Upload
khumairoh
View
564
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
HAKIM HARUS ADIL DAN TERPERCAYA
Makalah
Disusun guna memenuhi tugas:
Mata Kuliah : Hadits Tarbawi II
Dosen Pengampu : Muhammad Hufron, M.S.I
Oleh :
KHUMAIROH
2021113138
Kelas : PAI F
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2015
KATA PENGANTAR
حيم الر حمن الر الله بسم
Segala puji dan syukur hanya milik Allah swt. Tuhan pencipta dan
pemelihara semesta alam. Yang senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah-
Nya kepada kita semua. Sehingga kita dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Hakim Harus Adil dan Terpercaya” tanpa rintangan yang berarti.
Tak lupa juga Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan
kepada Nabi Muhammad saw. Beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan para
pengikutnya yang setia hingga hari pembalasan. Amin..
Ucapan terima kasih saya persembahkan kepada dosen pengampu mata
kuliah Hadits Tarbawi II yang tidak henti selalu memberi bimbingan serta
pengarahannya. Serta terima kasih kepada kedua orang tua atas segala dukungan
baik moril maupun materil. Sehingga kami memperoleh kemudahan dalam
penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini mampu memberikan manfaat bagi setiap pembaca.
Namun, penulis juga menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna yang
masih memerlukan kritik juga saran dari para pembaca guna pembenahan
makalah selanjutnya.
Pekalongan, Maret 2015
Penyusun
2
PENDAHULUAN
Dalam lingkup negara, Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi
wewenang oleh undang-undangan untuk mengadili suatu perkara yang
dihadapkan kepadanya. Dari pengertian tersebut maka dapat pula dikatakan
bahwa hakim adalah pemimpin dalam sebuah pengadilan yang menafsirkan norma
hukum yang bersifat general kedalam peristiwa yang kongret (nyata) terjadi.
Keputusan yang diberikan seorang hakim sangatlah mempengaruhi nasib
dari seseorang yang dijatuhi hukuman. Selain itu keputusan hakim secara umum
dapat mengalihkan hak kepemilikan yang berada dalam seseorang, mencabut
kebebasan warga negara dan lain sebagainya. Sehingga dalam menyampaikan
suatu keputusan, seorang hakim harus mempertimbangkan segala aspek yang
bersifat yuridis, sosiologi, dan filosofis, sehingga keadilan yang hendak dicapai
dapat terealisasikan.
Oleh karena itu, sangatlah penting untuk diketahui bagaimana seharusnya
seorang hakim itu bertindak. Agar apa yang diputuskannya itu merupakan sebuah
kebenaran.
3
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Hakim dalam bahasa Arab disebut dengan Qadhi yang berarti menetapkan
hukum, memisahkan, menghukumi, melewati, selesai dari sesuatu dan
menciptakan. Kemudian secara umum, hakim (Qadhi) itu mempunyai dua
pengertian, yaitu
Pertama, hakim adalah orang yang mengadili suatu perkara dipengadilan.
Kedua, hakim adalah orang yang bijak.1
Sedangkan Menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana (KUHAP), Hakim adalah pejabat peradilan negara yang
diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili.2 Atau dengan kata
lain, hakim yaitu penafsir utama norma hukum yang general kedalam
peristiwa yang kongret (nyata) terjadi.
Dalam melaksanakan tugasnya, hakim dituntut untuk bekerja secara
profesional, bersih, arif dan bijaksana, serta mempunyai rasa kemanusiaan
yang tinggi, dan juga menguasai dengan baik teori-teori ilmu hukum.
