Upload
goeroendeso
View
1.050
Download
29
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Citation preview
E-PEMBINAAN SEBAGAI SARANA ALTERNATIF METODE KERJA PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN, DALAM
MENJAWAB HAMBATAN JARAK, BANYAKNYA SEKOLAH BINAAN DAN KONDISI GEOGRAFIS SEKOLAH BINAAN DI
KABUPATEN PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN
Diajukan Untuk Syarat Mengikuti Kegiatan In Service Learning 2 Diklat Supervisi Akademik Bagi Pengawas Tahun 2012
Oleh :
SUMARSO, M.Pd. NIP. 196912131997021001
Pengawas Satuan Pendidikan
Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang
PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS PENDIDIKAN
2012
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Best Practice Pengawas dengan Judul : “E-Pembinaan Sebagai Sarana
Alternatif Metode Kerja Pengawas Satuan Pendidikan Dalam Menjawab
Hambatan Jarak, Banyaknya Sekolah Binaan dan Kondisi Geografis Sekolah
Binaan di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.” Disetujui dan Disahkan Untuk
Dilaporkan pada Kegiatan In Service Learning 2 Diklat Supervisi Akademik
Pengawas Tahun 2012
Disahkan
Di : Pandeglang Tanggal : September 2012
Mengesahkan : a.n. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang
Sekretaris
DRS. NURHASAN NIP. 196208031982031004
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Best Practice Pengawas, yang
merupakan laporan pengawas tentang pengalaman pengawas dalam
memecahkan permasalah kepengawasan yang dihadapi.
Laporan ini diharapkan dapat menjadi bahan sharing sesama pengawas
dalam melaksanakan tugas-tugas kepengawasan sehari-hari dan dapat menjadi
masukan kepada pengawas lain, sehingga hambatan-hambatan yang dihadapi
dalam melaksanakan tugas-tugas kepengawasan dapat teratasi.
Dengan selesainya penulisan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang
2. Koordinator Pengawas Kabupaten Pandeglang
3. Rekan-Rekan Pengawas Kabupaten Pandeglang
4. Bapak/Ibu Kepala Sekolah Binaan
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu
Semoga laporan ini dapat menjadi sumbangan pengalaman bagi rekan-
rekan pengawas dalam pelaksanaan tugas-tugas kepengawasan. Atas segala
dukungan dan dorongannya, penulis ucapkan banyak terimakasih dan semoga
mendapat balasan dari Allah SWT. Amin.
Pandeglang, September 2012
Penulis
SUMARSO, M.Pd.
NIP. 196912131997021001
iv
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan …………………………………………………… ii
Kata Pengantar ……………………………………………………….. iii
Daftar Isi ……………………………………………………………… iv
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………… 1
A. Latar Belakang …………………………………………. 1
B. Permasalahan …………………………………………… 3
C. Tujuan …………………………………………………. 3
D. Manfaat Penulisan …………………………………….. 3
BAB II E-PEMBINAAN SEBAGAI SARANA ALTERNATIF METODE KERJA PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN, DALAM MENJAWAB HAMBATAN JARAK, BANYAKNYA SEKOLAH BINAAN DAN KONDISI GEOGRAFIS SEKOLAH BINAAN DI KABUPATEN PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN
…… 5
A. Konsep Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dalam Pendidikan
……. 5
B. Wilayah Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten ……. 8
C. E-Pembinaan Sebagai Alternatif Metode Kerja Pengawas Satuan Pendidikan
……. 12
D. Kelebihan E-Pembinaan …………………………………. 14
E. Kekurangan E-Pembinaan ………………………………… 15
BAB III PENUTUP ……………………………………………………. 16
A. Simpulan ………………………………………………… 16
B. Saran dan Rekomendasi ……………………………….. 16
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 18
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengawas Sekolah sebagai salah satu unsur tenaga kependidikan
memiliki peran yang penting dan strategis, dalam keseluruhan upaya
peningkatan mutu pendidikan, khususnya dalam meningkatkan mutu dan
kinerja sekolah. Pengawas satuan pendidikan bertugas melaksanakan
pembinaan di bidang akademik dan bidang manajerial.
