22
BAB II LANDASAN TEORITIK A. Perencanaan Karier 1. Teori Perencanaan Karier E.G Williamson (Winkel dan Sri Hastuti, 2006) menguraikan sejarah perkembangan bimbingan jabatan dan proses lahirnya konseling jabatan yang berpegang pada teori Trait-Factor. Frank Parsons menunjukkan tiga langkah yang harus diikuti dalam memilih suatu pekerjaan yang sesuai yaitu : petama, pemahaman diri yang jelas mengenai kemampuan otak, bakat, minat, berbagai kelebihan dan kelemahan serta cirri-ciri lainnya. Kedua, pengetahuan tentang keseluruhan persyaratan yang harus dipenuhi supaya dapat mencapai sukses dalam berbagai pekerjaan, serta tentang balas kerja dan kesempatan untuk maju dalam berbagai bidang pekerjaan. Ketiga, berpikir secara rasional mengenai hubungan antara kedua kelompok fakta di atas. Jadi, langkah yang pertama menggunakan analisis diri; langkah kedua; memanfaatkan informasi jabatan (vocational information); langkah yang ketiga menerapkan kemampuan untuk berfikir rasioanal guna menemukan kecocokan antara ciri-ciri kepribadian yang memiliki relevansi terhadap kesuksesan atau kegagalan dalam suatu pekerjaan atau jabatan dengan

JURNAL KARIER (REFERENSI)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: JURNAL KARIER (REFERENSI)

BAB II

LANDASAN TEORITIK

A. Perencanaan Karier

1. Teori Perencanaan Karier

E.G Williamson (Winkel dan Sri Hastuti, 2006) menguraikan

sejarah perkembangan bimbingan jabatan dan proses lahirnya konseling

jabatan yang berpegang pada teori Trait-Factor. Frank Parsons

menunjukkan tiga langkah yang harus diikuti dalam memilih suatu

pekerjaan yang sesuai yaitu : petama, pemahaman diri yang jelas

mengenai kemampuan otak, bakat, minat, berbagai kelebihan dan

kelemahan serta cirri-ciri lainnya. Kedua, pengetahuan tentang

keseluruhan persyaratan yang harus dipenuhi supaya dapat mencapai

sukses dalam berbagai pekerjaan, serta tentang balas kerja dan kesempatan

untuk maju dalam berbagai bidang pekerjaan. Ketiga, berpikir secara

rasional mengenai hubungan antara kedua kelompok fakta di atas. Jadi,

langkah yang pertama menggunakan analisis diri; langkah kedua;

memanfaatkan informasi jabatan (vocational information); langkah yang

ketiga menerapkan kemampuan untuk berfikir rasioanal guna menemukan

kecocokan antara ciri-ciri kepribadian yang memiliki relevansi terhadap

kesuksesan atau kegagalan dalam suatu pekerjaan atau jabatan dengan

Page 2: JURNAL KARIER (REFERENSI)

tuntutan kualifikasi dan kesempatan yang terkandung dalam suatu

pekerjaan atau jabatan.

Williamson (dalam Winkel dan Sri Hastuti, 2006) merumuskan

pula sejumlah asumsi yang mendasari Trait-Factor counseling dalam

suatu karangan yang dimuat dalam Theories of counseling sebagai berikut

:

a. Setiap individu mempunyai sejumlah kemampuan dan potensi,

seperti taraf intelegensi umum, bakat khusus, taraf kreativitas,

wujud minat serta ketrampilan yang bersama-sama membentuk

suatu pola yang khas untuk individu itu. Kemampuan dan

variasi potensi itu merupakan cirri-ciri kepribadian (traits),

yang telah agak stabil sesudah masa remaja lewat dan dapat

diidentifikasikan melalui tes-tes psikologis. Data hasil testing

memberikan gambaran deskriptif tentang individualitas

sesorang yang lebih dapat diandalkan daripada intropeksi atau

refleksi terhadap diri sendiri.

