45
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA POKOK BAHASAN PENGARUH GAYA TERHADAP BENTUK DAN GERAK BENDA MELALUI METODE INQUIRY PADA SISWA KELAS V SDN SUKOWONO 01 SUKOWONO JEMBER Oleh : Eko Heriyanto (Email: [email protected] ) Abstrak IPA dapat didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan sesuai dengan kurikulum KTSP. Hasil observasi yang dilakukan pada hari Senin, 28 April 2014 tentang aktivitas belajar IPA dikelas V SDN Sukowono 1 pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014 tentang pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak benda , menunjukkan dari 38 orang siswa yang termasuk katagori sangat aktif 10 orang siswa ( 27%), 5 orang siswa (13%) katagori aktif , yang lain 12 orang anak (32%) masuk kedalam katagori cukup aktif, 3 orang anak (8%) termasuk kurang aktif dan sisanya 8 orang anak (21%) termasuk katagori sangat kurang. Hasil belajar IPA terungkap hanya 15 orang siswa (40%) saja yang memperoleh nilai 70 ke atas, selebihnya: 7 orang siswa (18%) memperoleh nilai antara 60-65; dan 16 orang siswa (42%) yang lain memperoleh nilai antara 40-60. Fakta ini menunjukkan, bahwa secara klasikal, siswa kelas V di SDN Sukowono 01 Sukowono, belum mencapai ketuntasan belajar (KKM). Dari hasil observasi dan konsultasi dengan teman sejawat, teridentifikasi siswa hanya menjadi pendengar pasif, kegiatan pembelajaran monoton berpusat pada guru. Untuk itu perlu adanya perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui metode inquiry. Desain penelitian dilakukan melalui dua siklus, dimulai dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian berlangsung dari April 2014 sampai dengan Mei 2014. Dari pelaksanaan penelitian pada pra tindakan aktivitas siswa untuk kategori aktif - sangat aktif berjumlah 39% dan hasil belajar siswa dalam katagori baik dan sangat baik 40 %. Setelah menerapkan metode inquiry pada siklus I, meningkat menjadi 50% untuk aktivitas dan 58 % untuk hasil belajar. Peningkatan hasil belajar siswa tersebut jauh dari harapan. Maka dilanjutkan untuk siklus II dan aktivitas belajar meningkat menjadi 94,7 % dan hasil belajar 78%. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa metode inqury efektif meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Sukowono 1. Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar IPA, Metode Inquiry 1

Karil Penilitian Tindakan Kelas

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Karil Penilitian Tindakan Kelas

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA POKOK

BAHASAN PENGARUH GAYA TERHADAP BENTUK DAN GERAK

BENDA MELALUI METODE INQUIRY PADA SISWA KELAS V

SDN SUKOWONO 01 SUKOWONO JEMBER

Oleh :

Eko Heriyanto

(Email: [email protected])

Abstrak IPA dapat didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan sesuai dengan kurikulum KTSP. Hasil observasi yang dilakukan pada hari Senin, 28 April 2014 tentang aktivitas belajar IPA dikelas V SDN Sukowono 1 pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014 tentang pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak benda , menunjukkan dari 38 orang siswa yang termasuk katagori sangat aktif 10 orang siswa ( 27%), 5 orang siswa (13%) katagori aktif , yang lain 12 orang anak (32%) masuk kedalam katagori cukup aktif, 3 orang anak (8%) termasuk kurang aktif dan sisanya 8 orang anak (21%) termasuk katagori sangat kurang. Hasil belajar IPA terungkap hanya 15 orang siswa (40%) saja yang memperoleh nilai 70 ke atas, selebihnya: 7 orang siswa (18%) memperoleh nilai antara 60-65; dan 16 orang siswa (42%) yang lain memperoleh nilai antara 40-60. Fakta ini menunjukkan, bahwa secara klasikal, siswa kelas V di SDN Sukowono 01 Sukowono, belum mencapai ketuntasan belajar (KKM). Dari hasil observasi dan konsultasi dengan teman sejawat, teridentifikasi siswa hanya menjadi pendengar pasif, kegiatan pembelajaran monoton berpusat pada guru. Untuk itu perlu adanya perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui metode inquiry. Desain penelitian dilakukan melalui dua siklus, dimulai dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian berlangsung dari April 2014 sampai dengan Mei 2014. Dari pelaksanaan penelitian pada pra tindakan aktivitas siswa untuk kategori aktif - sangat aktif berjumlah 39% dan hasil belajar siswa dalam katagori baik dan sangat baik 40 %. Setelah menerapkan metode inquiry pada siklus I, meningkat menjadi 50% untuk aktivitas dan 58 % untuk hasil belajar. Peningkatan hasil belajar siswa tersebut jauh dari harapan. Maka dilanjutkan untuk siklus II dan aktivitas belajar meningkat menjadi 94,7 % dan hasil belajar 78%. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa metode inqury efektif meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Sukowono 1.

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar IPA, Metode Inquiry

1

Page 2: Karil Penilitian Tindakan Kelas

I. Pendahuluan

3.1 Latar Belakang

Aktivitas perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan karena dilatar belakangi oleh dua

macam alasan. Pertama, alasan yang bersifat normatif-akademik, ialah karena aktivitas perbaikan

pembelajaran merupakan suatu bentuk tugas dalam perkuliahan di S1 PGSD UT. Alasan kedua,

ialah alasan yang bersifat empirik, dalam arti tindakan perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan

karena dilandasi oleh adanya masalah faktual yang peneliti (sebagai guru) hadapi dalam

pembelajaran materi pokok tentang Pengaruh Gaya Terhadap Bentuk dan Gerak Suatu Benda.

Masalah faktual dimaksud adalah rendahnya hasil belajar siswa, yang tercermin dari rendahnya

nilai ulangan harian yang mereka peroleh. Berdasarkan daftar nilai ulangan harian yang peneliti

miliki, terungkap bahwa dari 38 orang siswa kelas V di SDN Sukowono 01 Sukowono Jember,

terungkap hanya 15 orang siswa (40%) saja yang memperoleh nilai 70 ke atas, selebihnya: 7

orang siswa (18%) memperoleh nilai antara 60-65; dan 16 orang siswa (42%) yang lain

memperoleh nilai antara 40-60. Fakta ini menunjukkan, bahwa secara klasikal, siswa kelas V di

SDN Sukowono 01 Sukowono, belum mencapai ketuntasan belajar (KKM) dalam mata pelajaran

IPA materi pokok pembelajaran tentang Pengaruh Gaya Terhadap Bentuk dan Gerak Suatu

Benda.

Hasil observasi yang dilakukan pada hari Senin, 28 April 2014 tentang aktivitas belajar

siswa menunjukkan dari 38 orang siswa kelas V di SDN Sukowono 01 Sukowono Jember yang

aktif bertanya dan berpartisipasi termasuk katagori sangat aktif 10 orang siswa ( 27%), 5 orang

siswa (13%) katagori aktif , yang lain 12 orang anak (32%) masuk kedalam katagori cukup aktif,

3 orang anak (8%) termasuk kurang aktif dan sisanya 8 orang anak (21%) termasuk katagori

sangat kurang.

Dalam konteks pembelajaran, masalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dalam

suatu materi pokok pembelajaran merupakan sebuah problema yang selayaknya perlu mendapat

perhatian serius. Sebab, secara teoritis, rendahnya perolehan hasil belajar siswa hakekatnya

merupakan cerminan rendahnya tingkat pemahaman (penguasaan) mereka terhadap suatu materi

pokok pembelajaran. Rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap suatu materi pokok

pembelajaran, jika terus dibiarkan berlarut, pada gilirannya sangat mungkin untuk mengarah pada

gagalnya suatu proses pembelajaran secara keseluruhan (Swastika, 2006). Atas dasar pemikiran

ini, maka dicoba untuk diatasi dengan tindakan perbaikan pembelajaran yang berlandaskan pada

kaidah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sesuai dengan kaidah PTK, maka sebelum tindakan

perbaikan pembelajaran dilakukan, terlebih dahulu perlu dilakukan analisis masalah untuk

mengetahui faktor apa yang menjadi penyebabnya.

2

2

Page 3: Karil Penilitian Tindakan Kelas

Pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sekolah dasar, guru juga

harus memperhatikan obyek belajar (siswa), hubungannya dengan tahap pertumbuhan

kecerdasannya (Gagne) dalam analisis hirarkhis setiap obyek belajar, periode perkembangan anak

usia sekolah dasar adalah periode operasional konkrit (7/8 hingga 11/12 tahun).

