Upload
dewi-puspitasari
View
373
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH BAHASA INDONESIA
Nama : Dewi Puspitasari
Kelas : X – 2
No Absen : 11
Materi : Kebahasaan
KEBAHASAAN
1. Huruf
Huruf adalah sebuah grafem dari suatu sistem tulisan, misalnya alfabet Yunani
dan aksara yang diturunkannya. Dalam suatu huruf terkandung suatu fonem, dan
fonem tersebut membentuk suatu bunyi dari bahasa yang dituturkannya. Setiap
aksara memiliki huruf dengan nilai bunyi yang berbeda-beda. Dalam aksara jenis
alfabet, abjad, dan abugida, biasanya suatu huruf melambangkan suatu fonem
atau bunyi. Berbeda dengan logogram atau ideogram, yang hurufnya mewakili
ungkapan atau makna suatu lambang, misalnya aksara Tionghoa. Dalam aksara
jenis silabis atau aksara suku kata, suatu huruf melambangkan suatu suku kata,
contohnya adalah Hiragana dan Katakana yang digunakan di Jepang.
Beberapa aksara, misalnya alfabet Yunani dan keturunannya, memiliki varian
dari satu huruf yang sama, disebut dengan istilah huruf besar dan huruf kecil.
Huruf besar biasanya dipakai di awal kata, sedangkan huruf kecil ditulis
setelahnya.
1. Jenis-jenis huruf berdasarkan bentuknya
Berdasarkan bentuknya, huruf dibedakan menjadi 4 yaitu sebagai berikut.
a. Huruf fonemis, yaitu huruf yang melambangkan satu bunyi seperti huruf latin.
b. Huruf silabis, yaitu huruf yang melambangkan satu suku kata seperti huruf
jepang atau aksara jawa.
c. Huruf logograf atau idiograf, yaitu huruf yang melambangkan bunyi satu kata
seperti huruf cina.
d. Huruf piktograf, yaitu bunyi huruf yang dilambangkan dalam bentuk gambar
atau lukisan peristiwa seperti relif manusia prasejarah.
2. Jenis huruf berdasarkan bunyinya
a. Vokal
1) Vokal
Bunyi ujaran akibat adanya udara yang keluar dari paru-paru tidak
terkena hambatan.
Contoh : a, I, u, e, o, u
2) Vokal Rangkap
Gabungan dua buah huruf vocal yang menghasilkan bunyi rangkap
Contoh : ai, au, oi
Bunyi vokal dibedakan berdasarkan posisi tinggi rendahnya lidah, bagian lidah
yang bergerak, struktur, dan bentuk bibir. Dengan demikian, bunyi vokal tidak
dibedakan berdasarkan posisi artikulatornya karena pada bunyi vokal tidak
terdapat artikulasi. Artikulator adalah bagian alat ucap yang dapat bergerak.
Klasifikasi vokal sebagai berikut:
1. Vokal berdasarkan tinggi rendahnya posisi lidah.
Vokal Tinggi = [ i ], [ I ], [ u ], [ U ]
Vokal Madya = [ e ], [ �� ], [ e ], [ o ], [ c ]
Vokal Rendah = [ a ]
2. Vokal berdasarkan bagian lidah (depan, tengah, belakang) yang bergerak
(gerak naik turunnya lidah).
Vokal Depan = [ i ], [ I ], [ e ], [ �� ], [ a ]
Vokal Tengah = [ a ]
Vokal Belakang = [ o ], [ c ], [ u ], [ U ]
3. Vokal berdasarkan posisi strukturnya
Struktur adalah keadaan hubungan posisional artikulator aktif dan artikulator
pasif. Artikulator aktif adalah alat ucap yang bergerak menuju alat ucap yang lain
saat membentuk bunyi bahasa. Artikulator pasif adalah alat ucap yang dituju oleh
artikulator aktif saat membentuk bunyi bahasa.
Dalam bunyi vokal tidak terdapat artikulasi, maka struktur untuk vokal ditentukan
oleh jarak lidah dengan langit-langit. Menurut strukturnya, vokal dapat dibedakan
seperti uraian berikut.
Vokal tertutup (close vowels) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah
diangkat setinggi mungkin mendekati langit-langit. Vokal tertutup antara
lain [ i ], [ u ].
Vokal semitertutup (half-close) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah
diangkat dalam ketinggian sepertiga di bawah tertutup atau dua per tiga di
atas vokal terbuka. Vokal semitertutup antara lain [ e ], [ o ], [ I ], [ U ].
Vokal semiterbuka (half-open) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah
diangkat dalam ketinggian sepertiga di atas terbuka atau dua per tiga di
bawah vokal tertutup. Vokal semiterbuka antara lain [ a ], [ �� ], [ c ].
Vokal terbuka (open vowels) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah
dalam posisi serendah mungkin. Vokal terbuka adalah [ a ].
4. Vokal berdasarkan bentuk bibir saat vokal diucapkan.
Vokal tidak bulat/unrounded vowels (bibir tidak bulat dan terbentang
lebar) = [ i ], [ I ], [ e ], [ �� ], [ e ]
Vokal netral/neutral vowels (bibir tidak bulat dan tidak terbentang lebar) =
[ a ]
Vokal bulat/rounded vowels (bibir bulat) Terbuka bulat = [ c ]
Vokal bulat/rounded vowels (bibir bulat) Tertutup bulat = [ o ], [ u ], [ U ]
Bunyi vokal dapat diucapkan dengan memanjangkan atau memendekkan vokal
tersebut. Pemanjangan dan pemendekan pengucapan vokal dapat mengubah
maksud pembicaraan. Pemanjangan vokal diberi tanda [ . . . ] di atas bunyi yang
dipanjangkan atau tanda [ . . . : ] di samping kanan bunyi yang dipanjangkan.
Bentuk Vokal
a) Monoftong
Monoftong atau vokal murni (pure vowels) ialah bunyi vokal tunggal yang
terbentuk dengan kualitas alat bicara (lidah) tidak berubah dari awal hingga akhir
artikulasinya dalam sebuah suku kata (Kridalaksana via Marsono, 1999:36).
Secara praktis monoftong atau vokal tunggal biasa hanya disebut dengan istilah
vokal saja. Dalam arti bahwa yang dimaksud dengan istilah vokal adalah vokal
tunggal, sedangkan diftong adalah vokal rangkap.
Kegunaan penulisan ini didasari adanya kerancuan dalam melafalkan beberapa
kata yang mempunyai vokal sama, namun berbeda pengucapannya. Misalnya
“edaran” dengan “nenek”. Secara literal, kedua kata tersebut sama
komposisinya, masing-masing mempunyai vokal “e”. Namun, pengucapan
keduanya berbeda. Contoh lain adalah “korupsi” dan “koma”. Atas dasar inilah,
maka perlunya memelajari fonologi bahasa Indonesia. Perlu diketahui, bahwa
penyimbolan vokal, berbeda dengan huruf vokal tersebut. Berikut adalah
klasifikasi vokal dalam bahasa Indonesia:
No VokalTinggi
rendah lidah
Gerak
lidah
bagian
StrukturBentuk
bibir
Contoh
kata
1. [i] Tinggi atas Depan Tertutup Tak bulat Ini, ibu,
kita, cari
2. [I] Tinggi bawah Depan Semi-tertutup Tak bulat Kerikil,
kelingking
3. [e] Madya atas Depan Semi-tertutup Tak bulat Ekor,
enak
4. [e] Madya bawah Depan Semi-terbuka Tak bulat Nenek,
leher,
gelang
5. [a] Rendah
bawah
Depan Terbuka Tak bulat Ada, apa,
pada
6. [ ] Madya Tengah Semi-terbuka Tak bulat Emas,
elang
7. [ ] Madya bawah Belakang Semi-terbuka Bulat Otot,
tokoh,
dorong
8. [o] Madya atas Belakang Semi-tertutup Bulat Toko,
kado
9. [U] Tinggi bawah Belakang Semi-tertutup Bulat Ukur,
urus
10 [u] Tinggi atas Belakang Tertutup Bulat Udara,
paku
b) Diftong
Diftong atau vokal rangkap mempunyai ciri waktu diucapkan posisi lidah yang
satu dengan yang lain saling berbeda. Perbedaan iu menyangkut tinggi
rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, dan strikturnya (jarak lidah dengan
langit-langit).
Diftong naik Bahasa Indonesia:
1. Diftong naik-menutup-maju [aI], misalnya dalam: pakai, lalai, pandai, nilai
2. Diftong naik-menutup-maju [oi], misalnya dalam: amboi, sepoi-sepoi
3. Diftong naik-menutup-mundur [aU], misalnya dalam: saudara, lampau,pulau
Dalam Bahasa Indonesia hanya ada diftong naik, sedangkan diftong turun tidak
ada.
kata IPA bunyi Contoh
ai /aɪ/ /ay/ santai, lambai, dll
au /aw/ /aʊ/ kerbau, dll
oi /oy/ /oɪ/ koboi, amboi
ei[butuh rujukan] /eɪ/ Mei, arbei, survei, dll
Beberapa deret vokal bukan merupakan diftong misalnya buah, lauk, daur, daun,
semua, mencintai.
Diftong adalah dua vokal berurutan yang diucapkan dalam satu kesatuan waktu.
Dua deret vokal yang diucapkan dengan serentak itu menyebabkan terjadinya
perubahan pada kualitas bunyinya. Misalnya au menjadi o, ai menjadi e, oi
menjadi oe. Contoh: lantai, pantai, santai, harimau, kerbau, imbau, pulau,
amboi, masing-masing berubah menjadi lante, pante, sante, harimo, kerbo,
imbo, pulo, amboe.
Dua bunyi vokal disebut sebagai diftong jika berada pada suku kata yang sama,
misalnya au pada kata da-nau. Bunyi vokal au tersebut berubah bunyi menjadi o
sehingga kata danau diucapkan dano. Perubahan ini hanya berlaku dalam hal
pengucapan saja, sedangkan dalam hal penulisan, bentuk danau dipertahankan.
Dalam sebuah percakapan atau tuturan, proses perubahan bunyi juga dapat
terjadi sebaliknya. Artinya, selain dua bunyi vokal dapat berubah menjadi satu
bunyi vokal, satu bunyi vokal juga dapat berubah menjadi dua bunyi vokal.
Misalnya bunyi o menjadi au pada kata anggota menjadi anggauta.
b. Huruf Konsonan
Bunyi Huruf Konsonan adalah Bunyi yang dibentuk dengan menghambat arus
udara pada sebagian alat bicara, Terdapat artikulasi , Konsonan bersuara adalah
konsonan yang dihasilkan dengan bergetarnya pita suara , Konsonan tidak
bersuara adalah konsonan yang dihasilkan tanpa bergetarnya pita suara.
Contohnya seperti: b,c,d,f,g,h,j,k,l,m,n,p,q,r,s,t,v,w,x,y,z.
1) Konsonan
Bunyi ujaran akibat adanya udara yang keluar dari paru-paru mendapat
halangan
Contoh : b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z
2) Konsonan Rangkap
Gabungan dua huruf konsonan
Contoh : kh, ng, ny, dan sy
Konsonan dibedakan menurut:
Cara hambat (cara artikulasi) atau cara pengucapannya;
Tempat hambat (tempat artikulasi);
Hubungan posisional antara penghambat-penghambat atau hubungan
antara artikulator pasif; dan
Bergetar tidaknya pita suara
1) Konsonan Asli
Konsonan Asli adalah semua abjad kecuali huruf vokal.
Yaitu : b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z
2) Konsonan Asing
Penyesuaian Huruf Gugus Konsonan Asing
Huruf gugus konsonan pada istilah asing yang tidak diterjemahkan dan diterima
ke dalam bahasa Indonesia, sedapat-dapatnya dipertahankan bentuk visualnya.
Kaidah penyesuaian ejaan yang diuraikan pada Pasal 6.5 tetap berlaku dalam
pelambangan huruf gugus konsonan itu.
a) Huruf gugus konsonan di awal atau di tengah
fl- : flexible menjadi fl- : fleksibel
fr- : frequenci fr- : frekuensi
phl- : phlegmatic fl- : flegmatik
phr- : schizophrenia fr- : skizofrenia
b) Huruf gugus konsonan akhir
-ck : block menjadi -k : blok
-ct : contract -k : kontrak
-nt : gradient -n : gradien
3) Konsonan Hambat Letup (Stops, Plosives)
Konsonan hambat letup ialah konsonan yang terjadi dengan hambatan penuh
arus udara. Kemudian, hambatan itu dilepaskan secara tiba-tiba. Berdasarkan
tempat artikulasi, konsonan hambat letup dibedakan seperti berikut.
Konsonan hambat letup bilabial. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya bibir bawah dan artikulator pasifnya bibir atas. Bunyi yang
dihasilkan [ p, b ].
Konsonan hambat letup apiko-dental. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya ujung lidah dan artikulator pasifnya gigi atas. Bunyi yang
dihasilkan [ t, d ].
Konsonan hambat letup apiko-palatal. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya ujung lidah dan artikulator pasifnya langitlangit keras (langit-langit
atas). Bunyi yang dihasilkan [ t , d ]. [ t ] ditulis th sedangkan [ d ] ditulis
dh.
Konsonan hambat letup medio-palatal. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya tengah lidah dan artikulator pasifnya langitlangit keras. Bunyi
yang dihasilkan [ c, j ].
Konsonan hambat letup dorso-velar. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya pangkal lidah dan artikulator pasifnya langitlangit lunak (langit-
langit bawah). Bunyi yang dihasilkan [ k, g ].
Konsonan hamzah. Konsonan ini terjadi dengan menekan rapat yang
satu terhadap yang lain pada seluruh pita suara, langit-langit lunak
beserta anak tekak di tekan ke atas sehingga arus udara terhambat
beberapa saat. Bunyi yang dihasilkan [ ? ].
4) Konsonan Nasal (Sengau)
Konsonan nasal (sengau) ialah konsonan yang dibentuk dengan menghambat
rapat (menutup) jalan udara dari paru-paru melalui rongga hidung. Bersama
dengan itu langit-langit lunak beserta anak tekaknya diturunkan sehingga udara
keluar melalui rongga hidung. Berdasarkan tempat artikulasinya, konsonan nasal
dibedakan sebagai berikut.
Konsonan nasal bilabial. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya bibir
bawah dan artikulator pasifnya bibir atas. Nasal yang dihasilkan [ m ].
Konsonan nasal medio-palatal. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya tengah lidah dan artikulator pasifnya langit-langit keras. Nasal
yang dihasilkan ialah [ ñ ].
Konsonan nasal apiko-alveolar. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya ujung lidah dan artikulator pasifnya gusi. Nasal yang dihasilkan
ialah [ n ].
Konsonan nasal dorso-velar. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya
pangkal lidah dan artikulator pasifnya langit-langit lunak. Nasal yang
diberikan [ h ].
5) Konsonan Paduan ( i tes)
Konsonan paduan adalah konsonan hambat jenis khusus. Tempat artikulasinya
ialah ujung lidah dan gusi belakang. Bunyi yang dihasilkan [ts , d5]. Bunyi [ ts ]
ditulis ch sedangkan bunyi [d5] ditulis dg.
6) Konsonan Sampingan ( te ls)
Konsonan sampingan dibentuk dengan menutup arus udara di tengah rongga
mulut sehingga udara keluar melalui kedua samping atau sebuah samping saja.
Tempat artikulasinya ujung lidah dengan gusi. Bunyi yang dihasilkan [ I ].
7) Konsonan Geseran atau Frikatif
Konsonan geseran atau frikatif adalah konsonan yang dibentuk dengan
menyempitkan jalan arus udara yang diembuskan dari paruparu, sehingga jalan
udara terhalang dan keluar dengan bergeser. Menurut artikulasinya, konsonan
geseran dibedakan sebagai berikut.
o Konsonan geseran labio-dental. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya bibir bawah dan artikulator pasifnya gigi atas. Bunyi yang
dihasilkan [ f , v ].
o Konsonan geseran lamino-alveolar. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya daun lidah (lidah bagian samping) dan ujung lidah sedangkan
artikulator pasifnya gusi. Bunyi yang dihasilkan [ s , z ].
o Konsonan geseran dorso-velar. Konsonan ini terjadi jika artikulator
aktifnya pangkal lidah dan artikulator pasifnya langit-langit lunak. Bunyi
yang dihasilkan [ x ].
o Konsonan geseran laringal. Konsonan ini terjadi jika artikulatornya
sepasang pita suara dan glotis dalam keadaan terbuka. Bunyi yang
dihasilkan [ h ].
8) Konsonan Getar ( ills, i ts)
Konsonan getar ialah konsonan yang dibentuk dengan menghambat jalan arus
udara yang diembuskan dari paru-paru secara berulang-ulang dan cepat.
Menurut tempat artikulasinya konsonan getar dinamai konsonan getar apiko-
alveolar. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktif yang menyebabkan proses
menggetar adalah ujung lidah dan artikulator pasifnya gusi. Bunyi yang
dihasilkan [ r ].
c) Semivokal
Bunyi semivokal termasuk konsonan. Hubungan antarpenghambat dalam
mengucapkan semivokal adalah renggang terbentang atau renggang lebar.
Berdasarkan hambatannya, ada dua jenis semivokal sebagai berikut.
Semivokal bilabial, semivokal ini terjadi jika artikulator aktifnya bibir
bawah dan artikulator pasif adalah bibir atas. Bunyi yang dihasilkan
adalah bunyi [ w ].
Semivokal medio-palatal, semivokal ini terjadi jika artikulator aktifnya
tengah lidah dan artikulator pasifnya langit-langit keras. Bunyi yang
dihasilkan [ y ]
2. Kata
a. Bentuk Kata
A. Kata Asal
1. Kata Asli
Kata yg berkembang dr perbendaharaan asli suatu bahasa dan bukan kata
pinjaman; (linguistik)
2. Kata Dasar
a) Pola Kanonik I
K-V-K-V maksudnya tata susun bunyi yang membentuk suatu kata dasar
terdiri dari konsonan, vocal, konsonan, vocal. Misalnya, padi, lari, paku,
tiga, dada, dll
b) Pola Kanonik II
K-V-K-V-K sama seperti kanonik I cuma polanya ditambah konsonan
diakhir. Misalnya, rumah, tanah, nanah, batang, sayap, dll
Kata dasar dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1) Kata Verbal
Yang dimaksud dengan kata verbal ialah kata yang pada tataran klausa
cenderung menduduki fungsi P (predikat) dan pada tataran frase dapat
dinegatifkan oleh kata tidak. Contoh kata berdiri pada tataran klausa Ahmad
berdiri (Ahmad sebagai S dan berdiri sebagai P), pada tataran frase dapat
dinegatifkan oleh kata tidak pada tidak berdiri.
Berdasarkan kemungkinannya diikuti frase dengan sangat ….yang berfungsi
sebagai keterangan cara kata verbal dapat digolongkan menjadi dua golongan
yaitu: (1) kata kerja, dan (2) kata sifat. Kata kerja ialah kata verbal yang dapat
diikuti grase dengan sangat … sebagai keterangan cara. Contohya kata menoleh
dapat diperluas menjadi menolen dengan sangat hati-hati, membaca menjadi
membaca dengan sangat tenang. Sedangkan kata sifat ialah kata yang tidak
dapat diikuti oleh frase dengan sangat …sebagai keterangan cara. Misalnya
gugup, berhati-hati tidak bisa menjadi gugup dengan sangat tiba-tiba atau
berhati-hati dengan sungguh-sungguh. Ditinjau dari kemungkinannya diikuti O
(obyek), kata kerja dapat dibedakan menhadi dua yaitu: (1) kata kerja transitif
ialah kata kerja yang dapat diikuti obyek dan dapat dipasifkan, (2) kata kerja
intransitif ialah kata kerja yang tidak dapat diikuti O, dan sudah barang tentu kata
kerja intransitif yang dapat diikuti pelaku.
