6
1 GENDER DALAM PENDIDIKAN ISLAM A. PENDAHULUAN Kata “Gender” seringkali dimaknai dengan salah, yaitu dengan pengertian jenis kelamin atau sama halnya dengan “Sex”. Kesalahpahaman inilah yang masih ditemui dalam beberapa isu di masyarakat berhubungan langsung dengan gender. Fenomena yang terjadi saat ini, masih ditemukannya beberapa perempuan yang belum mendapat kesempatan sama dalam pendidikan seperti halnya laki-laki. Masyarakat yang pada umumnya adalah masyarakat tradisionalis, masih menganggap bahwa kaum perempuan harusnya berada di rumah, mengurus keperluan rumah, seperti memasak, membesarkan anak, dan lain sebagainya. Ada pula anggapan bahwa tabu hukumnya bila seorang perempuan pergi keluar rumah seorang diri dan melakukan hal yang kurang penting. Isu seperti inilah yang saat ini menjadi tugas rumah bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan pendidikan, khususnya bagi pendidikan perempuan. Seiring perkembangan zaman, mulai tumbuh beberapa pemikiran modernis yang memandang bahwa permasalahan gender yang ada saat ini sudah seharusnya dihentikan, salah satunya adalah dengan menerapkan kesetaraan gender dalam pendidikan. Masuknya gender dalam praktek pendidikan Islam adalah pertanda bahwa umat Islam masih memiliki semangat pembaharuan yang kuat dan melawan keras ajaran-ajaran masa lalu yang mengekang hak manusia. Hukum positif di Indonesia seperti dalam Undang-undang Dasar yang membahas tentang Kebijakan Pendidikan, telah menyebutkan bahwa antara laki-laki dan perempuan tidak diberlakukan perbedaan keduanya. Masing-masing dari mereka diberikan kebebasan dalam memperoleh pendidikan. Sementara, menurut ajaran Islam sendiri memandang pendidikan sebagai sebuah kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Oleh karena itulah, penting bagi umat Islam terutama pelaku pendidikan Islam untuk sekiranya memperhatikan aspek-aspek diatas sebagai dukungan penuh dan komitmen bersama terhadap kemajuan pendidikan Islam melalui peran gender dalam pendidikan Islam. B. PEMBAHASAN 1. Gender Istilah gender pertama kali diperkenalkan Robert Stoller pada 1968 untuk memisahkan pencirian manusia yang didasarkan pada pendefinisian yang bersifat sosial budaya dengan pendefinisian yang berasal dari ciri-ciri fisik biologis.

Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)

1

GENDER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

A. PENDAHULUAN

Kata “Gender” seringkali dimaknai dengan salah, yaitu dengan pengertian jenis

kelamin atau sama halnya dengan “Sex”. Kesalahpahaman inilah yang masih ditemui

dalam beberapa isu di masyarakat berhubungan langsung dengan gender.

Fenomena yang terjadi saat ini, masih ditemukannya beberapa perempuan yang

belum mendapat kesempatan sama dalam pendidikan seperti halnya laki-laki.

Masyarakat yang pada umumnya adalah masyarakat tradisionalis, masih menganggap

bahwa kaum perempuan harusnya berada di rumah, mengurus keperluan rumah,

seperti memasak, membesarkan anak, dan lain sebagainya. Ada pula anggapan bahwa

tabu hukumnya bila seorang perempuan pergi keluar rumah seorang diri dan

melakukan hal yang kurang penting. Isu seperti inilah yang saat ini menjadi tugas

rumah bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan pendidikan, khususnya bagi

pendidikan perempuan.

Seiring perkembangan zaman, mulai tumbuh beberapa pemikiran modernis yang

memandang bahwa permasalahan gender yang ada saat ini sudah seharusnya

dihentikan, salah satunya adalah dengan menerapkan kesetaraan gender dalam

pendidikan. Masuknya gender dalam praktek pendidikan Islam adalah pertanda bahwa

umat Islam masih memiliki semangat pembaharuan yang kuat dan melawan keras

ajaran-ajaran masa lalu yang mengekang hak manusia.

Hukum positif di Indonesia seperti dalam Undang-undang Dasar yang membahas

tentang Kebijakan Pendidikan, telah menyebutkan bahwa antara laki-laki dan

perempuan tidak diberlakukan perbedaan keduanya. Masing-masing dari mereka

diberikan kebebasan dalam memperoleh pendidikan. Sementara, menurut ajaran Islam

sendiri memandang pendidikan sebagai sebuah kewajiban yang harus dipenuhi oleh

setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan.

