Upload
uin-alauddin-makassar
View
573
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prinsip metode fenat adalah ammonia (NH3) bereaksi dengan hipoklorit
(OCl-) dan fenol (C6H5OH) yang dikatalisis oleh natrium nitroprusida
(C5FeN6Na2O2) membentuk senyawa biru indofenol. Ammonia (NH3) dapat di
analisa dengan metode titrasi bila kadarnya tinggi. Bila kadarnya rendah seperti
0,1 mg/L hingga 0,6 mg/L dapat mempergunakan metode spektrofotometer fenat
pada panjang gelombang 640 nm.
Salah satu senyawa yang dapat mengganggu dalam budidaya pada air
tambak adalah ammonia (NH3). Kehadirannya dapat menunjukkan bahwa proses
oksidasi ammonia (NH3) menjadi nitrit dan nitrat tidak berjalan baik atau
mengalami penghambatan, sehingga ammonia (NH3) hasil proses dekomposisi
bahan organik terus menumpuk.1
Lele atau ikan keli, adalah sejenis ikan yang hidup di air tawar. Lele
mudah dikenali karena tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang, serta
memiliki kumis yang panjang yang mencuat dari sekitar bagian mulutnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan percobaan ini untuk
mengetahui kadar amonia dengan spektrofotometer ultra violet visibel secara fenat
pada air tambak ikan lele.
B. Rumusan Masalah
1Wage Komarawidjaja, “ Pengaruh Aplikasi Konsorsium Mikroba Penitrifikasi Terhadap Konsentrasi Amonia (NH3) pada Air Tambak” J.Tek.Ling. P3TL-BPPT 4, No.2 (2003). Http:// 365-2596-1-PB.pdf (Diakses 19 November 2014), h. 62.
1
2
Rumusan masalah pada percobaan ini yaitu berapa kadar ammonia (NH3)
dalam air tambak ikan lele dengan menggunakan Spektrofotometer ultra violet
visibel secara fenat?
C. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui berapa kadar ammonia
(NH3) dalam air tambak ikan lele dengan menggunakan Spektrofotometer ultra
violet visibel secara fenat.
BAB II
1
3
TINJAUAN PUSTAKA
A. Spektrofotometer UV-Vis
Metode spektrofotometri ultra violet dan sinar tampak telah banyak
diterapkan untuk penetapan senyawa-senyawa organik yang umumnya
dipergunakan untuk penentuan senyawa dalam jumlah yang sangat kecil
Penggunaan spektrofotometer ultra violet dan sinar tampak bisa untuk contoh
cairan maupun padatan, seperti air laut, lumpur atau sedimen dan batuan, oleh
karena prinsip kerja spektrofotometer ultra violet dan sinar tampak berdasarkan
penyerapan cahaya oleh suatu larutan, maka semua contoh yang akan diperiksa
harus diubah terlebih dahulu menjadi bentuk larutan, untuk pemakaian
spektrofotometer sinar tampak larutan tersebut harus berwarna, hal ini bisa
dikerjakan dengan menambahkan pereaksi tertentu pada contoh yang diperiksa.
Kemudian hasil pengukuran dari spektrofotometer dimasukkan ke dalam rumus
Lamber-Beer, maka akan didapatkan kadar zat yang dicari.2
Sebuah spektrofotometer dirancang sekitar tiga bagian dasar yaitu sumber
cahaya, sistem dispersi (digabung dalam sebuah monokromator) yang merupakan
bagian optik dan sistem deteksi. Komponen-komponen ini biasanya terintegrasi
dalam kerangka yang unik untuk membuat spektrometer. Kompertemen sampel
berada di dalam jalur optik baik sebelum atau dsesudah sistem dispersi tergantung
pada dasain instrumen. Instrumen yang digunakan untuk analisis rutin tidak
memerlukan resolusi yang tinggi. Banyak senyawa dalam larutan menghasilkan
pita spektrum yang kurang baik. Namun yang penting adalah bahwa instrumen
2Etty Triyati, “Spektrofotometer Ultra-Violet dan Sinar Tampak serta Aplikasinya dalam Oseanologi” Oseana X, No. 1 (1985). Http://www.oseanografi.lipi.go.id/ publikasi/oseana-47.pdf (Diakses 19 November 2014), h. 40 dan 47.