Dalam diri hakim diemban suatu amanah agar peraturan perundang-
undangan diterapkan secara benar dan adil, dan apabila peraturan perundang-
undangan akan menimbulkan ketidak adilan, maka hakim wajib berpihak
pada keadilan (moral justice) dan mengenyampingkan hukum atau peraturan
perundang-undangan (legal justice). Keadilan yang dimaksud disini bukanlah
keadilan formil, tetapi keadilan yang bersifat materil / substansif yang sesuai
dengan hati nurani hakim.3
Mengenai syarat-syarat untuk menjadi seorang hakim yang berlaku bagi
semua orang yaitu tertera dalam pasal 13 UU Nomor 3 tahun 2006 tentang
peadilan agama, yaitu:
1 Achmad Rifa’i, Penemuan Hukum Oleh Hakim dalam Perspektif Hukum Progesif (Jakarta: Sinar Grafika, 2010) hal. 2
2Boy Nurdin, Kedudukan dan Fungsi Hakim dalam Menegakan Hukum di Indonesia (bandung: Penerbit Alumni, 2012) hal. 118.
3Achmad Rifa’i, Op. Cit. Hal. 3
4
1. Warga negara Indonesia
2. Beragama Islam
3. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
4. Sarjanah syari’ah / Hukum yang menguasai Hukum Islam
5. Sehat Jasmani dan Rohani
6. Berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela
7. Bukan bekas anggota organisasi terlarang partai komunis Indonesia.
B. Teori Pendukung
Kedudukan seorang hakim lebih utama diisi oleh laki-laki. Pendapat
tersebut dikemukakan oleh para fuqaha, dengan berlandaskan pada QS An-
Nisa’ ayat 34 yang intinya bahwa kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi
kaum perempuan. Kemudian diperkuat oleh para ulama madzab yang sepakat
bahwa perempuan tidak dibenarkan memimpin seperti halnya larangan
menjadi Imam sholat.
Namun dizaman sekarang ini, kedudukan antara laki-laki dan perempuan
dianggap sama sehingga seorang perempuan pun diperbolehkan menjadi
seorang hakim. Sebagaimana yang telah dikatakan oleh Ibnu Qoyyim al-
Jauziyyah bahwa perempuan dapat diterima sebagai hakim dan diakui
eksistensinya dikalangan masyarakat muslim. Hal tersebut sesuai dengan
bunyi kaidah hukum Islam yang menyatakan : berubahnya suatu hukum
hendaknya disuaikan dengan situasi, kondisi, waktu dan tempatnya serta
merujuk pada tujuan hukum Islam yang besifat umum yaitu meniadakan
kemadharatan dan mendahulukan kemaslahatan umum.4
Terlepas dari hakim laki-laki maupun hakim perempuan, yang perlu
diketahui yaitu, bahwa pada dasarnya tugas seorang hakim adalah memberi
keputusan dalam setiap perkara atau konflik yang dihadapkan kepadanya,
menetapkan hal-hal seperti hubungan hukum, nilai hukum dari perilaku, serta
kedudukan hukum pihak-pihak yang terlibat dalam suatu perkara, sehingga
4Djazimah Muqoddas, Kontroversi Hakim Perempuan pada Peradilan Islam di Negara-negara Muslim (Yogyakarta: PT. LkiS Printing Cemerlang, 2011) hal. 82-86.
5
untuk dapat menyelesaikan perselisihan atau konflik secara imparsial
berdasarkan hukum yang berlaku, maka hakim harus mandiri dan bebas dari
pihak manapun, terutama dalam mengambil suatu keputusan.5
Mengenai kewajiban-kewajiban hakim sebagaimana terlukis dalam
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970, yaitu:6
1. Hakim sebagai penegak hukum dan keadilan wajib menggali, mengikuti
dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat (pasal 27
ayat 1)
2. Dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana, hakim wajib
memperhatikan pula sifat-sifat yang baik dan jahat dari tertuduh (pasal 27
ayat 2)
3. Hakim wajib mengundurkan diri dari pemeriksaan perkara apabila terikat
hubungan keluarga sedarah sampai derajat ketiga atau semenda dengan
hakim ketua, salah seorang hakim anggota, jaksa penasehat Hukum atau
Panitera (vide pasal 28 ayat 2).
