29
1 BAB PENDAHULUAN Sejarah Lembaga Pengadilan Tinggi Agama Banjarmasin semula dikenal dengan sebutan Kerapatan Qadhi Besar.1 Sebagai pengadilan tingkat banding, tentu tidak dapat dipisahkan dengan pengadilan tingkat pertama dalam wilayahnya. ”Jabatan Qadhi” sebagai pengadilan tingkat pertama diadakan Sultan Banjar Tahmidullah II bin Tamjidillah yang berkuasa antara tahun 1778 1808 (Amir Hasan Kiai Bondan, tt, hal 68) dengan mengangkat H. Abu Su’ud bin Syekh Muhammad Arsyad al Banjari sebagai Qadhi pertama. (Abu Daudi, 2003 hal 87). Tidak terdapat catatan mengenai pembentukan ditingkat banding. Dengan demikian Stbl tahun 1937 Nomor 638 dan 639 adalah dasar dibentuknya Kerapatan Qadhi Besar, berbeda dengan dasar hukum pembentukan jabatan Qadhi sebagaimana disebutkan diatas. Jabatan Qadhi yang mendapat ”pengukuhan” dengan Stbl tahun 1937 belum mencakup seluruh wilayah yang menjadi yurisdiksi PTA Banjarmasin saat ini. Gubernur Jenderal Belanda yang berwenang menetapkan kedudukan dan daerah Kerapatan Qadhi mengeluarkan Kabupaten Kotabaru (daerah Pulau Laut dan Tanah Bumbu) dari wilayah hukum PTA Banjarmasin, pada sisi lain Negara walau merupakan ibukota kecamatan termasuk yang ada Kerapatan Qadhinya. Pada tahun 1952 dengan pertimbangan ketataprajaan Kerapatan Qadhi di Marabahan, Pelaihari, Rantau dan Negara dihapuskan. Dengan Surat Keputusan Menteri Agama RI No 89 tahun 1967, Kerapatan Qadhi tersebut dibentuk kembali. (Himpunan Peraturan Perundang-undangan pembentukan PA se-Indonesia, 2002: 91-93) Namun untuk Marabahan dan Pelaihari pembentukan kembali baru direalisasikan pada tahun 1976. Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1957 yang menjadi dasar pembentukan PA diluar Jawa dan Madura dan sebagian Kalimantan Selatan dijadikan dasar pembentukan pengadilan agama Kotabaru, pada saat itu PA Kotabaru berada dalam yursdiksi Pengadilan Agama Mahkamah Syari’ah Propinsi (PAMAP) Banjarmasin yang mewilayahi Kalimantan Timur, Tengah, Barat dan sebagian Kalsel, kemudian pindah ke Samarinda menjadi PTA Samarinda. Walaupun PAMAP Banjarmasin telah berubah dan pindah ke Samarinda menjadi PTA Samarinda, segala urusan dan perkara banding dari PA Kotabaru tetap menjadi wewenang PTA Samarinda. Namun dengan Keputusan Menteri Agama No 16 tahun 1983 PTA Samarinda dinyatakan berwenang untuk provinsi Kaltim dan Kalteng, maka PA Kotabaru otomatis menjadi bagian dari PTA Banjarmasin karena Kotabaru yang merupakan salah satu kabupaten dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan berada di luar yurisdiksi PTA Samanrinda. Kemudian hal ini dipertegas oleh UU No 7/89 pasal (2). (Drs. H. Rusdiansyah, Wawancara tanggal 1 Mei 2007). Ketentuan tersebut ditindaklanjuti dengan diadakannya serah terima kewenangan dari PTA Samarinda kepada PTA Banjarmasin. Terakhir karena adanya pemekaran wilayah Kabupaten Banjar dengan disahkannya Kotamadya Banjarbaru, dibentuk Pengadilan Agama Banjarbaru dengan Keputusan Presiden Nomor 179 Tahun 2000 tanggal 22 Desember 2000. Dari

Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan

1

BAB

PENDAHULUAN

Sejarah Lembaga

Pengadilan Tinggi Agama Banjarmasin semula dikenal dengan sebutan Kerapatan

Qadhi Besar.1 Sebagai pengadilan tingkat banding, tentu tidak dapat dipisahkan dengan

pengadilan tingkat pertama dalam wilayahnya. ”Jabatan Qadhi” sebagai pengadilan

tingkat pertama diadakan Sultan Banjar Tahmidullah II bin Tamjidillah yang berkuasa

antara tahun 1778 – 1808 (Amir Hasan Kiai Bondan, tt, hal 68) dengan mengangkat H.

Abu Su’ud bin Syekh Muhammad Arsyad al Banjari sebagai Qadhi pertama. (Abu Daudi,

2003 hal 87). Tidak terdapat catatan mengenai pembentukan ditingkat banding. Dengan

demikian Stbl tahun 1937 Nomor 638 dan 639 adalah dasar dibentuknya Kerapatan

Qadhi Besar, berbeda dengan dasar hukum pembentukan jabatan Qadhi sebagaimana

disebutkan diatas. Jabatan Qadhi yang mendapat ”pengukuhan” dengan Stbl tahun 1937

belum mencakup seluruh wilayah yang menjadi yurisdiksi PTA Banjarmasin saat ini.

Gubernur Jenderal Belanda yang berwenang menetapkan kedudukan dan daerah

Kerapatan Qadhi mengeluarkan Kabupaten Kotabaru (daerah Pulau Laut dan Tanah

Bumbu) dari wilayah hukum PTA Banjarmasin, pada sisi lain Negara walau merupakan

ibukota kecamatan termasuk yang ada Kerapatan Qadhinya. Pada tahun 1952 dengan

pertimbangan ketataprajaan Kerapatan Qadhi di Marabahan, Pelaihari, Rantau dan

Negara dihapuskan. Dengan Surat Keputusan Menteri Agama RI No 89 tahun 1967,

Kerapatan Qadhi tersebut dibentuk kembali. (Himpunan Peraturan Perundang-undangan

pembentukan PA se-Indonesia, 2002: 91-93) Namun untuk Marabahan dan Pelaihari

pembentukan kembali baru direalisasikan pada tahun 1976. Peraturan Pemerintah Nomor

45 tahun 1957 yang menjadi dasar pembentukan PA diluar Jawa dan Madura dan

sebagian Kalimantan Selatan dijadikan dasar pembentukan pengadilan agama Kotabaru,

pada saat itu PA Kotabaru berada dalam yursdiksi Pengadilan Agama Mahkamah

Syari’ah Propinsi (PAMAP) Banjarmasin yang mewilayahi Kalimantan Timur, Tengah,

Barat dan sebagian Kalsel, kemudian pindah ke Samarinda menjadi PTA Samarinda.

Walaupun PAMAP Banjarmasin telah berubah dan pindah ke Samarinda menjadi PTA

Samarinda, segala urusan dan perkara banding dari PA Kotabaru tetap menjadi

wewenang PTA Samarinda. Namun dengan Keputusan Menteri Agama No 16 tahun

1983 PTA Samarinda dinyatakan berwenang untuk provinsi Kaltim dan Kalteng, maka

PA Kotabaru otomatis menjadi bagian dari PTA Banjarmasin karena Kotabaru yang

merupakan salah satu kabupaten dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan berada di

luar yurisdiksi PTA Samanrinda. Kemudian hal ini dipertegas oleh UU No 7/89 pasal (2).

(Drs. H. Rusdiansyah, Wawancara tanggal 1 Mei 2007). Ketentuan tersebut

ditindaklanjuti dengan diadakannya serah terima kewenangan dari PTA Samarinda

kepada PTA Banjarmasin. Terakhir karena adanya pemekaran wilayah Kabupaten Banjar

dengan disahkannya Kotamadya Banjarbaru, dibentuk Pengadilan Agama Banjarbaru

dengan Keputusan Presiden Nomor 179 Tahun 2000 tanggal 22 Desember 2000. Dari

Page 2: Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan

2

uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dasar hukum pembentukan PTA Banjarmasin,

termasuk Pengadilan Agama dalam yurisdiksinya adalah :

1. Titah raja Banjar. Sultan Tahmidullah II.

2. Stbl tahun 1937 Nomor 638 dan 639.

3. PP 45 tahun 1957.

4. SK Menag No. 89 tahun 1976.

5. Kep Menag No:76 tahun 1983.

6. UU Nomor 7 tahun 1989.

7. Kepres No. 179 Tahun 2000.

Dengan mengutif beberapa pendapat Zaini Ahmad Noeh mengemukakan teori

pembentukan lembaga peradilan Islam, Qadla dapat dilakukan dalam tiga bentuk yaitu:

Bentuk pertama: Peradilan harus dilakukan atas dasar pelimpahan wewenang atau

”tauliyah” dari Imam. Imam adalah Kepala Negara yang disebut pula dengan ”waliyul-

amri”. Dalam pada itu sekiranya seorang penguasa, yang di dalam istilah Fiqh disebut

”dzu syaukah”, dan sekalipun sultan yang kapir mengangkat seorang hakim yang kurang

memenuhi persyaratan, keputusan hakim yang demikian itu harus dianggap berlaku sah,

demi untuk tidak mengabaikan kemaslahatan umum.