Pengawas Sekolah merupakan tenaga kependidikan yang peranannya
sangat penting dalam membina kemampuan profesional tenaga pendidik,
tenaga administrasi sekolah, dan Kepala Sekolah dalam meningkatkan kinerja
sekolah. Pengawas Sekolah juga berfungsi sebagai supervisor akademik dan
supervisor manajerial.
Tugas pokok Pengawas Sekolah adalah melaksanakan tugas
pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi
penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan
pelaksanaan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan, penilaian,
pembimbingan dan pelatihan profesional Guru, evaluasi hasil pelaksanaan
program pengawasan, dan pelaksanaan tugas kepengawasan di daerah
khusus. (Pasal 5, Permennegpan dan RB Nomor 21 Tahun 2010)
Berkaitan dengan tugas pokok pengawas tentunya mempunyai
konsekuensi logis bahwa pengawas harus mengadakan kunjungan ke sekolah
binaan untuk memberikan pembinaan, maupun mengadakan monitoring dan
evaluasi. Dalam pelaksanaan tugas kepengawasan tentunya sudah menjadi
hal yang wajar bila dalam pelaksanaan tugas, seorang pengawas dihadapkan
kepada hambatan-hambatan dilapangan. Hambatan-hambatan tersebut bisa
berupa jarak yang terlampau jauh dari sekolah satu kesekolah yang lain,
kondisi geografis yang kurang kondusif, kondisi infrastruktur jalan yang rusak,
sehingga sangat sulit untuk dilalui terutama pada musim penghujan. Jumlah
pengawas yang masih sedikit dikarenakan masih rendahnya animo guru atau
kepala sekolah menjadi pengawas, menjadikan rasio pengawas dengan
2
jumlah sekolah binaan tidak memenuhi ketentuan. Satu orang pengawas bisa
membina sekolah lebih dari 15 sekolah. Kondisi demikian tentunya akan
menyebabkan proses pembinaan menjadi kurang efektif. Memang tidak
semua daerah ditanah air tercinta ini memiliki karaketristik dan kondisi
geografis yang sama, dan ini juga yang menyebabkan perbedaan
permasalahan yang dihadapi oleh pengawas didaerah yang satu dengan
pengawas didaerah lainnya. Kondisi yang demikian tentunya bukan menjadi
penghalang bagi pengawas dalam melaksanakan tugas yang sangat mulia.
Dibutuhkan strategi dan kiat dari pengawas untuk menyiasati kondisi atau
hambatan-hambatan yang dihadapi agar tidak menganggu pelaksanaan
tugas-tugas kepengawasan.
Untuk menghadapi berbagai hambatan tersebut, seorang pengawas
harus bisa memanfaatkan berbagai sumber daya, metode, pendekatan
maupun kecanggihan teknologi agar tugas-tugas kepengawasan tidak
terhambat. Pada saat sekarang penguasaan Teknologi Informasi bagi
pengawas sudah menjadi keharusan, dikarenakan tugas-tugas kepengawasan
sudah banyak yang harus diselesaikan dengan teknologi informasi. Seperti
kegiatan Evaluasi Diri Sekolah (EDS). Pada saat ini kita mengenal istilah E-
EDS. Kegiatan tersebut mengharuskan seorang pengawas bisa
mengoperasikan MS Excell, karena instrumen E-EDS dibuat menggunakan
software tersebut. Setelah itu pengawas harus bisa mengunggah file E-EDS
dari sekolah binaan melalui internet. Dari gambaran tersebut sudah barang
tentu menjadi keharusan bahwa seorang pengawas harus bisa menguasai
teknologi informasi untuk mendukung tugas-tugas kepengawasannya.
Dari uraian diatas, penulis mencoba menggunakan Teknologi Informasi
dengan media internet, mengembangkan model atau metode E-Pembinaan
dalam mengatasi berbagai hambatan yang dihadapi dalam tugas
kepengawasan di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Penulis
memanfaatkan website atau blog pribadi penulis untuk berkomunikasi atau
menyampaikan berbagai informasi kepada sekolah binaanya. Meskipun
demikian ternyata kegiatan ini bisa diikuti bukan hanya dilingkup sekolah
binaan, namun ternyata bisa diikuti oleh sekolah diseluruh tanah air, bahkan
3
diseluruh dunia. Ternyata dengan menggunakan media internet, hambatan
jarak dan waktu dapat diatasi.
