22
KONSEP ILMU BUDAYA DASAR MANUSIA DAN KEADILAN Disusun Oleh : Kelompok 4 ASSA KAMALIA TUNJANG ARI SOESENO ROFI HARDIYANTO PRODI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER (FASTIKOM) UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)

Konsep ilmu budaya dasar tentang keadilan

  • Upload
    soeseno

  • View
    163

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Konsep ilmu budaya dasar tentang keadilan

KONSEP ILMU BUDAYA DASAR MANUSIA DAN KEADILAN

Disusun Oleh :

Kelompok 4

ASSA KAMALIA

TUNJANG ARI SOESENO

ROFI HARDIYANTO

PRODI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER (FASTIKOM)

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)

JAWA TENGAH DI WONOSOBO

2015

Page 2: Konsep ilmu budaya dasar tentang keadilan

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

            Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat,

Hidayah dan Ridho-nya, sehingga kami sebagai penulis dapat menyusun dan menyelesaikan

Tugas  makalah yang berjudul “Konsep Ilmu Budaya Dasar Tentang Keadilan” Tugas ini

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas pada semester gasal ini. Dalam

penyelesaian Tugas ini, kami mendapat beberapa hambatan akan tetapi berkat izin Allah

Yang Maha Kuasa kami dapat mengatasinya dengan baik, dalam penyusunan Tugas ini kami

mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini kami

mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada :

1.      Tuhan Yang MahaEsa

2.      Dan teman-teman yang telah ikut berpartisipasi dalam Pembuatan makalah ini.

           

            Kami menyadari  bahwa dalam penulisan Tugas makalah ini masih jauh dari kata

sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun

untuk perbaikan di masa yang akan datang.

            Semoga apa yang telah disusun ini dapat berguna bagi masyarakat dan khususnya

bagi mahasiswa/mahasiswi ARSITEKTUR UNSIQ , dalam menunjang proses belajar

mengajar. Dan Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita

semua.

Wonosobo , 7 Desember 2015

                                                                                                                 Penulis   

I

Page 3: Konsep ilmu budaya dasar tentang keadilan

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

KATA PENGANTAR……………………………………………………………...          I

DAFTAR ISI………………………………………………………………………..           II

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah…………………………………………………           1         

1.2  Rumusan Masalah……………………………………………………….            2         

1.3  Tujuan……………………………………………………………………           2         

BAB II PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Keadilan……………………………………………………..            3

2.2  Berbagai Macam Keadian……………………………………………….            4

2.3  Kejujuran ………………………………………………………………..           5

2.4  Kecurangan ……………………………………………………………..            6

2.5  Contoh Kasus Ketidak adilan …………………………………………              6

2.6  Pembalasan ……………………………………………………………..            8

2.7  Makna Keadilan ………………………………………………………...            9

2.8  Keadilan Dalam Al-Qur’an 9

BAB III PENUTUP

3.1  Kesimpulan………………………………………………………………           11

3.2  Saran……………………………………………………………………..           11       

DAFTAR PUSTAKA

II

Page 4: Konsep ilmu budaya dasar tentang keadilan

BAB IPENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah            Negara ini membutuhkan keadilan untuk bisa menata kembali kehidupan

bernegaranya. Dalam berbagai tayangan di televisi dapat kita lihat bahwa betapa tidak ada

jaminan kepastian akan hukum dan keadilan dalam berbagi ruang di negara kita, contoh kasus

yang begitu menarik kita dalah masalah penahanan Nazarudin, terkait kasus wisma atlit yang

sebenarnya belum jelas dan perlu untuk dilakukan penahanan. Kasus terkuaknya penggelapan

pajak oleh Gayus tambunan. Namun sepertinya polisi lebih memilih untuk menyelesaikan

kasus pencurian oleh rakyat biasa ketimbang kasur besar Nazarudin. Pertanyaan ini semakin

menghilang dengan semakin kurang bergemanya kasus ini. Sama dengan kasus Century yang

semakin membungkam. Padahal sempat kasus ini menjadi top headline dari semua

pemberitaan di setiap media. Kasus lain yang sempat menarik perhatian khalayak, yaitu kasus

dimana ada seseorang nenek yang terpaksa mencuri cokelat dan dengan mudahnya langsung

dipenjarakan. Lalu ada juga kasus dua orang lelaki yang terpaksa menginap di penjara hanya

karena mencuri semangka. Apakah ini yang disebut adil ? pembenahan seperti apakah yang

