35
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang kita ketahui bahwa hewan berbeda dengan tumbuhan, kemampuan iritabilitas hewan jauh lebih kompleks. Hewan dapat menunjukkan suatu respon positif maupun negative dari sebuah stimulus. Kemampuan ini disebut behavior. Behavior atau perilaku hewan adalah suatu respon dari organism terhadap stimulus yang datang dari dalam ataupun dari luar. Respon ini ada dua macam yaitu innate daninnate.innate muncul secara spontan dan konsisten terhadap suatu rangsangan, sedangkan leraned response adalah respon yang berubah dengan adanya pengalaman dari organism tersebut. Seperti halnya hewan lainnya, lalat buah (Drosophilla melanogaster) juga dapat melakukan suatu behavior. Perilaku yang ditunjukkan merupakan perilaku orientasi yang jenisnya dapat berupa fototaksis, geotaksis dan kemotaksis (Suyitno, 2006). Pada setiap kehidupan makhluk hidup, pasti akan ada banyak interaksi yang terjadi di antara mereka, baik secara internal maupun eksternal. Selain itu interaksi ini nantinya akan menimbulkan suatu keadaan timbal balik yang lama, maupun interaksi yang nantinya tidak akan bertahan lama. Namun intinya tetap sama, bahwa suatu stimulus atau rangsangan nantinya akan

Laporan ekowan behaviour

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan praktikum ekologi hewan

Citation preview

Page 1: Laporan ekowan behaviour

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui bahwa hewan berbeda dengan tumbuhan,

kemampuan iritabilitas hewan jauh lebih kompleks. Hewan dapat menunjukkan

suatu respon positif maupun negative dari sebuah stimulus. Kemampuan ini

disebut behavior. Behavior atau perilaku hewan adalah suatu respon dari organism

terhadap stimulus yang datang dari dalam ataupun dari luar. Respon ini ada dua

macam yaitu innate  daninnate.innate muncul secara spontan dan konsisten

terhadap suatu rangsangan, sedangkan leraned response adalah respon yang

berubah dengan adanya pengalaman dari organism tersebut. Seperti halnya hewan

lainnya, lalat buah (Drosophilla melanogaster) juga dapat melakukan suatu

behavior. Perilaku yang ditunjukkan merupakan perilaku orientasi yang jenisnya

dapat berupa fototaksis, geotaksis dan kemotaksis (Suyitno, 2006). 

Pada setiap kehidupan makhluk hidup, pasti akan ada banyak interaksi yang

terjadi di antara mereka, baik secara internal maupun eksternal. Selain itu

interaksi ini nantinya akan menimbulkan suatu keadaan timbal balik yang lama,

maupun interaksi yang nantinya tidak akan bertahan lama. Namun intinya tetap

sama, bahwa suatu stimulus atau rangsangan nantinya akan menimbulkan suatu

tanggapan yang dapat menimbulkan timbulnya perilaku (Suyitno, 2006).

Stimulus atau rangsangan dapat berupa stimulus yang berasal dari dalam

maupun dari luar diri kita. Setiap individu mampu untuk merespons beberapa

stimulus yang nantinya akan mengenai diri mereka, seperti yang telah disebutka

sebelumnya, bahwa respons itu dapat berasal dari luar maupun dari dalam

(Suyitno, 2006).

Maka dari itu, untuk merespons rangsang, dibutuhkan adanya reseptor.

Makhluk hidup mampu melakukan tanggapan ataupun respon terhadap berbagai

stimulus, baik yang berasal dari lingkungan luar maupun dari dalam tubuh sendiri.

Apabila contoh tanggapan dikaitkan dengan mekanisme terjadinya perilaku pada

makhluk hidup, maka fungsi reseptor sangat berperanan dalam mendeteksi

Page 2: Laporan ekowan behaviour

stimulus dan system saraf akan mengoordinasikan respon sehingga timbul suatu

aksi terpola yang dapat diamati sebagai perilaku (Suyitno, 2006).

Setiap hewan tidak memiliki perilaku yang sama, tentunya ada perbedaan-

perbedaan. Untuk mengetahui perilaku hewan kita harus melakukan pengamatan

secara langsung agar perilaku itu dapat diketahui dan dapat dilakuakn analisis.

1.2 Tujuan

A. Watching Bird

1. Melihat kepadatan populasi burung pada area perkebunan karet dan

sawit

2. Identifikasi morfologi jenis-jenis burung

B. Perilaku Primata

1. Melihat perilaku makan dan menyusui

2. Identifikasi morfologi jenis primata arboreal

Page 3: Laporan ekowan behaviour

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Ethologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku hewan (animal

behavior) di lingkungan alami dan di lingkungan lain di mana hewan tersebut bisa

hidup. Hewan merupakan makhluk hidup yang selalu berinteraksi secara dinamis

dengan lingkungannya. Interaksi tersebut ditunjukkan perilaku yang terlihat dan

saling berkaitan secara individual maupun kolektif (Sukarsono, 2003).

Perilaku adalah aktivitas suatu organisme akibat adanya suatu stimulus.

Dalam mengamati perilaku, kita cenderung untuk menempatkan diri pada

organisme yang kita amati, yakni dengan menganggap bahwa organisme tadi

melihat dan merasakan seperti kita. Ini adalah antropomorfisme (Y: anthropos =

manusia), yaitu interpretasi perilaku organisme lain seperti perilaku manusia.

Semakin kita merasa mengenal suatu organisme, semakin kita menafsirkan

perilaku tersebut secara antropomorfik (Sukarsono, 2003).