b. Pola kemampuan dan potensi yang tampak pada seseorang

menunjukkan hubungan yang berlainan dengan kemampuan

dan ketrampilan yang dituntut pada seorang pekerja di berbagai

bidang pekerjaan. Juga wujud minat yang dimiliki seseorang

menunjukkan hubungan yang berlain-lainan dengan pola minat

yang ditemukan pada orang berkarir diberbagai bidang

pekerjaan. Dengan demikian dibuthkan informasi pekerjaan

Page 3: JURNAL KARIER (REFERENSI)

(vocational information), yang tidak hanya mendeskripsikan

tugas-tugas yang dilakukan, tetapi menggambarkan pula pola

kualifikasi dalam kepribadian pekerja, yang harus dipenuhi

supaya mencapai sukses dalam suatu bidang pekerjaan.

c. Sesuai dengan pola berfikir pada butir (b), kurikulum suatu

program studi menunut sejumlah kualifikasi tertentu. Calon

(maha) siswa akan belajar lebih mudah dan dengan hasil yang

lebih memuaskan, kalau pola kemampuan dan minatnya sesuai

dengan pola kualifikasi tertentu yang dituntut dari seorang

(maha) siswa yang mengikuti program studi tertentu. Dengan

demikian informasi pendidikan (educational information) yang

dibutuhkan bukan hanya mendeskripsikan isi dari suatu

program studi, tetapi juga menggambarkan pola kualifikasi

(human capacities) yang dituntut.

d. Setiap individu mampu, berkeinginan dan berkecenderungan

untuk mengenal diri sendiri serta memanfaatkan pemahaman

diri itu dengan berpikir baik-baik, sehingga dia akan

menggunakan keseluruhan kemampuannya semaksimal

mungkin dan dengan demikian mengatur kehidupannya sndiri

secara memuaskan.

Perencanaan yang matang menurut pemikiran tentang segala tujuan yang

hendak dicapai dalam jangka waktu panjang (long range goals) dan

semua tujuan yang hendak dicapai dalam jangka waktu pendek (short

Page 4: JURNAL KARIER (REFERENSI)

range goals). Secara ideal, tujuan yang terakhir ini menjadi tujuan

intermediar yang semakin mendekatkan orang pada tujuan jangka waktu

panjang. Kegunaan dari perencanaan yang matang adalah meminimalkan

kemungkinan dibuat kesalahan yang berat dalam memilih diantara

alternatif-alternatif yang tersedia. Hasil dari perencanaan adalah

keputusan tentang sesuatu yang dipilih secara sadar, biasanya dari antara

sejumlah alternatif yang dapat dipilih. Perencanaan bukan sekedar

langkah mengawang-awang atau tingkah laku mencoba-coba saja (Winkel

dan Sri Hastuti, 2006).

Bimbingan karir merupakan bimbingan yang juga perlu diterapkan

dalam bimbingan dan konseling di sekolah, karena bimbingan ini

diperlukan untuk masa depan siswa atau individu untuk memeprolah

pekerjaan yang benar-benar sesuai dengan bakat dan minatnya. Bimbingan

karir adalah kegiatan dan layanan pemberian bantuan kepada para siswa

dengan tujuan agar siswa memperoleh pemahaman dunia kerja dan

akhirnya mampu menentukan pilihan kerja dan menyusun perencanaan

karir (Munandir, 1996). Sukardi (1994) bahwa berkaitan dengan sekolah,

bimbingan karir merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang

membantu siswa melalui perantara kurikuler yang dapat membantu

terutama dalam perencanaan karir, pembuatan keputusan, perkembangan

keterampilan, atau keahlian, informasi karir dan pemahaman diri.

Dari pengertian-pengertian bimbingan karir diatas maka pada

dasarnya bimbingan karir merupakan suatu bantuan yang diberikan

Page 5: JURNAL KARIER (REFERENSI)

kepada siswa yang berkesinambungan, memberikan informasi tentang

dunia kerja, memberi pemahaman tentang kemampuan diri, membantu

menentukan tujuan karir, pemilihan karir dan perencanaan karir serta

tentang lingkungan kerja.

