17
JURNAL EKOLOGI PERAIRAN EKOSISTEM SUNGAI Oleh : ADE RAHMA SASMITA 11/318190/PN/12491 Budidaya Perikanan Nama asisten : Wisnu Adhi Susila LABORATORIUM EKOLOGI PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

Jurnal ekologi perairan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Jurnal ekologi perairan

JURNAL EKOLOGI PERAIRAN

EKOSISTEM SUNGAI

Oleh :

ADE RAHMA SASMITA

11/318190/PN/12491

Budidaya Perikanan

Nama asisten :

Wisnu Adhi Susila

LABORATORIUM EKOLOGI PERAIRAN

JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2012

Page 2: Jurnal ekologi perairan

INTISARI

Praktikum kali ini mengenai ekosistem sungai. Peraktikum ini menggunakan metode area plot

persegi dari kayu yang berukuran 40 cm x 40 cm. Dari dalam plot tersebut ambil seluruh substrat

dasar seperti batu, kerikil, pasir dan lumpur. Dari substrat tersebut kumpulkan makrobentosnya.

Sungai yang menjadi lokasi praktikum adalah Sungai Tambak Bayan. Di lokasi praktikum

dilakukan pengukuran kecepatan arus air, pH, suhu air dan udara, DO, CO2 bebas dan alkalinitas.

Dilakukannya berbagai pengamatan perameter bertujuan untuk mengenal dan mempelajari

karakteristik ekosistem sungai tersebut berdasarkan indeks diversitas biota perairannya.

Pengukuran itu sendiri akan membantu praktikan mempelajari cara-cara pengambilan data

tolokukur lingkungan dan mempelajari korelasi antara beberapa tolokukur lingkungan dengan

komunitas biota perairannya (makrobentos). Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal

22 Maret 2012 pukul 14.00 WIB sampai selesai. Hasil data yang diperoleh dari pengukuran

parameter di stasiun dua yaitu suhu udara 27oC, suhu air 26oC, kecepatan arus 64 m/s dan debit

4,5 m/s untuk paramater fisika. Untuk parameter kimia yaitu DO 6 ppm; CO2 8,7 ppm;

alkalinitas 109,5 ppm dan pH 7,36. Dan untuk parameter biologi densitas gastropodanya adalah

0,22 ind/m2; makrobentosnya 162 ind/m2; serta diversitas makrobentos 1,5. Stasiun dengan

kondisi perairan terbaik adalah stasiun satu yang berada di hilir Sungi Tambak Bayan.

Kata kunci : diversitas, ekosistem sungai, karakteristik sungai, makrobentos, substrat dasar.

PENDAHULUAN

Ekosistem merupakan tatanan secara utuh dari seluruh unsur lingkungan hidup yang

saling mempengaruhi. Ekosistem juga dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik yang

kompleks antar organisme dengan lingkungan (Prawirohartono, 2004).

Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari

mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjamg pengaliran oleh garis

sempadan (Zakia, d. k. k., 2009). Sungai adalah salah satu ekosistem perairan yang dipengaruhi

oleh banyak faktor, baik oleh aktifitas alam maupun aktifita manusia di Daerah Aliran Sungai

(DAS)(Lubis, d. k. k., 1993).

Page 3: Jurnal ekologi perairan

Sungai di Indonesia umumnya mempunyai sifat multiguna, mulai dari keperluan rumah

tangga, keperluan hewan (mandi, minum), transportasi perairan dan sebagainya. Kebanyakan

sungai di Indonesia telah mengalami penurunan fungsi akibat berbagai aktifitas manusia ini

masih merupakan sumberdaya prairan yang kaya akan organisme air (Widaningroem, 2010).

Pemanfaatan sungai sebagai tempat pembuangan alir limbah merupakan dampak dari aktifitas

masyarakat terhadap lingkungan yang dapat mrnyrbabkan perubahan faktor lingkungan sehingga

akan berakibat buruk bagi organisme air (Suriawiria, 1996).