Seringkali suatu perilaku hewan terjadi karena pengaruh genetis (perilaku

bawaan lahir atau innate behavior), dan karena akibat proses belajar atau

pengalaman yang dapat disebabkan oleh lingkungan. Pada perkembangan ekologi

perilaku terjadi perdebatan antara pendapat yang menyatakan bahwa perilaku

yang terdapat pada suatu organisme merupakan pengaruh alami atau karena akibat

hasil asuhan  atau pemeliharaan, hal ini merupakan perdebatan yang terus

berlangsung. Dari berbagai hasil kajian, diketahui bahwa terjadinya suatu perilaku

disebabkan oleh keduanya, yaitu genetis dan lingkungan (proses belajar), sehingga

terjadi suatu perkembangan sifat (Sukarsono, 2003).

2.2 JENIS-JENIS PERILAKU 

           Menurut Suin (2003), jenis - jenis perilaku dapat dibagi menjadi yaitu

perilaku tanpa mencakup susunan saraf dan perilaku yang mencakup susunan

saraf yaitu mencakup Perilaku bawaan, perilaku yang diperoleh dari belajar,

perilaku dengan menggunakan akal.

Page 4: Laporan ekowan behaviour

2.2. 1. Perilaku tanpa mencakup susunan saraf

Perilaku tanpa mencakup susunan saraf menurut sukarsono (2003),

yaitu sebagai berikut, Kinesis yaitu gerak pindah yang diinduksi oleh

stimulus, tetapi tidak diarahkan dalam tujuan tertentu. Meskipun demikian,

perilaku ini masih terkontrol. Tropisme yaitu orientasi dalam suatu arah

yang ditentukan oleh arah datangnya rangsangan yang mengenai

organisme, pada umumnya terjadi pada tumbuhan. Meskipun tropisme

menunjukan suatu perilaku yang agak tetap, tetapi tidak mutlak. Tetapi

tanggapan yang terjadi dapat berbeda terhadap intensitas rangsang yang

tidak sama. Misalnya : pada cahaya lemah terjadi fototropisme (+), tetapi

pada cahaya kuat yang terjadi fototropisme (-). Taksis yaitu gerak pindah

secara otomatis oleh suatu organisme motil (mempunyai kemampuan

untuk bergerak), akibat adanya suatu rangsangan. Perbedaan antara

tropisme dengan taksis adalah pada taksis seluruh organisme bergerak

menuju atau menjauhi suatu sumber rangsang, tetapi pada tropisme hanya

bagian organisme yang bergerak.

2.2.2. Perilaku yang mencakup susunan saraf.

Sedangkan perilaku yang mencakup susunan saraf menurut

Sukarsono (2003) yaitu sebagai berikut :

a.Perilaku bawaan atau naluri atau insting (instinct)

Perilaku terhadap suatu stimulus (rangsangan) tertentu pada suatu

spesies, biarpun perilaku tersebut tidak didasari pengalaman lebih dahulu,

dan perilaku ini bersifat menurun.

Hal ini dapat diuji dengan menetaskan hewan ditempat terpencil,

sehingga apapun yang dilakukan hewan-hewan tersebut berlangsung tanpa

mengikuti contoh dari hewan-hewan yang lain. Tetapi hal tersebut tidak

dapat terjadi pada hewan-hewan menyusui, karena pada hewan-hewan

menyusui selalu ada kesempatan pada anaknya untuk belajar dari

induknya.

Contoh:

Page 5: Laporan ekowan behaviour

1.   Pada pembuatan sarang laba-laba diperlukan serangkaian aksi yang

kompleks, tetapi bentuk akhir sarangnya seluruhnya bergantung pada

nalurinya. Dan bentuk sarang ini adalah khas untuk setiap spesies,

walaupun sebelumnya tidak pernah dihadapkan pada pola khusus

tersebut.

2.  Pada pembuatan sarang burung, misalnya sarang burung manyar

(Ploceus manyar). Meskipun burung tersebut belum pernah melihat

model sarangnya, burung manyar secara naluriah akan membuat sarang

yang sama.

Menurut Sukarsono (2003), untuk melakukan perilaku bawaan

kadang-kadang diperlukan suatu isyarat tertentu, isyarat tersebut disebut

release atau pelepas. Release (pelepas) ini dapat berupa warna, zat kimia

dll.

a) Release berupa warna, misalnya pada ikan berduri punggung tiga.

Selama musim berbiak biasanya ikan betina akan mengikuti ikan

jantan yang perutnya berwarna merah ke sarang yang telah

disiapkannya. Tetapi ternyata ikan betina akan mengikuti setiap

benda yang berwarna merah yang diberikan kepadanya. Dan benda

apapun yang menyentuh dasar ekornya, akan menyebabkan ikan

betina tersebut bertelur.

b) Release berupa zat kimia misalnya feromon. Feromon berfungsi

sebagai release pada berbagai serangga sosial seperti semut, lebah

dan rayap. Hewan-hewan tersebut mempunyai berbagai feromon

untuk setiap tingkah laku, misalnya untuk perilaku kawin, perilaku

mencari makan, perilaku adanya bahaya dll.

c) Release berupa bintang, Sauer seorang ornitolog dari Jerman

mencoba sejenis burung di Eropa (burung siul). Burung tersebut

Page 6: Laporan ekowan behaviour

yang masih muda pada musim gugur akan bermigrasi ke Afrika

terpisah dari induknya. Migrasi tersebut dilakukan pada malam hari

dengan bantuan navigasi bintang-bintang. Sauer memelihara

burung siul yang masih muda, pemeliharaannya tidak mudah

karena burung tersebut hanya memakan serangga yang masih hidup

dalam jumlah banyak. Bila musim gugur tiba, burung-burung

tersebut menjadi tidak tenang. Bila burung tersebut dibawa ke

dalam planetarium, melihat bintang-bintang maka burung tersebut

akan terbang ke arah tenggara, sepertinya bila di alam benas

burung tersebut menuju ke Afrika.

