32
Rais Usman Adzikri (25) Anindya Branita Sandini (01) Mauli Bayu Segoro (13) (07) Clarita Anggellina (19) Nadia Husnaningtyas (31) Vindy Alfiolita KELOMPOK 1 PPKn

KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA

Rais Usman Adzikri (25)

Anindya Branita Sandini (01)

Mauli Bayu Segoro (13)

(07) Clarita Anggellina

(19) Nadia Husnaningtyas

(31) Vindy Alfiolita

KELOMPOK 1 PPKn

Page 2: KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA
Page 3: KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA
Page 4: KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA

KETUHANAN YANG MAHA ESA

KEMANUSIAN YANG ADIL DAN BERADAB

PERSATUAN INDONESIA

KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARAKATAN DAN PERWAKILAN

KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

Page 5: KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA

KETUHANAN YANG MAHA ESA

Page 6: KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA

KETUHANAN YANG MAHA ESA

Page 7: KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA

KETUHANAN YANG MAHA ESA

Page 8: KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA

Menuntut setiap warga negara mengakui Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta dan tujuan akhir, baik dalam hati dan tutur kata maupun dalam

tingkah laku sehari-hari. Konsekuensinya adalah Pancasila menuntut umat beragama dan kepercayaan untuk hidup rukun walaupun berbeda

keyakinan.

Page 9: KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA

KASUS PELANGGARAN SILA PERTAMA PANCASILA

Page 10: KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA

PERISTIWA KONFLIK POSO

Page 11: KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA

PERISTIWA KONFLIK POSO

Page 12: KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA

PERISTIWA KONFLIK POSO

http://syamsulalamagus.blogspot.com/2007/04/kronik-konflik-poso-1998-2001_29.html

sumber

Page 13: KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA

Konflik dan kekerasan pertama kali terjadi pada 24 Desember 1998, peristiwa ini dipicu oleh ulah seorang pemuda yang sedang mabuk, dia adalah Roy Runtuh Bisalemba melakukan penyerangan terhadap seorang pemuda bernama Ahmad Ridwan yang sedang tertidur didalam MasjidDarussalam di kelurahan Sayo, Poso Kota. Dalam penyerangan tersebut Ahmad Ridwan dibacok, tetapi ia sempat lari dan meminta pertolongan.

Roy Bisalemba adalah pemuda beragama Kristen, sedangkan korbannya Ahmad Ridwan beragama Islam. Dalam hitungan jam, konsolidasi berbasis keagamaan begitu cepat terjadi. Saat itu umat Islam Poso sedang menjalani ibadah puasa ramadhan sedangkan Umat Kristiani masih dalam suasana menghadapi puncak perayaan Natal.

PERISTIWA KONFLIK POSO

Page 14: KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA

Saat puncak perayaan natal pada tanggal 25 Desember 1998, tanda-tanda akan terjadinya kerusuhan dalam skala besar mulai muncul. Seusai sholat jum’at, massa yang dimobilisasi dari Poso Pesisir menyerang dan melempari Toko Lima yang diduga sebagai tempat penjualan minuman keras, massa terus bergerak melakukan sweeping dan menghancurkan tempat-tempat hiburan seperti bilyar, panti pijat dan hotel-hotel. Massa menganggap sasaran mereka itu yang telah menjadi pemicu membacokan Ahmad Ridwan dan telah menodai kesucian bulan ramadhan. Melihat keberutalan massa, beberapa masyarakat di kelurahan Sayo melaporkan ke Polisi namun tidak terlihat tindakan pencegahan yang pada akhirnya rumah Roy Bisalemba yang terletak di Jl. Yos Sudarso Kelurahan Sayo hancur karena amukan massa penyerang.

Bertempat di Gedung Torulemba, rumah jabatan Bupati Poso pada tanggal 27 Desember 1998 kedua pihak yang bertikai dipertemukan, tokoh agama yang mewakili pihak yang bertikai turun ke kantong-kantong konsentrasi massa untuk mengumumkan hasil pertemuan damai yang baru saja disepakti, bahwa ”siapa saja dari kedua kelompok yang mewakili dua keyakinan Islam dan Kristen yangmenyulut pertikaian akan ditindak tegas”.

PERISTIWA KONFLIK POSO

Page 15: KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA

Usaha itu kemudian sia-sia, dihari yang sama massa Kristen dari arah Lage dan Tentena yang dipimpin oleh Herman Parimo memasuki Poso Kota, mereka menyerang dan merusak rumah-rumah penduduk muslim di kelurahan Sayo.