3
4
UV-Vis mampu memeberi hasil kuantitatif yang tepat dalam beberapa unit
absorbansi.3
Gambar II. 1. Bagan susunan alat Spektrofotometer Ultra-violet dan Sinar Tampak.
Keterangan:
A = sumber cahaya.
B = monokromator.
C = sel absorpsi (tempat larutan).
C1 = contoh.
C2 = pelarut.
D = detektor.
E = meter atau rekorder.
K = konstanta yang bergantu pada kondisi percobaan.4
Pengukuran absorbansi atau transmitansi dalam spektrofotometer
ultraviolet dan daerah tampak digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif
spesies kimia. Absorbansi spesies ini berlangsung dalam dua tahap yang pertama
yaitu M + hv = M* merupakan eksitasi spesias akibat absorbansi foton (hv)
dengan waktu hidup terbatas (10-8 – 10-9 detik). Tahap kedua adalah relaksasi
dengan berubahnya M* menjadi spesies baru dengan reaksi fotokimia. Absorbansi
3Hamzah Nursalam, Analisis Kimia Metode Spektrofotometer (Makassar: Alauddin University Press, 2013), h. 15.
4Etty Triyati, “Spektrofotometer Ultra-Violet dan Sinar Tampak serta Aplikasinya dalam Oseanologi” Oseana X, No. 1 (1985), h. 43-44.
5
dalam daerah ultraviolet dan daerah tampak menyebabkan eksitasi elektron
ikatan.5
Metode spektrofotometer visibel berdasarkan atas absorban sinar
tampakm oleh suatu larutan berwarna, oleh karena itu, metode ini dikenal sebagai
metode kalorimetri. Hanya larutan senyawa berwarna saja yang dapat ditentukan
dengan metode ini. Kalorimeter dilakaukan dengan membandingkan larutan
standar dengan sampel yang dibuat pada kondisi yang sama dalam tabung Nessler
atau kalorimeter Dubosq, dengan kalorimeter elektronik, jumlah cahaya yang
diserap (A) berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Sedangkan pada ultra
violet yang diabsorpsi adalah cahaya ultraviolet, sehingga larutan yang tidak
berwarna dapat diukur.6
B. Metode Fenat
Prinsip metode fenat adalah larutan sampel yang mengandung ammonium
diubah menjadi amonia dengan penambahan larutan natrium hidroksida (NaOH),
kemudian amonia yang telah dibebaskan ditangkap dengan kertas yang telah
dibasahi dengan reagen fenat yaitu : natrium hipoklorit (NaOCl), asam klorida
(HCl), mangan sulfat (MnSO4) dan fenat (fenol dalam suasana basa). Fenat
berfungsi untuk membentuk kloroamin (NH2Cl) menjadi p-quinion-kloramin
selanjutnya bereaksi dengan fenol sisa membentuk senyawa indofenol.7
C. Teknik Sampling
5 S.M. Khopkar, Basic Comcepts Of Analytical Chemistry, terj. A.Saptoraharjordjo, Konsep Dasar Kimia Analitik (Jakarta: UI-Press, 1990), h. 211.
6Maria Bintang, Biokimia Teknik Penelitian (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 194.7Hermin Sulistyarti, “Pembuatan Tes Kit Kertas Nitrogen-Amonia Berdasarkan
Pembentukan Senyawa Indofenol Biru” Jurnal Kimia, FMIPA V 7, No.1 (2014). Http:// 4850-9347-1-S.pdf (Diakses 19 November 2014), h. 21.
6
Teknik sampling adalah cara pengambilan sampel, contoh atau cuplikan
dari bahan ruah atau lapangan yang menjadi objek analisis. Sampel yang diambil
harus menggambarkan komposisi dari objek analisis agar diperoleh hasil yang
representatif maka pengambilan sampel harus sistemaris, mengikuti langkagh atau
tahapan sampling.8
Tahapan pengambilan sampel dapat digambarkan sebagai berikut:9
1. Pengumpulan sampel lapangan dari unit-unit pengambilan sampel di
lapangan.