Kehidupan di air dijumpai tidak hanya pada badan air tetapi juga pada dasar air yang

padat. Didassar air kehidupannya sangat terbatas karena ketersediaan nutrisi yang terbatas, oleh

karena itu, hewan yang hidup di air dalam hanyalah hewan-hewan yang mampu hidup dengan

jumlah dan jenis nutrien yang terbatas, sekaligus bersifat batoleran (Isnaeni, 2002).

Praktikum kali ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik ekosistem sungai dan faktor-faktor

permbatasnya, juga mempelajari cara pengambilan data parameter fisik, biologik dan kimia. Dari

berbagai pengambilan data itupun bertujuan untuk mengetahui kualitas perairan sungai

berdasarkan indeks diversitas biota perairan serta untuk mempelajari korelasi antara parameter

lingkungan dengan komunitas makrobentos yang ada di perairan tersebut.

METODOLOGI

Praktikum ekosistem sungai ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 22 Maret 2012 pada pukul

14.00 WIB sampai selesai. Tempat pelaksanaan praktikum kali ini berda di Sungai Tambak

Bayan, Sleman, Yogyakarta. Pada praktikum ini lokasi dibagi menjadi empat stasiun berbeda

yang terletak pada penggalan sungai yang sama. Metode yang digunakan dalam praktikum

ekosistem sungai ini adalah dengan plot kayu berbentuk persegi yang berukuran 40 cmx 40 cm.

Dari dalam plot siambil beberapa substrat dasar perairan sungai lalu kumpulkan makrobentosnya

dan diamati.

Alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum ini adalah bola tenis meja, stop-watch atau

arloji, roll-meter, meteran kain atau penggaris, termometer, botol oksigen, erlrnmeyer, gelas

ukur, pipet ukur atau buret (yang digunakan adalah pipet ukur, agar tidak repot di lapangan),

pipet tetes, mikroburet, ember plastik, peterse grab, surber, plot kayu 40 cm x 40 cm, sikat halus,

Page 4: Jurnal ekologi perairan

kuas halus, saringan (seine), mikroskop, kertas label, dan pensil. Pada praktikum ini juga

diperlukan berbagai bahan untuk pengukuran paremeter yaitu kertas pH atau pH meter, larutan

MnSO4, larutan regan oksigen, larutan H2SO4 pekat, larutan 1/80 N Na2S2O3, larutan 1/44 N

NaOH, larutan 1/50 N H2SO4, larutan 1/50 N HCl, larutan indikator amilum, larutan indikator

Methyl Red (MR), larutan indikato Phenolphphtaline (PP), larutan Methyl Orange (MO), larutan

0,01 N kalium permanganat, 6 N H2SO4, larutan 0,01 Asam oksalat dan larutan 4% formalin.

Pada masing-masing stasiun dilakukan pengamatan pada berbagai parameter lingkungan, yaitu

parameter fisik, biologi dan kimia. Pengukuran parameter fisik adalah mengukur suhu udara dan

air sungan dan mengukur kecepatan arus aliran air sungai dengan menggunakan bola tenis meja

yang dialirkan dengan perhitungan waktu hingga jarak 10 meter. Pada parameter biologi kenali

dan catatlah organisme disekitar lokasi pengamatan. Diversitas gastropoda dapat dihitung dengan

rumus metode Shannon-Wiener :

keterangan :

H : Indeks keanekaragaman (diversitas)

ni : cacah individu suatu genus

N : cacah individu suatu genera

Pada parameter kimia di lakukan pengukuran derajat keasaman (pH), kandungan oksigen terlatur

(DO), kandungan CO2 bebas, dan alkalinitas. Untuk pengukuran pH digunakan pH meter dan

untuk pengukuran DO, CO2 dan alkalinitas dilakukan dengan titrasi dan dihitung dengan rumus :

keterangan :

