23
HUKUM PERIKATAN HUKUM PERIKATAN & & PERJANJIAN PERJANJIAN

HUKUM PERIKATAN & PERJANJIAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUKUM PERIKATAN & PERJANJIAN

HUKUM PERIKATAN HUKUM PERIKATAN & &

PERJANJIANPERJANJIAN

Page 2: HUKUM PERIKATAN & PERJANJIAN

Perikatan, adalah segala sesuatu yang mengikat antara orang yang satu dengan orang lainnya yang disebabkan karena : Keadaan, Peristiwa dan Perbuatan;

Hukum Perikatan adalah keseluruhan aturan tentang perikatan, hal-hal yang mengikat orang yang satu dengan orang yang lainnya, serta adanya suatu hubungan hukum (sebuah akibat dari norma hukum);

Hukum Perikatan diatur dalam Buku III BW, terdiri dari 18 Bab yang kemudian dibagi lagi dalam bagian-bagian;

Page 3: HUKUM PERIKATAN & PERJANJIAN

Perikatan juga diatur oleh 2 (dua) Kitab/Buku, yaitu KUH Perdata dan KUHD, (karena dalam sejarahnya berasal dari BW dan WvK Belanda);

Dalam Ilmu Hukum juga dikenal istilah “Lex Spesialis Derogat Lex Generalis” artinya :1. Ketentuan yang khusus dimenangkan dari

ketentuan yang umum;

2. Apabila suatu hal yang sudah diatur secara khusus, maka ketentuan umumnya tidak perlu mengaturnya lagi;

3. Apabila dalam aturan khusus tidak diatur, maka yang diberlakukan adalah ketentuan umum;

Page 4: HUKUM PERIKATAN & PERJANJIAN

Yang Termasuk Perikatan dalam arti luas :1. Hukum Harta Kekayaan (Jual Beli, Sewa-Menyewa, Wakil Tanpa Kuasa, Pembayaran

Tanpa Hutang, Perbuatan Melanggar Hukum yang merugikan orang lain);

2. Hukum Keluarga (Perkawinan, Perceraian, Kelahiran Anak);

3. Hukum Waris (Mewaris, Pewaris, Membayar Hutang Pewaris); dan

4. Hukum Perdata (Seseorang yang mewakili Badan Hukum dalam Pengurusannya);

Page 5: HUKUM PERIKATAN & PERJANJIAN

Perikatan dalam arti sempit, yaitu Perikatan yang terdapat dalam hukum harta kekayaan;

Setiap perikatan mengandung suatu kewajiban hukum dari orang yang satu terhadap orang yang lain yang berhak atas suatu prestasi;

Perikatan dalam bidang harta kekayaan selalu timbul karena perbuatan orang yang dapat sesuai atau menurut hukum, tetapi dapat juga akibat perbuatan melanggar hukum;

Objeknya adalah benda dapat bergerak, benda tidak bergerak, benda berwujud dan benda tidak berwujud;

Page 6: HUKUM PERIKATAN & PERJANJIAN

PRESTASI adalah Suatu tindakan seseorang yang harus (WAJIB) dilakukan sesuai dengan isi perikatan yang dibuatnya;

Sifat Prestasi :1. Harus sudah/dapat ditentukan;

2. Dapat dimungkinkan;

3. Diperbolehkan oleh Hukum;

4. Harus ada manfaat;

5 Dapat terdiri dari satu atau serentetan perbuatan;

Page 7: HUKUM PERIKATAN & PERJANJIAN

Bentuk Prestasi :1. Menyerahkan uang atau barang;

2. Berbuat sesuatu;

3. Tidak berbuat sesuatu;• WAN PRESTASI, adalah Tidak Melakukan atau tidak

memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam perikatan (yang timbul karena Undang-Undang atau Perjanjian);

• Tidak dipenuhinya sebuah Kewajiban terdapat 2 (dua) macam, yaitu :1. Karena kesalahan (Kesengajaan/Kelalaian);