Bimo Walgito (2004) menyatakan bahwa tujuan dilaksanakannya

bimbingan karir di sekolah yaitu:

a. Agar siswa dapat memahami nilai dirinnya sendiri, terutama

yang berkaitan dengan potensi yang ada dalam dirinya,

mengenai kemampuan minat, bakat, sikap dan cita-citannya.

b. Agar siswa menyadari dan memahami nila-nilai yang ada dalam

dirinya dan yang ada dalam masyarakat.

c. Agar siswa mengetahui beberapa jenis pekerjaan yang

berhubungan dengan potensi yang ada didalam dirinya,

mengetahui jenis pendidikan dan latihan yang diperlukan bagi

suatu bidang tertentu. Memahami hubungan usah dirinya yang

sekarang dengan masa depannya.

d. Agar siswa menemukan hambatan-hambatan yang mungkin

timbul yang disebabkan oleh dirinya sendiri dan faktor

lingkungan, serta mencari jalan untuk dapat mengatasi

hambatan-hambatan tersebut.

e. Agar siswa dapat merencanakan masa depannya serta

menemukan karir dan kehidupannya yang serasi.

Page 6: JURNAL KARIER (REFERENSI)

Dari uraian di atas, bimbingan karir merupakan usaha untuk

mengetahui dan memahami diri, memahami apa yang ada didalam diri

sendiri dengan baik dan dipihak lain untuk mengetahui dengan baik

pekerjaan apa yang saja yang ada dan persyaratan apa yang dituntut untuk

pekerjaan itu. Dengan demikian siswa dapat memadukan apa suatu

pekerjaan atau karir dengan kemampuan atau potensi yang ada di dalam

diri siswa. Jika terdapat hambatan dan bagaimana siswa mengetahui dan

memecahakan hambatan yang berhubungan dengan karir siswa dimasa

mendatang.

2. Jenis Perencanaan Karir

Perencanaan yang matang menuntut pemikiran tentang segala

tujuan yang hendak dicapai dalam angka panjang (long-range goals) dan

semua tujuan yang hendak dicapai dalam jangka pendek (short-range

goals). Secara ideal, tujuan yang terakhir ini menjadi tujuan intermediary

yang semakin mendekatkan siswa kepada tujuan jangka panjang. Gaya

hidup (life style) yang ingin dicapai termasuk tujuan dalam jangka panjang

misalnya, dan nilai-nilai kehidupan (values) yang ingin direalisasikan

dalam hidup. Sertifikat, ijasah yang dipersiapkan untuk memegang suatu

rencana pekerjaan dimasa depan, termasuk tujuan dalam jangka pendek.

Kegunaan dari perencanaan karir dimasa depan adalah untuk

meminimalkan kemungkinan dibuat kesalahan yang berat dalam memilih

alternatif-alternatif yang ada. Seadainya siswa hanya memikirkan tujuan

Page 7: JURNAL KARIER (REFERENSI)

jangka pendek saja, tanpa jelas menghubungkan dengan suatu tujuan

jangka panjang (karirnya dimasa depan) terdapat kemungkinan bahwa

suatu tujuan jangka pendek yang telah dicapai ternyata tidak selaras

dengan tujuan jangka panjang. Kematangan perencanaan karir untuk

jangka panjang juga tergantung dari corak pendidikan yang diterima dari

dalam keluarga.

Hasil dari perencanaan ialah suatu keputusan yang dipilih secara

sadar, biasanya dari antara jumlah tingkat pertama, lain juga disekolah

lanjut tingkat atas dan lain pula dijenjang perguruan tinggi. Namun

kebanyakan pilihan itu menyangkut tujuan jangka pendek, yang

merupakan tujuan penunjang dari tujuan jangka panjang. Setelah

membuat keputusan siswa mendaftarkan diri untuk diterima dalam suatu

program akademik, suatu program pendidikan latihan prajabatan atau

suatu program ekstrakurikuler. Siswa tersebut diterima atau tidak dalam

program yang dipilih, bukan keputusan siswa tersebut melainkan

keputusan dari instansi atau pejabat yang berwenang. Keputusan ini akan

semakin dimudahkan bila instansi tersebut yakin bahwa pilihan siswa telah

dipikir secara matang dan merupakan suatu hasil perencanaan, bukan

sekedar langkah yang mengawang-awang atau hanya mencoba-coba saja.

