51
TEKNIK TRANSPLANTASI LAMUN DI BALAI TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU (BTNKpS) JAKARTA LAPORAN HASIL MAGANG OLEH MUHAMMAD HALIM NIM : 120254241031 JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2014

Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

TEKNIK TRANSPLANTASI LAMUN

DI BALAI TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU

(BTNKpS) JAKARTA

LAPORAN HASIL MAGANG

OLEH

MUHAMMAD HALIM

NIM : 120254241031

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2014

Page 2: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

TEKNIK TRANSPLANTASI LAMUN

DI BALAI TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU

(BTNKpS) JAKARTA

LAPORAN HASIL MAGANG

Diajukan sebagai laporan kegiatan selama magang dalam rangka melaksanakan

salah satu tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Fakultas

Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji.

OLEH

MUHAMMAD HALIM

NIM : 120254241031

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2014

Page 3: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

LEMBARAN PENGESAHAN

Judul : Teknik Transplantasi Lamun

Nama : Muhammad Halim

NIM : 120254241031

Program Studi : Ilmu Kelautan ( IKL )

Tanjungpinang, 17 November 2014

Mengetahui, Menyetujui,

Ka. Jurusan IKL Dosen pembimbing

Arief Pratomo, ST,M.Si Henky Irawan, S.Pi, MP, M.Sc

NIDN. 0416047008 NIDN. 1004840303

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

Dr. Ir. Bustami Ibrahim, M.Sc

NIP. 196111011987031002

Page 4: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim.

Segala puji syukur penulis ucapkan kehaderat Allah SWT, yang telah

memberikan nikmatnya sehingga penulis bisa menyelesaikan proposal laporan

hasil magang dengan judul Teknik Transplantasi Lamun di Balai Taman Nasional

Kepulauan Seribu (BTNKpS), DKI Jakarta.

Laporan hasil magang ini merupakan salah satu syarat untuk dapat

menyelesaikan studi Strata 1 (S1), di jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu

Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Ucapan terima kasih

penulis sampaikan kepada kedua orang tua dan keluarga yang lain karena telah

memberikan semangat moril maupun materil. Ucapan terima kasih juga penulis

sampaikan kepada Bapak Henky Irawan, S.Pi, MP, M.Sc sebagai dosen

pembimbing magang, yang telah banyak memberi bimbingan dalam proses

pembuatan proposal hasil magang.

Proposal laporan hasil magang ini belumlah sempurna, oleh karena itu

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kedepan

dapat lebih baik lagi.

Tanjungpinang, September 2014

Penulis

Page 5: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Tujuan 2

1.3. Manfaat 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Tumbuhan Lamun 3

2.2. Pertumbuhan Tumbuhan Lamun 5

2.3. Fungsi Tumbuhan Lamun 8

2.4. Profil Padang Lamun di BTNKpS 10

Page 6: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

2.5. Rehabilitasi Lamun 12

III. METODE

3.1. Waktu dan Tempat 15

3.2. Alat dan Bahan 16

3.3. Prosedur Kerja 17

A. Pemilihan Lokasi Penanaman 17

B. Pemilihan Jenis Lamun 18

C. Metode Transplantasi Lamun 19

D. Pengambilan Bibit Lamun 20

E. Teknik Penanaman dengan Metode TERFs 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengukuran Parameter Lingkungan 29

4.2. Teknik Pemilihan Lokasi Transplantasi 30

4.3. Teknik Pemilihan Metode Transplantasi 32

4.4. Pengamatan Lamun Hasil Transplantasi 33

Page 7: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 36

5.2. Saran 37

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 8: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tabel Alat dan Bahan 16

2. Tabel Hasil Pengamatan Hasil Pengamatan Kondisi

Fisik Lingkungan pada Lokasi Transplantasi. 29

3. Tabel Nilai Parameter Fisik Lingkungan yang Optimum

Bagi Pertumbuhan Lamun. 30

4. Tabel Nilai (Score) Indeks Kesesuaian Lokasi Penanaman

(PTSI),Preminary Transplant Suitability Index Lokasi

Transplantasi Lamun. 31

5. Tabel Hasil Pengamatan Pertama 33

6. Tabel Hasil Pengamatan Kedua 34

Page 9: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

Daftar Gambar

Gambar Halaman

1. Gambar Morfologi Tumbuhan Lamun. 4

2. Gambar Jenis Lamun yang Terdapat di BTNKpS. 12

3. Gambar Lokasi Pengambilan Bibit Lamun. 15

4. Gambar Lokasi Transplantasi Lamun. 16

5. Gambar Contoh Bibit Lamun Cymodocea rotundata

dan Thallasia hemprichi yang Akan di Transplantasi. 18

6. Gambar Tahap Pengambilan Bibit dengan Linggis 21

7. Gambar Tahap Pengambilan Bibit dengan Kipas Plastik 23

8. Gambar Tahap Penanaman dengan Metode TERFs 25

9. Gambar Pola Penanaman Metode TEFRs. 27

10. Gambar Contoh Pengikatan Tunas (Bibit Lamun) dengan

Kertas Tisu pada Frame. 28

Page 10: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Padang lamun merupakan salah satu ekosistem pesisir yang sangat

produktif dan bersifat dinamik. Faktor-faktor lingkungan yaitu faktor fisik, kimia,

dan biologi secara langsung berpengaruh terhadap ekosistem padang lamun.

Padang lamun menyediakan habitat bagi banyak hewan laut dan bertindak sebagai

penyeimbang substrat, (McKenzie, 2008; Wulandari, dkk, 2013).

McKenzie, 2008; Wulandari, 2013, hampir 54 % padang lamun di seluruh

dunia telah hilang. Hilangnya padang lamun secara global terjadi sejak tahun

1980, atau bisa dikatakan setiap jamnya lamun seluas 2 lapangan bola hilang.

