47
GUNUNG GALUNGGUNG DAN KAMPUNG NAGA MAKALAH Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Geomorfologi Oleh, Cep Roby Hermawan 122170037 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga

Embed Size (px)

DESCRIPTION

semoga dapat mengetahui tentang pengetahuan kita semuanya ^_^ salam semuanya :) salam para blogger :)

Citation preview

Page 1: Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga

GUNUNG GALUNGGUNG DAN KAMPUNG NAGA

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu TugasMata Kuliah Geomorfologi

Oleh,Cep Roby Hermawan

122170037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFIFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SILIWANGITASIKMALAYA

2013

Page 2: Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Illahi Robbi, karena atas limpahan

Rahmat, Hidayah dan Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini

yang berjudul ”GUNUNG GALUNGGUNG DAN KAMPUNG NAGA. Makalah ini

penulis ajukan sebagai tugas dari hasil penelitian di Gunung Galunggung dan

Kampung Naga.

Materi yang disajikan dalam makalah ini meliputi seperangkat pengetahuan

yang penulis dapatkan dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Laporan

makalah ini juga dengan bahasa yang mudah dipahami oleh semua kalangan. Dengan

demikian, diharapkan para pembaca dapat memahami isi dan materi dengan baik,

penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis

dalam penulisan laporan makalah ini.

Penulis menyadari dalam laporan ini masih banyak kekurangan. Karenanya,

penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan laporan

ini dimasa yang akan datang.

Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat dan dapat memenuhi kebutuhan

dosen,mahasiswa dan para pembaca lainnya.

Tasikmalaya, Juni 2013

Penulis,

Page 3: Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR................................................................................................5-6

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................1

B. Rumusan Masalah....................................................................................2

C. Tujuan Makalah.......................................................................................2

D. Batasan Masalah.......................................................................................2

BAB II LAPORAN PENGAMATAN I....................................................................3

BAB III LAPORAN PENGAMATAN II...............................................................20

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan.................................................................................................28

B. Saran........................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga

BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang

Gunung Galunggung merupakan gunung berapi dengan ketinggian 2.167 m di

atas permukaan laut, terletak sekitar 17 km dari pusat kota Tasikmalaya Berlokasi

di Desa Linggajati Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya. Setelah terakhir

meletus pada Tahun 1982, Panorama alam di sekitar Gunung Galunggung saat ini

sangat mempesona. Kawah yang dulu memuntahkan lahar panas, pasir dan

bebatuan, kini telah berwujud menjadi semacam danau luas, bening, berair dan

tenang serta dikelilingi hutan hijau yang asri. Merupakan salah satu kajian

geografi yang bersifat fisik berada di Kabupaten Tasikmalaya, sedangkan

Kampung Naga merupakan suatu perkampungan yang dihuni oleh sekelompok

masyarakat yang sangat kuat dalam memegang adat istiadat peninggalan

leluhurnya, dalam hal ini adalah adat Sunda. Seperti permukiman Badui,

Kampung Naga menjadi objek kajian antropologi mengenai kehidupan

masyarakat pedesaan Sunda pada masa peralihan dari pengaruh Hindu menuju

pengaruh Islam di Jawa Barat. Kampung Naga juga merupakan salah satu dari

kampung yang masih memegang tradisi dan adat istiadat leluhur, namun bisa

hidup berdampingan dengan kehidupan masyarakat lain yang lebih modern.

Page 5: Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga

Kampung Naga memang memiliki keunikan tersendiri. Melihat dari dekat

kehidupan sederhana dan bersahaja yang masih tetap lestari di tengah peradaban

modern. Ini merupakan kajan geografi yang bersifat social, mengarah kepada

kebudayaan,adat istriadat, geografi manusia, dll.

B. Rumusan Masalah

Adapun dari rumusan masalah dari makalah ini adalah:

1. Mempelajari tentang sifat fisik yang berada di Gunung Galunggung.

2. Mengetahui keanekaragaman dan budaya yang berada di Kampung Naga.

C. Tujuan Makalah

1. Untuk mempelajari tentang sifat fisik yang berada di Gunung

Galunggung.

2. Untuk mengetahui keanekaragaman dan budaya yang berada di Kampung

Naga.

D. Batasan Masalah

Supaya masalah dalam makalah ini tidak keluar dari materi pembahasan,

maka penulis membahasnya akan satu per satu yaitu Gunung Galunggung dan

Kampung Naga.

Page 6: Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga

BAB II

LOKASI PENGAMATAN I

A. Sejarah Gunung galunggung

Sejarah Gunung galunggung –Menurut misteri, asal usul, Mitos Sejarah Gunung

galunggung dimulai pada abad ke XII. Di kawasan ini terdapat suatu Rajyamandala

(kerajaan bawahan)Galunggung yang berpusat di Rumantak, yang sekarang masuk

dalam wilayah Desa Linggawangi, Kecamatan Leuwisari, Tasikmalaya.

Tempat Sejarah Gunung galunggung  merupakan salah satu pusat spiritual

kerajaan Sunda pra Pajajaran, dengan tokoh pimpinannya Batari Hyang pada abad ke-

XII. Saat pengaruh Islam menguat, pusat tersebut pindah ke daerah Pamijahan dengan

Syeikh Abdul Muhyi (abad ke XVII) sebagai tokoh ulama panutan.

Sumber prasasti Geger Hanjuang yang ditemukan di sana menyebutkan bahwa pada

tahun 1033 Saka atau 1111 Masehi, Batari Hyang membuat susuk/ parit pertahanan.

Peristiwa nyusuk atau pembuatan parit ini berarti menandai adanya penobatan

kekuasaan baru di sana (di wilayah Galunggung). Sementara naskah Sunda kuno lain

adalah Amanat Galunggung yang merupakan kumpulan naskah yang ditemukan di

kabuyutan Ciburuy, Garut Selatan berisi petuah–petuah yang disampaikan oleh

Rakyan Darmasiksa, penguasaGalunggung pada masa itu kepada anaknya.

Sementara Prabu Jaya Pakuan alias Bujangga Manik, seorang resi Hindu dari

Kerajaan Sunda, Pakuan Pajajaran yang telah melakukan dua kali perjalanan dari

Pakuan Pajajaran ke Jawa sempat menuliskan Galunggung dalam catatan

perjalanannya. Namun demikian tak banyak informasi mengenai Galunggung yang

didapat dari naskah ini. Sadatang ka Saung Galah, sadiri aing ti inya, Saung Galah

kaleu(m)pangan, kapungkur Gunung Galunggung, katukang na

Panggarangan,ngalalar na Pada Beunghar, katukang na Pamipiran. (Sesampai di

Saung Galah berangkatlah aku dari sana ditelusuri Saung Galah, Gunung Galunggung

Page 7: Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga

di belakang saya, melewati Panggarangan, melalui Pada Beunghar, Pamipiran ada di

belakangku.)

