Upload
semarang-state-university
View
427
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN OBSERVASI
EVALUASI PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG
Disusun untuk memenuhi tugas Evaluasi Pembelajaran Biologi
Disusun Oleh :
1. Irma Khomsah (4401411045)2. Nur Yuliani Elfandari (4401411046)3. Dewi Setiyana (4401411058)
Rombel : 3/ Pend. Biologi
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Evaluasi pembelajaran merupakan proses penilaian terhadap peserta didik yang
dilakukan oleh guru untuk menentukan kualitas pembelajaran. Dimana penilaian tersebut
biasa dinamakan dengan asesmen (penilaian proses belajar siswa). Evaluasi pembelajaran
berperan penting dalam pendidikan, dimana evaluasi pembelajaran bertujuan untuk
mengetahui kemampuan peserta didik dan guru. Evaluasi pembelajaran berkaitan dengan
model pembelajaran. Dimana model pembelajaran merupakan bagian dari evaluasi
pembelajaran. Asesmen yang dilakukan oleh guru tidak melihat dari segi status ataupun
dari segi lainnya. Evaluasi yang dilakukan haruslah murni.
Ada 3 macam kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru. Di samping kegiatan
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, kegiatan yang tidak kalah pentingnya
adalah kegiatan evaluasi pembelajaran. Kegiatan evaluasi pembelajaran dilakukan guru
dengan maksud untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran yang dilakukan guru,
kemampuan dan daya serap peserta didik terhadap materi pembelajaran yang telah
diajarkan guru, dan umpan balik bagi guru dalam memperbaiki kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan.
Dalam proses evaluasi pembelajaran, guru berperan sebagai evaluator yang berfungsi
untuk mengetahui berhasil atau tidaknya seorang guru dalam proses pembelajaran, dan
evaluasi juga dapat dikatakan sebagai penentu untuk mengetahui apakah proses/cara
belajar mengajar itu harus dipertahankan atau diperbaiki lagi. Oleh sebab itu, peran guru
disini sangat menentukan. Dalam peraturan pemerintah No. 41 Tahun 2007, tentang
standar proses dinyatakan bahwa evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk
menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan
proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. Evaluasi proses pembelajaran
diselenggarakan dengan cara:
- Membandingkan proses pembelajaran guru dengan standar proses
- Mengidentifikasi kinerja guru sesuai dengan kompetensi guru.
Dari uraian diatas kami berkeinginan melakukan observasi untuk mengetahui keadaan
nyata di lapangan bagaimana evaluasi pembelajaran itu berjalan. Apakah sudah sesuai
dengan peraturan yang ada? dan bagaimanakah sistematikanya? maka dari itu kami telah
melakukan observasi evaluasi pembelajaran di SMA 1 Sultan Agung Semarang dan
mengkaji evaluasi pembelajaran oleh guru, terutama khusus mata pelajaran biologi.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep dasar dan jenis-jenis evaluasi yang digunakan di SMA 1 Sultan
Agung Semarang?
2. Bagaimana perencanaan evaluasi di SMA 1 Sultan Agung Semarang?
3. Bagaimana tekhnik evaluasi SMA 1 Sultan Agung Semarang?
1.3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep dasar dan jenis-jenis evaluasi yang digunakan di SMA 1
Sultan Agung Semarang
2. Untuk mengetahui perencanaan evaluasi di SMA 1 Sultan Agung Semarang
3. Untuk mengetahui tekhnik evaluasi di SMA 1 Sultan Agung Semarang
1.4 MANFAAT
1. Memberikan informasi kepada mahasiswa tentang konsep perencanaan dan
pelaksanaan evaluasi pembelajaran biologi di SMA 1 Sultan Agung Semarang.
2. Mengetahui analisis permasalahan evaluasi pembelajaran dilapangan.
3. Melatih keterampilan mahasiswa dalam bersosialisasi dan mengenal lingkungan
sekolah.
BAB II
HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN
2.1. WAKTU DAN TEMPAT OBSERVASI
Kegiatan observasi dilaksanakan pada hari Sabtu, 11 Mei 2013 di SMA 1 Sultan Agung
Semarang.