Bentuk kedua: Bila di suatu tempat tidak ada Penguasa atau Imam, pelaksanaan peradilan

dilakukan atas dasar penyerahan wewenang, yakni Tuliyah dari ”ahlul Halli wal-’aqdi”,

yaitu para tetua dan sesepuh masyarakat seperti ninik-mamak di Sumatera Barat, secara

kesepakatan. Arti harfiyah dari istilah ini, adalah ”orang-orang yang berwenang untuk

melepas dan mengikat”. Dalam buku Adatrecht II dari Prof. Van Vollenhoven, istilah itu

diterjemahkan dalam bahasa Belanda dengan kata-kata ”de tot losmaken en binden

bevoegden” dan ditambahkan artinya sebagai ”majelis pemilih kepala negara yang baru

(kiescollege voor een nieuw staatshoofd)”

Bentuk ketiga: Dalam keadaan tertentu, terutama bila di suatu tempat tidak ada hakim,

maka dua orang yang saling sengketa dapat ”bertahkim” yakni mengangkat seseorang

untuk bertindak sebagai hakim, dengan persyaratan a.l. kedua belah pihak terlebih dahulu

sepakat akan menaati keputusannya, begitu pula tidak menyangkutkan keputusannya

dengan hukuman badaniyah, yakni pidana dan lain-lain sebagainya.

(Daniel S. Lev, 1986, hal 1 dan 2)

1. Zaman kesultanan.

Keberadaan jabatan qadhi di Kalimantan Selatan, sebagaimana lembaga keagamaan

Islam lainnya di Nusantara tidak dapat dilepaskan dari peranan agama Islam bagi

masyarakat di Nusantara termasuk kesultanan Banjar. Sebagaimana keadaan sejarah

masuknya Agama Islam di Indonesia yang belum mendapatkan kepastian, yang

disepakati oleh sejarawan, maka masuknya Islam di Kalimantan juga tidak dapat

diperoleh kepastian. Pada abad ke XV telah berdiri kerajaan Banjar. Selama kurang

lebih 2 abad kerajaan Banjar dikuasai Raja-raja yang beragama Budha. Raja-raja

Banjar yang bertahta antara tahun 1438 sampai dengan tahun 1595 dikenal sebagai

penguasa Budha. Periode tersebut disebut zaman Budha. (Amir Hasan Kiai Bondan,

tt, hal 68). Periode selanjutnya adalah zaman kesultanan Banjar yang dimulai dengan

Page 3: Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan

3

perpecahan kerajaan Banjar yang akhirnya dimenangkan Pangeran Samudera atas

bantuan kerajaan Islam Demak. Sejak Pangeran Samudera yang kemudian bergelar

Sultan Suriansyah berkuasa, maka kerajaan Banjar berubah menjadi kesultanan

Banjar. Kerajaan Banjar mengalami pergolakan sejalan dengan tumbuhnya semangat

nasionalisme untuk melawan kolonialis Belanda. Dalam sejarah tercatat perang

Banjar yang dimulai tahun 1859 dibawah pimpinan Pangeran Antasari, berakhir

dengan kekalahan pasukan Antasari. Kekalahan dalam perang Banjar berdampak

pada semakin kuatnya kuku kolonial sehingga akhirnya kerajaan Banjar secara

defakto tidak ada lagi sejak tahun 1905. Sumber lain menyebutkan Gub. Jenderal

Hindia Belanda dengan SK-nya tertanggal 17 Desember 1859 menyatakan Kerajaan

Banjar berda di bawah Gubernemen Belanda, namun proklamasinya dikeluarkan

pada 11 Juni 1860. (Amir Hasan Kiai Bondan, 1963:56) Walau pemerintah Hindia

Belanda menguasai wilayah bekas kekuasaan kerajaan Banjar sejak 11 Juni 1860,

namun belum ada aturan mengenai jabatan qadhi. Baru dengan stbl 1937 nomor 638

dan 639 pemerintah kolonial mengatur jabatan qadhi yang efektif berlaku 1 Januari

1938. Dengan demikian terdapat kekosongaan pengaturan dan pengelolaan jabatan

qadhi selama 32 tahun, antara 1860 sampai dengan 1937. Perhatian sultan terhadap

perkembangan Islam cukup besar. Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari oleh sultan

dikirim ke Mekkah untuk mempelajari agama Islam. Sekembalinya dari Mekkah,

Muhammad Arsyad mendapat peran sebagai penasehat kerajaan berkenaan dengan

agama Islam. Kerjasama ulama umara ini nampak dalam perkawinan, dimana

keluarga kerajaan kawin dengan keluarga ulama, para sultan juga aktif dalam

menuntut ilmu agama dari para ulama Muhammad Arsyad al Banjari dan para

keturunannya. Pemikiran Arsyad al Banjari mengenai kelembagaan agama Islam

oleh sultan ditindak lanjuti dengan membentuk lembaga keagamaan diluar

pendidikan yang telah berjalan dengan baik. Pertama-tama sultan Tahmidullah II bin

Sultan Tamjidillah mengangkat mufti, mufti pertama yang diangkat sultan di

kerajaan Banjar adalah Muhammad As’ad, cucu M. Arsyad al Banjari melalui anak

perempuan beliau yang beranama Fatimah. (abu Daudi, 2003: 87 dan 100). Jabatan

qadhi juga diangkat pada masa Sultan Tahmidullah II, tercatat H. Abu Su’ud bin M.

Arsyad al Banjari sebagai qadhi pertama. Jabatan qadhi kedua dipegang H. Abu

Na’im bin M. Arsyad al Banjari dan yang keenam di jabat H. M. Said Jazuli

Namban. (Abu Daudi, 2003: 87, 157 dan 180). Tidak terdapat catatan secara runut

tentang pejabat qadhi namun menurut nara sumber H. M. Irsyad Zein, jabatan qadhi

tidak pernah terhenti walaupun kerajaan Banjar sudah tidak ada lagi. (Irsyad Zein

wawancara 27 April 2007). Hal ini dapat kita lihat dari dua puluh delapan nama yang

pernah menjabat qadhi dari keturunan M. Arsyad al Banjari. Qadhi H. Abdus Samad

bin Mufti H. Jamaluddin yang lahir pada 12 Agustus 1822 dan meninggal 22 Juni

1899 misalnya, dua orang anaknya menjadi qadhi yaitu Qadhi H. Abu Thalhah dan

Qadhi H. Muhammad Jafri (Abu Daudi, 2003, hal 344). Kedua anak Qadhi H. Abdus

Samad ini mulai berkiprah sebagai Qadhi diperkirakan di akhir tahun 1800 an dan

diteruskan pada awal tahun 1900 an. Bahkan Qadhi H. Abu Thalhah melahirkan

Page 4: Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan

4

salah seorang anaknya yang bernama H. M. Baseyuni yang juga menduduki jabatan

qadhi di Marabahan pada masa kemerdekaan. Dikaitkan dengan teori yang

dikemukakan Zaini Ahmad Noeh maka keberadaan jabatan Qadhi dimulai dari

Tauliyah pada zaman kerajaan kesultanan Banjar, kemudian pindah bentuk Tauliyah

dari Ahlul hilli wal aqli pada masa hancurnya kerajaan Banjar tahun 1860 sampai

dikeluarkan Stbl tahun 1937 No. 638 dan 639 yang berlaku efektif pada 1 Januari

1938, dan terakhir jabatan Qadi mendapat Tauliyah dengan diterbitkannya Stbl.

tersebut.

2. Zaman Penjajahan.

Menurut Irsyad Zein jabatan qadhi tidak pernah terputus sejak dibentuk pada zaman

sultan Tamjidullah II. Menurut Stbl 1937 No 638 dan 639, kerapatan Qadhi itu ada

di Banjarmasin, Marabahan, Martapura, Pelaihari, Rantau, Kandangan, Negara,

Barabai, Amuntai dan Tanjung. Ada hal yang menarik dari Stbl tersebut, yaitu:

Pertama, mengapa Pulau Laut dan Tanah Bumbu dikeluarkan. Kedua : Mengapa

Negara yang hanya Kota Kecamatan dibentuk PA. Kotabaru (Pulau Laut dan Tanah

Bumbu) dikecualikan dalam pembentukan Kerapatan Qadhi, diduga karena kedua

wilayah tersebut, berada di luar sistem ke-Qadhi-an pada kesultanan Banjar, bahkan

menurut Irsyad Zein saat-saat terakhir kerajaan Banjar diserahterimakan dengan

Belanda, wilayah Tanah Bumbu dan Pulau Laut sudah tidak masuk dalam kekuasaan

Sultan Banjar (Irsyad Zein, Wawancara tanggal 1 Mei 2007). Letak strategis Negara

pada masa 4 transfortasi air sangat dominan menjadikan Negara sebagai Ibu kota

Kerajaan Banjar sebelum Islam, dalam perkembangan selanjutnya pada masa

kerajaan Banjar Islam, Negara pada tahun 1849 pernah dicalonkan menjadi Ibu Kota

kerajaan. (Amir Hasan Kiai Bondan, 1963: 17). Negara walaupun Ibukota

Kecamatan (asisten wedana) tapi karena sejak kesultanan sudah ada Qadhi, maka

Stbl meneruskannya. Hal yang sama ditempuh oleh UU No. 7 tahun 1989. Pada awal

kerajaan Banjar Islam, Negara merupakan pusat kajian Islam yang banyak ulamanya,

pada masa berikutnya posisi tersebut diambil alih Martapura. Sebelum Martapura

dikenal sebagai Kota Ulama, Negara merupakan basis ulama di Kalimantan Selatan,

bahkan seseorang baru diakui keulamaannya kalau pernah belajar (mengaji) di

Negara. (Drs. Abdul Hakim, wawancara 1 Mei 2007). Kerapatan qadhi besar baru

dibentuk setelah kerajaan Banjar sudah tidak ada lagi dan dibentuk oleh

pemerintahan Belanda. Qadhi Besar pertama adalah H. M. Thaha bin H. M. Sa’ad

yang wafat pada tahun 1944. (Irsyad Zein wawancara 27 April 2007). Menurut

sumber lain, sebelum H. M. Thaha ada pejabat keagamaan lainnya di Banjarmasin,

yaitu H. Jamaluddin Sungai Jingah, namun sumber ini tidak dapat memastikan

apakah H. Jamaluddin ini Qadhi Besar atau Mufti (Drs. Abd. Hakim, wawancara

tanggal 1 Mei 2007). Abu Daudi dengan tegas menyebut H. Jamaluddin bin H. Abd.