Pada tanggal 28 Desember 1998, Herman Parimo dan ratusan massa kristen dari arah Lage dan Tentena kembali memasuki Poso. Blokade polisi gagal menghalau ratusan massa yang terus bergerak kearah Poso Kota

Pada tanggal 30 Desember 1998, situasi Poso berangsur aman, hal ini ditandai dengan mulai ramainya aktifitas perekenomian warga di Pasar Sentral Poso yang terletak dijantung Kota Poso. Herman Parimo dan 7 orang lainnya ditangkap polisi dengan tuduhan provokator. Pada tanggal 1 Nopember 1999 Pengadilan Negeri Palu menjatuhkan vonis 14 tahun Penjara bagi Herman Parimo, namun sebelum menjalani hukumannya dia meninggal dunia di Rumah Sakit Stella Maris di Makassar, Sulawesi Selatan

Akibat dari kerusuhan di Poso pada tahun 1998, 17 warga mengalami luka berat, 139 luka ringan, (15 orang lainnya adalah anggota TNI), 158 rumah penduduk dibakar, 100 rumah dirusak massa, 14 mobil dan 20 kendaraan roda dua dibakar

PERISTIWA KONFLIK POSO

Page 16: KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA

PenyebabAdanya unsur suku dan agama yang mendasari konflik sosial itu adalah sesuai dengan

fakta yaitu bahwa asal mula kerusuhan poso pertama diantaranya berawal dari :1. Pembacokan Ahmad Yahya oleh Roy Tuntuh Bisalembah didalam masjid pesantren

Darusalam pada bulan ramadhan.2. Pemusnahan dan pengusiran terhadap suku-suku pendatang seperti Bugis, Jawa,

dan Gorontalo, serta Kaili pada kerusuhan ke III.3. Pemaksaan agama Kristen kepada masyarakat muslim di daerah pedalaman

kabupaten terutama di daerah Tentena dusun III, Salena, Sangira, Toinase, Boe, dan Meko yang memperkuat dugaan bahwa kerusuhan ini merupakan gerakan kristenisasi secara paksa yang mengindikasikan keterlibatan Sinode GKSD Tentena.

Page 17: KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA

Dampak kerusuhan poso dapat di bedakan dalam beberapa segi :

Bidang Budaya 1. Dilanggarnya ajaran agama dari kedua kelompok yang bertikai dalam

mencapai tujuan politiknya. 2. Runtuhnya nilai – nilai kebersamaan, kerukunan, dan kesatuan yang

menjadi bingkai dalam hubungan sosial masyarakat Poso.Bidang Hukum

3. Terjadinya disintegrasi dalam masyarakat Poso ke dalam dua kelompok yaitu kelompok merah dan kelompok putih.

4. Tidak dapat dipertahankan nilai-nilai kemanusiaan akibat terjadi kejahatan terhadap manusia seperti pembunuhan, pemerkosaan dan penganiayaan terhadap anak serta orang tua dan pelecehan seksual.

5. Runtuhnya stabilitas keamanan, ketertiban, dan kewibawaan hukum di masyarakat Kabupaten Poso.

6. Munculnya perasaan dendam dari korban-korban kerusuhan terhadap pelaku kerusuhan.

Page 18: KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA

Dampak kerusuhan poso dapat di bedakan dalam beberapa segi :

Bidang Politik• Terhentinya roda pemerintahan.• Jatuhnya kewibawaan pemerintah daerah di mata masyarakat.• Hilangnya sikap demokratis dan penghormatan terhadap perbedaan

pendapat masing – masing kelompok kepentingan.• Legalisasi pemaksaan kehendak kelompok kepentingan dalam

pencapaian tujuannya.

Bidang Ekonomi• Lepas dan hilangnya faktor dan sumber produksi ekonomi masyarakat,

seperti sawah, tanaman kebun, mesin gilingan padi, traktor tangan, rumah makan, hotel dan lain sebagainya.

• Terhentinya roda perekonomian.• Rawan pangan.• Munculnya pengangguran dan kelangkaan kesempatan kerja

Page 19: KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA

Solusi konflik POSO

• Manajemen Konflik menuju Rekonsiliasi• Mengubah Sistem pemahaman Agama• Mengurangi Penampilan Berhura-Hura dalam

Kehidupan Beragama.• Menciptakan kerukunan dalam kehidupan

masyarakat• Redam Nafsu Distinksi Untuk Menghindari

Konflik Etnis

Page 20: KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA

LANDASAN Landasan yang berkaitan dengan kasus kasus pada sila pertama ialah :

1. Dalam penjelasan umum Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

2. Pasal 28A sampai Pasal 28J Undang-Undang Dasar 1945 yang yang mengatur tentang hak asasi manusia.

3. Namun demikian dalam era reformasi ini telah berhasil disusun instrumen instrumen penegakan HAM. Diantaranya amandemen UUD ‘45 yang kemudian memasukkan HAM dalam Bab tersendiri dengan pasal pasal yang menyebutkan HAM secara lebih detail. Selain amandemen UUD 1945 juga ditetapkannya Ketetapan MPR RI No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia.