Terkait dengan hal ini, Gagne memformulasikan peristiwa belajar dalam beberapa

langkah. Langkah-langkah itu meliputi: 1) memperhatikan; 2) seleksi persepsi; 3) latihan dalam

rangkah mempertahankan dan memperbaiki hal yang telah disimpan dalam ingatan; 4) penyediaan

dalam bentuk kata/simbol dalam rangka menyiapkan ingatan jangka panjang; 5) pengungkapan

(retrieval), yang mancakup “pencarian kembali“ informasi yang telah disimpan; 6)

pengorganisasian respon; 7) balikan, sebagai peristiwa eksternal yang merupakan serangkaian

proses penguatan; dan 8) proses pengendalian sebagai proses pemilihan dan aktifitas siasat

kognitif. Mencermati hal ini, oleh sebab itu sebagai langkah solusi terhadap keadaan yang ada

maka peneliti merasa perlu untuk melakukan perbaikan tentang konsep pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) dengan menggunakan metode ”Inquiry” sebagai langkah perbaikan

pembelajaran pada siswa kelas V SDN Sukowono 01 di Kecamatan Sukowono guna mencapai

peningkatan hasil belajar.

3.2 Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang diatas, maka dalam laporan perbaikan pembelajaran ini

dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penggunaan metode Inquiry dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa

dalam pembelajaran IPA pokok bahasan “Pengaruh Gaya Terhadap Bentuk dan Gerak

Suatu Benda” pada siswa kelas V SDN Sukowono 01 Sukowono kabupaten Jember ?”

2. Bagaimanakah penggunaan metode Inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa

dalam pembelajaran IPA pokok bahasan “Pengaruh Gaya Terhadap Bentuk dan Gerak

Suatu Benda” pada siswa kelas V SDN Sukowono 01 Sukowono kabupaten Jember ?”

3.3 Tujuan Perbaikan

Tindakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dengan berlandaskan kaidah PTK ini

bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui penggunaan

metode Inquiry. Sedangkan indikator-indikator keberhasilan yang ingin dicapai adalah :

a. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA pokok bahasan

“Pengaruh Gaya Terhadap Bentuk dan Gerak Suatu Benda” pada siswa kelas V SDN

Sukowono 01 Sukowono kabupaten Jember melalui metode Inquiry.

b. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA pokok bahasan “Pengaruh

Gaya Terhadap Bentuk dan Gerak Suatu Benda” pada siswa kelas V SDN Sukowono 01

Sukowono kabupaten Jember melalui metode Inquiry.

3

Page 4: Karil Penilitian Tindakan Kelas

3.4 Manfaat Perbaikan

Adapun manfaat perbaikan ini adalah :

Bagi guru, dapat meningkatkan efektifitas dalam pembelajaran IPA melalui metode

Inquiry, dan berdampak bagi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Bagi Kepala Sekolah, dapat digunakan sebagai acuan dan perbaikan bagi mata

pelajaran lainya.

Bagi Peneliti lain, sebagai literatur baru dalam menentukan strategi dan model

pembelajaran karena siswa dalam pembelajaran membutuhkan berbagai inovasi dan

kreatifitas dari guru.

II. Kajian Pustaka

2.1 Pembelajaran IPA di SD

2.1.1. Pengertian Pembelajaran IPA di SD

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang

tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP bahwa “ilmu pengetahuan

alam berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan

hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga

merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu ilmu pengetahuan alam juga merupakan ilmu yang

bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut

menjadikan pembelajaran ilmu pengetahuan alam tidak hanya verbal tetapi juga faktual.

Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat ilmu pengetahuan alam sebagai proses diperlukan

untuk menciptakan pembelajaran ilmu pengetahuan alam yang empirik dan faktual. Hakikat ilmu

pengetahuan alam sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih

ketrampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan.

2.1.2. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD

Berdasarkan Kurikulum 2006 atau lebih dikenal sebagai KTSP mulai diberlakukan sejak

tahun 2006/2007. Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut.

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya

dengan lingkungan, serta kesehatan

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan

pesawat sederhana

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

2.1.3. Tujuan Pembelajaran IPA di SD

Di dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 telah ditetapkan, bahwa mata pelajaran IPA

4

4

Page 5: Karil Penilitian Tindakan Kelas

di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan

keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan

dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan

yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan

masalah dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan

melestarikan lingkungan alam

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah

satu ciptaan Tuhan

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk

melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

2.1.4. Prinsip – Prinsip Pembelajaran IPA di SD

Pembelajaran di SD akan efektif bila siswa aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran.

Oleh sebab itu guru SD perlu menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran di SD. Prinsip-prinsip

pembelajaran di SD menurut  Depdiknas (dalam Maslichah, 2006 :44) adalah “ Prinsip motivasi,

prinsip latar, prinsip menemukan, prinsip belajar melakukan (learning to doing), prinsip belajar

sambil bermain, prinsip hubungan sosial”. Prinsip pembelajaran di atas dapat di uraikan sebagai

berikut :

1. Prinsip motivasi, merupakan daya dorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

2. Prinsip latar, pada hakikatnya siswa telah memiliki pengetahuan awal.

3. Prinsip menemukan, pada dasarnya siswa sudah memiliki rasa ingin tahu yang besar

sehingga berpotensi untuk mencari tahu guna menemukan sesuatu.

4. Prinsip belajar sambil melakukan, pengalaman yang di peroleh melalui bekerja merupakan

hasil belajar yang tidak mudah di lupakan.

5. Prinsip belajar sambil bermain, bermain merupakan kegiatan yang di sukai pada usia SD,

dengan bermain akan menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga akan

mendorong siswa untuk melibatkan diri dalam proses pembelajaran.

6. Prinsip hubungan sosial, dalam beberapa hal kegiatan belajar akan lebih berhasil jika di

kerjakan secara berkelompok.

Prinsip - prinsip pembelajaran IPA di atas yang paling mendasari di terapkan pada

pembelajaran diskusi temuan atau kooperatif dan eksperimen sehingga siswa dapat ketrampilan

5

Page 6: Karil Penilitian Tindakan Kelas

proses bagaimana cara produk sains ditemukan dengan aktivitas yang menyenangkan dan hasil

belajar yang maksimal.

2.3 Metode Inquiry sebagai Metode Pembelajaran IPA di SD

2.3.1 Pengertian Metode Inquiry

Inquiry berasal dari kata inquire yang berarti menanyakan, meminta keterangan atau

penyelidikan, dan inquiry berarti penyelidikan (Abu Ahmadi,1997: 76). Di dalam metode inquiry,

materi yang disajikan guru bukan begitu saja diberikan dan diterima oleh siswa, tetapi siswa

diusahakan sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka “

menemukan sendiri ” konsep -konsep yang direncanakan oleh guru (Abu Ahmadi, 1997: 79).

Inquiry merupakan metode yang menekankan pengalaman-pengalaman belajar yang

mendorong siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya

sendiri (I Gde Widja, 1989: 48). Ahmad Rohani (2004: 39) mengemukakan bahwa metode inquiry

adalah cara pembelajaran yang berangkat dari suatu pandangan bahwa siswa sebagai subjek

disamping sebagai objek pengajaran (belajar). Mereka memiliki kemampuan dasar untuk

berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

2.3.2 Jenis – Jenis Metode Inquiry

1)  Guided Inquiry (Inkuiri Terbimbing)

Pembelajaran dengan metode Guided inquiry sebagaian besar perencanaan dibuat oleh

guru, selain guru menyediakan kesempatan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada

siswa. Dalam hal ini siswa tidak merumuskan problema, sementara petunjuk yang cukup luas

tentang bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh guru. Umumnya Guided inquiry

dilaksanakan sebagai berikut :

a)     Problem untuk masing-masing kegiatan dapat diyatakan sebagai pertanyaan atau

peryataan biasa

b)    Konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang harus ditemukan siswa melalui kegiatan belajar

harus dituliskan dengan jelas dan tepat

c)    Alat/bahan harus disediakan sesuai dengan kebutuhan setiap siswa untuk melakukan

kegiatan

d)    Diskusi pengarahan berupa prtanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa(kelas)

untuk didiskusikan sebalum para siswa melakukan kegiatan inquiri

e)    Kegiatan metode inquiri olah siswa berupa kegiatan percobaan penyelidikan yang

dilakukan  oleh siswa untuk menemukan konsep-konsep dan atau prinsip-prinsip yang telah

ditetapkan oleh guru

f)     Proses berfikir kritis dan ilmiah menunjukkan tentang mental operation siswa yang

dihaerapkan selam kegiatan berlangsung

6

6

Page 7: Karil Penilitian Tindakan Kelas

g)    Pertanyaan yang bersifat open-ended harus berupa pertanyaan yang mengarah kepada

pengambangan tambahan kegiatan penyelidikan yang dapat dilakukan oleh siwa

h)    Catatan guru berupa catatan-catatan yang meluputi penjelasan tentang hal-hal atau bagian-

bagian yang sulit dari kegiatan-kegiatan pembelajaran, isi meteri pelajaran yang relavan

dengan kegiatan faktor-faktor variabel yang dapat mempengaruhi hasil-hasilnya terutama

penting sekali apabila kegiatan percobaan/penyelidikan tidak berjalan.