Hamid Qusyayi/Zalikha binti Mufti H. Ahmad bin M. Arsyad al Banjari adalah

Mufti yang disebut Tuan Mufti Banjar, (Abu Daudi, 2003 hal 368), dengan demikian

apa yang disebut Irsyad Zein bahwa H. M. Thaha sebagai Qadhi Besar pertama yang

bertugas sejak 1 Januari 1938 dapat diterima. Stbl 1937 no. 638 dan 639 menjadi

Page 5: Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan

5

dasar pembentukan Kerapatan Qadhi besar, kewenangannya terbatas sejalan dengan

kebijakan Pemerintah Kolonial mengenai Pengadilan agama. Mahkamah Islam

dengan Stbl 1937 Nomor 610 yang berlaku 1 April 1937 (Daud Ali, 1989: 10)

kewenangannya dibatasi pada masalah perkawinan, sementara masalah waris yang

oleh Stbl 1882 menjadi kewenangan PA dicabut. Selain menentukan (membatasi)

kewenangan dan membentuk Kerapatan Qadhi Stbl 1937 Nomor 638 dan 639, juga

mengatur hal-hal yang spesifik yang berbeda dengan Mahkamah Islam di Jawa dan

Madura. Hal-hal yang spesifik tersebut adalah : Pertama : Kerapatan Qadhi Besar

selain memeriksa surat-surat juga berwenang untuk menyuruh hadir pihak-pihak di

persidangan, Mahkamah Islam Tinggi tidak berwenang mendatangkan pihak-pihak

di Persidangan. Mahkamah Islam Tinggi hanya berkuasa untuk memerintah

Mahkamah Islam yang bersangkutan memeriksa pihak-pihak (pemeriksaan

tambahan) dan saksi-saksi menurut petunjuk Mahkamah Islam Tinggi. Kedua : Stbl

1937 No. 638 dan 639 mengatur tentang sengketa mengadili. Di Jawa dan Madura

baru diatur dengan Stbl tahun 1940 No. 3. Sengketa kewenangan antara Kerapatan

Qadhi diputus oleh Kerapatan Qadhi Besar, Pasal 11, tetapi sengketa mengadili

antara PA dengan Peradilan lainnya diputus oleh Gubernur Jenderal pasal 15 (Noto

Susanto, 1963: 35-36 dan 115)

3. Zaman Kemerdekaan.

Sebutan Kerapatan Qadhi untuk tingkat pertama dan Kerapatan Qadhi Besar untuk

tingkat banding, terus berlangsung sampai dikeluarkannya Keputusan Menteri

Agama Nomor 76 tahun 1980 tentang penyeragaman nama Peradilan Agama. Ketika

PP 45 tahun 1957 dikeluarkan, Mahkamah Islam dan Kerapatan Qadhi yang telah

ada sebelumnya dibiarkan tanpa ada upaya penyatuan, walaupun ada pemikiran

untuk menyatukan sebutan Peradilan Agama, namun karena PP dianggap tidak

cukup kuat mengganti kedua ordonansi yang menjadi dasar pembentukan Mahkamah

Islam maupun Kerapatan Qadhi, maka penyatuan nama tersebut tidak jadi

dilaksanakan (Notususanto, 1963, hal 16). Tidak banyak perkembangan yang terjadi

pada masa kemerdekaan ini kecuali: Pertama, terjadi likwidasi 4 Kerapatan Qadi ;

Marabahan, Rantau, Pelaihari dan Negara, karena berada bukan pada ibukota

kabupaten/kota. Aturan ketataprajaan membatasi Pengadilan Agama hanya ada di

ibukota Kabupaten, dengan alasan itulah ke empat Kerapatan Qadhi tersebut di

likwidasi. Namun dengan Keputusan Menteri Agama Nomor 89 Tahun 1967 ke

empat Kerapatan Qadhi tersebut dibentuk kembali dengan dasar hukum Stbl 1937

Nomor 638 dan 639. Realisasi PA Pelaihari dan PA Marabahan yang diawali dengan

pengangkatan personel baru terhitung mulai 1 April 1976. Ketika Menteri Agama

Prof. DR. Mukti Ali mengangkat 4 orang tenaga, PA Pelaihari belum ada kantor

karenanya pegawai ikut pada kantor Departemen Agama Pelaihari. Berdasarkan pada

fakta tersebut maka PA Pelaihari yang dibentuk dengan Stbl 1937 baru terealisir

pada 1976 (Drs. Nashrullah Syarqawi, SH, wawancara tanggal 14 Mei 2007). Kedua,

pemindahan yurisdiksi PA Kotabaru yang dibentuk berdasarkan PP 45 tahun 1957

dari Wilayah PTA Samarinda ke Wilayah PTA Banjarmasin. Hal ini terjadi pada

Page 6: Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan

6

tahun 1990, sebagai realisasi dari disahkannya UU nomor 7 tahun 1989. Ketiga,

terbentuknya PA Banjarbaru sebagai akibat pemekaran Kabupaten Banjar dengan

berdirinya Kotamadya Banjarbaru. Wilayah hukum PA Banjarbaru dahulunya

sepenuhnya menjadi wilayah hukum PA Martapura. Sebenarnya masih ada 2

Kabupaten baru lagi yaitu Kabupaten Balangan dengan Ibukota Paringin, pemekaran

Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Tanah Bumbu dengan Ibukota Batulicin,

pemekaran dari Kabupaten Pulau Laut, namun sampai saat ini Pengadilan Agama

Paringin dan Pengadilan Agama Batulicin belum terealisasi.

VISI :

MEWUJUDKAN SUPREMASI HUKUM MELALUI KEKUASAAN

KEHAKIMAN YANG MANDIRI, EFISIEN SERTA MENDAPAT KEPERCAYAAN

PUBLIK, PROFESIONAL DALAM MEMBERI PELAYANAN HUKUM YANG

BERKUALITAS, ETIS, TERJANGKAU DAN BIAYA RENDAH BAGI

MASARAKAT SERTA MAMPU MENJAWAB PANGGILAN PELAYANAN

PUBLIK.

MISI :

1. MEWUJUDKAN RASA KEADILAN SESUAI DENGAN UNDANG-

UNDANG DAN PERATURAN SERTA KEADILAN MASYARAKAT.

2. MEWUJUDKAN PERADILAN YANG MANDIRI DAN INDEPENDEN DARI

CAMPUR TANGAN PIHAK LAIN.

3. MEMPERBAIKI AKSES PELAYANAN DI BIDANG PERADILAN KEPADA

MASYARAKAT

4. MEMPERBAIKI KUALITAS INPUT INTERNAL PADA PROSES

PERADILAN.

5. MEWUJUDKAN INSTITUSI PERADILAN YANG EFEKTIF, EFISIEN,

BERMARTABAT DAN DIHORMATI.

6. MELAKSANAKAN KEKUASAAN KEHAKIMAN YANG MANDIRI, TIDAK

MEMIHAK DAN TRANSPARAN

Tugas Pokok & Fungsi

Pengadilan Agama merupakan salah satu penyelenggara kekuasaan kehakiman

yang memberikan layanan hukum bagi rakyat pencari keadilan yang beragama islam

mengenai perkara perdata tertentu yang diatur dalam Undang-undang Nomor 7 tahun

1989 tentang Peradilan Agama yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 tahun

2006 dan Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009. Kekuasaan kehakiman dilingkungan

Peradilan Agama dilaksanakan oleh Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama

yang berpuncak pada Mahkamah Agung Republik Indonesia sebagai Pengadilan Negara

tertinggi. Seluruh pembinaan baik pembinaan teknis peradilan maupun pembinaan

organisasi, administrasi dan keuangan dilakukan oleh Mahkamah Agung Republik

Indonesia.