2. Karena keadaan Memaksa (Overmacht/Force Mayeure) di luar kemampuannya;

Page 8: HUKUM PERIKATAN & PERJANJIAN

Karena Kesalahan (baik Kesengajaan maupun Kelalaian) dalam memenuhi Kewajiban, terdapat 4 (empat) cara, yaitu :1. Seseorang tidak memenuhi prestasi sama sekali;

2. Seseorang memenuhi prestasi tetapi tidak baik atau keliru, dan/atau melakukan prestasi tetapi tidak

sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam perjanjiannya;

3. Seseorang memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat waktu atau terlambat dari waktu yang sudah

ditentukan sebelumnya;

4. Seseorang melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan;

Page 9: HUKUM PERIKATAN & PERJANJIAN

Yang dapat menyatakan ada tidaknya seseorang melakukan Wan Prestasi hanya “HAKIM”.

Dan akibat hukum bagi seseorang yang melakukan Wan Prestasi, adalah :1. Seseorang tersebut harus/wajib membayar kerugian yang dialami oleh seseorang yang mempunyai hak dalam perjanjian;

2. Pihak lain dapat membatalkan atau memutuskan perjanjian lewat hakim;

3. Resiko dapat beralih sejak saat terjadinya Wan Prestasi;

4. Seseorang tersebut wajib membayar biaya perkara;

5. Dapat memenuhi perjanjian atau pembatalan perjanjian, dengan disertai ganti rugi;

Page 10: HUKUM PERIKATAN & PERJANJIAN

Dalam perikatan biasanya sudah ditentukan benda yang dijadikan jaminan, sehingga dapat dijual oleh pihak yang berhak guna mewujudkan prestasi yang menjadi haknya bila seseorang melakukan Wan Prestasi;

Pada pelaksanaan pemenuhan prestasi yang dilakukan sendiri oleh seseorang ada 2 (dua) yang biasa disebut :1. Reele Executive, pelaksanaan (eksekusi) nyata

seseorang mewujudkan sendiri prestasi yang menjadi haknya;

2. Parate Executive, seseorang mewujudkan prestasi yang menjadi haknya tanpa melalui putusan

pengadilan;

Page 11: HUKUM PERIKATAN & PERJANJIAN

KEADAAN MEMAKSA(OVERMACHT/FORCE MAYEURE)

• Keadaan Memaksa adalah Suatu keadaan yang dapat atau tidak dapat diketahui sebelumnya, yang menyebabkan kesulitan dalam pelaksanaan perjanjian atau menyebabkan terhalangnya pemenuhan perikatan;

• Pada keadaan memaksa tersebut, seseorang tidak dapat disalahkan, karena keadaan ini timbulnya di luar kemampuan dan kemauan para pihak;

Page 12: HUKUM PERIKATAN & PERJANJIAN

Keadaan Memaksa dapat terjadi :1. Untuk sementara waktu;

2. Untuk seterusnya;

3. Karena perbuatan orang lain;

4. Karena salah hitung, dan baru diketahui kemudian dimana orang yang berhak dalam keadaan sama tidak dapat memenuhi kewajiban;

5. Karena keadaan alam semesta;• Masalah-Masalah yang muncul setelah Keadaan

Memaksa :1. Bagaimana pemenuhan kewajiban orang yang bersangkutan;

2. Kewajiban orang tersebut terhadap ganti rugi;

3. Apakah orang yang berhak tersebut, masih mempunyai hak untuk meminta ganti rugi;

4. Halangan mana saja yang dapat menyebabkan seseorang tidak dapat dipaksa untuk memenuhi perintah itu;

Page 13: HUKUM PERIKATAN & PERJANJIAN

Wan Prestasi karena Keadaan Memaksa, dapat terjadi apabila :1. Benda yang menjadi objeknya binasa/lenyap;

2. Perbuatan seseorang untuk ber-prestasi terhalang oleh Keadaan Memaksa;

• Keadaan Memaksa yang menimpa benda (objek) dapat menimbulkan kerugian sebagian atau kerugian total;

• UNSUR-UNSUR KEADAAN MEMAKSA :1. Tidak dipenuhinya prestasi karena suatu peristiwa yang membinasakan benda yang menjadi objek perikatan;