Sejarah Latusan Dahsyat Galunggung

Gunung Galunggung tercatat pernah meletus pada tahun 1882 (VEI=5). Tanda-tanda

awal letusan diketahui pada bulan Juli 1822, di mana air Cikunir menjadi keruh dan

berlumpur. Hasil pemeriksaan kawah menunjukkan bahwa air keruh tersebut panas

dan kadang muncul kolom asap dari dalam kawah. Kemudian pada tanggal 8

Oktober s.d. 12 Oktober, letusan menghasilkan hujan pasir kemerahan yang sangat

panas, abu halus, awan panas, serta lahar. Aliran lahar bergerak ke

arah tenggara mengikuti aliran-aliran sungai. Letusan ini menewaskan 4.011 jiwa dan

menghancurkan 114 desa, dengan kerusakan lahan ke arah timur dan selatan sejauh

40 km dari puncak gunung.

Letusan berikutnya terjadi pada tahun 1894. Di antara tanggal 7-9 Oktober, terjadi

letusan yang menghasilkan awan panas. Lalu tanggal 27 dan 30 Oktober, terjadi lahar

yang mengalir pada alur sungai yang sama dengan lahar yang dihasilkan pada letusan

1822. Letusan kali ini menghancurkan 50 desa, sebagian rumah ambruk karena

tertimpa hujan abu.

Pada tahun 1918, di awal bulan Juli, letusan berikutnya terjadi, diawali gempa bumi.

Letusan tanggal 6 Juli ini menghasilkan hujan abu setebal 2-5 mm yang terbatas di

dalam kawah dan lereng selatan. Dan pada tanggal 9 Juli, tercatat pemunculan kubah

lava di dalam danau kawah setinggi 85m dengan ukuran 560x440 m yang kemudian

dinamakan gunung Jadi.

Letusan terakhir terjadi pada tanggal 5 Mei 1982 (VEI=4) disertai suara dentuman,

pijaran api, dan kilatan halilintar. Kegiatan letusan berlangsung selama 9 bulan dan

berakhir pada 8 Januari 1983. Selama periode letusan ini, sekitar 18 orang meninggal,

sebagian besar karena sebab tidak langsung (kecelakaan lalu lintas, usia tua,

kedinginan dan kekurangan pangan). Perkiraan kerugian sekitar Rp 1 milyar dan 22

desa ditinggal tanpa penghuni.

Page 8: Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga

Letusan pada periode ini juga telah menyebabkan berubahnya peta wilayah pada

radius sekitar 20 km dari kawah Galunggung, yaitu mencakup Kecamatan

Indihiang, Kecamatan Sukaratu dan Kecamatan Leuwisari. Perubahan peta wilayah

tersebut lebih banyak disebabkan oleh terputusnya jaringan jalan dan aliran sungai

serta areal perkampungan akibat melimpahnya aliran lava dingin berupa material

batuan-kerikil-pasir.

Pada periode pasca letusan (yaitu sekitar tahun 1984-1990) merupakan masa

rehabilitasi kawasan bencana, yaitu dengan menata kembali jaringan jalan yang

terputus, pengerukan lumpur/pasir pada beberapa aliran sungai dan saluran irigasi

(khususnya Cikunten I), kemudian dibangunnya check dam (kantong lahar dingin) di

daerah Sinagar sebagai 'benteng' pengaman melimpahnya banjir lahar dingin ke

kawasan Kota Tasikmalaya. Pada masa tersebut juga dilakukan eksploitasi

pemanfaatan pasir Galunggung yang dianggap berkualitas untuk bahan material

bangunan maupun konstruksi jalan raya. Pada tahun-tahun kemudian hingga saat ini

usaha pengerukan pasir Galunggung tersebut semakin berkembang, bahkan pada awal

perkembangannya (sekitar 1984-1985) dibangun jaringan jalan Kereta Api dari dekat

Station KA Indihiang (Kp. Cibungkul-Parakanhonje) ke check dam Sinagar sebagai

jalur khusus untuk mengangkut pasir dari Galunggung ke Jakarta. Letusannya juga

membuat British Airways Penerbangan 9 tersendat, di tengah jalan.

B. Gambar-gambar bentukan yang di akibatkan oleh evolusi eruspsi atau

letusan gunungapi galunggung sampai saat ini

Page 9: Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga

C. Pola Pengaliran

Berdasarkan pola aliran sungai Gunung Galunggung dapat dibagi menjadi

daerah dengan pola aliran memancar, memusat, dendritik dan pada bagian kaki

berangsur menjadi bersifat kelokan (meander). Pola aliran sungai memancar terdapat

dibagian puncak Guntur Galunggung dengan berbentuk lembah “V” dan airnya tidak

selalu terdapat (intermittent). Sungai disini mengalir ke segala arah, kecuali ke utara

Page 10: Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga

karena terbentur Gunung Telagabodas yang lebih tinggi. Luas daerah dengan pola

aliran ini sama dengan daerah morfologi puncak.

Pola aliran sungai memusat terdapat di daerah morfologi kawah Galunggung

yang sungainya tampak mengalir dari berbagai arah pada dinding kawah, berupa air

terjun kemudian menyau ke kawah Galunggung. Pola aliran sungai dendritik, terdapat

di daerah bagian selatan Gunung Galunggung seperti Sungai Cikunen, yang semakin

ke tenggara berangsur menjadi sungai yang bersifat kelokan. Demikian pula halnya,

Sungai Cikunir dan Sungai Cibanjaran yang masing-masing mengalir dari kawah

Galunggung ke Tenggara dan Timur, terutama di daerah dengan morfologi daratan.

D. Sisa Aktivitas Vulkanisme Gunungapi Galunggung

Vulkanisme adalah aktivitas magma yang bergerak dari  lapisan dalam litosfer

yang menyusup kelapisan yang lebih atas sampai ke permukaan bumi. Akibat dari

kegiatan vulkanisme adalah terjadinya letusan gunung api yaitu keluarnya magma

dari perut bumi. Letusan gunung api membawa dampak bagi manusia baik yang

positif maupun yang negatif.