Padang lamun di Indonesia yang diperkirakan seluas sekitar 30.000 km2

(Nontji, Trismades). Namun di Indonesia ekosistem lamun sudah banyak

terancam baik oleh aktivitas alami maupun oleh aktivitas manusia. Penyebab

utama hilangnya padang lamun adalah kegiatan manusia termasuk kerusakan

secara mekanis (pengerukan dan jangkar), pengendapan, dan pengaruh

pembangunan konstruksi daerah pesisir. Hilangnya padang lamun diduga akan

terus bertambah akibat tekanan pertumbuhan penduduk di daerah pesisir

(Koswara, 2009; Wulandari, dkk, 2013).

Melihat kerusakan yang terus terjadi pada padang lamun baik karena

aktivitas alami maupun karena aktvitas manusia, maka perlu dilakukan usaha

rehabilitasi untuk mengembalikan kondisi padang lamun menjadi lebih baik.

Page 11: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

Salah satu usaha rehabilitasi padang lamun adalah kegiatan transplantasi lamun.

Transplantasi lamun belum banyak berkembang di Indonesia, namun telah

berkembang di luar negeri dengan metode dan jenis yang berbeda.

Pulau Bintan termasuk salah satu kawasan di Indonesia yang mempunyai

keanekaragaman tumbuhan lamun yang tinggi. Di kawasan perairan Pulau Bintan

bagian timur ditemukan 10 jenis lamun dari 14 jenis lamun yang terdapat di

perairan Indonesia. Jenis lamun tersebut adalah Halodule pinifolia, H. uninervis,

Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Syringodium isoetifolium,

Thalassodendron ciliatum, Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila

ovalis, Halophila Spinulosa. (BAPEDDA, 2010; Suhud, 2013). Untuk tetap

menjaga kelestarian tumbuhan lamun maka perlu dilakukan kegiatan rehabilitasi

lamun di Pulau Bintan dengan salah satu teknik yaitu transplantasi lamun.

1.2. Tujuan

Tujuan dari magang ini untuk mempelajari teknik transplantasi lamun

yang dilakukan di Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu (BTNKpS) DKI

Jakarta.

1.3. Manfaat

Manfaat dari magang ini adalah menguasai kemampuan untuk melakukan

rehabilitasi lamun dengan salah satu teknik yaitu transplantasi lamun untuk

memperbaiki kondisi padang lamun yang mengalami kerusakan atau menciptakan

padang lamun baru di lokasi yang belum ditumbuhi lamun.

Page 12: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Tumbuhan Lamun

Lamun merupakan tumbuhan laut yang berbentuk seperti rumput namun

memiliki akar, rhizoma dan daun sejati. Kelebihan inilah yang dimiliki lamun

yang tidak dimiliki oleh rumput laut sebagai tumbuhan yang ada di laut. Lamun

biasanya tumbuh terbenam di laut dan umumnya membentuk sebuah padang atau

hamparan yang luas sehingga di sebut padang lamun (Febriyantoro, 2013).

Lamun tumbuh padat membentuk padang, sehingga dikenal sebagai

padang lamun (seagrass bads). Lamun dapat tumbuh membentuk padang lamun

dengan kepadatan mencapai 4.000 tumbuhan per m2 dan mempunyai biomassa

tetap sebesar 2 kg/m2 (Nybakken, 1988; Kordi, 2011).

Lamun (seagrass) atau disebut juga ilalang laut atau yar, adalah satu

satunya kelompok tumbuhan laut yang berbunga yang ada di lingkungan laut,

lamun tumbuh pada perairan yang agak berpasir dan dangkal, sering pula

dijumpai di terumbu karang dan mangrove. Lamun termasuk tumbuhan berbiji

tunggal (monokotil) dari kelas Angiospermae. Tumbuhan lamun telah

menyesuaikan diri untuk hidup terbenam di dalam laut. Lamun terdiri dari

rhizome atau rhizoma (batang terbenam atau akar rimpang), daun dan berakar

(Kordi, 2011).

Page 13: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

Gambar 1. Morfologi tumbuhan lamun

Tumbuhan lamun mempunyai beberapa sifat yang memungkinkannya

hidup di laut, yaitu : (1). Mampu hidup di media air asin; (2). Mampu

berfungsi normal dalam kondisi normal; (3). Mempunyai sistem perakaran

jangkar yang berkembang biak; (4). Mampu melakukan penyerbukan dan

daun generatif dalam keadaan terbenam (Den Hartog, 1970; Kordi 2011).

Lamun juga memiliki sistem perakaran yang nyata, dedaunan, sistem

Page 14: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

transportasi internal untuk gas dan nutrien, serta stomata, yang berfungsi

dalam pertukaran gas, untuk menjaga agar tubuhnya tetap mengapung di

perairan, tumbuhan lamun dilengkapi dengan ruang udara (Dahuri, 2003;

Kordi, 2011).

Lamun tumbuh subur pada daerah terbuka pasang surut dan perairan

pantai atau goba yang dasarnya berupa lumpur, pasir, kerikil, dan patahan karang

mati dengan kedalaman sampai 4 meter (Dahuri 2003; Kordi 2011). Dalam

perairan yang sangat jernih, beberapa jenis lamun bahkan ditemukan tumbuh

sampai kedalaman 8-15 meter dan 40 meter (Den Hartog, 1970; Kordi 2011).

2.2. Pertumbuhan Tumbuhan Lamun

Lamun tumbuh subur di daerah terbuka pasang surut dan perairan pantai

atau goba yang dasarnya berlumpur, pasir, dan patahan karang mati, dengan

kedalaman sampai 4 meter (Dahuri, 2003; Kordi, 2011).

Pertumbuhan lamun diduga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal

seperti kondisi fisologis dan metabolisme, serta faktor eksternal seperti zat-zat

hara (nutrien) dan tingkat kesuburan perairan (Dahuri, 2003; Kordi 2011).

Penelitian dari Azkab, dkk (1994) menunjukkan bahwa kecepatan tumbuh

dari daun lamun Enhalus ocoroides rata-rata adalah 16,9 mm / hari untuk daun

baru (muda) dan 6,5 mm / hari untuk daun lama (tua). Sedangkan kecepatan

tumbuh daun lamun jenis Thalassia hemprichii adalah 4,51 mm / hari untuk daun

baru dan daun lama. Jenis Syringodium isoetifolium dan Cymodoceaa rotundata

masing-masing adalah 9,0 dan 8,7 mm / hari baik pada daun baru dan daun lama.