Page 7: Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan

7

Pengadilan Agama merupakan Pengadilan Tingkat Pertama yang bertugas dan

berwenang memeriksa, mengadili dan memutus perkara-perkara di tingkat pertama di

bidang perkawinan, kewarisan, wasiat dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum

islam serta waqaf, zakat, infaq dan shadaqah serta ekonomi Syari’ah sebagaimana di atur

dalam Pasal 49 UU Nomor 50 Tahun 2009.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Pengadilan Agama mempunyai fungsi

sebagai berikut :

a. Memberikan pelayanan Tekhnis Yustisial dan Administrasi Kepaniteraan bagi

perkara Tingkat Pertama serta Penyitaan dan Eksekusi.

b. Memberikan pelayanan dibidang Administrasi Perkara banding, Kasasi, dan

Peninjauan Kembali serta Administrasi Peradilan lainnya.

c. Memberikan pelayanan administrasi umum pada semua unsur di Lingkungan

Pengadilan Agama.

d. Memberikan keterangan, pertimbangan dan nasihat tentang Hukum Islam pada

instansi Pemerintah di daerah Hukum nya apabila diminta.

e. Memberikan pelayanan permohonan pertolongan pembagian harta peninggalan di

luar sengketa antar orang – orang yang beragama Islam

f. Waarmerking Akta Keahliwarisan dibawah tangan untuk pengambilan deposito

/tabungan dan sebagainya

g. Melaksanakan tugas-tugas pelayanan lainnya seperti penyuluhan hukum,

memberikan pertimbangan hukum agama, pelayanan riset/penelitian, pengawasan

terhadap advokat / penasehat hukum dan sebagainya.

Tugas Pokok Pengadilan Agama Kandangan yang dijalankan sehari-hari adalah

sebagai berikut :

1. Menerima, memeriksa, mengadili, menyelesaikan/memutus setiap perkara yang

diajukan kepadanya sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) UU Nomor 14 tahun 1970;

2. Pasal 1 ayat (1) UU Nomor 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman adalah

Kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan Peradilan guna

menegakkan Hukum dan Keadilan berdasarkan Pancasila, demi tersenggaranya

Negara Hukum Republik Indonesia;

3. Pasal 49 UU Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama diubah dengan UU

Nomor 3 tahun 2006 dan Perubahan kedua Nomor 50 tahun 2009 yang menyebutkan

bahwa Peradilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan

menyelesaikan Perkara di tingkat Pertama antara orang-orang yang beragama Islam

di bidang Perkawinan, Waris, Wasiat, Hibah, Wakaf, Zakat, Infaq, dan Ekonomi

Syari’ah serta Pengangkatan Anak;

4. Pasal 52 a menyebutkan Pengadilan Agama memberikan Itsbat Kesaksian Rukyatul

Hilal dan Penentuan Awal bulan pada tahun Hijriyah.

Adapun Fungsi Pengadilan Agama Kandangan adalah menyelenggarakan

Kekuasaan Kehakiman pada Tingkat Pertama dalam Bidang Perdata Khusus berdasarkan

Page 8: Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan

8

UU Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang dirubah dengan UU Nomor 3

tahun 2006 kemudian dirubah lagi dengan UU Nomor 50 tahun 2009 bahwa Peradilan

Agama adalah salah satu pelaku Kekuasaan Kehakiman bagi Rakyat Pencari Keadilan

yang beragama Islam mengenai Perkara tententu.

Nama Jabatan Tugas Pokok dan Fungsi

Ketua Merencanakan dan melaksanakan tugas pokok dan fungsi

Peradilan Agama Tingkat Pertama serta mengawasi, mengevaluasi

dan melaporkan pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijaksanaan

teknis Pengadilan Tinggi Agama Banjarmasin. Mahkamah Agung

RI, Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Wakil Ketua Membantu Ketua Pengadilan Agama dalam hal merencanakan dan

melaksanakan tugas pokok dan fungsi Peradilan Agama Tingkat

Pertama serta mengawasi, mengevaluasi dan melaporkan

pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan teknis Mahkamah

Agung RI, Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hakim/ Ketua

Majelis

1.Menetapkan hari sidang;

2.Membuat resume berkas perkara yang diterima;

3.Memberikan kesempatan kepada Hakim Anggota untuk

membaca/mempelajari berkas perkara;

4.Melaksanakan dan memimpin sidang;

5.Mengemukakan pendapat dalam musyawarah majelis;

6.Memberikan kesempatan kepada Hakim Anggota untuk

menyampaikan pendapatnya;

7.Memberikan dan menandatangani Berita Acara Pemeriksanaan

persidangan;

8.Membuat dan menyusun putusan perkara;

9.Membacakan putusan dalam persidangan;

10.Menyiapkan dan memaraf naskah putusan lengkap untuk

pembacaan putusan;

11.Menandatangani putusan yang sudah diucapkan dalam

persidangan;

12.Dalam hal menganggap penting, Ketua majelis dapat

melakukan pemeriksaan tambahan untuk mendengar sendiri para

pihak dan saksi, serta memeriksa atas pembuatan dan kebenaran

berita acara persidangan serta menanda- tanganinya.

Panitera/

Sekretaris

Merencanakan dan melaksanakan pemberian pelayanan teknis di

bidang administrasi perkara, administrasi peradilan lainnya dan

Page 9: Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan

9

administrasi umum di lingkungan Pengadilan Agama Kandangan

serta mengawasi, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas

sesuai dengan kebijakan teknis Ketua Pengadilan Agama

Kandangan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Wakil Panitera Membantu tugas Panitera di bidang Kepaniteraan dalam

merencanakan dan melaksanakan pemberian pelayanan teknis di

bidang administrasi perkara dan peradilan di lingkungan

Pengadilan Agama serta mengawasi, mengevaluasi dan

melaporkan dan melaporkan pelaksanaan tugas kepada Panitera

sesuai dengan kebijakan teknis Ketua Pengadilan Agama

Kandangan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Wakil Sekretaris

Membantu tugas Sekretaris di bidang Kesekretariatan dalam

merencanakan dan melaksanakan tugas bidang kesekretariatan di

lingkungan Pengadilan Agama serta mengawasi, mengevaluasi

dan melaporkan pelaksanaan tugas kepada Sekretaris sesuai

dengan kebijakan teknis Ketua Pengadilan Agama dan Peraturan

Perundang-undangan yang berlaku.

Panitera Muda

Gugatan/

Permohonan/

Hukum

Membantu tugas Wakil Panitera dalam merencanakan dan

melakukan administrasi perkara, mempersiapkan persidangan

perkara, menyimpan berkas perkara yang masih berjalan dan

urusan lain yang berhubungan dengan masalah perkara banding

serta mengawasi, mengevaluasi serta melaporkan pelaksanaan

tugas kepada atasan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan

oleh Ketua Pengadilan Tinggi Agama Banjarmasin dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Kelompok

Tenaga

Fungsional

Kepaniteraan

(Panitera

Pengganti)

Kelompok tenaga fungsional kepaniteraan Pengadilan Agama

Kandangan adalah Panitera Pengganti yang dalam melakukan

tugasnya dikoordinasikan oleh Panitera.

Dimana di dalam Persidangan adalah membantu Hakim Majelis

dalam persidangan dengan mengikuti dan mencatat jalannya

sidang pengadilan serta membantu majelis hakim dalam membuat

penetapan hari sidang, membuat Berita Acara Persidangan bila

Hakim mendengar sendiri para pihak dan saksi, mengetik putusan,

Menandatangani Berita Acara Persidangan bersama-sama dengan

Hakim Ketua Majelis serta asli putusan/ perkara.

Jurusita/ Jurusita

Pengganti

Melaksanakan Pengantaran Relaas pemanggilan Persidangan dan

Membantu melaksanakan eksekusi putusan.

Page 10: Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan

10

Kaur

Kepegawaian

Merencanakan dan melaksanakan pengurusan masalah

kepegawaian di lingkungan Pengadilan Agama serta mengawasi,

mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas kepada atasan

sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Ketua Pengadilan

Agama dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Kaur Keuangan Merencanakan dan melaksanakan pengurusan masalah keuangan

(kecuali mengenai pengelolaan biaya perkara) serta mengawasi,

mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas kepada atasan

sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Ketua Pengadilan

Agama dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Kaur Umum Mengawasi terlaksananya tata kelola persuratan dan pengarsipan

berjalan dengan baik, merencanakan dan mengawasi pengelolaan

aset berupa Barang Milik Negara, rumah tangga dan perpustakaan

serta mengawasi, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas

kepada atasan sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Ketua

Pengadilan Agama dan Peraturan Perundang-undangan yang

berlaku.

Pelaksana/Staf Melaksanakan tugas-tugas atasan sesuai dengan pembagian tugas

dalam rangka mencapai sasaran urusan masing-masing

Tujuan Peradilan Agama

Dengan berpedoman pada tujuan yang ditetapkan Mahkamah Agung RI, maka

Pengadilan Agama Kandangan, menetapkan tujuannya dalam jangka waktu satu atau

lima tahun ke depan sebagai berikut:

1. Mewujudkan sistem hukum nasional melalui penegakkan supremasi hukum dan

penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, serta mendukung penerapan dan

penegakkan hukum di daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Provinsi Kalimantan

Selatan.

2. Meningkatkan kemampuan dan kinerja pengadilan agar lebih efektif dan efisien

3. Meningkatkan akuntabilitas dan transparasi peradilan

4. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia pengadilan

Sasaran Peradilan Agama

Adapun sasaran Pengadilan Agama Kandangan adalah sebagai berikut:

1. Berhasil mengaktualisasikan nilai-nilai, baik interistik maupun eksterintik dari nilai-

nilai hukum Islam dan nilai-nilai yang bersumber dari UUD tahun 1945 dalam

praktek peradilan sehari-hari.

