lagi busuk: Kami atau mereka … kami tidak selamat bila mereka selamat …. Ini demi Allah adalah salah satu sifat yang menonjol dari sekian sifat Khawarij yang membiarkan para penyembah berhala dan membunuhi dan mengejar-ngejar orang Islam!

Apa yang dilakukan pemerintah Ghaza yang berdosa ini terhadap diri orang-orang yang baik para pemuda at Tauhid wa Sunnah wal Jihad, berupa penindasan, pengejaran, penangkapan dan penyiksaan, adalah mengingatkan kami terhadap apa yang telah dilakukan dan senantiasa dilakukan oleh pemerintah-pemerintah para thaghut arab, berupa berbagai kejahatan terhadap para aktivis harakah Islamiyyah, terutama terhadap orang-orang diantara mereka yang diketahui hubungannya dengan manhaj yang penuh berkah ini: at Tauhid wa Sunnah wal Jihad … jadi tindakannya adalah sama lagi tidak ada perbedaan!

Juga apa yang dilakukan pemerintah Ghaza yang berafiliasi dengan al Ikhwanul Muslimin (IM) berupa kejahatan-kejahatan terhadap saudara-saudara kami Syabab at Tauhid wa Sunnah wal Jihad di Ghaza ini adalah telah memberikan kepada kita jawaban atas pertanyaan yang lama lagi baru yang sangat sering dilontarkan banyak orang: Kenapa Allah ta’ala tidak memberikan bagi partai Ikhwanul Muslimin kemenangan dan tamkin di satu negara pun padahal keberadaan dan penyebaran mereka itu telah melebihi 70 tahun, dan pada banyak kondisi dan fase mereka itu telah memiliki sebab-sebab kemenangan dan keberhasilan?!

Jawaban atas pertanyaan ini adalah apa yang dilakukan pemerintah Ikhwaniyyah di Ghaza -padahal ia itu hidup di dalam pemboikotan dan ketertindasan- terhadap diri kaum muslimin muwahhidin. Dimana mereka itu andaikata ditaqdirkan memiliki tamkin di suatu negara, maka peperangan mereka itu tidak akan terjadi dengan orang-orang kafir dan musyrikin dan tidak akan

Page 24: Hamas - Citra ideal yang hancur

24

pula dengan para thaghut dzalim yang durjana, serta tidak akan pula dengan para agresor yang menduduki negeri-negeri kaum muslimin, karena mereka itu kadang mendapatkan pada mereka tersebut koalisi dan sekutu di dalam pemerintahan, akan tetapi peperangan itu akan terjadi dengan ahli kiblat dari kalangan Ahlus Sunnah wa Tauhid yang menyelisihi mereka di dalam paham, aqidah dan manhaj, oleh sebab itu Allah ta’ala tidak memberikan kepada mereka -sepanjang waktu yang lalu semuanya- suatu negarapun yang bisa mereka perintah, karena andai hal itu mereka dapatkan tentu kita akan melihat hal keanehan yang mencengangkan dari mereka dan kejahatan-kejahatan yang besar, kemudian setelah itu mereka menyematkannya secara dzalim, dusta dan aniaya kepada Islam. Dan apa yang dilakukan pemerintah Ghaza yang aniaya terhadap para penganut dakwah yang penuh barakah ini pada masa sekarang adalah bukti yang nyata atas hal itu!

Untuk kepentingan siapa pemerintah Ghaza melakukan kejahatan-kejahatan dan kezaliman-kezaliman ini. Ia saat memerangi, membunuh, menangkap dan menyiksa para penganut paham yang penuh berkah ini, ia saat melakukan itu semuanya atas nama siapa dan untuk kepentingan siapa?

Semua mengetahui bahwa pihak yang mendapatkan keuntungan terbesar dari apa yang dilakukan pemerintah Ghaza berupa kejahatan-kejahatan dan penganiayaan-penganiayaan terhadap para putera dakwah suniyyah mubarak ini, adalah kaum zionis yahudi, kemudian ‘Abbas yang merupakan pengkhianat lagi boneka, kemudian pemerintahan-pemerintahan thaghut arab yang sedang berkuasa, terutama negara-negara yang mengelilingi Palestina, kemudian negara Rafidhoh di Teheran dan Qum, kemudian setelah itu adalah Amerika dan sekutu-sekutunya dari kalangan Salibis. Jadi pemerintah Ghaza itu memerangi, mengepung, dan menyiksa para pemuda at Tauhid wa Sunnah wal Jihad tersebut atas nama kejahatan ini semuanya dan sebagai wakil kejahatan ini semuanya serta untuk kepentingan kejahatan ini semuanya!!

Semua ini adalah termasuk yang membuat pemerintah Ghaza yang aniaya berani bertindak cepat dan serius di dalam memerangi dan menindas kelompok yang beriman dari kalangan pemuda muslim muwahhid, dimana ia telah mendapatkan lampu hijau dari kumpulan kejahatan yang disebutkan tadi; lakukanlah apa yang kalian suka terhadap para pemuda itu, karena kalian tidak akan mendapatkan protes, kecaman dan pengingkaran dari kami …!