Page 15: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

Berikut adalah beberapa parameter yang mempengaruhi distribusi dan

pertumbuhan lamun :

1. Kecerahan

Penetrasi cahaya matahari sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan

lamun, tumbuhan lamun tumbuh di perairan yang dangkal karena membutuhkan

sinar matahari untuk proses fotosintesis. Menurut Hillman et all, (1989);

Supriharyono, (2007); Kordi, (2011) bahwa, daya jangkau atau kemampuan

tumbuh tumbuhan lamun untuk sampai kedalaman tertentu sangat dipengaruhi

oleh saturasi cahaya setiap individu lamun. Kebanyakan tumbuhan lamun saturasi

pada level 200 umol/m2/detik atau lebih rendah. Pertumbuhan lamun juga

dipengaruhi oleh padatan tersuspensi, kekeruhan, yang disebabkan oleh

pertumbuhan epyphytic algae dan fitoplankton yang pesat, limbah domestik atau

limbah organik, juga bisa menurunkan pasokan energi cahaya dan berakibat

terhadap pertumbuhan lamun.

2. Suhu

Tumbuhan lamun yang hidup di perairan tropis umumnya tumbuh pada

daerah dengan kisaran suhu 20-30 oC, sedangkan suhu optimumnya adalah 28-30

oC. Menurut Glynn (1968); Kordi (2011) bahwa, daun Thalasia akan mati pada

suhu 35-40 oC, walaupun rhizomanya tidak berpengaruh, demikian pula pada suhu

yang terlampau rendah juga dapat mematikan tumbuhan lamun di daerah sub

tropis.

3. Salinitas

Page 16: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

Spesies tumbuhan lamun memiliki toleransi yang berbeda-beda terhadap

salinitas, namun sebagian besar memiliki kisaran yang lebar, yaitu antara 10 – 40

permil. Nilai salinitas optimum pada lamun yaitu 35 permil (Dahuri, 2003; Kordi

2011).

4. Arus

Pertumbuhan lamun sangat dipengaruhi oleh kecepatan arus perairan. Arus

dan pergerakan air sangat penting dalam karena terkait dengan suplai unsur hara,

sediaan gas-gas terlarut, dan menghalau sisa-sisa metabolisme atau limbah. Pada

ekosistem padang lamun arus menentukan tingginya produktivitas primer, melalui

pencampuran dan penyebaran unsur hara dan gas-gas, serta memindahkan limbah

(Kordi, 2011).

5. Subtrat

Padang lamun tumbuh pada berbagai tipe subtrat, mulai dari lumpur

sampai sedimen dasar yang terdiri dari endapan lumpur halus sebesar 40%.

Kedalamn subtrat berperan dalam menjaga stabilitas sedimen yang mencakup dua

hal, yaitu pelindung tanaman dari arus laut dan tempat pengolahan serta pemasok

nutrien. Kedalaman sedimen yang cukup merupakan kebutuhan utama untuk

pertumbuhan perkembangan habitat lamun (Dahuri, 2003; Kordi, 2011).

6. Nutrien

Lamun mengambil unsur hara terlarut melalui akar dan daun dengan

dominan rute tergantung pada jenis unsur hara dan konsentrasinya. Lamun

Page 17: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

tumbuh pada sedimen hasil bawaan dari daratan (terigenous sediments) dan di

daerah beriklim dingin (temperate) biasanya dibatasi oleh nitrogen, sehingga

lamun cenderung memanfaatkan fosfor. Sedangkan lamun yang tumbuh di

sedimen hasil pengikisan batu karang ( carbonate sediments), dimana fosfor

terikat kuat dengan besi (iron oxyhydroxides) dan di daerah tropis, dimana

kandungan fosfornya sangat rendah, tumbuhan lamun biasanya dibatasi oleh

fosfor (Short, 1978; Kordi, 2011).

2.3. Fungsi Tumbuhan Lamun

Padang lamun dengan tumbuhan lamunnya merupakan salah satu

ekosistem yang sangat penting, baik secara fisik maupun biologis. Selain sebagai

stabilisator sedimen dan penahan endapan, padang lamun berperan sebagai

produsen utama dalam jaring-jaring makanan. Padang lamun juga menjadi habitat

(tempat hidup), naungan, berkembang biak, dan mencari makan berbagai biota

laut,baik vertebarata maupun avertebrata (Kordi 2011).

Menurut Wood ett all (1969) dan Dawes (1981), dalam Kordi 2011

manfaat dari tumbuhan lamun adalah sebagai berikut : (a). Seagrass mempunyai

daya untuk memperangkap sedimen. (b). Sebagai sistem tumbuhan merupakan

sumber produktivitas primer, yang mempunyai nilai produksi yang cukup tinggi;

(c). Sumber makanan langsung bagi biota laut; (d). Merupakan habitat bagi biota

hewan air; (e). Merupakan subtrat bagi organisme fitoplankton yang menempel;

(f). Mempunyai kemampuan yang baik untuk memindahkan unsur-unsur hara

Page 18: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

terlarut di perairan yang ada di permukaan sedimen; (g). Akar-akar dan rhizome

sea grass mampu mengikat sedimen sehingga terhindar dari bahaya erosi.

Potensi lain yang dimiliki oleh tumbuhan lamun bermanfaat dalam

berbagai hal, yaitu : (a). Penyaring limbah dan penstabil sedimen; (b). Tumbuhan

lamun mengandung lignin yang rendah dan cellusa yang cukup tinggi, maka dapat

digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kertas; (c). Rhizoma muda dari jenis

tertentu, seperti Zostera, dapat dimasak, dan buah dari beberapa jenis lamun

lainnya dapat dimakan langsung; (d). Daun-daun kering dapat digunakan sebagai

makanan ternak ( McRoy dan Helffrich, 1980; Kordi, 2011).