  Dorongan berpindah pada musim gugur merupakan contoh perilaku

bawaan pada burung burung yang berulang-ulang pada interval tertentu.

Perilaku demikian disebut ritme atau periode, dan dapat berlangsung setiap

2 jam, 24 jam atau bahkan satu tahun. Banyak hewan yang mempunyai

ritme harian, seperti hewan nocturnal yang aktif setiap 12 jam sekali. Ritme

tersebut tidak akan persis sama, dapat bergeser satu jam kedepan atau satu

jam mundur. ritme yang demikian disebut circadian. Perilaku yang dapat

membedakan panjang relatif siang dan malam diatur oleh perubahan dalam

fotoperiode. Kemampuan bereaksi terhadap fotoperiode menunjukkan

bahwa hewan mempunyai mekanisme mengukur jumlah jam siang dan

jumlah jam malam atau salah satu diantaranya. Atau dengan perkataan lain

hewan tersebut mempunyai jam biologis (Sulin, 2003).

 

b. Perilaku Yang Diperoleh Dengan Belajar (Animal reasoning and

learning)

Perilaku yang diperoleh dengan belajar adalah perilaku yang diperoleh

atau sudah dimodifikasi karena pengalaman hewan yang bersangkutan yang

mengakibatkan suatu perubahan yang tahan lama dan dapat juga bersifat

permanen. Menurut Tinbergen (1983) Perilaku yang diperoleh dari belajar

yaitu sebagai berikut:

1) Kebiasaan (habituation)

Page 7: Laporan ekowan behaviour

Hampir semua hewan mampu belajar untuk tidak bereaksi terhadap

stimulus berulang yang yang telah dibuktikan tidak merugikan.

Fenomena ini dikenal sebagai kebiasaan (habituasi) dan merupakan

suatu contoh belajar sejati. Misal: membuat suara aneh dekat anjing,

pertama-tama hewan tersebut akan terkejut dan mungkin juga takut,

tetapi setelah lama dan merasa bahwa suara tersebut tidak berbahaya,

maka bila ada suara tersebut hewan tersebut tidak akan berreaksi lagi.

2) Perekaman (imprinting)

Lorenz (1930) menemukan semacam cara belajar pada burung

yang bergantung pada satu pengalaman saja. Hanya pengalaman ini harus

berlangsung tepat setelah telur burung tersebut menetas. Misal: Angsa

akan mengikuti benda bergerak pertama yang dilihatnya dan benda

tersebut dianggap sebagai induknya. Karena yang pertama dilihat adalah

Lorenz, maka dia dianggap sebagai induknya.

3) Reflex bersyarat

Pavlov (seorang ahli fisiologi) mempelajari sistem syaraf hewan

menyusui. Yaitu mempelajari reflex yang menyebabkan anjing

memproduksi air liur, dan menemukan bahwa melihat atau mencium bau

daging saja sudah menyebabkan anjing mengeluarkan air liur. Pavlov

mencoba rangsangan lain yang dapat menghasilkan tanggapan

mengeluarkan air liur, yaitu dengan bunyi bel. Pavlov menemukan bahwa

rangsangan pengganti harus datang sebelum rangsangan asli, supaya

tanggapannya berhasil dipindahkan. Juga semakin pendek jangka waktu

antara kedua rangsangan, semakin cepat reaksi itu melekat pada

rangsangan pengganti. Hal tersebut dapat juga terjadi pada ayam atau

merpati dengan tanda bunyi kentongan (kul-kul).

4) Metode coba-coba (trial & error learning)

Pada reflex bersyarat hewan belajar secara pasif, tetapi pada belajar

dengan mencoba-coba hewanlah yang lebih aktif. Hal tersebut terjadi

berdasarkan hasil percobaan karena mendapat upah atau hukuman atau

keduanya. Misalnya yang dilakukan Skinner dengan membuat sekat dalam

kotak yang akan mengeluarkan makanan bila ditekan. Tikus yang lapar

Page 8: Laporan ekowan behaviour

dimasukan ke dalam kotak. Dalam waktu singkat tikus dapat mengetahui

cara mendapatkan makanan tersebut. Dalam suatu kotak ada dua titik

cahaya, yang satu lebih terang dari yang lain. Bila yang terang dipatuk

pada bagian bawahnya akan keluar makanan. Merpati dengan cepat akan

mematuk cahaya yang lebih terang (Tinbergen, 1983).

 c.    Perilaku dengan menggunakan akal

Pada umumnya hewan mencoba memecahkan suatu masalah dengan

mencoba-coba. Selama ada motivasi yang memadai hewan itu mencoba

setiap alternatif dan secara bertahap, yaitu melalui kegagalan dan

keberhasilan yang berulang untuk belajar memecahkan masalahnya.

Pengujian perilaku dengan menggunakan akal tidak bergantung pada

cepatnya hewan belajar, tetapi bergantung pula pada tindakan hewan itu pada

waktu pertama menghadapi masalah. Misalnya kera mengambil ubi

(singkong) dengan dikencingi, burung gereja mencari minum dari kran air.

Pada umumnya dianggap bahwa suatu ciri yang membedakan hewan

dengan manusia adalah dari bahasanya. Banyak hewan yang memiliki

mekanisme pemberian isyarat yang mendekati ciri bahasa, misalnya pada

lebah dengan tariannya. Sedangkan Ann dan David meneliti simpanse betina

bernama Sarah dengan menggunakan simbol-simbol dari plastik sebagai

bahasa. Setelah 6 tahun, Sarah mempunyai perbendaharaan kata sekitar 130

buah. Penggunaan simbol-simbol yang dapat dimanipulasi sebagai pengganti

bahasa lisan itu, merupakan bukti kecakapan simpanse tetapi tidak mampu

mengeluarkannya. Sedangkan Garner menyelidiki kemampuan simpanse

betina bernama Washoe dengan menggunakan bahasa isyarat orang tuli di

Amerika Utara. Setelah 22 bulan, Washoe sudah memahami lebih dari 30

bahasa isyarat tersebut.(Tinbergen, 1983).