2) Kata Nominal
Kata-kata yang dapat menduduki fungsi S, P, O dalam klausa, dan dalam tataran
frase tidak dapat dinegatifkan oleh kata tidak, melainkan oleh kata bukan dapat
diikuti oleh kata itu, dan dapat mengikuti kata di atau pada sebagai aksisinya.
Yang termasuk golongan kata nominal ialah kata benda dan kata ganti ialah kata
nominal yang tidak menggantikan kata lain, sedangkan kata ganti ialah kata
nominal yang menggantikan kata lain. Kata ganti dapat dibedakan lagi
berdasarkan kata yang digantikannya yaitu kata ganti: (1) diri ialah kata ganti
yang menggantikan nama, baik yang bernyawa maupun tidak bernyawa, yang
dapat dibedakan lagi menjadi kata ganti diri: (a) pertama, misalnya: aku, saya,
kami; (b) kedua, misalnya: engkau, kamu, kamu sekalian, anda; dan (c) ketiga,
misalnya: ia, dia, beliau, mereka; (2) penunjuk ialah kata ganti yang dapat
menggantikan nama, keadaan, dan suatu peristiwa atau perbuatan yaitu ini dan
itu; tempat yaitu kata ganti yang menggantikan nama tempat, yaitu kata: sana,
situ, dan sini.
3) Kata Adjektiva
Adjektiva adalah suatu kata yang sering muncul dalam bahasa tulis. Adjektiva
memberikan informasi sifat terhadap nominal dan verbal yang umumnya
mendahuluinya dalam suatu frase atau kalimat. Dalam kalimat Dia adalah gadis
yang cantik misalnya adjektiva cantik bila diteliti lebih lanjut memiliki relativitas
makna.
B. Kata Jadian
1. Kata Ulang
Kata Ulang adalah kata yang mengalami perulangan kata sebagian atau
seluruhnya dan mengakibatkan makna yang berbada-beda.
Kata ulang dapat dibahas dengan meninjaunya dari segi bentuk dan dari segi
makna atau fungsi perulangan kata.
a. Bentuk Kata Ulang
Menurut bentuknya, kata ulang dapat dibagi sebagai berikut.
1) Kata Ulang Penuh atau Kata Ulang Murni
Yaitu semua kata ulang yang dihasilkan oleh perulangan unsur-unsurnya secara
penuh. Misalnya: rumah-rumah, sakit-sakit.
2) Kata Ulang Berimbuhan atau Kata Ulang Bersambungan
Yaitu semua kata ulang yang salah satu unsurnya berimbuan: awalan, sisipan,
atau akhiran. Misalnya: berjalan-jalan, turun-temurun, tanam-tanaman.
3) Kata Ulang Berubah Bunyi
Yaitu kata ulang yang mengalami perubahan bunyi pada unsur pertama atau
unsur kedua kata ulang. Misalnya: bolak-balik, serba-serbi.
4) Kata Ulang Semu
Yaitu kata yang hanya dijumpai dalam bentuk ulang itu. Jika tidak diulang,
komponennya tidak memunyai makna atau bisa juga memunyai makna lain yang
tidak ada hubungannya dengan kata ulang tersebut. Misalnya: hati-hati, tiba-tiba,
kunang-kunang, pura-pura, lumba-lumba, dll.
5) Kata Ulang Dwipurwa
Yang berarti “dahulu dua” atau kata ulang yang berasal dari komponen yang
semula diulang kemudian berubah menjadi sepatah kata dengan bentuk seperti
itu. Dengan kata lain Kata ulang dwipurwa yakni perulangan kata yang dialami
oleh sebagian dari kata dasar. Misalnya: lelaki, tetua,pepohonan,tetangga.
b. Makna dan Fungsi Kata Ulang
1) Perulangan kata benda
Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata
benda.
Menyatakan benda itu bermacam-macam. Misalnya: buah-buahan, sayur-
sayuran.
Menyatakan benda yang menyerupai bentuk dasar itu. Misalnya: anak-
anakan, orang-orangan.
2) Perulangan kata kerja
Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata kerja.
- Menyatakan bahwa pekerjaan itu dilakukan berulang-ulang atau
beberapa kali. Misalnya: meloncat-loncat, menyebut-nyebut.
- Menyatakan aspek duratif, yaitu proses pekerjaan, pembuatan, atau
keadaan yang berlangsung lama. Misalnya: berenang-renang, duduk-
duduk.
- Menyatakan bermacam-macam pekerjaan. Misalnya: cetak-mencetak,
karang-mengarang.
- Menyatakan pekerjaan yang dilakukan oleh dua belah pikak atau
berbalasan.
Misalnya: tembak-menembak, tuduh-menuduh
c. Perulangan kata sifat
Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata sifat.
Menyatakan makna lebih (intensitas). Misalnya: Berjalan cepat-cepat!
Kerjakan baik-baik!
Menyatakan makna sampai atau pernah. Misalnya: Tak sembuh-sembuh
sakitnya walaupun ia sudah berobat ke luar negeri (tak pernah sembuh).
Habis-habisan ia berbelanja (sampai habis).
Digabungkan dengan awalan se- dan akhiran -nya mengandung makna
superlatif (paling). Misalnya: Kerjakan sebaik-baiknya agar hasilnya
memuaskan. Terbangkan layang-layangmu setinggi-tingginya.
Berlawanan dengan makna nomor satu atau melemahkan arti kata sifat
itu.
Misalnya: Badanku sakit-sakit saja rasanya. (sakit di sana-sini, tapi tidak
terlalu sakit) Kalau kepalamu pening-pening, bawalah tidur. (agak pening;
pening sedikit)
Bentuk yang seolah-olah sudah mejadi ungkapan dalam bahasa
Indonesia, makna perulangannya kurang jelas. Misalnya: Jangan
menakut-nakuti anak-anak karena akan memengaruhi jiwanya kelak.
d. Perulangan kata bilangan
Perulangan kata satu menjadi satu-satu memberi makna “satu demi satu”.
Misalnya: Peserta ujian masuk ruangan itu satu-satu.
Perulangan kata satu dengan tambahan akhiran -nya memberi makna
“hanya satu itu”. Misalnya: Ini anak saya satu-satunya.
Perulangan kata dua-dua, tiga-tiga, dst. memberi pengertian “sekaligus
dua, tiga, dst.” Misalnya: Jangan masuk dua-dua karena pintu itu tidak
lebar.
Bentuk perulangan berpuluh-puluh, beratus-ratus, beribu-ribu, dst.
menyatakan makna “kelipatan sepuluh, seratus, seribu, dst..
0Misalnya: Beribu-ribu orang yang mati dalam peperangan itu.
Bentuk perulangan kata bilangan dengan awalan ber-, saat ini sering
diganti dengan bentukan dengan akhiran -an. Misalnya: berpuluh-puluh
menjadi puluhan
2. Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan adalah kata yang telah mengalami proses pengimbuhan.
Imbuhan (afiks) adalah morfem terikat yang digunakan dalam bentuk dasar untuk
membentuk suatu kata. Hasil dari proses pengimbuhan ini yang disebut kata
berimbuhan.
BENTUK-BENTUK IMBUHAN
· Awalan (Prefiks)
Contoh: me(N)- ; ber- ; di- ; ter- ; pe(N)- ; per- ; se- ; ke-
· Sisipan (Infiks)
Contoh: -el- ; -em- ; -er- ; -in-
· Akhiran (Sufiks)
Contoh: -kan ; -an ; -i ; -nya
· Konfiks
- Imbuhan yang berupa awalan dan akhiran yang digunakan sekaligus.
Contoh: ke-an ; per-an ; pe(N)-an ; me(N)-kan ; ber-an ; se-nya
Di samping itu, dikenal pula imbuhan yang diserap dari bahasa asing, yaitu: -i ; -
man ; -wan ; -wati ; -iyah ; - is ; -sasi ; -isme
FUNGSI IMBUHAN
Pemakaian imbuhan dapat mengubah kelas kata. Kata benda misalnya, setelah
diberi imbuhan bisa menjadi kata kerja, kata sifat, atau kata lainnya.
Contoh:
- batu (benda) -> membatu (sifat)
- indah (sifat) -> seindah-indahnya (keterangan)
- mandi (kerja) -> pemandian (benda)
Fungsi imbuhan:
· Membentuk kata benda
pe(N)- ; ke- ; -isme ; -wan ; -wati ; -sasi ; -tas ; per-an ; ke-an ; pe(N)-an ; pe- ;
pe-an ; -an ; per-
Contoh: penyapu, pelaut, pertapa, ketua, nasionalisme, wartawan, organisasi,
fakultas, perairan, lautan, kelautan, dll.
· Membentuk kata kerja
me(N)- ; ber- ; per- ; ter- ; di- ; -kan ; -i ; me(N)-kan ; me(N)-i ; ber-an ; ter-kan ;
di-kan ; di-i
Contoh: melaut, berlayar, perbudak, terlihat, diminum, bawakan, lempari,
mengertingkan, menaiki, bertebaran, termanfaatkan, dilayari, dll.
· Membentuk kata sifat
-i ; -wi ; -iyah ; -is
Contoh: insani, duniawi, alamiah, humoris, dll.
· Membentuk kata keterangan
se-nya ; -nya ; -an
Contoh: sepertinya, habis-habisan, seindah-indahnya, dll.
· Membentuk kata bilangan
se- ; ke-
Contoh: sebelas, seratus, kedua, kelima, dll.
PENGGUNAAN IMBUHAN
Awalan me(N)-
Pemakaian imbuhan ini bervariasi: mem- ; men- ; meny- ; meng- ; menge-
Contoh: melapor, menyanyi, menghibur, mengecat, mencari, menangis,
menyapu, dll.
Perubahan bentuk me(N)- dipengaruhi oleh fonem awal dari setiap kata dasar
yang diikutinya.
VARIASI me(N)- FONEM AWAL CONTOH
mem- /b/
/f/
/p/
/v/
Membaca
memfitnah
memukul
memvonis
men- /c/
/d/
/j/
/t/
Mencoret
mendorong
menjual
menulis
meny- /s/ Menyapu
meng- /a/
/e/
/i/
/o/
/u/
/g/
/h/
/k/
mengambil
mengembun
mengisap
mengoles
mengubah
menggunting
menghafal
mengubur
menge- kata dasar yang dibetuk
oleh satu suku kata
mengecat
mengebom
me- /l/
/m/
/n/
/r/
/w/
melambai
memuai
menilai
merusak
mewarnai
Dari contoh di atas, ada yang fonem awalnya luluh dan ada yang tidak. Fonem
awal suatu kata akan luluh bila diberi imbuhan me(N)- dan fonem awalnya
berupa /k/ /t/ /s/ /p/.
Contoh:
· me + kejar -> mengejar
· me + sapu -> menyapu
· me + tulis -> menulis
· me + pukul -> memukul
Makna awalan me(N)-:
· Melakukan perbuatan atau tindakan
Contoh: mengambil, mengejar, menulis, dll.
· Melakukan perbuatan dengan alat
Contoh: menyapu, menggunting, mencangkul, dll.
· Menjadi atau dalam keadaan
Contoh: mengeras, mencair, membesar, dll.
· Membuat kesan
Contoh: mengalah, membisu, mematung, dll.
· Menuju ke
Contoh: melaut, menepi, mendarat, dll.
· Mencari
Contoh: merumput, merotan, mendamar, dll.
Awalan ber-
Pemakaian awalan ber- memiliki kaidah sebagai berikut:
· Apabila kata dasar berhuruf awalan /r/ dan beberapa kata dasar yang suku
kata pertamanya berakhir huruf /er/, bentuk awalan berubah menjadi be-
Contoh:
· ber + rambut -> berambut
· ber + kerja -> bekerja
· Apabila bertemu kata dasar ajar, berubah menjadi bel- (belajar).
· Apabila diikuti kata dasar selain yang disebutkan di atas, ber- tetap tanpa
perubahan.
Contoh:
· ber + balik -> berbalik
· ber + tebar -> bertebar
Makna awalan ber-:
· Memunyai
Contoh: berkumis, berambut, berbulu, dll.
· Memakai, menggunakan, atau mengendarai
Contoh: berkuda, berkacamata, bermotor, dll.
· Mengeluarkan
Contoh: beranak, bertelur, berkata, berkeringat, bernapas, dll.
· Menyatakan sikap mental
Contoh: berbahagia, bersedih, berhati-hati, bersuka cita, dll.
· Dalam jumlah
Contoh: berdua, bertiga, berempat, dll.
Awalan di-
Bermakna suatu perbuatan yang pasif. Sebagai kebalikan dari awalan me(N)-
yang bermakna aktif.
Contoh:
· di + baca -> dibaca
· di + tulis -> ditulis
· di + sapu -> disapu
· di + kawal -> dikawal
Awalan ter-
Hampir sama dengan awalan di- yang berfungsi membentuk kata kerja pasif.
Contoh: terbakar, tertendang, terbalik, dll.
Di samping itu, imbuhan ter- ada yang termasuk golongan kata sifat.
Contoh: tertinggi, terendah, terpandai, tercantik, dll.
Awalan ter- memiliki dua variasi bentuk, yaitu ter- dan te. Variasi te- terjadi
padakata dasar berawalan fonem /r/.
Contoh:
· ter + rajin -> terajin
· ter + ramah -> teramah
· ter + rakus -> terakus
Makna awalan ter-:
· Sudah di- atau dapat di-
Contoh: terbuka, tertutup, terkunci, dll.
· Ketidaksengajaan
Contoh: terinjak, terbakar, tertendang, dll.
· Tiba-tiba
Contoh: terkejut, teringat, terjatuh, dll.
· Dapat atau kemungkinan
Contoh: ternilai, terbagus, terbakar, dll.
· Paling (superlatif)
Contoh: terajin, terendah, tercantik, dll.
Awalan pe(N)-
Pemakaian awalan ini hampir sama variasinya yang berlaku pada awalan me(N)-
yang telah dibicarakan sebelumnya.
VARIASI pe(N)- FONEM AWAL CONTOH
pem- /b/
/f/
/p/
Pembaca
pemfitnah
pemukul
/v/ pemvonis
pen- /c/
/d/
/j/
/t/
/z/
pencoret
pendorong
penjual
penulis
penzikir
peny- /s/ Penyapu
peng- /a/
/e/
/i/
/o/
/u/
/g/
/h/
/k/
Pengambil
pengembun
pengisap
pengoles
pengubah
penggunting
pengharum
pengubur
penge- kata dasar yang dibetuk
oleh satu suku kata
Pengecat
pengebom
pe- /l/
/m/
/n/
/r/
/w/
pelambai
pemuai
penilai
perusak
pewarna
Makna awalan pe(N)-:
· Menyatakan yang melakukan perbuatan.
Contoh: pembunuh, penyapu, pengebom, dll.
· Menyatakan pekerjaan.
Contoh: pedagang, penjual, peternak, petani, dll.
· Menyatakan alat.
Contoh: pemotong, penghapus, penggaris, dll.
· Menyatakan memiliki sifat.
Contoh: pemalas, pemarah, pemaaf, pemberi, dll.
· Menyatakan penyebab.
Contoh: pengeras, pencari, pendingin, pemanas, dll.
Awalan per-
Umumnya tidak dapat digunakan secara mandiri. Pemakaian awalan ini
membutuhkan imbuhan lain, seperti –kan, dan –an.
Contoh:
· per-kan + timbang -> pertimbangkan
· per-an + usaha -> perusahaan
Secara umum, awalan per- bermakna kausatif (membuat jadi).
Contoh: perbesar, perkecil
Awalan se-
Makna awalan se-:
· Menyatakan satu
Contoh: seekor, selembar, setangkai, dll.
· Menyatakan seluruh
Contoh: sekecamatan, sekabupaten, dll.
· Menyatakan sama
Contoh: sesama, setingkat, sedarah, dll.
· Menyatakan setelah
Contoh: sesudah, sepulang, sekembalinya, dll.
Awalan ke-
Makna awalan ke-:
· Menyatakan kumpulan yang terdiri dari jumlah
Contoh: kesebelasan
· Menyatakan urutan
Contoh: kedua
Akhiran –kan dan –i
Sama-sama berfungsi membentuk pokok kata.
Contoh: bacakan, belikan, ajari, hindari
Kata-kata tersebut dikatakan sebagai pokok kata, bukan kata mandiri karena
masih memrlukan imbuhan lain untuk melengkapinya. Kata-kata berimbuhan –
kan dan –i belum bisa digunakan sebagai kata yang mandiri. Kata-kata seperti
contoh di atas tidak boleh dipakai dalam kalimat normal. Kita tak mungkin
menggunakan kalimat:
· Saya bacakan buku Bahasa Indonesia. (?)
· Dia ajari saya membacakan puisi. (?)
Hanya dengan kalimat perintah yang bisa digunakan.
Contoh:
· Coba kamu bacakan buku ini!
· Tolong ajari dia membaca puisi!
Dengan tambahan awalan me(N)- ; di- ; ter- pokok kata itu dapat membentuk
sebuah kata.
Makna akhiran –kan:
· Menyatakan perbuatan untuk orang lain.
Contoh: membacakan, membawakan, dll.
· Membuat jadi.
Contoh: memanjangkan, mematahkan, dll.
· Tidak sengaja.
Contoh: termanfaatkan, dll.
· Pengantar objek sebagai kata depan.
Contoh: dibuatkan minuman, memasakkan makanan, dll.
Makna akhiran –i:
· Menyatakan perbuatan yang berulang-ulang.
Contoh: memukuli, mencomoti, dll.
· Memberi, membumbui.
Contoh: menandatangani, membumbui, dll.
· Menghilangkan.
Contoh: menguliti, membului, dll.
Akhiran –an
Makna akhiran –an:
· Menyatakan tempat.
Contoh: pangkalan, kubangan, dll.
· Menyatakan alat.
Contoh: ayunan, perosotan, timbangan, dll.
· Menyatakan hal atau cara.
Contoh: didikan, pimpinan, dll.
· Menyatakan akibat, hasil perbuatan.
Contoh: pembunuhan, hukuman, balasan, dll.
· Menyatakan sesuatu yang di.
Contoh: tulisan, catatan, suruhan, dll.
· Menyatakan kumpulan, seluruh.
Contoh: daratan, perairan, kepulauan, sayuran, dll.
· Menyatakan menyerupai.
Contoh: mobil-mobilan, rumah-rumahan, dll.
· Menyatakan tiap-tiap.
Contoh: harian, mingguan, bulanan, tahunan, dll.
· Menyatakan memunyai sifat.
Contoh: asinan, kuningan, dll.
Akhiran –man, –wan, dan –wati
Merupakan contoh imbuhan serapan dari bahasa asing, ketiganya berasal dari
Bahasa Sansekerta. Berfungsi membentuk kata benda.
Makna ketiga imbuhan ini:
· Menyatakan orang yang ahli.
Contoh: ilmuwan, negarawan, dll.
· Menyatakan orang yang memiliki pekerjaan.
Contoh: usahawati, karyawan, wartawan, dll.
· Menyatakan orang yang memiliki sifat.
Contoh: budiman, rupawan, darmawan, dll.
Akhiran –i, –wi, –is, dan –iyah
Keempat bentuk ahiran ini hasil serapan. Akhiran –i berasal dari Bahasa Inggris,
sedangkan –iyah, –is, dan –wi berasal dari Bahasa Arab. Berfungsi membentuk
kata sifat. Makna yang dikandungnya pun menyatakan memiliki sifat.
Contoh: alami, manusiawi, alamiah, anarkis, agamis, insani, humoris, dll.
Akhiran –isme, dan –isasi
Merupakan imbuhan serapan. Mulanya pemakaian imbuhan ini sangat terbatas
pada kata-kata tertentu, seperti liberalisme dan wasterisasi.
Pemakaiannya tidak hanya pada kata dasar dari Bahasa Inggris atau Belanda.
Kata-kata Indonesia asli pun banyak memakai imbuhan ini, seperti bapakisme,
Indonesialisasi.
