Upload
rizqi-umi-rahmawati
View
190
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
“KERANGKA DASAR AGAMA ISLAM (AQIDAH, SYARIAH,
AKHLAK)
Diusulkan oleh:
1. Rizqi Umi Rahmawati (21110115120020)
2. Arsyar Nur Ari wahid (21110115120026)
3. Viona Yasinta (21110115120030)
4. M. Khoirul Baihaqi (21110115130051)
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2015
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam merupakan agama yang paling mulia dan sempurna
dihadapan Allah SWT. Proses perkembangan, pertumbuhan, serta penyebaran
agama Islam diseluruh penjuru dunia tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Semua itu tidak terlepas dari perjuangan Nabi Muhammad SAW. Sehingga,
perkembangan agama Islam masih ada sampai sekarang dan berkembang pesat.
Namun, perkembangan itu berbanding terbalik dengan akhlaq. Penurunan akhlaq
disebabkan karena kurangnya pengetahuan yang mendalam tentang Islam.
Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah SWT.
Dengan segala pemberian-Nya manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang
bisa dirasakan oleh dirinya. Tapi terkadang manusia lupa akan dzat Allah SWT
yang telah memberi segala kenikmatan. Manusia harus mendapatkan suatu
bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai dengan
bimbingan Allah SWT. Oleh karena itu perlunya pemahaman tentang Kerangka
Dasar Agama Islam yang meliputi aqidah, syari’at, dan akhlaq. Sehingga kita bisa
lebih mudah untuk memahami Islam lebih jauh.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kerangka memiliki beberapa arti,
di antaranya adalah garis besar atau rancangan. Kerangka dasar berarti garis besar
atau rancangan yang sifatnya mendasar. Dengan demikian, kerangka dasar ajaran
Islam ialah garis besar atau rancangan ajaran Islam yang sifatnya mendasar, atau
yang mendasari semua nilai dan konsep yang ada dalam ajaran Islam.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari makalah ini
adalah sebagai berikut.
1. Apa pengertian dari aqidah?
2. Apa saja tujuan ilmu aqidah?
3. Apakah pengertian dari syari’ah?
4. Apa fungsi syari’ah dalam agama Islam?
5. Apa pengertian dari akhlaq?
6. Apakah macam-macam akhlaq itu menurut Islam?
7. Bagaimana Implementasi akhlak ?
PEMBAHASAN
A. Aqidah
1. Pengertian Aqidah
Akidah berakar dari kata yang berarti tali pengikat sesuatu
dengan yang lain, sehingga menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Jika masih dapat dipisahkan berarti belum ada pengikat dan sekaligus berarti
belum ada akidahnya. Dalam pembahasan yang masyhur akidah diartikan sebagai
iman, kepercayaan atau keyakinan.
Akidah adalah ikatan dan perjanjian yang kokoh. Manusia dalam hidup ini
terpola kedalam ikatan dan perjanjian baik dengan Allah, dengan sesama manusia
maupun dengan alam lainnya. Ruang Lingkup kajian akidah berkaitan erat dengan
rukun iman. Adapun kata iman, secara etimologis, berarti percaya atau
membenarkan dengan hati. Sedang menurut istilah syara’, iman berarti
membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lidah, dan melakukan dengan
anggota badan. Dengan pengertian ini, berarti iman tidak hanya terkait dengan
pembenaran dengan hati atau sekedar meyakini adanya Allah saja, misalnya. Iman
kepada Allah berarti meyakini bahwa Allah itu ada; membuktikannya dengan
ikrar syahadat atau mengucapkan kalimat-kalimat dzikir kepada Allah; dan
mengamalkan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Inilah
makna iman yang sebenarnya, sehingga orang yang beriman berarti orang yang
hatinya mengakui adanya Allah (dzikir hati), lidahnya selalu melafalkan kalimat-
kalimat Allah (dzikir lisan), dan anggota badannya selalu melakukan perintah-
perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya (dzikir perbuatan).