Tumbuhan lamun juga dapat digunakan sebagai indikator biologis di

perairan yang tercemar logam berat, dari hasil penelitian kandungan logam berat

Cd, Cu, Pb, dan Zn lebih tinggi pada lamun yang hidup pada lingkungan tercemar

dari pada yang tumbuh di lingkungan tercemar (Dahuri, 2003; Kordi, 2011).

Secara ekologi, lamun memiliki peranan yang penting dalam ekosistem di

perairan laut, lamun berfungsi sebagai penyedia makanan, penangkap sedimen,

tempat berlindung, berpijah dan tempat mencari makanan bagi biota-biota laut

yang berasosiasi dengan dengan lamun itu sendiri. Karena fungsi dari lamun

belum banyak diketahui oleh masyarakat banyak maka keberadaan lamun sering

diabaikan. Kerusakan lamun biasanya diakibatkan kegiatan manusia seperti

pembuangan limbah organik maupun on organik langsung ke laut, aktivitas

nelayan,dll.

Page 19: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

2.4. Profil Padang Lamun di BTNKpS

Padang lamun (seagrass bed) dapat ditemukan di sebagian besar perairan

pulau dalam kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu seperti Pulau

Pramuka, Pulau Panggang, Pulau Kelapa dan Pulau Harapan. Secara ekologis

ekosistem lamun di Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu merupakan habitat,

tempat mencari makan dan berkembang biak berbagai jenis ikan, udang, teripang,

cumi-cumi serta biota laut lainnya. Di perairan sebelah barat Pulau Kaliage Kecil

dijumpai jenis cumi-cumi meletakkan telur-telurnya di daun-daun lamun sampai

menetas padang lamun di sebelah barat. Di samping itu, keberadaan padang

lamun di TNKpS dapat menstabilkan substrat dasar, daun-daun lamun akan

menangkap sedimen dan mengendapkannya ke dasar sehingga perairan menjadi

jernih (BTNKpS).

Lamun di Taman Nasional Kepulauan Seribu tumbuh dalam kelompok

rumpun yang kecil-kecil dan tersebar tidak merata, namun kadang juga

membentuk suatu padang yang luas dengan jenis homogen ataupun heterogen.

Hal ini terkait dengan kondisi fisik substrat dasar perairan Kepulauan Seribu yang

tidak stabil karena pengaruh arus dan gelombang.

Di seluruh dunia telah teridentifikasi 60 jenis lamun, 20 jenis diantaranya

ditemukan di perairan di Asia Tenggara dan terdapat 12 jenis lamun (7 genus)

yang tumbuh di perairan Indonesia (Lee Long et al. 2000; Hutomo et al., 1988;

Fortes, 1988; Dahuri, 2003; Kordi, 2011). Dari 12 jenis lamun yang dapat tumbuh

di perairan Indonesia, 7 (tujuh) jenis diantaranya dapat ditemukan di kawasan

Taman Nasional Kepulauan Seribu (BTNKpS, 2005).

Page 20: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

Tujuh (7) Jenis lamun tersebut adalah, Thalassia hemprichii, Cymodocea

rotundata, Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides, Halophila ovalis,

Sryngodium isoetifolium, dan Halodule uninervis.

Page 21: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

Gambar 2. Jenis-jenis lamun yang terdapat di BTNKps.

2.5. Rehabilitasi Tumbuhan Lamun

Dibandingkan dengan fungsinya perhatian terhadap ekosistem lamun

masih sangat kurang dibandingkan dengan dua ekosistem pesisir lainnnya, yaitu

ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu karang, di sisi lain masih kurang

upaya yang kita berikan untuk menyelamatkan ekosistem ini. Meskipun data

mengenai kerusakan ekosistem padang lamun tidak tersedia tetapi faktanya sudah

banyak mengalami degradasi akibat aktivitas di darat. Kerusakan lamun di

Indonesia biasanya banyak diakibatkan oleh aktivitas manusia seperti

pembuangan limbah organik maupun non organik langsung ke laut, aktivitas

perahu nelayan, penangkapan ikan yang tidak menggunakan alat yang ramah

lingkungan, dan lain-lain (Bengen, 2001).

Merujuk pada kenyataan bahwa padang lamun mendapat tekanan

gangguan utama dari aktivitas manusia perlu dilakukan rehabilitasi tumbuhan

Page 22: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

lamun, menurut (Nontji, Trismades) rehabilitasi dapat dilaksanakan melalui dua

pendekatan menurut, yaitu:

1) Rehabilitasi lunak (soft rehabilitation)

2) Rehabilitasi keras (hard rehabilitation).

1). Rehabilitasi lunak (soft rehabilitation)

Rehabilitasi lunak berkenan dengan penanggulangan akar masalah,

dengan asumsi jika akar masalah dapat diatasi, maka alam akan mempunyai

kesempatan untuk merehabilitasi dirinya sendiri secara alami. Rehabilitasi lunak

lebih menekankan pada pengendalian perilaku manusia.

2). Rehabilitasi keras (hard rehabilitation).

Rehabiltasi keras menyangkut kegiatan langsung perbaikan lingkungan di

lapangan. Ini dapat dilaksanakan misalnya dengan rehabilitasi lingkungan atau

dengan transplantasi lamun di lingkungan yang perlu direhabilitasi.

Upaya pemulihan terhadap kerusakan padang lamun masih jarang

dilakukan. Salah satu alternatif dalam upaya konservasi ekosistem lamun adalah

melalui tranplantasi lamun. Metode ini dapat mengimbangi tingkat kerusakan

lamun baik fisik ataupun fisiologi yang terjadi begitu cepat. Jika tingkat kerusakan

ini dapat diimbangi, maka secara tidak langsung dapat membantu meningkatkan

perekonomian masyarakat pesisir. Berbagai biota ekonomis penting yang

berasosiasi, seperti teripang, bintang laut, bulu babi, kerang, udang, ikan karang,

dan kepiting dapat dijadikan komoditi tangkapan unggulan (Bengen, 2001).