Makna akhiran –isme, dan –isasi:
· Bermakna paham atau ajaran.
Contoh: komunisme, liberalisme, animisme, dll.
· Bermakna proses atau menjadikan sesuatu.
Contoh: labelisasi, globalisasi, swastanisasi, dll.
Konfiks me(N)-kan
Memiliki beberapa variasi, yakni: me-kan, men-kan, meng-kan, mem-kan, meny-
kan, dan menge-kan. Variasi-variasi di atas ditentukan dengan fonem kata awal
yang mengikutinya.
Makna konfiks me(N)-kan:
· Melakukan pekerjaan untuk orang lain.
Contoh: Adik memesankan ibu baju baru.
· Menyebabkan atau membuat jadi.
Contoh: Ledakan itu sanggup memecahkan kaca jendela.
· Melakukan perbuatan.
Contoh: Petugas menyemprotkan air pada bangunan itu.
· Mengarahkan.
Contoh: Pemilik toko itu meminggirkan barang dagangannya ke tempat aman.
· Memasukkan.
Contoh: Polisi memenjarakan maling itu.
Konfiks ber-an
Makna konfiks ber-an:
· Jumlah pelakunya banyak.
Contoh: bersamaan, berdatangan, berjatuhan, dll.
· Perbuatan yang diulang-ulang.
Contoh: bergulingan, berlompatan, dll.
· Hubungan antara dua pihak.
Contoh: berpelukan, berpasangan, bergandengan, bersalaman, dll.
· Timbal balik (respirok).
Contoh: bersahutan, berbalasan, bersalaman, dll.
Konfiks pe-an
Makna konfiks pe-an:
· Menyatakan hal yang berhubungan dengan.
Contoh: penanaman, pendidikan, dll.
· Menyatakan proses atau perbuatan.
Contoh: pemberontakan, pendaftaran, dll.
· Menyatakan hasil.
Contoh: pengakuan, penyamaran, dll.
· Menyatakan alat.
Contoh: perabaan, penciuman, dll.
· Menyatakan tempat.
Contoh: penampungan, pemandian, dll.
Konfiks per-an
Makna konfiks per-an:
· Menyatakan tempat.
Contoh: perhentian, percetakan, dll.
· Menyatakan daerah.
Contoh: perkebunan, pertanian, perkotaan, dll.
· Menyatakan hasil perbuatan.
Contoh: pernyataan, pertahanan, dll.
· Menyatakan perihal.
Contoh: perbukuan, peristilahan, dll.
· Menyatakan berbagai-bagai, banyak.
Contoh: peralatan, perlengkapan, persyaratan, dll.
Konfiks ke-an
Imbuhan ini memiliki dua fungsi, yaitu: membentuk kata benda (kebenaran,
keikhlasan), dan membentuk kata kerja (kecurian, kehilangan).
Makna konfiks ke-an:
· Menyatakan sesuatu hal atau peristiwa yang terjadi.
Contoh: keserakahan, kebenaran, kemarahan, kekerasan, dll.
· Menyatakan tempat atau daerah.Contoh: kecamatan, kelurahan, dll.
· Menyatakan menderita sesuatu hal atau kena.
Contoh: kehujanan, kecolongan, kehilangan, dll.
· Menyatakan suatu perbuatan yang tidak sengaja.
Contoh: kelupaan, ketiduran, keguguran, dll.
· Menyatakan terlalu.
Contoh: kekecilan, kegemukan, kemahalan, dll.
· Menyatakan menyerupai.
Contoh: keibuan, kekuningan, kecoklatan, dll.
Konfiks se-nya
Umumnya berkombinasi dengan kata ulang. Berfungsi membentuk kata
keterangan.
Contoh:
· se-nya + putih -> seputih-putihnya
· se-nya + pendek -> sependek-pendeknya
Konfiks se-nya umumnya menyatakan superlatif atau tingkat yang paling tinggi
yang dapat dicapai.
Contoh:
· seputih-putihnya (seputih mungkin)
· sependek-pendeknya (sependek mungkin)
4) Kata Majemuk
Gabungan beberapa kata dasar yang berbeda membentuk suatu arti baru
Contoh : rumah baru, rumah sakit, rumah makan
b. Jenis Kata
Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar, kata
turunan, kata ulang, dan kata majemuk. Kata dasar adalah kata yang merupakan
dasar pembentukan kata turunan atau kata berimbuhan. Perubahan pada kata
turunan disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan baik di awal (prefiks atau
awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (sufiks atau akhiran) kata.
Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami perulangan
baik seluruh maupun sebagian sedangkan kata majemuk adalah gabungan
beberapa kata dasar yang berbeda membentuk suatu arti baru.
1) Kata Benda
Kata benda adalah nama dari semua benda dan segala yang dibendakan.
Menurut wujudnya, kata benda dibedakan menjadi dua, yaitu :
a) Kata benda konkrit
Kata benda konkrit ialah kata benda yang wujud bendanya nampak kelihatan
dengan jelas and dapat ditangkap oleh pancaindera. Contoh : buku, kertas,
rumah, dan sebagainya.
b) Kata benda abstrak
Kata benda abstrak ialah kata benda yang wujud bendanya tidak nampak
kelihatan dan tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, namun keberadaannya
ada. Contoh : ide, udara, ilmu, dan sebagainya.
Ciri-ciri kata benda :
o Kata tersebut terbentuk dari imbuhan : ke-, pe-, ke-an, pe-an, per-an, -an
dan –nya.
o Kata-kata tersebut dapat diperluas dengan menambahkan kata yang +
kata sifat.
2) Kata Kerja
Kata kerja adalah kata yang menyatakan perbuatan atau laku. Kata kerja juga
disebut verba. Kata kerja dibedakan menjadi dua, yaitu :
Kata kerja transitif adalah kata kerja yang selalu diikuti objek. Contoh:
membeli, menabrak, menangkap, dan sebagainya.
Kata kerja intransitif adalah kata kerja yang tidak diikuti secara langsung
oleh objek. Contoh: menyanyi, menari, berubah, dan sebagainya.
Ciri-ciri kata kerja:
Kata tersebut terbentuk dari imbuhan me-, di-, ber-, ter-, me-kan,
di-kan, ber-an, memper-kan, diper-kan, dan memper-i.
Kata tersebut dapat didahului kata telah, sedang, akan, hampir,
dan segera.
Kata tersebut dapat diperluas dengan cara menambahkan dengan
+ kata sifat. Contoh : menghitung dengan teliti, lari dengan cepat,
dan sebagainya.
3) Kata Sifat
Kata sifat adalah kata yang menyatakan sifat atau hal keadaan dari suatu benda
atau sesuatu yang dibendakan. Kata ini disebut pula adjectiva. Menurut
bentuknya, kata sifat dibedakan menjadi :
Kata sifat yang terbentuk dari kata dasar. Contoh : kuat, lemah, jauh, dan
sebagainya.
Kata sifat yang terbentuk dari kata jadian. Contoh : terindah, mengecil,
terbaru, dan sebagainya.
Kata sifat yang terbentuk dari kata ulang. Contoh : kekanak-kanakan,
pontang-panting, gelap-gulita dan sebagainya.
Kata sifat yang terbentuk dari kata serapan. Contoh : amoral, kreatif,
super, dan sebagainya.
Kata sifat yang terbentuk dari frase atau kelompok kata. Contoh : murah
hati, keras kepala, kepala batu, dan sebagainya
Ciri-ciri kata sifat:
Kata tersebut terbentuk dengan tambahan imbuhan ter- yang
mengandung arti paling.
Kata tersebut dapat diterangkan atau didahului dengan kata-kata lebih,
agak, paling, sangat, cukup.
Kata tersebut dapat diperluas dalam bentuk se + reduplikasi
(pengulangan kata) + nya. Contoh : secantik-cantiknya, setinggi-
tingginya, dan sebagainya.
4) Kata Ganti
Kata ganti adalah kata yang dipergunakan untuk menggantikan benda atau
sesuatu yang dibendakan. Kata ganti dibedakan menjadi :
a) Kata ganti orang
Ialah kata ganti yang digunakan untuk menggantikan nama orang atau nama
benda-benda lain. Kata ganti orang dibagi lagi menjadi :
Kata ganti orang pertama tunggal, yaitu : aku, saya, hamba, dan
sebagainya
Kata ganti orang pertama jamak, yaitu : kami, kita.
Kata ganti orang kedua tunggal, yaitu : kamu, dikau, kau, anda, dan
sebagainya.
Kata ganti orang kedua jamak, yaitu : kalian
Kata ganti orang ketiga tunggal, yaitu : ia, dia, beliau
Kata ganti orang ketiga jamak, yaitu : mereka
b) Kata ganti kepunyaan
Kata ganti kepunyaan ialah kata ganti yang digunakan untuk menyatakan
kepemilikan. Contoh : Baju saya, sepatu kamu, sepedaku, mobilnya, dan
sebagainya.
c) Kata ganti petunjuk
Kata ganti petunjuk ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjuk suatu
tempat atau benda. Contoh : ini, itu, sana, dan sebagainya.
d) Kata ganti penghubung
Kata ganti penghubungialah kata ganti yang dipakai untuk menghubungkan anak
kalimat dengan induk kalimat. Kata penghubung yang biasanya dipakai yaitu :
yang, tempat, waktu.
Contoh :
- Baju Rafi yang berwarna merah itu mahal harganya.
- Kantor Kabupaten tempat ayahku bekerja, dikunjungi oleh gubernur.
- Tadi pagi, waktu ayah pergi tergesa-gesa, hujan lebat sekali.
e) Kata ganti tanya
Kata ganti tanya ialah kata ganti yang digunakan untuk menanyakan tentang
benda, orang atau tentang suatu hal. Contoh : apa, mana, siapa.
f) Kata ganti tak tentu
Kata ganti tak tentu ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjukkan atau
menggantikan benda atau orang yang jumlahnya tak tentu. Contoh : masing-
masing, seseorang, sesuatu, para, dan sebagainya.
5) Kata Keterangan
Kata keterangan adalah semua kata yang menerangkan atau memberikan
keterangan terhadap selain kata benda. Dengan kata lain, kata ketereangan
adalah semua kata yang memberi keterangan pada kata kerja, kata sifat, kata
bilangan atau seluruh kalimat.
Kata keterangan dapat dibedakan menjadi banyak bagian, diantaranya yaitu :
Kata keterangan tempat ialah semua kata yang menjelaskan suatu
tempat lokasi, misalnya : disini, disitu, di rumah, dan sebagainya.
Kata keterangan waktu ialah semua kata yang menjelaskan
berlangsungnya sesuatu dalam waktu yang teretntu, misalnya : sekarang,
nanti, minggu depan, dan sebagainya.
Kata keterangan alat ialah kata yang menjelaskan dengan apa sesuatu itu
berlangsung. Contoh : dengan tongkat, dengan pisau, dengan membabi
buta, dan sebagainya.
Kata keterangan syarat ialah kata yang menerangkan terjadinya suatu
proses di bawah syarat-syarat tertentu, misalnya : jikalau, seandainya,
bila, dan sebagainya.
Kata keterangan sebab ialah kata yang memberi keterangan mengapa
sesuatu itu bisa berlangsung, misalnya : sebab, karena, oleh karena itu,
dan sebagainya.
6) Kata Bilangan
Kata bilangan adalah kata yang menyatakan jumlah kumpulan dan urutan atau
tingkatan suatu benda sesuatu yang dibendakan. Kata bilangan dapat dibedakan
menjadi beberapa bagian, yaitu :
Kata bilangan utama ialah kata bilangan yang menyatakan satuan jumlah
dalam angka. Contoh : satu, seratus, seribu, dan sebagainya.
Kata bilangan bertingkat ialah kata bilangan yang menunjukkan tingkatan
atau susunan jumlah sesuatu. Contoh : kesatu, kedua, keseribu, dan
sebagainya.
Kata bilangan tak tentu ialah kata bilangan yang menyatakan jumlah
satuan sesuatu yang tak tentu. Contoh : beberapa, sebagian,
segerombolan, dan sebagainya.
Kata bilangan bilangan ialah kata bilangan pelengkap yang menunjuk
pada satuan objeknya, yaitu : sehelai, secarik, sekuntung, sebutir,
seonggok, sebuah, sepiring, dan sebagainya.
Pemakaian Kata Bantu Bilangan
Kata bantu bilangan ini mempunyai pasangan kata tersendiri yang tidak dapat
ditukar dengan kata yang lain. Untuk lebih jelasnya, lihatlah daftar kata bantu
bilangan berikut ini.
KB
Bilangan
Pasang
an
KB
Bilangan
Pasang
an
KB
Bilangan
Pasang
an
KB
Bilangan
Pasang
an
Sebatangpohon,
kayuSecawan
Mangko
kSekeping logam
Serumpu
nbambu
Sebilahpisau,
kerisSeekor
kuda,
kambingSekerat tebu
Sesayat
dagingas
Seberkas cahaya Segagang sirihSekalinda
nbenang Sesisir pisang
Sebentuk CincinSegengga
mpasir Sekodi
jarit,
sarungSesuap nasi
Sebuahmangga,
jerukSegumpal darah
Semata
wayangJarum
Setangka
i
bunga,
daun,
dahan
Sebidang Tanah Segulung benang Seoranganak,
manusiaSeteguk air
Sebongka
h
Emas Segayung air Sepasang kekasih,
penganti
Setanda pisang
n n
Sebonggo
lbawang Segantang beras Sepatah Kata Setukal benang
Sebutir Telur Sehelairambut,
benangSepotong bambu Seulas limau
Sebulir Padi Seikat sayur Sepucuksurat,
senjataSeuntai kalung
Secangkir
kopi,
susu,
the
Sejengkal tanah Serawan gelang Seutas tali
Secarik Kertas Sekaki paung Serajut Jala as as
Secocok Sate Sekapur sirih Seruas Tebu as as
7) Kata Sambung
Kata sambung adalah kata yang berfungsi untuk menyambungkan bagian-bagian
dalam kalimat atau menggabungkan antara satu kalimat dengan kalimat yang
lain bahkan satu paragraf dengan paragraf yang lain.
Berdasarkan jenisnya,kata sambung dapat dibedakan menjadi beberapa bagian,
yaitu :
Kata sambung menyatakan gabungan, contoh : dan, lagi, serta
Kata sambung menyatakan pertentangan, contoh : tetapi, akan tetapi,
melainkan, tidak hanya, dan sebagainya.
Kata sambung menyatakan waktu, contoh : bila, selama, sesudah,
sehabis, dan sebagainya.
Kata sambung menyatakan tujuan, contoh : agar, supaya, biar, dan
sebagainya
Kata sambung menyatakan sebab, contoh : sebab, karena, sebab itu, dan
sebagainya
Kata sambung menyatakan akibat, contoh : hingga, sampai, dan
sebagainya.
Kata sambung menyatakan syarat, contoh : jika, apabila, andaikata, dan
sebagainya
Kata sambung menyatakan pilihan, contoh : atau, maupun
Kata sambung menyatakan perbandingan, contoh : ibarat, seperti, bak,
dan sebagainya
Kata sambung menyatakan tingkat, contoh : semakin, kian, dan
sebagainya
Kata sambung menyatakan penjelas, contoh : bahwa
Kata sambung menyatakan cara, contoh : sambil, sembari dan
sebagainya
Kata sambung menyatakan pengantar kalimat, contoh : alkisah, konon,
dan sebagainya
8) Kata Depan
Kata depan adalah kata yang berfungsi merangkaikan kata/kelompok kata satu
dengan kata/kelompok kata yang lain dalam suatu kalimat sekaligus menentukan
jenis hubungannya. Pada umumnya, kata depan berfungsi merangkaikan kata
benda atau kata yang dibendakan dengan jenis kata lain. Adapun cara penulisan
kata depan adalah harus dipisahkan dengan kata yang mengikutinya.
Berdasarkan fungsinya, kata depan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis,
yaitu :
Di, ke, dari, Ketiga kata depan ini digunakan untuk merangkaikan kata-
kata yang menyatakan tempat atau seuatu yang dianggap tempat, contoh
: di Jakarta, ke Surabaya, dari Bandung.
Pada, Kata depan ini digunakan untuk menyatakan orang, nama orang
atau nama binatang, nama waktu atau kiasan. Dipergunakan kata depan
pada untuk menggantikan kata depan di atau kata depan yang lain,
contoh : pada suatu hari, pada bapak, dan sebagainya.
Dengan, Kata depan ini digunakan untuk menyatakan alat atau cara.
Contoh : saya berjalan dengan cepat.
Untuk, kepada, buat, tentang, akan, kepada, Kata depan ini digunakan
sebagai pengantar objek tak langsung. Contoh : kami berdiskusi tentang
pelajaran.
9) Kata Sandang
Kata sandang sebenarnya tidak mempunyai arti, tetapi hanya mempunyai fungsi,
yaitu menjadikan sebuah kata itu sebagai kata benda. Contoh : Tuhan sang
Pencipta alam.
10) Kata Seru
Kata seru adalah kata yang sudah jelas menyatakan suatu maksud tertentu,
yaitu seruan yang terdapat dalam kalimat perintah. Kata seru yang paling sering
digunakan adalah partikel lah. Selain partikel lah, macam-macam kalimat seru
yang biasa digunakan dalam bahasa kita adalah ah, oi, hai, wah, cis, gih, aduh,
amboi, aduhai, masya Allah, dan sebagainya. Contoh :
- Hai, datanglah kemari!
- Pergilah ke sekolah!/
11) Kata Tanya
Kata Tanya adalah uraian kata tanya dimasukkan kata ganti tanya. Macam-
macam kata tanya :
Apa, Digunakan untuk menanyakan benda, hal dan binatang. Contoh :
Apa yang kau lakukan ?
Siapa, Digunakan untuk menanyakan orang. Contoh : Siapa nama
adikmu ?
Kapan, Digunakan untuk menanyakan waktu. Contoh : Kapan acara itu
dimulai ?
Berapa, Digunakan untuk menanyakan jumlah. Contoh : Berapa banyak
anakmu ?
Dimana, Digunakan untuk menanyakan tempat. Contoh : Dimana rumah
kakekmu ?
Bagaimana, Digunakan untuk menanyakan keadaan atau cara. Contoh :
Bagaimana kabar pamanmu ?
Mengapa, Digunakan untuk menanyakan alasan. Contoh : Mengapa
kamu tidak masuk sekolah kemarin ?
12) Kata Tugas
Adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan peranannya dapat
dibagi menjadi lima subkelompok:
o preposisi (kata depan) (contoh: dari),
o konjungsi (kata sambung) - Konjungsi berkoordinasi (dan),
Konjungsi subordinat (karena),
o artikula (kata sandang) (contoh: sang, si) - Umum dalam bahasa
Eropa (misalnya the),
o interjeksi (kata seru) (contoh: wow, wah), dan
o partikel.
3. Kelompok Kata
a. Klausa
Klausa ialah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, sekurang-kurangnya
terdiri atas subjek dan predikat dan sering kali mengikutsertakan objek,
pelengkap, dan keterangan. Posisi objek, pelengkap, ataupun keterangan disini
bersifat manasuka.
Contoh:
Saat negara-negara lain sudah menjadi negara berkembang, Negara kita baru
melakukan proses menuju negara berkembang.
Kalimat diatas terdiri dari beberapa klausa, yaitu:
Saat negara-negara lain menjadi (S-P);
negara berkembang (O-Pel);
negara kita baru melakukan (S-P);
proses menuju negara berkembang (P-O).
Dalam kalimat tertentu klausa terdiri dari 2 bagian, yaitu : klausa induk dan
klausa subordinatif (anak kalimat).
Contoh:
Dia menulis surat ketika kedua orangtuanya sudah pergi.
Keterangan:
Dia menulis surat (klausa induk)
ketika kedua orangtuanya sudah pergi. (klausa anak)
Penggabungan kedua klausa ini menjadi proses terbentuknya sebuah kalimat.