Dampak positif letusan gunung api galunggung lainnya ialah :

1) Terdapat ekshalasi gas, seperti solfatar (gas yang mengandung belerang), fumarol

(gas yang mengandung uap air) dan mofet (gas yang mengandung asam arang

yang sangat berbahaya karena dapat mematikan mahluk hidup).

2) Terdapat geyser yaitu sumber mata air panas yang memancar dari dalam bumi

secaraberkala/periodik.

3) Terdapat mata air makdani yaitu mata air yang mengandung mineral.

4) Di daerah vulkanis potensial untuk mengusahakan tanaman budi daya seperti teh

dan kopi.

5) Di daerah vulkanis memungkinkan banyak turun hujan melalui hujan orografis.

Hal tersebut disebabkan gunung merupakan daerah penangkap hujan yang baik.

6) Di daerah gunung api memungkinkan dibangun pembangkit tenaga listrik.

Page 11: Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga

Berikut ini beberapa foto terkait fenomena pascavulkanik (setelah gunung api

meletus).

Judul Foto : Kawah Hasil Letusan Gunung Galunggung

Lokasi : Kawasan Wisata Cipanas Galunggung, Desa Linggajati, Kecamatan

Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat

Waktu : Minggu, 16 Juni 2013 (Pukul 11:37 WIB)

Gambaran Umum : 

Foto diatas menggambarkan sebuah kawah yaitu bagian puncak gunung api yang

dilewati bahan letusan berbentuk lekukan besar. Suatu kawah terbentuk akibat adanya

letusan gunung api yang sangat kuat sehingga menimbulkan sebagian dari bagian atas

gunung api tersebut menghilang dan saat itu terbentuklah sebuah kawah. Kondisi

kawah pada foto diatas merupakan kondisi kawah 30 tahun sesudah letusan (Gunung

Galunggung meletus pada tahun 1982).

Relevansinya dengan pembelajaran geografi :

Page 12: Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga

Salah satu objek studi geografi adalah fenomena litosfer. Dalam mempelajari litosfer

kita perlu mengetahui tentang tenaga pembentuk muka bumi, yaitu tenaga endogen

dan eksogen. Kawah merupakan salah satu bentukan hasil letusan gunung api yang

merupakan aktivitas vulkanisme. Aktivitas vulkanisme merupakan salah satu dari

tenaga endogen yang mempengaruhi bentuk muka bumi. Oleh karena itu,

pengetahuan tentang kawah ini dapat dijadikan sebagai media pembelajaran geografi

khususnya dalam mempelajari aktivitas vulkanisme.

Judul Foto : Sumber Air Panas

Page 13: Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga

Lokasi : Kawasan Wisata Cipanas Galunggung, Desa Linggajati, Kecamatan

Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat

Gambaran Umum : 

Foto diatas memperlihatkan sebuah sumber air panas yang keluar melalui celah

batuan dan mengandung belerang. Sumber air panas berasal dari air hujan yang

meresap kedalam lapisan batuan yang masih panas (sisa kegiatan vulkanis).

Kemudian melalui celah-celah batuan di bagian bawah air itu keluar sebagai mata air

panas.

Relevansinya dengan pembelajaran geografi : 

Sumber air panas merupakan salah satu fenomena atau gejala pascavulkanik (sesudah

gunung api meletus). Oleh karena itu, foto sumber air panas ini dapat dijadikan

sebagai salah satu media pembelajaran geografi terkait vulkanisme yang merupakan

salah satu tenaga endogen yang mempengaruhi bentuk muka bumi.

E. Dampak setelah terjadinya erupsi Gunungapi Galunggung

Bahaya Gunung api adalah bahaya yang ditimbulkan oleh letusan/kegiatan

gunung api, berupa benda padat, cair dan gas serta campuran di antaranya yang

mengancam atau cenderung merusak dan menimbulkan korban jiwa serta kerugian

harta benda dalam tatanan (lingkungan) kehidupan manusia.

Dampak letusan gunung api terhadap lingkungan

Dampak letusan gunungapi terhadap lingkungan dapat berupa dampak yang

bersifat negatif dan positif. Dampak negatif dari letusan suatu gunungapi dapat

berupa bahaya yang langsung dapat dirasakan oleh manusia seperti awan panas,

jatuhan piroklastik, gas beracun yang keluar dari gunungapi dan lain sebagainya,

sedangkan bahaya tidak langsung setelah erupsi berakhir, seperti lahar hujan,

kerusakan lahan pertanian, dan berbagai macam penyakit akibat pencemaran. Adapun

dampak positif dari aktivitas suatu gunungapi terhadap lingkungan adalah bahan

Page 14: Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga

galian mineral industri, energi panasbumi, sumberdaya lahan yang subur, areal wisata

alam, dan sebagai sumberdaya air.

Dampak letusan gunungapi terhadap lingkungan dapat berupa dampak yang

bersifat negatif dan positif. Dampak negatif dari letusan suatu gunungapi dapat

berupa bahaya yang langsung dapat dirasakan oleh manusia seperti awan panas,

jatuhan piroklastik, gas beracun yang keluar dari gunungapi dan lain sebagainya,

sedangkan bahaya tidak langsung setelah erupsi berakhir, seperti lahar hujan,

kerusakan lahan pertanian, dan berbagai macam penyakit akibat pencemaran. Adapun

dampak positif dari aktivitas suatu gunung api terhadap lingkungan adalah bahan

galian mineral industri, energi panas bumi, sumber daya lahan yang subur, areal

wisata alam.

 

1.  Dampak Negatif:

Bahaya langsung, terjadi pada saat letusan (lava, awan panas, jatuhan

piroklastik/bom, lahar letusan dan gas beracun).

Bahaya tidak langsung, terjadi setelah letusan (lahar hujan, kelaparan akibat

rusaknya lahan pertanian/perkebunan/ perikanan), kepanikan, pencemaran

udara/air oleh gas racun: gigi kuning/ keropos, endemi gondok, kecebolan

dsb.

2.  Dampak Positif :

Bahan galian: seperti batu dan pasir bahan bangunan, peralatan rumah

tangga,patung, dan lain lain.

Mineral : belerang, gipsum,zeolit dan juga mas (epitermal gold).

Energi panas bumi: listrik, pemanas ruangan, agribisnis

Mata air panas : pengobatan/terapi kesehatan.

Daerah wisata: keindahan alam

Page 15: Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga

Lahan yang subur: pertanian dan perkebunan

Sumberdaya air: air minum, pertanian/peternakan, dll.