2. Tercapainya penyelesaian administrasi perkara, baik yang menjadi sisa perkara

maupun perkara yang diterima pada tahun berjalan

3. Tercapainya tertib administrasi dan penegakkan hukum di Pengadilan Agama

Kandangan.

Page 11: Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan

11

4. Tercapainya aparatur pengadilan yang profesional, bertanggung jawab dan bebas dari

praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

5. Tercapainya peningkatan kualitas pengawasan internal, eksternal dan pengawasan

masyarakat.

6. Tercapainya dukungan koordinasi, kualitas kemampuan SDM, administrasi,

anggaran, sarana dan prasarana di Pengadilan Agama Kandangan baik secara intern

badan peradilan maupun dengan instansi lain yang ada di Kabupaten Hulu Sungai

Selatan.

Strategi Organisasi

1. Penyusunan Rencana Program dan Kegiatan Anggaran Rutin dan Pembangunan di

Pengadilan Agama Kandangan.

2. Melakukan penyusunan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban serta pembukuan

anggaran.

3. Pengadaan sarana dan prasarana yang meliputi kegiatan pengadaan, inventarisasi,

dokumentasi dan pemeliharaan.

4. Pemrosesan usulan kenaikan pangkat dan gaji berkala Pegawai.

5. Memberikan penyuluhan hukum bagi masyarakat, baik langsung maupun tidak

langsung, yang berkaitan dengan kompetensi Badan Peradilan Agama.

JAM KERJA

HARI KERJA JAM KERJA ISTIRAHAT

Senin - Kamis 08.00 – 16.30 Wita 12.00 – 13.00 Wita

Jum'at 08.00 – 17.00 Wita 11.30 – 13.00 Wita

Berdasarkan KMA Nomor : 071/KMA/SK/V/2008, Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2)

Jam Kerja Selama Bulan Ramadhan

HARI KERJA JAM KERJA ISTIRAHAT

Senin - Kamis 08.00 – 15.00 Wita 12.00 – 12.30 Wita Jum'at 08.00 – 15.30 Wita 11.30 – 12.30 Wita

1. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara RI Nomor: SE/16/M.PAN/10/2005 tanggal 10 Oktober 2005, Tentang Penetapan Jam Kerja PNS Selama Bulan Ramadhan

2. Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor : 306/SEK/01/VII/2011 tanggal 29 Juli 2011 hal. Jam Kerja Selama

Page 12: Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan

12

Profil Pegawai Pengadilan Agama Kandangan

Data Profil Pimpinan

NIP Nama Jabatan

195401081982031002 Drs. M. PADELAN Panitera/Sekretaris

196503041992031004 Drs.H.NANA SUPIANA,M.H. Ketua PA Kandangan

Data Profil Hakim

NIP Nama Jabatan

195707081982031004 Drs. H. AHMAD GUZALI Hakim Madya Muda

196502231994032002 Dra. Hj. MUSLIHAH Hakim Madya Pratama

195801051992031003 Drs. H. MAHYUNI Hakim Pratama Utama

197111181998032002 HUSNAWATI, S.Ag Hakim Pratama Madya

196507101993031008 Drs.H.ARPANI,SH.,MH Hakim Madya Utama

197409191998032004 ENY RIANING TARO,S.Ag. Hakim Pratama Utama

197210122000031001 FAHRUDDIN,S.Ag.,MH. Hakim Pratama Utama

197503132005021001 M.AMIN ROSYID,S.Ag.,M.Si. Hakim Pratama Muda

Data Profil Pejabat Struktural

NIP Nama Jabatan

196008071982031003 SURIYADI Kepala Urusan Umum

195803201981031002 JAINI, S.H. Wakil Sekretaris

197308092006042001 ZULIFAH, S.H. Kepala Urusan Kepegawaian

196510171987031002 AHMAD ABDUL HAKAM Kepala Urusan Keuangan

Data Profil Pejabat Fungsional

NIP Nama Jabatan

195807251992031002 Drs. RASYIDI, S.H. Wakil Panitera

19760108200032002 NUR HILALIAH, S.Ag. Panitera Muda Hukum

197705242003121004 AHMAD RAMLI,S.H. Panitera Pengganti

195408051982031004 H.MASRUNSYAH,BA. Panitera Pengganti

197507052000122001 LIES RUFAIDA,SH. Panitera Pengganti

196003231988021001 H. MARZUKI Jurusita

Page 13: Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan

13

196506121994032001 Dra. Hj. HALMIAH Plt.Panmud Gugatan/PP

198201182006041001 RAKHMAT NOR EFRANSYAH Jurusita Pengganti

197202291998032003 Hj. MUFIDAH,S.Ag. Panitera Muda Permohonan

198408022011011009 ZAKI FIRDAUS, S.H.I. Staf Panmud Gugatan/Kasir

196403291982031001 AHMAD KUSASI Staf Panmud Permohonan

198810122011012011 MEGAWATI,SE. Bendahara Pengeluaran/Staf

Keuangan

Page 14: Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan

14

Page 15: Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan

15

BAB

ISI LAPORAN

HASIL PRAKTIKUM

Selama berpraktik di Pengadilan Agama Kandangan mulai dari tanggal 17 Juni s/d

31 Juli 2013 banyak ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari mulai dari bagian

kepaniteraan, kesekretariatan sampai di dalam proses persidangan.

Hasil yang diperoleh dari yang dipelajari selama berpraktik di Pengadilan Agama

Kandangan adalah:

1. Menghitung radius biaya perkara

2. Membuat isi pendaftaran perkara

3. Membuat SKUM

4. Menginput data KIPA

5. Membuat BAP 1

6. Melaksanakan tugas sebagai Majelis Hakim (Hakim Ketua,Hakim Anggota, dan

Hakim Anggota) 2

7. Melaksanakan tugas sebagai Panitera Pengganti 3

8. Melaksanakan tugas sebagai Mediator

9. Mengisi informasi daftar hari sidang

10. Mengisi data perkara ke website

11. Dll.

Selama beberapa kali mengikuti proses berjalannya sidang, perkara yang sering

ditemui dalam persidangan adalah:

1. Gugat Cerai

2. Cerai talak

3. Dispensasi Nikah

4. Isbat Nikah / Pengesahan Nikah

1 Pada waktu simulasi sidang, pada hari Senin pagi tanggal 29 Juli 2013 di ruang sidang II 2 Ibid 3 Ibid

Page 16: Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan

16

*Kegiatan Simulasi Persidangan*

Dilaksanakan pada hari senin tanggal 29 Juli 2013 M bertepatan pada tanggal 21

Ramadhan 1434 H di ruang persidangan II.

Kegiatan simulasi dimulai pada pukul 09.00 - 10.46 WITA dihadiri dan dinilai oleh

Pamong Bp. Fakhrudin, S.Ag, MH (Hakim). Kasus yang diambil pada simulasi tersebut

adalah cerai gugat yang diperankan oleh :

Majelis Hakim:

Hakim Ketua diperankan oleh Taufik Rahman

Hakim Anggota diperankan oleh Ahmad Sidik

Hakim Anggota diperankan oleh Siti Awwali Habibah

Panitera Pengganti diperankan oleh Gusti Dahliani Agusrini

Mediator diperankan oleh Mukhlisin

Penggugat diperankan oleh Ahmad Hasbi

Tergugat diperankan oleh Surhah

Saksi dari Penggugat :

1. Gusti Dahliani Agusrini (Adik kandung penggugat)

2. Mukhlisin (Teman dekat penggugat)

Saksi dari Tergugat :

1. Abi Manyun (Tetangga Tergugat) diperankan oleh Mukhlisin

2. Mukhlishoh (Tetangga Tergugat) diperankan oleh Gusti Dahliani Agusrini

Page 17: Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan

17

KATA-KATA HUKUM YANG DIGUNAKAN DALAM PENGADILAN

Gugatan Cerai, adalah tuntutan hak ke pengadilan (bisa dalam bentuk tulisan atau

lisan) yang diajukan oleh seorang istri untuk bercerai dari suaminya.

Penggugat, adalah istri yang mengajukan gugatan perceraian, dalam hal ini adalah

anda.

Tergugat, adalah suami yang anda gugat cerai.

Mediasi, adalah upaya penyelesaian perkara secara damai melalui juru

damai/penengah yang dilakukan di luar persidangan.

Mediator, adalah sebutan untuk orang yang menjadi juru damai/penengah.

Pernikahan yang Sah, adalah pernikahan yang dilakukan menurut agama dan

dicatatkan di KUA.

Domisili, adalah alamat tempat tinggal berdasarkan KTP, namun bisa didasarkan

pada surat keterangan pindah dari RT/Kelurahan jika anda pindah ke tempat lain.

Alasan yang sah, adalah alasan yang benar secara hukum, misalnya: pergi untuk

mencari nafkah, tugas negara, terpaksa, dsb

Pemohon/Penggugat, adalah Pihak pertama yang mengajukan permohonan atau

gugatan. Jika anda yang mengajukan gugatan/permohonan maka anda disebut

Penggugat/Pemohon.

Tergugat/Termohon, adalah Pihak kedua yang menjadi lawan atau diikutkan dalam

permohonan/gugatan yang anda ajukan.

Panjar Biaya Perkara, adalah Jumlah taksiran awal biaya perkara yang harus anda

bayar. Jika dalam prosesnya nanti panjar anda kurang dari biaya yang sebenarnya,

anda akan diperintahkan untuk menambah panjar biaya perkara.. Jika perkara sudah

diputus dan ada sisa panjar yang anda bayar, anda bisa meminta pengembalian sisa

panjar tersebut.