Berangkat dari pengalaman penulis tersebut, maka penulis mencoba
menuangkan best practice pengawas dengan judul : “E-Pembinaan Sebagai
Sarana Alternatif Metode Kerja Pengawas Satuan Pendidikan Dalam
Menjawab Hambatan Jarak, Banyaknya Sekolah Binaan dan Kondisi
Geografis Sekolah Binaan di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.”
B. Permasalahan
Permasalahan dalam penulisan best practice pengawas ini adalah “Apakah E-
Pembinaan dapat menjadi Sarana Alternatif Metode Kerja Pengawas Satuan
Pendidikan Dalam Menjawab Hambatan Jarak, Banyaknya Sekolah Binaan
dan Kondisi Geografis Sekolah Binaan di Kabupaten Pandeglang, Provinsi
Banten?”
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan Best Practice ini adalah, penulis ingin memperkenalkan
metode alternatif dalam melaksanakan tugas kepengawasan dengan
mengembangkan E-Pembinaan sebagai Sarana Alternatif Metode Kerja
Pengawas Satuan Pendidikan Dalam Menjawab Hambatan Jarak, Banyaknya
Sekolah Binaan dan Kondisi Geografis Sekolah Binaan di Kabupaten
Pandeglang, Provinsi Banten.”
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan best practice ini bagi penulis adalah sebagai sarana
memperkenalkan pengalaman dilapangan kepada sesama pengawas dalam
pelaksanaan tugas-tugas kepengawasan sehari-hari dan sebagai upaya
memupuk dan mengembangkan budaya menulis bagi seorang pengawas.
Bagi Pengawas lain, penulisan ini dapat dijadikan bahan masukan untuk bisa
diterapkan didaerah lain untuk mendukung pelaksanaan tugas
kepengawasan, dan dapat untuk dikembangkan menjadi lebih baik lagi
sehingga akhirnya dapat bermanfaat bagi sesama pengawas diseluruh tanah
air.
4
Bagi instansi terkait, penulisan ini dapat dijadikan suatu perencanaan untuk
dapat mengembangkan E-Pembinaan menjadi lebih luas dan lebih baik lagi
dimasa mendatang, serta dapat menjadi masukan untuk membuat suatu
trobosan dalam kebijakan berkaitan dengan tugas-tugas seorang pengawas
sekolah.
5
BAB II
E-PEMBINAAN SEBAGAI SARANA ALTERNATIF METODE KERJA PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN, DALAM MENJAWAB HAMBATAN JARAK, BANYAKNYA SEKOLAH BINAAN DAN KONDISI GEOGRAFIS
SEKOLAH BINAAN DI KABUPATEN PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN
A. Konsep Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan
Dunia telah berubah. Dewasa ini kita hidup dalam era informasi/global.
Dalam era informasi, kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi telah
memungkinkan terjadinya pertukaran informasi yang cepat tanpa terhambat
oleh batas ruang dan waktu (Dryden & Voss, 1999). Berbeda dengan era
agraris dan industri, kemajuan suatu bangsa dalam era informasi sangat
tergantung pada kemampuan masyarakatnya dalam memanfaatkan
pengetahuan untuk meningkatkan produktifitas. Karakteristik masyarakat
seperti ini dikenal dengan istilah masyarakat berbasis pengetahuan
(knowledge-based society). Siapa yang menguasai pengetahuan maka ia
akan mampu bersaing dalam era global.
Era globalisasi yang melanda dunia termasuk Indonesia berlangsung
sangat cepat yang menimbulkan dampak global pula yang sekaligus menuntut
kemampuan manusia unggul yang mampu mensiasati dan mengantisiapasi
kemungkinan-kemungkinan yang sedang dan akan terjadi. Globalisasi akan
semakin membuka diri bangsa dalam menghadapi bangsa-bangsa lain. Batas-
batas politik, ekonomi, sosial budaya antara bangsa semakin kabur.