F. Bukit Sepuluh Ribu

Tasikmalaya mempunyai keunikan tersendiri dibanding dengan daerah-daerah

lain di belahan Nusantara, yaitu dengan memiliki jumlah bukit yang cukup banyak

yang tersebar di hampir seluruh kawasan, sehingga bisa dibilang salah satu keajaiban

dunia.

Berdasarkan sejarah, diketahui bahwa Gunungapi Galunggung telah

mengalami beberapa kali letusan (erupsi) dengan intensitas dan kekuatan yang

berbeda-beda, yaitu: sebelum tahun 1822 yang erupsinya sangat dahsyat, yang salah

satu akibatnya adalah terbentuknya Bukit Sepuluh Ribu Tasikmalaya (Bahasa Sunda:

Gunung Sarewu). Bukit-bukit ini tersebar ke sebelah tenggara dari mulut depresi,

dengan ketinggian yang bervariasi. Bukit-bukit ini kemudian dikenal dengan

sebutan The Ten Thousand Hills of Tasikmalaya atau Bukit Sepuluh Ribu

Tasikmalaya. Letusan Gunungapi Galunggung selanjutnya terjadi pada tahun 1982

yang kegiatan vulkanismenya berlangsung hampir setahun sampai pada awal tahun

1983.

Pada tahun 1978, jumlah bukit yang tersebar dari sekitar Gunung

Galunggung, 20 kilometer arah barat Kota Tasikmalaya, terus ke arah timur dan

tenggara hingga ke Kecamatan Cibeureum, Kota Tasikmalaya, serta Kecamatan

Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya ini tercatat mencapai 3.468 bukit. Sejak tahun

1980, jumlah bukit itu terus berkurang karena banyak yang diratakan untuk kemudian

berubah fungsi menjadi perkampungan. Menurut Prof. Dr. H.M. Ahman Sya, tingkat

kepunahan bukit di Tasikmalaya saat ini sudah mencapai 5% per tahun atau 15 bukit

per tahun. Tahun 1996 jumlah bukit masih tercatat sekira 3.050 dan saat ini

jumlahnya hanya tinggal sekitar 3.000 bukit.

Page 16: Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga

Dampak yang sekarang dirasakan akibat dari kepunahan bukit adalah naiknya

suhu udara di wilayah kota Tasikmalaya (udara tidak sejuk lagi), karena bukit yang

memiliki pepohonan yang rimbun sudah tidak ada sehingga bukit yang tadinya

berfungsi sebagai penghasil oksigen alami atau bisa disebut paru-paru kota berubah

menjadi kawasan yang gersang dan tidak hijau lagi. Adapun dari sisi keindahan, kota

Tasikmalaya yang selama ini hijau dan terkenal asrinya (sesuai dengan slogan Tasik

Kota Resik), suatu saat akan berubah menjadi kota yang gersang  karena ulah

segelintir manusia yang tidak bertanggungjawab sehingga julukan "kota bukit

sepuluh ribu" itu hanya tinggal kenangan.

Permasalahan kerusakan bukit sepuluh ribu menjadikan kawasan Tasikmalaya

diambang krisis lingkungan. Ketidakberdayaan masyarakat menghadapi

penambangan yang tanpa memperhitungkan kondisi lingkungan merupakan masalah

utama yang  dikarenakan tuntutan kebutuhan hidup.

Hakikat Bukti Sepuluh Ribu di Tasikmalaya

Tasikmalaya adalah sebuah kawasan yang terletak di daerah Parahiyangan

(Jawa Barat). Bentang alam Tasikmalaya mempunyai keunikan tersendiri, yaitu

banyaknya dataran yang berbukit-bukit dengan ketinggian antara 10 - 50 meter,

bukit-bukit tersebut tersebar mulai lereng kaki Gunungapi Galunggung sebelah

tenggara hingga ke sebelah selatan menempati sebagian wilayah daerah Singaparna,

ke sebelah timur hingga daerah Cibeureum, dan ke sebelah utara ke daerah Indihiang.

Karena banyaknya bukit yang ada, pada tahun 1941 seorang ahli geologi dari Belanda

bernama Van Benmellen dalam bukunya berjudul The Geology of Indonesia,

menjuluki Tasikmalaya sebagai The Ten Thousand Hills of Tasikmalaya

(Tasikmalaya, Kota Bukit Sepuluh Ribu).

Bukit Sepuluh Ribu mempunyai variasi dalam ketinggian dan ukurannya.

Ukuran bukit-bukit tersebut secara berurutan, berukuran relatif besar di lereng

Gunungapi Galunggung, berukuran sedang di daerah tengah, dan berukuran semakin

Page 17: Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga

kecil di daerah yang agak jauh dari Gunungapi Galunggung. Bukit-bukit ini

mengandung material piroklastika berupa pasir, kerikil, batuan bekuan bongkah, tufa,

dan material lainnya. Bahan-bahan material inilah yang dieksploitasi dan mempunyai

nilai ekonomis untuk dijadikan bahan-bahan atau material bangunan dan urugan

(landfill material).

Kejadian terbentuknya Bukit Sepuluh Ribu ini tidak lepas dari aktivitas

Gunungapi Galungung dari waktu ke waktu. Beberapa ahli geologi Belanda yang

pernah bekerja di Indonesia, seperti Echer (1925), Neuman van Padang (1939), dan

van Bemmelen (1949) berpendapat bahwa terbentuknya bukit-bukit itu disebabkan

oleh eflata Gunungapi Galunggung ke sebelah tenggara. Junghuhn

(1853) menyatakan bahwa letusan Gunungapi Galunggung pada 1822 telah

melahirkan beberapa bukit baru, dan penduduk waktu itu dapat membedakan mana

bukit yang baru dan yang lama. Bukit-bukit yang telah ada pada waktu itu tidak

diketahui proses kejadiannya, karena letusan pada 1822 sebagian bukit-bukit itu telah

ada.

Fungsi dan Pentingnya Pelestarian Bukit

Menurut Ahman Sya (2004 : 21), bahwa bukit-bukit yang keberadaannya

cukup banyak ini merupakan sumber kehidupan dan kesejahteraan. Hal ini dapat

diamati dari beberapa fungsi dari keberadaan bukit-bukit tersebut, di antaranya:

fungsi geologis, fungsi ekologis, fungsi hidrologis, fungsi estetika, fungsi ekonomi,

fungsi pertahanan, fungsi pendidikan dan pariwisata. Secara geologis, bukit-bukit ini

adalah bentukan alam yang termasuk salah satu keajaiban dunia. Tidak terdapat bukit

sepuluh ribu lain di belahan dunia ini, kecuali di Tasikmalaya. Di samping itu

keberadaannya dapat berfungsi sebagai benteng alami dari kemungkinan banjir lahar

Galunggung.