Walaupun kemampuan Sarah dan Washoe belum sempurna, tetapi

kemampuannya sama baiknya dengan kemampuan seorang anak berumur 2

tahun. (Tinbergen, 1983).

2.2.3. Perilaku Menghindari Predator

1.      Perilaku Altruistik

Page 9: Laporan ekowan behaviour

Perilaku ini lebih mementingkan keselamatan kelompok daripada

dirinya sendiri. Misalnya Rusa (Muskoxen) di daerah tundra di Antartika,

bila tidak bisa melarikan diri dari predator (serigala) akan mengirimkan

bau dari jari kakinya yang disebut karre. Kera (Baboon) di Afrika bila ada

bahaya misalnya dengan datangnya singa atau leopard, maka akan

membentuk formasi kera yang yang tua, betina dan anak-anak ditengah

dikelilingi oleh kera-kera muda jantan. Sedangkan kera jantan yang

menjadi raja akan berusaha mengusir atau menyerang predator tersebut.

Induk ayam akan bersuara ribut sebagai tanda bahaya bila dilihat ada

burung elang yang datang, anaknya dipanggil untuk disembunyikan.

Semut yang sarangnya terganggu akan mengeluarkan feromon (asam

formiat) dari taringnya, untuk memberi tanda kepada semut-semut yang

lain, bila keadaan sudah reda asam formiat tidak dikeluarkan lagi dan

kembali lagi ke sarang (Rivas, 2005).

2.      Kamuflase (penyamaran)

Yaitu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Misalnya pada Burung Ptarmigan pada musim dingin berbulu putih,

dan pada musim panas bulunya berbintik membuat tidak menarik

perhatian karena warnanya sangat sesuai dengan lingkungan. Kupu-kupu

daun mati (Kallima) dari Amerika Selatan sayapnya sangat mirip dengan

daun yang dihinggapi sehingga dapat terhindar dari burung pemangsanya,

tetapi karena sangat mirip dengan daun maka kadang-kadang ada insekta

lain yang bertelur di atas sayapnya (Rivas, 2005).

 3.      Mimikri

Yaitu menyerupai hewan yang lain, dapat dibagi menjadi mimikri

Miller, mimikri Bates dan mimikri agresif (Rivas, 2005).

Mimikri Miller adalah hewan yang dapat dimakan sangat mirip dengan

hewan yang tidak dapat dimakan. Misalnya kupu-kupu pangeran tidak

mengandung racun dalam tubuhnya dan enak dimakan seperti roti bakar,

sangat mirip dengan kupu-kupu raja yang mempunyai racun dalam

tubuhnya (Rivas, 2005).

Page 10: Laporan ekowan behaviour

 Mimikri Bates adalah hewan yang tidak berbahaya menyerupai hewan

lain yang berbahaya. Misalnya sejumlah ular di AS yang tidak berbahaya

memiliki warna seperti ular tanah yang sangat berbisa. Mimikri agresif

adalah mengembangkan alat untuk mengelabui mangsanya. Misalnya Ikan

anglerfish (Antennarius) dari Filipina mempunyai satu pemikat yang mirip

ikan kecil untuk memikat mangsanya, pemikat tersebut adalah

perkembangan dari duri pada sirip punggung pertama. Kunang-kunang

jantan dan betina saling tertarik dengan cahaya kelap-kelipnya, pola kelap-

kelip ini berbeda untuk setiap spesies. Tetapi ada suatu spesies kunang-

kunang betina yang dapat meniru kelap-kelip spesies yang lain, bila jantan

spesies yang lain itu datang akan dimakan (Rivas, 2005).

2.2.4 Perilaku sosial

Menurut Rivas (2005), perilaku yang dilakukan oleh satu individu atau

lebih yang menyebabkan terjadinya interaksi antar individu dan antar kelompok.

Perilaku Sosial bisa dibagi menjadi :

1. Perilaku Affiliative.

Adalah perilaku yang dilakukan bertujuan untuk mempererat ikatan

social, koordinasi antar individu dan kebersamaan antar atau di dalam

kelompok.

2. Perilaku Agonistic

Perilaku agonisnic yaitu terdiri dari Perilaku aggressive: Perilaku

yang bersifat mengancam atau menyeran dan Perilaku submissive:

Perilaku yang menunjukkan ketakutan atau kalah. 

3. Vokalisasi

Adalah suara yang dikeluarkan oleh satu atau lebih individu untuk

berkomunikasi dan koordinasi diantara anggota kelompoknya. 

4. Perilaku maternal / mothering

Perilaku induk yang bertujuan melindungi dan memelihara anaknya.

2.4.5 Perilaku Mempertahankan Wilayah

Menurut Rivas (2005), Perilaku mempertahankan wilayah ini terdiri dari

beberapa jenis yaitu sebagai berikut :

Page 11: Laporan ekowan behaviour

1. Home range. Merupakan suatu daerah bagi hewan-hewan pengembara,

tetapi bagi hewan tersebut daerah ini merupakan tempat yang tidak

dipertahankan.

2. Teritorial. Merupakan suatu daerah yang akan dipertahankan oleh hewan-

hewan dari serangan hewan-hewan lain dari spesies dan jenis kelamin

yang sama yang melintasi daerah tersebut.