2.2 HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHSAN
Perencanaan dan Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Biologi
a. Penentuan tujuan penilaian
b. Penyusunan kisi-kisi
c. Penyusunan silabus
d. Penyusunan RPP
e. Penyusunan lembar kerja siswa dan kunci jawaban
f. Perumusan indikator
g. Penyusunan dan Pengembangan instrumen
h. Pelaksanaan penilaian
a. Penentuan Tujuan Penilaian
Di SMA 1 Sultan Agung Semarang kurikulum berbasis agama islam. Dengan
2 jam pembelajaran dalam satu pekan dengan diampu oleh 2 orang guru biologi
yaitu bapak Didik M.E S.pd dan bapak Drs. Risno Setyono.
Penentuan tujuan penilaian merupakan langkah awal dalam rangkaian
kegiatan penilaian secara keseluruhan. Selain itu ada juga tujuan penilaian yang
lain seperti penilaian untuk tengah semester, akhir semester, kenaikan kelas, atau
penilaian akhir dari satuan pendidikan.
b. Penyusunan Kisi - kisi
Data yang kami peroleh dari wawancara dengan bapak Didik, setiap ujian
kenaikan kelas maupun ujian semester, selalu membuat kisi – kisi soal ujian.
Kisi – kisi yang kami peroleh adalah kisi – kisi soal pilihan ganda. Pada tabel
kisi – kisi sudah lengkap, terdapat Standart Kompetensi Lulusan (SKL), indikator
SKL, Ruang Lingkup Materi, Indikator soal dan Nomor soal dengan tipe soalnya.
Namun pada kisi – kisi ini belum tercantum kunci jawaban soal ujiannya.
KISI-KISI SOAL
Kartu Soal
Disusun untuk pengajuan soal ujian yang akan dilakukan :
Rubrik Kriteria Penilian Praktikum
Terdapat rubrik penilaian untuk tes praktikum dengan penskoran 10 – 20.
Penilaian berdasarkan keterampilan penggunaan alat oleh siswa dalam praktikum.
c. Penyusunan silabus
Kelebihan dari silabus di atas yaitu, bapak Didik menambahkan tahun pembelajaran,
kompetensi dasar, dan contoh instrumen pada kolom penilaiannya. Kompetensi dasar
dalam silabus berfungsi untuk mengarahkan guru mengenai target yang harus dicapai
dalam pembelajarannya. Sedangkan contoh instrumen dapat memperjelas proses
penilaiannya.
d. Penyusunan RPP
e. Penyusunan lembar kerja siswa dan kunci jawaban
Dalam proses belajar mengajar, guru membutuhkan alat sebagai pendukung atau
penunjang dalam menyampaikan materi serta untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Alat yang digunakan dapat berupa media dan bahan ajar. Salah satu contoh bahan ajar
yang digunakan dalam menunjang pembelajaran adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS
sangat banyak digunakan oleh guru. Hampir tiap mata pelajaran menggunakan LKS dalam
proses belajar mengajar. Tujuan penggunaan LKS dalam proses belajar mengajar adalah
sebagai berikut.
Memberi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh peserta didik.
Mengecek tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disajikan.
Mengembangkan dan menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikan secara
lisan.
Saat ini di sekolah-sekolah banyak ditemui penggunaan buku jenis LKS (Lembar
Kerja Siswa) yang sebenarnya merupakan buku rangkuman materi pelajaran yang disertai
dengan kumpulan soal, terutama soal-soal pilihan ganda. LKS yang semestinya dikerjakan
di sekolah dalam kegiatan pembelajaran, seringkali juga harus dikerjakan di rumah
sebagai PR. Dalam LKS jenis ini, materi pelajaran biasanya tidak disampaikan dalam
bentuk uraian/bacaan, melainkan sudah dalam bentuk rangkuman atau poin-poin penting
saja. Akibatnya, ketika menggunakan LKS ini, siswa-siswa cenderung langsung
mengerjakan soal-soal, yang pada umumnya berupa soal-soal pilihan ganda. Jika siswa
tidak dapat mengerjakan sebuah soal, maka siswa akan mencari jawabannya dalam
rangkuman materi pelajaran di LKS tersebut. Jika kondisi ini dibiarkan terus-menerus,
bukan tidak mungkin bahwa kemampuan siswa untuk memahami bacaan, berpikir kritis,
dan berpikir kreatif tidak akan berkembang. Oleh karena itu, dengan adanya lembar kerja
siswa yang telah dibuat oleh bapak Didik seperti yang tampak jelas diatas, merupakan
suatu upaya yang dilakukan oleh bapak Didik dan rekannya guna melatih siswa berfikir
kreatif, inovatif, dan aktif.