Dari uraian di atas dapat juga dipahami bahwa iman tidak hanya tertumpu
pada ucapan lidah semata. Kalau iman hanya didasarkan pada ucapan lidah
semata, berarti iman yang setengah-setengah atau imannya orang munafiq seperti
yang ditegaskan al-Quran dalam surat al-Baqarah (2) ayat 8-9:
2. Tujuan Aqidah Islam
Akidah Islam mempunyai banyak tujuan yaitu:
a. Untuk mengikhlaskan niat dan ibadah hanya kepada Allah. Karena
Allah adalah Pencipta yang tidak ada sekutu bagi-Nya, maka tujuan
dari ibadah haruslah diperuntukkan hanya kepada-Nya .
b. Membebaskan akal dan pikiran dari kegelisahan yang timbul dari
lemahnya akidah. Karena orang yang lemah akidahnya, adakalanya
kosong hatinya dan adakalanya terjerumus pada berbagai kesesatan
dan khurafat.
c. Ketenangan jiwa dan pikiran tidak cemas. Karena akidah ini akan
memperkuat hubungan antara orang mukmin dengan Allah, sehingga
ia menjadi orang yang tegar menghadapi segala persoalan dan sabar
dalam menyikapi berbagai cobaan.
d. Meluruskan tujuan dan perbuatan yang menyimpang dalam beribadah
kepada Allah serta berhubungan dengan orang lain berdasarkan ajaran
al-Qur’an dan tuntunan Rasulullah saw.
e. Bersungguh-sungguh dalam segala sesuatu dengan tidak
menghilangkan kesempatan yang baik untuk beramal baik. Sebab
setiap amal baik pasti ada balasannya. begitu sebaliknya, setiap amal
buruk pasti juga ada balasannya. Di antara dasar akidah ini adalah
mengimani kebangkitan serta balasan terhadap seluruh perbuatan.
f. Meraih kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memperbaiki
individuindividu maupun kelompok-kelompok serta meraih pahala dan
kemuliaan.
B. Syariah
1. Pengertian Syariah
Secara bahasa, syariah artinya jalan lurus menuju mata air digambarkan
sebagi sumber kehidupan. Syariah berarti jalan lurus menuju sumber kehidupan
yang sebenarnya. Sumber hidup manusia sebenarnya adalah Allah. Untuk menuju
Allah Ta’ala, harus menggunakan jalan yang dibuat oleh Allah tersebut (syariah).
Syariah ini menjadi jalan lurus yang harus di tempuh seorang muslim. Tidak ada
jalan lain bagi orang muslim kecuali menggunakan syariah Islam
Allah Swt. Berfirman dalam QS. Al-Jaatsiyah [45]: 18;
Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari
urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa
nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.
Secara istilah, syariah adalah hukum-hukum yang ditetapkan Allah untuk
mengatur manusia baik hubungannya dengan Allah Swt., dengan sesama manusia,
dengan alam semesta, dan dengan makhluk ciptaan lainnya.
Para fuqaha (ahli fiqih) menjelaskan syariah untuk menunjukkan hukum yang
ditetapkan oleh Allah untuk para hamba-Nya dengan perantara Rasul-Nya, supaya
para hambaNya itu melaksanakannya dengan dasar iman, baik hukum itu
mengenai hukum formal maupun hukum etika (akhlak).
Allah adalah pembuat hukum yang tertinggi. Syariah islamadalah penjelmaan
konkret kehendak Allah ditengah manusia hidup bermasyarakat. Syariah
merupakan prinsip yang tercantum dalam Al-qur’an dan prinsip Al-qur’an itu
sendiri. Agar prinsip tersebut dapat diwujudkan dengan baik, tentu memerlukan
contoh. Dalam hal ini, dibutuhkan contoh-contoh dari Nabi. Melalui perilaku dan
ucapan Nabi tersebut, manusia dapat memahami apa yang menjadi kehendak
Allah SWT itu. Oleh karena itu, Nabi dan rasul patut dicontoh dalam
melaksanakan syariah.
2. Fungsi Syariah
Hukum-hukum Allah jauh lebih efektif untuk mencegah segala bentuk
kejahatan yang merajalela. Disamping itu, bukan hanya mencegah kejahatan
melainkan mengarahkan pada kebaikan.
Berikut ini beberapa fungsi syariah, yaitu :
1. Menghantarkan manusia sebagai hamba Allah yang mukhlis.
Syariah adalah aturan-aturan Allah yang berisi perintah Allah untuk ditaati
dan dilaksanakan, serta aturan-aturan tentang larangan Allah untuk dijauhi
dan dihindarkan. Ketaaatan terhadap aturan menunjukkan ketundukan
manusia terhadap Alah dan penghambaan manusia kepada-Nya. Tanpa
melaksanakan Syariah, maka manusia tidak akan sampai pada posisi
sebagai hamba Allah yang baik dan benar.