Page 23: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

BAB III

METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Kegiatan transplantasi lamun ini dilaksanakan pada tanggal 24 Agustus 2014

pukul 10.00 – 16.00, dengan lokasi; pengambilan bibit dilakukan Pulau Panggang

bagian selatan dengan titik koordinat S 05 0

44 ’48.88” E 106 0 36 ‘ 05. 72” dan

Pulau Pramuka bagian Utara dengan titik koordinat S 05 0

44’27.98” E106 0 36 ‘

55. 34” , sedangkan penanaman lamun di lakukan di Pulau Pramuka bagian Timur

dengan titik koordinat S 05 0

44’ 41.61 dan E 106 0 36 ‘ 00.72.

Gambar 3 . Lokasi pengambilan bibit lamun.

Keterangan : Kotak bewarna hijau yang ditunjukkan anak panah lokasi

pengambilan bibit di Pulau Panggang bagian Selatan dan Kotak bewarna kuning

yang ditunjukkan anak panah lokasi pengambilan bibit di Pulau Pramuka bagian

Utara.

Page 24: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

Gambar 4. Lokasi transplantasi lamun.

Keterangan : Kotak bewarna merah yang ditunjukkan anak panah adalah lokasi

transplantasi lamun di Pulau Pramuka bagian Timur.

3.2. Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam kegiatan transplantasi lamun :

Tabel 1. Alat dan Bahan

NO NAMA ALAT JUMLAH KETERANGAN

1 Alat Snorkling 5 set Digunakan untuk mengambil bibit

dan mengembalikan bibit di perairan

2 Kapal 1 unit Alat transportasi

3 Kamera under

water

1 unit Untuk dokumentasi selama kegiatan

transplantasi lamun

Page 25: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

4 GPS 1 unit Untuk menentukan titik koordinat

5 Frame 5 unit Media untuk transplantasi lamun

6 pH meter 1 buah Alat ukur pH dan suhu

7 Refraktometer 1 buah Alat ukur salinitas

8 Linggis 1 buah Digunakan untuk mengambil bibit

9 Sepatu boot 2 buah

10 Box 1 buah Untuk meletakkan bibit lamun yang

baru diambil

11 Kertas tisu 125

lembar

Untuk mengikat bibit lamun ke

frame

12 Gunting 2 buah Untuk memotong benih

13 Alat tulis 1 set Mencatat proses selama kegiatan

14 Bibit lamun 125 bibit Objek penanaman

3.3. Prosedur Kerja

A. Pemilihan Lokasi Penanaman

Pemilihan lokasi kegiatan untuk melakukan transplantasi lamun mengikuti

cara yang di jelaskan oleh F.T. Short et all, (2002); BTNKpS (2006) dengan

sedikit perubahan untuk menyesuaikan dengan kondisi lokasi yang akan di

lakukan transplantasi. Informasi tentang karakteristik padang lamun yang ada /

Page 26: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

sumber bibit (reference sites) pada lokasi yang akan dilakukan transplantasi

diambil untuk perhitungan indeks kesesuaian lokasi penanaman atau preliminary

transplant suitability index (PTSI) dan memilih proritasnya.

B. Pemilihan Jenis Lamun

Pemilihan jenis lamun yang akan dijadikan bibit dalam kegiatan transplantasi

lamun didasarkan pada jenis-jenis yang secara alami tumbuh dominan dan

merupakan jenis pioner di lokasi yang akan dilakukan transplantasi. Penggunaan

jenis pioner dalam kegiatan rehabilitasi akan membuat tingkat keberhasilannya

menjadi tinggi (BTNKpS, 2006).

Pada kegiatan transplantasi yang dilakukan dipilih jenis lamun Thalassia

hemprichii dan Cymodocea sp. Kedua jenis lamun ini merupakan jenis pioner

yang secara alami banyak tumbuh pada daerah terbuka pasang surut dan

merupakan jenis yang dominan yang tersebar di lokasi transplantasi.

Gambar 5. Contoh bibit lamun jenis Cymodocea rotundata dan Thalassia

hemprichii yang akan di transplantasi.

Page 27: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

C. Metode Transplantasi Lamun

Metode yang digunakan pada kegiatan magang yaitu :

1. Metode TERFs (Transplanting Eelgrass Remotely with Frame System)

merupakan metode transplantasi lamun yang dikembangkan oleh F. T.

Short di Universitas of New Hampshire, USA (Short et al. 2001 dalam

Taurusman, et.al (2009). Metode TERFs ini menggunakan media frame

besi/kawat berukuran 60 x 60 cm, dimana bibit lamun yang diambil dari

padang lamun donor diikat pada frame dengan menggunakan pengikat

yang mudah larut seperti kertas tisu. Jarak taman pada metode TERFs

yaitu 15 cm. Tiap frame diisi oleh 25 bibit lamun.

2. Metode Plug, pada saat kegiatan magang metode plug hanya dilakukan

simulasi karena kondisi alam tidak mendukung untuk dilakukan

dilapangan. Metode plug biasa dilakukan pada saat surut terendah. Metode

plug ini menggunakan dengan pipa PVC yang dibentuk sedemikian rupa.

Bibit lamun dipindahkan dengan substratnya pada lokasi rehabilitasi yang

terlebih dahulu dipersiapkan lobangnya dengan PVC corer. Pada kegiatan

ini corer yang digunakan adalah sebuah pipa paralon yang dapat diatur

tingkat kevakumannya dengan sebuah valve kontrol udara di ujung atas

tabung tersebut. Penggunaan alat ini adalah untuk mengambil tanaman

lamun secara lengkap dari lokasi donor beserta sekaligus substrat

dasarnya.

Page 28: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

D. Pengambilan Bibit Lamun

Pengambilan bibit lamun untuk kegiatan transplantasi dilakukan di lokasi

yang terdekat dan memiliki populasi lamun yang tinggi ( BTNKpS, 2006). Syarat

bibit untuk kegiatan transplantasi adalah, lamun yang bertunas muda yang ciri-

cirinya rimpang bewarna putih dan memiliki minimal dua batang tunas baru.

Adapun teknik pengambilan bibit lamun untuk transplantasi adalah sebagai

berikut :

Pengambilan Bibit Lamun dengan Menggunakan Linggis.