Persaingan antar bangsa akan semakin ketat dan tak dapat dihindari, terutma
dibidang ekonomi dan IPTEK. Hanya negara yang unggul dalam bidang
ekonomi dan penguasaan IPTEK yang dapat mengambil manfaat atau
keuntungan yang banyak. (Sujarwo, 2012)
Perkembangan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
saat ini sangat pesat dan berpengaruh sangat signifikanterhadap pribadi
maupun komunitas, segala aktivitas, kehidupan, cara kerja, metode belajar,
gaya hidup maupun caraberpikir. Oleh karena itu, pemanfaatan TIK harus
diperkenalkan kepada siswa agar mereka mempunyai bekal pengetahuan dan
6
pengalaman yang memadai untuk bisa menerapkan dan menggunakannya
dalam kegiatan belajar, bekerja serta berbagai aspek kehidupan sehari-hari,
bahkan bisa juga dikembangkan menjadi kegiatan wirausaha. (Ismanita, 2010)
Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk
mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan,menyusun, menyimpan,
memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang
berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang
digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan juga merupakan
informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan. Teknologi ini
menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data, sistem jaringan
untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lainnya sesuai
dengan kebutuhan. Teknologi Komunikasi digunakan agar data dapat disebar
dan diakses secara global. Peran yang dapat diberikan oleh aplikasi TIK
adalah mendapatkan informasi untuk kehidupan pribadi seperti informasi
tentang kesehatan, hobi, rekreasi, dan rohani. Juga dapat berkomunikasi
dengan biaya murah seperti fasilitas email yang dapat kita pergunakan
dengan mudah di internet.
Melalui TIK, sarana kerjasama antara pribadi atau kelompok yang satu
dengan pribadi atau kelompok yang lainnya sudah tidak lagi mengenal batas
jarak dan waktu, negara, ras, kelas ekonomi, ideologi atau faktor lainnya yang
dapat menghambat bertukar pikiran antar sesama kita. Perkembangan TIK
memicu suatu cara baru dalam kehidupan, dari kehidupan dimulai sampai
dengan berakhir, kehidupan seperti ini dikenal dengan e-life, artinya
kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik.
Alangkah wajar bila sekarang ini sedang semarak dengan berbagai huruf yang
dimulai dengan awalan e seperti e-commerce, e-book, e-banking, e-
government, e-education, e-learning, e-library, e-journal, e-medicine, e-
laboratory, e-biodiversitiy, e-KTP, dan lainnya yang berbasis TIK.
Dari semua e itu ada yang perlu mendapatkan perhatian serius yaitu e-
education, dimana kita mempunyai kewajiban untuk mengembangkan TIK
dalam proses pembelajaran yang tidak hanya mengajak peserta didik untuk
mencari informasi, tetapi juga menciptakan informasi. Mampu saling
berkomunikasi dengan menggunakan berbagai aplikasi TIK yang membuat
7
dirinya mampu saling berbagi tentang apa yang disukainya dan apa yang
dikuasainya. Membuat mereka mampu memanfaatkan TIK dengan baik.
Komputer sebagai sarana interaktif dapat digunakan sebagai alternativ
bentuk pembelajaran terprogram (Programmed Instruction) yang dilandasi
hukum akibat (Law of Effect). Dalam hukum akibat, asumsi yang diyakini
adalah tingkah laku yang didasari rasa senang akan merangsang untuk
dilakukan serta dikerjakan secara berulang-ulang (S-R).
Sangat banyak pakar pendidikan yang melakukan penelitian dan
berkesimpulan ke arah positifnya pemanfaatan komputer sebagai media bantu
pembelajaran. Arnold (1992) menyatakan para guru masih dihadapkan pada
suatu ironi bahwa meskipun komputer merupakan media sangat potensial
pada proses pembelajaran, akan tetapi masih sedikit yang mau dan mampu
menggunakannya. Ketidakmauan dan/atau ketidakmapuan tersebut
disebabkan berbagai factor, baik internal (diri guru sendiri) maupun faktor
eksternal (fasilitas dan kebijakan).
Poin penting yang menjadi perhatian kita adalah :
1. Pembelajaran berbasis TIK sudah saatnya mulai dikembangkan dan
digunakan dalam proses pembelajaran.
2. Model pembelajaran yang mendukung kepada pelaksanaan pembelajaran
berbasis TIK.
3. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam persiapan, pelaksanaan
sampai dengan evaluasi pembelajaran berbasis TIK.
4. Kondisi prasayarat yang harus tersedia agar proses pembelajaran berbasis
TIK dapat berjalan. (Rahmat, 2010:7)
Mengapa pembelajaran yang mengintegrasikan TIK penting?
Tantangan pendidikan abad 21, menurut PBB adalah membangun
masyarakat berpengetahuan (knowledge-based society) yang memiliki (1)
keterampilan melek TIK dan media (ICT and media literacy skills), (2)
keterampilan berpikir kritis (critical thinking skills), (3) keterampilan
memecahkan masalah (problem-solving skills), (4) keterampilan
berkomunikasi efektif (effective communication skills); dan (5) keterampilan
bekerjasama secara kolaboratif (collaborative skills). Keempat karakteristik
8
masyarakat abad 21 menurut PBB tersebut dapat dibangun melalui
pengintegrasian TIK dalam proses pembelajaran. Dalam konteks pendidikan,
sesungguhnya peran TIK adalah sebagai “enabler” atau alat untuk
memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan efisien serta
menyenangkan. Jadi, TIK dijadikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan,
bukan tujuan itu sendiri. (Chaeruman, 2010)
B. Wilayah Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten
Kabupaten Pandeglang, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Banten,
Indonesia. Ibukotanya adalah Pandeglang. Kabupaten ini berbatasan dengan
Kabupaten Serang di utara, Kabupaten Lebak di Timur, serta Samudra
Indonesia di barat dan selatan. Wilayahnya juga mencakup Pulau Panaitan (di
sebelah barat, dipisahkan dengan Selat Panaitan), serta sejumlah pulau-pulau
kecil di Samudra Hindia, termasuk Pulau Deli dan Pulau Tinjil. Semenanjung
Ujung Kulon merupakan ujung paling barat Pulau Jawa, dimana terdapat
suaka margasatwa tempat perlindungan hewan badak bercula satu yang kini
hampir punah.
Pusat perekonomian Kabupaten Pandeglang terletak di dua kota yakni Kota
Pandeglang dan Labuan. Sebagian besar wilayah Kabupaten Pandeglang
merupakan dataran rendah dan dataran bergelombang. Kawasan selatan
terdapat rangkaian pegunungan. Sungai yang mengalir diantaranya Sungai
Ciliman yang mengalir ke arah barat, dan Sungai Cibaliung yang mengalir ke
arah selatan.
Luas wilayah Kabupaten Pandeglang mencapai 2.746,89 KM2 terdiri dari 35
Kecamatan. Kecamatan yang ada di Kabupaten Pandeglang dapat dilihat pada
table dibawah ini :
Tabel 1 Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Pandeglang
No. Kecamatan Wilayah (km²) Populasi Kepadatan (/km²)
9
1 Sumur 258,54 21.813 84
2 Cimanggu 259,73 37.121 143
3 Cibaliung 221,88 26.033 177
4 Cibitung 180,72 19.903 110
5 Cikeusik 322,76 49.647 154
6 Cigeulis 176,21 27.724 189
7 Panimbang 132,84 46.686 351
8 Sobang 138,88 37.735 272
9 Munjul 75,25 22.836 303
10 Angsana 64,84 27.124 418
11 Sindangresmi 65,20 21.527 330
12 Picung 56,74 34.023 600
13 Bojong 50,72 33.804 666
14 Saketi 54,13 40.465 748
15 Cisata 32,65 22.150 678
16 Pagelaran 42,76 33.882 792
17 Patia 45,48 27.612 607
18 Sukaresmi 57,30 33.674 588
19 Labuan 15,66 51.903 3.314
20 Carita 41,87 32.086 766
21 Jiput 53,04 29.795 562
22 Cikedal 26,00 30.721 1.182
23 Menes 22,41 35.692 1.593
24 Pulosari 31,33 26.599 849
25 Mandalawangi 80,19 44.910 560
26 Cimanuk 23,64 37.745 1.597
27 Cipeucang 21,16 28.107 1.328
28 Banjar 30,50 30.463 999
10
29 Kaduhejo 33,57 33.880 1.009
30 Mekarjaya 31,34 20.769 663
31 Pandeglang 16,85 38.590 2.290
32 Majasari 19,57 42.153 2.154
33 Cadasari 26,20 30.936 1.181
34 Karangtanjung 19,07 29.799 1.563
35 Koroncong 17,86 17.069 956
Kabupaten Pandeglang
2.746,89 1.130.514 412
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Pandeglang
Kecamatan yang terdekat dengan pusat pemerintahan atau ibu kota
kabupaten adalah Kecamatan Pandeglang, sedangkan Kecamatan Sumur
adalah kecamatan yang terjauh dari ibu kota kabupaten di wilayah barat yang
berbatasan dengan selat sunda dan Samudera Indonesia. Wilayah
Kecamatan Sumur adalah kecamatan dimana Taman Nasional Ujung Kulon
berada. Diwilayah selatan Kecamatan Cikeusik, Kecamatan Cibaliung, dan
Kecamatan Cimanggu adalah kecamatan yang jaraknya juga terjauh dari ibu
kota kabupaten, yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia
disebelah selatan.