Prodeo, adalah Proses beperkara secara cuma-cuma dengan biaya negara.

Sidang Keliling, adalah Sidang yang dilaksanakan di luar kantor pengadilan agama.

Biasanya dilaksanakan di tempat yang jauh dari pengadilan untuk membantu

masyarakat yang mengalami kendala transportasi ke kantor pengadilan.

PNBP, adalah Penerimaan Negara Bukan Pajak. Uang ini akan disetorkan ke negara.

Pos Bakum, adalah Pos Bantuan Hukum. Pos ini disediakan di setiap pengadilan

untuk membantu masyarakat memperoleh bantuan hukum dalam mengajukan

perkaranya ke pengadilan

Page 18: Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan

18

PANDUAN

PENGAJUAN GUGATAN CERAI

Di Pengadilan Agama.

HAL-HAL YANG PERLU DIKETAHUI

Orang yang bisa mengajukan Gugat Cerai

Yang bisa mengajukan Gugat Cerai adalah istri yang sudah melangsungkan

pernikahan yang sah (dibuktikan dengan surat nikah) dan hendak mengakhiri perkawinan

melalui Pengadilan.

Tempat Mengajukan Gugat Cerai

Jika pernikahan anda di catatkan di KUA, maka Gugatan diajukan ke Pengadilan

Agama di wilayah kabupaten yang sama dengan tempat tinggal anda.

Jika pernikahan anda dicatatkan di KUA dan anda saat ini bertempat tinggal di Aceh,

maka Gugatan diajukan ke Mahkamah Syariah yang terdekat dari tempat tinggal

anda.

Waktu Mengajukan Gugat Cerai

Kita bisa mengajukan gugatan setiap saat pada jam kerja dan hari kerja

Pengadilan. Biasanya Pengadilan dibuka pada hari Senin sampai hari Jumat dan mulai

pukul 08.00 hingga 16.30.

Alasan yang Dapat digunakan untuk Mengajukan Gugatan

Alasan yang dapat dijadikan dasar gugatan perceraian anda di Pengadilan Agama

antara lain:

a. Suami berbuat zina, pemabuk, pemadat, penjudi dan sebagainya yang sukar

disembuhkan;

b. Suami meninggalkan anda selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa ada izin atau

alasan yang sah. Artinya, suami dengan sadar dan sengaja meninggalkan anda.

c. Suami dihukum penjara selama (lima) 5 tahun atau lebih setelah perkawinan

dilangsungkan;

d. Suami bertindak kejam dan suka menganiaya anda, sehingga keselamatan anda

terancam;

e. Suami tak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami karena cacat badan atau

penyakit;

f. Terjadi perselisihan dan pertengkaran terus menerus tanpa kemungkinan untuk

rukun kembali;

g. Suami melanggar taklik-talak yang dia ucapkan saat ijab-kabul;

h. Suami beralih agama atau murtad yang mengakibatkan ketidakharmonisan dalam

keluarga.

Page 19: Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan

19

Pengajuan Gugatan bisa diwakilkan kepada Orang Lain

Pengajuan Gugatan bisa diwakilkan kepada orang lain, dengan menggunakan

kuasa.

Kuasa ada 2 macam, yaitu :

a. Kuasa hukum dari pengacara/ advokat

b. Kuasa dari keluarga (kuasa insidentil)

Dalam hal anda menggunakan kuasa insidentil, ada beberapa hal yang harus

diperhatikan:

a. Anda harus mengajukan permohonan izin kuasa insidentil kepada Ketua Pengadilan

(Lihat format permohonan di Lampiran II)

b. Yang boleh menjadi kuasa insidentil adalah saudara atau keluarga yang ada

hubungan darah, paling jauh hingga derajat ketiga. Misalnya; satu derajat ke bawah

(anak anda), ke samping (saudara kandung anda), atau ke atas (orang tua anda)

c. Seseorang hanya diperbolehkan menjadi kuasa insidentil satu kali dalam 1 tahun.

d. Penggugat dan Kuasa Insidentil harus menghadap ke Ketua Pengadilan Agama

secara bersamaan.

e. Pengadilan Agama akan mengeluarkan surat izin kuasa insidentil.

PENDUKUNG GUGATAN CERAI

Untuk mendukung gugatan cerai, anda harus menyiapkan Surat-surat dan Saksi-

saksi yang akan dijadikan alat bukti untuk menguatkan gugatan cerai anda.

Surat-surat yang Harus Disiapkan adalah :

Buku Nikah Asli

KTP Asli

Akta kelahiran anak-anak (jika anda punya anak) Asli

Surat Kepemilikan harta jika berkaitan dengan harta gono-gini, misalnya BPKB,

Sertifikat Rumah, dst (jika ada).

Surat visum dokter atau yang surat-surat lainnya yang diperlukan (jika ada).

Surat-surat tersebut difotokopi, dan fotokopinya harus dimeteraikan di kantor pos

setempat. Untuk setiap jenis surat, diberi satu meterai seharga Rp 6.000.

Fotokopi dari surat-surat harus anda serahkan ke Majelis Hakim sebagai alat

bukti, sementara surat-surat yang asli hanya anda tunjukan dan kemudian dibawa pulang

kembali. Kecuali Buku Nikah yang asli tetap disimpan di Pengadilan.

Page 20: Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan

20

Saksi-saksi yang Harus Disiapkan adalah :

Saksi-saksi terdiri dari paling sedikit 2 orang

Saksi boleh berasal dari keluarga, tetangga, teman atau orang yang tinggal di rumah

anda

Saksi harus mengetahui (mendengar dan melihat) secara langsung peristiwa terkait

dengan gugatan cerai anda

Saksi haruslah orang yang sudah dewasa (sudah 18 tahun atau sudah menikah)

Saksi-saksi harus dihadirkan untuk diperiksa oleh Majelis Hakim pada sidang

berikutnya yaitu saat sidang pembuktian.

LANGKAH-LANGKAH MENGAJUKAN GUGAT CERAI

Langkah 1. Cari Informasi

Sebelum anda mengajukan gugatan cerai, ada baiknya anda mencari informasi

mengenai proses mengajukan gugatan cerai terlebih dahulu agar anda yakin apa yang

anda lakukan sudah tepat.

Untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan pengajuan gugatan cerai, anda

dapat langsung ke bagian meja informasi di Pengadilan setempat, atau telepon,

membuka website, menghubungi LSM terdekat.

Langkah 2. Datang ke Pengadilan

Setelah anda yakin ke Pengadilan mana anda harus datang untuk mengajukan

gugatan, datanglah ke Pengadilan dengan membawa surat gugatan cerai sesuai

dengan format terlampir .

Jika anda menggunakan Kuasa Hukum, Anda dapat meminta Kuasa Hukum untuk

membuat Surat Gugatan atas nama anda.

Jika anda penyandang tuna netra, buta huruf atau tidak dapat baca tulis, maka anda

dapat mengajukan gugatan secara lisan di hadapan Ketua Pengadilan.

Langkah 3. Mengajukan Surat Gugatan ke Pejabat Kepaniteraan Pengadilan

Serahkan Surat Gugatan yang sudah anda siapkan kepada Pejabat Kepaniteraan di

Pengadilan.

Langkah 4. Membayar Biaya Panjar Perkara

Pada hari yang sama setelah anda menyerahkan Surat Gugatan kepada Kepaniteraan,

Kepaniteraan akan menaksir biaya perkara yang dituangkan dalam Surat Kuasa

untuk Membayar (SKUM).

Anda akan diminta membayar Biaya Panjar Perkara di bank yang ditunjuk oleh

Pengadilan.

Page 21: Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan

21

Simpan tanda pembayaran (yang dikeluarkan oleh bank) dan serahkan kembali tanda

pembayaran tersebut kepada Pengadilan, karena akan dilampirkan untuk pendaftaran

perkara.

Apabila anda tidak mampu membayar biaya perkara, maka anda bisa mengajukan

Permohonan Prodeo kepada Ketua Pengadilan .

Panjar Biaya Perkara:

a. Biaya perkara dibayar pada saat pendaftaran sebagai panjar biaya perkara. Akan

diperhitungkan pada saat pembacaan putusan.

b. Ketentuan panjar biaya perkara ditetapkan oleh ketua pengadilan, disesuaikan

radius/jarak antara domisili anda dengan Kantor Pengadilan. Sehingga biaya perkara

antara masing-masing orang bisa berbeda.

c. Panjar biaya perkara terdiri dari: Biaya Pendaftaran, Proses, Pemanggilan, Redaksi,

Meterai dan Biaya lain yang berkaitan dengan pemeriksaan setempat, penyitaan,

bantuan panggilan melalui Pengadilan lain.

d. Penghitungan besarnya biaya perkara akan dicantumkan dalam isi putusan. Biaya

perkara tersebut akan diambil dari panjar yang sudah anda bayarkan pada saat

pendaftaran. Jika masih ada sisa panjar biaya perkara, maka uang sisa akan

dikembalikan kepada Anda.

Langkah 5. Nomor Perkara

Setelah membayar panjar biaya perkara, Anda akan mendapatkan nomor perkara.

