14
Kesultanan Cirebon DISUSUN OLEH 1. HALIMAH 2. MONICA AYU C.D Madrasah Aliyah Negeri Klaten Tahun Ajaran 2014/2015

Kesultanan cirebon

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kesultanan cirebon

Kesultanan Cirebon

DISUSUN OLEH1. HALIMAH

2. MONICA AYU C.DMadrasah Aliyah Negeri Klaten

Tahun Ajaran 2014/2015

Page 2: Kesultanan cirebon

Sejarah Berdirinya

Menurut Sulendraningrat yang mendasarkan pada naskah Babad TanahSunda dan Atja pada naskah Carita Purwaka Caruban Nagari,Cirebon padaawalnya adalah sebuah dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa,yang lama-kelamaan berkembang menjadi sebuah desa yang ramai dandiberi nama Caruban (Bahasa Sunda: campuran), karena di sanabercampur para pendatang dari berbagai macam suku bangsa, agama,bahasa, adat istiadat, dan mata pencaharian yang berbeda-beda untukbertempat tinggal atau berdagang.

Page 3: Kesultanan cirebon

Mengingat pada awalnya sebagian besar mata pencaharianmasyarakat adalah sebagai nelayan, maka berkembanglahpekerjaan menangkap ikan dan rebon (udang kecil) di sepanjangpantai serta pembuatan terasi, petis, dan garam. Dari istilah airbekas pembuatan terasi (belendrang) dari udang rebon inilahberkembanglah sebutan cai-rebon (Bahasa Sunda:, air rebon) yangkemudian menjadi Cirebon.[1]Dengan dukungan pelabuhan yangramai dan sumber daya alam dari pedalaman, Cirebon kemudianmenjadi sebuah kota besar dan menjadi salah satu pelabuhanpenting di pesisir utara Jawa baik dalam kegiatan pelayaran danperdagangan di kepulauan Nusantaramaupun dengan bagian dunialainnya. Selain itu, Cirebon tumbuh menjadi cikal bakal pusatpenyebaran agama Islam di Jawa Barat.

Page 4: Kesultanan cirebon

Perkembangan awal

1. Ki Gedeng TapaKi Gedeng Tapa (atau juga dikenal dengan nama Ki Gedeng Jumajan Jati)

adalah seorang saudagar kaya di pelabuhan Muarajati, Cirebon. Ia mulai membuka hutan ilalang dan membangun sebuah gubug dan sebuah tajug (Jalagrahan) pada tanggal 1 Syura 1358 (tahun Jawa) bertepatan dengan tahun 1445 Masehi. Sejak saat itu, mulailah para pendatang mulai menetap dan membentuk masyarakat baru di desa Caruban.[

2. Ki Gedeng Alang-AlangKuwu atau kepala desa Caruban yang pertama yang diangkat oleh masyarakat baru itu adalah Ki Gedeng Alang-alang. Sebagai Pangraksabumi atau wakilnya, diangkatlah Raden Walangsungsang, yaitu putra Prabu Siliwangi dan Nyi Mas Subanglarang atau Subangkranjang, yang tak lain adalah puteri dari Ki Gedeng Tapa. Setelah Ki Gedeng Alang-alang wafat, Walangsungsang yang juga bergelar Ki Cakrabumi diangkat menjadi penggantinya sebagai kuwu yang kedua, dengan gelar Pangeran Cakrabuana.

Page 5: Kesultanan cirebon

3.Pangeran CakrabuanaPangeran Cakrabuana adalah keturunan Pajajaran. Putera pertama SriBaduga Maharaja Prabu Siliwangi dari istrinya yang pertamanya bernamaSubanglarang (puteri Ki Gedeng Tapa). Raden Walangsungsang, iamempunyai dua orang saudara seibu, yaitu Nyai Rara Santang dan RadenKian Santang.Sebagai anak sulung dan laki-laki ia tidak mendapatkanhaknya sebagai putera mahkota Pakuan Pajajaran. Hal ini disebabkan olehkarena ia memeluk agama Islam (diturunkan oleh Subanglarang - ibunya),sementara saat itu (abad 16) ajaran agama mayoritas di Pajajaran adalahSunda Wiwitan (agama leluhur orang Sunda) Hindu dan Budha.Posisinya digantikan oleh adiknya, Prabu Surawisesa, anak laki-laki PrabuSiliwangi dari istrinya yang kedua Nyai Cantring Manikmayang.Ketikakakeknya Ki Gedeng Tapa yang penguasa pesisir utara Jawa meninggal,Walangsungsang tidak meneruskan kedudukan kakeknya, melainkan lalumendirikan istana Pakungwati dan membentuk pemerintahan di Cirebon.Dengan demikian, yang dianggap sebagai pendiri pertama KesultananCirebon adalah Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana. PangeranCakrabuana, yang usai menunaikan ibadah haji kemudian disebut HajiAbdullah Iman, tampil sebagai "raja" Cirebon pertama yang memerintahdari keraton Pakungwati dan aktif menyebarkan agama Islam kepadapenduduk Cirebon.[

Page 6: Kesultanan cirebon

Kehidupan Politik

1. Fatahillah (1568-1570)Kekosongan pemegang kekuasaan itu kemudian diisi dengan mengukuhkan pejabat keraton yang selama Sunan Gunung Jati melaksanakan tugas dakwah, pemerintahan dijabat oleh Fatahillah atau Fadillah Khan. Fatahillah kemudian naik takhta, dan memerintah Cirebon secara resmi menjadi raja sejak tahun 1568. Fatahillah menduduki takhta kerajaan Cirebon hanya berlangsung dua tahun karena ia meninggal dunia pada tahun 1570, dua tahun setelah Sunan Gunung Jati wafat dan dimakamkan berdampingan dengan makam Sunan Gunung Jati di Gedung Jinem Astana Gunung Sembung.