Oleh karena itulah, penting bagi umat Islam terutama pelaku pendidikan Islam

untuk sekiranya memperhatikan aspek-aspek diatas sebagai dukungan penuh dan

komitmen bersama terhadap kemajuan pendidikan Islam melalui peran gender dalam

pendidikan Islam.

B. PEMBAHASAN

1. Gender

Istilah gender pertama kali diperkenalkan Robert Stoller pada 1968 untuk

memisahkan pencirian manusia yang didasarkan pada pendefinisian yang bersifat

sosial budaya dengan pendefinisian yang berasal dari ciri-ciri fisik biologis.

Page 2: Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)

2

Sebagaimana Stoller, Oakley mengartikan gender sebagai konstruksi sosial atau

atribut yang dikenakan pada manusia yang dibangun oleh kebudayaan manusia,

berbeda dengan fakta biologis yang secara permanen tidak berubah dan

merupakan ketentuan Tuhan. (Faqih, 1999: 8)

Gender merupakan konsep hubungan sosial yang

membedakan (memilahkan atau memisahkan) fungsi dan peran antara perempuan

dan lak-laki. Perbedaan fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan itu tidak

ditentukan karena keduanya terdapat perbedaan biologis atau kodrat, melainkan

dibedakan menurut kedudukan, fungsi dan peranan masing-masing dalam

berbagai kehidupan dan pembangunan. (Narwoko & Yuryanto, 2004: 335)

Hampir serupa, Mufidah Ch (2010: 5) mendefinisikan gender sebagai

pembedaan peran, fungsi dan tanggung jawab antara perempuan dan laki-laki

yang dihasilkan dari konstruksi sosial budaya dan dapat berubah sesuai dengan

perkembangan zaman.

Perjuangan kesetaraan dan keadilan gender sedang menjadi isu global yang

sangat menarik perhatian dunia baik di tingkat global maupun skala nasional.

Kesetaraan dan keadilan gender merupakan salah satu tujuan dari delapan tujuan

global negara-negara sedunia yang berkomitmen dalam Millenium Development

Goals (MDGs).

Dikutip dalam Jurnal Peran Gender dalam Pendidikan Islam oleh Aris Try

Andreas Putra, diantaranya yaitu:

a) Memberantas kemiskinan dan kelaparan

b) Mewujudkan pendidikan dasar

c) Meningkatkan persamaan gender dan pemberdayaan perempuan

d) Mengurangi angka kematian bayi

e) Meningkatkan kesehatan ibu

f) Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya

g) Pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan

h) Mengembangkan kemitraan global dalam pembangunan.

Diangkatnya isu persamaan gender pada komitmen MDGs diatas,

menandakan bahwa betapa pentingnya peran gender terhadap kemajuan dunia.

Terlebih lagi, isu gender yang dimaksud juga berkaitan dengan komitmen untuk

memberdayakan perempuan. Seperti yang diketahui, bahwasanya masih

ditemukan ketidakadilan, kekerasan, serta bentuk-bentuk kegiatan yang

merugikan kaum hawa di era globalisasi ini.

Page 3: Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)

3

2. Hakikat Pendidikan Islam

Hakikat pendidikan adalah penyerapan informasi pengetahuan yang

sebanyak-banyaknya dan pengkajian yang mendalam serta uji coba dan

penerapannya dalam kehidupan manusia sehari-hari.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

pasal 1 ayat 1, menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Ahmad D. Marimba mendefinisikan pendidikan Islam sebagai bimbingan

jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada

terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. (Uhbiyati, 1998:

5)

Jadi, pendidikan Islam adalah upaya membimbing, mengarahkan, dan

membina peserta didik oleh pendidik untuk membentuk suatu kepribadian rohani

dan jasmani sesuai dengan ajaran agama Islam yang berdasarkan pada nilai-nilai

Al-Qur’an dan Sunnah.

3. Gender dalam Pendidikan Islam

Berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, pasal 1 ayat 1, menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar

peserta didik mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Kemudian, sejalan dengan undang-undang diatas secara legalitas formal,

tidak ditemukan adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan dimata hukum

sesuai yang telah disebutkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27

menyatakan bahwa semua warga negara memiliki kedudukan yang sama.

Sehingga, merujuk kepada landasan tersebut pula telah memberikan kesempatan

kepada kaum perempuan untuk dapat terjun langsung dalam proses pendidikan.

Tanpa adanya ketakutan ataupun diskriminasi pada pihak mereka.

Page 4: Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)

4

Terdapat faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya permasalahan

berkaitan dengan gender atau kesenjangan gender adalah faktor struktural dan

kultural, serta masih adanya budaya yang bias gender.