Wilayah Kabupaten Pandeglang dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 1 Peta Wilayah Kabupaten Pandeglang
11
Luasnya wilayah Kabupaten Pandeglang tersebut menjadikan jarak sekolah
binaan yang satu dengan sekolah binaan yang lain sangat jauh.
Rasio jumlah pengawas dengan banyaknya sekolah binaan juga masih kurang
ideal. Jumlah sekolah dan Pengawas, serta jarak sekolah binaan terdekat dan
terjauh, dapat dilihat pada table dibawah ini :
Tabel 2 Data SMP, SMA/SMK di Kabupaten Pandeglang
SMP SMA SMK
N S Total N S Total N S Total
109 15 124 17 13 30 10 42 52
Tabel 3 Data Pengawas dan Jarak Sekolah Binaan
No Nama L/P Pend.
Terakhir Pangkat/
Gol
Ket
Jarak terdekat
Jarak terjauh
1 Sugeng, M.Pd L S-2 IV/a 2 Km 15 Km
2 H.Endang Sutisna, M.Pd L S-2 IV/b 10 Km 25 Km
3 Drs.H.Firdaus, M.MPd L S-2 IV/b 25 Km 40 Km
4 Sumarso, M.Pd L S-2 IV/a 25 Km 100 Km
5 Musabikhin, S.Pd, M.T L S-2 IV/a 40 Km 130 Km
6 Munasyik,M.Pd L S-2 IV/a 40 Km 80 Km
7 Iva Sarifah, M.MPd P S-2 IV/b 3 Km 70 Km
8 Drs.Supardi Wiramiharja L S-1 IV/a 10 Km 100 Km
9 Drs.Tedi Teja Sumantri L S-1 IV/b 3 Km 60 Km
10 Dra.Hj.Ai Rosmiyati, M.MPd P S-2 IV/b 5 Km 80 Km
11 Drs.Wahya L S-1 IV/c 10 Km 110 Km
12 Drs.H.Juhaedi, M.Pd L S-2 IV/b 2 Km 60 Km
13 Drs.H.Edi Kuncahyo, M.Pd L S-2 IV/b 28 Km 120 Km
14 Drs.H.Jaenudin, M.Pd L S-2 IV/c 2 Km 10 Km
Jauhnya jarak sekolah binaan dengan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten
Pandeglang sedikitnya akan menjadikan hambatan bagi pengawas dalam
melaksanakan kegiatan kepengawasan disekolah binaan tersebut.
12
Apabila tidak dicarikan alternatif pemecahan, maka jarak sekolah binaan yang
sangat jauh tersebut pada akhirnya dapat menjadi hambatan bagi pengawas
dalam melaksanakan tugas dan pada akhirnya akan berdampak bagi sekolah
binaan. Dari latar belakang kondisi geografis Kabupaten Pandeglang yang
sangat luas dan banyaknya sekolah binaan serta jauhnya jarak sekolah
binaan, maka penulis mencoba untuk menggunakan E-Pembinaan sebagai
salah satu alternatif metode kerja pengawas satuan pendidikan.