Page 8: JURNAL KARIER (REFERENSI)

3. Faktor-Faktor Yang Menentukan dalam Perencanaan Karir

Siswa

Kunci bagi perencanaan yang matang dan keputusan yang

bijaksana terletak pada pengolahan informasi tentang diri dan

pemahaman tentang lingkungan hidupnya. Dengan kata lain siswa

memiliki gambaran tentang informasi yang relevan dan menafsirkan

makna bagi dirinya sendiri dan membuat pilihan-pilihan yang dapat

dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu konselor sekolah harus

membantu siswa dalam memperoleh informasi yang relevan dan

memberikan informasi kepada siswa baik melalui kegiatan bimbingan

karir dalam bentuk kelompok maupun individual. Berikut ini adalah

faktor-faktor menurut Williamson yang diperlukan dalam membuat

perencanaan karir siswa (WS Winkel & Sri Hastuti, 2006) :

a) Informasi tentang diri sendiri yaitu meliputi data tentang : (1)

kemampuan intelektual ; (2) bakat khusus di bidang studi

akademik; (3) minat-minat baik yang bersifat luas maupun

lebih khusus; (4) hasil belajar dalam berbagai bidang studi inti;

(5) sifat-sifat kepribadian yang mempunyai relevansi terhadap

suatu program studi akademik, suatu program latihan pra

jabatan dan suatu bidang jabatan, seperti berani berbicara dan

bertindak, kooperatif, sopan dapat diandalkan, bijaksana, rajin,

berpotensi, dalam bidang kepemimpinan, rapi, tekun, toleran,

tahan dalam situasi yang penuh ketegangan, terbuka, jujur, dan

Page 9: JURNAL KARIER (REFERENSI)

berwatak baik; (6) perangkat kemahiran kognitif, seperti

kemampuan mengatur arus pikiran sendiri dalam menghadapi

suatu permasalahan, kemampuan menguraikan secara lisan dan

tertulis, kemampuan mengatur dirinya sendiri, kemampuan

memahami dan berbicara bahasa asing dan kemampuan

menghadap orang lain; (7) nilai-nilai kehidupan dan cita-cita

masa depan; (8) bekal berupa keterampilan khusus yang

dimilki dalam bidang adnistrasi/tata usaha, kesenian, olaharaga,

mekanik, serta koordinasi motorik, yang semuanya sangat

relevan bagi program perencanaan karir yang diinginkan; (9)

kesehatan fisik serta mental; (10) kematangan vokasional.

b) Data tentang keadaan keluarga dekat juga dimasukan dalam

lingkup informasi tentang gambaran diri sendiri yang

sebenarnya termasuk data sosial. Namun, keadaan keluarga

sebagai lingkungan hidup yang paling bermakna bagi individu

yang sehari-hari bersama keluarga ikut berpengaruh besar

terhadap pembentukan gambaran diri. Keadaan keluarga dekat

ini meliputi tentang; (1) Posisi anak dalam keluarga; (2)

pandangan keluarga tentang peranan kewajiban anak laki-laki

dan perempuan; (3) harapan keluarga untuk masa depan anak;

(4) taraf sosial ekonomi kehidupan keluarga,; (5) gaya hidup

dan suasana keluarga; (6) taraf pendidikan orangtua; (7)

Page 10: JURNAL KARIER (REFERENSI)

sumber konflik orang tua dan anak; (8) status perkawinan; (9)

tinggal dirumah selain orang tua sendiri dan kakak adik.

Konsep diri merupakan benang merah dalam menciptakan satu

kesatuan yang terpadu dari seluruh proses perkembangan karir,

termasuk perencanaan karir dan pengambilan keputusan.