Bergabungnya kedua klausa ini menandakan masuknya konjungsi atau kata
sambung “ketika”. Sedangkan untuk konjungsi atau kata sambung sendiri terdiri
atas 4 bagian, yaitu :
Konjungsi Kordinatif (serta, dan, atau, tetapi)
Contoh:
Kami membaca dan dia menulis surat.
Rika pergi sekolah tetapi adiknya tinggal dirumah.
Dia memiliki paras yang cantik serta hati yang baik.
Ami pergi ke pasar atau ke toko buku.
Konjungsi Korelatif (baik, maupun, tidak hanya, tetapi juga)
Contoh:
Keseriusannya dalam belajar tidak hanya menjadikannya sebagai juara
kelas tapi juga memberikannya peluang unuk mendapatkan beasiswa.
Konjungsi Subordinatif (sejak, karena, setelah, seperti, agar, dengan)
Contoh:
Dia menjadi pramugari sejak tahun 1990.
Sani menyelesaikan pekerjaan rumah sampai larut malam, karena tugas
rumah Sani sangat banyak.
Dia sembuh dari sakit setelah minum obat yang diberikan oleh dokter.
Kedua bersaudara itu menegndarai sepeda motor seperti seorang
pembalap profesional.
Kami terus berlatih angkat beban agar saat kejuaraan angkat beban kami
menjadi juara.
Andi melihat kepergian orangtuanya dengan meneteskan airmata.
konjungsi Antarkalimat (meskipun, demikian, begitu, kemudian, oleh
karena itu, bahkan, lagi pula)
Contoh:
Kami tidak akan mengikuti kemauannya meskipun dia memberi kami
uang.::
Saykvn;owvnwobv[owbv[owubv[owub[vowbv['owbv[owbvwb'WW'VWNFO
WNWF
Dia tidak bisa berbicara (klausa)
tidak bisa berbicara (frasa)
karena (konjungsi)
lidahnya pendek. (klausa)
Klausa “Dia tidak bisa berbicara” dalam posisi sebagai klausa induk, sedangkan
klausa “lidahnya pendek” menempati klausa anak. Untuk konjungsi “karena”
berperan sebagai konjungsi subordinatif-sebab yang telah menghubungkan 2
klausa atau lebih.
Jenis-jenis klausa
Klausa berdasarkan kategori kata atau frasa.
Contoh :
Mereka sudah menyiapkan seekor sapi untuk hari Raya Idhul Adha.
Klausa berdasarkan struktur.
Berdasarkan strukturnya klausa dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
Klausa berdasarkan struktur intern.
Didalam klausa yang sesuai struktur internnya terdapat unsure inti klausa yaitu
“S” dan “P”. meski begitu dalam penggabungan klausa “S” sering kali dapat
dihilangkan dalam kalimat jawaban. Karena klausa yang terdiri dari “S” dan “P”
disebut klausa lengkap sedangkan klausa yang tidak bersubjek disebut kalimat
tidak lengkap.
Contoh:
May mempercepat laju sepedanya karena May tidak ingin terlambat.
Subjek “May” dalam anak kalimat dapat dihilangkan, hal itu dikarenakan adanya
penggabungan klausa “May tidak masuk sekolah” dan “May tidak ingin
terlambat”.
Klausa juga dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu kalusa lengkap dan klausa
tidak lengkap. Untuk klausa lengkap secara struktur internnya dapat dibedakan
menjadi 2 golongan. Golongan yang pertama yaitu klausa lengkap susun biasa
yang Subjeknya terletak di depan Predikat, sedangkan golongan kedua yaitu
klausa lengkap susun balik (klausa inversi) yang Subjeknya tepat diletakkan
dibelakang Predikat.
Klausa berdasarkan ada tidaknya kata negatif yang secara
gramatikal mengaktifkan Predikat.
Didalam pembentukan klausa juga terdapat klausa positif dan klausa negatif.
Klausa positif ialah klausa yang sama sekali tidak memiliki kata negatif yang
secara otomatis mampu menegatifkan unsur “P” (predikat), sedangkan untuk
klausa negatif merupakan klausa yang memiliki kata-kata negatif yang secara
gramatikal memang menegatifkan unsur “P” (predikat) (kata-kata negatif: tiada,
tak, bukan, belum, dan jangan).
Klausa Positif
Contoh:
Dia sudah menjadi primadona dikampusnya.
Kami berhasil mendapatkan beasiswa itu.
Klausa negatif
Contoh:
Mereka bukan siswa disekolah ini lagi.
Kami belum menerima THR (Tunjangan Hari Raya).
Rima tidak memiliki orangtua lagi.
Saya mohon jangan bawa dia pergi.
Penggolongan klausa berdasarkan kategori kata atau frasa yang
menduduki fungsi Predikat.
Penggolongan klausa jenis ini yang mampu menempati unsur “P”(predikat) pada
klausa ialah “Nomina”, “Verba”, “Bilangan”, dan “Frasa Depan”. Berdasarkan
penggolangan klausa unsur “P” dapat digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu:
Klausa Nominal
Contoh:
Kami mahasiswa
yang digunakan mobil itu
Klausa Verbal
Contoh:
Pamanku membelah kayu.
Anak-anak itu membuat prakarya.
Untuk klausa golongan Verbal fungsi “P” dapat secara gramatikal dinegatifkan
dengan kata “tidak”.
Contoh:
Pamanku tidak membelah kayu.
anak-anak itu tidak membuat prakarya.
Klausa Verbal sendiri dapat digolongkan kembali menjadi 6 bentuk klausa, yaitu:
1) Klausa verbal adjektiva adalah klausa yang unsur predikatnya berupa
kata sifat. Contoh: Orang yang pemarah.; Harga saham turun.
2) Klausa verbal intransitif adalah klausa yang unsur predikatnya
termasuk kedalam kelompok kata kerja intransitive. Contoh: Siswa-siswa
SMA berkompetisi di olimpiade matematika.; Presiden sedang berpidato
di depan calon PNS.
3) Klausa verbal aktif Contoh: Nami sedang menulis surat.; Irfan sedang
menikmati liburan sekolahnya di Bali.
4) Klausa verbal pasif Contoh: Sebelum memasuki Mall kami diperiksa
oleh security Mall.
5) Klausa verbal yang refleksif merupakan klausa yang predikatnya
menyatakan suatu perbuatan yang dilakukan oleh sipelaku sendiri (kata
kerja). Contoh: Mereka sedang menenangkan diri.; Orang itu mencoba
memutus urat nadinya.
6) Klausa verbal yang resiprokal adalah klausa yang unsur predikatnya
termasuk dalam kata kerja yang menyatakan kesalingan. Bentuk-
bentuknya sendiri adalah (saling) meN-, (saling) ber-an dengan proses
pengulangan maupun tidak. Contoh: Kami saling berkirim-kiriman surat.;
Mereka saling menuduh.
Klausa Bilangan
Kata bilangan adalah kata-kata yang dapat diikuti oleh ekor, batang, keping,
buah, kodi, helai, dll. Untuk frasa bilangan sendiri ialah frasa yang
mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan, misalkan : dua ekor,
tiga batang, beberapa butir, dll.
Contoh:
Di kampung itu terdapat seratus kepala keluarga.
Kami hanya dua bersaudara.
Kami membeli satu kodi pakaian wanita.
Klausa Depan
Klausa depan adalah klausa yang predikatnya terdiri atas frasa depan, artinya
frasa atau klausa yang diawali dengan kata depan sebagai penanda.
Contoh:
Rok itu untuk kaum hawa.
Masjid itu untuk tempat ibadah umat islam.
b. Frasa
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat non-predikatif
maksudnya di antara kedua kata itu tidak ada yang berkedudukan sebagai
predikat dan hanya memiliki satu makna gramatikal. Frasa memiliki beberapa ciri
yang dapat diketahui, yaitu :
1) Terbentuk atas dua kata atau lebih dalam pembentukannya.
2) Menduduki fungsi gramatikal dalam kalimat.
3) Mengandung satu kesatuan makna gramatikal.
4) Bersifat Non-predikatif.
Jenis atau Kelas Frasa
Frasa Nomina
Frasa Nomina adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan memperluas
sebuah kata benda. Frasa nominal dapat dibedakan lagi menjadi 3 jenis yaitu :
- Frasa Nomina Modifikatif (mewatasi), misal :rumah mungil, hari senin,
buku dua buah, bulan pertama, dll.
- Frasa Nomina Koordinatif (tidak saling menerangkan), misal :hak dan
kewajiban, sandang pangan, sayur mayur, lahir bathin, dll.
- Frasa Nomina Apositif
Contoh frasa nominal apositif :
a). Jakarta, Ibukota Negara Indonesia, sudah berumur 485 tahun.
b). Melati, jenis tanaman perdu, sudah menjadi simbol bangsa Indonesia sejak
lama.
c). Banjarmasin,Kota Seribu Sungai, memiliki banyak sajian kuliner yang enak
Frasa Verbal
Frasa Verbal adalah kelompok kata yang terbentuk dari kata kata kerja.
Kelompok kata ini terbagi menjadi 3 macam, yaitu :
- Frasa Verbal Modifikatif (pewatas), terdiri atas pewatas belakang,
misal : a). Ia bekerja keras sepanjang hari. b). Kami membaca buku itu
sekali lagi. Pewatas depan, misal : a). Kami yakin mendapatkan
pekerjaan itu. b). Mereka pasti membuat karya yang lebih baik lagi pada
tahun mendatang.
- Frasa Verbal Koordinatif adalah 2 verba yang digabungkan menjadi
satu dengan adanya penambahan kata hubung 'dan' atau 'atau', Contoh
kalimat : a). Orang itu merusak dan menghancurkan tempat tinggalnya
sendiri. b). Kita pergi ke toko buku atau ke perpustakaan.
- Frasa Verbal Apositif yaitu sebagai keterangan yang ditambahkan atau
diselipkan. Contoh kalimat : a). Pekerjaan Orang itu, berdagang kain, kini
semakin maju. b). jorong, tempat tinggalku dulu, kini menjadi daerah
pertambangan batubara.
Frasa Ajektifa
Frasa ajektifa ialah kelompok kata yang dibentuk oleh kata sifat atau keadaan
sebagai inti (diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang berfungsi
menerangkan, seperti :agak, dapat, harus, lebih, paling dan 'sangat. Kelompok
kata ini terdiri dari 3 jenis, yaitu :
- Frasa Adjektifa Modifikatif (membatasi), misal :cantik sekali, indah nian,
hebat benar, dll.
- Frasa Adjektifa Koordinatif (menggabungkan), misal :tegap kekar,
aman tentram, makmur dan sejahtera, dll.
- Frasa Adjektifa Apositif, misal :
a). Srikandi cantik, ayu menawan, diperistri oleh Arjuna.
b). Desa Jorong, tempat tinggalku dulu, kini menjadi daerah pertambangan
batubara.
Frasa Apositif bersifat memberikan keterangan tambahan. Frasa Srikandi cantik
dan Desa Jorong merupakan unsur utama kalimat, sedangkan frasa ayu
menawan, dan tempat tinggalku dulu, merupakan keterangan tambahan.
Frasa Adverbial
Frasa Adverbial ialah kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat.
Frasa ini bersifat modifikasi (mewatasi), misal :sangat baik kata baik merupakan
inti dan kata sangat merupakan pewatas. Frasa yang bersifat modifikasi ini
contohnya ialah agak besar, kurang pandai, hampir baik, begitu kuat, pandai
sekali, lebih kuat, dengan bangga, dengan gelisah. Frasa Adverbial yang bersifat
koordinatif (yang tidak menerangkan), contoh frasanya ialah lebih kurang kata
lebih tidak menerangkan kurang dan kurang tidak menerangkan lebih.
Frasa Pronominal
Frasa Pronominal ialah frasa yang dibentuk dengan kata ganti, frasa ini terdiri
atas 3 jenis yaitu :
- Modifikatif, misal kalian semua, anda semua, mereka semua, mereka itu,
mereka berdua.
- Koordinatif, misal engkau dan aku, kami dan mereka, saya dan dia.
- Apositif, misal :Kami, putra-putri Indonesia, menyatakan perang
melawan narkotika.
Frasa Numeralia
Frasa Numeralia ialah kelompok kata yang dibentuk dengan kata bilangan. Frasa
ini terdiri atas :
- Modifikatif, contoh :
Mereka memotong dua puluh ekor sapi kurban.
Kami membeli setengah lusin buku tulis.
- Koordinatif, contoh :
Entah dua atau tiga sapi yang telah dikurbankan.
Dua atau tiga orang telah menyetujui kesepakatan itu.
Frasa Interogativ Koordinatif ialah frasa yang berintikan pada
kata tanya. Contoh :
- Jawaban dari apa atau siapa ciri dari subjek kalimat.
- Jawaban dari mengapa atau bagaimana merupakan pertanda dari
jawaban predikat.
Frasa Demonstrativ Koordinatif ialah frasa yang dibentuk oleh
dua kata yang tidak saling menerangkan. Contoh :
Saya tinggal di sana atau di sini sama saja.
Kami pergi kemari atau kesana tidak ada masalah.
Frasa Preposisional Koordinatif ialah frasa yang dibentuk oleh
kata depan yang tidak saling menerangkan. contoh :
Petualangan kami dari dan ke Jawa memerlukan waktu satu
bulan.
Perpustakaan ini dari, oleh, dan untuk masyarakat umum.
Fungsi Unsur Pembentuknya
Berdasarkan fungsi dari unsur pembentuknya frasa terdiri dari beberapa macam,
yaitu :
Frasa Endosentris yaitu frasa yang unsur-unsurnya berfungsi untuk
diterangkan dan menerangkan (DM) atau menerangkan dan diterangkan
(MD). contoh frasa : kuda hitam (DM), dua orang (MD).Ada beberapa
jenis frasa endosentris, yaitu :
- Frasa atributif yaitu frasa yang pola pembentuknya menggunakan pola
DM atau MD. contoh :Ibu kandung (DM), tiga ekor (MD).
- Frasa apositif yaitu frasa yang salah satu unsurnya (pola menerangkan)
dapat menggantikan kedudukan unsur intinya (pola diterangkan).
contoh :Farah si penari ular sangat cantik., kata Farah posisinya sebagai
diterangkan (D), sedangkan si penari ular sebagai menerangkan (M).
- Frasa koordinatif yaitu frasa yang unsur-unsur pembentuknya
menduduki fungsi inti (setara). contoh :ayah ibu, warta berita, dll.
- Frasa eksosentris yaitu frasa yang salah satu unsur pembentuknya
menggunakan kata tugas. contoh :dari Bandung, kepada teman, di
kelurahan, dll.
Berdasarkan Unsur-Unsurnya
Untuk kategori frasa berdasarkan satuan makna yang dikandung atau
yang dimiliki unsur-unsur pembentuknya dapat dibagi menjadi beberapa
frasa, yaitu :
1) Frasa biasa yaitu frasa yang hasil pembentukannya memiliki makna yang
sebenarnya (denotasi). contoh kalimat : a) Ayah membeli kambing hitam;
b) Meja hijau itu milik ayah.
2) Frasa idiomatik yaitu frasa yang hasil pembentukannya
menimbulkan/memiliki makna baru atau makna yang bukan sebenarnya
(konotasi). contoh kalimat : Orang tua Lintang baru kembali dari Jakarta.
c. Aneksi
Aneksi dalam bahasa Indonesia disebut “susunan serangkai”. Aneksi adalah dua
kata atau lebih yang menjadi satu dengan rapat atau erat tetapi tidak
menimbulkan satu pengertian baru.
Perbedaan terrsebut dapat dilihat dari ciri-ciri aneksi sebagai berikut:
o Aneksi terdiri dari dua kata yang hubungannya sanagt erat dan tidak
dapat disisipi. Namun cirri aneksi bahwa tidak dapat disisipi tidak bersifat
mutlak.
o Hubungan unsur dalam aneksi tidak menimbulkan pengertian baru.
o Pengafikan pada aneksi tidak kena pada seluruh kata.
o Hubungan kedua unsure dalam aneksi rapat sehingga tidak dapat
dipertukarkan tempatnya.
Penulisan Aneksi
Penulisan aneksi senantiasa ditulis terpisah
Penulisan aneksi tidak ditulis serangkai seperti pada bentuk kata majemuk
tertentu.
Kata-kata yang ada tidak boleh dibalik atau dipisahkan oleh kata-kata lain
Pengafikan tidak kena pada seluruh kata, melainkan pada salah satu unsuur
saja.
Perulangan aneksi hanya terjadi pda salah satu kata.
Jenis-jenis aneksi (kata gabung)
1) Aneksi kopulatif adalah aneksi yang terjadi dari kata-kata yang sederajat atau
setara, misalnya: kakek nenek, ibu bapak, adik kakak, siang malam, dan tua
muda.
2) Aneksi kualitatif adalah aneksi yang kata pertama merupakan sifat yang dimiliki
oleh kata kedua. Misal: sangat baik, ketajaman pikiran, lebih semangat.
3) Aneksi pronominal adalah aneksi yang salah satu unsurnya berupa kata ganti,
misalnya: saudaraku, kampung kita, keluarga kami, buku mereka, dan rumah
kami, .
4) Aneksi original adalah aneksi yang kata kedua menyatakan asal tempat kata
pertama, misalnya: lagu Korea, masyarakat Australia, orang Indonesia, wanita
Jepang, dan ukiran Jepara.
5) Aneksi partitif adalah aneksi yang kata kesatu merupakan bagian kata kedua,
misalnya: awal pertemuan, sisa makanan, pertengahan acara, akhir tahun, dan
pertengahan bulan.
6) Aneksi posesif adalah aneksi yang pertama menjadi milik kata kedua, misalnya:
buku saya, bola adik, baju ibu, paman Edo, dan rumah nenek.
7) Aneksi substantive adalah aneksi yang kedua unsurnya berupa kata benda,
misalnya: gambar anjing, boneka panda, makanan anjing, korek api, dan
makanan ayam.
8) Aneksi subjektif adalah aneksi yang kata kedua menyatakan pelaku perbuatan
kata pertama atau menjadi sebab yang menghasilkan sesuatu, misalnya: artikel
Amir, lukisan Shinta, karangan Ja'far, panas mentari, dan suara ayam.
9) Aneksi verbal adalah aneksi yang salah satu unsurnya berupa kata kerja,
misalnya: lari pagi, bermain bola, memutar haluan, berlaku bodoh, dan sedang
tidur.
10) Aneksi ablative adalah aneksi yang kata kedua merupakan asal kejadian kata
yang pertama, misalnya: sepatu kulit, kursi besi, patung emas, meja kayu, dan
tegel semen.
11) Aneksi adjektiva adalah aneksi yang salah satu unsurnya terjadi dari kata
keadaan atau kata sifat, misalnya: makanan sehat, orang sakit, baju kotor, mobil
mewah, dan rumah indah.
12) Aneksi adverbial adalah aneksi yang salah satu unsurnya berupa kata
keterangan, misalnya: sangat baik, sangat murah, indah sekali, baik sekali, dan
terlalu mahal.
13) Aneksi atributif adalah aneksi yang kata kedua diberi sifat oleh kata pertama,
misalnya: keindahan alam, kedisiplinan pemain, keberanian pahlawan,
kekuasaan pemerintah, dan keramahan penduduk.
14) Aneksi final adalah aneksi yang kata kedua menyatakan tujuan atau maksud
kata pertama, misalnya: jam bicara, baju tidur, uang belanja, sendok makan, dan
sepatu olahraga.
15) Aneksi instrumental adalah aneksi yang kata kedua menyatakan alat untuk
melakukan perbuatan pada kata pertama, misalnya: lemparan sepatu, tembakan
senapan, permainan bola, tamparan tangan, dan pukulan cemeti.
16) Aneksi kata ganti persona adalah aneksi yang salah satu unsurnya terjadi dari
kata ganti persona, misalnya: sekeras dia, kebodohan kami, sekuat kamu,
kepandaian mereka, dan sehebat saya.