Y : Banyak larutan 1/80 N Na2S2O3 yang digunakan untuk titrasi

C : Banyak larutan 1/44 N NaOH yang digunakan untuk titrasi

Page 5: Jurnal ekologi perairan

C’ : Banyak larutan 1/50 N H2SO4 yang digunakan untuk titrasi (1)

D : Banyak larutan 1/50 N H2SO4 yang digunakan untuk titrasi (2)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Praktikum kali ini dilakukan di Sungai Tambak Bayan yang dibagi menjadi empat lokasi stasiun

berbeda dan berjauhan yang berada dalam satu penggalan sungai. Stasiun I terletak di daerah

hulu dan stasiun IV berada di daerah hilir di tengah kota. Dari praktikum ini diperoleh data hasil

pengamatan tiap parameter dan tiap stasiun. Hasil data yang di peroleh adalah sebagai berikut :

ParameterStasiun

I II III IV

Fisik

Suhu udara (°C) 27 27 26,1 26

Suhu air (°C) 27 26 28,5 26,3

Kecepatan arus (m/s ) 0,49 0,67 0,67 0,11

Debit (m3/s) 0,69 4,5 2,21 0,4

Kimia

DO (ppm) 6,38 6 6,34 4,1

CO2 (ppm) 9,5 8,7 10,3 13

Alkalinitas (ppm) 112 109,5 110,5 104

pH 7,15 7,36 7,7 7,5

Biologi

Densitas plankton (idv/L) 72 52 122 225

Diversitas plankton 2,43 1,97 2,65 2,34

Densitas Makrobentos (idv/m2) 312 162 6 69

Diversitas Makrobentos 1,24 1,5 0 1,24

Densitas Gastropoda (idv/m2) 34 0,22 20 1

Cuaca Mendung Mendung Mendung Mendung

Keterangan Tertutup

vegetasi

Tertutup

vegetasi

Tertutup

vegetasi

Tertutup

vegetasi

Page 6: Jurnal ekologi perairan

lebat

Dasar

perairan

berbatu

dan

berlumpu

r

lebat

Dasar

perairan

berbatu

dan

berpasir

lebat

Dasar

perairan

berbatu dan

berpasir

lebat

Dasar

perairan

berbatu

dan

berpasir

Di stasiun II terukur suhu udara sebesar 27oC dan suhu air 26oC, kecepatan arus air

sungai di stasiun ini adalah 0,67 m/s dan debitnya 4,5 m3/s yang merupakan debit tertinggi

dibandingkan dengan stasiun lainnya. DO yang terukur adalah 6 ppm, CO2 bebasnya 8,7 ppm

dan alkalinitas airnya 109,5 ppm dengan terukurnya pH perairnya 7,36 yang termasuk dalam pH

normal perairan. Densitas plankton di stasiun ini adala 52 idv/L dan diversitas planktonnya 1,97

yang merupakan densitas dan diversitas plankton terendah daripada stasiu lainnya, densitas

makrobentosnya adalah 162 idv/m2, diversitas makrobentosnya 1,5 yang merupakan diversitas

makrobentos tertinggi serta densitas gastropodanya, 0,22 idv/m2 yang merupakan densitas

gastropoda terendah, densitas dan diversitas plankton serta densitas gastropoda menjadi data

terendah daripada stasiun lain kemungkinan dikarenakan lokasi stasiun ini didekat jembatan

yang mengakibatkan arus air sungai cepat dan tajam sehingga dapat mempengaruhi organisme

yang ada didalam perairan tersebut. Kondisi perairan sungai di stasiun dua yang bercuaca

mendung ini tertutup oleh vegetasi pepohonan lebat dan dasar perairannya berbatu serta berpasir.