Penilaian siswa terhadap diri sendiri tentang kemampuan

intelektual , bakat khusus dibidang studi akademik dan berbagi

ketrampilan khusus mempunyai relevansi terhadap

perencanaan karir siswa, karena jika siswa telah menilai

gambaran tentang dirinya sendiri maka siswa cenderung

berperilaku sesuai dengan persepsinya.

c) Informasi tentang lingkungan hidup yang relevan bagi

perencanaan karir, khususnya informasi pendidikan

(educational information) dan infomasi jabatan (vocational

information), yang bersama-sama dikenal dengan informasi

karir (career information). Pemberian informasi ini bertujuan

agar siswa mempunyai pemahaman tentang jenis-jenis

pekerjaan yang ada didalam masyarakat, mengenai informasi-

informasi jenis pendidikan kelanjutan studi dan mengenai

prospek informasi pekerjaan yang dibutuhkan masyarakat di

masa depan.

Page 11: JURNAL KARIER (REFERENSI)

4. Tantangan-tantangan konselor sekolah dalam membantu

membuat perencanaan karir siswa

Konselor sekolah dalam membantu siswa membuat perencanaan

karir siswa tidaklah mudah, karena konselor sekolah harus

mempertimbangkan beberapa aspek yang ada didalam diri siswa. Berikut

ini beberapa tantangan konselor sekolah dalam membantu perencanaan

karir siswa (Winkel & Sri Hastuti, 2006) :

1) Harus mempertimbangkan taraf perkembangang vokasional

siswa

2) Harus menghindari bahaya yang terkandung dalam

memberikan saran tetntang pilihan yang dibuat, karena

sebaiknya mungkin tidak dimengerti oleh siswa dan hanya

mengikuti saran saja.

3) Harus dihindari ramalan yang bersifat dogmatik tentang

kemungkinan konseli akan berhasil atau gagal dalam megambil

suatu jalur. Setelah siswa mendapat penjelasan tentang makna

data yang tersedia tentang diri sendiri dan tentang lingkungan

kehidupannya, dia tetap bebas memilih.

4) Harus dihindari memberikan kesan hanya terdapat satu karir

yang cocok bagi konseli dan akan memuaskan baginya. Maka

dapat dianggap bijaksana jika seorang siwa membuat beberapa

alternatif dalam urutan prioritas; pilihan pertama, kedua dan

seterusnya.

Page 12: JURNAL KARIER (REFERENSI)

5) Harus dijaga apabila siswa membuat pilihan hanya atas dasar

keinginan saja. Alternatif yang tersedia selain ditinjau dari

sudut pandang yang diinginkan , juga harus ditinjau dari sudut

pandang apakah dimungkinkan, dan dapat membawa hasil yang

diharapkan seandainya dipilih.

B. Bimbingan Kelompok

1. Pengertian Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang diberikan

kepada sekelompok individu yang berjumlahkan 10-15 orang yang

dipimpin oleh konselor atau pemimpin kelompok dimana membahas

masalah yang bersifat umum dan aktual yang menjadi kepeduliaan para

anggota kelompok untuk mengembangkan dinamika kelompok,

pengembangan kepribadian, sosial, belajar dan karier. Bimbingan

kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan dalam kelompok

(Prayitno, 1996).

Layanan bimbingan kelompok merupakan suatu bantuan untuk

membahas permasalahan siswa yang memanfaatkan dinamika kelompok

yang bertujuan menggali dan mengembangkan potensi diri individu.

Dalam kelompok ini semua anggota kelompok bebas mengeluarkan

pendapat. Semua yang dibicarakan bermanfaat bagi semua anggota

kelompok. Bimbingan kelompok sangat tepat bagi remaja karena

Page 13: JURNAL KARIER (REFERENSI)

memberikan kesempatan untuk menyampaikan gagasan, permasalahan,

perasaan.

Menurut Sukardi (2002) layanan bimbingan kelompok adalah

layanan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama

memperoleh bahan dari nara sumber tertentu (terutama guru pembimbing

atau konselor) yang berguna unuk menunjang kehidupan sehari-hari baik

individu sebagai pelajar, anggota kelompok, anggota keluarga dan

masyarakat serta untuk mempertimbangkan dalam pengambilan

keputusan. Menurut Romlah (2002) bimbingan kelompok adalah proses

pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok.

Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada

siswa dan mengembangkan potensi siswa.