harus kita lakukan agar keadilan benar-benar bisa ditegakkan ? Kasus-kasus kecil begitu

mudahnya diselesaikan, walaupun terkesan kurang adil, dan berlebihan. Sementara orang-

orang dengan kasus yang begitu besar, tidak terselesaikan, bahkan banyak dari mereka yang

keburu meninggal sebelum kasusnya diselesaikan. Sepertinya kita membutuhkan pemimpin

yang bukan hanya tegas, tetapi bisa mensinergiskan semua kekuatan yang ada, baik dari

kekuatan politik, militer, dan kekuatan yang bersal dari aspirasi masyarakat sehingga fokus

pada pembenahan tidak terpecah. Yang selalu kami lihat adalah, begitu banyaknya

kepentingan para elite yang berkuasa sehingga sering kali terjadi tarik menarik kekuasaan,

dan politik saling menjatuhkan. Bentuk koalisi yang diadakan hanya sekedar sebagai ajang

untuk menarik kekuasaan, bukan sebagai penyatuan visi indonesia. DPR bukanlah

pencerminan dari apa yang diinginkan oleh masyarakat, melainkan aspirasi partai.

1

Page 5: Konsep ilmu budaya dasar tentang keadilan

1.2  Rumusan Masalah

1.2.1 apa itu arti keadilan dan macam-macamnya ?

1.2.2 apa itu arti dari kecurangan dan faktor apa yang menimbulkan kecurangan itu ?

1.2.3 bagaimana kasus ketidakadilan dalam masyarakat?

1.2.4 apa itu pembalasan?

1.2.5 apa makna keadilan?

1.2.6 bagaimana keadilan dalam A-Qur’an?

1.3 Tujuan

Agar kita sesama manusia bisa berlaku adil dan selalu mengutamakan kejujuran, karena

dengan kejujuran itu keadilan mudah untuk di capai. Dan agar kita bisa memperlakukan hak

dan kewajiban secara seimbang.

2

Page 6: Konsep ilmu budaya dasar tentang keadilan

BAB IIPEMBAHASAN

KEADILAN

2.1  Pengertian Keadilan                         Menurut kamus umum bahasa indonesia susunan W.J.S Poerwadarminta, kata

adil berarti tidak berat sebelah atau memihak manapun tidak sewenang-wenang. Sedangkan

menurut istilah keadilan adalah  pengakuan dan perlakukan yang seimbang antara hak dan

kewajiban.

            Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan

diartikan sebagai titik tengah antara kedua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu

sedikit. Kedua ujung ekstrem ini menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang

tersebut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-masing

orang harus memperoleh benda atau hasil yang sama, kalau tidak sama, maka masing –

masing orang akan menerima bagian yang tidak sama, sedangkan pelangggaran terjadap

proporsi tersebut disebut tidak adil.

            Keadilan menurut Plato diproyeksikan pada diri manusia sehingga yang dikatakan

adil adalah orang yang mengendalikan diri dan perasaannya dikendalikan oleh akal. Socrates

memproyeksikan keadilan pada pemerintahan. Menurut Socrates, keadilan akan tercipta

bilamana warga Negara sudah merasakan bahwa pemerintah sudah melakukan tugasnya

dengan baik. Mengapa diproyeksikan kepada pemerintah ? sebab pemerintah adalah

pimpinan pokok yang menentukan dinamika masyarakat. Kong Hu Cu berpendapat bahwa

keadilan terjadi apabila anak sebagai anak, bila ayah sebagai ayah, bila raja sebagai raja,

masing-masing telah melaksanakan kewajibannya. Pendapat ini terbatas pada nilai-nilai

tertentu yang sudah diyakini atau disepakati.

            Menurut pendapat yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan

dan pelakuan yang seimbang antara hak-hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada

keharmonisan menuntut hak dan menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan

adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi hak nya dan setiap orang

memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama.

3

Page 7: Konsep ilmu budaya dasar tentang keadilan

Keadilan memberikan kebenaran, ketegasan dan suatu jalan tengah dari berbagai persoalan

juga tidak memihak kepada siapapun. Dan bagi yang berbuat adil merupakan orang yang

bijaksana.

