21
YUNI ORNELA ASTRIANI SUTISNA RINI MARYAMAH

ISLAM MASUK ISTANA KALIMANTAN DAN SULAWESI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ISLAM MASUK ISTANA KALIMANTAN DAN SULAWESI

YUNI ORNELA

ASTRIANI SUTISNA

RINI MARYAMAH

Page 2: ISLAM MASUK ISTANA KALIMANTAN DAN SULAWESI

PENDAHULUAN

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan YME yang telahmemberikan rahmat-Nya kepada kami semua khususnya bagi kami selaku tim kelompok. Yang telah dapat menyelesaikan tugas bidangstudy Sejarah untuk memenuhi nilai kelompok kami yang diajukan/ditugaskan oleh guru Sejarah yaitu bapak Drs. ZainalMutakin, MM.Pd. kepada kami dalam bentuk format presentasiPower Point. Mengenai Islam masuk Kerajaan Nusantara khususnyapulau Kalimantan dan Sulawesi.

Untuk mengetahui lebih lengkap Islam masuk Istana Kalimantan dan Sulawesi.Mari kita pelajarai materi ini.Sebelumnya tugas dalam bentuk format Power Point ini masih

banyak kekurangan seperti dalam peribahasa yaitu “Tidak adagading yang tidak retak.”

Jadi kami sangat mengharapkan koreksi dari teman-temansekalian. Tujuannya untuk menyempurnakan tugas ini.

Tim Kelompok

Page 3: ISLAM MASUK ISTANA KALIMANTAN DAN SULAWESI

ISLAM MASUK ISTANA

MATERI

SULAWESIKALIMANTAN

Page 4: ISLAM MASUK ISTANA KALIMANTAN DAN SULAWESI

KESULTANAN PASIR (1516)

KESULTANAN BANJAR

(1526-1905)

KERAJAANPAGATAN

(1750)

KESULTANAN SAMBAS

(1750)

KESULTANAN BERAU (1400)

KESULTANAN SAMBALIUNG

(1810)

KESULTANAN GUNUNG

TABUR (1820)

KESULTANAN PONTIANAK

(1771)

KESULTANAN BULUNGAN

(1731)

ISLAM MASUK ISTANA

KALIMANTAN

Page 5: ISLAM MASUK ISTANA KALIMANTAN DAN SULAWESI

Kerajaan-kerajaan yang terletak di daerah

Kalimantan Barat antara lain Tanjungpura dan Lawe.

Kedua kerajaan tersebut pernah diberitakan Tome

Pires (1512-1551). Tanjungpura dan Lawe menurut

berita musafir Portugis sudah mempunyai kegiatan

dalam perdagangan baik dengan Malaka dan Jawa,

bahkan kedua daerah yang diperintah oleh Pate

atau mungkin adipati kesemuanya tunduk kepada

kerajaan di Jawa yang diperintah Pati Unus.

Tanjungpura dan Lawe (daerah Sukadana)

menghasilkan komoditi seperti emas, berlian, padi,

dan banyak bahan makanan. Banyak barang

dagangan dari Malaka yang dimasukkan ke daerah

itu, demikian pula jenis pakaian dari Bengal dan

Keling yang berwarna merah dan hitam dengan

harga yang mahal dan yang murah. Pada abad ke-17

kedua kerajaan itu telah berada di bawah pengaruh

kekuasaan Kerajaan Mataram terutama dalam

menghadapai ekspansi politik VOC.

