Upload
aidadwiinizukablogspotcom
View
136
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
1
GENDER DALAM PENDIDIKAN ISLAM
A. PENDAHULUAN
Kata “Gender” seringkali dimaknai dengan salah, yaitu dengan pengertian jenis
kelamin atau sama halnya dengan “Sex”. Kesalahpahaman inilah yang masih ditemui
dalam beberapa isu di masyarakat berhubungan langsung dengan gender.
Fenomena yang terjadi saat ini, masih ditemukannya beberapa perempuan yang
belum mendapat kesempatan sama dalam pendidikan seperti halnya laki-laki.
Masyarakat yang pada umumnya adalah masyarakat tradisionalis, masih menganggap
bahwa kaum perempuan harusnya berada di rumah, mengurus keperluan rumah,
seperti memasak, membesarkan anak, dan lain sebagainya. Ada pula anggapan bahwa
tabu hukumnya bila seorang perempuan pergi keluar rumah seorang diri dan
melakukan hal yang kurang penting. Isu seperti inilah yang saat ini menjadi tugas
rumah bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan pendidikan, khususnya bagi
pendidikan perempuan.
Seiring perkembangan zaman, mulai tumbuh beberapa pemikiran modernis yang
memandang bahwa permasalahan gender yang ada saat ini sudah seharusnya
dihentikan, salah satunya adalah dengan menerapkan kesetaraan gender dalam
pendidikan. Masuknya gender dalam praktek pendidikan Islam adalah pertanda bahwa
umat Islam masih memiliki semangat pembaharuan yang kuat dan melawan keras
ajaran-ajaran masa lalu yang mengekang hak manusia.
Hukum positif di Indonesia seperti dalam Undang-undang Dasar yang membahas
tentang Kebijakan Pendidikan, telah menyebutkan bahwa antara laki-laki dan
perempuan tidak diberlakukan perbedaan keduanya. Masing-masing dari mereka
diberikan kebebasan dalam memperoleh pendidikan. Sementara, menurut ajaran Islam
sendiri memandang pendidikan sebagai sebuah kewajiban yang harus dipenuhi oleh
setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan.
Oleh karena itulah, penting bagi umat Islam terutama pelaku pendidikan Islam
untuk sekiranya memperhatikan aspek-aspek diatas sebagai dukungan penuh dan
komitmen bersama terhadap kemajuan pendidikan Islam melalui peran gender dalam
pendidikan Islam.
B. PEMBAHASAN
1. Gender
Istilah gender pertama kali diperkenalkan Robert Stoller pada 1968 untuk
memisahkan pencirian manusia yang didasarkan pada pendefinisian yang bersifat
sosial budaya dengan pendefinisian yang berasal dari ciri-ciri fisik biologis.
2
Sebagaimana Stoller, Oakley mengartikan gender sebagai konstruksi sosial atau
atribut yang dikenakan pada manusia yang dibangun oleh kebudayaan manusia,
berbeda dengan fakta biologis yang secara permanen tidak berubah dan
merupakan ketentuan Tuhan. (Faqih, 1999: 8)
Gender merupakan konsep hubungan sosial yang
membedakan (memilahkan atau memisahkan) fungsi dan peran antara perempuan
dan lak-laki. Perbedaan fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan itu tidak
ditentukan karena keduanya terdapat perbedaan biologis atau kodrat, melainkan
dibedakan menurut kedudukan, fungsi dan peranan masing-masing dalam
berbagai kehidupan dan pembangunan. (Narwoko & Yuryanto, 2004: 335)
Hampir serupa, Mufidah Ch (2010: 5) mendefinisikan gender sebagai
pembedaan peran, fungsi dan tanggung jawab antara perempuan dan laki-laki
yang dihasilkan dari konstruksi sosial budaya dan dapat berubah sesuai dengan
perkembangan zaman.
Perjuangan kesetaraan dan keadilan gender sedang menjadi isu global yang
sangat menarik perhatian dunia baik di tingkat global maupun skala nasional.
Kesetaraan dan keadilan gender merupakan salah satu tujuan dari delapan tujuan
global negara-negara sedunia yang berkomitmen dalam Millenium Development
Goals (MDGs).
Dikutip dalam Jurnal Peran Gender dalam Pendidikan Islam oleh Aris Try
Andreas Putra, diantaranya yaitu:
a) Memberantas kemiskinan dan kelaparan
b) Mewujudkan pendidikan dasar
c) Meningkatkan persamaan gender dan pemberdayaan perempuan
d) Mengurangi angka kematian bayi
e) Meningkatkan kesehatan ibu
f) Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya
g) Pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan
h) Mengembangkan kemitraan global dalam pembangunan.
Diangkatnya isu persamaan gender pada komitmen MDGs diatas,
menandakan bahwa betapa pentingnya peran gender terhadap kemajuan dunia.
Terlebih lagi, isu gender yang dimaksud juga berkaitan dengan komitmen untuk
memberdayakan perempuan. Seperti yang diketahui, bahwasanya masih
ditemukan ketidakadilan, kekerasan, serta bentuk-bentuk kegiatan yang
merugikan kaum hawa di era globalisasi ini.
3
2. Hakikat Pendidikan Islam
Hakikat pendidikan adalah penyerapan informasi pengetahuan yang
sebanyak-banyaknya dan pengkajian yang mendalam serta uji coba dan
penerapannya dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pasal 1 ayat 1, menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Ahmad D. Marimba mendefinisikan pendidikan Islam sebagai bimbingan
jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. (Uhbiyati, 1998:
5)
Jadi, pendidikan Islam adalah upaya membimbing, mengarahkan, dan
membina peserta didik oleh pendidik untuk membentuk suatu kepribadian rohani
dan jasmani sesuai dengan ajaran agama Islam yang berdasarkan pada nilai-nilai
Al-Qur’an dan Sunnah.