Contoh Keadilan:

Seorang koruptor yang memakan uang rakyat. Koruptor di tangkap dan dimasukan kepenjara

selama 2 tahun tanpa ada goresan luka sedikit pun pada wajahnya. Hal tersebut

mencerminkan bahwa hakim dan jaksa di indonesia tidak adil pada rakyat kecil yang

dikarenakan mencuri dompet mendapatkan masa kurungan lebih dari sang koruptor, padahal

koruptor lah yang mencuri uang rakyat lebih banyak dari pada pencopet itu. Bahkan koruptor

bisa mendapatkan fasilitas yang istimewa bahkan seperti apartemen didalam penjara.

2.2  Berbagai Macam Keadilan2.2.1        Keadilan Legal atau Keadilan Moral            Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum dari

masyarakat yang membuat dan menjaga kesatuannya. Dalam suatu masyarakat yang adil

setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat dasarnya paling cocok baginya (Than

man behind the gun). Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan Sunoto

menyebutnya keadilan legal.

      2.2.2  Keadilan Distributif

            Aristoles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama

diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama (justice is done

when equals are treated equally).

Sebagai contoh ; Fajar bekerja 10 tahun dan budi bekerja 5 tahun. Pada waktu diberikan

hadiah harus dibedakan antara Fajar dan Budi, yaitu perbedaan sesuai dengan lamanya

bekerja. Andaikata Fajar menerima Rp.100.000,-maka Budi harus menerima Rp. 50.000,-.

Akan tetapi bila besar hadiah Fajar dan Budi sama, justru hal tersebut tidak adil.

2.2.3 Komutatif

            Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum.

Bagi Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam

masyarakat.

4

Page 8: Konsep ilmu budaya dasar tentang keadilan

Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrim menjadikan ketidak adilan dan akan merusak

atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat. Sebagai contoh ; dr.Zulfikar

dipanggil seorang pasien, Tamara namanya, sebagai seorang dokter ia menjalankan tugasnya

dengan baik. Sebaliknya Tamara menanggapi lebih baik lagi. Akibatnya, hubungan mereka

berubah dari dokter dan pasien menjadi dua insan lain jenis saling mencintai. Bila dr.Zulfikar

belum berkeluarga mungkin keadaan akan baik saja, ada keadilan komutatif. Akan tetapi

karena dr.Zulfikar sudah berkeluarga, hubungan itu merusak situasi rumah tangga, bahkan

akan menghancurkan rumah tangga. Karena dr. Zulfikar melalaikan kewajibannya sebagai

suami, sedangkan Tamara merusak rumah tangga dr.Zulfikar.

2.3      Kejujuran             Kejujuran atau jujur artinya apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati

nuraninya, apa yang dikatakannya sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedang kenyataan yang

ada itu adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur juga berarti seseorang bersih hatinya

dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Untuk itu dituntut satu kata

dan perbuatan-perbuatan yang berarti bahwa apa yang dikatakan harus sama dengan

perbuatannya. Karena itu jujur juga menepati janji atau kesanggupan yang terlampir melalui

kata-kata ataupun yang masih terkandung dalam nuraninya yang berupa kehendak, harapan

dan niat.Hakikat kejujuran dalam hal ini adalah hak yang telah tertetapkan, dan terhubung

kepada Tuhan. Ia akan sampai kepada-Nya, sehingga balasannya akan didapatkan di dunia

dan akhirat. Tuhan telah menjelaskan tentang orang-orang yang berbuat kebajikan, dan

memuji mereka atas apa yang telah diperbuat, baik berupa keimanan, sedekah ataupun

kesabaran. Bahwa mereka itu adalah orang-orang jujur dan benar. Dan pada hakekatnya jujur

atau kejujuran dilandasi oleh kesadaran moral yang tinggi, kesadaran pengakuan akan adanya

sama hak dan kewajiban, serta rasa takut terhadap kesalahan atau dosa.

5

Page 9: Konsep ilmu budaya dasar tentang keadilan

2.4      Kecurangan            Kekurangan atau curang identik dengan ketidak jujuran atau tidak jujur, dan sama

pula dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Curang atau kecurangan artinya apa yang

diinginkan tidak sesuai dengan hati nuraninya, atau orang itu memang dari hatinya sudah

berbuat curang dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa bertenaga dan berusaha.

Beberapa faktor yang menimbulkan kecurangan, antara lain :

2.4.1        Faktor ekonomi

            Setiap orang berhak hidup layak dan membahagiakan dirinya. Terkadang    untuk

mewujudkan hal tersebut kita sebagai makhluk lemah, tempat salah           dan dosa. Sangat

rentan sekali dengan hal-hal pintas dalam  merealisasikan   apa yang kita inginkan dan

fikirkan.