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bimbingan

kelompok adalah salah satu teknik dalam bimbingan konseling untuk

memberikan bantuan kepada peserta didik atau siswa yang dilakukan oleh

seorang pembimbing/konselor melalui kegiatan kelompok yang dapat

berguna untuk mencegah berkembangnya masalah-masalah yang dihadapi

anak.

2. Tahap- Tahap Bimbingan Kelompok

Tahap pelaksanaan bimbingan kelompok menurut (Prayitno, 1996)

ada empat tahapan, yaitu:

a. Tahap I Pembentukan

Page 14: JURNAL KARIER (REFERENSI)

Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri

atau tahap memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok.

Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling

memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun

harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing,

sebagian, maupun seluruh anggota. Memberikan penjelasan

tentang bimbingan kelompok sehingga masing-masing anggota

akan tahu apa arti dari bimbingan kelompok dan mengapa

bimbingan kelompok harus dilaksanakan serta menjelaskan aturan

main yang akan diterapkan dalam bimbingan kelompok ini. Jika

ada masalah dalam proses pelaksanaannya, mereka akan mengerti

bagaimana cara menyelesaikannya. Asas kerahasiaan juga

disampaikan kepada seluruh anggota agar orang lain tidak

mengetahui permasalahan yang terjadi pada mereka.

b. Tahap II Peralihan

Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama

dan ketiga. Ada kalanya jembatan ditempuh dengan amat mudah

dan lancar, artinya para anggota kelompok dapat segera memasuki

kegiatan tahap ketiga dengan penuh kemauan dan kesukarelaan.

Ada kalanya juga jembatan itu ditempuh dengan susah payah,

artinya para anggota kelompok enggan memasuki tahap kegiatan

kelompok yang sebenarnya, yaitu tahap ketiga. Dalam keadaan

seperti ini pemimpin kelompok, dengan gaya kepemimpinannya

Page 15: JURNAL KARIER (REFERENSI)

yang khas, membawa para anggota meniti jembatan itu dengan

selamat. Adapun yang dilaksanakan dalam tahap ini yaitu: 1)

Menjelaskan kegiaatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya;

2) menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap

menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya; 3) membahas suasana

yang terjadi; 4) meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota;

5) Bila perlu kembali kepada beberapa aspek tahap pertama.

c. Tahap III Kegiatan

Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka

aspek-aspek yang menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan

masing-masing aspek tersebut perlu mendapat perhatian yang

seksama dari pemimpin kelompok. ada beberapa yang harus

dilakukan oleh pemimpin dalam tahap ini, yaitu sebagai pengatur

proses kegiatan yang sabar dan terbuka, aktif akan tetapi tidak

banyak bicara, dan memberikan dorongan dan penguatan serta

penuh empati.

Tahap ini ada berbagai kegiatan yang dilaksanakan, yaitu:

1. Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah

atau topik bahasan.

2. Menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas terlebih

dahulu.

3. Anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan

tuntas.

Page 16: JURNAL KARIER (REFERENSI)

4. Kegiatan selingan.

Kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan agar dapat

terungkapnya masalah atau topik yang dirasakan, dipikirkan dan

dialami oleh anggota kelompok. Selain itu dapat terbahasnya

masalah yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas serta ikut

sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam

pembahasan baik yang menyangkut unsur tingkah laku, pemikiran

ataupun perasaan.

d. Tahap IV Pengakhiran

Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok

perhatian utama bukanlah pada berapa kali kelompok itu harus

bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu.

Kegiatan kelompok sebelumnya dan hasil-hasil yang dicapai

seyogyanya mendorong kelompok itu harus melakukan kegiatan

sehingga tujuan bersama tercapai secara penuh. Dalam hal ini ada

kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan

berhenti melakukan kegiatan, dan kemudian bertemu kembali

untuk melakukan kegiatan. Ada beberapa hal yang dilakukan pada

tahap ini, yaitu:

1. Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan

segera diakhiri.

2. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan

hasil-hasil kegiatan.