2)  Modified Inquiri

Dalam metode ini guru hanya memberikan problema saja. Biasanya disediakan pula

bahan/alat yang diperlukan kemudian siswa diundang untuk memecahkannya melalui

pengamatan, eksplorasi dan atau melalui prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya.

Dari sekian banyak pengertian yang disampaikan para ahli tentang inquiry, penulis

mengambil pendapat tentang inquiry yaitu sebagai suatu metode yang digunakan dalam

pembelajaran dan mengacu pada suatu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan,

informasi atau mempelajari suatu gejala.

Dari beberapa macam metode inquiry, pada penelitian kali ini penulis memilih untuk

dilakukan inquiry terbimbing (guided inquiry).

2.3.3. Kelebihan Dan Kekurangan Penggunaan Metode Inquiry Dalam

Pembelajaran

Setiap metode dalam pembelajaran tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan, seperti

halnya metode inquiry. Mulyani Sumantri dan Johar Permana (1999: 165) kelebihan metode

inquiry sebagai berikut:

1) Menekankan kepada proses pengolahan informasi oleh siswa sendiri.

2) Membuat konsep diri siswa bertambah dengan penemuan-penemuan yang diperolehnya.

3) Memiliki kemungkinan besar untuk memperbaiki dan memperluas persediaan dan

penguasaan keterampilan dalam proses kognitif para siswa.

4) Tidak menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, karena siswa belajar dengan

memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.

Sedangkan kekurangan metode inquiry adalah.

1) Tidak sesuai untuk kelas yang besar jumlah siswanya.

2) Memerlukan fasilitas yang memadai.

3) Sangat sulit mengubah cara belajar siswa dari kebiasaan menerima informasi dari guru

menjadi aktif mencari dan menemukan sendiri.

4) Kebebasan yang diberikan tidak selamanya dapat dimanfaatkan secara optimal, kadang

siswa malah kebingungan memanfaatkannya.

2.3.4 Prinsip –Prinsip Penggunaan Metode Inquiry

7

Page 8: Karil Penilitian Tindakan Kelas

Metode inquiri merupakan metode yang menekankan kepada pengembangan intelektual

siswa. Ada beberapa prinsip yang  harus diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran inquiri.

1)      Berorientasi pada pengembangan intelektual 3)      Bertanya

2)      Prinsip interaksi 4)      Belajar untuk berfikir

5)      Keterbukaan

2.3.5 Langkah – Langkah Penggunaan Metode Inquiry

Secara umum proses pembelajaran dengan mengunakan metode inquiri dapat mengukuti

langkah-langkah sebagai berikut :

1)      Orientasi 4)      Mengumpulkan data

2)      Merumuskan masalah 5)      Menguji\ Hipotesis

3)      Merumuskan hipotesis 6)      Merumuskan kesimpulan

Langkah-langkah diatas dapat uraikan sebagai berikut ;

1. Membagi kelas menjadi beberapa kelompok siswa , aturlah tempat duduk mereka agar

dapat bekerja sama.

2. Kondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran, pada langkah metode

pembelajaran inquiri guru merangsang dan mengajak siswa untuk berfikir memecahkan

masalah.

3. Berilah lembar kerja siswa (LKS) dan peralatan, demonstrasikan cara kerja peralatan yang

sekiranya berbahaya

4. Membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa serta peranan masing-

masing siswa;

5. Beri kesempatan kepada kelompok untuk mendiskusikan, mencari dan menemukan

jawaban serta menguji/hipotesa melalui percobaan

6. Membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa;

7. Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan

mengidentifikasi masalah;

8. Merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa;

9. Membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.

10. Berilah kesempatan kepada kelompok untuk mengemukakan pendapat dalam forum kelas

(diskusi kelas)

11. Tulislah rangkuman dari semua jawaban yang benar

8

8

Page 9: Karil Penilitian Tindakan Kelas

2.4 Implementasi / Persiapan Metode Inquiry dalam Pembelajaran IPA Tabel 2.4 Implementasi metode inquiry dalam pembelajaran

Langkah Pembelajaran Aktivitas Guru Aktivitas Siswa

I. Kegiatan Awala. Apers

epsi

b. Menyampaikan tujuan pembelajaran

a. Melakukan tanya jawab tentang benda yang dilemparkan ke atas / dijatuhkan pertanyaan yang diajukan adalah :

1.Bola yang dilempar ke atas akan jatuh kemana ?

2.Kearah mana kelereng yang terjatuh ?

b. Menjelaskan tujuan pembelajaran

a. Siswa menjawab pertanyaan guru

b. Siswa mendengarkan penjelasan tujuan pembelajaran

II Kegiatan Inti - Siswa membentuk kelompok- Guru membagikan LKS,

mendemonstrasikan cara kerja alat, dan membimbing diskusi

- Guru membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa

- Membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.

- Guru meminta siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya

- Guru bersama-sama siswa membahas materi pelajaran dengan tanya jawab

- Guru memberikan tes evaluasi untuk mengetahui daya serap siswa

- Membentuk kelompok- Siswa melakukan pecobaan- Siswa mendiskusikan dengan

kelompoknya tentang kecepatan jatuh dua buah benda yang berbeda berat, bentuk, dan ukuran dari ketinggian yang sama

- Siswa mencatat informasi/data temuan dan menguji jawaban berdasarkan temuan

- Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya

- Siswa membahas materi pelajaran dengan tanya jawab

- Siswa mengerjakan tes evaluasi

III Kegiatan Penutupa. Menarik

Kesimpulanb. Penguatan

- Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran

- Guru memberi motivasi dan penguatan pada siswa

- Siswa bersama-sama guru membuat kesimpulan tentang kecepatan jatuh dua buah

2.5 Aktivitas Belajar

2.5.1 Pengertian Aktivitas Belajar

Anton M. Mulyono (2010) , Aktivitas artinya “ kegiatan atau keaktifan” . Jadi segala

sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik,

merupakan suatu aktivitas. Menurut Sriyono (2008) Aktivitas siswa selama proses pembelajaran

merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan

9

Page 10: Karil Penilitian Tindakan Kelas

kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses pembelajaran. Keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan

siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana

masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang

timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang

akan mengarah pada peningkatan hasil belajar.

Menurut Oemar Hamalik (2005: 175– 176), nilai-nilai aktivitas dalam pengajaran bagi

siswa antara lain sebagai berikut: (1) para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung

mengalami sendiri, (2) berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara

integral, (3) memupuk kerjasama antar siswa, dan (4) para siswa bekerja menurut minat dan

kemampuan sendiri.

Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan

dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas di sini

penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif. Pengertian meningkatkan aktivitas belajar dalam

penelitian ini yaitu meningkatkan keterlibatan/ keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran.

Aktivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktivitas melihat, lisan, mendengarkan,

menulis, berfikir, gerak, dan aktivitas emosional.

2.6.2 Prinsip-Prinsip Mengaktifkan Siswa

Guru dapat mengaktifkan siswa dalam belajar dengan membuat pelajaran itu

menjadi menantang, merangsang daya cipta untuk menemukan serta mengesankan bagi

siswa. Menurut Abu Ahmadi guna menciptakan keaktifan, kita perlu mengenal dan

menghayati sebuah prinsip sebagai berikut:

a) Prinsip motivasi

b) Prinsip latar atau konteks

c) Prinsip sosialisasi

d) Prinsip menemukan

e) Prinsip individualisasi

f) Prinsip pemecahan masalah.

Berdasarkan prinsip mengaktifkan siswa menurut Abu Ahmadi tersebut, seorang

guru harus mampu memberikan motivasi terhadap siswanya. Guru mampu mengetahui

karakteristik siswa serta mendorong siswanya untuk lebih aktif.