4. Hakim ketua sidang, hakim anggota dan bahkan jaksa yang masih terikat
dalam hubungan keluarga sedarah sampai sederajat ketiga atau semenda
dengan yang diadili, wajib pula mengundurkan diri dari pemeriksaan
perkara itu ( vide pasal 28 ayat 3)
5. Sebelum memangku jabatannya Hakim diwajibkan bersumpah atau
berjanji menurut agamanya (vide pasal 29).
Kewajiban hakim sebagaimana dirumuskan pasal 27 ayat 1 UU Nomor 14
Tahun 1970 bertujuan agar hakim dapat memberikan keputusan yang sesuai
dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat. Hal tersebut mengharuskan agar
hakim terjun ketengah-tengah masyarakat untuk mengenal, merasakan dan
mampu menyelami perasaan hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam
masyarakat. Jadi dalam memberikan keputusan, pendekatan yang harus
5 Achmad Rifa’i, Op. Cit. Hal. 2 6 Bambang Waluyo, Implementasi Kekuasaan KehakimanRepublik Indonesia (Jakarta:
Sinar Grafika, 1992) hal. 11-12.
6
digunakan oleh hakim bukan saja yuridis formal akan tetapi perlu
dipertimbangkan pula segi sosio kultural.7
Dalam Risalatul Qodla, dikisahkan Khalifah Umar bin Khattab yang
memerintahkan kepada Abdullah bin Qais pada saat menjadi hakim: “apabila
suatu kasus belum jelas hukumnya dalam al Qur’an dan Hadis, maka putuslah
dengan mempertimbangkan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat,serta
menganalogikan dengan kasus-kasus lain yang telah diputuskan.8
Kemudian dalam pasal 14 ayat 1 menyebutkan “ Hakim sebagai organ
pengadilan dianggap memahami hukum. Pencari keadilan datang padanya
untuk mohon keadilan. Andaikata ia tidak menemukan hukum tertulis, ia
wajib menggali hukum tidak tertulis untuk memutus berdasarkan hukum
sebagai seorang yang bijaksana dan bertanggung jawab penuh kepada Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara”.9
C. Materi Hadits
عليه : الله صلى الله رسول قال قال عنه تعالى الله رضى بريدة عن
. , عرف : رجل ة الجن فى وواحد ار الن فى اثنان ثالثة القضاة م وسل
وجار , به يقض فلم الحق عرف ورجل ة الجن فى فهو به فقضى الحق
على , اس للن فقضى الحق يعرف لم ورجل ار الن فى فهو الحكم فى
الحاكم . , وصححه األربعة رواه ار الن فى فهو . جهل
Makna Mufrodat
القضاة Hakim, Orang yang mengadili
7Ibid. hal. 12 8 Achmad Rifa’i, Op. Cit. Hal. 79 Bambang Waluyo, Op. Cit. Hal. 11
7
ة الجن Surga
ار الن Neraka
يعرف , عرف Mengetahui, memahami
الحق Kebenaran
جار Berlaku curang
جهل Kebodohan
Terjemah :
Dari Abu Buraidah dari ayahnya dari Nabi S.A.W. Beliau bersabda:”Hakim
itu tiga. Satu di surga,sedang yang dua di neraka. Hakim yang di surga
ialah:seseorang yang mengetahui kebenaran,lalu memutuskan hukum
dengan kebenaran itu. Sedang seorang hakim yang mengetahui
kebenaran.Lalu dia berlaku alim (menyimpang dari kebenaran), maka dia di
neraka. Demikian pula seorang yang menentukan hukum kepada
manusia,padahal dia adalah di dalam neraka.” (HR. Abu Dawud)10
D. Penjelasan Hadits
Hadis tersebut menjelaskan bahwa hakim itu ada 3, yaitu satu disurga dan
yang dua di neraka.