3. Daerah pribadi (personal space). Seekor hewan juga menjaga daerah

sekitarnya yang disebut dengan daerah pribadi. Jika daerah ini dilanggar,

hewan tersebut akan memperlihatkan perilaku agresifnya atau menyerang

atau paling tidak memperlihatkan perilaku menyerang secara submisif

(bersikap tunduk), bergantung pada tingkat dominansinya dalam kelompok

tersebut. Daerah ini tidak perlu sama jauh dari seluruh tubuh, tetapi

biasanya dimulai dari kepala. Daerah pribadi ini bisa dianggap sebagai

sejenis daerah perjalanan yang bergerak bersama hewannya.

2.3 Perilaku Primata

Primata mempunyai tingkah laku makan yang khas, yaitu dapat

menggenggam makanan yang akan dimakan dan perkembangan sekum yang baik

sehingga meningkatkan kemampuan sistem digesti dalam mencerna makanan.

Primata memiliki naluri terhadap makanan yang perlu dimakan, dan hal ini

mempengaruhi tingkah laku makan mereka. Pada umumnya hewan primata adalah

omnivore (pemakan hewan dan tumbuhan). Monyet Colobus di Afrika dan

monyet pemakan daun di Asia makanan pokoknya daun dan pucuk daun, tidak

menyukai serangga dan tak mau menjadi pemangsa. Jenis hewan primata yang

hidup di tanah seperti ‘Gelada’ makanan utamanya pucuk rumput dengan

suplemen daun, biji, dan umbiumbian. Makanan utama ‘Baboon’ mirip dengan

makanan ‘Gelada’, bedanya Baboon menyukai buah dan daging hewan(Napier,

1976).

Monyet cenderung suka memilih makanannya dan tidak tergantung secara

khusus pada bahan makanan tertentu. Gorila yang hidup di alam bebas sangat

vegetarian, tersedia 180 jenis tumbuhan yang dapat dijadikan makanan gorila[2].

Pada keadaan dikandangkan (dipelihara oleh manusia) gorilla dengan senang hati

Page 12: Laporan ekowan behaviour

memakan buah dan daging sapi yang dicincang. Meskipun demikian, tidak semua

hewan primata mampu beradaptasi dengan perubahan bahan makanan, terdapat

beberapa monyet yang sangat spesifik dalam diet dan tidak dapat dirubah dari

kebiasaan dietnya (Napier, 1976).

Makanan adalah sumber energi untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan

reproduksi hewan primata. Makanan yang tersedia di sekitar lingkungan hidup

primata tidak begitu saja dapat langsung digunakan untuk keperluan hidupnya.

Makanan tersebut harus diolah melalui serangkaian proses fisiologi, mulai dari

menelan (ingesti), mencerna (digesti), menyerap sari makanan (absorpsi), dan

pengeluaran sisa-sisa makanan (defekasi). Tingkah laku makan hewan primate

merupakan bagian dari proses ingesti atau proses memasukkan makanan dari

lingkungan luar ke dalam tubuh primata. Tingkah laku makan tersebut

dipengaruhi oleh ukuran tubuh, kondisi gigi, kondisi organ pencernaan,

ketersediaan sumber makanan, penggunaan indera penglihatan, pengetahuan

tentang bahan makanan, perubahan musim, sistem hierarki dan struktur social,

serta kepadatan populasi dan persaingan untuk memperoleh makanan (Tortora,

1987).

2.4 Perilaku Aves

Tingkah laku hewan merupakan suatu kondisi penyesuaian hewan terhadap

lingkungannya dan pada banyak kasus merupakan hasil seleksi alam seperti

terbentuknya struktur fisik. Setiap hewan akan belajar tingkah lakunya sendiri

untuk beradaptasi dengan lingkungan tertentu. Satwa liar yang didomestikasi akan

mengalami perubahan tingkah laku yaitu berkurangnya sifat liar, sifat mengeram,

sifat terbang dan agresif, musim kawin yang lebih panjang dan kehilangan sifat

berpasangan (Tinbergen, 1983).

Tingkah laku pada tingkat adaptasi ditentukan oleh kemampuan belajar

hewan untuk menyesuaikan tingkah lakunya terhadap suatu lingkungan yang baru.

Menurut Stanley dan Andrykovitch (1984), tingkah laku maupun kemampuan

belajar hewan ditentukan oleh sepasang atau lebih gen sehingga terdapat variasi

tingkah laku individu dalam satu spesies meskipun secara umum relatif sama dan

Page 13: Laporan ekowan behaviour

tingkah laku tersebut dapat diwariskan pada turunannya yaitu berupa tingkah laku

dasar.

Tingkah laku dasar hewan merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir

(innate behavior), antara lain gerakan menjauh atau mendekat dari stimulus,

perubahan pola tingkah laku dengan adanya kondisi lingkungan yang berubah dan

tingkah laku akibat mekanisme fisiologis seperti tingkah laku jantan dan betina

saat estrus (Tinbergen, 1983).

2.4.1 Tingkah laku Reproduksi Aves

Aves tergolong hewan diurnal yaitu melakukan aktivitas disiang

hari. Di alam bebas Aves menjelajahi hutan sendiri-sendiri (soliter) atau

bersama anaknya atau berpasangan pada saat musim kawin. Pada saat

musim kawin satwa ini bersifat nervous dan siap menyerang siapa saja yang

berada disekitarnya. Menjelang dan awal musim kawin, jantan mulai

mendekati betina dan pada saat ini sering terjadi perkelahian antar Aves

jantan dalam memperebutkan betina. Pertemuan jantan dan betina saat

musim kawin, umumnya di daerah teritori atau di areal tempat makan Aves

betina. Bila Aves betina telah menerima pejantan maka Aves jantan akan

mengikuti betina terus sehingga terlihat berpasangan, tetapi sebaliknya bila

betina menolak maka jantan akan diusir. Pengusiran ini lebih sering terjadi

pada saat diluar musim kawin. Aves betina umumnya lebih besar dari jantan

(Tinbergen, 1983).