2.6.3 Penilaian Aktivitas Belajar

Menurut Wina Sanjaya aktifitas siswa dilihat dari proses pembelajaran ada enam

faktor yaitu:

10

10

Page 11: Karil Penilitian Tindakan Kelas

a) Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional maupun intelektual

dalam setiap proses pembelajaran.

b) Siswa belajar secara langsung (experintial Learning).

c) Adanya keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif.

d) Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan setiap sumber belajar yang tersedia

yang dianggap relevan dengan tujuan pembelajaran.

e) Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa.

f) Terjadinya interaksi yang multi arah, baik antara siswa dengan siswa atau antara guru

dengan siswa.

Menurut Wina Sanjaya kadar keaktifan siswa dapat dilihat dari kegiatan evaluasi

pembelajaran sebagai berikut:

a) Adanya keterlibatan siswa untuk mengevaluasi sendiri hasil

pembelajaran yang telah dilakukan.

b) Keterlibatan siswa secara mandiri untuk melaksanakan kegiatan

semacam tes dan tugas-tugas yang harus dikerjakannya.

c) Kemauan siswa untuk menyusun laporan baik tertulis maupun secara

lisan berkenaan hasil belajar yang diperolehnya.

2.6 Hasil belajar

2.6.1 Pengertian hasil belajar

Suatu proses belajar diharapkan menghasilkan sesuatu yang disebut hasil belajar. Hasil

belajar itu dapat berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dapat diklasifikasikan ke

dalam aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Aspek kognitif mencakup kemampuan

berpikir, termasuk kemampuan memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis,

dan mengevaluasi. Aspek afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi,

dan nilai. Aspek psikomotorik mencakup imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi

(Tim Peneliti Program Pasca sarjana UNY, 2003: 1- 5).

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,

apresiasi, abilitas, dan keterampilan (Oemar Hamalik, 2005: 31). Hasil belajar bukan hanya suatu

penguasaan hasil latihan saja, melainkan mengubah perilaku. Bukti yang nyata jika seseorang

telah belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak

tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami

aktivitas belajar. Hasil belajar mencerminkan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian

pengalaman belajar. Hasil belajar merefleksikan keluasan, kedalaman dan kompleksitas yang

digambarkan secara jelas serta dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu.

11

Page 12: Karil Penilitian Tindakan Kelas

Hasil belajar dari penelitian ini tercermin dalam perbandingan antara nilai ulangan harian

sebelum menggunakan metode inquiry dengan nilai evaluasi pada siklus I dan pada siklus II

setelah menggunakan metode inquiry.

2.6.2 Ruang Lingkup Hasil Belajar

Hasil belajar peserta didik dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain), yaitu: (1)

domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika –

matematika), (2) domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antarpribadi dan

kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional), dan (3) domain psikomotor

(keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan

kecerdasan musikal).

Kesemuanya itu menuntut adanya perubahan dalam metode dan teknik penilaian

pembelajaran siswa. Untuk itulah, Depdiknas (2006) meluncurkan rambu-rambu penilaian

pembelajaran siswa, dengan apa yang disebut Penilaian Kelas.

2.6.3 Evaluasi Hasil Belajar

      Secara terminologis,evaluasi dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:

1. Nurkancana (1983) menyatakan bahwa evaluasi dilakukan berkenaan dengan proses

kegiatan untuk menentukan nilai sesuatu.

2. Raka Joni (1975) mengartikan evaluasi sebagai berikut,suatu proses di mana kita

mempertimbangkan sesuatu barang atau gejala dengan mempertimbangkan patokan-

patokan tertentu,patokan itu yang mengandung baik dan buruk,memenuhi syarat atau tidak

memenuhi syarat. Dengan kata lain kita menggunakan value judgement.

           Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan evaluasi adalah suatu proses menentukan nilai

seseorang dengan menggunakan patokan-patokan tertentu untuk mencapai suatu tujuan.

2.6.4 Tujuan Dan Fungsi Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik

      Menurut Bukhori (1980) tujuan evaluasi hasil belajar peserta didik adalah sebagai berikut;

1.  Untuk mengetahui kemajuan anak didik setelah peserta didik menyadari selama jangka

waktu tertentu

2.  Untuk mengetahui efisiensi metode pendidikan yang dipergunakan selama jangka waktu

tertentu

      Menurut Sahertian (1979) fungsi evaluasi hasil belajar peserta didik adalah sebagai berikut;

1. Untuk memberikan motivasi terhadap hal belajar mengajar

2. Untuk melengkapi informasi mengenai kemajuan belajar dan kemunduran murid,dapat pula

berfungsi sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kenaikan siswa

3. Untuk menentukan murid dalam suatu kemajuan tertentu

4. Untuk memperoleh data bagi pekerjaan bimbingan dan penyuluhan

12

12

Page 13: Karil Penilitian Tindakan Kelas

5. Untuk memberikan informasi kepada guru,murid dan orang tua tentang apa dan sampai

dimana hasil kemajuan yang dicapai.

Jadi jelaslah bahwa tujuan dan fungsi evaluasi hasil belajar peserta didik adalah untuk

mengetahui seberapa jauh peserta didik menampilkan performa sebagaimana yang dikehendaki.

Pengetahuan mengenai peserta didik demikian,dimaksudkan untuk mengambil keputusan-

keputusan penting mengenai pesertya didik; apakah perlu dilakukan pengayaan, nasehat,

bimbingan penyuluhan, dipromosikan ,dinaikan kelas, diluluskan, dimutasikan, dan lain

sebagainya. Dengan kata lain dengan diadakannya evaluasi hasil belajar peserta didik untuk

diambil langkah- langkah penting yang berkaitan dengan peserta didik.

2.6.5 Teknik-Teknik Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik

            Teknik adalah suatu cara yang dapat ditempuh oleh seseorang dalam melakukan

sesuatu.Berarti teknik evaluasi adalah suatu cara yang ditempuh oleh seseorang dalam

mengadakan evaluasi.

            Secara garis besar,teknik evaluasi dapat dibedakan menjadi dua golongan besar,yakni

teknik tes dan teknik non tes.

1.      TES

           Jenis-Jenis Tes antara lain Tes Formatif,Tes Sumatif, Tes Subyektif, Tes Obyektif, Pree

test, Post Test, Tes buatan guru, dan Tes Standar.

2.      NON TES

Yang dimaksud non tes adalah teknik evaluasi selain tes. Diantaranya:

observasi,wawancara,angket,sosiometri,anecdotal record dan skala penilaian.

2.6.6 Kriteria Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik

            Ada dua kriteria penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik yaitu:

Kriteria acuan patokan dan kriteria acuan norma

2.7 Kerangka Berfikir

Penjelasan yang tertulis pada latar belakang di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar

siswa masih kurang aktif dalam pembelajaran IPA dan hasil belajar menunjukkan masih banyak

siswa yang hasil belajarnya masih kurang memuaskan. Hal tersebut salah satunya dikarenakan

pembelajaran IPA lebih banyak disampaikan dengan metode ceramah dan terlalu banyak konsep

ataupun teori yang harus dihapalkan. Oleh sebab itu seorang guru harus dapat mensiasati agar

proses pembelajaran tersebut bisa berjalan dengan baik meskipun dilakukan di dalam kelas. Salah

satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam situasi ini adalah metode inquiry.

Metode inquiry adalah suatu metode mengajar yang memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu permasalahan yang dihadapi

dengan atau tanpa batasan guru. Dengan metode ini memungkinkan siswa menemukan sendiri

13

Page 14: Karil Penilitian Tindakan Kelas

informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Sehingga diharapkan

dapat menumbuhkan sikap percaya diri pada siswa, dan siswa akan lebih aktif untuk bekerja

mencari jawaban dari suatu permasalahan yang ada. Disini siswa dituntut untuk lebih aktif dan

terlibat secara langsung dalam kegiatan proses pembelajaran agar mendapatkan hasil belajar yang

optimal. Dengan menerapkan metode ini diharapkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa dapat

meningkat.

2.8 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai

berikut:

1. Jika digunakan metode inquiry dalam pembelajaran IPA pokok bahasan “Pengaruh Gaya

Terhadap Bentuk dan Gerak Suatu Benda”, maka aktivitas belajar IPA siswa kelas V SDN

Sukowono 01, Sukowono, Jember akan meningkat.

2. Jika digunakan metode inquiry dalam pembelajaran IPA pokok bahasan “Pengaruh Gaya

Terhadap Bentuk dan Gerak Suatu Benda”, maka hasil belajar IPA siswa kelas V SDN

Sukowono 01, Sukowono, Jember akan meningkat.