ParameterStasiun

I II III IV

Suhu udara (°C) 27 27 26,1 26

Suhu air (°C) 27 26 28,5 26,3

Suhu udara tertinggi adalah 27oC yaitu pada stasiun I dan stasiun II dan suhu udara terendah

adalah 26oC pada stasiun IV, di statiun III suhu udara yang terukur adalah 26,1oC. Pada teori

yang ada dijelaskan bahwa “semakin tingginya kedudukan suatu tempat, temperatur udara di

tempat tersebut akan semakin rendah, begitu juga sebaliknya semakin rendah suatu tempat,

Page 7: Jurnal ekologi perairan

temperatur udara akan semakin ringgi” (Shyham, 2010). Menurut teori tersebut hasil pada data

diatas tidak sesuai, faktor yang mungkin menyebabkan suhu semakin ke bawah malah justru

semakin rendah adalah awan. Keadaan cuaca di empat stasiun memang sama tetapi mungkin di

stasiun III dan IV lebih berawan (mendung) dibandingkan dengan stasiun I dan II. Suhu air yang

terukur di stasiun I adalah 27oC, di stasiun II adalah 26oC, di stasiun III adalah 28,5oC dan di

stasiun IV adalah 26,3oC. Suhu yang cukup tinggi di stasiun III mungkin disebabkan oleh

kesalahan pada pengukuran, karena sangat mustahil jika suhu yang terukur di stasiun II dan IV

memiliki rentan yang tidak jauh beda yaitu 26 oC dan 26,3 oC tetapi di stasiun III sangat tinggi

yaitu 28,5 oC, suhu yang lebih tinggi dapat saja terjadi jika di sekitar lokasi ada pembuangan

limbah industri seperti tekstil atau semacamnya yang menggunakan bahan kimia berbahaya

lainnya yanga menyebabkan suhu perairan sekitar lebih tinggi.

ParameterStasiun

I II III IV

Kecepatan arus (m/s ) 0,49 0,67 0,67 0,11

Debit (m3/s) 0,69 4,5 2,21 0,4

Kecepatan arus yang terukur di stasiun I adalah 0,49 m/s, yang terukur di stasiun II sama dengan

di stasiun III yaitu 0,67 m/s dan kecepatan arus yang terukur di stasiun IV adalah 0,11 yang

merupakan kecepatan arus terendah di antara stasiun lainnya. Kecepatan arus di stasiun II dan III

tertinggi kemungkinan karena lokasi stasiun tersebut berada di dekat jembatan. Di stasiun I pula

terukur debit 0,69 m3/s, di stasiun II memiliki debit yang tertinggi dibanding stasiun yang lain

yaitu 4,5 m3/s, di stasiun III terukur 2,21 m3/s dan di stasiun IV terukur 0,4 m3/s yang merupakan

debit terendah. Di stasiun IV terukur kecepatan arus dan debit terendah mungkin dikarenakan

lokasi stasiun ini yang berada di daerah yang sudah banyak pemukiman dan dimanfaatakan

masyarakat sekitar.

ParameterStasiun

I II III IV

DO (ppm) 6,38 6 6,34 4,1

CO2 (ppm) 9,5 8,7 10,3 13

Page 8: Jurnal ekologi perairan

Alkalinitas (ppm) 112 109,5 110,5 104

pH 7,15 7,36 7,7 7,5

Parameter yang diukur berikutnya adalah kimia, DO yang diperoleh dari praktikum ini adalah

6,38 ppm di stasiun I, 6 ppm di stasiun II, 6,34 ppm di stasiun III dan 4,1 di stasiun IV. Dari hasil

tersebut menunjukan bahwa pada stasiun I memiliki tingkat DO tertinggi dan di stasiun IV

memiliki DO terendah. Sesuai dengan pernyataan yang sering didengar bahwa semakin tinggi

letak lokasi maka semakin tinggi pula DO dan semakin rendah letak lokasi maka semakin rendah

pula DO yang terukur. CO2 bebas yang terukur dalam perairan sungai di stasiun I adalah 9,5

ppm, di stasiun II 8,7 ppm, di stasiun III adalah 10,3 ppm dan di stasiun IV adalah 13 ppm. Dari

hasil data tersebut tingkat CO2 bebas yang terukur di stasiun I lebih tinggi daripada stasiun II,

kemungkinan dikarenakan adanya kesalahan perhitungan karena menurut teori yang ada CO2 di