Dari sudut pandang ekologis, Bukit Sepuluh Ribu memiliki peran sebagai

daerah hijau dan terbuka untuk memelihara kenyamanan dan keseimbangan

Page 18: Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga

lingkungan, sehingga terjadi hubungan timbal balik antara manusia dengan

lingkungannya secara ideal. Dari sisi hidrologis, keberadaan bukit-bukit Sepuluh

Ribu berfungsi sebagai daerah resapan air yang akan mampu memelihara stabilitas

sumber dan kedalaman airtanah.

Secara ekonomis, bukit sepuluh ribu adalah sumber kehidupan yang mampu

mensuplai kebutuhan pangan dan kayu-kayuan sebagai bahan bangunan. Karena itu

dalam jangka panjang hal ini bukan hanya akan berperan dalam hal ketahanan

perumahan. Bahkan bukit-bukit ini akan berfungsi sebagai tempat perlindungan dan

tempat yang aman bagi evakuasi jika terjadi bencana banjir dari letusan Galunggung.

Ditinjau dari segi pendidikan dan pariwisata, yang bukan saja akan meningkatkan

pemahaman dan rasa cinta tanah air, juga dapat menjadi masukan pendapatan bagi

pemerintah untuk kepentingan pembangunan.

FaktorPenyebab Kerusakan Bukit :

1. Pertumbuhan penduduk yang tergolong cepat

2. Perencanaan pembangunan yang tidak beraturan

3. Bisnis yang menggiurkan dari hasil tambang batuan dan pasir dari bukit 

4. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya pelestarian bukit 

Solusi Penyelamatan Bukit

Sosialisasi kepada masyarakat dapat dilakukan dengan menyampaikan hal-hal

yang berkaitan dengan pentingnya pelestarian bukit bagi kehidupan manusia, dampak

negatif dari kerusakan bukit dan memberikan solusi untuk mengatasinya. Langkah ini

ditempuh dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat Tasikmalaya, misalnya terdiri

dari Pemerintah Daerah, hal ini untuk menunjukkan keseriusan program pelestarian,

sehingga perencanaannya harus dilakukan langsung oleh puncak pimpinan daerah.

Selain itu dari kalangan kampus yang berada di dekat lokasi bukit sepuluh ribu juga

bisa dilibatkan, misalnya memotori suatu program dengan tema "Selamatkan bukit

kita", atau "Sayangilah bukit kita".

Page 19: Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga

Sesuai julukan kota Tasikmalaya adalah kota santri, maka tak kalah

pentingnya juga para kyai dengan para santri yang ada di pesantren-pesantren ikut

berpartisipasi dalam mensosialisasikan program ini dengan ceramah-ceramah yang

berkaitan dengan fiqh al-biah (yurisprudensi Islam mengenai lingkungan hidup).

Peranan ulama dibutuhkan karena kedekatannya dengan masyarakat sekitarnya,

sehingga diharapkan timbul kesadaran yang secara syariat memang suatu

keharusan.  Adapun obyektif dari Program sosialisasi terhadap aksi penyelamatan

bukit sepuluh ribu di tasikmalaya kurang lebih adalah sebagai berikut :

1. Tercapainya kesadaran bahwa kepunahan bukit mengakibatkan keseimbangan alam

terganggu yang ke depannya mengancam berbagai proses alam yang mendukung

kehidupan saat ini dan masa depan.

2. Tercapainya kesadaran bahwa perlunya upaya nyata dan berkesinambungan guna

menghambat laju kerusakan bukit dan melindungi bukit yang tersisa.

3. Tercapainya kesadaran bahwa generasi mendatang sangat bergantung pada

kearifan kita dalam mengelola sumber daya alam saat ini. Bila kita mewariskan alam

yang rusak berarti kita telah merampas hak generasi mendatang untuk memenuhi

kebutuhan hidup mereka.

Rancangan Aksi Penyelamatan Bukit

a. Pemetaan Bukit

Melakukan pemetaan terhadap bukit mana saja yang mendesak untuk diselamatkan.

Hal ini dikarenakan adanya bukit yang menjadi daerah resapan air atau menjadi

kantung-kantung air. Misalnya, bukit yang berada di sekitar pinggir danau, daerah

yang banyak kolam perikanan air tawar dan daerah-daerah yang tidak dialiri oleh

sungai atau irigasi buatan. Dari pemetaan tersebut dihasilkan daftar bukit mana saja

yang harus segera diselamatkan.                        

Page 20: Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga

Pemetaan bisa dilakukan dengan membuat data tentang jumlah bukit yang tersisa

yang perlu dijaga kelestariannya, bukit yang memerlukan konservasi, bukit yang

sudah punah, dan bukit yang benar-benar memerlukan penangan dengan cepat.

b. Proyek Pembebasan Bukit

Membuat Proyek pembebasan bukit dengan diprakarsai dan didanai langsung

oleh pemerintah daerah bersama departemen yang bersangkutan, hal ini untuk

membuktikan keseriusan akan program yang diaksanakan. Pembebasan bukit sangat

diperlukan karena bukit-bukit tersebut dimiliki oleh individu masyarakat. Namun,

tetap diharapkan adanya kesadaran dari masyarakat yang dengan kesadarannya

sendiri untuk tidak melakukan eksploitasi pada bukit yang tersisa. Walaupun

kesadaran tersebut sangat sulit apabila sudah berbenturan dengan urusan uang, karena

bukit itu dari segi finansial sangat menguntungkan jika dijadikan lahan

pertambangan.

c. Melakukan Pembebasan Bukit dengan Swadaya Masyarakat

Melakukan pembebasan bukit dengan swadaya masyarakat. Langkah inilah

yang paling diharapkan dari proses pogram sosialisasi seperti yang disebut diatas.

Pendanaan dengan swadaya masyarakat dapat ditempuh dengan berbagai cara,

misalnya dengan mengumpulkan dana masyarakat melalui suatu Yayasan yang di

bentuk dengan tujuan khusus pembelian dan pembebasan lahan bukit sepuluh ribu

yang tersisa.