Di dalam Islam, kesetaraan dan keadilan gender dapat dilihat dengan

sebagaimana ajaran Islam memberikan posisi laki-laki dan perempuan sebagai

berikut:

a) Hamba Tuhan

Bahwa antara laki-laki dan perempuan dalam Al-Qur’an memiliki

kesempatan potensi dan peluang sama untuk menjadi hamba. Seperti yang

tertuang dalam QS. Al-Hujurat 49: 13 dan QS. An-Nahl 16: 97.

b) Khalifah di bumi

Sebagaimana yang tertuang dalam QS. Al-A’raf 7: 155 bahwa antara laki-laki

dan perempuan memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama sebagai

khalifah.

c) Penerima di bumi

Laki-laki dan perempuan menerima perjanjian primordial dan sama-sama

mengemban amanah.

d) Sebagai Adan dan Hawa dalam drama komsis. (Zaitunnah, 2002: 49)

Pendidikan yang berperspektif gender adalah pendidikan yang

menggunakan konsep keadilan gender, kemitrasejajaran yang harmonis antara

laki-laki dan perempuan, memperhatikan kebutuhan serta kepentingan gender

praktis, strategis perempuan dan laki-laki, dan pemberian wawasan kepada

masyarakat yang masih memiliki pandangan konvensional terhadap laki-laki dan

perempuan.

Dalam sebuah kajian lainnya tentang kesetaraan gender, berjudul

Membangun Relasi Setara antara Perempuan dan Laki-laki Melalui Pendidikan

Islam (2010: 34). Ajaran Islam menyebutkan bahwa tidak ada perlakuan

diskriminatif bagi setiap individu baik laki-laki maupun perempuan di muka bumi

ini yang didasarkan pada perbedaan jenis kelamin, status sosial, atau ras. Allah

SWT. membedakan kedudukan umatnya berdasarkan kualitas ketakwaannya.

Semua manusia memiliki kedudukan yang sama di sisi Allah.

C. Kesimpulan

Page 5: Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)

5

Islam sendiri menyerukan adanya kemerdekaan, persamaan, kesempatan yang

sama antara yang kaya dan yang miskin dalam bidang pendidikan, di samping

penghapusan sistem-sistem kelas dan mewajibkan setiap muslim laki-laki dan

perempuan untuk menuntut ilmu serta memberikan kepada setiap muslim berbagai

metode ataupun cara belajar.

Pendidikan dan bantuan terhadap perempuan dalam semua bidang merupakan

langkah awal untuk memperjuangkan persamaan yang sesungguhnya diharapkan oleh

pendidikan, baik pendidikan nasional dan bahkan Islam sekali pun. Perwujudkan

kesetaraan dan keadilan gender ini ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara

perempuan dan laki-laki sehingga dengan demikian antara perempuan dan laki-laki

memiliki akses, kesempatan berpartisipasi dan kontrol atas pembangunan serta

memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan, termasuk dalam hal

pendidikan.

Efianingrum dalam penelitiannya yang berjudul Pendidikan dan Pemajuan

Perempuan: Menuju Keadilan Gender (2008) mengupayakan memasukkan gender

dalam pendidikan dengan menanamkan sejak dini pesan penting gender sedari dini.

Melakukan pembaharuan kurikulum dan peninjauan ulang untuk menghilangkan

pandangan negatif tentang perempuan. Meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya

pendidikan bagi anak-anak perempuan, mengintegrasikan gender sebagai mata ajaran

khusus dalam pelatihan guru-guru di sekolah, memasukkan kesadaran akan kesetaraan

gender dalam pendidikan melalui sekolah, dan mendorong masyarakat mengirim

anak-anak perempuan mereka ke sekolah secara teratur, untuk memberi rasa aman.

Daftar Pustaka

Ariefa Efianingrum, Pendidikan dan Pemajuan Perempuan: Menuju Keadilan Gender.

Dosen FSP FIP UNY. Jurnal Fondasia. 2008.

Page 6: Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)

6

Aris Try Andreas Putra. Peran Gender dalam Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan

Islam. Volume III Nomor 2. Desember 2014.

Dwi Narwoko dan Bagong Yuryanto. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Jakarta:

Kencana Prenada Media Group. 2004.

Mansour Fakih. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

1999.

Mufidah Ch, Bingkai Sosial Gender: Islam, Strukturasi dan Konstruksi Sosial. Malang:

UIN Maliki Press, 2010.

Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan Islam. Pustaka Setia. Bandung: 1998.

Tim Penyusun, Membangun Relasi Setara antara Perempuan dan Laki-laki Melalui

Pendidikan Islam. Jakarta: Direktoral Jenderal Pendidikan Kementerian Agama-

Australia Indonesia Partnership, 2010.

Zubha Zaitunnah, Rekontruksi Pemahaman Gender dalam Islam. el-Kahfi. Jakarta:

2002.