C. E-Pembinaan Sebagai Alternatif Metode Kerja Pengawas Satuan Pendidikan
1. Langkah-Langkah Persiapan E-Pembinaan
E-Pembinaan adalah istilah yang penulis munculkan dengan latar
belakang bahwa sekarang telah muncul berbagai kegiatan yang
dilaksanakan dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi,
seperti e-banking, e-learning, e-commerce, e-library, dsb.
Penulis mempunyai keyakinan bahwa pembinaan atau metode kerja
pengawas sekolahpun dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan
kecanggihan teknologi informasi tersebut.
Kegiatan E-Pembinaan dapat dilaksanakan melalui media internet. Maka
internet menjadi salah satu pendukung utama kegiatan ini. E-Pembinaan
dilakukan melalui sebuah website. Penulis menggunakan website atau
blog pribadi penulis yang sudah dibuat sejak tahun 2009. Alamat blog
penulis yang dijadikan sarana kegiatan E-Pembinaan adalah di
http://goeroendeso.wordpress.com
Didalam website tersebut disediakan halaman khusus yang diberi judul E-
Pembinaan. Tampilan halaman blog tersebut dapat dilihat pada gambar
dibawah ini :
Gambar 2
Halaman Website untuk E-Pembinaan
13
Dalam halaman E-Pembinaan diisi materi-materi yang dapat dibuka oleh
sekolah-sekolah binaan untuk mencari informasi atau materi-materi yang
diperlukan oleh sekolah. Halaman E-Pembinaan dapat dilihat pada gambar
dibawah ini :
Gambar 3 Halaman E-Pembinaan
Materi-materi E-Pembinaan penulis posting dihalaman tersebut dengan
format video, yang terlebih dahulu di unggah ke website Youtube.
Materi awal yang bentuknya powerpoint oleh penulis terlebih dahulu di
convert menjadi file video dengan menggunakan software gratis yang
dapat diunduh diinternet. Penulis menggunakan software leawo.
Pada saat ini memang belum banyak materi yang penulis sediakan,
dikarenakan harus membutuhkan waktu yang lama untuk membuat materi-
materi pembinaan dalam bentuk video. Akan tetapi kegiatan E-Pembinaan
ini telah dicobakan kepada beberapa sekolah binaan dan mereka
menyambut antusias kegiatan ini, karena lebih variatif dan merupakan hal
yang baru, yang belum mereka dapatkan sebelumnya. Sehingga penulis
optimis dan yakin apabila dikembangkan lebih baik lagi, E-Pembinaan bisa
dijadikan model alternative metode kerja pengawas yang dapat digunakan
oleh pengaws-pengawas lain diseluruh Indonesia, terutama yang
menghadapi hambatan jarak dan kondisi geografis yang menghubungkan
sekolah binaan.
14
2. Pelaksanaan E-Pembinaan
Pelaksanaan E-Pembinaan dilaksanakan disekolah masing-masing
dengan koordinasi dari Kepala Sekolah.
Sebagai bukti sekolah melakukan E-Pembinaan, sekolah harus mengisi
daftar hadir E-Pembinaan yang terlebih dahulu diunduh di halaman E-
Pembinaan blog milik penulis. Setelah daftar hadir diisi dan ditandatangani
oleh peserta pembinaan dan diketahui oleh kepala sekolah, daftar hadir
tersebut kemudian dikirimkan kepada pengawas melalui email yang
beralamat di : [email protected]
Daftar hadir tersebut terlebih dahulu discan oleh sekolah dengan format
PDF. Daftar hadir tersebut dilampirkan dalam email yang dikirim sekaligus
sekolah mengirimkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
materi E-Pembinaan serta masalah-masalah lain yang berkaitan dengan
persekolahan. Komunikasi dilakukan secara tidak langsung melalui email.
3. Tindak Lanjut E-Pembinaan
Setelah sekolah melakukan kegiatan E-Pembinaan tersebut kemudian
pengawas merencanakan kembali untuk mempersiapkan materi-materi
baru yang diperlukan oleh sekolah. Apabila tidak dapat terpecahkan
melalui kegiatan E-Pembinaan tersebut, maka pengawas harus hadir
disekolah binaan tersebut. Sehingga permasalahan yang dihadapi oleh
sekolah dapat terselesaikan dengan terlebih dahulu melalui E-Pembinaan.