tempat yang lebih tinggi lebih rendah dibanding CO2 bebas yang berada di tempat yang lebih

rendah. Alkalinitas beperan sebagai buffer atau penyangga pH perairan agar di suatu perairan

tidak terlalu asam atau basa dan alkalinitas tertinggi ada di stasiun I yaitu 112 ppm, lalu kadar

alkalinitas di stasiun II adalah 109,5 ppm, di stasiun III 110,5 ppm lebih tinggi dari stasiun II dan

di stasiun IV adalah 104 ppm. PH yang terukur di masing-masing stasiun adalah 7,15; 7,36; 7,7;

dan 7,5. Dari penjabaran data tersebut diketahui bahwa kualitas perairan di stasiun I masih baik

dan di stasiun IV sudah mulai memburuk. Seperti yang diungkapakan pada forum diskusi O-Fish

bahwa “pH sangat penting sebagi parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe dan laju

kecepatan reaiksi beberapa bahan di dalam air. Selain itu ikan dan makhluk akuatik lainnya

hidup pada selang pH tertentu,”(2002-2003).

ParameterStasiun

I II III IV

Densitas plankton (idv/L) 72 52 122 225

Diversitas plankton 2,43 1,97 2,65 2,34

Densitas Makrobentos (idv/m2) 312 162 6 69

Diversitas Makrobentos 1,24 1,5 0 1,24

Densitas Gastropoda (idv/m2) 34 0,22 20 1

Page 9: Jurnal ekologi perairan

Parameter berikutnya adalah biologi, hasil yang diperoleh dari perhitungan densitas plankton di

stasiun I adalah 72 idv/L, di stasiun II adalah 52 idv/L, di stasiun III adalah 122 idv/L dan yang

terukur dari stasiun IV adalah 225 idv/L. Nilai diversitas planktonnya adalah 2,49 di stasiun I,

1,97 di stasiun II, 2,65 di stasiun III dan 2,34 di stasiun IV. Densitas makrobentos yang terhitung

di stasiun I adalah 312 idv/m2, di stasiun II adalah 162 idv/m2, di stasiun III adalah 6 idv/m2 dan

stasiun IV adalah 69 idv/m2. Diversitas makrobentosnya adalah 1,24 di stasiun I yang saman

dengan stasiun IV, 1,5 di stasiun II dan 0 di stasiun III yang merupakan tingkat diversitas

makrobentos terendah. Densitas gastropoda di masing-masing di stasiun adalah 34 idv/m2 di

stasiun I, 0,22 idv/m2 di stasiun II; 20 idv/m2 di stasiun III dan 1 idv/m2 di stasiun IV. Di stasiun

III makrobentos yang ditemukan hanya 1 ekor saja sehingga nilai densitas dan diversitas

makrobentosnya sangat rendah. Dan pada stasiun II kepadatan populasi gastropodanya hanya

0,22 idv/m2 karena memang gastropoda di lokasi stasiun II ini tidak terlalu padat hanya 1

individu per 4,54 m2.

Keberadaan makrobentos dapat digunakan sebagai indikator kualitas perairan. Sehingga lokasi

yang memiliki kepadatan makrobentos tertinggi memiliki kualitas air yang baik, dan jika

sebaliknya kepadatan makrobentos rendah maka kualitas airnya buruk. Hal ini diperkuat dengan

gagasan Pratiwi, d. k. k. bahwa “makrobentos merupakan salah satu kelompok terpenting dalam

ekosistem perairan sehubung dengan perannya sebagai organisme kunci dalam jaringan

makanan. Hewan bentos seringkali digunakan sebagai petunjuk bagi penilaian kualitas air

(2004).