Dalam pengambilan bibit lamun linggis difungsikan sebagai pembuat cekungan

pada subtrat disekitar bibit lamun, adapun caranya sebagai berikut :

1. Pilih lokasi yang memiliki tingkat populasi lamun yang tinggi ( banyak ).

2. Linggis yang telah disiapkan ditusuk kedalam subtrat disekitar bibit lamun

sampai subtrat disekitar bibit lamun membentuk cekungan dan kelihatan

akar-akarnya.

3. Bersihkan pasir (subtrat) yang melekat di akar-akar lamun dengan cara

dikipas.

4. Pilih lamun yang akan dijadikan cikal bakal bibit.

5. Masukkan bibit yang telah dipilih kedalam box berisi air dan hindari kontak

langsung dengan matahari agar bibit lamun tidak mudah layu (waktu toleransi

dari bibit lamun di dalam box yang berisi air asin paling lama 2 jam dengan

keadaan terlindung dari sinar matahari langsung).

Page 29: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

Pilih lokasi dengan populasi lamun yang tinggi (banyak).

Linggis yang disediakan ditusuk-tusuk ke dalam subtrat di sekitar bibit lamun.

Bersihkan pasir (subtrat) yang melekat diakar lamun dengan cara dikipas.

Pilih lamun yang akan dijadikan bibit. Masukkan bibit kedalam box plastik.

Gambar 6. Tahap Pengambilan Bibit dengan Linggis.

Page 30: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

Pengambilan Bibit Lamun dengan Menggunakan Kipas Plastik

Dalam pengambilan bibit lamun kipas plastik difungsikan untuk menyingkirkan

subtrat disekitar bibit lamun, adapun caranya sebagai berikut :

1. Pilih lokasi yang memiliki tingkat populasi lamun yang tinggi ( banyak ).

2. Kipas plastik yang telah disiapkan selanjutnya dikipas di sekitar akar lamun,

sampai subtrat disekitar tunas baru tersingkir dan akar dari tunas baru lamun

muncul atau kelihatan.

3. Tunas baru yang muncul atau kelihatan selanjutnya di ambil.

4. Masukkan bibit yang telah diambil kedalam box berisi air dan hindari

kontak langsung dengan matahari agar bibit lamun tidak mudah layu (waktu

toleransi dari bibit lamun di dalam box yang berisi air asin paling lama 2

jam dengan keadaan terlindung dari sinar matahari langsung).

Page 31: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

Pilih lokasi dengan populasi lamun yang tinggi (banyak).

Kipas yang disediakan dikipas disekitar akar lamun, sampai tunas baru muncul.

Tunas baru yang muncul selanjutnya diambil.

Pilih lamun yang akan dijadikan bibit. Masukkan bibit kedalam box plastik.

Gambar 7. Tahap Pengambilan Bibit dengan Kipas Plastik.

Page 32: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

E. Teknik Penanaman dengan Metode TERFs.

Langkah-langkah penanaman lamun dengan menggunakan metode TERFs (

Transplanting Eelgrass Remotely with Frame system ), adalah sebagai berikut :

1. Siapkan frame besi / kawat ukuran 60 cm X 60 cm dan tisu pengikat yang

telah digulung usahakan kedua alat ini jangan sampai basah.

2. Benih yang telah ada, dipotong pada rimpangnya minimal memilki dua tunas

muda.

3. Benih yang telah dipotong diikat pada frame dengan menggunakan tisu

dengan cara ikat simpul.

4. Jumlah bibit lamun 5 buah tiap barisnya jadi, satu frame diisi 25 bibit lamun.

5. Setelah proses pengikatan selesai frame dan bibit siap untuk ditanam dengan

cara membalikkan frame dan selanjutnya diletakkan diatas subtrat dengan

sedikit tekanan sehingga frame besi/kawat bagian bawah dapat masuk

beberapa centimeter ke dalam subtrat.

Page 33: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

Siapkan frame besi/kawat ukuran 60x60 cm.

Benih yang telah ada, dipotong pada rimpangnya minimal 2 tunas muda.

Benih diikat pada frame dengan menggunakan kertas tisu.

Jumlah benih tiap frame adalah 25 bibit.

Page 34: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

Setelah proses pengikatan selesai frame dan bibit siap untuk ditanam dengan cara membalikkan

frame dan selanjutnya diletakkan diatas subtrat dengan sedikit tekanan sehingga frame besi/kawat

bagian bawah dapat masuk beberapa centimeter ke dalam subtrat.

.

Posisi bibit lamun setelah kegiatan transplantasi dengan metode TERFs.

Gambar 8. Teknik Penanaman Metode TERFs

Page 35: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

Bata merah (pemberat).

Gambar 6. Pola penanaman TERFs, dimana ada 2 tunas yang diikatkan pada 25

unit penanaman setiap Frame sehingga jumlah keseluruhannya menjadi 100

tunas lamun per 1 m2.

Page 36: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

Pengikatan tunas dengan tissue pada TERFs Frame.

Gambar 7. Contoh pengikatan tunas (bibit lamun) dengan tisu pada frame.

Page 37: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengukuran Parameter Lingkungan.

Sebelum melakukan kegiatan transplantasi lamun harus dilakukan

pengukuran parameter lingkungan di lokasi yang akan dilakukan kegiatan

transplantasi lamun, parameter lingkungan tersebut antara lain; suhu, salinitas, pH

(derajat keasaman), arus, serta mengidentifikasi jenis subtrat di lokasi

transplantasi lamun. Hasil pengukuran dan pengamatan kondisi fisik lingkungan

pada lokasi transplantasi lamun dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil pengamatan kondisi fisik lingkungan pada lokasi transplantasi

lamun.

No Lokasi Suhu

(oC)

Salinitas

(0/00)

pH Jenis Subtrat Arus

(m/s)

1 Pulau

Pramuka

bagian Timur

28,7 35 7,6 Pasir kasar 0,5

Melihat dari data hasil pengukuran parameter fisik lingkungan diatas maka

bisa dikatakan lokasi Pulau Pramuka bagian Timur sangat baik untuk dilakukan

kegiatan transplantasi lamun karena kondisi fisik perairannya sangat mendukung

untuk pertumbuhan lamun. Nilai parameter fisik lingkungan yang optimum bagi

pertumbuhan lamun dapat dilihat pada tabel 3.