2. Menhantarkan manusia sebagai khalifah Allah SWT.
Manusia sebagai khalifah Allah harus mengikuti hukum Allah yang
diwakilinya. Kalau melampau batas bukan lagi wakil. Maka dari itu,
syariah islam memberikan batasan yang jelas dari kebebasan yang dimiliki
manusia. Dengan demikian, kekhalifahan manusia diatur dalam tatanan
pencapaian kesejahteraan lahir-batin manusia dan terhindar dari kesesatan
sejalan dengan kehendak Allah SWT.
3. Menunjukkan kebahagiaan dunia dan akhirat
Syariah islam mengarahkan manusia pada jalan yang lurus menuju sumber
kebenaran. Dengan syariah islam, manusia dapat mencapai tujuan hidup
yang hakiki. Dengan syariah, manusia dapat memilah dan memilih jalan
yang akan ditempuhnya sesuai dengan daya kemampuan sehingga apapun
akan dipertanggungjawabkan sendiri dihadapan Allah ta’ala.
C. Akhlak1. Pengertian Akhlak
Secara bahasa kata akhlak berasal dari bahasa Arab al-akhlak, yang
merupakan bentuk jamak dari kata khuluq atau al-khaliq yang berarti
a) tabiat, budi pekerti,
b) kebiasaan atau adat,
c) keperwiraan, kesatriaan, kejantanan
Sedangkan pengertian secara istilah, akhlak adalah suatu keadaan yang
melekat pada jiwa manusia, yang melahirkan perbuatan-perbuatan yang mudah,
tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Jika keadaan (hal)
tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pandangan akal dan
hukum Islam, disebut akhlak yang baik. Jika perbuatan-perbuatan yang timbul itu
tidak baik, dinamakan akhlak yang buruk. Sebagian ulama’ memberi definisi
mengenai akhlak, yaitu:
Namun berdasarkan beberapa pendapat dari ulama, akhlak adalah sifat
yang sudah tertanam dalam jiwa yang mendorong perilaku seseorang dengan
mudah sehingga menjadi perilaku kebiasaan. Jikasifat tersebut melahirkan suatu
perilaku yang terpuji menurut akal dan agama dinamakan akhlak baik (akhlak
mahmudah). Sebaliknya, jika ia melahirkan tindakan yang jahat, maka disebut
akhlak buruk (akhlak mazmumah)
Karena akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat di dalam jiwa,
maka perbuatan baru disebut akhlak kalau terpenuhi beberapa syarat, yaitu:
a. Perbuatan itu dilakukan berulang-ulang. Kalau perbuatan itu dilakukan
hanya sesekali saja, maka tidak dapat disebut akhlak. Misalnya, pada suatu
saat, orang yang jarang berderma tiba-tiba memberikan uang kepada orang
lain karena alasan tertentu. Tindakan seperti ini tidak bisa disebut murah
hati berakhlak dermawan karena hal itu tidak melekat di dalam jiwanya.
b. Perbuatan itu timbul mudah tanpa dipikirkan atau diteliti terlebih dahulu
sehingga benar-benar merupakan suatu kebiasaan. Jika perbuatan itu
timbul karena terpaksa atau setelah dipikirkan dan dipertimbangkan secara
matang tidak disebut akhlak. Akhlak menempati posisi yang sangat
penting dalam Islam, sehingga setiap aspek dari ajaran agama ini selalu
berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia, yang
disebut al-akhlak al-karimah. Hal ini tercantum antara lain dalam sabda
Rasulullah saw;
2. Macam-Macam Akhlak
a. Akhlak Wad’iyyah
Akhlak Wa'iyyah adalah norma yang mengajarkan kepada manusia
dengan berpedoman kepada olah pikir dan pengalaman manusia.
manusia dengan menggunakan akhlaknya berpikir dan bertindak
kearah yang baik dan benar dengan menjadikan akal sebagai rujukan
dalam perbuatan kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, akhlak, ini hanya mempunyai satu macam
sanksi, yaitu sanksi yang datang dari masyarakat (sesama manusia)
semata-mata
b. Akhlak Islam
Norma keagamaan adalah akhlak yang mengajarkan akhlak kepada
manusia dengan mengambil tuntunan yang telah diberikan Allah Swt.
dan Rasulullah saw. dalam Al-Qur’an dan hadis.
Dengan demikian akhlak ini mempunyai dua macam sanksi apabila
dilanggar. Yang pertama adalah sanksi dari Tuhan (bersifat gaib) dan
yang kedua adalah sanksi yang datang dari masyarakat (sesame
manusia).