17) Aneksi kata ganti penunjuk adalah aneksi yang salah satu unsurnya terjadi dari
kata ganti penunjuk, misalnya: dalam hal ini, seperti ini, semacam ini, hal ini, dan
seperti itu.
18) Aneksi keahlian adalah aneksi yang kata kedua merupakan lapangan
keahlian/kepandaian kata pertama, misalnya: juru memasak, juru bahasa, juru
kunci, ahli hukum, dan tukang las.
19) Aneksi komparatif adalah aneksi yang kata kedua menyatakan persamaan atau
perbandingan, misalnya: sebening air, bulat telur, semanis madu, seluas
samudra, dan setajam pisau.
20) Aneksi lokatif adalah aneksi yang kata kedua menyatakan tempat kata pertama,
misalnya: limbah pabrik, masyarakat kota, pegawai kantor, udara pegunungan,
dan penjaga gudang.
21) Aneksi numeralia adalah aneksi yang terjadi karena kata bilangan digabungkan
dengan kata penunjuk jenis, misalnya: lima biji, lima batang, selembar kertas,
empat buah, dan tiga orang.
22) Aneksi objektif adalah aneksi yang kata kedua menjadi objek perbuatan kata
yang pertama, misalnya: penggusuran rumah, pemugaran mesjid, pemilihan
ketua, pengambilan keputusan, dan peluncuran satelit
4. Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat
berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan
bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan
maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun,
dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan
dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang bersifat
informatif, tanda tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!) untuk
menyatakan kalimat perintah. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi,
baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat
(P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat
melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat
a. Bentuk Kalimat
1) Berdasarkan Keluasan Kalimat Dasarnya
a) Kalimat Dasar
Kalimat dasar adalah kalimat yang menjadi dasar untuk membangun kalimat
luas, baik kalimat luas tunggal maupun kalimat luas majemuk.
b) Kalimat Inti
Kalimat inti adalah kalimat yang hanya didukung oleh unsure inti kalimat,
yaitu subyek dan predikat. Contoh: Bayi / menangis.
c) Kalimat Luas
Kalimat luas adalah hasil perluasan kalimat dasar. Contoh: KD: Adik pulang
(S + P) KL: Nanti adik pulang (K + S + P).
b. Jenis Kalimat
1) Berdasarkan Pengucapan
a) Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan
orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kaliamt yang memberitakan
bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga). Kalimat ini biasanya
ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan dapat berupa kalimat tanya
atau kalimat perintah
b) Kalimat Tak Langsung
Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan
atau perkataan orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi
dengan tanda petik dua dan sudah dirubah menjadi kalimat berita
2) Berdasarkan Jumlah Frasa ( Struktur Gramatikal)
a) Kalimat Tunggal
Kallimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang
terdiri dari satu subjek dan satu predikat. Kalimat tunggal merupakan
kalimat dasar sederhana
b) Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling
berhubungan baik kordinasi maupun subordinasi
3) Berdasarkan Isi atau Fungsinya
a) Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah
kepada orang lain untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya
diakhiri dengan tanda seru (!) dalam penulisannya. Sedangkan dalam
bentuk lisan, kalimat perintah ditandai dengan intonasi tinggi.
b) Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu.
Dalam penulisannya, biasanya diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam
pelafalannya dilakukan dengan intonasi menurun. Kalimat ini mendorong
orang untuk memberikan tanggapan.
c) Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu
informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. Kalimat ini diakhiri
dengan tanda tanya(?) dalam penulisannya dan dalam pelafalannya
menggunakan intonasi menurun. Kata tanya yang dipergunakan adalah
bagaimana, dimana, berapa, kapan.
d) Kalimat Seruan
Kalimat seruan adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapakan
perasaa ‘yang kuat’ atau yang mendadak. Kalimat seruan biasanya
ditandai dengan intonsi yang tinggi dalam pelafalannya dan
menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik (.) dalam penulisannya.
4) Berdasarkan Unsur Kalimat
a) Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari
satu buah subyek dan satu buah predikat
b) Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya
memiliki subyek saja, atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan
saja. Kalimat tidak lengkap biasanya berupa semboyan, salam, perintah,
pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman
5) Berdasarkan Susunan S-P
a) Kalimat Inversi
Kalimat versi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya.
Kata atau frasa tertentu yang pertama muncul akan menjadi kunci yang
akan mempengaruhi makna untuk menimbulkankesan tertentu,
dibandingkan jika kata atau frasa ditempatkan pada urutan kedua.
Kalimat ini biasanya dipakau untuk penekanan atau ketegasan makna
b) Kalimat Versi
Kalimat inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya
sesuai dengan pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).
6) Berdasarkan Bentuk Gaya Penyajiannya
a) Kalimat yang Melepas
Kalimat yang melepas terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan
diawali oleh unsur utama (induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan
(anak kalimat). Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh
penulisnya
b) Kalimat yang Klimaks
Kalimat klimaks terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali
oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat
dipahami jika hanya membaca anak kalimatnya. Sebelum kalimat itu
selesai, terasa masih ada sesuatu yang ditunggu, yaitu induk kalimat
c) Kalimat yang Berimbang
Kalimat yang berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara
dan kalimat majemuk campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan
kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang
simetri
7) Berdasarkan Subjeknya
a) Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu
pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata
kerja yang berawalan me- dan ber-.
b) Kalimat pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan.
Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di-
dan ter- dan diikuti oleh kata depan oleh
8) Berdasarkan Banayaknya Kata Verba
a) Kalimat Simpleks
Adalah kalimat yang hanya terdiri dari satu kata verba utama yang
menggambarkan aksi, peristiwa, atau keadaan. kalimat simpleks bisa juga
disebut dengan kalimat tunggal, karena hanya mengandung satu struktur : S - P -
O - Ket - Pel. Namun unsur - unsur tersebut(S - P - O - Ket - Pel) belum tentu ada
dalam kalimat simpleks.
Contoh kalimat Simpleks dengan variasi strukturnya :
> Kakek membaca koran di ruang tamu.
S P O Ket. Tempat
>Kakak menyapu rumah.
S P O
>Sampah itu dibuang Adik.
O P S
b) Kalimat Kompleks
Adalah kalimat yang terdiri atas lebih dari satu aksi, peristiwa, atau keadaan
sehingga mempunyai lebih dari satu verba utama dalam lebih dari satu struktur.
Struktur yang satu dengan struktur yang lainnya biasanya dihubungkan oleh
konjungsi. macam - macam kalimat kompleks sebagai berikut :
- Kalimat kompleks parataktik adalah kalimat kompleks yang terdiri atas dua
struktur atau lebih yang dinyatakan dengan hubungan konjungtif sejajar dengan
makna, antara lain dan, tetapi, atau.
- Contoh kalimat kompleks parataktik : Yang pertama disebut makhluk hidup dan
kedua disebut makhluk mati.
- Kalimat kompleks hipotaktik adalah kalimat kompleks yang dapat dinyatakan
dengan hubungan konjungtif dan tidak sejajar dengan makna, antara lain
apabila, jika, karena, ketika.
- Contoh kalimat kompleks hipotaktik : Tanaman kacang itu akan tumbuh subur
apabila petaninya rajin menyiramnya.
c. Sifat Kalimat
1) Fiksi
Fiksi adalah jenis tulisan yang hanya berdasarkan imajinasi. Dia hanya
rekaan sipenulisnya. Jadi, jenis-jenis karya seni berikut ini merupakan
karya Fiksi : Cerita pendek (cerpen), novel, cerita sinetron, telenovela,
drama, film drama, film komedi, film horor, film laga.
2) Non Fiksi
Nonfiksi adalah tulisan-tulisan yang isinya bukanlah fiktif, bukan hasil
imajinasi/rekaan si penulisnya. Dengan kata lain, nonfiksi adalah karya
seni yang bersifat ofktual. Hal-hal yang terkandung di dalamnya adalah
nyata., benar-benar ada dalam kehidupan kita. Jadi, jenis-jenis karya seni
berikut ini merupakan karya nonfiksi : Aetikel, opini, resensi buku,
karangan ilmiah, skripsi, tesis, tulisan-tilisan yang berisi pengalaman
pribadi si penulis, berita di koran/majalah/tabloid, film dokumenter, dll
d. Pola Kalimat
1) S-P
Aris tidur.
2) S-P-O
Alya makan nasi.
3) S-P-Pel
Cincinnya bertahtakan berlian.
4) S-P-K
Karis pergi ke Taman Safari.
5) S-P-O-Pel
Ihsan menamai kucingnya Ligo.
6) K-S-P-O-Pel
Setiap pagi Bu Diah membuatkan anak-anaknya roti panggang.
7) S-P-O-K
Erisa minum susu putih setiap pagi.
8) S-P-O-Pel-K
Semua anggota keluarga sedih ketika kakek meninggal.
e. Unsur Kalimat
1) Subyek
Subjek sebagai unsur yang melakukan suatu tindakan atau kerja dalam
suatu kalimat. Ciri-ciri subjek:
a) Jawaban atas pertanyaan apa dan siapa.
b) Berupa kata benda atau frase bendaan.
c) Disertai kata itu, ini, dan tersebut.
d) Didahului kata bahwa.
e) Tidak didahului preposisi.
Contoh :
a. Rangga adalah seorang aktor dan penyanyi.
b. Super Junior adalah boyband favoritku.
c. Buku itu dibeli oleh Kyla.
2) Predikat
Predikat sebagai unsur kata kerja.
Ciri-ciri predikat :
a) Predikat merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa atau
bagaimana.
b) Predikat disertai kata adalah atau merupakan.
c) Predikat dapat diingkari.
d) Predikat dapat disertai kata keterangan aspek.
e) Predikat dapat disertai kata keterangan modalitas.
f) Predikat dapat didahului kata yang.
Predikat dapat berupa:
- Kata benda/frase nominal
- Kata kerja/frase verbal
- Kata sifat/frase adjektival
- Kata bilangan/frase numeral
- Kata depan/frase preposisional
Contoh :
a. Aris menyanyi dengan merdu.
b. Aris memasak nasi goreng.
c. Aris membaca majalah.
3) Objek
Objek sebagai unsur yang dikenai kerja oleh subjek. Ciri-ciri objek:
a. Langsung di belakang predikat.
b. Dapat menjadi subjek kalimat pasif.
c. Didahului kata bahwa.
d. Ada empat macam objek,
Objek Penderita
Kata benda atau yang dibendakan yang berupa kata atau
kelompok kata yang merupakan sasaran langsung dari
perbuatan atau tindakan yang dinyatakan oleh subjek. Mengikuti
predikat pada kalimat aktif transitif ( S+P+apa/siapa)
Makna objek penderita:
o Penderita
Contoh: Ali mencoret-coret tembok.
o Penerima
Contoh: Lisa memakai baju Karin.
o Tempat
Contoh: Lady Gaga datang ke Indonesia.
o Alat
Contoh: Alan melempar bola ke Guntur.
o Hasil
Contoh: Lian mengerjakan tugas Bahasa Indonesia.
o Objek penyerta: objek yang menyertai subjek dalam melakukanatau
mengalami sesuatu.
Objek Penyerta
o Hanya ada dalam kalimat verbal
o Selalu ada bersama objek yang lain. Jadi tak pernah sebuah
kalimat/klausa hanya memiliki objek penyerta saja. Inilah sebabnya
objek penyerta sering disebut pula objek dua (O 2)
o Bisa dipindahkan tempatnya tanpa mengubah makna/strutur
kalimatnya tidak kacau
o Tak pernah berupa klausa
o Selalu berupa person (orang, binatang, instansi, dsb.) Pokoknya
yang bisa memiliki kepentingan
o Hubungan dengan predikat agak renggang dan secara eksplisit
dihubungkan oleh kata bagi, pada, dengan dsb
Makna objek penyerta
1. Penderita
Contoh: Lisa memberikan Lina komputer baru.
2. Hasil
Contoh: Agus membelikan orangtuanya rumah.
Objek Pelaku
o ( S+P+O1/O2 untuk, bagi, kepada apa/siapa)
o Hanya ada dalam kalimat verbal
o Selalu mengikuti predikat kalimat pasif (jadi hanya ada dalam bentuk
pasif)
o Bisa didahului kata depan ”oleh”
o Bila bisa diaktifkan (perdikatnya berawalan ”di-” ), objek pelaku akan
menjadi subjek kalimat aktifnya
o Bisa dipindahkan posisinya (tak harus dibelakang predikatnya)
o Tak pernah berupa klausa (Jadi tak ada klausa anak/anak kalimat
yang menduduki jabatan objek pelaku)
Contoh: Buku dibeli oleh ibu untuk kami
Objek Pelengkap ( Berperangkai atau Berkata Depan)
Hanya ada dalam kalimat verbal
Selalu mengikuti predikat kalimat yang berjenis aktif intransitive
Bisa dipindahkan posisinya tanpa mengubah makna kalimat
Walaupun kalimatnya tergolong aktif, tyak bisa dipasifkan
Biasanya didahului kata depan ”akan”, ”tantang”, ”atas”,
”terhadap”, ”mengenai”
Bila berpa klausa, dapat didahului kata hubung ”bahwa”
Objek Semu
- Selalu ada dalam kalimat verbal
- Selalu mengikuti predikat kalimat yang bderjenis kata kerja aktif
gtransitif
- Mirip objek penderita tetapi kalimat tak bisa dipasifkan
- Dengan predikatnya relatif merupakan pasangan tetap (mirip
idiom)
- Tak bisa dipindahkan tempatnya tanpa merusak struktur/makna
kalimatnya
4) Keterangan
Ciri-ciri keterangan :
a) Hubungannya dengan predikat renggang.
b) Posisinya dapat di awal, tengah, ataupun akhir kalimat.
c) Terdiri dari beberapa jenis :
o Keterangan Tempat
• Agnes Monica akan konser di Amerika.
o Keterangan Alat
• Aci memasak sayur dengan panci.
o Keterangan Waktu
• Ayah akan pulang kerja pukul 3 sore.
o Keterangan Tujuan
• Kita harus rajin berolahraga agar sehat.
o Keterangan Cara
• Mereka memerhatikan pelajaran dengan seksama.
o Keterangan Penyerta
• Ibu pergi bersama ayah.
o Keterangan Similatif
• Rahmat Darmawan memberikan arahan kepada pemainsebagai
pelatih.
o Keterangan Sebab
• Rianto sangat sukses sekarang karena giat bekerja.
5) Pelengkap
Pelengkap yakni unsur yang melengkapi kalimat. Ciri-ciri pelengkap :
a) Terletak di belakang predikat.
Hampir sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang
predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu
objek. Misalnya:
o Diah mengirimi saya buku baru
o Mereka membelikan ayahnya motor baru
b) Hasil jawaban dari predikat dengan pertanyaan apa.
Contoh:
- Pemuda itu bersenjatakan parang. (Parang sebagai pelengkap)
- Budi membaca buku. (Buku sebagai objek karena dapat menjadi
subjek)
5. Alinea
a. Bentuk Alinea
1) Paragraf Narasi
Penceritaan suatu kejadian secara runtut sesuai urutan waktu
2) Paragraf Deskripsi
Paragraf yang menggambarkan sesuatu dengan jelas dan terperinci
3) Paragraf Persuasi
Jenis paragraf yang mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat
penulis dengan bukti dan fakta (benar-benar terjadi)
4) Paragraf Eksposisi
Karangan yang bertujuan untuk menginformasikan tentang sesuatu
sehingga memperluas pengetahuan pembaca
5) Paragraf Argumentasi
Sebuah paragraf yang menjelaskan pendapat dengan berbagai
keterangan dan alasan
b. Jenis Alinea
1) Deduktif
Inti paragraf berada di awal paragraph
2) Induktif
Inti kalimat berada di kalimat terakhir
3) Campuran
Inti paragraf di kalimat pertama dan terakhir
4) Ineratif
Inti paragraf di tengah-tengah paragraph
5) Jenis Paragraf Menurut Fungsinya dalam Karangan
Menurut fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3 , yaitu:
a) Paragraf Pembuka
Bertujuan mengutarakan suat aspek pokok pembicaraan dalam
karangan.Sebagai bagian awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus di
fungsikan untuk:
o Menghantar pokok pembicaraan
o Menarik minat pembaca
o Menyiapkan atau menata pikiran untuk mengetahui isi seluruh karangan.
Setelah memiliki ke tiga fungsi tersebut di atas dapat dikatakan paragraf
pembuka memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah karangan.
Paragraf pembuka harus disajikan dalam bentuk yang menarik untuk pembaca.
Untuk itu bentuk berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis paragraf
pembuka,yaitu:
o Kutipan, peribahasa, anekdot
o Pentingnya pokok pembicaraan
o Pendapat atau pernyataan seseorang
o Uraian tentang pengalaman pribadi
o Uraian mengenai maksud dan tujuan penulisan
o Sebuah pertanyaan.
b) Paragraf Pengembang
Bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang
sebelumnya telah dirumuskan dalam alinea pembuka. Paragraf ini didalam
karangan dapat difungsikan untuk:
Mengemukakan inti persoalan
Memberikan ilustrasi
Menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya
Meringkas paragraf sebelumnya
Mempersiapkan dasar bagi simpulan.
c) Paragraf Penutup
Paragraf ini berisi simpulan bagian karangan atau simpulan seluruh karangan.
Paragraf ini sering merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih
jelas. Mengingat paragraf penutup dimaksudkan untuk mengakhiri karangan.
Penyajian harus memperhatikan hal sebagai berikut :
- Sebagai bagian penutup,paragraf ini tidak boleh terlalu panjang
- Isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai
cerminan inti seluruh uraian
- Sebagai bagian yang paling akhir dibaca, disarankan paragraf ini dpat
menimbulkan kesan yang medalam bagi pembacanya
c. Sifat Alinea
1) Persuasif, jika isi paragraf mempromosikan sesuatu dengan cara
mempengaruhi atau mengajak pembaca.
2) Argumentatif, jika isi paragraf membahas satu masalah dengan bukti-
bukti atau alasan yang mendukung.
3) Naratif, jika isi paragraf menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk
cerita.
4) Deskriptif, jika isi paragraf melukiskan atau menggambarkan sesuatu
dengan bahasa.
5) Ekspositoris, jika isi paragraf memaparkan sesuatu fakta atau kejadian
tertentu.
d. Pola Alinea
1) Bersifat Deduktif
Pola alinea yang bersifat deduktif dimulai dari kalimat inti, kemuidian
diikuti uraian, penjelasan, argumentasi dan sebagainya. Dimulai oleh
pernyataan (yang tentunya bersifat umum). Kemuydian kalimat-kalimat
berikutnya berusaha membuktikan pernyataan tadi dengan menyebutkan
hal-hal khusus, atau detail-detail seperlunya. Itulah sebabnya alinea ini
disebut bersifat deduktif.
2) Besifat Induktif
Pola alinea yang bersifat induktif adalah kebalikan dari pola alinea yang
bersifat deduktif. Pola ini tidak dimulai dengan kalimat ini. Alinea ini
dimulai dengan menyebutkan hal-hal khusus atau uraian yang merupakan
anak tangga untuk mengantarkan pembaca pada gagasan pokok yang
terdapat pada kalimat inti di akhir alinea. Jadi, anak-anak tangga itu
tersusun untuk mencapai klimaks.
3) Bersifat Deduktif dan Induktif
Pola alinea ini adalah gabungan dua pola diatas, disini pada kalimat
pertama (sebagai kalimat inti) gagasan pokok telah dinyatakan. Tapi,
pada kalimat terakhir kembali diulang sekali lagi gagasan pokoknya.
Pola alinea ini disebut pola campuran. Karena pada awal dan akhir aline
agagasan pokoknya dinyatakan.
4) Generalisasi
Paragaraf yang dikembangkan dengan pola hubungan dari khusus ke umum
5) Analogi
Paragraf yang dikembangkan dengan membandigkan dua atau lebih benda
yang dianggap memiliki kesamaan kemudian menarik kesimpulan.