Pertama, hakim yang mengetahui kebenaran dan hukum syariat, lalu ia
menetapkan hukum dengannya, maka ia berarti sosok yang kuat yang dapat
dipercaya atas jabatan yang diberikan oleh Allah SWT kepadanya. Hakim
seperti ini termasuk ahli surga.
Kedua, hakim yang mengetahui kebenaran dan sangat memahami sekali
hukum syariat akan tetapi ia menetapkan hukum dengan tidak benar. Hakim
seperti ini termasuk penghuni neraka.
Ketiga, hakim yang tidak mengetahui kebenaran dan tidak memahami
hukum syariat, akan tetapi ia memberanikan diri dan menetapkan hukum
10 Kahar Masyhur, Bulughul Maram (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992) hal. 322.
8
dengan kebodohan. Hakim seperti ini termasuk penghuni neraka, baik hukum
yang ditetapkannya benar atau salah.
E. Refleksi Hadis dalam kehidupan
Diantara syarat yang membuat seseorang layak untuk menduduki jabatan
hakim adalah menguasai tentang hukum halal dan haram yang terdapat dalam
syari’at Allah, dia memiliki kemampuan untuk merujuk untuk sumber-sumber
(referensi) syari’at Islam, mengistimbat (menyimpulkan) hukum dari
peristiwa-peristiwa yang diajukan kepadanya. Kemudian dia diwajibkan untuk
berijtihad dan berusaha mencari yang benar serta memutuskan hukum
berdasarkan perkiraannya (dzan) bahwa itu yang benar.
Jika seorang hakim berani mengambil keputusan hukum tanpa
mempertimbangkan yang matang, belum mengarahkan seluruh kemampuan,
dan dia tidak mengetahui tentang syari’at Allah SWT, maka ia berdosa
walaupun keputusannya sesuai dengan kebenaran dan realita yang
sesungguhnya dengan kebenaran adalah suatu yang tidak disengaja. Jika pada
suatu kali dia benar, maka sesungguhnya dia telah berkali-kali berbuat salah.
Dan sungguh kecelakaan yang sangat besar bagi hakim yang mengetahui
kebenaran, namun ia memutuskan dengan yang sebaliknya karena
mengharapkan keuntungan duniawi yang sedikit atau terdorong oleh hawa
nafsu, dendam dan kezhaliman.11
Kewajiban seorang hakim adalah mencurahkan seluruh kemampuannya
untuk memahami dakwaan dari segala sisinya, lalu memutuskan berdasarkan
hasil ijtihadnya bahwa itulah kesimpulan yang benar, dan dia mengira
(dengan perkiraan yang didukung oleh dalil, penjelas) bahwa itulah yang
benar. Sesuai yang telah dijelaskan dalam sabdah Rasulullah SAW., yang
diriwayatkan Al-Bukhari dari Ummu Salamah ra, “Saya menebak dengan kuat
bahwa dia jujur, lalu saya memutuskan berdasarka itu”. Maka Hakim tersebut
telah berbuat adil, baik keputusan itu tepat atau salah. Karena dia telah berbuat
11Musthafa Dieb Al-Bugha dan Syaikh Muhyiddin, AL-WAFI Syarah Hadits Arba’in Imam An-Nawawi ( Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2002) hal. 314-315.
9
sekuat tenaga untuk mencari kebenaran, dia memutuskan apa yang yang
diwajibkan kepadanya, yaitu berdasarkan argumen yang tampak.
Hikmah dalam hal ini adalah sebagai tindakan preventif untuk
mengantisipasi terjadinya kezhaliman dan kerusakan, sehingga tidak
mendorong para hakim yang jahat untuk melakukan kejahatan dan
menghukum manusia berdasarkan prasangka, dengan dalih bahwa ia
mengetahui hakikat sebenarnya, juga sebagai antisipasi untuk menepis segala
tuduhan dan keraguan ketika keputusan hakim tidak sesuai dengan keinginan
orang-orang yang berperkara. Yaitu adanya tuduhan dari mereka bahwa hakim
tidak adil, condong kepada salah satu menerima suap dan lain sebagainya.12
F. Aspek Tarbawi
Dari penjelasan diatas, banyak pelajaran yang dapat diambil diantarnya
yaitu bahwa seorang hakim diharuskan memiliki ketaqwaan serta akhlak yang
mulia. Agar dalam menyelesaikan suatu masalah selalu didasarkan pada
hukum agama. Juga harus memiliki pengetahuan yang luas. Supaya mampu
menggali kebenaran yang sebenarnya dengan menggunakan ilmu yang
dimiliki tersebut.