Page 38: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

Tabel 3. Nilai parameter fisik lingkungan yang optimum bagi pertumbuhan

lamun.

No Parameter Lingkungan Nilai Optimum untuk Pertumbuhan Lamun

1 Suhu 28-30 0C

2 Salinitas 35 permil

3 pH 6,5-8

4 Arus 0,5 – 1 m/s

4.2. Teknik Pemilihan Lokasi Transplantasi

Pemilihan lokasi untuk kegiatan transplantasi lamun menjadi penting karena

akan berpengaruh terhadap keberhasilan transplantasi lamun. Pengukuran

terhadap kondisi biologi, fisika, dan kimia di lokasi transplantasi akan

memaksimalkan keberhasilan kegiatan transplantasi lamun.

Informasi tentang karakteristik padang lamun yang ada / sumber bibit

(reference sites) dan lokasi transplantasi lamun (recipient sites) pada lokasi

transplantasi diambil untuk perhitungan indeks kesesuaian lokasi penanaman

(PTSI) dan memilih proritasnya. Hasil pengukuran parameter lingkungan

dilakukan pada masing-masing lokasi dan diberikan score. Nilai 0, 1, dan 2

menunjukkan kualitas dari setiap parameter yang di ukur. Score PTSI

dijumlahkan pada seluruh parameter. Nilai 0 untuk beberapa parameter membuat

score keseluruhan menjadi 0 dan mengeliminasi lokasi tersebut dari proritas. Nilai

Page 39: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

score yang tinggi menunjukkan kemungkinan sangat besar untuk keberhasilan

transplantasi lamun (BTNKpS, 2006).

Tabel 4. Nilai / score Indeks Kesesuaian Lokasi Penanaman (PTSI, Preliminary

Transplant Suitability Index) lokasi transplantasi lamun.

No Parameter Score

1 Keberadaan lamun 2 (dua)

2 Jarak dengan padang lamun yang ada 2 (dua)

3 Kejernihan perairan 1 (satu)

4 Ukuran partikel dasar 1 (satu)

5 Kedalaman 1 (satu)

6 Sedimen 1 (satu)

7 Salinitas 2 (dua)

8 Suhu 2 (dua)

9 Derajat keasaman (pH) 2 (dua)

10 Arus / Gelombang 1 (satu)

Jumlah 15 (lima belas)

Tabel diatas menunjukkan lokasi yang dipilih sangat baik , karena parameter

– parameter lingkungan yang diukur sangat mendukung untuk dilakukan kegiatan

transplantasi lamun.

Selain nilai Indeks Kesesuaian Lokasi Penanaman (PTSI, Preliminary

Transplant Suitability Index) lokasi transplantasi lamun, ada beberapa

Page 40: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

pertimbangan dalam pemilihan lokasi transplantasi lamun menurut BTNKps,

yaitu :

1. Lokasi yang akan di transplantasi mengalami penurunan potensi padang

lamun dan disinyalir rawan terhadap kerusakan ekosistem padang lamun.

2. Transplantasi lamun dilakukan di lokasi yang sebaran lamunnya kurang /

sedikit.

3. Lokasi transplantasi lamun berkonfigurasi datar dan terhindar dari

pengaruh arus dan gelombang yang kuat dengan kondisi fisika lingkungan

optimal.

4. Transplantasi lamun akan sukses dilakukan pada lokasi yang mempunyai

kedalaman sama dengan padang lamun yang ada, dekat dengan lamun

yang ada / sumber bibit (Fonseca, M.S., 1997; BTNKpS, 2006).

4.3. Teknik Pemilihan Metode Transplantasi

Dalam menentukan metode transplantasi hal yang paling utama di

perhatikan adalah kondisi alam seperti arus, gelombang, dan pasang surut air laut.

Sebelum menentukan metode harus ditentukan jenis lamun yang akan

ditransplantasi karena metode yang digunakan disesuaikan dengan jenis lamun

yang di transplantasi. Sebagai contoh untuk metode TERFs digunakan untuk jenis

lamun yang berkuran kecil seperti Thallasia hemprichi, Cymodocea rotundata,

Cymodocea serrulata, dan lain-lain. Untuk lamun jenis Enhalus acoroides

transplantasi digunakan metode Plug.

Page 41: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

4.4. Pengamatan Lamun Hasil Transplantasi

Setelah melakukan kegiatan transplantasi, dilakukan pula pengamatan

terhadap kondisi lamun hasil transplantasi, tujuannya untuk melihat tingkat

keberhasilan dan pertumbuhan, serta mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan lamun yang ditransplantasi. Pengamatan dilakukan

sebanyak 2 (dua) kali, adapun hasilnya sebagai berikut :

Pengamatan Pertama

Lokasi : Pulau Pramuka

Tanggal Pengamatan : 25/08/2014 (Pengamatan pertama)

Koordinat : S 05 0

44’ 41.61 dan E 106 0 36 ‘ 00.72.

Suhu : 29,9 o C

pH : 7,6

Salinitas : 35 0/00

Tabel 5. Hasil Pengamatan Pertama.

Frame Jenis Lamun Kondisi

1 Hidup Mati Tingkat

Sedimentasi Thalassia hemprichii

15 X Rendah

Cymodocea rotundata

10 X

2

Thalassia hemprichii

17 X Rendah

Cymodocea rotundata

8 X

3 Cymodocea rotundata

11 X Rendah

Thalassia hemprichii

9 X

Sryngodium isoetifolium

5 X

Page 42: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

4

Thalassia hemprichii

8 X Sedang

Sryngodium isoetifolium

4 X

Cymodocea rotundata

13 X

5

Thalassia hemprichii

11 X Sangat Rendah

Cymodocea rotundata

13 X

Sryngodium isoetifolium

1 X

Pengamatan Kedua

Lokasi : Pulau Pramuka

Tanggal Pengamatan : 01/09/2014 (Pengamatan kedua)

Koordinat : S 05 0

44’ 41.61 dan E 106 0 36 ‘ 00.72.