D. Kelebihan E-Pembinaan
E-Pembinaan sebagai satu alternatif metode kerja pengawas sekolah
mempunyai beberapa kelebihan, antara lain :
1. Dapat dilaksanakan kapan saja, dimana saja;
2. Informasi dari pengawas lebih cepat tersampaikan;
3. Dalam satu waktu yang bersamaan beberapa sekolah dapat mengikuti
kegiatan pembinaan bersama-sama tanpa harus berkumpul dalam satu
sekolah atau tempat. Sehingga dapat menghemat transportasi;
4. Dapat memberikan motivasi kepada sekolah dan warga sekolah untuk
menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi.
15
E. Kekurangan E-Pembinaan
Disamping kelebihan yang dimiliki oleh E-Pembinaan, E-Pembinaan memiliki
beberapa kekurangan, antara lain :
1. Keterbatasan sarana pendukung disekolah masih menjadi persoalan antara
lain jaringan internet, meskipun sekolah dapat memanfaatkan modem
eksternal untuk akses internet;
2. Jaringan atau sinyal operator seluler kadang-kadang terlalu lemah
sehingga menghambat sekolah dalam mengakses E-Pembinaan;
3. Belum semua sekolah atau personil sekolah menguasai teknologi informasi
(internet);
4. Secanggih apapun, E-Pembinaan tidak bisa menggantikan kehadiran
langsung pengawas sekolah kesekolah-sekolah binaan untuk melakukan
pembinaan.
16
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berkaitan dengan tugas kepengawasan, seorang pengawas harus kreatif
membuat terobosan-terobosan dalam rangka mengatasi hambatan-hambatan
yang dihadapi dalam tugas kepengawasannya.
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi, pengawas sudah seharusnya
menguasai teknologi informasi tersebut karena dengan menguasai teknologi
informasi tersebut dapat dimenjadi sarana pendukung dalam tugas-tugas
kepengawasannya.
Pada saat sekarang dimana internet sudah berkembang dengan pesat,
kegiatan-kegiatan sudah banyak yang menggunakan internet sebagai sarana
kegiatanya.
Tidak terkecuali kegiatan-kegiatan oleh pengawas satuan pendidikan juga
dapat memanfaatkan internet sebagai sarana penunjang kegiatan
kepengawasan.
Salah satu alternatif metode kerja pengawas satuan pendidikan yang penulis
coba adalah kegiatan yang penulis sebut sebagai E-Pembinaan
B. Saran dan Rekomendasi
Saran :
1. Hendaknya senantiasa inovativ dan kreatif dalam menemukan serta
membuat trobosan-trobosan yang dapat mendukung kegiatan
kepengawasannya;
2. Tidak kenal menyerah dalam menghadapi tantangan dalam menghadapi
tugas;
3. Selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama
perkembangan teknologi informasi
17
Rekomendasi :
1. Bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan hendaknya lebih
memperhatikan kesejahteraan pengawas dengan memberikan tunjangan
transportasi bagi pengawas-pengawas satuan pendidikan;
2. Diberikan pendidikan dan pelatihan khusus tentang teknologi informasi bagi
pengawas;
3. Bagi sekolah harus memperhatikan ketersediaan saran teknologi informasi.
18
DAFTAR PUSTAKA
Chaeruman, Uwes. A; (2010), Pengembangan Rencana Pembelajaran Yang Mengintegrasikan TIK, Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan Kementerian Pendidikan Nasional
Dryden, Gordon; dan Voss, Jeanette; (1999), ”The Learning Revolution: to Change the Way the World Learn”, The Learning Web, Torrence, USA, http://www.thelearningweb.net.
http://id.wikipedia.org/
Ismanita; (2010) Makalah yang disusun untuk Seminar Nasional KEMAKOM di
UPI Bandung, Sabtu 23 januari 2010
Permennegpan dan RB Nomor 21 Tahun 2010
Rahmat, Asep Zaenal; (2010) Strategi Pembelajaran Berbasis TIK, Pusat
Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan Kementerian Pendidikan
Nasional
Sujarwo; http://pakguruonline.pendidikan.net
LAMPIRAN