Page 17: JURNAL KARIER (REFERENSI)

3. Membahas kegiatan lanjutan.

4. Mengemukakan pesan dan harapan.

Setelah kegiatan kelompok memasuki pada tahap

pengakhiran, kegiatan kelompok hendaknya dipusatkan pada

pembahasan dan penjelajahan tentang apakah para anggota

kelompok mampu menerapkan hal-hal yang mereka pelajari

(dalam suasana kelompok), pada kehidupan nyata mereka sehari-

hari.

3. Teknik-Teknik Bimbingan kelompok

Penggunaan teknik dalam kegiatan bimbingan kelompok

mempunyai banyak manfaat selain dapat untuk memfokuskan

kegiatan bimbingan kelompok terhadap tujuan yang ingin dicapai

tetapi juga dapat membuat suasana terbangun dan membuat siswa

tidak bosan dalam mengikuti kegiatan. Seperti yang dikemukakan

oleh Tatiek Romlah (2001) “Bahwa teknik merupakan bukan tujuan

tetapi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pemilihan dan penggunaan

masing-masing teknik tidak dapat lepas dari kepribadian konselor,

guru atau pemimpin kelompok.” Sehingga dapat dikatakan jika selain

sebagai alat untuk mencapai tujuan, teknik pemilihan juga harus

disesuaikan dengan karakteristik konselor atau pemimpin kelompok.

Beberapa teknik yang biasa digunakan dalam bimbingan kelompok

antara lain diskusi, ceramah, psikodrama, sosiodrama, games, kerja

kelompok, karya wisata (field trip), pemberian informasi, pemecahan

Page 18: JURNAL KARIER (REFERENSI)

masalah (problem solving), permainan peran (role playing). Dari

bermacam-macam teknik yang ada, untuk bimbingan kelompok dalam

upaya perencanaan karier pada siswa kelas X-BB SMK Islam

Sudirman 1 Ambarawa tidak semua digunakan, oleh sebab itu akan

dipilih teknik yang sekiranya memenuhi standar yang dapat membantu

perencanaan karier padsa siswa kelas X-BB SMK Islam Sudirman 1

Ambarawa. Teknik tersebut antara lain :

a. Teknik pemberian informasi

Teknik pemberian informasi disebut juga dengan metode

ceramah yaitu pemberian penejelasan oleh seorang pembicara kepada

sekelompok pendengar. Pelaksanaan teknik pemberian informasi

mencakup tiga hal yaitu perencanaan, pelaksanaan, penilaian.

b. Diskusi kelompok

Teknik diskusi ini sebenarnya sering dipraktekan di kelas.

Pemimpin diskusi yang baik, akan sanggup dengan cepat mengambil

tindakan-tindakan menghadapi ketimpangan-ketimpangan. Diskusi

diawali dengan penguraian materi yang terkait oleh seseorang atau

beberapa orang. Setelah itu dibuka sesi tanggapan atau pertanyaan

yang berfungsi untuk memperdalam pemahaman kelompok mengenai

materi itu.

c. Teknik pemecahan masalah (problem solving)

Page 19: JURNAL KARIER (REFERENSI)

Teknik pemecahan masalah merupakan proses kreatif

dimana individu menilai perubahan yang ada pada dirinya dan

lingkungannya dan membuat pilihan-pilihan baru, keputusan-

keputusan atau penyesuaian yang selaras dengan tujuan dan niali

hidupnya. Teknik ini mengajarkan pada individu bagaimana

pemecahan masalah secara sistematis.

d. Permainan peran (role play)

Bennet (Dalam Tatiek Romlah, 2001) mengemukakan

bahwa permainan peran adalah suatu alat belajar yang

menggambarkan ketrampilan-ketrampilan dan pengertian-pengertian

tentang hungungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi-

situasi yang pararel dengan yang terjadi dalam kehidupan sebenarnya.

e. Games

Penyelenggaraan games ini memiliki tujuan yang berbeda-

beda. Ada yang untuk having fun saja, juga untuk penyampaian materi

tertentu. Namun, sejatinya, dalam permainan ini tentu ada pesan yang

bisa diambil. Bermain game pada intinya bersifat sosial dan

melibatkan belajar dan memenuhi peraturan, pemecahan masalah,

disiplin diri, kontrol emosional dan adopsi peran-peran pemimpin dan

pengikut dari sosialisasi.