Kemudian, seorang hakim dituntut untuk selalu berbuat adil, tidak
memihak salah satu pihak dalam setiap masalah, agar masalah tersebut dapat
terselesaikan sesuai dengan kebenaran yang ada. Sehingga keputusan yang
keluarkannya dapat diterima serta dipercaya kebenarannya oleh orang lain.
12 Ibid, hal. 313-314.
10
PENUTUP
Hakim dalam bahasa arab disebut dengan Qadhi yang memiliki arti
menetapkan suatu hukum. Disini, hakim merupakan penafsir utama norma hukum
yang general kedalam peristiwa yang kongret (nyata) terjadi.
Mengingat begitu pentingnya menegakan keadilan menurut ajaran Islam,
maka seorang yang diangkat sebagai hakim haruslah benar-benar memiliki
pengetahuan yang luas, selain itu harus selalu bertakwa kepada Allah, mempunyai
akhlak mulia, terutama tentang kejujuran dan amanah.
Dalam pelaksanaanannya, Hakim dituntut untuk selalu menyampaikan
kebenaran dengan menunjukan bukti-bukti yang nyata. Serta dengan rasa keadilan
yang tinggi. Agar tercipta suatu kepercayaan dalam masyarakat tentang apa yang
telah diputuskannya tersebut. Seorang hakim juga dituntut untuk memiliki ilmu
pengetahuan yang tinggi sebagai bekal dalam memecahkan sebuah masalah.
Menjadi hakim memiliki tanggung jawab yang berat, ke dua tangannya
bagai surga dan neraka, akan kemana nantinya ia masuk hanya dia sendiri yang
bisa menetukan untuk itu menjadi hakim harus benar-benar adil.
11
DAFTAR PUSTAKA
Rifa’i, Achmad. 2010. Penemuan Hukum Oleh Hakim dalam Perspektif Hukum
Progesif . Jakarta: Sinar Grafika.
Boy Nurdin. 2012. Kedudukan dan Fungsi Hakim dalam Menegakan Hukum di
Indonesia. Bandung: Penerbit Alumni.
Muqoddas, Djazimah. 2011. Kontroversi Hakim Perempuan pada Peradilan
Islam di Negara-negara Muslim. Yogyakarta: PT. LkiS Printing
Cemerlang.
Waluyo, Bambang. 1992. Implementasi Kekuasaan KehakimanRepublik
Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
Mansyur, Kahar. 1992. Bulughul Maram. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Al-Bugha, Musthafa Dieb dan Syaikh Muhyiddin. 2002. AL-WAFI Syarah Hadits
Arba’in Imam An-Nawawi. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
12
BIODATA PENULIS
Nama : Khumairoh
NIM : 20211131138
Alamat : Dk. Kentingan Rt. 12 / Rw. 006 ds. Pakumbulan kec. Buaran kab. Pekalongan.
Tempat tanggal lahir : Pekalongan, 1 April 1994
Anak ke : 4 dari 4 Bersaudara
Cita-cita : Menjadi orang yang sukses di dunia dan akhirat.
Hobbi : Mencari pengalaman baru
Orang Tua
Ayah : Zamroni Ibu : Ukriyah
Riwayat pendidikan : MIS Pakumbulan 2005/2006
MTs S Simbang Kulon 2008/2009
MAS Simbang Kulon 2011/2012
Motto : Semua akan indah pada waktunya
13