Page 6: ISLAM MASUK ISTANA KALIMANTAN DAN SULAWESI

Demikian pula Kotawaringin yang kini sudah termasuk wilayah

Kalimantan Barat pada masa Kerajaan Banjar juga sudah masuk dalam

pengaruh Mataram, sekurang-kurangnya sejak abad ke-16. meskipun kita

tidak mengetahui dengan pasti kehadiran Islam di Pontianak, konon ada

pemberitaan bahwa sekitar abad ke-18 atau 1720 ada rombongan pendakwah

dari Tarim (Hadramaut) yang di antaranya datang ke daerah Kalimantan Barat

untuk mengajarkan membaca al-Qur'an, ilmu fikih, dan ilmu hadis. Mereka di

antaranya Syarif Idrus bersama anak buahnya pergi ke Mampawah, tetapi

kemudian menelusuri sungai ke arah laut memasuki Kapuas Kecil sampailah ke

suatu tempat yang yang menjadi cikal bakal kota Pontianak. Syarif Idrus

kemudian diangkat menjadi pimpinan utama masyarakat di tempat itu dengan

gelar Syarif Idrus ibn Abdurrahman al-Aydrus yang kemudian memindahkan

kota dengan pembuatan benteng atau kubu dari kayu-kayuan untuk

pertahanan. Sejak itu Syarif Idrus ibn Abdurrahman al-Aydrus dikenal sebagai

Raja Kubu. Daerah itu mengalamai kemajuan di bidang perdagangan dan

keagamaan, sehingga banyak para pedagang yang berdatangan dari berbagai

negeri. Pemerintahan Syarif Idrus (lengkapnya: Syarif Idrus al-Aydrus ibn

Abdurrahman ibn Ali ibn Hassan ibn Alwi ibn Abdullah ibn Ahmad ibn Husin ibn

Abdullah al-Aydrus) memerintah pada 1199-1209 H atau 1779-1789 M.

Page 7: ISLAM MASUK ISTANA KALIMANTAN DAN SULAWESI

Cerita lainnya mengatakan bahwa pendakwah dari Tarim

(Hadramaut) yang mengajarkan Islam dan datang ke Kalimantan bagian

barat terutama ke Sukadana ialah Habib Husin al-Gadri. Ia semula

singgah di Aceh dan kemudian ke Jawa sampai di Semarang dan di

tempat itulah ia bertemu dengan pedagang Arab namanya Syaikh,

karena itulah maka Habib al-Gadri berlayar ke Sukadana. Dengan

kesaktian Habib Husin al-Gadri menyebabkan ia mendapat banyak

simpati dari raja, Sultan Matan dan rakyatnya. Kemudian Habib Husin

al-Gadri pindah dari Matan ke Mempawah untuk mmeneruskan syiar

Islam. Setelah wafat ia diganti oleh salah seorang putranya yang

bernama Pangeran Sayid Abdurrahman Nurul Alam. Ia pergi dengan

sejumlah rakyatnya ke tempat yang kemudidan dinamakan Pontianak dan

di tempat inilah ia mendirikan keratondan masjid agung. Pemerintah

Syarif Abdurrahman Nur Alam ibn Habib Husin al-Gadri pada 1773-1808,

digantikan oleh Syarif Kasim ibn Abdurrahman al-Gadri pada 1808-1828

dan selanjutnya Kesultanan Ponianak di bawah pemerintah sultan-sultan

keluarga Habib Husin al-Gadri.

BACK

Page 8: ISLAM MASUK ISTANA KALIMANTAN DAN SULAWESI

Kesultanan Banjar atau Kesultanan

Banjarmasin (berdiri 1520, dihapuskan sepihak

oleh Belanda pada 11 Juni 1860. Namun rakyat

Banjar tetap mengakui ada pemerintahan

darurat/pelarian yang baru berakhir pada 24

Januari 1905. Namun sejak 24 Juli 2010,

Kesultanan Banjar hidup kembali dengan

dilantiknya Sultan Khairul Saleh.

Kerajaan Banjar adalah sebuah

kesultanan wilayahnya saat ini termasuk ke

dalam provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia.

Kesultanan ini semula beribukota di Banjarmasin

kemudian dipindahkan ke beberapa tempat dan

terkahir di Martapura. Ketika beribukota di

Martapura disebut juga Kerajaan Kayu Tangi.

Ketika ibukotanya masih di

Banjarmasin, maka kesultanan ini disebut

Kesultanan Banjarmasin. Kesultanan Banjar

merupakan penerus dari Kerajaan Negara Daha

yaitu kerajaan Hindu yang beribukota di kota

Negara, sekarang merupakan ibukota

kecamatan Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan.

Page 9: ISLAM MASUK ISTANA KALIMANTAN DAN SULAWESI

Pemimpin Yang Memerintah di Kesultanan Banjar

• 1520-1546Raja Banjarmasih. Nama lahirnya Raden Samudra, Raja Banjar

pertama sebagai perampas kekuasaan yang memindahkan pusat

pemerintahan di Kampung Banjarmasih yang menggantikan pamannya raja

Pangeran Tumenggung (Raden Panjang), menurutnya dia ahli waris yang

sah sesuai wasiat kakeknya Maharaja Sukarama (Raden Paksa) dari

Kerajaan Negara Daha, padahal ia garis keturunan perempuan (menurut

Hikayat Banjar versi resensi I).