Dan saya katakan kepada para pemimpin pemerintahan Ghaza: Bila para pemuda itu tidak memiliki negara atau thaghut besar yang menuntut dan membela hak-hak mereka bila hak-hak itu dilanggar dan dinodai, yang kalian takuti dan kalian perhitungkan, maka ketahuilah bahwa Allah bersama mereka, dan ketahuilah bahwa Allah ta’ala tidak menyukai kedzaliman dan tidak meridlainya bagi hamba-hamba-Nya, maka hati-hatilah kalian meremehkan kebersamaan Allah dengan hamba-hamba dan wali-wali-Nya, dan hati-hatilah kalian meremehkan akibat akhir kedzaliman dan aniaya. Di dalam hadits qudsiy, Allah ta’ala berfirman: “Barangsiapa memusuhi wali-Ku, maka Aku telah mengumumkan perang kepadanya …” dan saya yakin kalian ini bukan ahlinya atau sepadan untuk masuk di dalam peperangan bersama Allah ta’ala!

Dan Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam berkata: “Dua pintu yang sangsinya disegerakan di dunia: aniaya dan durhaka orangtua.”

Kalian mengarungi peperangan dengan para pemuda at Tauhid was Sunnah wal Jihad atas nama syaithan dan atas nama kejahatan, dan sebagai wakil syaithan dan kekuatan-kekuatan kejahatan di bumi, namun yang rugi di dalam peperangan syaithan ini adalah kalian, penduduk Ghaza, muslim Palestina dan di belakang mereka muslimin alam semuanya!

Page 25: Hamas - Citra ideal yang hancur

25

Setiap kali kalian menyalakan api peperangan dengan para pemuda mu’min muwahhid itu, maka kami berusaha dan berusaha juga bersama kami para du’at yang memiliki ghirah lagi mukhlis untuk memadamkannya, dan kami katakan kepada para pemuda hebat itu: “Tahanlah tangan kalian dan dirikanlah shalat.” Namun bila api peperangan syaithaniyyah kalian enggan dipadamkan suatu hari dan fitnahnya melebar ke arah yang tidak kami sukai dan tidak kami cintai, serta apinya menjalar melahap rumah-rumah dan pemukiman-pemukiman kalian, maka ketahuilah bahwa kalianlah yang bertanggung jawab saat itu atas setiap apa yang terjadi, dan ketahuilah bahwa kalianlah yang memulai dan yang paling pertama memperluas, sedangkan yang memulai adalah lebih dzalim!

Nasehat saya buat kalian seraya jujur dan tulus: Hentikanlah segala macam penindasan, pengusiran dan intimidasi kepada para pemuda muslim muwahhid itu, dan kenalilah hak-hak mereka dan duduklah -dengan tawadlu- bersama mereka, kalian mendengarkan mereka dan mereka mendengarkan kalian, sehingga kalian dan mereka keluar dengan point-point yang disepakati yang melapangkan kalian dan melapangkan mereka, dan agar panah itu menuju satu arah saja yaitu dada dan punggung para agressor lagi penjajah dari kalangan zionis yahudi.

Dan kepada keluarga kami di Ghaza dan Palestina saya katakan: Ketahuilah bahwa para pemuda muslim muwahhid mujahid itu memiliki hak yang wajib kalian tunaikan yaitu hak pembelaan, dukungan, sokongan dan perlindungan jiwanya, kehormatannya dan hak-haknya, maka jangan kalian serahkan mereka kepada musuh yang dekat maupun yang jauh, karena di dalam hadits shahih Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Orang muslim itu adalah saudara orang muslim, dia jangan mendzaliminya dan jangan menyerahkannya,” yaitu jangan menyerahkannya kepada kedzaliman orang-orang dzalim dan tidak pula kepada pemaksaan dan penganiayaan apa saja.

Sebagaimana kalian wajib memperbanyak barisan mereka dengan persenjataan dan personil, maka segeralah bergabung dengan barisan al haq dan ahlinya di mana saja di dapatkan dan dimana saja berada. Ketahuilah bahwa barangsiapa memperbanyak jumlah barisan suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka. Maka hati-hatilah kalian memperbanyak jumlah barisan orang-orang dzalim, aniaya, bid’ah dan hawa nafsu, sehingga kalian termasuk bagian mereka kemudian kalian binasa … dan menyesal … tapi sudah tidak manfaat penyesalan …

Akhir seruan kami adalah alhamdu lillahi rabbil ‘Alamin … Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Muhammad, Nabi yang Ummiy, juga kepada keluarga dan para sahabatnya …

Abdul Mun’im Mushthafa Halimah22/8/1431 H >< 1/9/2010 Mwww.abubaseer.bizland.com

Page 26: Hamas - Citra ideal yang hancur

26