2. Pengukuran jumlah dan ukuran sampel lapangan menjadi partikel-partikel,
menjadi sampel laboratorium.
3. Pengurangan sampel laboratorium menjadi sampel yang siap dianalisis
yang dikenal sebagai sampel analitik.
4. Penyiapan sampel analitik dengan cara tertentu sesuai dengan sampel
analitk.
D. Ammonia (NH3)
Ammonia merupakan senyawaan anorganik yang diperlukan sebagai
sumber energi dalam proses nitrifikasi bakteri aerobik, di dalam air ammonia
berada dalam dua bentuk yaitu ammonia tidak terionisasi yang bersifat racun dan
ammonia terionisasi yang daya racunnya lebih rendah. Daya racun ammonia
dalam air akan meningkat saat kelarutan oksigen rendah. Keberadaan bakteri
pengurai sangat berpengaruh terhadap persediaan oksigen yang secara alami
terlarut dalam air tambak.10
8Sitti Chadijah, Dasar-Dasar Kimia Analitik (Makassar: Alauddin University Press, 2012), h. 10.
9Sitti Chadijah, Dasar-Dasar Kimia Analitik, h. 10.10 Wage Komarawidjaja, “ Pengaruh Aplikasi Konsorsium Mikroba Penitrifikasi
Terhadap Konsentrasi Amonia (NH3) pada Air Tambak” J.Tek.Ling. P3TL-BPPT 4, No.2 (2003), h. 65-66.
7
Amonia berada di dalam air dalam dua bentuk yaitu berupa ion amonium
(NH4+) atau non-ion amonium (NH3
+), keseimbangan amonium dalam larutan
sangat dipengaruhi oleh pH, hal ini menunjukkan bahwa hanya dalam bentuk
ionnya amonium dapat dihilangkan dari larutan dengan pertukaran ion.11
Meningkatnya senyawa Amonia, akan meningkatkan pertumbuhan dan
kepadatan fitoplankton. Kepadatan fitoplankton yang tinggi menimbulkan
peristiwa ledakan populasi (blooming), yang diikuti oleh kematian masal (die
off) fitoplankton. Peristiwa ledakan populasi dan kematian masal fitoplankton
akan memperburuk kualitas air tambak, sehingga produksi udang windu
menurun. Penurunan kualitas air tambak dapat pula memacu timbulnya
penyakit pada ikan. Pencegahannya terjadinya peningkatan Amonia pada air
tambak salah satunya dengan melakukan pembatasan jumlah pakan yang
diberikan atau dengan pengendalian pH pada kondisi alkalis, karena amonia
mudah menguap pada kondisi ini.12
E. Tambak
Tambak merupakan suatu bangunan berupa kolam didaerah pantai yang
dapat dimanfaatkan untuk budidaya biota laut yang bernilai ekonomis. Sumber air
pada tambak merupakan campuran dari air laut dan air tawar. Oleh karena itu,
kadar garamnya jauh lebih rendah dibandingkan air laut. Selain itu, jenis airnya
mempunyai sifat kimia dan fisika yang sangat berbeda dengan air laut maupun air
tawar. Lokasi tambak yang baik terletak di daerah pantai atau tempat yang masih
11Rihastiwi Setiya Murti, Christiana Maria Herry Purwanti dan Suyatini, “Adsorpsi Amonia dari Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit Menggunakan Abu Terbang Bagas” Majalah Kulit, Karet dan Plastik 29, No.2 (2013). Http://2013-292-41.pdf (Diakses 19 Novenber 2014), h. 87.
12Hendrawati, Tri Heru Prihadi dan Nuni Nurbani Rohmah, “Analisis Kadar Phosfat dan N-Nitrogen (Amonia, Nitrat, Nitrit) pada Tambak Air Payau akibat Rembesan Lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur” Jurnal Kelautan dan Perikanan (2010). Http://id.wikipedia.org/wiki (Diakses 19 November 2014), h. 139-140.