Lokasi perairan yang semakin mendekati hilir melewati pemukiman penduduk, semakin ke kota

maka semakin padat penduduknya. Dan stasiun IV berada di tengah kota sehingga sungai pun

tidak jauh dari pemanfaatan oleh penduduk sekitar. Seperti yang dikemukakan oleh

Widaningroem bahwa “kebanyakan sungai di Indonesia telah mengalami penurunan fungsi

akibat berbagai aktifitas manusia ini masih merupakan sumberdaya perairan yang kaya akan

organisme air. Sungai di Indonesia umumnya mempunyai sifat multiguna mulai dari keperluan

rumah tangga, keperluan hewan (mandi, minum), transportasi perairan dan sebagainya” (2010).

Tentang pemanfaatan sungai sebagai tempat buang air limbah juga diungkapkan oleh Suriawiria

sebagai dampak dari aktifitas masyarakat terhadap lingkungan yang dapat menyebabkan

Page 10: Jurnal ekologi perairan

perubahan faktor lingkungan sehingga akan berakibat buruk bagi kehidupan orgenisme air

(1996).

Dari praktikum ekosistem sungai ini didapatkan informasi tentang kualitas air yang baik dan

buruk, dapat mengetahui pula pencemaran yang mungkin terjadi.

KESIMPULAN

Dari praktikum ekosistem sungai yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana karakteristik ekosistem sungai, dan faktor-

faktor pembatasnya yaitu DO yang sangat berpengaruh pada makrobentos didalam

perairan. CO2 bebas, pH dan alkalinitas juga berpengaruh terhadap kualitas perairan

sungai tersebut. Suhu dan kuat arus juga merupakan faktor pembatas karena

mempengaruhi keadaan biota perairan.

Mahasiswa memahami cara pengambilan tolokukur (parameter) fisik, kimia dan biologi

di perairan Sungai Tambak Bayan.

Mahasiswa mengetahui dan memahami korelasi antara parameter lingkungan dengan

populasi gastropoda atau makrobentos yang ada di suatu perairan. pH air sangat

mempengaruhi gastropoda atau makrobentos yang hidup di dalamnya, DO, CO2 bebas,

dan alkalinitas pun juga sangat berpengaruh untuk kualitas air dan populasi biota

perairannya.

Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana kualitas air yang baik berdasarkan indeks

diversitas. Jika indeks diversitas suatu daerah tinggi maka di daerah tersebut pula kualitas

airnya baik, tetapi jika sebaliknya indeks diversitas rendah maka kualitas airnya buruk.

Kondisi stasiun II sanyat sejuk banyak pohon. Airnya agak bening arusnya lumayan deras.

Menurut pandangan umum kawasan stasiun II merupakan daerah yang memiliki kualitas air

baik.

SARAN

Page 11: Jurnal ekologi perairan

Pengamatan yang dilakukan seharusnya tidak hanya di sungainya saja. Pengamatan juga

perlu dilakukan di daerah sekitar stasiun sungai seperti melihat perilaku masyarakat sekitar

terhadap sungai, dimana merekalah yang menjadi faktor utama yang dapat mempengarui

terhadap kualitas ekosistem sungainya, sehingga saat membuat pembahasan praktikan tidak

hanya berpikir kemungkinan atau beranggapan saja saat ada data yang berlawanan dengan teori

tanpa bukti yang pasti dalam penjelasan pembahasannya.

DAFTAR PUSTAKA

Insaeni, W. 2002. Fisiologi Hewan. Semarang : Universitas Negeri Semarang.

Lubis, J., Soewarno dan Suprihadi, B. 1993. Hidrilogi Sungai. Jakarta : Departermen

Pekerjaan Utama.

Prawirohartono, Slamet. 2004. Sains Biologi kelas I SMP. Jakarta : Bumi Aksara.

Suriawiria, U. 1996. Air Dalam Kehidupan Lingkungan yang sehat. Bandung : Penerbit

Alumni.

Widaningroem, Retno. 2010. Bahan Ajar Pengantar Ilmu Perikanan. Yogyakarta :

Universitas Gadjah Mada.

Zakia, Neena, d. k. k. 2009. Pendidikan Lingkungan Hidup. Malang ; Universitas Negeri

Malang.