2. Tidak dapat dipenuhinya prestasi karena suatu peristiwa yang menghalangi perbuatan seseorang untuk ber-prestasi;

3. Peristiwa itu tidak dapat diketahui/diduga akan terjadi pada waktu membuat perikatan baik oleh seseorang maupun

orang lainnya, jadi bukan karena kesalahan seseorang tersebut;

Page 14: HUKUM PERIKATAN & PERJANJIAN

AJARAN tentang KEADAAN MEMAKSA :1. Bersifat Objektif;

Menurut ajaran ini, keadaan memaksa ada jika setiap orang sama sekali tidak mungkin memenuhi prestasi yang berupa benda objek perikatan, dalam hal ini benda yang menjadi objek perikatan tidak mungkin dipenuhi oleh siapapun (absolute overmacht), dalam hal ini secara otomatis keadaan memaksa ini mengakhiri perikatan karena tidak mungkin dipenuhinya prestasi seseorang (perikatan menjadi batal yang bersifat tetap).

Marsch & Soulby, menyebut dasar ajaran ini dengan istilah “Physical Impossibility” (Ketidakmungkinan yang nyata).

Page 15: HUKUM PERIKATAN & PERJANJIAN

2. Bersifat Subjektif;Menurut ajaran ini, keadaan memaksa menyangkut

perbuatan dan kemampuan seseorang (terbatas pada perbuatan/ kemampuan seseorang), dasar ajaran ini adalah Kesulitan. Dalam ajaran ini seseorang masih dimungkinkan memenuhi prestasinya, walaupun mengalami kesulitan atau bahaya, misalnya mengeluarkan uang atau biaya yang banyak atau mungkin ditahan yang berwajib.

Vollmar menyebutnya dengan istilah “Relative Overmacht” :

a. Pemenuhan prestasi memerlukan pengorbanan besar yang tidak seimbang atau menimbulkan bahaya kerugian

yang besar sekali;

b. Overmacht timbul dari kenyataan dan keadaan-keadaan tidak dapat diduga lebih dahulu;

Page 16: HUKUM PERIKATAN & PERJANJIAN

Akibat Hukum dari Keadaan Memaksa;Overmacht yang bersifat objektif dan bersifat tetap otomatis mengakhiri perikatan (batal demi hukum).

Konsekuensinya :Pemulihan kembali dalam keadaan semula, seolah-olah tidak pernah terjadi perikatan. Apabila salah satu pihak ada yang sudah membayar sebagai harga barang (objek perikatan, pembayaran harus dikembalikan, pelunasan selanjutnya dihentikan).

Overmacht yang bersifat subjektif dan sementara hanya bersifat menangguhkan dan kewajiban berprestasi hidup kembali apabila keadaan memaksa tidak ada lagi.

Page 17: HUKUM PERIKATAN & PERJANJIAN

Di dalam BW, dikenal 2 (dua) macam Perikatan :1. Perikatan Sempurna yaitu Perikatan yang selalu dapat ditagih atau dituntut;

2. Perikatan yang Tidak Sempurna (Natuurlijk Verbintenis) yaitu Perikatan yang secara suka rela dapat dipenuhi (dibayar) tidak diperkenankan untuk meminta kembali apa yang telah dibayarkan. Perikatan ini berada ditengah-tengah antara perikatan moral atau kepatutan dalam suatu perikatan atau perikatan hukum yang tidak sempurna. Sekaligus perikatan ini dianggap ada tetapi tidak ada hak untuk menagih atau menuntut pembayaran, jadi tergantung pada seseorang mau memenuhi atau tidak.

Page 18: HUKUM PERIKATAN & PERJANJIAN

SUMBER-SUMBER PERIKATAN Sumber Perikatan ada 2 (dua), yaitu :

1. Dari Undang-Undang (Psl 1352 BW);

2. Dari Perjanjian (Psl 1313 BW);

Sedangkan Perjanjian bersumber dari :

1. Murni karena Undang-Undang;

2. Undang-Undang yang disebabkan Perbuatan Manusia (Psl 1353 BW);

Dan Perbuatan Manusia tersebut terbagi dalam 2 (dua) macam, yaitu :