C. Keefektifan Bimbingan Kelompok Dalam Perencanaan Karier

Menurut Sukardi Bimbingan kelompok memiliki kelebihan-kelebihan

antara lain yaitu: Diberikan kesempatan yang luas untuk berpendapat dan

Page 20: JURNAL KARIER (REFERENSI)

membicarakan berbagai hal yang terjadi disekitarnya, memiliki pemahaman

yang obyektif, tepat, dan cukup luas tentang berbagai hal yang mereka

bicarakan, menimbulkan sikap yang positif terhadap keadaan diri dan

lingkungan mereka yang berhubungan dengan hal-hal yang mereka bicarakan

dalam kelompok, menyusun program-program kegiatan untuk mewujudkan

penolakan terhadap yang buruk dan dukungan terhadap yang baik,

melaksanakan kegiatan-kegiatan nyata dan langsung untuk membuahkan hasil

sebagaimana yang mereka programkan semula.

Berdasarkan teori perkembangan karir Williamson (dalam Munandir,

1996) maka siswa SMK Islam Sudirman 1 Ambarawa Pada fase ini anak

mengembangkan bakat, minat, kebutuhan dan potensi yang akhirnya

dipadukan dalam struktur gambaran diri. Gambaran diri ini meliputi beberapa

hal diantaranya (1) kemampuan intelektual ; (2) bakat khusus dibidang studi

akademik; (3) minat-minat baik yang bersifat luas maupun lebih khusus; (4)

hasil belajar dalam berbagai bidang studi inti; (5) sifat-sifat kepribadian; (6)

Posisi anak dalam keluarga; (7) pandangan keluarga tentang peranan

kewajiban anak laki-laki dan perempuan; (8) harapan keluarga untuk masa

depan anak; (9) taraf sosial ekonomi kehidupan keluarga; (10) gaya hidup dan

suasana keluarga; dan lain sebagainya sebagaimana dibahas dalam teori.

Perencanaan karir merupakan bagian dari perencanaan kehidupan seseorang.

Berdasarkan teori perkembangan karir yang telah dibahas sebelumnya dapat

disimpulkan bahwa, siswa kelas X-BB SMK Islam Sudirman 1 Ambarawa

Page 21: JURNAL KARIER (REFERENSI)

yang memasuki tahap ini harus mampu menentukan arah yang jelas tentang

karir yang akan dipilih sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.

Berdasarkan fungsi atau kegunaan metode bimbingan kelompok maka

dalam perencanaan karir siswa kelas X-BB SMK Islam Sudirman 1

Ambarawa, bimbingan kelompok membantu siswa mengeksplorasi tentang

bakat, minat dan potensinya dan dapat merencanakan kariernya dengan sebaik

mungkin.

D. Penelitian Yang Terkait

Penelitian yang dilakukan oleh oleh Afifah (2005) terhadap siswa

kelas III SMK Negeri 2 Magelang (Kelompok Bisnis dan Manajemen) tahun

pelajaran 2006/2007, termasuk kategori efektif dengan persentase 79.43%.

Besarnya pengaruh tersebut yaitu 38.3%. “Ada pengaruh antara bimbingan

kelompok dengan perencanaan karier pada siswa kelas III SMK Negeri 2

Magelang (Kelompok Bisnis dan Manajemen) tahun pelajaran 2006/2007”

diterima. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa,

bimbingan kelompok berpengaruh cukup signifikan terhadap peserta didik

dalam merencanakan karier sebesar 38.3%.

Penelitian Listiana (2006) meneliti tentang “ Keefektifan bimbingan

kelompok dalam perencanaan karier SMA Negeri 1 Kudus mengemukakan

bahwa bimbingan kelompok efektif untuk perencanaan karier peserta didik

yang ditunjukkan dengan nilai hitung Z = 4, 264 > nilai tabel Z = 1,94.

Page 22: JURNAL KARIER (REFERENSI)

E. Hipotesis Penelitian

Layanan bimbingan kelompok efektif dalam meningkatkan

perencanaan karir siswa kelas X-BB SMK Islam Sudirman 1 Ambarawa.