8
dipengaruhi oleh lingkungan pantai agar mudah untuk mendapatkan air laut dan
air tawar.13
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Waktu dan Tempat
Hari/ Tanggal : Jumat/ 21 November 2014
Pukul : 13.00 -17.30 WITA
Tempat : Laboratorium Kimia Anorganik dan Kimia Instrumen Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini, yaitu rangkaian alat
Spektrofotometer UV-Vis Varian Cary 50 cone, neraca analitik, hotplate,
pipet volume 25 mL, pipet skala 1 mL, pipet skala 5 mL, pipet tetes 3 mL,
labu takar 50 mL, labu takar 100 mL, gelas kimia 100 mL, gelas kimia
1000 mL, erlenmeyer 100 mL, spatula, corong, bulp, batang pengaduk dan
labu semprot.
2. Bahan
13Chandra Tri Febriwahyudi dan Wahyono Hadi, “Resirkulasi Air Tambak Bandeng dengan Slow Sand Filter” Jurnal Teknik Pomits 1, No. 1 (2012). Http://ejurnal. bppt.go.id/index.php/JTL/ article/view/365/560.pdf (Diakses 19 November 2014), h.1.
9
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu akuabides
(H2O), aluminium foil, amonium klorida (NH4Cl), etanol (C2H5OH),
fenol (C6H5OH), kertas saring, natrium hidroksida (NaOH),
natrium hipoklorit (NaClO), natrium nitroprusida (C5FeN6Na2O), natrium
sitrat (C6H5Na3O7) p.a, sampel air tambak ikan lele dan tissu.
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini, yaitu sebagai berikut:
1. Pembuatan Larutan Alkalin Sitrat (C6H5Na3O7)
Menimbang trinatrium sitrat (C6H5Na3O7) sebanyak 10,0023 g ke dalam
gelas kimia 100 mL dan menambahkan natrium hidroksida (NaOH) sebanyak
0,2252 g. Menambahkan akuabides (H2O) untuk melarutkannya, setelah larut
kemudian memasukkannya ke dalam labu takar 50 mL. Menambahkan
akuabides (H2O) hingga tanda batas dan menghomogenkannya. Larutan
alkalin sitrat (C6H5Na3O7) siap untuk analisis selanjutnya.
2. Pembuatan Larutan Pengoksidasi
Memipet larutan alkalin sitrat (C6H5Na3O7) sebanyak 100 mL dan
menambahkannya dengan natrium hipoklorit (NaClO) sebanyak 12,5 mL ke
dalam erlenmeyer 250 mL, menghomogenkannya. Larutan pengoksidasi siap
untuk analisis selanjutnya.
3. Pembuatan Larutan Fenol (C6H5OH)
Memipet larutan fenol (C6H5OH) sebanyak 5,55 mL ke dalam labu
takar 50 mL, kemudian menambahkannya dengan etanol (C2H5OH) hingga
10
tanda batas, menghomogenkannya. Larutan fenol (C6H5OH) siap untuk
analisis selanjutnya.
4. Pembuatan Larutan Natrium Nitroprusida (C5FeN6Na2O)
Menimbanga natrium nitroprusida (C5FeN6Na2O) sebanyak 0,2500 g
ke dalam gelas kimia 100 mL, menambahkan akuabides (H2O) hingga tanda
batas kemudian menghomogenkannya. Larutan natrium nitroprusida
(C5FeN6Na2O) siap untuk analsis selanjutnya.
5. Pembuatan Larutan Induk Ammonia (NH3) 1000 ppm
Menimbang ammonium klorida sebanya 0,1914 g ke dalam gelas
kimia 100 mL kemudian melarutkannya dengan menggunakan akuabides
(H2O). memasukkannya ke dalam labu takar 50 mL, menambahkan akuabides
(H2O) hingga tanda batas, menghomogenkannya. Larutan induk ammonia
1000 ppm siap untuk analisis selanjutnya.