f. Perumusan indikator
Pada kisi – kisi sudah dilengkapi dengan indikator untuk setiap soal.
g. Penyusunan dan Pengembangan instrumen
Telaah instrumen oleh pak Didik belum dilakukan, karena terbatasnya waktu
yang tidak mencukupi untuk melakukan hal tersebut. Pada pasal 25 (4) Peraturan
Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menjelaskan
bahwa kompetensi lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ini
berarti bahwa pembelajaran dan penilaian harus mengembangkan kompetensi peserta
didik yang berhubungan dengan ranah afektif (sikap), kognitif (pengetahuan), dan
psikomotor (keterampilan).
Dari hasil observasi yang telah kami lakukan evaluasi pembelajaran yang
dilakukan guru biologi di sekolah sultan agung telah menggunakan pengembangan
instrumen baik dari ranah kognitif, efektif dan psikomotorik. Hal ini dapat membantu
guru dalam mengevaluasi hasil pembelajaran yang ingin dicapai. Dari aspek
psikomotorik yang dikembangkan adalah kemampuan siswa dalam melakukan
kegiatan praktikum. Hal ini sesuai bahwa untuk jenjang pendidikan sma, mata
pelajaran yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor adalah pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan, seni budaya, fisika, kimia, biologi, dan
keterampilan.
Dengan kata lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan ranah
psikomotor adalah praktik di aula/lapangan dan praktikum di laboratorium. Dalam
kegiatan-kegiatan praktik itu juga ada ranah kognitif dan afektifnya, namun hanya
sedikit bila dibandingkan dengan ranah psikomotor. Menurut Djemari M (2004:4-5)
keterampilan psikomotorik berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang
memerlukan koordinasi antara syaraf dan otak. Pada umumnya tes psikomotor
meliputi 2 hal yaitu, 1. Produk performa motorik yang mengukur kecepatan,
kekuatan, keajegan servise dll dan 2. Prosespelaksanaan performa mengukur pola
yang digunakan.
Menurut Mardapi (2003), keterampilan psikomotor ada enam tahap, yaitu:
gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, gerakan fisik, gerakan
terampil, dan komunikasi nondiskursif. Gerakan refleks adalah respons motorik atau
gerak tanpa sadar yang muncul ketika bayi lahir. Gerakan dasar adalah gerakan yang
mengarah pada keterampilan komplek yang khusus. Kemampuan perseptual adalah
kombinasi kemampuan kognitif dan motorik atau gerak. Kemampuan fisik adalah
kemampuan untuk mengembangkan gerakan terampil. Gerakan terampil adalah
gerakan yang memerlukan belajar, seperti keterampilan dalam olah raga. Komunikasi
nondiskursif adalah kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan gerakan.
Buttler (1972) membagi hasil belajar psikomotor menjadi tiga, yaitu: specific
responding, motor chaining, rule using. Pada tingkat specific responding peserta didik
mampu merespons hal-hal yang sifatnya fisik, (yang dapat didengar, dilihat, atau
diraba), atau melakukan keterampilan yang sifatnya tunggal. Pada motor chaining
peserta didik sudah mampu menggabungkan lebih dari dua keterampilan dasar
menjadi satu keterampilan gabungan. Pada tingkat rule using peserta didik sudah
dapat menggunakan pengalamannya untuk melakukan keterampilan yang komplek.
Dave (1967) dalam penjelasannya mengatakan bahwa hasil belajar psikomotor
dapat dibedakan menjadi lima tahap, yaitu: imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan
naturalisasi. Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan sederhana dan
sama persis dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya. Manipulasi adalah
kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum pernah dilihat tetapi
berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja. Kemampuan tingkat presisi adalah
kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang akurat sehingga mampu
menghasilkan produk kerja yang tepat. Kemampuan pada tingkat artikulasi adalah
kemampuan melakukan kegiatan yang komplek dan tepat sehingga hasil kerjanya
merupakan sesuatu yang utuh. Kemampuan pada tingkat naturalisasi adalah
kemampuan melakukan kegiatan secara reflek, yakni kegiatan yang melibatkan fisik
saja sehingga efektivitas kerja tinggi.