3. Gender dalam Pendidikan Islam
Berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pasal 1 ayat 1, menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar
peserta didik mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Kemudian, sejalan dengan undang-undang diatas secara legalitas formal,
tidak ditemukan adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan dimata hukum
sesuai yang telah disebutkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27
menyatakan bahwa semua warga negara memiliki kedudukan yang sama.
Sehingga, merujuk kepada landasan tersebut pula telah memberikan kesempatan
kepada kaum perempuan untuk dapat terjun langsung dalam proses pendidikan.
Tanpa adanya ketakutan ataupun diskriminasi pada pihak mereka.
4
Terdapat faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya permasalahan
berkaitan dengan gender atau kesenjangan gender adalah faktor struktural dan
kultural, serta masih adanya budaya yang bias gender.
Di dalam Islam, kesetaraan dan keadilan gender dapat dilihat dengan
sebagaimana ajaran Islam memberikan posisi laki-laki dan perempuan sebagai
berikut:
a) Hamba Tuhan
Bahwa antara laki-laki dan perempuan dalam Al-Qur’an memiliki
kesempatan potensi dan peluang sama untuk menjadi hamba. Seperti yang
tertuang dalam QS. Al-Hujurat 49: 13 dan QS. An-Nahl 16: 97.
b) Khalifah di bumi
Sebagaimana yang tertuang dalam QS. Al-A’raf 7: 155 bahwa antara laki-laki
dan perempuan memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama sebagai
khalifah.
c) Penerima di bumi
Laki-laki dan perempuan menerima perjanjian primordial dan sama-sama
mengemban amanah.
d) Sebagai Adan dan Hawa dalam drama komsis. (Zaitunnah, 2002: 49)
Pendidikan yang berperspektif gender adalah pendidikan yang
menggunakan konsep keadilan gender, kemitrasejajaran yang harmonis antara
laki-laki dan perempuan, memperhatikan kebutuhan serta kepentingan gender
praktis, strategis perempuan dan laki-laki, dan pemberian wawasan kepada
masyarakat yang masih memiliki pandangan konvensional terhadap laki-laki dan
perempuan.
Dalam sebuah kajian lainnya tentang kesetaraan gender, berjudul
Membangun Relasi Setara antara Perempuan dan Laki-laki Melalui Pendidikan
Islam (2010: 34). Ajaran Islam menyebutkan bahwa tidak ada perlakuan
diskriminatif bagi setiap individu baik laki-laki maupun perempuan di muka bumi
ini yang didasarkan pada perbedaan jenis kelamin, status sosial, atau ras. Allah
SWT. membedakan kedudukan umatnya berdasarkan kualitas ketakwaannya.
Semua manusia memiliki kedudukan yang sama di sisi Allah.
C. Kesimpulan
5
Islam sendiri menyerukan adanya kemerdekaan, persamaan, kesempatan yang
sama antara yang kaya dan yang miskin dalam bidang pendidikan, di samping
penghapusan sistem-sistem kelas dan mewajibkan setiap muslim laki-laki dan
perempuan untuk menuntut ilmu serta memberikan kepada setiap muslim berbagai
metode ataupun cara belajar.
Pendidikan dan bantuan terhadap perempuan dalam semua bidang merupakan
langkah awal untuk memperjuangkan persamaan yang sesungguhnya diharapkan oleh
pendidikan, baik pendidikan nasional dan bahkan Islam sekali pun. Perwujudkan
kesetaraan dan keadilan gender ini ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara
perempuan dan laki-laki sehingga dengan demikian antara perempuan dan laki-laki
memiliki akses, kesempatan berpartisipasi dan kontrol atas pembangunan serta
memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan, termasuk dalam hal
pendidikan.
Efianingrum dalam penelitiannya yang berjudul Pendidikan dan Pemajuan
Perempuan: Menuju Keadilan Gender (2008) mengupayakan memasukkan gender
dalam pendidikan dengan menanamkan sejak dini pesan penting gender sedari dini.
Melakukan pembaharuan kurikulum dan peninjauan ulang untuk menghilangkan
pandangan negatif tentang perempuan. Meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya
pendidikan bagi anak-anak perempuan, mengintegrasikan gender sebagai mata ajaran
khusus dalam pelatihan guru-guru di sekolah, memasukkan kesadaran akan kesetaraan
gender dalam pendidikan melalui sekolah, dan mendorong masyarakat mengirim
anak-anak perempuan mereka ke sekolah secara teratur, untuk memberi rasa aman.
Daftar Pustaka
Ariefa Efianingrum, Pendidikan dan Pemajuan Perempuan: Menuju Keadilan Gender.
Dosen FSP FIP UNY. Jurnal Fondasia. 2008.
6
Aris Try Andreas Putra. Peran Gender dalam Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan
Islam. Volume III Nomor 2. Desember 2014.
Dwi Narwoko dan Bagong Yuryanto. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group. 2004.
Mansour Fakih. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
1999.
Mufidah Ch, Bingkai Sosial Gender: Islam, Strukturasi dan Konstruksi Sosial. Malang:
UIN Maliki Press, 2010.
Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan Islam. Pustaka Setia. Bandung: 1998.
Tim Penyusun, Membangun Relasi Setara antara Perempuan dan Laki-laki Melalui
Pendidikan Islam. Jakarta: Direktoral Jenderal Pendidikan Kementerian Agama-
Australia Indonesia Partnership, 2010.
Zubha Zaitunnah, Rekontruksi Pemahaman Gender dalam Islam. el-Kahfi. Jakarta:
2002.