6) Sebab-akibat
Paragraf yang dikembangkan berdasarkan huubungan sebab akibat. Dalam
paragraph ini akibat bertindak sebagai gagasan pokok atau kesimpulan yang
bersifat umum
7) Akibat-sebab,
Paragraf yang dikembangkan berdasarkan hubungan akibat sebab. Dalam
paragrap ini sebab bertindak sebgai gagasasn pokok tau kesimpulan yang
bersifat umum. Sebaliknya akibat bertindak sebagai gagasan penjelas atau
perincian yang bersifat khusus.
8) Paragraf Campuran,
Paragraf campuran adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal dan
di akhir paragraf. Dalam paragraf ini terdapat dua kalimat utama. Dalam hal ini
kalimat terakhir umumnya mengulangi gagasan yang dinyatakan kalimat
pertama dengan sedikit penekanan dan variasi
9) Paragraf Naratif
Paragraf naratif adalah paragraf yang kalimat utamanya tersebar di seluruh
bagian paragraf.
10) Paragraf Ineratif
Paragraf ineratif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di tengah-
tengah bagian paragraf (di antara awal dan akhir paragraf)
11) Klimaks-Antiklimaks
Klimaks adalah perincian gagasan dari gagasan yang paling bawah atau rendah
menuju gagasan yang paling tinggi kedudukan atau kepentingannya.
Kebalikannya adalah antiklimaks.
12) Sudut Pandang
Pola sudut pandang adalah pola pengembangan paragraf yang didasarkan
tempat atau posisi seorang penulis dalam melihat sesuatu.
13) Perbandingan dan Pertentangan
Perbandingan adalah upaya mengamati persamaan yang dimiliki oleh dua benda
atau lebih, sedangkan pertentangan lebih banyak menonjolkan perbedaan yang
ada pada dua benda atau lebih.
14) Analogi
Analogi adalah bentuk pengungkapan suatu objek yang dijelaskan dengan objek
lain yang memiliki kesamaan atau kemiripan.
15) Contoh
Sebuah gagasan bisa menjadi jelas jika diperkuat dengan beberapa contoh atau
ilustrasi. Contoh itu dapat pula diuraikan dalam sebuah narasi atau deskripsi
yang kuat.
16) Pola Klausalitas
Dalam pola ini sebab bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat
sebagai rincian pengembangannya. Namun demikian, susunan tersebut
biasanya juga terbalik. Akibat dapat berperan sebagai gagasan utama,
sedangkan sebab menjadi rincian pengembangannya.
17) Klasifikasi
Berbeda dari analisis atau uraian, pengembangan ini berusaha mengelompok-
kan berbagai hal yang dianggap memiliki kesamaan ke dalam satu kategori.
Dengan demikian, hubungan di antara berbagai hal itu menjadijelas.
18) DefinisiLuas
Paragraf seperti ini biasanya menguraikan sebuah gagasan yang abstrak atau
istilah yang menimbulkan kontroversi yang membutuhkan penjelasan.
e. Unsur Alinea
1) Ide Pokok
Ide pokok adalah hal yang dibahas dalam suatu paragraf atau pikiran
yang menjiwai seluruh isi paragraf.
2) Kalimat Utama
Kalimat utama ialah tempat dimana dituangkannya ide pokok suatu
paragraf. Berdasarkan letaknya, kalimat utama terletak di awal paragraf
(deduktif), akhir paragraf (induktif), atau di awal dan akhir paragraf
(deduktif-induktif).
3) Kalimat Penjelas
Kalimat Penjelas adalah kalimat-kalimat yang menjelaskan kalimat utama.
Kalimat ini harus memiliki kesatuan yang padu, yakni semua kalimat
tersebut membentuk sebuah paragraf menyatakan suatu ide pokok
tertentu
f. Kohesi dan Koherensi
1) Kohesi (Keterpaduan Bentuk)
Apabila koherensi berhubungan dengan isi, maka kohesi atau keterpaduan
bentuk berkaitan dengan penggunaan kata-katanya. Bisa saja satu paragraf
mengemukakan satu gagasan utama, namun belum tentu paragraf tersebut
dikatakan kohesif jika kata-katanya tidak padu.
Contoh:
Pada tahun 1997, produksi padi turun 3,85 persen. Impor beras meningkat,
diperkirakan menjadi 3,1 ton tahun 1998. swasembada pangan tercapai pada
tahun 1984, pada tahun 1985, kita mengekspor sebesar 371,3 ribu ton beras,
bahkan 530,7 ribu ton pada tahun 1993. pada tahun 1994, neraca perdagangan
beras kita tekor 400 ribu ton. Impor beras meningkat dan pada tahun 1997
mencapai 2,5 juta ton.
Paragraf di atas mengemukakan satu gagasan utama, yaitu mengenai masalah
naik turunnya produksi beras Indonesia. Dengan demikian koherensi kalimat
tersebut sudah terpenuhi, namun paragraf tersebut dikatakan tidak memiliki
kohesivitas yang baik sehingga gagasan tersebut sulit dipahami. Paragraf
tersebut perlu diperbaiki, misalnya dengan memberikan kata perangkai seperti
berikut ini.
Pada tahun 1997, produksi padi turun 3,85 persen. Akibatnya, impor beras
meningkat, diperkirakan menjadi 3,1 ton tahun 1998. Sesudah swasembada
pangan tercapai pada tahun 1984, pada tahun 1985, kita mengekspor sebesar
371,3 ribu ton beras, bahkan 530,7 ribu ton pada tahun 1993. Akan tetapi, pada
tahun 1994, neraca perdagangan beras kita tekor 400 ribu ton. Sejak itu, impor
beras meningkat dan pada tahun 1997 mencapai 2,5 juta ton.
2) Koherensi ( Kepaduan Makna)
Suatu paragfraf dikatakan koheren, apabila ada kekompakan antara gagasan
yang dikemukakan kalimat yang satu dengan yang lainnya. Kalimat-kalimatnya
memiliki hubungan timbal balik serta secara bersama-sama membahas satu
gagasan utama. Tidak dijumpai satu pun kalimat yang menyimpang dari gagasan
utama ataupun loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan.
Contoh:
Buku merupakan investasi masa depan. Buku adalah jendela ilmu pengetahuan
yang bisa membuka cakrawala seseorang. Dibanding media pembelajaran
audiovisual, buku lebih mampu mengembangkan daya kreativitas dan imajinasi
anak-anak karena membuat otak lebih aktif mengasosiasikan simbol dengan
makna. Radio adalah media alat elektronik yang banyak didengar di
masyarakat. Namun demikian, minat dan kemampuan mambaca tidak akan
tumbuh secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan pembiasaan.
Menciptakan generasi literat membutuhkan proses dan sarana yang kondusif.
Paragraf di atas dikatakan tidak koheren karena terdapat satu kalimat yang
melenceng dari gagasan utamanya yaitu kalimat yang dicetak tebal.
6. Wacana
a. Bentuk Wacana
1) Wacana Naratif
Adalah bentuk wacana yang dipergunakan untuk menceritakan suatu
kisah, uraiannya cenderung ringkas. Bagian-bagian yang dianggap
penting sering diberi tekanan atau diulang
2) Wacana prosedural
Adalah wacana yang digunakan untuk memberikan petunjuk atau
keterangan bagaimana sesuatu harus dilaksanakan. Oleh karena itu,
kalimat-kalimatnya berisi persyaratan atau aturan tertentu agar tujuan
kegiatan dapat berhasil dengan baik.
3) Wacana Ekspositori
Adalah wacana yang bersifat menjelaskan sesuatu secara informatif.
Bahasa yang digunakan cenderung denotatif dan rasional, yang termasuk
dalam wacana ini adalah ceramah ilmiah, artikel di media masa.
4) Wacana Hortatori
Adalah wacana yang digunakan untuk mempengaruhi pendengar atau
pembaca agar tertarik terhadap pendapat yang dikemukakan. Sifatnya
persuasif, tujuannya adalah untuk mencari pengikut agar bersedia
melakukan, atau menyetujui pada hal yang disampaikan dalam wacana
tersebut
5) Wacana dramatic
Adalah bentuk wacana yang berisi percakapan antar penutur. Sedapat
mungkin menghindari sifat narasi di dalamnya. Contoh: skenario film
6) Wacana epistoleri
Adalah wacana yang dipergunakan dalam surat-menyurat. Pada
umumnya memilik bentuk dan sistem tertentu yang sudah menjadi
kebiasaan atau aturan.
7) Wacana Seremonial
Adalah bentuk wacana yang digunakan dalam kesempatan seremonial
(upacara), karena erat kaitannya dengan konteks situasi dan kondisi yang
terjadi dalam seremoni, maka wacana ini tidak dipergunakan dalam
sembarang waktu.
b. Jenis Wacana
1) Wacana Narasi
Istilah narasi berasal dari Inggris narration yang berarti cerita, karenanya
karangan bersifat menceritakan suatu peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan
pengertian-pengertian yang merefleksikan interpretasi penulisannya.
2) Wacana Deskripsi
Pengertian lugas deskripsi adalah uraian atau lukisan. Dalam konteks
pembicaraan ini wacana deskripsi dapat diartikan sebagai wacana yang
mengaitkan kesan atau impresi seseorang melalui uraian atau lukisan
tertentu.
3) Wacana Eksposisi
Wacana ekposisi adalah paparan yang memberikan, mengupas, atau
menguraikan sesuatu demi sesuatu penyuluhan (penyampaian informasi)
dan penyuluhannya tersebut tanpa disertai desakan atau paksaan kepada
pembacanya agar menerima sesuatu yang dipaparkan sebagai sesuatu
yang besar.
4) Wacana Argumentasi
Wacana argumentasi adalah wacana yang berisi terdiri dari paparan
alasan dan pengintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan.
Pada wacana tersebut argumentasi digunakan untuk meyakinkan
kebenaran, gagasan, atau konsepsi sesuatu berdasarkan data dan
fenomena-fenomena keilmuan yang dikemukakan.
5) Wacana Persuasi
Jadi wacana persuasi adala wacana yang berisi paparan berdaya bujuk,
budaya ajuk, ataupun berdaya himbauan yang dapat membangkitkan
ketergiuran pembacanya untuk meyakini dan menuruti himbauan implisit
maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis atau pembuatnya.
c. Sifat Wacana
1) Wacana Fiksi
Bentuk dan isi wacana fiksi berorientasi pada imajinasi. Biasanyan,
tampilan bahasanya mengandung keindahan (estetika). Mungkin sekali
wacana fiksi bersifat atau kenyataan, tetapi gaya penyampaiannya indah
2) Wacana Nonfiksi
Wacana nonfiksi adalah suatu wacana dari hasil olah pikir manusia yang
melibatkan data dan informasi nyata dan kadang menggunakan kaidah-
kaiadah penulisan yang baku.Contoh wacana nonfiksi yaitu opini, essay,
artikel dan laporan penelitian.
d. Pola Wacana
1) Pola Umum- Khusus (General-Partikular)
Pola susunan umum-khusus adalah wacana yang diungkapkan dengan
pola pengembangan dari hal-hal atau kalimat yang bersifat umum diikuti
kalimat-kalimat yang bersifat khusus
2) Pola Seluruh-Bagian (Whole-Part/Componen)
Pola susunan wacana ini mengedepankan sesuatu secara menyeluruh
terlebih dahulu kemudian diikuti bagian-bagian dari keseluruhan tersebut
3) Pola Latar-Subjek-Unsur (Set-Subject-Element)
Pola latar-subjek-unsur adalah pola wacana yang di dalamnya terdapat
latar (waktu dan tempat peristiwa itu terjadi) dengan jelas, disertai dengan
subjek atau pelaku, serta diikuti dengan unsur-unsur yang mendukung
wacana tersebut
4) Pola yang Mencakup-yang Tercakup (Including-Included)
Pola wacana ini mengedepankan bagian yang mencakupi suatu objek
sebagai pikiran pokoknya. Pada bagian ini disampaikan hal-hal yang
mencakupi atau yang menjadi inti dari suatu objek
5) Pola Besar-Kecil (Large-Small)
Selanggam dengan pola sebelumnya, pola besar-keci diawali diawali
dengan pikiran utama yang bersifat lebih besar cakupannya /bidangnya
/ukurannya
6) Pola Luas-Dalam (Outside-Inside)
Pola ini hampir mirip dengan pola mencakup-tercakup, hanya saja yang
ditekankan bukan pada aspek keberkaitan/hubungan antarbagian
melainkan lebih pada aspek keluasan topic
7) Pola yang Memiliki-yang dimiliki (Possessor-Possessed)
Pola ini berfokus pada sesuatu yang bersifat yang memiliki dan yang
dimiliki
8) Pola Sekuensi TemporalPola wacana ini dibuat berdasarkan urutan waktu
atau kronologis
9) Pola Sekuensi Spasial
Pola ini menekankan pada aspek spasial/ruang. Wacana dibuat
berdasarkan urutan ruang/tempat
10) Pola Ekuivalensi-Kontras
Pola ini sering disebut dengan pola perbandingan dan pertentangan
11) Pola Sebab-Akibat
Senada dengan pola yang lain, pola ini didahului dengan pikiran utama
yang berupa hal-hal yang menjadi penyebab kemudian diikuti dengan
pikiran penjelas yang berupa hal-hal yang menjadi akibat dari pikiran
utama
e. Unsur Wacana
1) Unsur Internal
Terdiri dari :
Kata dan Kalimat
Teks dan Konteks
2) Unsur Eksternal
Terdiri dari :
Implikatur
Preuposisi
Referensi dan Inferensi
Konteks
MAKALAH BAHASA INDONESIA
Nama : Dewi Puspitasari
Kelas : X – 2
No Absen : 11
Materi : Kesusastraan dan Periodeisasi
KESUSASTRAAN DAN PERIODEISASI
Sastra (Sanskerta: शा�स्त्र, shastra) merupakan kata serapan dari bahasa
Sanskerta śāstra, yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau
"pedoman", dari kata dasar śās- yang berarti "instruksi" atau "ajaran". Dalam
bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada "kesusastraan"
atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.
Yang agak bias adalah pemakaian istilah sastra dan sastrawi. Segmentasi sastra
lebih mengacu sesuai defenisinya sebagai sekedar teks. Sedang sastrawi lebih
mengarah pada sastra yang kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah
sastrawan adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang
menggeluti sastrawi, bukan sastra.
Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau
sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan,
tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan
pengalaman atau pemikiran tertentu.
PEMBAGIAN SASTRA MENURUT USMAN EFFENDY
1. Kesusasteraan Lama ( ……. – 1920 )
2. Kesusasteraan Baru ( 1920 – 1945 )
3. Kesusasteraan Modern ( 1945 - …….. )
1. Bentuk Kesusatraan
a) Prosa
Bentuk sastra yang diuraikan menggunakan bahasa bebas dan panjang tidak
terikat oleh aturan-aturan seperti dalam puisi.
b) Puisi
Bentuk sastra yang diuraikan dengan menggunakan bahasa yang singkat dan
padat serta indah.
c) Prosa Liris
Bentuk sastra yang disajikan seperti bentuk puisi namun menggunakan bahasa
yang bebas terurai seperti pada prosa.
d) Drama
Yaitu bentuk sastra yang dilukiskan dengan menggunakan bahasa yang bebas
dan panjang, serta disajikan menggunakan dialog atau monolog. Drama ada dua
pengertian, yaitu drama dalam bentuk naskah dan drama yang dipentaskan.
2. Jenis Kesusastraan
a. Dilihat dari isinya
1) Epik, karangan yang melukiskan sesuatu secara obyektif tanpa
mengikutkan pikiran dan perasaan pribadi pengarang.
2) Lirik, karangan yang berisi curahan perasaan pengarang secara
subyektif.
3) Didaktif, karya sastra yang isinya mendidik penikmat/pembaca tentang
masalah moral, tatakrama, masalah agama, dll.
4) Dramatik, karya sastra yang isinya melukiskan sesuatu kejadian(baik atau
buruk) denan pelukisan yang berlebih-lebihan.
b. Dilihat dari sejarahnya
Kesusastraan Lama, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat lama dalam sejarah bangsa Indonesia. Kesusastraan Lama
Indonesia dibagi menjadi :
1) Kesusastraan zaman purba,
2) Kesusastraan zaman Hindu Budha,
3) Kesusastraan zaman Islam, dan
4) Kesusastraan zaman Arab – Melayu.
b) Kesusastraan Peralihan, kesusastraan yang hidup di zaman Abdullah bin
Abdulkadir Munsyi. Karya-karya Abdullah bin Abdulkadir Munsyi ialah :
Hikayat Abdullah
Syair Singapura Dimakan Api
Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jeddah
Syair Abdul Muluk, dll.
c) Kesusastraan Baru, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat baru Indonesia. Kesusastraan Baru mencangkup kesusastraan pada
Zaman :
Balai Pustaka / Angkatan 20
Pujangga Baru / Angkatan 30
Jepang
Angkatan 45
Angkatan 66
Mutakhir / Kesusastraan setelah tahun 1966 sampai sekarang.
a) Jenis-Jenis Sastra Lama
1) Mantra
Mantra merupakan karya sastra lama yang berisi pujian-pujian terhadap
sesuatu yang gaib atau yang di keramatkan, seperti dewa, roh dan
binatang. Mantra biasa nya di ucapkan oleh pawang atau dukun sewaktu
melakukan upacara keagamaan ataupun ketika berdoa
Kesusastraan Lama (Pujangga Lama)
Kitab Agama :
Syarab al-'Asyiqin (Minuman Para Pecinta) oleh Hamzah Fansuri
Asrar al-'Arifin (Rahasia-rahasia para Gnostik) oleh Hamzah Fansuri
Nur ad-Daqa'iq (Cahaya pada kehalusan-kehalusan) oleh Syamsuddin
Pasai
Bustan as-Salatin (Taman raja-raja) oleh Nuruddin ar-Raniri
2) Pantun
Pantun merupakan puisi lama yang terdiri dari empat baris dalam satu
baitnya. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran, sedangkan baris
ketiga dan keempatnya adalah isi. Bunyi terakhir pada kalimat -
kalimatnya berpola a-b-a-b. Dengan demikian, bunyi akhir pada kalimat
ketiga dan bunyi akhir kalimat kedua sama dengan bunyi akhir pada
Kalimat keempat
3) Seloka
Seloka di sebut juga dengan pantun berbingkai. Bedanya dengan pantun,
kalimat ke-2 dan ke-4 pada bait pertama di ulang kembali dan menjadi
kalimat ke-1 dan ke-3 pada bait kedua nya. Pengulangan itu di lakukan
terus-menerus sehingga bait-bait dalam puisi sambung-menyambung
4) Talibun
Talibun adalah pantun yang susunannya yang terdiri atas enam,delapan
atau sepuluh baris. Pembagian bait nya sama dengan pantun biasa,
maka tiga baris pertama merupakan sampiran dan tiga baris berikut nya
merupakan isi
5) Gurindam
Gurindam di sebut juga sajak peribahasa atau sajak dua seuntai.
Gurindam memiliki beberapa persamaan dengan pantun yakni pada
isinya. Gurindam banyak mengandung nasihat atau pendidikan, terutama
yang berkaitan dengan masalah keagamaan. Gurindam terdiri atas dua
kalimat. Kalimat pertama berhubungan langsung dengan kalimat
keduanya. Kalimat pertama selalu menyatakan pikiran atau peristiwa
sedangkan kalimat keduanya menyatakan keterangan atau
penjelasannya.
Kesusastraan Lama (Pujangga Lama)
- Syair Raja Siak
- Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji
6) Syair
Syair merupakan bentuk puisi klasik yang merupakan pengaruh
kebudayaan Arab. Dilihat dan jumlah barisnya, syair hampir sama dengan
pantun, yakni sama-sama terdiri atas empat baris. Perbedaan nya terletak
pada persajakan. Pantun bersajak a-b-a-b, sedangkan syair bersajak a-a-
a-a. selain itu, pantun memiliki sampiran, sedangkan syair tidak
memilikinya.