6. Pembuatan Larutan Baku Ammonia (NH3) 100 ppm
Memipet larutan induk ammonia sebanyak 5 mL ke dalam labu takar
50 mL, menambahkan akuabides (H2O) hingga tanda batas kemudian
menghomogenkannya. Larutan baku ammonia 100 ppm siap untuk analisis
selanjutnya.
7. Pembuatan Larutan Standar Ammonia (NH3)
Memipet larutan baku 100 ppm ke dalam labu takar 50 mL dengan
konsentrasi masing-masing 0 ppm, 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm dan 10 ppm.
Mengimpitkannya dengan akuabides (H2O) hingga tanda batas, homogenkan.
Larutan standar amonia siap untuk analisis selanjutnya.
8. Preparasi Sampel
11
Menyaring sampel air tambak ikan lele ke dalam erlenmeyer 250
mL. Setelah di saring, memipetnya sebanyak 25 mL ke dalam erlenmeyer
250 mL. menambahkan larutan fenol (C6H5OH) sebanyak 1 mL kedalam
sampel, menambahkan larutan natrium nitroprusida (C5FeN6Na2O) sebanyak
1 mL dan larutan pengoksidasi sebanyak 2,5 mL. Menutupnya dengan
aluminium foil, mendiamkannya selama 1 jam untuk pembentukan warna.
Sampel siap untuk analisis selanjutnya.
9. Pembuatan Kurva Kalibrasi
Memipet ke dalam erlenmeyer untuk setiap konsentrasi,
menambahkan larutan fenol (C6H5OH) sebanyak 1 mL kedalam sampel,
menambahkan larutan natrium nitroprusida (C5FeN6Na2O) sebanyak 1 mL
dan larutan pengoksidasi sebanyal 2,5 mL. Menutupnya dengan aluminium
foil, mendiamkannya selama 1 jam untuk pembentukan warna. Sampel siap
untuk analisis di Spektrofotometer UV-Vis secara fenat.
10. Pengoperasian Spektrofotometer UV-Vis
Nyalakan PC dan boot sistem operasi PC. Apabila printer telah
terhubung ke sistem, maka nyalakan printer. Nyalakan spektrofotometer dan
tunggu sampai cahaya indikator spektrofotometer berwarna hijau. Proses ini
meliputi pengujian spektrofotometer dan mengambil waktu sekitar 1 menit.
Meletakkan sampel yang telah dimasukkan kedalam kuvet pada sample
compartment. Sebelum sample di ukur, preparasi sample terlebih dahulu
disiapkan untuk menggunakan sistem. Lampu hijau akan berkedip, hal ini
bahwa menunjukkan pengukuran sedang berlangsung, jika spektrofotometer
berhenti, hal ini menunjukkan bahwa pengukuran telah siap berlangsung.
12
Data absorbansi dan spektrum akan terbaca di komputer, yang berbentuk
grafik hubungan antara panjang gelombang dengan absorbansi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
Tabel IV.1 pengukuran Absorbansi larutan Standar dan Sampel.
2. Reaksi
a. Penambahan Hipoklorit (OCl-) pada Air Tambak yang
Mengandung Ammonia (NH3) Menghasilkan Monokloroamina
(NH2Cl).
No. Larutan Konsetrasi (ppm) Absorbansi
1. Blanko 0 0,00032. Standar 1 2 0,00373. standar 2 4 0,01444. Standar 3 6 0,03035. Standar 4 8 0,04636. Standar 5 10 0,05987. Air tambak (I) UNCAL 0,28198. Air tambak (II) UNCAL 0,2960
13
b. Fenol (C5H6OH) Bereaksi dengan Monokloroamina (NH2Cl)
Membentuk Senyawa Biru Indofenol.
Gambar IV. I Mekanisme reaksi kimia pembentukan kompleks indofenol denganmetode fenat.