Adapun ciri-ciri akhlak Islam adalah:
1. Kebaikannya bersifat mutlak (al-khairiyah al-mutlaqah), yaitu kebaikan
yang terkandung dalam akhlak Islam merupakan kebaikan yang murni,
baik untuk individu maupun untuk masyarakat, di dalam lingkungan,
keadaan, waktu dan tempat apapun;
2. Kebaikannya bersifat menyeluruh (al-s alah iyyah al-ammah), yaitu
kebaikan yang terkandung di dalamnya merupakan kebaikan untuk
seluruh umat manusia di segala zaman dan di semua tempat;
3. Tetap dan kontekstual, yaitu kebaikan yang terkandung di dalamnya
bersifat tetap, tidak berubah oleh perubahan waktu dan tempat atau
perubahan kehidupan masyarakat;
4. Kewajiban yang harus dipatuhi (al-ilzm al-mustajab), yaitu kebaikan
yang terkandung dalam akhlak Islam merupakan hokum yang harus
dilaksanakan sehingga ada sanksi hukum tertentu bagi orang-orang yang
tidak melaksanakannya; dan
5. Pengawasan yang menyeluruh (ar-raqabah al-muhit ah). Karena akhlak
Islam bersumber dari Tuhan, maka pengaruhnya lebih kuat dari akhlak
ciptaan manusia, sehingga seseorang tidak berani melanggar kecuali
setelah ragu-ragu dan kemudian akan menyesali perbuatannya untuk
selanjutnya bertaubat dengan sungguhsungguh dan tidak melakukan
perbuatan yang salah lagi. Ini terjadi karena agama merupakan pengawas
yang kuat. Pengawas lainnya adalah hati nurani yang hidup yang
didasarkan pada agama dan akal sehat yang dibimbing oleh agama serta
diberi petunjuk.
3. Implementasi Akhlak
Akhlak mulia ini perlu diimplementasikan dalam hidup sehari-hari. Bentuk
implementasinya bisa dalam ucapan-ucapan yang mulia (qaulan kariman) atau
dalam perbuatan-perbuatan terpuji (amal shaleh). Islam mengatur tata cara
berakhlak mulia baik terhadap Allah, diri sendiri, keluarga, tetangga, dan
lingkungan.
1. Akhlak terhadap Allah SWT.
Berikut contoh akhlak terhadap Allah
a. Ikhlas, melaksanakan hukum Allah semata-semata hanya mengharap
ridhaNya.
b. Khusyu’, bersatunya pikiran dengan perasaan batin dalam perbuatan
yang sedang dikerjakanya.
c. Sabar, ketahanan mental dalam menghadapi kenyataan yang menimpa
diri kita.
d. Syukur, merealisasikan apa yang dianugrahkan Allah kepada kita
sesuai dengan fungsinya.
e. Tawakkal, menyerahkan amal perbuatan kitakepada Allah untuk
dinilaiNya
f. Doa, memohon hanya kepada Allah
2. Akhlak terhadap diri sendiri
Islam mengajarkan agar manusia menjaga diri meliputi jasmani dan rohani.
Organ tubuh kita harus dipelihara dengan memberikan konsumsi makanan yang
halal dan baik. Apabila kita memakan makanan yang tidak halal dan tidak baik,
berarti kita telah merusak diri sendiri. Perbuatan merusak ini termasuk berakhlak
buruk. Oleh karena itu, islam mengatur makan dan minum tidak berlebihan.
Perhatikan QS Al-A’raf : 31
Akal kita juga perlu dipelihara agar tidak tertutup oleh pikiran kotor. Jiwa
harus disucikan agar menjadi orang yang beruntung.
Termasuk menahan diri dari pandangan dan memelihara kemaluan. Demikian
pula para wanita muslimah, hendaknya menahan pandangan, memelihara
kemaluan dan jangan menampakkan perhiasan kecuali yang biasa tampak.
3. Akhlak terhadap keluarga
Akhlak terhdap keluarga meliputi ayah, ibu, anak, dan keturunannya. Kita
harus berbuat baik pada orang tua. Ibu telah mengandung, menyusui, dan
mengasuh selama 2 tahun. Bersyukurla pada Allah dan kedua orang tua. Jika
kedua orang tua kita menyuruh kita berbuat dosa, maka jangan diikuti, tapi
tetaplah pergauli keduanya didunia dengan baik. Dalam berkeluarga ikutilah
orang-orang yang ada dalam jalan Allah.