1. Perbuatan yang Rechtmatig (Psl 1354 & 1359 BW);

2. Perbuatan yang Onrechtmatig (Psl 1365 BW);

Page 19: HUKUM PERIKATAN & PERJANJIAN

Zaakwaarnening/Wakil Tanpa Kuasa (Psl 1354 BW);1. Seseorang yang dengan sukarela mengurus kepentingan orang lain yang sedang tidak ada ditempat (mengurus rumah, kebun dll) bertindak atas namanya sendiri atau orang tersebut berakibat mengikat dan berkewajiban melakukan pengurusan/meneruskan;

2. Seseorang dengan sukarela tanpa mendapat kuasa/perintah untuk mewakili urusan orang lain dengan atau tanpa sepengetahuan orang itu, maka secara diam-diam ia mengikatkan diri untuk menyelesaikan dan meneruskan pengurusannya sampai selesai;

Page 20: HUKUM PERIKATAN & PERJANJIAN

UNSUR-UNSUR ZAAKWAARNENING :1. Perbuatan itu dilakukan dengan sukarela atau atas kesadaran sendiri tanpa menginginkan imbalan apapun (dia tidak mempunyai kepentingan apa-apa, tetapi demi kepentingan orang lain) suatu kesediaan menolong sesama manusia;

2. Tanpa mendapat kuasa (perintah), dia bertindak atas inisiatif sendiri tanpa pesan, perintah, kuasa dari yang berkepentingan baik lisan maupun tertulis;

3. Mewakili urusan orang lain, dia bertindak untuk orang lain baik berupa tindakan hukum maupun perbuatan wajar (biasa);

4. Dengan atau tanpa sepengetahuan orang itu. Orang yang berkepentingan tidak mengetahui kalau urusannya dikerjakan orang lain pada saat dia mengetahui dan tidak memberikan kuasa maka secara diam-diam ia menyetujui;

5. Wajib meneruskan dan menyelesaikan urusan sampai orangnya datang;

6. Bertindak menurut hukum dan tidak bertentangan dengan pemilik;

Page 21: HUKUM PERIKATAN & PERJANJIAN

Rechtmatig (Psl 1359 BW), memberi hak kepada seseorang yang telah membayar untuk menuntut kembali apa yang dibayar, mewajibkan pihak lain untuk mengembalikan;

Onrechtmatig (Psl 1365 BW), tiap perbuatan yang melanggar hukum mewajibkan orang yang melakukan perbuatan, apabila karena kesalahan/ perbuatannya telah timbul kerugian diwajibkan membayar kerugian;

Page 22: HUKUM PERIKATAN & PERJANJIAN

PERIKATAN yang lahir dari PERJANJIANPengertian Perjanjian (Psl 1313 BW);

Suatu persetujuan antara dua orang atau lebih, untuk saling mengikatkan diri dalam melak-sanakan/melakukan suatu hal tertentu dalam lapangan atau bidang harta kekayaan.

Yang mengatur Perjanjian disebut Hukum Perjanjian (Law of Contract), dalam pengertian tersebut maka jelas terdapat didalamnya antara lain :

1. Konsensus antara para pihak (saling setuju) walaupun pelaksanaannya datang dari satu pihak;

2. Dalam lapangan hukum harta kekayaan (hukum kebendaan) yaitu yang dapat dinilai dengan uang;

3. Dapat dibuat secara lisan atau tertulis, demi pembuktian;

Page 23: HUKUM PERIKATAN & PERJANJIAN

Unsur-Unsur Perjanjian :1. Adanya para pihak, minimal 2 (dua) orang;

2. Adanya konsensus/persetujuan para pihak;

3. Adanya tujuan yang hendak dicapai;

4. Adanya prestasi yang hendak dilaksanakan;• Bentuk Perjanjian :

1. Bersifat Lisan;

2. Bersifat Tertulis;• Syarat-Syarat Sahnya Perjanjian : (Psl 1320 BW)

1. Adanya persetujuan/konsensus kehendak para pihak;

2. Adanya kecakapan para pihak dalam membuat perjanjian;

3. Adanya objek perjanjian/suatu hal tertentu yang diperjanjikan;

4. Adanya suatu sebab (Causa/Oorzaak) yang tidak bertentangan dengan Undang-Undang;