3. Grafik
a. Kurva Kalibrasi
Grafik VI. 2. Hubungan Konsentrasi terhadap Absorbansi Larutan Standar.
b. Grafik Sampel
0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.20
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
Series2Linear (Series2)Series4Linear (Series4)
Konsentrasi (ppm)
Abs
orba
nsi
0 2 4 6 8 10 120
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
f(x) = 0.00630285714285715 x − 0.00571428571428573R² = 0.97057734804426
AbsorbansiLinear (Absorbansi)
Konsentrasi (ppm)
Abs
orba
nsi
13
14
Grafik VI. 3. Hubungan Konsentrasi terhadap Absorbansi Larutan Sampel..
c. Kurva Kalibrasi Manual
Grafik VI. 4. Hubungan Konsentrasi terhadap Absorbansi Larutan Standra.
d. Grafik Sampel Manual
15
Grafik VI. 5. Hubungan Konsentrasi terhadap Absorbansi Larutan Sampel.
B. Pembahasan
Percobaan ini dilakukan untuk menentukan kandungan kadar ammonia
(NH3) yang terdapat pada air tambak. Air tambak yang akan diuji dengan metode
fenat. Pengukuran kandungan ammonia (NH3) dilakukan dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis.
Pertama-tama membuat larutan standar dengan menimbang ammonium
klorida (NH4Cl), memipet larutan induk ammonia (NH3) 1000 ppm hingga ke
deraet standar dan diencerkan dalam labu takar. Deret standar yang digunakan
berbeda-beda bertujuan untuk membedakan absorbansi dari setiap deret standar.
Pembuatan larutan pereaksi seperti fenol (C6H5OH), natrium nitroprusida
(C5FeN6Na2O) dan pengoksida yang dilakuakan dalam lemari asam karena
larutannya berbahaya.
Pembuatan larutan sampel dilakukan dengan menyaring air tambak
untuk memisahkan resedu dan filtratnya, memipet hasil penyaringan air tambak ke
dalam erlenmeyer. Menambahkan fenol (C6H5OH) untuk membebaskan ion
ammonium (NH4+)menjadi ammonia (NH3). Menambahkan natrium nitroprusid
(C5FeN6Na2O) sebagai katalis pembentukan biru indofenol. Menembahkan
pengoksida sebagai pengoksida atau senyawa yang akan mengoksidasi sampel.
16
Menutup dengan aluminium foil dan membiarkannya selama satu jam untuk
pembentukan warna pada larutan dari bening menjadi biru. Sementara itu dibuat
larutan untuk kurva kalibrasi untuk menentukan kurva kalibrasi. Menguji dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis secara fenat.
Panjang gelombang yang digunakan 640 nm, dari kurva kalibrasi
dapat diketahui bahwa, persamaan garis yang menyatakan hubungan
antara konsentrasi dan absorbansi yaitu y = 0,006x - 0,005 dengan R²=
0,970. Kelayakan suatu kurva kalibrasi diuji dengan uji kelinieran kurva.
Uji ini diperoleh dengan penentuan koefisien korelasi (R) yang merupakan
ukuran kesempurnaan hubungan antara konsentrasi larutan standar dengan
absorbansi larutan. Nilai R menyatakan bahwa terdapat korelasi yang
linier antara konsentrasi dan absorbansi dan hampir semua titik terletak
pada 1 garis lurus dengan gradien yang positif. Nilai R2 yang baik terletak
pada kisaran 0,9 ≤ R2≤ 1.
Nilai R2 kurva kalibrasi larutan standar pada penelitian ini adalah
0,970, sehingga berdasarkan nilai korelasi tersebut maka kurva kalibrasi
ini layak digunakan karena berada dalam kisaran 0,9 ≤ R2≤ 1. Kurva
kalibrasi dapat diketahui bahwa, persamaan garis yang menyatakan
hubung anantara konsentrasi dan absorbansi yaitu y = 0,006x - 0,005,
dalam hal ini y adalah absorbansi, x adalah konsentrasi. Nilai 0,006
menyatakan kemiringan kurva (m), sedangkan nilai( -0,005) menunjukkan
intersep yaitu titik potong antara kurva dengan sumbu y, dengan
mengetahui persamaan linear kurva kalibrasi dan adsorbansi sampel
didapatkan kadar ammonia (NH3) dalam sampel air tambak I sebesar 45,65
ppm dan sampel air tambak II sebesar 47,89 ppm.