2. Panembahan Ratu I (1570-1649)Sepeninggal Fatahillah, oleh karena tidak ada calon lain yang layak menjadi raja, takhta kerajaan jatuh kepada cucu Sunan Gunung Jati yaitu Pangeran Mas, putra tertua Pangeran Dipati Carbon atau cicit Sunan Gunung Jati. Pangeran Emas kemudian bergelar Panembahan Ratu I dan memerintah Cirebon selama kurang lebih 79 tahun.

Page 7: Kesultanan cirebon

3. Panembahan Ratu II (1649-1677)Setelah Panembahan Ratu I meninggal dunia pada tahun 1649, pemerintahan Kesultanan Cirebon dilanjutkan oleh cucunya yang bernama Pangeran Rasmi atau Pangeran Karim, karena ayah Pangeran Rasmi yaitu Pangeran Seda ing Gayam atau Panembahan Adiningkusumah meninggal lebih dahulu. Pangeran Rasmi kemudian menggunakan nama gelar ayahnya almarhum yakni Panembahan Adiningkusuma yang kemudian dikenal pula dengan sebutan Panembahan Girilaya atau Panembahan Ratu II.Panembahan Girilaya pada masa pemerintahannya terjepit di antara dua kekuatan kekuasaan, yaitu Kesultanan Banten dan Kesultanan Mataram. Banten merasa curiga sebab Cirebon dianggap lebih mendekat ke Mataram (Amangkurat I adalah mertua Panembahan Girilaya). Mataram dilain pihak merasa curiga bahwa Cirebon tidak sungguh-sungguh mendekatkan diri, karena Panembahan Girilaya dan Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten adalah sama-sama keturunan Pajajaran. Kondisi ini memuncak dengan meninggalnya Panembahan Girilaya di Kartasura dan ditahannya Pangeran Martawijaya dan Pangeran Kartawijaya di Mataram.Panembahan Girilaya adalah menantu Sultan Agung Hanyakrakusuma dari Kesultanan Mataram. Makamnya di Jogjakarta, di bukit Girilaya, dekat dengan makam raja raja Mataram di Imogiri, Kabupaten Bantul. Menurut beberapa sumber di Imogiri maupun Girilaya, tinggi makam Panembahan Girilaya adalah sejajar dengan makam Sultan Agung di Imogiri.

Page 8: Kesultanan cirebon

Kehidupan ekonomi

Setelah perjanjian 7 Januari 1681 antarakerajaan Cirebon dan VOC, keraton Cirebonsemakin jauh dari kehidupan kelautan danperdagangan, karena VOC memegang hakmonopoli atas beberapa jenis komoditasperdagangan dan pelabuhan.

Page 9: Kesultanan cirebon

Kehidupan sosial

Cirebon berasal dari kata “caruban” yang artinya campuran. Diperkirakan masyarakat Cirebon merupakn campuran dari kelompok pedagang pribumi dengan keluarga-keluarga Cina yang telah menganut Islam. Menurut Sumber berita tertua tentang Cirebon, satu rombongan keluarga Cina telah mendarat dan menetap di Gresik. Seorang yang paling terkemuka adalah Cu-cu, Keluarga Cu-cu yang sudah menganut agama Islam kemudian mendapat kepercayaan dari pemerintah Demak untuk mendirikan perkampungan di daerah Barat. Atas kesungguhan dan ketekunan mereka bekerja maka berdirilah sebuah perkampungan yang disebut Cirebon.

Page 10: Kesultanan cirebon

Masyarakat di Kerajaan cirebon dibagi menjadi 4 lapisan sosial :

1. Golongan Raja

2. Golongan Elite

3. Golongan Non Elite

4. Golongan Budak

Page 11: Kesultanan cirebon

Kehidupan budaya

Keraton para keturunan Sunan Gunung Jati tetap dipertahankan di bawah kekuasaan dan pengaruh pemerintah Hindia Belanda. Kesultanan itu bahkan masih dipertahankan sampai sekarang. Meskipun tidak memiliki pemerintahan administratif, mereka tetap meneruskan tradisi Kesultanan Cirebon. Misalnya, melaksanakan Panjang Jimat (peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw) dan memelihara makam leluhurnya Sunan Gunung Jati.

Page 12: Kesultanan cirebon

Faktor kemajuan

1. Pendidikan keagamaan di Cirebon terus berkembang.

2. Pada abad ke-17 dan ke-18 di keraton-keraton Cirebon berkembang kegiatan-kegiatan sastra yang sangat memikat perhatian

Page 13: Kesultanan cirebon

Faktor kemunduran

1.Perpecahan antara saudara menyebabkan kedudukan Kesultanan Cirebon menjadi lemah sehingga pada tahun 1681 kedua kesultanan menjadi proteksi VOC.

2. Pada waktu Panembahan Sepuh meninggal dunia (1697), terjadi perebutan kekuasaan di antara kedua putranya. Keadaan demikian mengakibatkan kedudukan VOC semakin kokoh.

3. Dalam Perjanjian Kertasura 1705 antara Mataram dan VOC disebutkan bahwa Cirebon berada di bawah pengawasan langsung VOC.

Page 14: Kesultanan cirebon