2.4.2        Faktor peradaban dan kebudayaan

            Peradaban dan kebudayaan sangat mempengaruhi mentalitas individu                          

yang terdapat didalamnya “sistem kebudayaan” meski terkadang hal ini                             

tidak selalu mutlak. Keadilan dan kecurangan merupakan sikap mental                                

yang menumbuhkan keberanian dan sportifitas. Pergeseran moral saat ini                              

memicu terjadinya pergeseran nurani, hampir pada setiap individu di                            

dalamnya sehingga sulit sekali untuk menentukan dan bahkan menegakkan               keadilan.

2.4.3    Teknis

            Hal ini juga menentukan arah kebijakan, bahkan keadilan itu sendiri,                            

terkadang untuk bersikap adil kitapun mengedapankan aspek perasaan dan                  

kekeluargaan, sehingga sangat sulit sekali untuk dilakukan, atau bahkan                       

mempertahankan kita sendiri harus melukai perasaan orang lain.

2.5      Contoh Kasus Ketidak adilan

            Supremasi hukum di Indonesia masih harus direformasi untuk menciptakan

kepercayaan masyarakat dan dunia internasional terhadap sistem hukum Indonesia. Masih

banyak kasus-kasus ketidakadilan hukum yang terjadi di negara kita. Keadilan harus

diposisikan secara netral, artinya setiap orang memiliki kedudukan dan perlakuan

6

Page 10: Konsep ilmu budaya dasar tentang keadilan

hukum yang sama tanpa kecuali.Keadaan yang sebaliknya terjadi di Indonesia. Bagi

masyarakat kalangan bawah perlakuan ketidakadilan sudah biasa terjadi. Namun bagi

masyarakat kalangan atas atau pejabat yang punya kekuasaan sulit rasanya menjerat mereka

dengan tuntutan hokum, ini jelas merupakan sebuah ketidak adilan.Kasus Nenek Minah asal

Banyumas yang divonis 1,5 bulan kurungan adalah salah satu contoh ketidak adilan hukum di

Indonesia. Kasus ini berawal dari pencurian 3 buah kakao oleh Nenek Minah. Kami setuju

apapun yang namanya tindakan mencuri adalah kesalahan. Namun demikian jangan lupa

hukum juga mempunyai prinsip kemanusiaan. Masa nenek-nenek seperti itu yang buta huruf

dihukum hanya karena ketidaktahuan dan keawaman Nenek Minah tentang

hukum.Menitikkan air mata ketika kami menyaksikan Nenek Minah duduk di depan

pengadilan dengan wajah tuanya yang sudah keriput dan tatapan kosongnya. Untuk datang ke

sidang kasusnya ini Nenek Minah harus meminjam uang Rp.30.000,- untuk biaya transportasi

dari rumah ke pengadilan yang memang jaraknya cukup jauh. Seorang Nenek Minah saja bisa

menghadiri persidangannya walaupun harus meminjam uang untuk biaya transportasi.

Seorang pejabat yang terkena kasus hukum mungkin banyak yang mangkir dari panggilan

pengadilan dengan alasan sakit yang kadang dibuat-buat. Tidak malukah dia dengan Nenek

Minah? Pantaskah Nenek Minah dihukum hanya karena mencuri 3 buah kakao yang

harganya mungkin tidak lebih dari Rp.10.000,-? Dimana prinsip kemanusiaan itu? Adilkah

ini bagi Nenek Minah?.Bagaimana dengan koruptor kelas kakap?. Inilah sebenarnya yang

menjadi ketidakadilan hukum yang terjadi di Indonesia. Begitu sulitnya menjerat mereka

dengan tuntutan hukum. Apakah karena mereka punya kekuasaan, punya kekuatan, dan

punya banyak uang ? Sehingga bisa mengalahkan hukum dan hukum tidak berlaku bagi

mereka para koruptor. Kami sangat prihatin dengan keadaan ini.Sangat mudah menjerat

hukum terhadap Nenek Minah, gampang sekali menghukum seorang yang hanya mencuri

satu buah semangka, begitu mudahnya menjebloskan ke penjara suami-istri yang kedapatan

mencuri pisang karena keadaan kemiskinan. Namun demikian sangat sulit dan sangat

berbelit-belit begitu akan menjerat para koruptor dan pejabat yang tersandung masalah

hukum di negeri ini. Ini sangat diskriminatif dan memalukan sistem hukum dan keadilan di

Indonesia.