Dari ranah afektif yang dilakukan oleh guru biologi di sma sultan agung
adalah melakukan penilaian diri kepada siswanya. Penilaian diri (self assessment)
adalah suatu teknik penilaian, di mana subjek yang ingin dinilai diminta untuk menilai
dirinya sendiri berkaitan dengan, status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi
yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.
Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai aspek penilaian, yang
berkaitan dengan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam proses
pembelajaran di kelas, berkaitan dengan kompetensi kognitif, misalnya: peserta didik
dapat diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir
sebagai hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu, berdasarkan kriteria atau acuan
yang telah disiapkan. Berkaitan dengan kompetensi afektif, misalnya, peserta didik
dapat diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap
suatu objek sikap tertentu. Selanjutnya, peserta didik diminta untuk melakukan
penilaian berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan dengan
kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat diminta untuk menilai kecakapan atau
keterampilan yang telah dikuasainya sebagai hasil belajar berdasarkan kriteria atau
acuan yang telah disiapkan.
Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan
kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan teknik ini dalam penilaian di kelas
antara lain sebagai berikut.
Dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi
kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
Peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka
melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan
yang dimilikinya;
Dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur,
karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.
Menurut Andersen (1980) ada dua metode yang dapat digunakan untuk
mengukur ranah afektif, yaitu metode observasi dan metode laporan diri. Ranah
afektif adalah rana yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Rana afektif mencakup
watak prilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi dan nilai. Beberapa pakar
mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang
telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi.
ξ Rana afektif menjadi lebih rinci lagi kedalam lima jenjang, yaitu :
1) Receiving atau attending : (menerima atau memeperhatikan), adalah kepekaan
seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada
dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang
ini misalnya adalah : kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol
dan menyelesaikan gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar.
2) Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya parsitipasi aktif”. Jadi
kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk
mengikut sertakan drinya secara aktif dalam fenomena tertentu dalam membuat reaksi
terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi dari pada jenjang receiving.
Contoh hasil balajar ranah afektif responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya
untuk mempelajarinya lebih jauh atau mengenali lebih dalam lagi, ajaran-ajaran islam
tentang kedisiplinan.
3) Valuing (menilai=menghargai). Menilai atau menghargai artinya mem-berikan nilai
atau memberikan penghargaan terhadap sesuatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila
kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan.
Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi dri pada receiving
atau responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini
tidak hanya mampu menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan
untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang
telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini
berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai dicamkan
(internalized) dalam dirinya. Dengan demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta
didik. Contoh hasil belajar afektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemampuan
yang kuat pada diri peserta didik untuk berlaku disiplin, baik disekolah, dirumah
maupun ditengah-tengah kehidupan masyarakat.
4) Organization (=mengatur atau mengorganisasikan), artinya mempertemukan
perbedaan nilai sehingga membentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada
perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari
nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai
dengan nilai yang lain. Pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya.
Contoh nilai afektif jenjang organization adalah peserta didik mendukung penegakan
disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh bapak presiden Soeharto pada
peringatan hari kemerdekaan nasional tahun 1995.
5) Characterization by evalue or calue complex (=karakterisasi dengan suatu nilai
atau komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh
seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini proses
internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalam suatu hirarki nilai . nilai itu
telah tertaman secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya.
h. Pelaksanaan Penilaian
Jenis evaluasi yang digunakan dalam mengevaluasi siswa di SMA 1 Sultan
Agung Semarang adalah evaluasi sumatif, evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir
satu-satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan dan
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah dapat berpindah dari
satu unit ke unit berikutnya. Contoh ujian tengah semester dan akhir semester dan tes
formatif , yaitu evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir suatu pokok pembahasan,
dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah suatu proses pembelajaran telah
berjalan sebagaimana yang telah direncanakan. Contoh: post test di akhir pelajaran.
Teknik Penilain yang digunakan di SMA 1 Sultan Agung Semarang :
1. Tes tertulis : tes sumatif dan tes formatif.
2. Tes praktik : praktikum.
3. Penugasan : rangkuman, mencari artikel, dll.
4. Tes lisan : guru menggunakan tes lisan untuk menguji
siswanya saat ujian praktikum.