Kesusastraan Lama (Pujangga Lama)
- Syair Bidasari
- Syair Hukum Nikah karya Raja Ali Haji
- Syair Ken Tambuhan
- Syair Siti Shianah karya Raja Ali Haji
- Syair Sultan Abdul Muluk karya Raja Ali Haji
- Syair Suluh Pegawai karya Raja Ali Haji
- Syair Raja Mambang Jauhari
- Syair Raja Siak
Kesusastraan Lama (Sastra Melayu Lama)
o Robinson Crusoe (terjemahan)
o Lawan-lawan Merah
o Graaf de Monte Cristo (terjemahan)
o Kapten Flamberger (terjemahan)
o Rocambole (terjemahan)
o Nyai Dasima oleh G. Francis (Indo)
o Bunga Rampai oleh A.F van Dewall
o Kisah Perjalanan Nakhoda Bontekoe
o Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan
o Kisah Pelayaran ke Makassar dan lain-lainnya
o Cerita Siti Aisyah oleh H.F.R Kommer (Indo)
o Cerita Nyi Pain
o Dan masih ada sekitar 3000 judul karya sastra Melayu-Lama lainnya
7) Dongeng binatang
Dongeng binatang atau fabel adalah cerita yang tokoh-tokoh nya berupa
binatang dengan peran layak nya manusia. Binatang-binatang itu dapat
berbicara makan, minum, berkeluarga sebagaimana hal nya dengan
manusia. Fabel tidak hanya di kenal di masyarakat nusantara, melainkan
hampir dikenal di seluruh dunia. Bila pelaku populer fabel pada
masyarakat Melayu itu adalah kancil,maka di Jawa barat adalah kera, di
Eropa serigala, dan di Kamboja kelinci.
8) Legenda
Legenda atau dongeng tentang asal-usul binatang, tumbuhan dan asal
usul tempat
9) Dongeng Pelipur Lara
Dongeng pelipur lara ini bersifat komedi, isi nya di penuhi dengan kisah-
kisah lucu.
10) Hikayat
Hikayat berasal dari India dan Arab. Hikayat berisikan cerita para dewa,
peri pangeran, putri, ataupun kehidupan para bangsawan. Hikayat banyak
dipenuhi cerita-cerita gaib dan berbagai kesaktian. Karena tokoh da latar
nya banyak yang mengambil dai sejarah, cerita terselubung sering di
sebut cerita sejarah.
Kesusastraan Lama (Pujangga Lama)
Hikayat Abdullah
Hikayat Aceh
Hikayat Amir Hamzah
Hikayat Andaken Penurat
Hikayat Bayan Budiman
Hikayat Djahidin
Hikayat Hang Tuah
Hikayat Iskandar Zulkarnain
Hikayat Kadirun
Hikayat Kalila dan Damina
Hikayat Masydulhak
Hikayat Pandawa Jaya
Hikayat Pandja Tanderan
Hikayat Putri Djohar Manikam
Hikayat Sri Rama
Hikayat Tjendera Hasan
Tsahibul Hikayat
c. Jenis-Jenis Sastra Baru/Modern
1) Novel
Adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif; biasanya dalam bentuk
cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa Italia novella
yang berarti "sebuah kisah, sepotong berita". Novel lebih panjang (setidaknya
40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan
struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel bercerita
tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan
menitik beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut. Novel dalam
bahasa Indonesia dibedakan dari roman. Sebuah roman alur ceritanya lebih
kompleks dan jumlah pemeran atau tokoh cerita juga lebih banyak.
a) Novel – novel Pertama
Jepang adalah tempat lahirnya novel yang pertama. Novel itu berjudul Hikayat
Genji, yang ditulis pada abad ke-11 oleh Murasaki Shikibu. Ceritanya berfokus
pada tokoh khayalan Pangeran Genji, hubungan asmaranya, dan keturunan-
keturunannya. Hikayat Genji melukiskan kehidupan istana Jepang pada periode
Heian dan memberikan penggambaran memikat tentang wanita Jepang pada
masa itu.
Namun, novel berkembang dalam bentuk modern di Eropa selama masa
Renaisans. Isi novel-novel awal ini mencerminkan perhatian masyarakat pada
umumnya saat itu, termasuk munculnya kelas menengah sebagai kelompok
sosial, gugatan terhadap agama dan nilai-nilai moral tradisional, minat terhadap
sains dan filsafat, serta hasrat akan penjelajahan dan penemuan.
Novel-novel Eropa yang paling awal, disebut novel-novel picaresque, adalah
kisah-kisah petualangan yang menampilkan tokoh-tokoh utama yang cerdik, atau
picaros, yang mengandalkan kecerdikan mereka untuk bertahan. Bertolak-
belakang dengan roman-roman kesatriaan yang puitis, yang mengisahkan
perjuangan mencapai cita-cita spiritual tinggi, novel-novel picaresque merayakan
petualangan sebagai hiburan belaka.
Novel picaresque yang paling terkenal adalah Lazarillo de Tormes (1554), ditulis
oleh pengarang Spanyol yang anonim. Novel ini bercerita tentang seorang anak
lelaki yang mencoba bertahan di dunia yang penuh dengan para petani yang
kejam, pendeta yang jahat, bangsawan yang berkomplot, dan sederetan tokoh-
tokoh yang kasar.
Karya yang lebih serius adalah Don Quixote (1605, 1615), tulisan pengarang
Spanyol Miguel de Cervantes. Kisah ini menggambarkan seorang bangsawan
Spanyol idealis yang membayangkan dirinya sebagai seorang pahlawan, tetapi
sesungguhnya adalah seorang pria paruh baya biasa yang membaca banyak
roman kesatriaan sehingga dia tidak menyentuh realitas.
Semenjak itu, novel telah berkembang meliputi banyak genre. Umumnya, kini
novel dibedakan atas genre novel sosial, novel psikologi, novel pendidikan, novel
filsafat, novel populer, dan novel eksperimen. Novel populer sendiri terdiri atas
novel detektif, novel spionase, novel fiksi ilmiah, novel sejarah, novel fantasi,
novel horor, novel percintaan, dan novel Western.
Novel detektif pertama adalah The Moonstone (1868), karangan penulis Inggris
Wilkie Collins. Novel ini tidak hanya berisi teka-teki rumit siapa yang mencuri
permata langka bernama Moonstone, tetapi juga memperkenalkan jagoan
detektif modern yang pertama, Sersan Coff, diciptakan berdasarkan penyelidik
kriminal sungguhan yang menyukai mawar.
Novel spionase pertama adalah The Riddle of the Sands (1903) karangan
Erskine Childers. Novel ini mencangkok aspek-aspek cerita misteri dan kriminal
pada plot yang melibatkan intrik internasional. The Riddle of the Sands adalah
cerita khayalan tentang persiapan Jerman menyerang Inggris melalui laut.
Childers menggunakan pengalamannya sebagai seorang nakhoda kapal untuk
menggambarkan detail cerita itu.
Sebetulnya, sudah ada unsur-unsur fiksi ilmiah di dalam tulisan-tulisan lama,
tetapi novel fiksi ilmiah sejati yang pertama adalah Journey to the Center of the
Earth (1864) karya Jules Verne. Novel ini memasukkan geologi dan penelitian
tentang gua-gua ke dalam cerita khayalan tentang perjalanan menuju perut bumi.
Verne adalah pengarang pertama yang mengkhususkan diri dalam fiksi ilmiah.
Novel-novelnya banyak yang mendahului zaman, antara lain From the Earth to
the Moon (1865) dan 20,000 Leagues Under the Sea (1870).
Novel sejarah pertama adalah Waverley (1814), karangan novelis Skotlandia Sir
Walter Scott. Novel ini dan banyak sekuelnya berkisah seputar kejadian-kejadian
bersejarah di Skotlandia, Inggris, dan daerah-daerah lainnya di dunia.
Novel fantasi pertama adalah Alice’s Adventures in Wonderland (1865) dan
Through the Looking-Glass and What Alice Found There (1871) karya pengarang
Inggris Lewis Carroll. Kedua buku ini bercerita tentang seorang anak perempuan
yang masuk ke dalam sebuah dunia yang aneh, bertemu dengan kelinci yang
bisa berbicara, dan mengalami kejadian-kejadian yang seperti mimpi.
Agak sulit menentukan novel horor yang pertama. Ada yang menyebutkan
Frankenstein (1818) karya Mary Wollstonecraft Shelley, sebuah novel Gotik
tentang penciptaan monster. Tetapi, ada pula yang menyebutkan buku Dracula
(1897) karya Bram Stoker sebagai novel horor sejati yang pertama. Novel ini
memadukan cerita rakyat yang mengerikan yang usianya sudah berabad-abad
dengan kisah psikopat sungguhan Count Vlad Dracul dari Rumania.
Novel percintaan pertama adalah Jane Eyre (1847) karya novelis Inggris
Charlotte Bronte. Novel ini bercerita tentang seorang gadis muda yatim piatu
yang mendapatkan pekerjaan sebagai seorang guru privat dan kemudian jatuh
cinta pada majikannya.
Adapun novel Western pertama adalah The Virginian (1902), karangan Owen
Wister. Para penulis cerita picisan telah menghasilkan banyak cerita tentang para
penjahat selama tahun 1880-an dan 1890-an, tetapi Wister adalah pengarang
pertama yang mengangkat koboi sebagai jagoan literer. Sang tokoh menjalani
hidup yang keras, kehilangan kekasihnya, dan menghadapi duel senjata. Novel
ini menjadi best-seller dan kemudian dibuatkan drama, film, dan serial televisi.
Kesusastraan Baru ( Balai Pustaka-1945)
Marah Roesli
Siti Nurbaya (1922)
La Hami (1924)
Anak dan Kemenakan (1956)
Muhammad Yamin
Tanah Air (1922)
Indonesia, Tumpah Darahku (1928)
Kalau Dewi Tara Sudah Berkata
Ken Arok dan Ken Dedes (1934)
Hamka
o Di Bawah Lindungan Ka'bah (1938)
o Tenggelamnya Kapal Van der Wijck (1939)
o Tuan Direktur (1950)
o Didalam Lembah Kehidoepan (1940)
Kesusastraan Modern (1945-2000)
W.S. Rendra
o Balada Orang-orang Tercinta (1957)
o Empat Kumpulan Sajak (1961)
o Ia Sudah Bertualang (1963)
Djamil Suherman
o Perjalanan ke Akhirat (1962)
o Manifestasi (1963)
Titis Basino
o Dia, Hotel, Surat Keputusan (1963)
o Lesbian (1976)
o Bukan Rumahku (1976)
o Pelabuhan Hati (1978)
o Pelabuhan Hati (1978)
Hilman Hariwijaya
o Lupus - 28 novel (1986-2007)
o Lupus Kecil - 13 novel (1989-2003)
o Olga Sepatu Roda (1992)
o Lupus ABG - 11 novel (1995-2005)
Kesusastraan Milineum (>2000)
Habiburrahman El Shirazy
o Ayat-Ayat Cinta (2004)
o Diatas Sajadah Cinta (2004)
o Ketika Cinta Berbuah Surga (2005)
o Pudarnya Pesona Cleopatra (2005)
o Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007)
o Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007)
o Dalam Mihrab Cinta (2007)
2) Biografi
Adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Sebuah biografi
lebih kompleks daripada sekedar daftar tanggal lahir atau mati dan data-data
pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang perasaan yang terlibat
dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut.
Kesusastraan Milineum ( >2000)
o Soeharto Anak Desa
o Prof. Dr. B.I Habibie
o Ki Hajar Dewantara.
3) Cerpen
Atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif.
Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan
karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern)
dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan
teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih
luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam
berbagai jenis. Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang
digambarkan singkat yang dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan parallel
pada tradisi penceritaan lisan. Dengan munculnya novel yang realistis, cerita
pendek berkembang sebagai sebuah miniature.
Kesusastraan Modern-Milineum (1945-2000an)
o Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar
o Bola Lampu oleh Asrul Sani
o Teman Duduk oleh Moh. Kosim
o Wajah yang Bembah oleh Trisno Sumarjo
o Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis.
o Dari Ave Maria Ke Jalan Lain Ke Roma karya Idrus
o obohnya Surau Kami (Cerpen) karya A.A. Navis
4) Drama
adalah satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh
aktor. Kosakata ini berasal dari Bahasa Yunani yang berarti "aksi", "perbuatan".
Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media: di atas panggung, film, dan atau
televisi. Drama juga terkadang dikombinasikan dengan musik dan tarian,
sebagaimana sebuah opera (lihat melodrama).
Di Indonesia, pertunjukan sejenis drama mempunyai istilah yang
bermacam-macam. Seperti: Wayang orang, ketoprak, ludruk (di Jawa
Tengah dan Jawa Timur), lenong (Betawi), randai (minang), reog (Jawa
Barat), rangda (Bali) dan sebagainya.
Kesusastraan Modern (1945-2000)
o Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani
o Sedih dan Gembira karya Usmar Ismail
o Malam Jahanam karya Motinggo Busye
o Kapai-Kapai karya Arifin C.Noer
3. Pola Kesusastraan
Pola Kesusastraan disesuaikan dengan masing-masing jenis dan bentuknya
yang beraneka ragam. Yang masing-masing bentuk dan jenisnya memiliki ciri
khas yang berbeda antara yang satu dengan lainnya
4. Unsur Kesusastraan
Sastra Lama
a) Unsur Mantra
- Berirama akhir abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde.
- Bersifat lisan, sakti atau magis
- Adanya perulangan
- Metafora merupakan unsur penting
- Bersifat esoferik (bahasa khusus antara pembicara dan lawan bicara) dan
misterius
- Lebih bebas dibanding puisi rakyat lainnya dalam hal suku kata, baris dan
persajakan
b) Unsur Pantun
- bersajak ab-ab
- satu bait pantun terdiri dari 4 baris
- baris ke-1 dan 2 merupakan sampiran dan baris ke-3 dan 4 merupakan isi
pantun
- satu baris pantun terdiri dari 8-12 suku kata
c) Unsur Seloka
- Kalimat ke-2 dan ke-4 pada bait pertama di ulang kembali menjadi kalimat
ke-1 dan ke-3 pada bait kedua
- Pengulangan di lakukan terus-menerus hingga bait-bait dalam puisi
sambung-menyambung
d) Unsur Talibun
- Setiap larik atau baris jumlah katanya antara 6-12 suku kata.
- Setiap bait terdiri 6 larik / lebih dan jumlahnya genap.
- Setengah dari jumlah baitnya merupakan sampiran dan setengahnya lagi
merupakan Isi.
- Rima akhirnya dapat dirumuskan abc,abc,abcs,abcd.
- Larik dalam setiap baitnya, hubungannya tidak / kurang logis.
e) Unsur Gurindam
- Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian
- Baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau
perjanjian pada baris pertama tadi.
f) Unsur Syair
- Terdiri dari 4 baris
- Berirama aaaa
- Keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair
g) Unsur Dongeng Binatang
- Alur
- Tokoh
- Latar
- Tema
- Amanat
h) Unsur Legenda
- Tema
- Setting
- Alur
- Penokohan
- Amanat
- Sudut Pandang
- Gaya Bahasa
i) Unsur Hikayat
- Alur (plot)
- Tema
- Penokohan
Teknik Analitik
Teknik Dramatik
- Sudut Pandang
- Latar
- Amanat
Sastra Baru
a) Unsur Biografi
- Identitas tokoh
- Pengalaman hidup
- Pandangan hidup
- Kebiasaan positif
b) Unsur Novel
- Tema
- Setting
- Sudut Pandang
- Alur
- Penokohan
- Gaya Bahasa
c) Unsur Cerpen
- Tema
- Alur atau Plot
- Penokohan
- Latar atau Setting
- Sudut Pandang Tokoh
- Amanat
d) Unsur Drama
- Tema
- Alur
- Penokohan
- Perwatakan
- Latar atau Setting
- Amanat
- Penataan
- Sutradara
- Properti
Unsur Kesusastraan
a. Unsur Intrinsik
1) Tema
Adalah sesuatu yang menjadi pokok masalah/pokok pikiran dari pengarang yang
ditampilkan dalam karangannya
2) Amanat
Adalah pesan/kesan yang dapat memberikan tambahan pengetahuan,
pendidikan, dan sesuatu yang bermakna dalam hidup yang memberikan
penghiburan, kepuasan dan kekayaan batin kita terhadap hidup
3) Plot atau Alur
Adalah jalan cerita/rangkaian peristiwa dari awal sampai akhir.
Tahap-Tahap Alur
1. Tahap perkenalan/Eksposisi
Adalah tahap permulaan suatu cerita yang dimulai dengan suatu kejadian, tetapi
belum ada ketegangan (perkenalan para tokoh, reaksi antarpelaku,
penggambaran fisik, penggambaran tempat)
2. Tahap pertentangan /Konflik
Adalah tahap dimana mulai terjadi pertentangan antara pelaku-pelaku (titik pijak
menuju pertentangan selanjutnya)
Konflik ada dua ;
1. konflik internal
Adalah konflik yang terjadi dalam diri tokoh.
2. konflik eksternal
Adalah konflik yang terjadi di luar tokoh(konflik tokoh dengan tokoh, konflik tokoh
dengan lingkungan, konflik tokoh dengan alam, konlik tokoh denganTuhan dll)
3. Tahap penanjakan konflik/Komplikasi
Adalah tahap dimana ketegangan mulai terasa semakin berkembang dan rumit
(nasib pelaku semakin sulit diduga, serba samar-samar)
4. Tahap klimaks
Adalah tahap dimana ketegangan mulai memuncak (perubahan nasip pelaku
sudah mulai dapat diduga, kadang dugaan itu tidak terbukti pada akhir cerita)
5. Tahap penyelesaian
Adalah tahap akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan tentang nasib-nasib
yang dialami tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak itu. Ada pula yang
penyelesaiannya diserahkan kepada pembaca, jadi akhir ceritanya
menggantung, tanpa ada penyelesaian.
Macam-Macam Alur
1. Alur maju
Adalah peristiwa –peristiwa diutarakan mulai awal sampai akhir/masa kini menuju
masa datang.
2. Alur mundur/Sorot balik/Flash back
Adalah peristiwa-peristiwa yang menjadi bagian penutup diutarakan terlebih
dahulu/masa kini, baru menceritakan peristiwa-peristiwa pokok melalui
kenangan/masa lalu salah satu tokoh.
3. Alur gabungan/Campuran
Adalah peristiwa-peristiwa pokok diutarakan. Dalam pengutararaan peristiwa-
peristiwa pokok, pembaca diajak mengenang peristiwa-peristiwa yang
lampau,kemudian mengenang peristiwa pokok ( dialami oleh tokoh utama) lagi.
4) Perwatakan atau Penokohan
Adalah bagaimana pengarang melukiskan watak tokoh
Cara Untuk Melukiskan Watak Tokoh
1. Analitik
Adalah pengarang langsung menceritakan watak tokoh.
Contoh :
Siapa yang tidak kenal Pak Edi yang lucu, periang, dan pintar. Meskipun agak
pendek justru melengkapi sosoknya sebagai guru yang diidolakan siswa. Lucu
dan penyanyang.
2. Dramatik
Adalah pengarang melukiskan watak tokoh dengan tidak langsung.
Bisa melalui tempat tinggal,lingkungan,percakapan/dialog antartokoh, perbuatan,
fisik dan tingkah laku, komentar tokoh lain terhadap tokoh tertentu, jalan pikiran
tokoh.
Contoh :
Begitu memasuki kamarnya Yayuk, pelajar kelas 1 SMA itu langsung melempar
tasnya ke tempat tidur dan membaringkan dirinya tanpa melepaskan sepatu
terlebih dahulu. (tingkah laku tokoh)
3. Campuran
Adalah gabungan analitik dan dramatik.