 

Pembagian Wilayah Bukit (Zonasi Wilayah Bukit) 

Zonasi wilayah bukit sepuluh ribu sangat di perlukan yaitu untuk

menyelamatkan bukit sepuluh ribu yang tersisa supaya tetap lestari. Pembagian

wilayah bukit sepuluh ribu bisa dilakukan dengan membagi wilayah berdasarkan :

Page 21: Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga

- Zona Resapan Air, Zona resapan air ini adalah suatu zona yang merupakan komplek

bukit yang tidak boleh di bongkar yang fungsinya sebagai daerah resapan air. Hal

itu  bertujuan jika musim kemarau masyarakat tidak akan kekurangan air karena bisa

memanfaatkan cadangan air yang ada di bukit misalnya dengan membuat sumur

galian.

- Zona Pertambangan, Zona ini terdiri dari suatu kawasan yang terdiri dari bukit-bukit

yang diperbolehkan untuk dijadikan lahan pertambangan dengan mempertimbangkan

segala sesuatu yang bias terjadi terlebih dahulu.

- Zona Pariwasata, Zona ini bisa dijadikan suatu lokasi pariwisata yaitu dengan

membangun fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan untuk lokasi pariwisata misalnya:

membangun wahana bermain, penginapan, dan sebagainya dengan tidak merusak

keadaan alam akan tetapi sebaliknya merawat dan melestarikan kondisi alam,

sehingga keuntunganpun bisa diperoleh tanpa harus merusak bukit.

- Zona Pendidikan, Zona ini merupakan suatu kawasan yang bisa dijadikan suatu

objek pembelajaran baik dari bentang alam (tofografi) maupun dari segi kandungan

unsur-unsur yang ada di dalam bukit misalnya dengan membangun labolatorium yang

berisi tentang segala hal yang berkaitan dengan The Ten Thousand Hill of

Tasikmalaya. Alangkah baiknya seandainya pada beberapa bukit yang diproteksi

dibangun sebuah musium mini yang memberikan informasi tentang proses

terbentuknya dan manfaat Bukit Sepuluh Ribu itu.

- Zona Hutan Kota, Seperti di sebutkan pada penjelasan diatas bahwa bukit memiliki

fungsi sebagai tempat produksi oksigen, maka dari itu selain menjaga kelestarian

bukit zona ini juga bisa dijadikan sebagai produksi oksigen di kota Tasikmalaya

dengan menanami dan merawat bukit sehingga bukit tersebut bisa dikatakan sebagai

Hutan Kota.

Page 22: Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga

BAB III

LOKASI PENGAMATAN II

Sejenak mungkin terlintas dalam pikiran kita, barangkali ketika mendengar

nama Kampung Naga. Ternyata bentuk asli dari kampung tersebut sangat berbeda

dengan namanya, dan gambaran kita tentang hal-hal yang berbau naga, karena tak

satupun naga yang berada di sana. Nama Kampung Naga tu sendiri ternyata

merupakan suatu singkatan kata dari Kampung diNa Gawir ( red. bahasa sunda ) yang

artinya adalah merupakan kampung yang berada di lembah yang subur. Kampung

Naga adalah  sebuah kampung kecil, yang para penduduknya patuh dan menjaga

tradisi yang ada, hal inilah yang membuat kampung ini unik dan berbeda dengan

yang lain. Tak salah jika kampung ini menjadi salah satu warisan budaya Bangsa

Indonesia yang patut dilestarikan.

Nenek moyang Kampung Naga Sendiri konon adalah Eyang Singaparna yang

makamnya sendiri terletak di sebuah hutan di sebelah barat Kampung Naga. Yang

membuat Kampung Naga ini unik adalah karena penduduk ini seperti tidak

terpengaruh dengan modernitas dan masih tetap memegang teguh adat istiadat yang

secara turun temurun. Kepatuhan warga Sanaga ( red. Warga asli kampung Naga )

dalam mempertahankan upacara – upacara adat, termasuk juga pola hidup mereka

yang tetap selaras dengan adapt leluhurnya seperti dalam hal religi da upacara, mata

pencaharian, pengetahuan, kesenian, bahasa dan tata cara leluhurnya.

 

Masyarakat Kampung Naga memilki tempat-tempat larangan yaitu : 2 hutan

larangan, sebelah Timur dan Barat, tempat ini tidak boleh dimasuki oleh seorangpun

kecuali pada waktu upacara atau berziarah. Ada satu buah bangunan yang dianggap

keramat yaitu “Bumi Ageung” yaitu tempat pelaksanaan rutinitas upacara adat,

tempat ini tidak boleh dimasuki kecuali oleh Ketua Adat atau Kuncen.

Page 23: Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga

 

Hari yang diagungkan masyarakat Kampung Naga diantaranya hari Selasa,

Rabu dan Sabtu.Pada hari itu masyarakat dilarang untuk menceritakan asal usul atau

sejarah mengenai Kampung Naga dan  pada bulan Syafar tidak boleh melaksanakan

upacara adat atau berziarah. Dalam pembangunan rumah-rumah diatur sedemikian

rupa yaitu dengan membujur Timur Barat menghadap ke Selatan, setiap rumah harus

saling berhadapan untuk menjaga kerukunan antar warga. Praktek pembangunannya

pun mempunyai wawasan lingkungan yang futuristik, baik secara fisik, sosial,

ekonomi maupun budaya.

 

A. Letak Geografis

Kampung Naga secara administratife berada di wilayah Desa Neglasari,

Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Lokasi Kampung

Naga tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan kota Garut dengan kota

Tasikmalaya. Kampung ini berada di lembah yang subur, dengan batas wilayah, di

sebelah barat Kampung Naga dibatasi oleh hutan keramat karena di hutan tersebut

terdapat makam leluhur masyarakat Kampung Naga. Di sebelah selatan dibatasi oleh

sawah-sawah penduduk, dan di sebelah utara dan timur dibatasi oleh sungai Ciwulan

yang bermata air dari Gunung Cikuray.

  Peralatan Hidup Masyarakat Kampung Naga 

Masyarakat Kampung Naga merupakan masyarakat yang masih menggunakan

peralatan ataupun perlengakpan hidup yang sederhana, non teknologi yang kesemua

bahannya tersedia di alam. Seperti untuk memasak, masyarakat Sanaga menggunakan

tungku dengan bahan bakar menggunakan kayu bakar dan untuk membajak sawah

mereka tidak menggunkan traktor melainkan menggunakan cangkul. Dan masih

banyak hal lainnya, yang pasti masayarakat Sanaga tidak menggunakan peralatan

canggih berteknologi tinggi, dan kampung mereka pun tidak ada listrik. 