• *1546-1570 Raja Banjarmasih. Pemerintahannya dibantu mangkubumi Aria

Taranggana. [24]Makamnya di Komplek Makam Sultan Suriansyah dengan

gelar anumerta Panembahan Batu Putih.

• * 1570-1595 Raja Banjarmasih. Pemerintahannya dibantu mangkubumi Kiai

Anggadipa.[24] Makamnya di Komplek Makam Sultan Suriansyah dengan

gelar anumerta Panembahan Batu Irang

• *1595-1641 Raja Banjarmasih/Raja Martapura. Nama lahirnya Raden

Senapati, diduga ia perampas kekuasaan, sebab ia bukanlah anak dari

permaisuri meskipun ia anak tertua.

• *1641-1646 Raja Martapura. Gelarnya sebelum menjadi Sultan adalah

Pangeran Dipati Tuha [ke-1]. Pemerintahannya dibantu adiknya Pangeran di

Darat sebagai mangkubumi.*

Page 10: ISLAM MASUK ISTANA KALIMANTAN DAN SULAWESI

Back

• 1646-1660 Raja Martapura. Nama lahirnya Raden Kasuma Alam. Pemerintahannya

dibantu mangkubumi pamannya Panembahan di Darat, dilanjutkan pamannya

Pangeran Dipati Anta-Kasuma, terakhir dilanjutkan paman tirinya Pangeran Dipati

Mangkubumi (Raden Halit)

• *1660-1663 Raja Martapura. Nama lahirnya Raden Halit. Ia sebagai

temporary king/badal menjadi pelaksana tugas bagi Raden Bagus, Putra

Mahkota yang belum dewasa

• *1663-1679 Nama lahirnya Raden Bagus. Masa pemerintahannya sering

ditulis tahun 1660-1700. Pada tahun 1660-1663 ia diwakilkan oleh Sultan

Rakyatullah dalam menjalankan pemerintahan karena ia belum dewasa

• *1663-1679 Raja Banjarmasih. Nama lahirnya Raden Kasuma Lalana.

Mengkudeta/mengambil hak kemenakannya Raden Bagus sebagai Sultan

Banjar. Ia dengan bantuan suku Biaju, memindahkan pusat pemerintahan ke

Sungai Pangeran (Banjarmasin).

• *2010 Sultan Haji Khairul Saleh Al-Mu'tashim Billah zuriat dari Pangeran

Singosari bin Sultan Sulaiman. Pada masa kemelut Perang Banjar, hanya

Pangeran Singosari (saudara Sultan Adam) dan Pangeran Surya Mataram

(anak Sultan Adam) yang masih dipercaya oleh rakyat Banjar sebagai

tempat mengadukan segala permasalahan pada masa itu. Pangeran

Singosari merupakan "perwakilan" Kesultanan Banjar di Banua Lima.

Page 11: ISLAM MASUK ISTANA KALIMANTAN DAN SULAWESI

KERAJAAN GOA TALLO

KERAJAAN BONE

KERAJAAN WAJO

KERAJAAN SOPENG

KESULTANAN BUTON

Page 12: ISLAM MASUK ISTANA KALIMANTAN DAN SULAWESI

Kerajaan Gowa dan Tallo lebih dikenal

dengan sebutan Kerajaan Makassar. Kerajaan ini

terletak didaerah Sulawesi Selatan. Secara

geografis Sulawesi Selatan memiliki posisi yang

penting, karena dekat dengan jalur pelayaran

perdagangan Nusantara. Bahkan, daerah Makassar

menjadi pusat persinggahan para pedagang, baik

yang berasal dari Indonesia bagian timur, maupun

para pedagang yang berasal dari daerah Indonesia

bagian barat. Dengan letak seperti ini

mengakibatkan Kerajaan Makassar berkembang

menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur

perdagangan Nusantara.

a. Letak Kerajaan Gowa dan Tallo

Page 13: ISLAM MASUK ISTANA KALIMANTAN DAN SULAWESI

Kerajaan Gowa Tallo sebelum menjadi kerajaan Islam sering

berperang dengan kerajaan lainnya di Sulawesi Selatan, seperti

dengan Luwu, Bone, Soppeng, dan Wajo. Kerajaan Luwu yang

bersekutu dengan Wajo ditaklukan oleh Kerajaan Gowa Tallo.