17
Menurut teori (Standar Nasional Indonesia) 2012 kandungan
ammonia (NH3) dalam air tambak yang tercemar sebesar 12,32 ppm dan
yang tidak tercemar sebesar 1,35 ppm sehingga dapat disimpulkan sampel
air tampak ikan lele tercemar dan berbahaya bagi kesehatan makhul hidup.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah kandungan kadar ammonia (NH3)
dalam sampel air tambak I (simplo) sebesar 45,65 ppm dan sampel air tambak II
(duplo) sebesar 47,89 ppm dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis
secara fenat.
B. Saran
Saran yang diberikan untuk percobaan selanjutnya yaitu sebaiknya
menguji kandungan ammonia (NH3) pada air sawah untuk mengetahui perbedaan
kandungan kadar ammonia (NH3) pada air sawah dan air tambak ikan lele.
18
DAFTAR PUSTAKA
Bintang, Maria. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga, 2010.Chadijah, Sitti. Dasar-Dasar Kimia Analitik. Makassar: Alauddin University
Press, 2012.Febriwahyudi , Chandra Tri dan Wahyono Hadi. “Resirkulasi Air Tambak
Bandeng dengan Slow Sand Filter” Jurnal Teknik Pomits 1, No. 1 (2012). Http://ejurnal. bppt.go.id/index.php/JTL/ article/view/365/560.pdf (Diakses 19 November 2014).
Hendrawati, Tri Heru Prihadi dan Nuni Nurbani Rohmah. “Analisis Kadar Phosfat dan N-Nitrogen (Amonia, Nitrat, Nitrit) pada Tambak Air Payau akibat Rembesan Lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur” Jurnal Kelautan dan Perikanan (2010). Http://id.wikipedia.org/wiki (Diakses 19 November 2014).
Khopkar, S. M., Basic Comcepts Of Analytical Chemistry, terj. A.Saptoraharjordjo, Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press, 1990.
Komarawidjaja, Wage. “ Pengaruh Aplikasi Konsorsium Mikroba Penitrifikasi Terhadap Konsentrasi Amonia (NH3) pada Air Tambak” J.Tek.Ling. P3TL-BPPT 4, No.2 (2003). Http://365-2596-1-PB.pdf (Diakses 19 November 2014).
Nursalam Hamzah. Analisis Kimia Metode Spektrofotometer . Makassar: Alauddin University Press, 2013..
Setiya Rihastiwi Murti, Christiana Maria Herry Purwanti dan Suyatini, “Adsorpsi Amonia dari Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit Menggunakan Abu
18
19
Terbang Bagas” Majalah Kulit, Karet dan Plastik 29, No.2 (2013). Http://2013-292-41.pdf (Diakses 19 Novenber 2014).
Sulistyarti, Hermin. “Pembuatan Tes Kit Kertas Nitrogen-Amonia Berdasarkan Pembentukan Senyawa Indofenol Biru” Jurnal Kimia, FMIPA V 7, No.1 (2014). Http:// 4850-9347-1-S.pdf (Diakses 19 November 2014).
Susiyanto, Moch. “Antisipasi PT. Pupuk Kaltim Terhadap Bahaya Kebocoran System Tanki Penyimpan Amoniak” Tesis (2007). Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki (Diakses 19 November 2014.
Triyati, Etti. “Spektrofotometer Ultra-Violet dan Sinar Tampak serta Aplikasinya dalam Oseanologi” Jurnal Oseana X, No. 1 (1985). Http://www.oseanografi.lipi.go.id/ publikasi/oseana-47.pdf (Diakses 19 November 2014).
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan praktikum Kimia Instrumen dengan judul “Penentuan Kadar Ammonia dengan Spektrofotometer UV-Vis Secara Fenat” yang disusun oleh:
Nama : RiskayantiNim : 60500112028Kelompok : II (Dua)
telah diperiksa secara teliti oleh Asisten atau Koordinator asisten dan dinyatakan dapat diterima.