7

Page 11: Konsep ilmu budaya dasar tentang keadilan

Apa bedanya seorang koruptor dengan mereka-mereka itu?Kami tidak membenarkan

tindakan pencurian oleh Nenek Minah dan mereka-mereka yang mempunyai kasus seperti

Nenek Minah. kami juga tidak membela perbuatan yang dilakukan oleh Nenek Minah dan

mereka-mereka itu. Tetapi dimana keadilan hukum itu? Dimana prinsip kemanusian itu?.

Seharusnya para penegak hukum mempunyai prinsip kemanusiaan dan bukan hanya

menjalankan hukum secara positifistik.Inilah dinamika hukum di Indonesia, yang menang

adalah yang mempunyai kekuasaan, yang mempunyai uang banyak, dan yang mempunyai

kekuatan. Mereka pasti aman dari gangguan hukum walaupun aturan negara dilanggar. Orang

biasa seperti Nenek Minah dan teman-temannya itu, yang hanya melakukan tindakan

pencurian kecil langsung ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Sedangkan seorang pejabat

negara yang melakukan korupsi uang negara milyaran rupiah dapat berkeliaran dengan

bebasnya.Oleh karena itu perlu adanya reformasi hukum yang dilakukan secara komprehensif

mulai dari tingkat pusat sampai pada tingkat pemerintahan paling bawah dengan melakukan

pembaruan dalam sikap, cara berpikir, dan berbagai aspek perilaku masyarakat hukum kita ke

arah kondisi yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tidak melupakan aspek

kemanusiaan.

2.6      Pembalasan

            Pembalasan adalah suatu reaksi atas perbuatan orang lain. Reaksi itu dapat berupa

perbuatan yang serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku

yang seimbang. Pembalasan disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan yang bersahabat

mendapat pembalasan yang bersahabat. Sebaliknya pergaulan yang penuh kecurigaan

menimbulkan balasan yang tidak bersahabat pula. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk

moral dan makhluk social. Dalam bergaul manusia harus mematuhi norma-norma untuk

mewujudkan moral itu. Bila manusia berbuat moral, lingkungannyalah yang menyebabkanya.

Perbuatan moral pada hakikatnya perbuatan yang melanggar atau memperkosa hak dan

kewajiban manusia. Oleh karena itu manusia tidak menghendaki hak dan kewajibannya

dilanggar atau diperkosa, maka manusia berusaha mempertahankan hak dan kewajibanya itu.

8

Page 12: Konsep ilmu budaya dasar tentang keadilan

Mempertahakn hak dan kewajiban itu adalah pembalasan. Dari segi agama pembalasan untuk

sebuah ketidak adilan di kemukakan dalam ayat ayat suci al-Qur’an, yaitu;

2.6.1     Q.S. Ar-Rahman : 7

  ماء الميزان ووضع رفعها والس“Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan).” QS. Ar-

Rahman [55]: 7.

2.7        Makna Keadilan             Keadilan adalah kata jadian dari kata “adil” yang terambil dari bahasa Arab “adl”.

Kamus-kamus bahasa Arab menginformasikan bahwa kata ini pada mulanya berarti “sama”.

Persamaan tersebut sering dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat material. Keadilan

diungkapkan oleh Al-Qur’an antara lain dengan kata-kata al-adl, al-qistth, almizan, dan

dengan menafikan. 'Adl, yang berarti "sama", memberi kesan adanya dua pihak atau lebih;

karena jika hanya satu pihak,tidak akan terjadi "persamaan".Qisth arti asalnya adalah

"bagian" (yang wajar dan patut). Ini tidak harus mengantarkan adanya "persamaan".Mizan

berasal dari akar kata wazn yang berarti timbangan. Oleh karena itu, mizan, adalah "alat

untuk menimbang". Namun dapat pula berarti "keadilan", karena bahasa seringkali

menyebut"alat" untuk makna "hasil penggunaan alat itu".

2.8   Keadilan Dalam Al-Qur’an

            Keadilan yang dibicarakan dan dituntut oleh Al-Quran amat beragam, tidak hanya

pada proses penetapan hukum atau terhadap pihak yang berselisih, melainkan Al-Quran juga

menuntut keadilan terhadap diri sendiri, baik ketika berucap, menulis, atau bersikap batin.

Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil walaupun terhadap kerabat...!

(QS Al-An'am [6]:152). Dan hendaklah ada di antara kamu seorang penulis yang menulis

dengan adil (QS Al-Baqarah [2]: 282). Kehadiran para Rasul ditegaskan Al-Quran bertujuan

untukmenegakkan sistem kemanusiaan yang adil. Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-

rasul, dengan membawa bukti-bukti nyata, dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-

Kitab dan neraca (keadilan) agar manusia

9

Page 13: Konsep ilmu budaya dasar tentang keadilan

dapat melaksanakan keadilan (QS Al-Hadid [57]:25). Al-Quran memandang kepemimpinan

sebagai "perjanjian Ilahi" yang melahirkan tanggung jawab menentang kezaliman dan

menegakkan keadilan. Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu (hai

Ibrahim) pemimpin untuk seluruh manusia." Dia (Ibrahim) berkata, (Saya bermohon agar)

termasuk juga keturunan-keturunanku "Allah berfirman, "Perjanjian-Ku ini tidak akan

diterima oleh orang-orang yang zalim" (QS Al-Baqarah [2]: 124). Demikian terlihat bahwa

kepemimpinan dalam pandangan ayat diatas bukan sekadar kontrak sosial, tetapi juga

menjadi kontrak atau perjanjian antara Allah dan sang pemimpin untukmenegakkan keadilan.

Bahkan Al-Quran menegaskan bahwa alam raya ini ditegakkan atas dasar keadilan: Dan

langit ditegakkan dan Dia menetapkan al-mizan (neraca kesetimbangan) (QS Al-Rahman

[55]: 7). Alhasil, dalam Al-Quran dapat ditemukan pembicaraan tentang keadilan, dari tauhid

sampai keyakinan mengenai hari kebangkitan, dari nubuwwah (kenabian) hingga

kepemimpinan, dan dari individu hingga masyarakat. Keadilan adalah syarat bagi terciptanya

kesempurnaan pribadi, standar kesejahteraan masyarakat, dan sekaligus jalan terdekat menuju

kebahagiaan ukhrawi.

10

Page 14: Konsep ilmu budaya dasar tentang keadilan

BAB III

PENUTUP

3.1.  Kesimpulan

            Keadilan meruapakan pengakuan dan perbuatan yang seimbang antara hak dan

kewajiban, tidak semihak sebelah ataupun tidak sewenang-wenang. Kejujuran berarti apa

yang dikatakan seseorang itu sesuai dengan hati nuraninya dan kenyataan yang benar.

Kecurangan apa yang dilakukanya tidak sesuai dengan hati nuraninya. Pembalasan suatu

reaksi atas perbuatan orang lain, baik berupa perbuatan yang serupa ataupun tidak.

3.2. Saran

            Janganlah kalian berlaku tidak adil terhadap orang lain. Karena dengan berlaku adil

akan mencapai ketentraman dan kemakmuran antar sesama manusia.Keadilan, dalam hal

apapun, akan membuahkan kedamaian dan kesejahteraan. Inilah inti kedamaian bagi umat.

Dan ini lebih mungkin dilaksanakan oleh para pemimpin atau pemerintah. Untuk itu, setiap

pemimpin harus memahami konsep tasharruf imam ala al-ra’iyyah manuthun bi al-maslahah

atau kebijakan pemimpin bagi warganya harus diorientasikan untuk kemaslahatan mereka.

Selain itu, setiap pemimpin juga harus sadar bahwa Sayyidul qaum khadimuhum atau

pemimpin umat adalah pelayan bagi mereka. Pemimpin harus melayani umatnya untuk

mendapatkan keadilan ini yaitu keadilan untuk dapat beribadah sesuai agama dan

kepercayaannya masing-masing. Karena itu, keadilan yang berujung pada kedamaian dan

kesejahteraan harus dikejar terlebih dahulu ketimbang urusan pribadi ataupun golongan.

11

Page 15: Konsep ilmu budaya dasar tentang keadilan

DAFTAR PUSTAKA

http://ti-cenatcenut.blogspot.com/2012/06/normal-0-false-false-false-en-us-x-

none_01.html

http://arickanjass.blogspot.com/2012/06/manusia-dan-keadilan.html

Mustofa, ahmad, Ilmu Budaya Dasar, Pustaka Setia, solo,1997.

Notowidagdo, rohiman, haji, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-qur’an dan Hadist,

rajawali pers, Jakarta, 2000.