5. Penilaian fortofolio : membuat insectarium, membuat alat peraga.
6. Penilaian diri : Memberi angket kepada siswa yang tertera
pada lembar kerja praktikum.
¤ Ruang Lingkup Penilaian Proses Dan Hasil Belajar
Sikap
Adalah kebiasaan, motivasi, minat, bakat yang meliputi bagaimana sikap
peserta didik terhadap guu, mata pelajaran, orang tua, suasana sekolah, lingkungan,
metode, media dan penilaian.
Pengetahuan dan Pemahaman
Pemahaman peseta didik sudah mengetahui dan memahami tugas-tugasnya
sebagai warga Negara, warga masyakat, warga sekolah, dan sebagainya
Kecerdasan
Meliputi apakah peserta didik samapi taraf tertentu sudah dapat memecahkan
masalah-masaah yang di hadapi dalam pelajaran.
Perkembangan Jasmani
Meliputi apakah jasmani peserta didik sudah berkembang secara harmonis,
apaka peserta didik sudah membiasakan diri hidup sehat
Keterampilan
Hal ini menjelaskan apakah peserta didik sudah terampil membaca, menulis
dan menghitung, apakah peserta didik sudah terampil menggambar, olahraga, dan
sebagainya.
Rubrik Penilaian
Terdapat rubrik penilaian sebagai acuan dalam penilaian aspek dalam praktikum dari
skor 10 – 20.
Skala Likert
Terdapat juga skala Likert yang yang akan mengukur ranah afektif siswa.
Penilaian Unjuk kerja
Terdapat penskoran penilaian unjuk kerja saat praktikum dengan skor 1 – 4.
Pengisian dengan check list berdasarkan kriteria yang ada.
Dengan skor maksimal 3 x 4 = 12.
Nilai = jumlah skor yangdicapai
skor maksimal× 10
Lembar Penilaian Psikomotor
Terdapat juga lembar penilaian psikomotor dengan skor maksimal 90. Penilaian
berdasarka rubrik rincian kerja yang tertera. Pengisian dengan check list pada setiap
langkah kerja yang benar.
Penilaian lembar kerja praktikum
Terdapat penskoran dengan skor 5 dan 10, dengan total skor 100.
Penskoran berdasarkan kriteria pada kolom yang ada.
Dan nilai akhir = jumlah skortotal skor
× 100.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari observasi dan analisis yang kelompok kami lakukan, dapat disimpulkanbahwa :
1. Perencanaan dan pelaksanaan evaluasi pembelajaran biologi di SMA 1 Sultan Agung
Semarang sudah dilaksankan dengan bagus, namun belum dilaksanakannnya telaah
instrumen.
2. Di SMA 1 Sultan Agung Semarang sudah mengembangkan Kisi-kisi untuk ujian
semester maupun ujian tengah semester.
3. Lembar penilaian untuk kegiatan praktikum sangat lengkap, terdapat penilaian unjuk
kerja, penilaian psikomotorik sangat lengkap, termasuk adanya skala Likert.
4. Penskoran untuk tiap lembar penilaian sudah bagus dan benar menurut BSNP.
4.2 SARAN
1. Guru SMA 1 Sultan Agung Semarang diharapkan untuk selalu memperbaharui dan
mengembangkan evaluasi pembelajaran di sekolah tersebut.
2. Guru SMA 1 Sultan Agung Semarang diharapkan dapat menggali potensi bakat siswa
bukan hanya akademiknya saja.
3. Guru SMA 1 Sultan Agung Semarang diharapkan dapat mengembangkan instrumen –
instrumen yang ada agar dapat mengembangkan evaluasi pembelajaran disekolah
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Juniani, Sri. 2013. Pengembangan Instrument Penilaian Aspek Psikomotorik Pada
Praktikum Kimia Sma / Ma Kelas XI Materi Pokok Factor – Factor Yang
Mempengaruhi Laju Reaksi Bedasarkan Standar Isi 2006. Skripsi : universitas
neger sunan kalijaga Yogyakarta.
Yuliarto, hari. 2012. Memahami Tes, Pengukuran dan Penilaian untuk Pengembangan
Instrumen Ranah Psikomotor. Fakultas ilmu keolahragaan : universitas negeri
Yogyakarta
Rudyatmi, E, Ani Rusilowati. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Semarang. FMIPA Unnes