III. Metode Dan Prosedur Penelitian

3.1 Desain Penelitian

Penelitian tentang penerapan metode inquiry dalam pembelajaran IPA pokok bahasan

“Pengaruh Gaya Terhadap Bentuk dan Gerak Suatu Benda”, ini menggunakan desain penelitian

tindakan kelas (PTK). PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang di dalamnya terdapat

empat tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi yang disajikan dalam 2

siklus.

Pelaksanaan penelitian dilakukan bekerja sama dengan teman sejawat yang membantu

dalam pelaksanaan observasi dan refleksi selama penelitian berlangsung untuk menghasilkan atau

menjaga kevalidan hasil penelitian.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri Sukowono 01 kecamatan Sukowono

Jember. Adapun alasan pemilihan lokasi dikarenakan di SD Negeri Sukowono 01 yang

merupakan kelas tempat peneliti mengajar.

3.3 Subyek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa Kelas V SDN Sukowono 01

Sukowono tahun pelajaran 2013/2014 semester 2 dengan jumlah murid sebanyak 38 siswa. Dari

38 siswa Kelas V SDN Sukowono 01 Sukowono ini siswa laki-laki sebanyak 17 siswa (45%) dan

siswa perempuan sebanyak 21 siswa (55%) .

3.4 Definisi Operasional

14

14

Page 15: Karil Penilitian Tindakan Kelas

1. Metode inquiry yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah: metode yang menekankan

pengalaman-pengalaman belajar yang mendorong siswa dapat menemukan konsep-konsep

dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Sehingga inquiry di sini bisa

diartikan sebagai pembelajaran yang bermula dari pertanyaan atau masalah untuk dicari

jawaban atau kesimpulannya dari masalah-masalah tersebut. Metode ini terimplikasi

dalam RPP peneliti baik disiklus I ataupun disiklus II.

2. Aktivitas belajar dalam penelitian ini merupakan segala perbuatan yang dilakukan pada

saat pembelajaran berdasarkan indicator dan rubrik observasi aktivitas siswa. Berdasarkan

kreteria dan skor perolehan yang dilaksanakan oleh peneliti. Jika metode inquiry

diterapkan, maka dapat meningkatkan akivitas belajar siswa.

3. Hasil belajar dalam penelitian ini merupakan nilai atau hasil dari keberhasilan siswa dalam

menerima dan memahami pelajaran. Hasil belajar dari penelitian ini tercermin dalam

perbandingan antara nilai ulangan harian ( tes tulis berupa 20 soal berbentuk isian

singkat ) sebelum menggunakan metode inquiry dengan nilai evaluasi pada siklus I dan

pada siklus II setelah menggunakan metode inquiry.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, tes, dan observasi.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisa data terdiri dari 3 pokok, yaitu :1) reduksi data, 2) penyajian data, 3)

penarikan kesimpulan.

Sedangkan data yang dikumpulkan berupa angka atau data kuantitatif, cukup dengan

menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan sajian visual.

Untuk menilai indikator keaktifan belajar siswa secara individu ditentukan batas minimal

keberhasilan yaitu:

1. Jika siswa melakukan ≥ 3 aktivitas maka siswa dikatakan aktif

2. Jika siswa melakukan < 3 aktivitas maka siswa dikatakan kurang aktif .

Tabel 3.1 Observasi Keaktifan Belajar Siswa Secara IndividuN

O NAMA Melihat Lisan Mendengarkan Menulis Berfikir Gerak Emosional

Total Skala Katagori

Jumlah

Rata2

Porsen

15

Page 16: Karil Penilitian Tindakan Kelas

Penelitian ini menggunakan lima kategori aktif yaitu : melihat, lisan,

mendengarkan, menulis, berfikir, gerak, dan emosional. Dengan kriteria sebagai berikut :

Data aktivitas belajar siswa dihitung dengan menggunakan rumus deskriptif

persentase sebagai berikut :

P = ∑ S x 100 % ( Arikunto, 2006:260 )

∑ N

Keterangan :

P = Persentase pelaksanaan setiap indikator

S = Jumlah skor perolehan untuk setiap indikator

N = Jumlah skor total

Tabel 3.1 Kriteria keaktifan belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut :

Keaktifan Kategori Keaktifan

80% - 100% Sangat Aktif

60% - 80% Aktif

40% - 60% Cukup Aktif

20% - 40% Kurang Aktif

0% - 20% Sangat Kurang Aktif

Untuk menilai indikator keaktifan belajar siswa secara kelompok yaitu

Tabel 3.2 Batas Minimal Keberhasilan Keaktifan Kelompok

Persentase ( %) = ∑ n x 100 %

∑ N

Keterangan :

16

16

Page 17: Karil Penilitian Tindakan Kelas

N = Jumlah skor maksimal

n = Jumlah skor yang diperoleh dari data

Sedangkan lembar observasi untuk mengetahui keaktifan belajar siswa secara kelompok

adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4 Observasi Keaktifan Belajar Siswa Secara Kelompok

Analisis data kuantitatif didapat dari penilaian latihan dan tes akhir.

a. Penilaian latihan dan tes mencari nilai rata-rata

Nilai rata-rata ini didapat dengan menggunakan rumus :

x̅ = ∑ x

∑N ( Sumber: Arikunto 2006 : 264 )

Keterangan : x̅ = nilai rata-rata ∑ x = jumlah semua nilai siswa

∑ N = jumlah siswa yang mengikuti tes

b. Penilaian untuk hasil belajar

Dalam penelitian ini terdapat dua kategori hasil belajar yaitu secara individu dan

klasikal. Untuk menghitung persentase hasil belajar klasikal digunakan rumus :

P = ∑ Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 72 x 100 %

∑ Siswa yang mengikuti tes

( Purwoko,2001:130)

Keterangan :

P = Persentase hasil belajar

Untuk

mengetahui perubahan hasil tindakan siklus I ke siklus II yang didapatkan dari hasil

evaluasi dianalisis menggunakan rumus:

3.6 Tabel Kreteria Hasil Belajar SiswaRentang Skor Kategori Hasil Belajar

80 - 100 Sangat Baik ( SB )60 - 80 Baik ( B )40 - 60 Cukup Baik ( CB )20 - 40 Kurang Baik ( KB )0 - 20 Sangat Kurang Baik ( SKB )

17

Page 18: Karil Penilitian Tindakan Kelas

3.7 Jadwal Kegiatan Penelitian

3.5 Tabel Jadwal Penelitian

No Kegiatan

Bulan Ke  1 2 3 Indikator Capaian

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1

 Penelitian Awal/Pendahuluan

                       

Terlaksananya obsevasi Diperoleh data

dukumentasi Terpilihnya Subyek

2 Pengembangan Desain Penelitian

                       

Proposal Penelitian telah disetujui dan seminar

3  Pengurusan Ijin Penelitian                         Adanya ijin penelitian

4  Pengembangan Intrument Penelitian                        

Draf intrumen penelitian

5  Perencanaan Tindakan Siklus 1                        

Rencana Tindakan yang siap dilaksanakan

6  Melakukan Tindakan Siklus 1                        

Terlaksana nya tindakan 1

7 Pemantuan/Obsevasi Siklus 1

                       

Terlaksananya pengumpulan data PTK

8

 Evaluasi dan Refleksi Siklus 1

                       

Terkumpulnya data (row data) scr lengkap

Data siklus 1 yg telah terolah

9  Perencanaan Tindakan Siklus 2                        

Rencana Tindakan yang siap dilaksanakan

10  Melakukan Tindakan Siklus 2                        

Terlaksana nya tindakan 2

11 Pemantuan/Obsevasi Siklus 1

                       

Terlaksananya pengumpulan data PTK

12

 Evaluasi dan Refleksi Siklus 2

                       

Terkumpulnya data (row data) scr lengkap

Data siklus 2 yg telah terolah

13  Penulisan Draf laporan                        

Draf laporan peneliti yang telah di setujui

14  Ujian Sekripsi                       

Terlaksananya ujian sekripsi

15  Revisi Pasca Ujian                       

Dukumen Skripsi yang telah disyahkan

16  Penyerahan Laporan Akhir                        

Penyerahan naskah sekripsi

IV. Hasil Dan Pembahasan

4.1 Paparan Data Sebelum Tindakan

Paparan data pra-siklus diperoleh dari data kelas VA SDN Sukowono 01 yang kebetulan

tempat peneliti mengajar. Setelah mendapatkan ijin penelitian dari Kepala Sekolah, peneliti

mengumpulkan semua data dan informasi. Dari pengolahan informasi dan data diperoleh hasil

sebagai berikut :

18

18

Page 19: Karil Penilitian Tindakan Kelas

1. Penelitian dilakukan di kelas V, dengan jumlah murid sebanyak 38 siswa. Dari 38 siswa

Kelas V SDN Sukowono 01 Sukowono yang aktif bertanya dan berpartisipasi termasuk

katagori sangat aktif 10 orang siswa ( 26%), 5 orang siswa (13%) katagori aktif , yang lain

12 orang anak (32%) masuk kedalam katagori cukup aktif, 11 orang anak (29%) termasuk

kurang aktif dan 0 orang anak (0%) termasuk katagori sangat kurang. Sedangkan data

dukumentasi daftar nilai ulangan harian yang peneliti miliki, terungkap hanya 4 orang

siswa (11%) saja yang termasuk kategori sangat baik, selebihnya: 11 orang siswa (29%)

termasuk kategori baik, 14 anak (37%) termasuk kategori cukup baik dan 9 orang siswa

(24%) yang lain termasuk kategori sangat kurang baik.