Suhu : 27,5 o C

pH : 7,58

Salinitas : 36 o/oo

Tabel 6. Hasil Pengamatan Kedua

Frame Jenis Lamun Kondisi

1 Hidup Mati Tingkat

Sedimentasi Thalassia hemprichii

13 2 Tinggi

Cymodocea rotundata

2 8

2

Thalassia hemprichii

14 3 Sedang

Cymodocea rotundata

6 2

3 Cymodocea rotundata

6 2 Rendah

Thalassia hemprichii 11 1

Page 43: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

Sryngodium isoetifolium

4 1

4

Thalassia hemprichii

8 X Rendah

Sryngodium isoetifolium

4 X

Cymodocea rotundata

8 5

5

Thalassia hemprichii

11 X Sangat Rendah

Cymodocea rotundata

13 X

Sryngodium isoetifolium

1 X

Dari tabel pengamatan di atas dapat dilihat bahwa tingkat keberhasilan dan

tingkat pertumbuhan lamun hasil transplantasi di pengaruhi oleh faktor-faktor

fisik dalam hal ini sedimentasi berpengaruh langsung terhadap keberhasilan

transplantasi lamun. Perbandingan tingkat keberhasilan transplantasi lamun dapat

dilihat di tabel 5 dan 6.

Page 44: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Transplantasi lamun yang dilakukan merupakan salah satu usaha

rehabilitasi ekosistem lamun, yang bertujuan untuk memperbaiki atau

mengembalikan habitat lamun yang mengalami kerusakan.

2. Salah satu metode dalam transplantasi lamun adalah metode TERFs, yaitu

dengan menggunakan frame besi ukuran 60 x 60 cm dan bibit lamun

diikatkan pada frame besi dengan kertas tissue yang sudah digulung.

3. Metode TERFs bisa digunakan untuk jenis lamun yang berukuran kecil,

seperti Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Sryngodium

isoetifolium, Cymodocea serrulata, dan lain-lain.

4. Untuk lamun jenis Enhalus acoroides, metode yang digunakan adalah

metode Plug.

5. Tingkat keberhasilan dalam kegiatan transplantasi lamun dapat

ditingkatkan dengan pemilihan jenis lamun dan lokasi yang sesuai secara

ilmiah (science-based criteria).

Page 45: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

5.2. Saran

1. Dalam menentukan lokasi transplantasi lamun hendaknya memperhatikan

parameter lingkungan baik fisika, kimia dan biologi.

2. Dalam menentukan metode harus diperhatikan jenis lamun yang di

transplantasi, dan kondisi alam tempat melakukan transplantasi.

3. Untuk wilayah pulau Bintan yang memiliki spesies lamun yang banyak

perlu dilakukan rehabilitasi untuk menjaga kondisi padang lamun agar

tetap baik.

4. Setelah melakukan kegiatan transplantasi lamun, sebaiknya dilakukan

pemeliharaan dan pengamatan untuk mengetahui tingkat keberhasilannya.

Selain itu kondisi sumber bibit (padang lamun donor), diharapkan dapat

pulih kembali.

5. Berbagai pihak yang berkepentingan di wilayah yang memiliki ekosistem

lamun, harus memperhatikan dan menjaga kondisi ekosistem lamun.

Page 46: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

DAFTAR PUSTAKA

Azkab, M.H. 1999. Petunjuk Penanaman Lamun. Oseana. XXIV (nomor 3).

http://www.google.co.id/url.www.oseanografi.lipi.go.id 26 Mei 2014.

Bengen, D. 2001. Ekosistem dan Sumber Daya Alam Pesisir dan laut. IPB. Bogor.

Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu. 2006. Laporan Penanaman Lamun di

Kepulauan Seribu. BTNKpS. Jakarta.

Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu. 2006. Metode Penanaman Lamun.

BTNKpS. Jakarta.

Febriyantoro, dkk. 2013. Rekayasa Teknologi Transplantasi Lamun (Enhalus

acoroides) di Kawasan Padang Lamun Perairan Prawean Bandengan

Jepara. http://www.google.co.id/urldjelamunindonesiafiles.wordpress.com

26 Mei 2014.

Kawaroe, M, dkk. 2011. Perubahan Luas Penutupan Padang Lamun Di

Kepulauan Seribu. DKI Jakarta. http://repository.ipb.ac.id/handle/123

456789/27689. 26 Mei 2014.

Kholiq, Nur. 2007. Profil Ekosistem dan Rehabilitasi Padang Lamun di TNKpS.

BTNKpS. 2007

Kordi K, M Ghufran H & Bancung. A Baso. 2011. Padang Lamun. Rineka Cipta.

Jakarta.

Page 47: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

Nontji, A. 2011. Pengelolaan Dan Rehabilitasi Lamun. Program Trismades.

[email protected]. 1 Juni 2014.

Suhud, M, Aris. 2012. Struktur Komunitas Lamun di Perairan Pulau Nikoi.

http://www.google.co.id/url?jurnal.umrah.ac.id%2Fwp-

content%2Fuploads%2F2013%2F08%2FM.-Aris-Suhud-

080210450054.pdf. 10 Juli 2014

Wulandari, Dwi,dkk. 2013. Transplantasi Lamun Thalassia hemprichii dengan

Metode Jangkar di Perairan Teluk Awur dan Bandengan. Jepara. Journal

Of Marine Research. Volume 2. (Nomor 2). Halaman 30-38,

http://ejournal.s-1undip.ac.id/index.php/jmr. 1 Juni 2014.

Page 48: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

LAMPIRAN

FOTO ALAT DAN BAHAN

KAPAL BOX PLASTIK

KAMERA UNDERWATER ALAT SNORKLING

FRAME BESI GPS

LINGGIS SEPATU BOOT

Page 49: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

GUNTING REFRAKTOMETER

pH METER BIBIT LAMUN

Page 50: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun

FOTO SELAMA KEGIATAN

Page 51: Laporan hasil magang muhammad halim 120254241031 tekn ik transplantasi lamun