Samata, November 2014
Koordinator Asisten Asisten
20
Asrijal, S.Si. Asrijal, S.Si.
Mengetahui, Dosen Penanggung Jawab
Sappewali., S.Pd., M.Si.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
No. Larutan Konsetrasi (x)
Absorbansi (y)
x.y x2 y2
1 Blanko 0 0,0003 0 0 0,000000092 Standar 1 2 0,0037 0,0074 4 0,000013693 standar 2 4 0,0144 0,0576 16 0,000207364 Standar 3 6 0,0303 0,1818 36 0,000918095 Standar 4 8 0,0463 0,3704 64 0,002143696 Standar 5 10 0,0598 0,598 100 0,00357604
N= 6 Σx = 30 Σy = 0,1548 Σxy = 1,2152 Σx2 =220 Σy2=0,00685896
x rata-rata = 5
y rata-rata = 0,0258
21
N = 6
Σx = 30
Σy = 0,1548
Σxy = 1,2152
Σx2 = 220
Σ y2 = 0,00685896
Ditanyakan:
a. b = .............?
b. a = .............?
c. garis regresi y = a + bx
d. R2 = ...........?
Penyelesaian:
a. Persamaan garis linier (b)
b=Σ xy−
( Σ x )(Σ y)N
Σ x2−¿¿¿
¿1,2152−
(30 )(0,1548)6
220−(900)
6
¿1,2152− (4,644 )
6
220−(900)
6
22
¿ 1,2152−0,774220−150
¿ 0,441270
¿0,0063
b. Nilai a
a = y rata-rata – b (x rata-rata)
= 0,0258 – 0,0063 (5)
= 0,0258 – 0,0315
= -0,0057
c. Konsentrasi (x) ammonia (NH3) dalam air tambak
1. Konsentrasi (x) ammonia (NH3) dalam air tambak (simplo)
y = a + bx
0,2819 = (-0,0057) + 0,0063x
0,2819 + 0,0057= 0,0063x
0,2876 = 0,0063x
x=0,28760,0063
x = 45,65 ppm
2. Konsentrasi (x) ammonia (NH3) dalam air tambak (duplo)
23
y = a + bx
0,2960 = (-0,0057) + 0,0063x
0,2960 + 0,0057 = 0,0063x
0,3017 = 0,0063x
x=0,30170,0063
x= 47,89 ppm
d. Konsentrasi blanko
x= y−ab
x=0,0003 – (−0,0057)0,0063
x= 0,0060,0063
x=0,9524 ppm
e. konsentrasi deret standar
Standar 1 :
x= y−ab
x=0,0 037−(−0,0057)0,0063
x=0 ,00940,006 3
x=1,4921 ppm
Standar 2:
x= y−ab
24
x=0 ,0144−(−0,0057)0,0063
x= 0 , 02010,0 06 3
x=3,1905 ppm
Standar 3 :
x= y−ab
x=0 ,0303−(−0,0057)0,0 063
x= 0 ,0360,0 06 3
x=5,7143 ppm
Standar 4:
x= y−ab
x=0 ,0463−(−0,0057)0,0 063
x= 0 ,0520,0 06 3
x=8,2539 ppm
Standar 5:
x= y−ab
x=0 ,0598−(−0,0057)0,0 063
x= 0 , 06550,0 06 3
x=10,3968 ppm
f. Nilai regresi (R)
25
R2= nΣxy−ΣxΣy
√ ¿¿
R2= 6 x (1,2152 )−30 x (0,1548)
√ [(6 x 220 )−( 900 )]x [ (6 x 0,00685896 )−(0,02396304 )]
R2= 7,2912−4,644
√[ (1320 )−(900 ) ] x [( 0,04115376 )− (0,02396304 )]
R2= 2,6472
√ (420)(0,01719072)
R2= 2,6472
√ 7,2201024
R2= 2,6562
2,687024823
R2= 0,985