2. Siswa dibagi menjadi 7 kelompok setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang dengan

kemampuan yang berbeda berdasarkan hasil belajar siswa semester 1 tahun pelajaran

2013-2014.

3. Jadwal penelitian dilaksanakan sesuai jadwal pelajaran IPA di kelas V yaitu setiap hari

Senin dan Selasa.

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Siklus 1 dan Siklus 2

Pertemuan Hari /Tanggal Jam Kegiatan MateriI Senin,

28 – 4 - 201407.00 – 08.10 Pembelajaran siklus I RPP I

II Selasa,29 – 4 - 2014

07.00 - 08.10 Tes akhir RPP I

III Senin, 06– 5 - 2014

07.00 – 08.10 Pembelajaran siklus 2 RPP II

IV Selasa,07 – 5 - 2014

07.00 - 08.10 Tes akhir RPP II

19

Page 20: Karil Penilitian Tindakan Kelas

Berdasarkan uraian tabel di atas menunjukkan bahwa keaktivan pembelajaran pada siklus 1

cukup aktif dengan persentase keaktivan klasikal yang tercapai adalah 58 % dalam kategori

cukup aktif.

Tabel 4.4 Hasil Belajar Siswa Sebelum Pelaksanaan TindakanNomor

NAMASKOR Kreteria Hasil Belajar  

Urt Induk IPA KKM SB B CB KB SKB Ket.

1 4281 ANNISA ZILVINAZ ZAHRO 80 72 - √ - - -  

2 4282 ALVIN MA'AQWIL MAULANA 70 72 - √ - - -  

3 4283 ANNISA NUR AULIA IHSANTI 80 72 - √ - - -  

4 4284 ALFRED GERALDO 62 72 - - √ - -  

5 4285 AULIA MAULIDATUL FAIZAH 70 72 - - √ - -  

6 4286 AHMAD RYAN SUGIANTO 60 72 - - - √ -  

36 4321 ZHELY VIRGINIA 75 72 - √ - - -  

37 4322 BENEDIKTUS YUSTISIO A 65 72 - - √ - -  

38 LULU HAMADA 83 72 √ - - - -  

  JUMLAH 2635   4 11 14 9 0  

  RATA - RATA 69              

  NILAI MIN 51              

  NILAI MAX 90              

  Porsentase HB ( % ) 11 29 37 23 0  

4.2 Paparan Data

4.2.1 Persiapan Tindakan Siklus I

Tahap ini merupakan tahap pertama yang akan dilakukan peneliti sebelum melakukan aksi

dan pembelajaran. Dalam tahap ini peneliti harus melakukan beberapa kegiatan yang berkenaan

dengan persiapan-persiapan pembalajaran yaitu.

a. Menyusun perangkat pembalajaran yang berupa rencana pelaksanaan pembalajaran pokok

bahasan jaring-jaring bangun sederhana.

b. Membuat pedoman dan lembar observasi yang digunakan untuk mengamati aktivitas siswa

dalam pembelajaran, adapun aktivitas-aktivitas yang diteliti dari penelitian ini sebagai

berikut: memperhatikan penjelasan guru, bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat,

kerja kelompok.

c. Mempersiapkan alat peraga.

d. Mempersiapkan lembar kerja siswa.

4.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus 1

Pertemuan 1 ( Senin, 28-4-2014 )

1. Guru mengawali dengan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran

dan memberikan motivasi kepada siswa sehingga siswa memperoleh kesiapan belajar.

20

20

Page 21: Karil Penilitian Tindakan Kelas

2. Guru membahas materi pokok bahasan Pengaruh Gaya Terhadap Bentuk

dan Gerak Suatu Benda dengan terlebih dahulu menyampaikan beberapa pertanyaan

kepada siswa untuk didiskusikan dengan temannya:

1. Jika disajikan sebuah benda kemudian diberikan gaya,

kemungkinan apa yang terjadi dengan bentuk benda tersebut?

2. Jika disajikan sebuah benda kemudian diberikan gaya,

kemungkinan apa yang terjadi dengan gerak benda tersebut?

3. Guru melanjutkan membahas materi tentang Pengaruh Gaya Terhadap

Bentuk dan Gerak Suatu Benda.

4. Guru memberi Lembar kerja kelompok dan berkeliling kelas mengamati

apa yang dilakukan siswa.

5. Guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil

kerjanya didepan kelas.

6. Guru bersama-sama siswa menarik kesimpulan.

7. Sebelum menutup pelajaran, guru memberi kesempatan kepada siswa

untuk bertanya tentang materi yang belum dimengerti pada pertemuan, kemudian

mengakhiri pembelajaran dengan memberi tes akhir siklus-1.

4.2.2 Observasi

Pertemuan 1

1. Pada waktu guru menyampaikan pertanyaan ” Jika

disajikan sebuah benda kemudian diberikan gaya, kemungkinan apa yang terjadi dengan

bentuk benda tersebut?”. Hampir semua siswa menjawab bentuk benda akan berubah.

Tidak ada siswa yang menjawab yang lain.

2. Pada waktu guru menyampaikan pertanyaan ” Jika

disajikan sebuah benda kemudian diberikan gaya, kemungkinan apa yang terjadi dengan

gerak benda tersebut?”. Hampir semua siswa menjawab gaya akan mempengaruhi gerak

benda. Tidak ada siswa yang menjawab lain

3. Pada waktu membahas materi tentang Pengaruh Gaya

Terhadap Bentuk dan Gerak Suatu Benda banyak siswa belum paham tentang pengaruh

permukaan benda terhadap gerak suatu benda.

4. Pada waktu membahas materi tentang Pengaruh Gaya

Terhadap Bentuk dan Gerak Suatu Benda banyak siswa belum paham tentang faktor yang

mempengaruhi gerak suatu benda.

5. Pada waktu guru menjelaskan materi banyak siswa yang

tidak memperhatikan dan bicara sendiri.

21

Page 22: Karil Penilitian Tindakan Kelas

Dari hasil obsevasi pertemuan 1, keaktivan siswa dapat di lihat pada tabel berikut :

22

22

Page 23: Karil Penilitian Tindakan Kelas

4.6 Tabel Keaktivan Siswa Siklus 1

NO NAMAMelihat Lisan Mendengarkan Menulis Berfikir Gerak Emosional

Total SkalaKategori

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 SA A C

AKA SKA

1 ANNISA     3       3         4       4     3       3       3   23 82 √        

2 ALVIN     3       3       3     2       2         3     2     18 64   √    

3 ANNISA       4       4       4       4       4     3       3   26 93 √        

4 ALFRED   2       2       2       2         3     2       2     15 54     √    

5 AULIA     3         4       4       4     3         4     3   25 89 √        

6 AHMAD RYAN   2       2       2       2       2       2       2     14 50     √    

36 ZHELY   2           4       4             3     2       2     17 61   √      

37 BENEDIKTUS   2       2         3     2       2       2       2     15 54     √  

38 LULU HAMADA       4       4       4     3       3       3       3   24 86 √        

JUMLAH 0 38 33 32 4 30 36 28 0 38 30 36 2 27 42 20 2 34 33 24 3 38 39 4 0 31 48 12 664

2371 10 9 15 4 0

SKOR MAX 152 152 152 152 152 152 152 3800

PORSENTASE(%) 68 64 68 60 61 55 60 68 26 24 39 11 0

Berdasarkan uraian tabel di atas menunjukkan bahwa keaktivan pembelajaran pada siklus 1 sudah aktif dengan persentase

keaktivan klasikal yang tercapai adalah 68 % dalam kategori aktif.