Page 24: Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga

B.     Sistem Perekonomian Masyarakat Kampung Naga 

Dalam sistem perekonomian kami fokuskan kepada mata pencaharian dimana

mata pencaharian warga Kampung Naga bermacam-macam mulai dari pokok yaitu

bertani, menanam padi sedangkan mata pencaharian sampingannya adalah membuat

kerajinan, beternak dan berdagang.

C.    Sistem Kemasyarakatan

Kemasyarakatan di Kampung Naga masih sangat lekat dengan budaya gotong

royong, hormat menghormati, dan mengutamakan kepentingan golongan diatas

kepentingan pribadi.

Lebih jauh menilik pola hidup dan kepemimpinan Kampung Naga, kita akan

mendapatkan dua pemimpin dengan tugasnya masing –masing yaitu pemerintahan

desa dan pemimpin adat atau yang oleh masyarakat Kampung Naga disebut Kuncen.

Peran keduanya saling bersinergi satu sama lain untuk tujuan keharmonisan warga

Sanaga. Sang Kuncen yang meski begitu berkuasa dalam hal adapt istiadat jika

berhubungan dengan system pemerintahan desa maka harus taat dan patuh pada RT

atau RW, begitupun sebaliknya RT atau RW haruslah taat pada sang Kuncen apabila

berurusan dengan adapt istiadat dan kehidupan rohani penduduk Kampung Naga.

Lembaga Pemerintahan

Sistem kemasyarakatan disini lebih terfokus kepada sistem atau lembaga-lembaga

pemerintahan yang ada di Kampung Naga. Ada dua lembaga yaitu :

Lembaga Pemerintahan:

RT

RK / RW

Kudus ( Kepala Dusun )

Page 25: Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga

 Lembaga Adat:

 Kuncen dijabat oleh Bapak Ade Suherlin yang bertugas sebagai pemangku adat dan

memimpin upacara adat dalam berziarah.

Punduh dijabat oleh Bapak Ma’mun

Lebe dijabat oleh Bapak Ateng yang bertugas mengurusi jenazah dari awal sampai

akhir sesuai dengan syariat Islam. 

D.    Sistem Bahasa

Dalam berkomunikasi warga Kampung Naga mayoritas menggunakan bahasa

Sunda Asli, hanya sebagian orang dalam arti yang duduk di pemerintahan. Adapula

yang bisa berbahasa Indonesia itupun hanya digunakan apabila bercakap – cakap

dengan wisatawan dari luar jawa barat.

E.     Sistem Pendidikan ( Ilmu Pengetahuan )

Tingkat Pendidikan masyarakat Kampung Naga mayoritas hanya mencapai

jenjang pendidikan sekolah dasar, tapi adapula yang melanjutkan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi itupun hanya minoritas. Kebanyakan pola pikirnya masih

pendek sehingga mereka pikir bahwa buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau akhirnya

pulang kampung juga. Dari anggapan tersebut orang tua menganggap lebih baik

belajar dari pengalaman dan dari alam atau kumpulan-kumpulan yang biasa

dilakukan di mesjid atau aula.

F.     Sistem Kepercayaan ( Religi )

Page 26: Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga

Penduduk Kampung Naga Mengaku mayoritas adalah pemeluk agama islam,

akan tetapi sebagaimana masyarakat adat lainnya mereka juga sangat taat memegang

adat-istiadat dan kepercayaan nenek moyangnya.

Menurut kepercayaan masyarakat Kampung Naga, dengan menjalankan adat-

istiadat warisan nenek moyang berarti menghormati para leluhur atau karuhun. Segala

sesuatu yang datangnya bukan dari ajaran karuhun Kampung Naga, dan sesuatu yang

tidak dilakukan karuhunnya dianggap sesuatu yang tabu. Apabila hal-hal tersebut

dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga berarti melanggar adat, tidak

menghormati karuhun, hal ini pasti akan menimbulkan malapetaka

Masyarakat Sanaga pun masih mempercayai akan takhayul mengenai adannya

makhluk gaib yang mengisi tempat – tempat tertentu yang dianggap angker.

Kepercayaan masyarakat Kampung Naga kepada mahluk halus masih

dipegang kuat. Percaya adanya jurig cai, yaitu mahluk halus yang menempati air atau

sungai terutama bagian sungai yang dalam (“leuwi”). Kemudian “ririwa” yaitu

mahluk halus yang senang mengganggu atau menakut-nakuti manusia pada malam

hari, ada pula yang disebut “kunti anak” yaitu mahluk halus yang berasal dari

perempuan hamil yang meninggal dunia, ia suka mengganggu wanita yang sedang

atau akan melahirkan. Sedangkan tempat-tempat yang dijadikan tempat tinggal

mahluk halus tersebut oleh masyarakat Kampung Naga disebut sebagai tempat yang

angker atausanget. Demikian juga tempat-tempat seperti makam Sembah Eyang

Singaparna,Bumi ageung dan masjid merupakan tempat yang dipandang suci bagi

masyarakat Kampung Naga

Adapun upacara – upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Sanaga yang

bertepatan dengan hari besar Islam yaitu :

Bulan Muharam untuk menyambut datangnya Tahun Baru Hijriah

Bulan Maulud untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW

Page 27: Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga

Bulan Jumadil Akhir untuk memperingati pertengahan bulan Hijriah

Bulan Nisfu Sya’ban untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan

Bulan Syawal untuk menyambut datangnya Idul Fitri

Bulan Zulhijah untuk menyambut datangnya Idul Adha

 

G.    Kesenian

Di bidang kesenian masyarakat Kampung Naga mempunyai pantangan atau

tabu mengadakan pertunjukan jenis kesenian dari luar Kampung Naga seperti wayang

golek, dangdut, pencak silat, dan kesenian yang lain yang mempergunakan waditra

goong. Sedangkan kesenian yang merupakan warisan leluhur masyarakat Kampung

Naga adalah terbangan, angklung, beluk, dan rengkong. Kesenian beluk kini sudah

jarang dilakukan, sedangkan kesenian rengkong sudah tidak dikenal lagi terutama

oleh kalangan generasi muda.

Terdapat tiga pasangan kesenian di Kampung Naga diantaranya :

Terebang Gembrung yang dimainkan oleh dua orang sampai tidak terbatas

biasanya ini dilaksanakan pada waktu Takbiran Idul Fitri dan Idul Adha serta

kemerdekaan RI. Alat ini terbuat dari kayu.