Kemudian Kerajaan Wajo menjadi daerah taklukan Gowa menurut

Hikayat Wajo. Dalam serangan terhadap Kerajaan Gowa Tallo Karaeng

Gowa meninggal dan seorang lagi terbunuh sekitar pada 1565. Ketiga

ker ajaan Bone, Wajo, dan Soppeng mengadakan persatuan untuk

mempertahankan kemerdekaannya yang disebut perjanjian

Tellumpocco, sekitar 1582. Sejak Kerajaan Gowa resmi sebagai

kerajaan bercorak Islam pada 1605, maka Gowa meluaskan pengaruh

politiknya, agar-agar kerajaan lainnya juga memeluk Islam dan tunduk

kepada Kerajaan Gowa Tallo. Kerajaan-kerajaan yang tunduk kepada

Kerajaan Gowa Tallo antara lain Wajo pada 10 Mei 1610, dan Bone

pada 23 November 1611.

Page 14: ISLAM MASUK ISTANA KALIMANTAN DAN SULAWESI

Di daerah Sulawesi Selatan proses Islami makin mantap dengan

adanya para mubalig yang disebut Datto Tallu (Tiga Dato), yaitu Dato' Ri

Bandang (Abdul Makmur atau Khatib Tunggal) Dato' Ri Pattimang (Dato’

Sulaemana atau Khatib Sulung), dan Dato’ Ri Tiro (Abdul Jawad alias Khatib

Bungsu), ketiganya bersaudara dan berasal dari Kolo Tengah, Minangkabau.

Para mubalig itulah yang mengislamkan Raja Luwu yaitu Datu’ La Patiware’

Daeng Parabung dengan gelar sultan Muhammad pada 15-16 Ramadhan

1013 H (4-5 Februari 1605 M). Kemudian disusul oleh Raja Gowa dan Tallo

yaitu Karaeng Matowaya dari Tallo yang bernama I Malingkang Daeng

Manyonri (Karaeng Tallo) mengucapkan syahadat pada Jumat sore, 9

Jumadil Awal 1014 H atau 22 September 1605 M dengan gelar Sultan

Abdullah. Selanjutnya Kareng Gowa I Manga’ rangi Daeng Manrabbia

mengucapkan syahadat pada Jumat, 19 Rajab 1016 H atau 9 November

1607 M. Perkembangan agama Islamdi daerah Sulawesi Selatan mendapat

teman sebaik-baiknya bahkan ajaran sufisme Khalwatiyah dari Syaikh Yusuf

al-Makassari juga tersebar di Kerajaan Gowa dan kerjaan lainnya pada

pertengahan abad ke-17. Karena banyaknya tantangan dari kaum

bangsawan Gowa maka ia meninggalkan Sulawesi Selatan dan pergi ke

Banten. Di Banten ia diterima oleh Sultan Ageng Tritayasa bahkan dijadikan

menantu dan diangkat sebagai mufti di Kesultanan Banten.

Page 15: ISLAM MASUK ISTANA KALIMANTAN DAN SULAWESI

Dalam sejarah Kerajaan Gowa perlu dicatat tentang sejarah

perjuangan Sultan Hasanuddin dalam mempertahankan kedaulatannya

terhadadap upaya penjajahan politik dan ekonomi kompeni (VOC) Belanda.

Semula VOC tidak menaruh perhatian terhadap Kerajaan Gowa Tallo yang

telah mengalami kemajuan dalam bidang perdagangan. Setlah kapal

Portugis yang dirampas oleh VOC pada masa Gubernur Jendral J. P. Coen

di dekat perairan Malaka ternyata di kapal tersebut ada orang Makassar. Dari

orang Makassar itulah ia mendapat berita tentang pentingnya pelabuhan

Sombaopu sebagai pelabuhan transit terutama untuk mendatangkan

rempah-rempah dari Maluku. Pada 1634 VOC memblokir Kerajaan Gowa

tetapi tidak berhasil. Peristiwa peperangan dari waktu ke waktu berjalan

terus dan baru berhenti antara 1637-1638. Tetapi perjanjian damai itu tidak

kekal karena pada 1638 terjadi perampokan kapal orang Bugis yang

bermuatan kayu cendana, dan muatannya tersebut telah dijual kepada orang

Portugis. Perang di Sulawesi Selatan ini berhenti setelah terjadi perjanjian

Bongaya pada 1667 yang sangat merugikan pihak Gowa Tallo.