Aves betina akan kawin dengan lebih dari satu kasuari jantan. Setelah

satu clatch peneluran, Aves betina akan meninggalkan pasangannya dan

akan mencari dan akan bercumbu dengan jantan lain sampai dibuahi pada

clutch peneluran berikutnya. Semakin tua Aves betina semakin luas

teritorinya, lebih banyak pasangannya dan lebih agresif saat bercumbu

sehingga turunannya lebih banyak (Tinbergen, 1983).

Aves jantan dan betina menduduki teritori tertentu pada saat bertelur.

Betina meletakkan 3-6 telur berwarna kehijauan dalam sarang yang terbuat

dari daun-daunan pada pangkal sebatang pohon, kemudian betina pergi ke

hutan meninggalkan sang jantan yang akan mengerami, menjaga dan

Page 14: Laporan ekowan behaviour

mempertahankan anak-anaknya dari predator. Selama kurang lebih 7

minggu jantan sibuk mengerami telur dan menjaga anaknya setelah

menetas. Jika pada waktu pengeraman ini terdapat gangguan atau ancaman

dari luar maka sang jantan akan segera lari ke hutan, berusaha mengalihkan

perhatian predator terhadap telur atau anak-anaknya yang berharga. Bagi

pejantan sendiri merupakan sasaran yang penampilannya menyolok karena

warnanya yang hitam kelam, sedangkan telur berwarna hijau dan anak Aves

bergaris garis coklat sehingga kemungkinan besar tidak akan terlihat oleh

predator. Anak akan tinggal bersama kedua induknya sampai umur sembilan

bulan sebelum mereka menjalani pola hidup soliter dan menduduki teritori

atauhome range sendiri (Tinbergen, 1983).

2.4.2 Tingkah Laku Makan.

Secara umum hewan mempunyai tiga cara dalam memperoleh

makanan, yaitu (1) tetap berada ditempat dan makanan datang sendiri, (2)

berjalan untuk mencari makan dan (3) menjadi parasit pada organisme lain

(Arms dan Camp, 1979). Tingkah laku makan Aves seperti halnya tingkah

laku lainnya, dipengaruhi oleh faktor genetik, suhu lingkungan, jenis

makanan yang tersedia dan habitat. Faktor genetik seperti telah diuraikan

diatas. Faktor suhu lingkungan dapat mempengaruhi jumlah makanan yang

dikonsumsi. Pada suhu rendah, Aves akan menkonsumsi makanan lebih

banyak dari pada saat suhu lingkungan tinggi. Faktor jenis makanan yang

tersedia berpengaruh terhadap tingkah laku makan, terutama dalam

menggunakan anggota tubuhnya untuk mendapatkan, mengambil dan

memakan. Faktor habitat, baik insitu (alami) maupun eksitu (penangkaran)

mempengaruhi tingkah laku makan yang berbeda (Tinbergen, 1983).

Aves dalam mengkonsumsi makanan, mengambil makanan  dengan

paruh, menjepitnya dan langsung menelannya tanpa mengalami

pengunyahan dalam mulut. Menurut Tinbergen, (1983) makanan Aves di

habitat alaminya berupa buah-buahan dan biji-bijian, serangga dan jaringan

tumbuh-tumbuhan serta hewan kecil seperti udang dan ikan yang diperoleh

dipinggiran sungai atau kali yang terdapat di hutan.

Page 15: Laporan ekowan behaviour

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari bertempat di Taman Wisata Alam

Punti Kayu Palembang, Sumatera Selatan.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan saat praktikum adalah sebagai berikut :

3.2.1 Alat

1. Teropong

2. Kamera Digital

3. JPS

4. Peta

5. Camera Trap

6. Alat Tulis

3.2.2 Bahan

1. Kacang

3.3 Cara Kerja

1. Tentukan titik pengamatan dalam lajur transek

2. Dari lajur transek berjalan terus 1 Km ke arah timur ataupun barat.

3. Pengamatan dilakukan pada waktu pagi yaitu 07.00 sampai dengan 08.00

dan sore hari jam 16.00 sampai jam 17.00

4. Tentukan satu titik pohon sebagai patokan pengamatan dan gunakan

teropong dengan cara tiduran atau berdiri untuk melihat objek.

5. Pengamatan dilakukan yaitu dengan mengamati primata dan aves yang

meliputi interaksi sesama atupun interaksi terhadap organisme lainnya.

6. Objek yang diamati difoto dengan menggunakan camera digital.

Page 16: Laporan ekowan behaviour

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

1. Pengamatan Aves

No Jenis Jum

-lah

Warna

Utama

Bentuk Paruh Bentuk Kaki

1 Burung Gereja 11 Abu-abu Pemakan biji Bertengger

2 Burung

Kutilang

2 Abu-abu Pemakan biji Bertengger

3 Burung Striti 3 Hitam Pemakan biji Bertengger

4 Burung

Perkutut

2 Putih,

hitam

Pemakan biji Bertengger

2. Pengamatan Primata

No Jenis

Jum-

lah

Jenis

Makanan

Bentuk

Interaksi

Tipe

Pergera

kan

Warna

Tubuh

1 Monyet

Jantan

10 Kacang-

kacangan

dan roti

Mendekati

ketika ada

makanan,

marah

ketika

diganggu

dan

interaksi

kawin

Pergerak

an bebas,

berkelom

pok

Abu-

abu dan

putih

didada.