Terebang Sejat, dimainkan oleh 6 orang dan dilaksanakan pada waktu upacara

pernikahan atau khitanan massal.

Angklung, dimainkan oleh 15 orang dan dilaksanakan pada waktu khitanan massal

H.    Sistem Bangunan /Arsitek

Bangunan-bangunan yang ada di Kampung Naga berbentuk segitiga

semuanya beratap ijuk, dan menghadap ke arah kiblat, terdapat kurang lebih 113

bangunan dalam area 1,5 ha yang terdiri dari 110 rumah warga dan 1 tempat ibadah,

selain itu juga terdapat balai pertemuan dan lumbung padi (Leuit) dan Bumi Ageung

Page 28: Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga

yang kesemua bahan bangunannya menggunakan bilik-bilik, kayu-kayu, dan lain-

lain. Tidak menggunakan semen atau pasir. Semua bentuk, ukuran, alat dan bahan

bangunan semuanya sama hal ini menunjukkan adanya keseimbangan dan

keselarasan yang ada di daerah tersebut.

Bentuk rumah masyarakat Kampung Naga harus panggung, bahan rumah dari

bambu dan kayu. Atap rumah harus dari daun nipah, ijuk, atau alang-alang, lantai

rumah harus terbuat dari bambu atau papan kayu. Rumah harus menghadap kesebelah

utara atau ke sebelah selatan dengan memanjang kearah Barat-Timur. Dinding rumah

dari bilik atau anyaman bambu dengan anyaman sasag. Rumah tidak boleh dicat,

kecuali dikapur atau dimeni. Bahan rumah tidak boleh menggunakan tembok,

walaupun mampu membuat rumah tembok atau gedung (gedong).

Rumah tidak boleh dilengkapi dengan perabotan, misalnya kursi, meja, dan

tempat tidur. Rumah tidak boleh mempunyai daun pintu di dua arah berlawanan.

Karena menurut anggapan masyarakat Kampung Naga, rizki yang masuk kedalam

rumah melaui pintu depan tidak akan keluar melalui pintu belakang. Untuk itu dalam

memasang daun pintu, mereka selalu menghindari memasang daun pintu yang sejajar

dalam satu garis lurus. 

I.       Sistem Politik 

Dalam sistem politik di tekankan pada penyelesaian masalah di pimpin oleh 

ketua adat yaitu dengan cara bermusyawarah untuk mufakat dimana hasi yang

diperoleh adalah merupakan hasil mufakat yang demokratis dan terbuka.

J.      Sistem Hukum

Seperti kebanyakan kampung adat lainnya, masyarakat Sanaga juga memiliki

aturan hukum sendiri yang  tak tertulis namun masyarakat sangat patuh akan

keberadaan aturan tersebut. Kampung Naga memang memiliki Larangan namun tidak

Page 29: Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga

memiliki banyak aturan. Prinsip yang mereka anut adalah Larangan, Wasiat dan

Akibat.

Sistem hukum di kampung Naga hanya berlandaskan kepada

kata pamali, yakni sesuatu ketentuan yang telah di tentukan oleh nenek moyang

Kampung Naga yang tidak boleh di langgar. Sanksi untuk pelanggaran yang

dilakukan tidaklah jelas, mungkin hanyalah berupa teguran, karena masyarakat

Sanaga memegang prinsip bahwa siapa yang melakukan pelanggaran maka dia

sendiri yang akan menerima akibatnya.

Tabu, pantangan atau pamali bagi masyarakat Kampung Naga masih dilaksanakan

dengan patuh khususnya dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang berkenaan

dengan aktivitas kehidupannya.pantangan atau pamali merupakan ketentuan hukum

yang tidak tertulis yang mereka junjung tinggi dan dipatuhi oleh setiap orang.

Misalnya tata cara membangun dan bentuk rumah, letak, arah rumah,pakaian upacara,

kesenian, dan sebagainya.

Page 30: Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Gunung Galunggung tercatat pernah meletus pada tahun 1882 (VEI=5).

Tanda-tanda awal letusan diketahui pada bulan Juli 1822, di mana air Cikunir

menjadi keruh dan berlumpur. Hasil pemeriksaan kawah menunjukkan bahwa air

keruh tersebut panas dan kadang muncul kolom asap dari dalam kawah.

Kemudian pada tanggal 8 Oktober s.d. 12 Oktober, letusan menghasilkan hujan

pasir kemerahan yang sangat panas, abu halus, awan panas, serta lahar. Aliran

lahar bergerak ke arah tenggara mengikuti aliran-aliran sungai. Letusan ini

menewaskan 4.011 jiwa dan menghancurkan 114 desa, dengan kerusakan lahan

ke arah timur dan selatan sejauh 40 km dari puncak gunung. Dengan pola

pengaliran sungai yang beranekragam dari kawah hingga kaki gunung.

Dan keberadaan Kampung Naga sebagai kajian geografi yang bersifat

social budaya, selain menarik karena keunikan budaya masyarakatnya, namun

juga ternyata dapat menjadi icon bagi masyarakat Kampung Naga khususnya dan

bagi masyarakat Jawa Barat pada umumnya bahwa primitifitas atau adat istiadat

asli peninggalan nenek moyang itu harusnya menjadi treadcenter dan suatu

kebanggaan bagi kita yang mewarisinya karena bisa menjadi daya tarik bagi turis

local maupun luar negeri untuk dijadikan bahan observasi.

B. Saran

Saran dari penulis, kita selaku bangsa Indoesia yang kaya akan sifat fisiknya

maupun sosialnya hendaklah mempelajari tentang ilmu geografi khususnya yang

bersifat fisik dan nonfisik, karena kedua sifat itu yang selalu kita pada setiap

harinya. Factor fisik dan social tidak jauh dari kehidupan kita sehari-hari, maka

Page 31: Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga

selain kita dapat sekedar melihat-lihat, ada baiknya kita melihat-lihat sambil

melakukan penelitian-penelitian ke sejumlah tempat bahwa yang terkandung di

kedua sifat itu terdapat beribu-ribu ilmu untuk kita pelajari dan dipahami.

Page 32: Makalah Gunung Galunggung dan Kampung Naga

DAFTAR PUSTAKA

Program Studi Pendidikan Geografi. 2013. Pemantapan Materi Perkuliahan Mengkaji Gunungapi Galunggung dan Kampung Naga. Tasikmalaya.

http://www.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/216

http://aristastar21.wordpress.com/makalah-kebudayaan-masyarakat-kampung-naga-2/

Hasil dari catatan penulis. [Tersedia].