Berbuat baik terhadap bapak dan ibu walaupun beda amal perbuatan.
Perhatikan QS Al-ahqaf : 15 :
Dengan demikian, islam jelas mengatur tata pergaulan hidup dalam keluarga
yang salinh menjaga akhlak. Sebab, dalam islam semua anggota keluarga
memiliki hak dan kewajiban yang sama-sama harus dilaksanakan. Seluruh
anggota keluarga berperanuntuk memberikan kontribusi menciptakan keluarga
yang sakinah, mawaddah, dan penuh rahmah.
4. Akhlak terhadap Masyarakat
Di dalam Islam, segala sesuatu telah diatur dalam Al-Qur’an dan telah
dijelaskan serta diperkuat oleh hadits Rasulullah, baik dalam sholat, zakat, berhaji,
makan, berjalan, dan banyak hal lainnya, begitu pun dengan bagaimana kita
berakhlak dalam masyarakat.
Hidup bermasyarakat adalah hal yang tidak bisa terlepas dari seseorang
manusia. Penciptaan manusia sebagai mahluk sosial membuatnya selalu
membutuhkan orang lain.
Hidup bermasyarakat tentu bukan perkara yang mudah, hal ini merupakan
perkara yang tidak boleh disepelekan. Menjaga akhlak dalam hidup
bermasyarakat adalah hal yang sangat penting. Hal ini bertujuan agar hubungan
baik dengan orang lain selalu terjalin dengan harmonis sehingga menciptakan rasa
cinta, damai dan tentram di antara masyarakat.
5. Akhlak terhadap Lingkungan
Berkenaan dengan betapa pentingnya sumber daya alam bagi kehidupan,
sesungguhnya manusia dituntut untuk tidak hanya memikirkan kepentingan diri
sendiri atau kelompoknya saja, tetapi juga kemaslahatan semua pihak. Karena
manusia diperintahkan bukan untuk mencari kemenangan, tetapi keselarasan
dengan alam.
Oleh karena itu, sepantasnya manusia menjaga, melestarikan, dan
memanfatkan sesuai dengan kebutuhannya sebagai ungkapan syukur atas
pemberian-Nya.
Akhlak terhadap lingkungan dapat diwujudkan dalam bentuk perbuatan
manusia yaitu dengan menjaga keserasian dan kelestarian serta tidak merusak
limgkungan hidup. usaha-usaha yang dilakukan juga harus memperhatikan
masalah-masalah kelestarian lingkungan. Apa yang kita saksikan saat ini adalah
bukti ketiadaan akhlak terhadap lingkungan. Sehingga akhirnya, akibatnya
menimpa manusia sendiri. Banjir, tanah longsor, kebakaran, dan isu yang sering
dibicarakan yaitu “global warming” sedang mengancam manusia.
Dalam Q.S. al-Baqarah[2]: 205, Allah swt. Berfirman :
“dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk Mengadakan
kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah
tidak menyukai kebinasaan”.
KESIMPULAN
Kerangka dasar ajaran Islam merupakan dasar-dasar pokok ajaran Islam
yang membekali setiap orang untuk bisa mempelajari Islam yang lebih luas dan
mendalam. Memahami dan mengamalkan kerangka dasar ajaran Islam merupakan
keniscayaan bagi setiap Muslim yang menginginkan untuk menjadi seorang
Muslim yang kaffah.Tiga kerangka dasar Islam, yaitu Aqidah, syariah, dan
akhlak mempunyai hubungan yang sangat erat, bahkan merupakan satu kesatuan
yang tidak dapt dipisah-pisahkan. Oleh karena itu, ketiga kerangka dasar tersebut
harus terintegrasi dalam diri seorang Muslim. Integrasi ketiga komponen tersebut
dalam ajaran Islam ibarat sebuah pohon, akarnya adalah aqidah, sementara batang,
dahan, dan daunya adalah syariah, sedangkan buahnya adalah akhlak.
Daftar Pustaka
Makhbuloh, Deden. 2012. Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Rajawali Pers
Marzuki.2011. Kerangka Dasar Agama Islam. Yogyakarta
Syam, Nur. 2014. Buku Aqidah Akhlak. Jakarta
https://sanrawijaya.wordpress.com/2013/06/13/akhlak-dalam-masyarakat/
https://www.islampos.com/akhlak-terhadap-lingkungan-43757/