2 Monyet

Betina

6 Kacang-

kacangan

dan roti

Mendekati

ketika ada

makanan,

marah

ketika

diganggu,

Pergerak

kan

berkelom

pok dan

bebas

Abu-

abu dan

putih

pada

dada

Page 17: Laporan ekowan behaviour

menggendo

ng anak,

interaksi

kawin dan

berebut

Makanan

3. Monyet

Anakan

3 Masih

menyusu

pada

induknya

Memeluk

indknya dan

menyusu

pada

induknya.

Analisis data

Untuk jumlah unit perangkap yaitu ada 2 karena pada pengamatan dibagi

menjadi dua team yang mengamati sehingga itu kami anggap sebagai

perangkap.

1. Analisis Data Aves

(K) = Jumlah Individu Suatu Burung gereja

Jumlah Unit Perangkap

= 112

= 5,5

(K) = Jumlah Individu Suatu Burung kutilang

JumlahUnit Perangkap

= 22

= 1

(K) = Jumlah Individu Suatu Burung striti

JumlahUnit Perangkap

= 32

= 1,5

(K) = Jumlah Individu Suatu Burung perkutut

JumlahUnit Perangkap

Page 18: Laporan ekowan behaviour

= 22

= 1

4.2 Pembahasan

Pengamatan tingkah laku hewan dilakukan dengan cara pengamatan

langsung yaitu dihabitat aslinya, hewan yang diamati yaitu Primata dan Aves,

dengan hasil sebagai berikut :

a. Primata

pada pengamatan primata sampel yang diambil yaitu monyet, monyet yang

diamati ada tiga jenis yaitu monyet jantan, monyet betina dan monyet anakan.

Hal-hal yang berhasil diamati yaitu sebagai berikut :

1.Ciri Morfologi

Morfologi primata pada umumnya sama yaitu terdiri dari caput, cervix,

truncus dan caudal. Memiliki kelenjar susu dan daun telinga yang

merupakan ciri khas dari mamalia. Namun ada beberapa hal yang

membedakan pada setiap individunya yaitu seperti ukuran tubuh monyet

jantan lebih kecil daripada monyet betina. Warna monyet dewasa dan

anakan juga berbeda, pada monyet dewasa warna rambut pada tubuh yaitu

abu-abu dan putih pada dada, sedangkan warna rambut pada monyet anakan

yaitu hitam. Selain itu juga ada perbedaaan banyaknya rambut yang tumbuh

pada wajah, pada monyet betina lebih banyak rambut yang tumbuh pada

wajah jika dibandingkan dengan monyet jantan.

2. Makanan dan Cara Makan

Cara makan hewan ini yaitu dengan mencari dari pohon kepohon, namun

karena monyet yang kami amati tempat tinggalnya taman wisata jadi

monyet-monyet ini mendekati pengunjung yang membawa makanan.

Monyet ini akan terus mengikuti pengunjung yang membawa makanan.

Jenis makanan yang diberikan pada saat pengamatan yaitu kacang

dan roti, seluruh jenis monyet menyukai jenis makanan yang diberikan.

Page 19: Laporan ekowan behaviour

Menurut (Chivers, 1992), ketersediaan sumber makanan primate di

alam berbeda-beda, tergantung dari tempat tinggalnya. Primata harus

memilih makanan sesuai dengan bahan makanan yang tersedia. Pemilihan

makanan ini bertujuan untuk memperoleh makanan yang diperlukan oleh

tubuh primata, yaitu makanan yang mengandung karbohidrat, protein,

lemak, mineral, vitamin dan asam amino. Pada dasarnya primata itu

pemakan buah (frugivora), tetapi dalam memilih makanan dia harus

kompromi karena buah-buahan tersedia dalam jumlah terbatas dan tidak

selalu ada sepanjang tahun. Pada musim berbuah, buah tersedia melimpah,

tetapi pada musim tak berbuah hanya terdapat sedikit buah, bahkan ada

yang hanya berbuah pada musim berbuah saja. Pada musim tak berbuah

hewan primata mau tak mau harus makan daun, pucuk daun, bunga, dan

lain-lain.

Selain itu tingkah laku makan menurut Mills (2007) perilaku

makan juga dipengaruhi oleh aktivitas reproduksi. Betina yang sedang

hamil atau menyusui akan memakan lebih banyak makanan dan kadang-

kadang memakan tumbuhan yang tidak biasa dimakan. Betina sifaka

(Propithecus verreauxi ) yang sedang hamil atau menyusui memakan

tumbuhan yang banyak mengandung tannin seperti asam (Tamarindus

indica), Foetidia retusa, dan Cordyla dengan peningkatan berat badan dan

merangsang sekresi air susu. Peningkatan konsumsi tannin juga

meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit bagi betina selama

masa kehamilan atau sehabis melahirkan. Pemberian makanan yang

mengandung vitamin A dosis tinggi kepada monyet betina yang sedang

hamil menyebabkan cacad pada janin (teratogenik). Vitamin A dosis tinggi

menyebabkan betina hypervitaminosis A sehingga kadar retynil asetatnya

yang tinggi disalurkan terhadap janin. Akumulasi retynil asetat pada hati

janin menyebabkan teratogenik (cacad pada janin).

3. Penggunaan indera penglihatan, penciuman dan indera peraba

Berdasarkan pengamatan alat indra yaitu berupa penciuman,

penglihatan, perabaan terlihat saat proses pengamatan. Pada saat

pemberian kacang, hewan ini meraba adan mencium dulu makanan yang

Page 20: Laporan ekowan behaviour

diberikan. Selain itu juga melihat kearah pemberi makanan seoalah-olah

ingin meminta makanan.