4. -Keppres. No 50 Tahun 1993 Tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, serta diundangkannya Undang Undang RI No 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.

Page 21: KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA

KASUS YANG LAINNYA

Page 22: KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA

BOM BUNUH DIRI DI SOLO

Page 23: KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA

BOM BUNUH DIRI DI SOLO

Minggu, 25 September 2011 terjadi ledakan di Gereja Bethel Injil Sepenuh Kepunton, Solo. Saat itu sedang dilaksanakan kebaktian oleh jamaah, namun pada pukul 10.55 terdengar ledakan bom bunuh diri. Peristiwa ini mengakibatkan 28 orang terluka dan seorang tewas yang diidentifikasi sebagai pelaku bom bunuh diri. Pelaku pemboman tersebut diidentifikasi sebagai Ahmad Yosefa Hayat

Page 24: KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA

TULISAN UNTUK UMAT KRISTEN, TANPA JUDUL

“Wahai kawan kristiani, bila di suatu pagi di hari Minggu anda terjaga dan tersadar akan kewajiban ibadah di gereja. Maka bulatkan tekadmu, teguhkan imanmu. Panjatkan doa

terakhir, ucapkan kata-kata terakhir, berikan ciuman terakhir. Sebab boleh jadi, hari itu adalah hari terakhirmu

beribadah di gereja. Ayunkan kakimu dengan pasti, sepasti langkah Yesus turun dari Getsemani menghadapi hari

kematiannya. Ikhlas, tanpa ragu dan takut.”

http://wetanlintang.blogspot.com/2011/09/tulisan-untuk-umat-kristen-tanpa-judul.html

Page 25: KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA

PERISTIWA TOLIKARA

Page 26: KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA

PERISTIWA TOLIKARAPeristiwa tolikara terjadi karena pihak gereja Dewan Pekerja

Wilayah Gereja Injili di Indonesia (GIDI) marah terhadap umat islam yang

tidak mengindahkan surat edaran yang berisi larangan menjalankan

solat idul fitri sehingga terjadilah pembakaran tempat ibadah dan rumah-rumah

penduduk umat islam

Page 27: KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA

BOM BALI 1 & 2

Page 28: KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA

Bom Bali 2002 (Bom Bali I) adalah pengeboman yang terjadi pada malam hari tanggal 12 Oktober 2002. Dua ledakan pertama terjadi di Paddy's Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kuta, Bali, sedangkan ledakan terakhir terjadi di dekat Kantor Konsulat Amerika Serikat. Rangkaian pengeboman ini merupakan pengeboman pertama yang kemudian disusul oleh pengeboman dalam skala yang jauh lebih kecil yang juga bertempat di Bali pada tahun 2005. Tercatat 202 korban jiwa dan 209 orang luka-luka atau cedera, kebanyakan korban merupakan wisatawan asing yang sedang berkunjung ke lokasi tersebut. Peristiwa ini dianggap sebagai peristiwa terorisme terparah dalam sejarah Indonesia.

BOM BALI 1 & 2

Page 29: KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA

Pengeboman Bali 2005 yang terjadi di Bali pada 1 Oktober 2005. Terjadi tiga pengeboman, satu di Kuta dan dua di Jimbaran dengan sedikitnya 23 orang tewas dan 196 lainnya luka-luka. Bom bunuh diri ini memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap pariwisata di Bali mengingat pada 12 Oktober 2002, serangan bom serupa menewaskan 202 orang. Menurut Kepala Desk Antiteror Kantor Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Inspektur Jenderal (Purn.) Ansyaad Mbai

BOM BALI 1 & 2

Page 30: KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA

AMUK MASSA DI KUPANG

Page 31: KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA

Amuk Massa di Kupang terjadi pada tanggal 30 November 1998. Amuk massa tersebut bermula dari aksi perkabungan dan aksi solidaritas warga Kristen NTT atas peristiwa Ketapang, yaitu bentrok antara warga Muslim dan Kristen dengan disertai perusakan berbagai tempat ibadah. Amuk massa tanggal 30 November tersebut mengakibatkan setidaknya 11 masjid, 1 mushola, dan beberapa rumah serta pertokoan milik warga muslim rusak.

AMUK MASSA DI KUPANG

Page 32: KASUS SIMPANGAN SILA PERTAMA PANCASILA