Langkah 6. Menunggu Hari Sidang

Dalam waktu 1-2 hari sejak mendaftarkan gugatan, Ketua Pengadilan menetapkan

Majelis Hakim yang akan menyidangkan perkara tersebut. Ketua Majelis Hakim

yang ditunjuk, segera menetapkan hari sidang.

Atas dasar penetapan hari sidang (PHS), juru sita memanggil anda dan suami untuk

menghadiri sidang. Surat Panggilan tersebut harus anda terima sekurang-kurangnya

3 hari sebelum hari persidangan.

Surat panggilan sidang untuk anda harus diserahkan di tempat tinggal anda. Surat

panggilan sidang untuk suami akan diserahkan kepada suami di tempat tinggalnya.

Jika anda atau suami tidak sedang berada di rumah, maka Juru sita akan menitipkan

surat panggilan sidang kepada Kepala Desa/ Lurah di tempat anda atau suami

tinggal.

Page 22: Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan

22

Langkah 7. Menghadiri Sidang

Pada hari sidang yang dicantumkan dalam surat panggilan, Anda dan Suami harus

hadir di pengadilan. Anda akan dipanggil masuk ke ruang sidang sesuai urutan

kehadiran.

ISI GUGATAN CERAI

a. Identitas para pihak (Anda dan suami) terdiri dari: nama lengkap (beserta gelar

dan bin/binti), umur, pekerjaan, tempat tinggal.

b. Dasar atau alasan gugatan, berisi keterangan berupa urutan kejadian sejak mulai

perkawinan anda dilangsungkan, peristiwa hukum yang ada (misalnya: lahirnya anak-

anak), hingga munculnya ketidakcocokan antara anda dan suami yang mendorong

terjadinya perceraian, dengan alasan-alasan yang diajukan dan uraiannya yang

kemudian menjadi dasar tuntutan.

c. Tuntutan/permintaan hukum (petitum), yaitu tuntutan yang anda minta agar

dikabulkan oleh hakim. Seperti:

Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

Menyatakan perkawinan antara Penggugat dan tergugat putus karena perceraian

Menghukum Tergugat untuk membayar nafkah iddah kepada Penggugat selama

tiga bulan sebesar Rp____;

Menetapkan hak pemeliharaan anak diberikan kepada Penggugat

Menghukum Tergugat untuk membayar nafkah anak melalui Penggugat sebesar

Rp........setiap bulan;

Menghukum Tergugat membayar biaya pemeliharaan (jika anak belum dewasa)

terhitung sejak....sebesar Rp....per bulan sampai anak mandiri/dewasa;

Menetapkan bahwa harta bersama yang diperoleh selama perkawinan (gono-gini)

berupa______

Menetapkan bahwa Penggugat dan Tergugat masing-masing memperoleh bagian

separuh dari harta bersama.

Menghukum Penggugat dan Tergugat untuk membagi harta bersama tersebut

sesuai dengan bagiannya masing-masing

Menghukum Penggugat membayar biaya perkara ….. dst

PROSES PERSIDANGAN

1. Majelis Hakim memeriksa identitas Anda dan suami

2. Jika Anda dan suami hadir, maka Majelis Hakim berusaha mendamaikan anda dan

suami, baik langsung maupun melalui proses mediasi.

3. Majelis Hakim berusaha mendamaikan anda dan suami dalam setiap kali sidang,

namun anda punya hak untuk menolak untuk berdamai dengan suami.

4. Anda dan suami boleh memilih mediator yang tercantum dalam daftar yang ada di

Pengadilan tersebut.

Page 23: Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan

23

a. Jika mediator adalah hakim, maka anda tidak dikenakan biaya. Jika mediator bukan

hakim, anda dikenakan biaya.

b. Mediasi bisa dilakukan dalam beberapa kali persidangan.

c. Jika mediasi menghasilkan perdamaian, maka anda diminta untuk mencabut gugatan.

d. Jika mediasi tidak menghasilkan perdamaian, maka proses berlanjut ke persidangan

dengan acara pembacaan surat gugatan, jawab menjawab antara anda dan suami,

pembuktian, kesimpulan, musyawarah Majelis Hakim dan Pembacaan Putusan

G. PERTANYAAN UNTUK MEMASTIKAN

Isilah pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk memastikan bahwa anda sudah

melakukan semua yang diperlukan, agar proses sidang anda lancar.

Jika anda menjawab “sudah”, maka gunakan tanda contreng (√)

NO. PERTANYAAN

1. Apakah anda sudah memastikan bahwa surat gugatan anda masuk ke

pengadilan yang tepat?

2. Apakah anda sudah memastikan identitas anda dan suami di dalam surat

gugatan benar dan lengkap?

3. Apakah anda sudah memastikan keterangan mengenai pencatatan

perkawinan anda (di KUA) yang anda terangkan dalam surat gugatan sudah

benar?

4. Apakah anda sudah memastikan bahwa keterangan anda dalam surat

gugatan tentang peristiwa yang anda alami sudah urut secara waktu (tanggal

perkawinan, tempat kediaman bersama, jumlah anak, lamanya hidup rukun,

mulai terjadi pertengkaran, mulai pisah ranjang, pisah rumah, dan

seterusnya)?

5. Apakah anda sudah menjelaskan dalam surat gugatan bahwa anda dan

suami sudah pernah mencoba untuk berdamai di tingkat keluarga (jika ada)?

6. Apakah semua permintaan atau tuntutan anda sudah anda tuliskan dalam

surat gugatan?

7. Apakah anda sudah menandatangani surat gugatan yang anda daftarkan ke

pengadilan?

8. Apakah anda sudah menerima bukti pembayaran panjar biaya perkara

(SKUM) saat anda mendaftarkan perkara di pengadilan?

9. Apakah anda sudah menerima Surat Panggilan Sidang dari pengadilan?

10. Apakah anda sudah menyiapkan surat-surat yang dibutuhkan untuk

persidangan?

11. Apabila anda memiliki surat-surat yang berbahasa asing, apakah anda sudah

menerjemahkan surat-surat tersebut ke dalam bahasa Indonesia?

12. Apakah anda sudah mem-fotokopi surat-surat tersebut, menempelkan

Page 24: Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan

24

materai di setiap fotokopi surat, dan kemudian meminta pengesahan di

Kantor Pos setempat?

13. Apakah anda memiliki 2 orang saksi yang benar-benar melihat dan

mendengar secara langsung permasalahan anda dan suami?

14. Apakah anda sudah menghubungi saksi-saksi tersebut dan meminta

kesediaan mereka untuk menjadi saksi dalam persidangan anda?

PANDUAN

PENGAJUAN ITSBAT/PENGESAHAN NIKAH

A. HAL-HAL YANG PERLU ANDA KETAHUI

Pernikahan yang Sah

Pernikahan yang sah adalah Pernikahan yang dilakukan menurut hukum masing-

masing agamanya dan kepercayaannya.

Pernikahan harus dicatat menurut peraturan perundang - undangan yang berlaku.

Pernikahan Harus Dicatat

Sebagai bukti sah-nya Pernikahan anda.

Untuk menjamin hak-hak anda dalam Pernikahan jika terjadi perceraian termasuk

hak memperoleh warisan dan pensiun.

Untuk melindungi hak-hak anak, misalnya dalam membuat akta kelahiran,

pengurusan passport, dan hak waris.

Tempat Pernikahan Harus Dicatat

Pastikan Anda mendapatkan Buku Kutipan Akta Nikah jika pernikahan anda

memang tercatat di Kantor Urusan Agama (KUA) atau di Kantor Catatan Sipil.

Bagi yang beragama Islam, pencatatan pernikahan dilakukan di KUA

Bagi yang beragama selain Islam, pencatatan pernikahan dilakukan di Kantor

Catatan Sipil

Jika Pernikahan Belum/Tidak tercatat

Pernikahan yang tidak tercatat dengan dibuktikan tidak adanya buku nikah, tidak

mempunyai kekuatan hukum.

Anda harus mengajukan permohonan pengesahan/itsbat nikah agar Pernikahan anda

mempunyai kekuatan hukum.

Jika Buku Nikah Hilang

Anda bisa meminta Duplikat Kutipan Akta Nikah ke KUA/Kantor Catatan Sipil

tempat Pernikahan dilangsungkan.

Page 25: Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan

25

Untuk keperluan pengurusan TASPEN, anda biasanya harus mengajukan

permohonan itsbat nikah ke pengadilan.

Itsbat/Pengesahan Nikah

Itsbat Nikah adalah permohonan pengesahan nikah yang diajukan ke pengadilan

untuk dinyatakan sah-nya pernikahan dan memiliki kekuatan hukum.

Orang Yang Bisa Mengajukan Itsbat Nikah

Yang bisa mengajukan permohonan Itsbat Nikah adalah:

Suami

Istri

Anak

Orang tua / Wali Nikah.

Catatan :

Bagi suami istri yang masih hidup, maka keduanya harus menjadi pihak yang

mengajukan permohonan.

Bagi pasangan yang salah satunya meninggal dunia, pihak yang masih hidup yang

mengajukan permohonan.

Ketidak hadiran pihak Tergugat/Termohon dalam perkara itsbat nikah untuk

perceraian tidak mempengaruhi penyelesaian perkara.

Hal-hal yang bisa Mengajukan Itsbat Nikah

Untuk penyelesaian perceraian.

Hilangnya Buku Nikah.