Menurut Napier (1976), Penggunaan indera penglihatan,

penciuman dan indera peraba dalam memilih makanan mempengaruhi

tingkah laku makan hewan primata. Penglihatan tidak terlalu berpengaruh

pada prosimian yang aktif di malam hari, mereka mencari makanan

dengan indera penciuman dan pendengaran yang tajam.

Anthropoidea, menggunakan penglihatan untuk memilih buah yang

matang dan daun yang muda. Penciuman anthropoidea tidak setajam

prosimian tetapi dapat mengetahui buah yang matang. Indera peraba

digunakan untuk membedakan tekstur buah. Sensor tingkah laku makan

primata datang dari dalam dan dari luar. Sensor dari dalam misalnya

kondisi sistem digesti primata, sedangkan sensor dari luar misalnya

pengaruh penglihatan warna, pengaruh bau dan bentuk fisik dari makanan.

Pengaruh sensori dari dalam dan dari luar menimbulkan rangsangan pada

primata untuk memakan makanan tersebut. Contoh pengaruh dari luar

yang datang pada indera penciuman yaitu buah yang matang dan harum

baunya. Bau harum dari buah adalah hasil fermentasi fruktosa yang

mengandung sedikit alkohol dan sangat merangsang primata friguvora

untuk memakan buah tersebut (Dominy, 2001).

4. Perilaku Kawin atau Reproduksi

Pada saat pengamatan kami berhasil mengamati hewan ini sedang

kawin, hal ini disuga memang masa-masa kawin. Proses perkawinan

hewan primata terjadi fertilisasi secara internal yaitu dengan organ

reproduksi yang terpisah antara betina dan jantan, jantan dan betina

memiliki alat kopulasi. Jantan memiliki penis dan betina memiliki vagina.

Pada saat kawin, primata jantan menaiki primata betina untuk

memasukkan sperma kedalam vagina primata betina. Proses ini hanya

terjadi beberapa detik saja.

b. Pengamatan Aves

untuk pengamatan aves berbeda dengan pengamatan primata dikarenakan,

kondisi habitat Aves ini sendiri yang tinggi, sehingga tidak bisa terlihat secara

Page 21: Laporan ekowan behaviour

kasat mata, jadi harus memerlukan alat bantuan yaitu berupa teropong.

Pengamatan ini dilakukan dua kali yaitu dipagi hari dan sore hari. Aktivitas Pagi

hari Aves yang berhasil kami amati yaitu pergi terbang meninggalkan sarangnya.

Namun ada pula beberapa jenis Aves yang kami jumpai sedang bertengger diatas

pohon yaitu jenis burung gereja dan perkutut. Sedangkan pada burung kutilang

dijumpai sedang bertengger dipohon yang sangat tinggi dan tidak lama kemudian

burung ini terbang. Begitu juga dengan burung sriti atau burng wallet.

Berdasarkan hasil pengamatandapat diketahui secara morfologinya yaitu Aves

yang diamati memiliki ciri paruh yaitu paruh pemakan biji, warna bulu yang

bervariasi dan bentuk kaki jenis bertengger.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai

berikut :

Page 22: Laporan ekowan behaviour

Perilaku adalah aktivitas suatu organisme akibat adanya stimulus. Ada

beberapa perilaku yang bisa diamati yaitu, perilaku makan, berinteraksi dengan

hewan lain atau bisa dikatakan perilaku sosial, perilaku kawin, perilaku

mempertahankan tempat tinggal dan lain-lain.

Dengan mengamati perilaku hewan kita bisa mengetahui kelimpahan dan

jenis pada suatu populasi tersebut yaitu dengan cara membagi antara jumlah

individu suatu spesies dan jumlah unit perangkap. Selanjutnya kelimpahan relatif

yaitun dengan cara membagi jumlah individu suatu jenis dengan jumlah individu

seluruh jenis dan di kali dengan 100 %. Dan dapat juga mengetahui frekuensi

relatif suatu populasi hewan-hewan tersebut.

5.2 Saran

Untuk pengamatan praktikum lapangan ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan agar praktikum dapat berjalan dengan baik, terutama memperhatikan

alat dan bahan yang akan digunakan selain itu juga melakukan sesuai tujuan

praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Dominy, N.J., P.W.Lucas, D. Osorio, and N. Yamashita, 2001, The Sensory Ecology of Primate Food Perception, Evolutionary Anthropology, 116:337-386.

Chivers, D.J., 1992, Diet and Guts, pp.60-64, Cambridge University Press, Cambridge.

Page 23: Laporan ekowan behaviour

Hill, W.C.O., 1958, Pharynx, Oesophagus, Stomach, Small Intestine and Large Intestine, Part III, pp.139-207, Basel Publishers, New York.

Lambert, J.E., 1998, Primate Digestion, Evolutionary Anthropology, 7(1):8-20.

Napier, J.R., and P.H. Napier, 1976, Functionaln Morphology of Primates, Fifth Printing, Part I, Page 3-46.

Rice, Dan. 2009. The Complete Book Of Dog Breeding. Barronn’s Educational Series Inc. New York

Rivas, J. Snake Mating Systems, Behavior, and Evolution: The Revisionary Implications of Recent Findings. Journal of Comparative Psychology Copyright 2005 by the American Psychological Association 2005, Vol. 119, No. 4, 447–454. University of Tennessee, Knoxville.

Sukarsono. 2003. Pengantar Ekologi Hewan: Konesp Perilaku, Psikologi dan koman. UMM Press, Universitas Muhammadiyah Malang : Malang

Sulin, Nurdin Muhammad. 2003. Dasar-dasar Ekologi Hewan. Bumi aksara : Jakarta.

Tinbergen. 1983. Perilaku Hewan. Life Inc. Jakarta.

Tortora, G.J., and N.P. Anagnostakos, 1987, Principles of Physiology, Harper and Row, Cambridge