23

Page 24: Karil Penilitian Tindakan Kelas

Pertemuan 2 ( Selasa, 29-4-2014 )

Pada Pertemuan 2, diadakan tes akhir siklus I. Siswa diberikan soal tes dengan jumlah 20

soal isian,. Tes ini diadakan untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan tes tulis berupa isian

singkat. Tes akhir ini diikuti oleh 38 siswa. Hasil tes akhir ini merupakan data dari penelitian

penerapan pembelajaran dengan mengunakan metode inquiry. Berdasarkan hasil analisis terakhir

dapat dilihat persentase hasil belajar siswa pada tabel berikut :

Tabel 4.8 Tabel Keberhasilan Belajar Siswa Siklus 1

NomorNAMA

SKOR Kreteria Hasil BelajarKet.Urt Induk IPA KKM SB B CB KB SKB

1 4281 ANNISA ZILVINAZ ZAHRO 85 72 √ - - - -  

2 4282 ALVIN MA'AQWIL MAULANA 72 72 - √ - - -  

3 4283 ANNISA NUR AULIA IHSANTI 87 72 √ - - - -  

4 4284 ALFRED GERALDO 70 72 - √ - - -  

36 4321 ZHELY VIRGINIA 78 72 - √ - - -  

37 4322 BENEDIKTUS YUSTISIO A 68 72 - - √ - -  

38 LULU HAMADA 90 72 √ - - - -  

  JUMLAH 2793 9 13 12 4 0  

  RATA - RATA 74            

  NILAI MIN 58            

  NILAI MAX 90            

  Porsentase HB ( % ) 74 24 34 32 10 0  

Berdasarkan uraian tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus 1

baik dengan persentase skor klasikal yang tercapai adalah 74 % dalam kategori baik.

4.2.3 Refleksi

Pada tahap refleksi ini kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis, memahami, dan

menyimpulkan hasil yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan yang meliputi hasil analisis

aktivitas siswa dan hasil analisis hasil belajar atau hasil tes akhir siklus 1. Hasil analisis dari data-

data menerangkan bahwa kriteria keaktifan klasikal siswa dalam mengunakan metode inquiry

siklus I sebagai berikut :

Tabel 4.10 Aktivitas siswa dalam mengunakan metode inquiry siklus I

Aktivitas siswa Siklus IMelihat 68%Lisan 64%Mendengarkan 68%Menulis 60%Berfikir 61%Gerak 55%Emosional 60%Persentase keaktifan klasikal 68%Kreteria Keaktifan klasikal Aktif

Page 25: Karil Penilitian Tindakan Kelas

Hasil analisis tes akhir siklus I diperoleh data bahwa pembelajaran pada siklus I, hasil

belajar secara klasikal mencapai 74 %, walaupun masih ada siswa yang mendapat nilai dibawah

KKM tetapi secara umum hasil belajar siswa mengunakan metode inquiry pada siklus 1 baik dan

untuk mencapai hasil yang lebih baik lagi perlu tindakan selanjutnya yaitu siklus 2. Hasil analisis

aktivitas siswa pada siklus I diperoleh data persentasi keaktifan sebesar 68% dengan kriteria

Aktif. Hasil analisis aktivitas guru pada siklus 1. Pelaksanaan siklus 2 diperlukan karena ada

beberapa pertimbangan yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal.

Paparan Tindakan Siklus 2

4.3.1 Persiapan Tindakan

Tahap perencanaan untuk siklus 2 ini dilakukan setelah peneliti melakukan refleksi untuk

menentukan perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus 1. Pada tahap ini peneliti menyusun

perangkat pembelajaran yang menggunakan metode inquiry yaitu :

a. Menyusun perangkat pembalajaran yang berupa rencana pelaksanaan pembalajaran pokok

bahasan jaring-jaring bangun sederhana.

b. Membuat pedoman dan lembar observasi yang digunakan untuk mengamati aktivitas siswa

dalam pembelajaran, adapun aktivitas-aktivitas yang diteliti dari penelitian ini sebagai

berikut: memperhatikan penjelasan guru, bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat,

kerja kelompok.

c. Mempersiapkan alat peraga.

d. Mempersiapkan lembar kerja siswa.

4.3.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus 2

Pertemuan 3 ( Selasa, 05-5-2014 )

1. Guru mengawali dengan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan

motivasi kepada siswa sehingga siswa memperoleh kesiapan belajar.

2. Guru membahas materi dengan terlebih dahulu menyampaikan beberapa pertanyaan kepada

siswa untuk didiskusikan dengan temannya:

3. Jika disajikan sebuah benda kemudian diberikan gaya, kemungkinan apa yang terjadi

dengan bentuk benda tersebut?

4. Jika disajikan sebuah benda kemudian diberikan gaya, kemungkinan apa yang terjadi

dengan gerak benda tersebut?

5. Guru melanjutkan membahas materi tentang Pengaruh Gaya Terhadap.

6. Guru memberi Lembar kerja kelompok untuk mencari informasi dan data sebagai

penguatan materi dan tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Selama siswa

menyelesaikan Lembar Kerja, peneliti dan berkeliling kelas mengamati apa yang dilakukan

siswa.

2

Page 26: Karil Penilitian Tindakan Kelas

7. Guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya didepan kelas.

8. Guru bersama-sama siswa menarik kesimpulan.

9. Sebelum menutup pelajaran, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya

tentang materi yang belum dimengerti pada pertemuan, kemudian mengakhiri pembelajaran

dengan memberi tes akhir siklus-2.

4.2.2 Observasi

Pertemuan 3

1. Pada waktu guru menyampaikan pertanyaan ” Jika disajikan sebuah benda kemudian

diberikan gaya, kemungkinan apa yang terjadi dengan bentuk benda tersebut?”. Hampir

semua siswa menjawab bentuk benda akan berubah. Tidak ada siswa yang menjawab yang

lain.

2. Pada waktu guru menyampaikan pertanyaan ” Jika disajikan sebuah benda kemudian

diberikan gaya, kemungkinan apa yang terjadi dengan gerak benda tersebut?”. Hampir

semua siswa menjawab gaya akan mempengaruhi gerak benda. Tidak ada siswa yang

menjawab lain

3. Pada waktu membahas materi banyak siswa belum paham tentang pengaruh permukaan

benda terhadap gerak suatu benda.

4. Pada waktu membahas materi banyak siswa belum paham tentang faktor yang

mempengaruhi gerak suatu benda.

5. Pada waktu guru menjelaskan materi banyak siswa yang tidak memperhatikan dan bicara

sendiri.

4.3.3 Refleksi

Kegiatan pada tahap refleksi merupakan hasil analisis pelaksanaan, observasi dan hasil

tes akhir yang telah dilakukan pada siklus 2. Pada Pelaksanaan siklus 2 secara keseluruhan baik

hasil belajar maupun aktivitas siswa mengalami peningkatan. Analisis data-data keaktifan siswa

pada siklus 2 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.15 Aktivitas siswa dalam mengunakan metode inquiry siklus II

Aktivitas siswa Siklus IIMelihat 80%Lisan 74%Mendengarkan 78%Menulis 71%Berfikir 73%Gerak 68%Emosional 69%Persentase keaktifan klasikal 73%Kreteria Keaktifan klasikal Aktif

Page 27: Karil Penilitian Tindakan Kelas

Berdasarkan tabel di atas aktivitas siswa pada siklus 2 mengalami peningkatan hal ini

ternyata juga mempengaruhi hasil belajar siswa yang mencapai hasil belajar secara klasikal 78%

dengan kategori baik, lebih tinggi dari pada siklus I. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan

metode inquiry dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA

pokok bahasan pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda.

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

4.4.1 Analisis Data Hasil Observasi

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Sukowono 01 Sukowono yang

dilakukan sebanyak 2 siklus pada semester genap tahun pelajaran 2013-2014, dengan subyek

siswa kelas V sebanyak 38 siswa. Dari 38 siswa Kelas V SDN Sukowono 01 Sukowono ini siswa

laki-laki sebanyak 17 siswa (45%) dan siswa perempuan sebanyak 21 siswa (55%) yang memiliki

kemampuan yang beragam, tetapi diantara 38 siswa itu ada sebagian kecil yang memiliki hasil

belajar di bawah rata-rata. Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam

kegiatan pembelajaran dengan metode inquiry.