Page 16: ISLAM MASUK ISTANA KALIMANTAN DAN SULAWESI

Perkembangan pesat Kerajaan Makassar tidak terlepas dari Raja-

raja yang pernah memerintah seperti:

Raja Alauddin Dalam abad ke-17 M, agama Islam berkembang

cukup pesat di Sulawesi Selatan. Raja Makassar yang pertama memeluk

agama Islam bernama Raja Alauddin yang memerintah Makassar dari tahun

1591-1638 M. Dibawah pemerintahannya, Kerajaaan Makassar, mulai terjun

dalam dunia pelayaran-perdagangan (dunia maritim). Perkembangan ini

menyebabkan meningkatkannya kesejahteraan rakyat Kerajaan Makassar.

Namun setelah wafatnya Raja Alauddin, keadaan pemerintahan kerajaaan

tidak dapat diketahui dengan pasti.

b. Kehidupan Politik

Page 17: ISLAM MASUK ISTANA KALIMANTAN DAN SULAWESI

Sultan Hasanuddin Pada masa pemerintahan

Sultan Hasanuddin, Kerajaan Makassar mencapai

masa kejayaannya. Dalam waktu yang cukup singkat,

kerajaan Makassar telah berhasil menguasai hampir

seluruh wilayah Sulawesi Selatan. Cita-cita Sultan

Hasanuddin untuk menguasai sepenuhnya jalur

perdagangan Nusantara, mendorong perluasan

kekuasaannya kepulauan Nusa Tenggara, seperti

Sumbawa dan sebagian Flores. Dengan demikian,

seluruh aktivitas pelayaran perdagangan yang melalui

laut Flores harus singgah lebih dulu di ibukota Kerajaan

Makassar.

Page 18: ISLAM MASUK ISTANA KALIMANTAN DAN SULAWESI

Keadaan seperti itu ditentang oleh Belanda yang memiliki

daerah kekuasaan di Maluku dengan pusatnya Ambon.

Hubungan Batavia dengan Ambon terhalang oleh kekuasaan

Kerajaan Makassar. Pertentangan antara Makassar dan

Belanda sering menimbulkan peperangan. Keberanian Sultan

Hasanuddin memimpin pasukan Kerajaan Makassar untuk

memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku,

mengakibatkan Belanda semakin terdesak . Atas

keberaniannya, Belanda memberi julukan kepada Sultan

Hassanudin dengan sebutan “Ayam Jantan dari Timur”.

Dalam upaya menguasai Kerajaan Makassar, Belanda

menjalin hubungan dengan Kerajaan Bone, dengan rajanya

Arung Palaka. Dengan bantuan Arung Palaka, pasukan

Belanda berhasil mendesak Kerajaan Makassar dan

menguasai ibukota kerajaan. Akhirnya dilanjutkan dengan

Perjanjian Bongaya (1667 M).

Page 19: ISLAM MASUK ISTANA KALIMANTAN DAN SULAWESI

Mapasomba Setelah Sultan Hasanuddin

turun tahta, ia digantikan oleh putranya yang bernama

Mapasomba. Sultan Hasanuddin sangat berharap agar

Mapasomba dapat bekerja sama dengan Belanda.

Tujuannya agar Kerajaan Makassar tetap dapat

bertahan. Ternyata Mapasomba jauh lebih keras dari

ayahnya sehingga Belanda mengerahkan pasukan

secara besar-besaran untuk menghadapi Mapasomba.

Pasukan Mapasomba berhasil dihancurkan dan ia

tidak diketahui nasibnya. Dengan kemenangan itu,

akhirnya Belanda berkuasa atas Kerajaan Makassar.

Back

Page 20: ISLAM MASUK ISTANA KALIMANTAN DAN SULAWESI

Perkembangan Islam di Nusantara tidak pernah

terlepas dari dinamika Islam di kawasan-kawasan lain.

Karena itu, adalah keliru pandangan yang menganggap

seolah-olah Islam Nusantara berkembang secara

tersendiri serta terisolasi dari perkembangan dinamika

Islam di tempat-tempat lain.

Peradaban Islam Nusantara juga menampilkan

ciri-ciri dari karakter yang khas, relatif berbeda dengan

peradaban Islam di wilayah-wilayah peradaban Muslim

lainnya, misalnya Arab, Turki, Persia, dan lainnya.

KESIMPULAN

Page 21: ISLAM MASUK ISTANA KALIMANTAN DAN SULAWESI

SEKIAN TERIMAKASIH

MOHON MAAF BILA ADA BANYAK

KESALAHAN!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

‘’KARENA KEBENARAN DATANG-NYA

DARI ALLAH DAN KESALAHAN

DATANG DARI KAMI SENDIRI’’