Jika anda ragu tentang sah atau tidaknya salah satu syarat Pernikahan.

Jika Pernikahan anda tidak tercatat dan terjadi sebelum tahun 1974.

Pernikahan yang tidak tercatat dan terjadi setelah tahun 1974 dan tidak melanggar

ketentuan Undang-undang.

Besar Panjar Biaya Perkara

Panjar biaya perkara adalah biaya yang harus dibayar oleh pemohon ke pengadilan,

biaya ini merupakan uang muka biaya perkara. Pada saat sidang telah selesai, anda

bisa meminta sisa biaya perkara yang telah anda bayarkan pada saat mendaftar jika

memang masih ada sisa. Tanyakan kepada petugas pengadilan berapa besar biaya

yang seharusnya dikeluarkan, apakah ada sisa panjar? Minta ditunjukkan peraturan

biaya perkara yang ada di Pengadilan. Apabila sisa panjar biaya perkara tidak

diberikan, laporkan kepada Ketua Pengadilan.

Besaran panjar biaya perkara ditentukan oleh Ketua Pengadilan dan biasanya rincian

biaya tersebut sudah ada di papan pengumuman di pengadilan. Besarnya panjar

biaya perkara berbeda dari satu pengadilan ke pengadilan yang lain.

Perbedaan besarnya panjar tersebut ditentukan jauh dekatnya tempat tinggal anda ke

kantor pengadilan.

Page 26: Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan

26

Panjar biaya perkara terdiri dari: biaya panggilan, meterai, redaksi, dan PNBP

(Penerimaan Negara Bukan Pajak).

Untuk mendapatkan kepastian besarnya panjar biaya dan rinciannya, anda bisa

menghubungi kantor pengadilan atau bisa dilihat di website pengadilan.

B. LANGKAH-LANGKAH MENGAJUKAN PERMOHONAN/PENGESAHAN

ITSBAT NIKAH

Langkah 1. Datang dan Mendaftar ke Kantor Pengadilan Setempat.

Mendatangi Kantor Pengadilan Agama di wilayah tempat tinggal anda.

Membuat surat permohonan itsbat nikah. Surat permohonan dapat dibuat sendiri

(seperti terlampir). Apabila anda tidak bisa membuat surat permohonan, anda dapat

meminta bantuan kepada Pos Bakum (Pos Bantuan Hukum) yang ada pada

pengadilan setempat secara cuma-cuma.

Surat permohonan itsbat nikah ada dua jenis sesuai dengan tujuan yaitu 1) surat

permohonan itsbat nikah digabung dengan gugat cerai dan 2) surat permohonan

itsbat nikah (lihat di lampiran).

Memfotokopi formulir permohonan Itsbat Nikah sebanyak 5 rangkap, kemudian

mengisinya dan menandatangani formulir yang telah lengkap. Empat rangkap

formulir permohonan diserahkan kepada petugas Pengadilan, satu fotokopi anda

simpan.

Melampirkan surat-surat yang diperlukan, antara lain surat keterangan dari KUA

bahwa pernikahannya tidak tercatat.

Langkah 2. Membayar Panjar Biaya Perkara

Membayar panjar biaya perkara. Apabila anda tidak mampu membayar panjar biaya

perkara, anda dapat mengajukan permohonan untuk beperkara secara cuma-cuma

(Prodeo). Rincian informasi tentang Prodeo dapat dilihat di Panduan Prodeo.

Apabila anda mendapatkan fasilitas Prodeo, semua biaya yang berkaitan dengan

perkara anda di pengadilan menjadi tanggungan pengadilan kecuali biaya

transportasi anda dari rumah ke pengadilan. Apabila anda merasa biaya tersebut

masih tidak terjangkau, maka anda dapat mengajukan Sidang Keliling. Rincian

informasi tentang Sidang Keliling dapat dilihat di Panduan Sidang Keliling.

Setelah menyerahkan panjar biaya perkara jangan lupa meminta bukti pembayaran

yang akan dipakai untuk meminta sisa panjar biaya perkara.

Langkah 3. Menunggu Panggilan Sidang dari Pengadilan

Pengadilan akan mengirim Surat Panggilan yang berisi tentang tanggal dan tempat

sidang kepada Pemohon dan Termohon secara langsung ke alamat yang tertera dalam

surat permohonan.

Page 27: Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan

27

Langkah 4. Menghadiri Persidangan

Datang ke Pengadilan sesuai dengan tanggal dan waktu yang tertera dalam surat

panggilan. Upayakan untuk datang tepat waktu dan jangan terlambat.

Untuk sidang pertama, bawa serta dokumen seperti Surat Panggilan Persidangan,

fotokopi formulir permohonan yang telah diisi. Dalam sidang pertama ini hakim

akan menanyakan identitas para Pihak misalnya KTP atau kartu identitas lainnya

yang asli. Dalam kondisi tertentu hakim kemungkinan akan melakukan pemeriksaan

isi permohonan.

Untuk sidang selanjutnya, hakim akan memberitahukan kepada Pemohon/ Termohon

yang hadir dalam sidang kapan tanggal dan waktu sidang berikutnya. Bagi

Pemohon/Termohon yang tidak hadir dalam sidang, untuk persidangan berikutnya

akan dilakukan pemanggilan ulang kepada yang bersangkutan melalui surat.

Untuk sidang kedua dan seterusnya, ada kemungkinan anda harus mempersiapkan

dokumen dan bukti sesuai dengan permintaan hakim. Dalam kondisi tertentu, hakim

akan meminta anda menghadirkan saksi-saksi yaitu orang yang mengetahui

pernikahan anda di antaranya wali nikah dan saksi nikah, atau orang-orang terdekat

yang mengetahui pernikahan anda.

Langkah 5. Putusan/Penetapan Pengadilan

Jika permohonan anda dikabulkan, Pengadilan akan mengeluarkan putusan/

penetapan itsbat nikah.

Salinan putusan/penetapan itsbat nikah akan siap diambil dalam jangka waktu

setelah 14 hari dari sidang terakhir.

Salinan putusan/penetapan itsbat nikah dapat diambil sendiri ke kantor Pengadilan

atau mewakilkan kepada orang lain dengan Surat Kuasa.

Setelah mendapatkan salinan putusan/penetapan tersebut, anda bisa meminta KUA

setempat untuk mencatatkan pernikahan anda dengan menunjukkan bukti salinan

putusan/penetapan pengadilan tersebut.

D. PERTANYAAN UNTUK MEMASTIKAN

Isilah pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk memastikan bahwa anda sudah

melakukan semua yang diperlukan, agar proses sidang anda lancar.

Jika anda menjawab “sudah”, maka gunakan tanda contreng (√)

NO. PERTANYAAN

15. Apakah anda sudah memastikan bahwa surat permohonan anda masuk ke

pengadilan yang tepat?

16. Apakah anda sudah memastikan identitas anda dan suami di dalam surat

permohonan benar dan lengkap?

Page 28: Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan

28

17. Apakah anda sudah memastikan keterangan mengenai ijab kabul yang anda

terangkan dalam surat permohonan sudah benar?

18. Apakah anda sudah memastikan bahwa keterangan anda dalam surat

permohonan tentang peristiwa yang anda alami sudah urut secara waktu

(tanggal perkawinan, tempat kediaman bersama, jumlah anak, lamanya

hidup rukun, mulai terjadi pertengkaran, mulai pisah ranjang, pisah rumah,

dan seterusnya)?

19. Apakah anda sudah menandatangani surat permohonan yang anda daftarkan

ke pengadilan?

20. Apakah anda sudah menerima bukti pembayaran panjar biaya perkara

(SKUM) saat anda mendaftarkan perkara di pengadilan?

21. Apakah anda sudah menerima Surat Panggilan Sidang dari pengadilan?

22. Apakah anda sudah menyiapkan surat-surat yang dibutuhkan untuk

persidangan?

23. Apabila anda memiliki surat-surat yang berbahasa asing, apakah anda sudah

menerjemahkan surat-surat tersebut ke dalam bahasa Indonesia?

24. Apakah anda sudah mem-fotokopi surat-surat yang dibutuhkan sebagai

bukti di persidangan, menempelkan meterai di setiap fotokopi surat, dan

kemudian meminta pengesahan di Kantor Pos setempat?

25. Apakah anda memiliki 2 orang saksi yang benar-benar melihat dan

mendengar secara langsung permasalahan anda?

26. Apakah anda sudah menghubungi saksi-saksi tersebut dan meminta

kesediaan mereka untuk menjadi saksi dalam persidangan anda?

Page 29: Laporan kelompok praktikum Di Pengadilan Agama Kandangan

29

BAB

PENUTUP

Kesimpulan dan Saran/Rekomendasi

Dari semua yang kami pelajari selama berpraktik di Pengadilan Agama

Kandangan tentang proses-memproses perkara mulai dari pendaftaran perkara sampai

pengambilan aktanya, ternyata di dalam memprosesnya tersebut ada ketidak sesuaian

dengan prosedur yang tercantum di dalam Undang-Undang dengan yang terjadi

dilapangan. Salah satunya adalah dalam hal pemberian nomor perkara dimana di dalam

Undang-Undang disebutkan bahwa yang memberi nomor perkara adalah tugas di Meja

dua sedangkan yang terjadi dilapangan ternyata yang memberi nomor perkara adalah di

Meja satu.