Kegiatan observasi ini, peneliti dibantu teman sejawat yang bertugas mengamati aktivitas

siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung baik dalam bertanya, menyelesaikan masalah,

menyampaikan pendapat serta menjawab pertanyaan ketika kegiatan pembelajaran. Aktivitas

siswa pada saat pembelajaran berlangsung berjalan tertib meskipun ada beberapa siswa yang tidak

mau bekerja sama bahkan sedikit ramai ketika kegiatan kerja kelompok dan percobaan. Hasil

analisis terhadap observasi aktivitas siswa tiap siklus diuraikan sebagai berikut :

4.16 Tabel Perbandingan Keaktivan Siswa siklus 1 dan Pra-Siklus

Kategori Keaktifan Siklus 1 ( % ) Pra-Siklus ( % ) Selisih Sangat Aktif ( SA ) 26 26 0

Aktif ( A ) 24 13 11Cukup Aktif ( CA ) 39 32 7Kurang Aktif ( KA ) 11 29 -18

Sangat Kurang Aktif ( SKA ) 0 0 -0Jumlah 100 100 0,00

Tabel diatas menunjukkan bahwa perbandingan aktivitas siswa pada

pra-siklus ke siklus 1 mengalami kenaikan dan penurunan. Pada pra-siklus

menunjukkan siswa dengan kategori sangat aktif ada 10 siswa (26%) dan tidak

mengalami perubahan pada siklus 1. Kriteria aktif pada pra-siklus ada 5 siswa

(13%) meningkat menjadi 9 siswa (24%) pada siklus 1. Pada pra-siklus

menunjukkan siswa dengan kategori cukup aktif 12 siswa (32%) mengalami

peningkatan menjadi 15 siswa (39%) pada siklus 1. Pada pra-siklus

4

Page 28: Karil Penilitian Tindakan Kelas

menunjukkan siswa dengan kategori kurang aktif 11 siswa (29%) mengalami

penurunan menjadi 4 siswa (11%) pada siklus 1.Pada siklus 1 dan pra-siklus

untuk kategori sangat kurang aktif sama yaitu 0 siswa.

4.17 Tabel Perbandingan Keaktivan Siswa siklus 2 dan 1

Kategori Keaktifan Siklus 2 ( % ) Siklus 1 ( % ) Selisih Siklus 2-1

Sangat Aktif ( SA ) 32 26 4Aktif ( A ) 63 24 6

Cukup Aktif ( CA ) 5 39 -7Kurang Aktif ( KA ) 0 11 -1

Sangat Kurang Aktif ( SKA ) 0 0 -2Jumlah 100 100 0,00

Berdasarkan tabel diperoleh persentase aktivitas siswa secara klasikal dari siklus 1 ke

siklus 2 mengalami peningkatan dan menunjukkan siswa semakin aktif dalam kegiatan

pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode inquiry dapat

meningkatkan aktivitas siswa.

4.2.1 Analisis Data Hasil Tes

Hasil analisis hasil belajar siswa siklus 1 dan pra-siklus pada tabel berikut :

4.18 Tabel Perbandingan Hasil Belajar Siswa siklus 1 dan Pra-SiklusKategori Hasil Belajar Siklus 1 ( % ) Pra-Siklus ( % ) Selisih

Sangat Baik ( SB ) 24 11 13Baik ( B ) 34 29 5

Cukup Baik ( CB ) 32 37 -5Kurang Baik ( KB ) 10 23 -13

Sangat Kurang Baik ( SKB ) 0 0 -0Kategori Hasil Belajar 100 100 0,00

Tabel diatas menunjukkan bahwa perbandingan hasil belajar siswa pada pra-

siklus ke siklus 1 mengalami kenaikan dan penurunan. Pada pra-siklus menunjukkan

siswa dengan kategori sangat baik ada 4 siswa(11%) dan meningkat menjadi 9

siswa(24%) pada siklus 1. Kategori baik pada pra-siklus ada 11 siswa(29%)

meningkat menjadi 13 siswa (34%) pada siklus 1. Pada pra-siklus menunjukkan

siswa dengan kategori cukup baik 14 siswa (37%) mengalami penurunan menjadi 8

siswa (32%) pada siklus 1. Pada pra-siklus menunjukkan siswa dengan kategori

kurang baik 9 siswa (23%) mengalami penurunan menjadi 4 siswa (10%) pada siklus

1. Pada pra-siklus menunjukkan siswa dengan kategori sangat kurang baik 0 tetap 0

siswa pada siklus 1.

4.19 Tabel Perbandingan Hasil Belajar Siswa siklus 2 dan 1

Kategori Hasil Belajar Siklus 2 ( % ) Siklus 1 ( % ) Selisih Siklus

Page 29: Karil Penilitian Tindakan Kelas

2-1Sangat Baik ( SB ) 29 24 5

Baik ( B ) 50 34 16Cukup Baik ( CB ) 21 32 -11Kurang Baik ( KB ) 0 10 -10

Sangat Kurang Baik ( SKB ) 0 0 -0Kategori Hasil Belajar 100 100 0,00

Tabel diatas menunjukkan bahwa perbandingan hasil belajar siswa pada siklus 1 ke

siklus 2 mengalami kenaikan dan penurunan. Pada siklus 1 menunjukkan siswa dengan kategori

sangat baik ada 9 siswa dan meningkat menjadi 11 siswa pada siklus 2. baik pada siklus 1 ada 13

siswa meningkat menjadi 19 siswa pada siklus 2. Pada siklus 1 menunjukkan siswa dengan

kategori cukup baik 12 siswa mengalami penurunan menjadi 8 siswa pada siklus 2. Pada siklus 1

menunjukkan siswa dengan kategori kurang baik 4 siswa mengalami penurunan menjadi 0 siswa

pada siklus 2. Pada siklus 1 menunjukkan siswa dengan kategori sangat kurang baik 0 tetap 0

siswa pada siklus 2.

Berdasarkan uraian di atas diperoleh persentase hasil belajar siswa secara klasikal dari

siklus 1 ke siklus 2 mengalami peningkatan dan menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa

dalam kegiatan pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode inquiry

dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

V. Kesimpulan Dan Saran

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dari pelaksanaan 2 siklus tindakan perbaikan

pembelajaran, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA pokok bahasan “Pengaruh Gaya

Terhadap Bentuk dan Gerak Suatu Benda” pada siswa kelas V SDN Sukowono 01

Sukowono kabupaten Jember dapat ditingkatkan melalui penggunaan metode inquiry.

Terbukti dari keaktivan siswa yang terindentifikasi mengalami kemajuan yang signifikan.

2. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA pokok bahasan “Pengaruh Gaya Terhadap

Bentuk dan Gerak Suatu Benda” pada siswa kelas V SDN Sukowono 01 Sukowono

kabupaten Jember terbukti dapat ditingkatkan melalui penggunaan media dan metode

pembelajaran yang efektif dan efesien, secara khusus, hasil belajar siswa dapat

ditingkatkan melalui penggunaan metode inquiry.

4.2 Saran

6

Page 30: Karil Penilitian Tindakan Kelas

Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, maka sebagai saran tindak lanjut, ada beberapa

hal yang seyogyanya dilakukan oleh guru dalam upayanya meningkatkan kualitas pembelajaran,

khususnya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa yaitu :

Guru perlu dan harus senantiasa berlatih untuk dapat merancang metode pembelajaran

dengan baik dan kreatif menggunakan media pembelajaran.

Sekolah perlu mewadahi dan memfasilitasi peningkatan kualifikasi dan kompetensi

guru guna mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan

Peneliti lain perlu mengevaluasi PTK sebagai literatur baru dalam menentukan strategi

dan model pembelajaran karena siswa dalam pembelajaran membutuhkan berbagai

inovasi dan kreatifitas dari guru.

VI. Daftar Pustaka

Hernawan, A. H (2006), Media dan Proses Pembelajaran, Jakarta: Universitas Terbuka.

Roestiyah, NK. (1986), Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, Bandung: Bina Aksara.

Sadiman, A. S. (1986), Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya,

Jakarta: CV. Rajawali.

Swastika, K. (2006), Keterampilan Dasar Mengajar: Hand Out Mata Kuliah Pengajaran Mikro

(Micro Teaching), Jember: IKIP PGRI Jember.

Wardhani, I.G.A.K.; Wihardit, K; & Nasoetion, N. (2000), Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta:

Universitas Terbuka.

Sulthon Masyhud (2013), Panduan Publikasi Ilmiah Dalam Rangka PKB Guru, Jember :

Universitas Terbuka UPBJJ Jember