Pelaku dalam cerita dapat berupa manusia , binatang, atau benda-benda mati
yang diinsankan
Pelaku atau Tokoh
1. Pelaku Utama
Adalah pelaku yang memegang peranan utama dalam cerita dan selalu
hadir/muncul pada setiap satuan kejadian.
2. Pelaku Pembantu
Adalah pelaku yang berfungsi membantu pelaku utama dalam cerita.Bisa
bertindak sebagai pahlawan mungkin juga sebagai penentang pelaku utama.
3. Pelaku Protagonis
Adalah pelaku yang memegang watak tertentu yang membawa ide kebenaran.
(jujur,setia,baik hati dll)
4. Pelaku Antagonis
Adalah pelaku yang berfungsi menentang pelaku protagonis (penipu,
pembohong dll)
5. Pelaku Tritagonis
Adalah pelaku yang dalam cerita sering dimunculkan sebagai tokoh ketiga yang
biasa disebut dengan tokoh penengah.
5) Latar atau Seting
Latar/ setting adalah sesuatu atau keadaan yang melingkupi pelaku dalam
sebuah cerita.
Macam-macam latar
1. Latar Tempat
Adalah latar dimana pelaku berada atau cerita terjadi (di sekolah, di kota, di
ruangan dll)
2. Latar Waktu
Adalah kapan cerita itu terjadi ( pagi, siang,malam, kemarin, besuk dll)
3. Latar Suasana
Adalah dalam keadaan dimana cerita terjadi. (sedih, gembira, dingin, damai, sepi
dll)
6) Sudut Pandang Pengarang
Sudut pandang adalah posisi/kedudukan pengarang dalam membawakan cerita.
Sudut pandang dibedakan atas :
1. Sudut pandang orang kesatu
Adalah pengarang berfungsi sebagai pelaku yang terlibat langsung dalam cerita,
terutama sebagai pelaku utama. Pelaku utamanya(aku, saya, kata ganti orang
pertama jamak : kami, kita)
2. Sudut pandang orang ketiga
Adalah pengarang berada di luar cerita, ia menuturkan tokoh-tokoh di luar, tidak
terlibat dalam cerita. Pelaku utamanya (ia, dia, mereka,kata ganti orang ketiga
jamak, nama-nama lain)
b. Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari luar
1. Latar Belakang Penciptaan
Adalah kapan karya sastra tersebut diciptakan
2. Kondisi masyarakat pada saat karya sastra diciptakan
Adalah keadaan masyarakat baik itu ekonomi, sosial, budaya,politik pada saat
karya sastra diciptakan
3. Pandangan hidup pengarang/Latar belakang pengarang
MAKALAH BAHASA INDONESIA
Nama : Dewi Puspitasari
Kelas : X – 2
No Absen : 11
Materi : Keterampilan Berbahasa
KETERAMPILAN BERBAHASA
Menurut Hoetomo MA (2005:531-532) terampil adalah cakap dalam
menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Keterampilan adalah kecakapan
untuk menyelesaikan tugas. atau kecakapan yang disyaratkan. Dalam pengertian
luas, jelas bahwa setiap cara yang digunakan untuk mengembangkan manusia,
bermutu dan memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sebagaimana
diisyaratkan (Suparno, 2001:27).
Sehubungan dengan penggunaan bahasa, terdapat empat keterampilan dasar
bahasa, yaitu mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis.
1. Keterampilan Menyimak
Menyimak merupakan suatu proses. Sebagai sebuah proses, peristiwa
menyimak diawali dengan kegiatan mendengarkan bunyi bahasa secara
langsung atau tidak langsung. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga
diidentifikasi jenis dan pengelompokannya menjadi suku kata, kata, frase, klausa,
kalimat, dan wacana. Jeda dan intonasi juga ikut diperhatikan oleh penyimak.
Bunyi bahasa yang diterima kemudian ditafsirkan maknanya dan dinilai
kebenarannya agar dapat diputuskan diterima tidaknya. Dengan kata lain,
menyimak merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan
bunyi bahasa, mengidentifikasi, menafsirkan, menilai, dan mereaksi atas makna
yang terkandung di dalam wacana lisan.
Tujuan utama menyimak antara lain untuk mendapatkan fakta, menganalisis
fakta, mengevaluasi fakta, mendapatkan inspirasi, mendapatkan hiburan, dan
memperbaiki kemampuan berbicara.Secara garis besar menyimak dibagi
menjadi dua jenis, yakni menyimak ekstensif dan menyimak intensif (Tarigan,
1990). Akan tetapi, ada juga yang menyatakan menyimak ditinjau dari sumber
suara, terdiri dari menyimak intra personal dan menyimak antar personal. Semua
jenis menyimak ini memiliki kelebihan dan kekurangan sesuai dengan konteks
kebutuhan penyimak.
Menyimak ekstensif ialah proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari seperti menyimak radio, televisi, percakapan orang di pasar, dan
menyimak pengumuman (Tarigan, 1990).
Jenis-jenis menyimak ekstensif (S2AP) meliputi (1) menyimak sekunder, yaitu
menyimak yang terjadi secara kebetulan, misalnya, sambil memasak
mendengarkan siaran berita, (2) menyimak sosial, yaitu menyimak yang
berlangsung dalam situasi-situasi sosial seperti di pasar atau terminal, (3)
menyimak apresiatif, yaitu menyimak untuk menghayati dan menikmati sesuatu,
misalnya menyimak pembacaan puisi, atau menyimak drama, dan (4) menyimak
pasif, yaitu menyimak yang dilakukan tanpa upaya sadar Jenis-jenis menyimak
ini lebih banyak digunakan secara alamiah.
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang harus dilakukan dengan
sungguh-sungguh dan penuh konsentrasi agar dapat menangkap makna yang
dikehendaki. Menyimak intensif diakhiri dengan kegiatan mengungkapkan
kembali sesuatu yang dipahami secara lisan maupun tulis (Tarigan,1990).
Jenis-jenis menyimak intensif (K3EIS) adalah (1) menyimak kritis, yaitu kegiatan
menyimak untuk memberikan penilaian secara objektif mengenai kebenaran
informasi yang disimak; (2) menyimak konsentratif, yaitu menyimak dengan
dengan penuh perhatian untuk memperoleh pemahaman yang baik tentang
informasi yang disimak; (3) menyimak eksploratif, yaitu kegiatan menyimak yang
dilakukan untuk menemukan informasi baru; (4) menyimak kreatif, yaitu kegiatan
menyimak yang bertujuan mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas
penyimak, misalnya dengan cara mengemukakan kembali gagasan pembicara;
(5) menyimak interogatif, yaitu kegiatan menyimak yang bertujuan memperoleh
informasi dengan cara mengajukan pertanyaan yang diarahkan kepada
pemerolehan informasi tersebut; (6) menyimak selektif, yaitu kegiatan menyimak
yang memusatkan perhatian pada hal tertentu yang sudah dipilih.
Agar dapat menyimak secara efektif, penyimak harus menyimak dengan penuh
konsentrasi, menelaah materi simakan, menyimak dengan kritis, dan apabila
bahan simakan cukup panjang dapat diikuti dengan kegiatan mencatat. Di
samping itu, penyimak hendaknya siap fisik dan mental, bermotivasi, objektif,
menyeluruh, selektif, tidak mudah terganggu, menghargai pembicara, cepat
menyesuaikan diri, tidak mudah emosi, kontak dengan pembicara, dan responsif.
Pada saat menyimak, perlu dihindari beberapa kebiasaan yang kurang
menguntungkan, antara lain keegosentrisan, keengganan ikut terlibat, ketakutan
akan perubahan, keinginan menghindari pertanyaan, puas terhadap penampilan
eksternal, menghindari penjelasan yang sulit, penolakan terhadap pembicara,
mengritik penampilan/cara berbicara pembicara, perhatian pura-pura, mencatat
detil pembicaraan, dan menyerah pada gangguan.
Teknik Pembelajaran Menyimak
a. Menyimak Berita
Berita merupakan laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Berita
yang lengkap selalu memuat jawaban atas pertanyaan apa, siapa, di mana,
kapan, mengapa, dan bagaimana. Penyampaian berita dapat dilakukan secara
lisan maupun tertulis, baik langsung maupun melalui berbagai media.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran menyimak, kompetensi yang akan
dicapai melalui pembelajaran menyimak berita adalah agar siswa mampu
mendengarkan siaran atau informasi dari media elektronika atau pembacaan
teks dan memberikan tanggapan. Indikator pencapaiannya adalah siswa mampu
(1) mencatat pokok-pokok isi berita, (2) mengajukan pertanyaan tentang isi
berita, (3) menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan isi berita, dan (4)
mengungkapkan kembali isi berita yang didengar dalam beberapa kalimat secara
runtut.
Untuk pembelajaran menyimak, berita dapat diambil dari siaran (langsung)
radio/televisi, atau dapat dibacakan di kelas.
Berikut dipaparkan salah satu model kegiatan pembelajaran menyimak berita.
(1) Guru bertanya jawab dengan siswa tentang berita hangat hari itu dengan
berpedoman pada 5 W + 1 H (what, who, where, whem, why, how).
(2) Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran dan
manfaat yang akan diperoleh jika siswa menguasai kompetensi tersebut.
(3) Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan.
(4) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok.
(5) Siswa mendengarkan rekaman/pembacaan berita radio/televisi.
(6) Siswa mencatat pokok-pokok isi berita.
(7) Siswa membuat pertanyaan mengenai isi berita.
(8) Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan kelompok lain.
(9) Siswa mengungkapkan kembali secara tertulis isi berita.
(10) Siswa bersama guru menyimpulkan cara efektif menyimak berita.
(11) Refleksi
b. Menyimak Khotbah
Khobah merupakan salah satu jenis pidato yang terutama menguraikan ajaran-
ajaran agama. Karena itu, bahasa khotbah bersifat persuasif.
Kompetensi dasar yang akan dicapai melalui pembelajaran menyimak khotbah
adalah siswa mampu menyimak khotbah dengan indikator pencapaian
kompetensi siswa mampu (1) mencatat pokok-pokok isi khotbah yang
didengarkan, (2) menuliskan pokok-pokok isi khotbah dalam beberapa kalimat,
dan (3) menyampaikan secara lisan ringkasan isi khotbah.
Contoh Model Kegiatan Pembelajaran:
(1) Guru menunjukkan gambar peristiwa khotbah
(2) Guru menanyakan apa saja yang didapatkan dari sebuah khotbah
(3) Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran dan
manfaat yang akan diperoleh jika siswa menguasai kompetensi tersebut.
(4) Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan.
(5) Guru memperdengarkan rekaman khotbah.
(6) Siswa mencatat pokok-pokok isi khotbah melalui identifikasi kata kunci dan kalimat
topik.
(7) Siswa secara berkelompok berdiskusi untuk menentukan pokok-pokok isi
khotbah.
(8) Setiap kelompok menuliskan pokok-pokok isi khotbah dalam beberapa kalimat.
(9) Wakil setiap kelompok menyampaikan ringkasan khotbah secara lisan.
(10) Kelompok lain menilai dengan menggunakan rubrik yang sudah dipersiapkan.
(11) Guru dan siswa mengukuhkan simpulan cara efektif menyimak khotbah dan cara
menyimpulkan isi khotbah.
(12) Refleksi
c. Menyimak Puisi
Ada banyak hal yang dapat diperoleh ketika seseorang mendengarkan
pembacaan puisi. Dengan mendengarkan puisi rasa keindahan bertambah
tajam, sikap berempati dan bersimpati berkembang, pengetahuan dan
pengalaman bertambah luas, dan pembaca dapat merefleksikan hasil
pembacaan itu dalam berbagai bentuk, seperti menghayati dan mengamalkan
nilai-nilai yang ada di dalam puisi.
Berikut dipaparkan salah satu model pembelajaran mendengarkan puisi untuk
mencapai kompetensi dasar mendengarkan puisi yang disampaikan secara
langsung dan mengungkapkan unsur-unsur di dalamnya yang indikator
pencapaiannya adalah siswa mampu: (1) menentukan tema puisi yang
dibacakan, (2) mengungkapkan makna yang terkandung dalam puisi yang
dibacakan, dan (3) mengungkapkan pesan dalam puisi yang dibacakan.
Contoh model kegiatan pembelajarannya sebagai berikut.
(1) Guru bertanya jawab dengan siswa tentang masalah yang berkaitan dengan
puisi.
(2) Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran dan
manfaat yang akan diperoleh jika siswa menguasai kompetensi tersebut.
(3) Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan.
(4) Siswa mendengarkan model pembacaan puisi.
(5) Salah seorang siswa membacakan puisi.
(6) Siswa lain mengomentari pembacaan puisi.
(7) Siswa secara berkelompok berdiskusi untuk menentukan tema, makna, dan
pesan yang terkandung dalam puisi disertai data yang mendukung.
(8) Setiap kelompok menuliskan hasil diskusi kelompoknya dalam selembar karton
dan menempelnya di dinding.
(9) Setiap kelompok menilai hasil diskusi kelompok lain dan menentukan mana yang
paling baik.
(10) Guru dan siswa mengukuhkan simpulan cara menemukan tema, makna, dan
pesan puisi yang disimak.
(11) Refleksi
d. Menyimak Cerita Rakyat
Cerita rakyat adalah cerita dari zaman dahulu yang hidup di kalangan rakyat
yang diwariskan secara lisan. Dongeng, mite, legenda, fabel, dan parabel adalah
contoh-contoh cerita rakyat.
Di dalam pembelajaran menyimak, bahan simakan yang berupa cerita rakyat
dapat berupa penyajian secara langsung, dibacakan, atau melalui rekaman.
Adapun tujuan pembelajaran menyimak cerita rakyat adalah: siswa mampu
mendengarkan cerita rakyat yang disampaikan secara langsung dan
mengungkapkan unsur-unsur di dalamnya. Ketercapaian tujuan tersebut ditandai
oleh indikator: siswa mampu (1) menentukan isi atau amanat yang terdapat di
dalam cerita, dan (2) mengutarakan secara lisan amanat dalam cerita rakyat
dengan memperhatikan pelafalan kata dan kalimat yang tepat
Contoh model penyajiannya sebagai berikut.
(1) Siswa diajak bertanya jawab tentang satu permasalahan yang ada kaitannya
dengan tema cerita rakyat yang akan diperdengarkan.
(2) Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran dan
manfaat yang akan diperoleh jika siswa menguasai kompetensi tersebut.
(3) Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan.
(4) Siswa mendengarkan pembacaan cerita rakyat oleh guru.
(5) Siswa secara berkelompok membuat pertanyaan tentang cerita rakyat yang baru
saja diperdengarkan.
(6) Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan kelompok lain.
(7) Siswa secara berkelompok menentukan amanat cerita rakyat yang
diperdengarkan dengan bukti yang mendukung.
(8) Wakil dari setiap kelompok siswa menyampaikan amanat cerita rakyat secara
lisan dan siswa dari kelompok lain memberikan penilaian dengan menggunakan
rubrik yang telah disiapkan untuk menentukan yang terbaik.
(9) Refleksi
e. Menyimak Wawancara
Wawancara merupakan tanya jawab antara pewawancara dengan seseorang
yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu
hal. Di dalam wawancara, pewawancara membimbing arah percakapan melalui
serangkaian pertanyaan.
Tujuan pembelajaran menyimak wawancara adalah melatih kepekaan siswa
dalam menerima atau mencari informasi. Karena itu, menyimak wawancara
dapat diarahkan pada upaya menemukan pokok-pokok pembicaraan dalam
wawancara dan membuat rangkuman isi pembicaraan dalam beberapa kalimat.
Pembelajaran menyimak wawancara dapat dilakukan secara langsung, atau dari
rekaman kaset atau video.
Salah satu model penyajiannya sebagai berikut.
(1) Siswa diajak bertanya jawab tentang satu permasalahan yang ada kaitannya
dengan tema wawancara yang akan disaksikan.
(2) Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran dan
manfaat yang akan diperoleh jika siswa menguasai kompetensi tersebut.
(3) Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan.
(4) Siswa mendengarkan wawancara antara guru dan kepala sekolah mengenai
topik tertentu.
(5) Siswa mencatat pokok-pokok isi wawancara.
(6) Siswa menuliskan rangkuman isi wawancara.
(7) Siswa menyampaikan hasil rangkumannya secara lisan dan ditanggapi oleh
siswa lain.
(8) Siswa bersama guru menyimpulkan cara menyimak wawancara yang baik.
(9) Refleksi.
Hal-hal Lain yang Harus Diperhatikan
Agar pembelajaran menyimak dapat berlangsung dengan baik, paling
tidak hal-hal di bawah ini hendaknya mendapat perhatian.
Pelaksanaan pembelajaran menyimak perlu memperhatikan prinsip-
prinsip pendekatan kontekstual.
Jika bahan berupa teks yang dibacakan, usahakan agar teks tersebut
belum dibaca oleh siswa.
Usahakan agar model/pembaca teks membacakan teks secara jelas dan
tepat sehingga tidak mengganggu proses pemahaman penyimak.
Jika dalam pembelajaran menggunakan media (audio/audiovisual),
usahakan agar kondisi media betul-betul siap pakai.
Bahan yang diperdengarkan hendaknya tidak terlalu panjang (dibatasi
waktunya) mengingat daya konsentrasi siswa terbatas.
Usahakan agar tercipta suasana yang kondusif untuk menyimak.
Sebelum kegiatan menyimak dilaksanakan, kemukakan secara jelas
tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan.
Ajaklah siswa untuk bersama-sama menilai unjuk kerja teman-temannya.
2. Keterampilan Berbicara atau Wicara
Berbicara merupakan keterampilan dalam menyampaikan pesan melalui bahasa
lisan kepada orang lain. Penggunaan bahasa secara lisan dapat pula
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi berbicara
secara langsung adalah sebagai berikut: (a) pelafalan; (b) intonasi; (c) pilihan
kata; (d) struktur kata dan kalimat; (e) sistematika pembicaraan; (f) isi
pembicaraan; (g) cara memulai dan mengakhiri pembicaraan; dan (h)
penampilan.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut dapat ditelusuri relevansi Mata Kuliah
Berbicara dengan mata kuliah lainnya. Dari segi pelafalan Mata Kuliah Berbicara
berkaitan dengan Mata Kuliah Fonologi Bahasa Indonesia. Dari segi intonasi
Mata Kuliah Berbicara berkaitan dengan Mata Kuliah Sintaksis Bahasa
Indonesia. Dari segi pilihan kata Mata Kuliah Berbicara berkaitan dengan Mata
Kuliah Semantik Bahasa Indonesia. Dari segi struktur kata Mata Kuliah Berbicara
berkaitan dengan Mata Kuliah Linguistik Umum, dan Sintaksis Bahasa Indonesia.
Dari segi sistematika dan isi pembicaraan Mata Kuliah Berbicara berkaitan
dengan Mata Kuliah Wacana Bahasa Indonesia. Mata Kuliah Berbicara juga
berkaitan dengan Mata Kuliah Analisis Kesalahan Berbahasa karena dalam
berbicara orang sering membuat kesalahan pelafalan, intonasi, pilihan kata,
struktur kata, dan kalimat.
Jenis-Jenis Keterampilan Berbicara
Bila diperhatikan mengenai bahasa pengajaran akan kita dapatkan berbagai
jenis berbicara. Antara lain: diskusi, percakapan, pidato menjelaskan, pidato
menghibur, ceramah.
a) Diskusi
Diskusi adalah sebuah interaksi komunikasi antara dua orang atau
lebih/kelompok. Biasanya komunikasi antara mereka/kelompok tersebut berupa
salah satu ilmu atau pengetahuan dasar yang akhirnya akan memberikan rasa
pemahaman yang baik dan benar. Diskusi bisa berupa apa saja yang awalnya
disebut topik. Dari topik inilah diskusi berkembang dan diperbincangkan yang
pada akhirnya akan menghasilkan suatu pemahaman dari topik tersebut.
Macam-macam diskusi:
I. Seminar
Pertemuan para pakar yang berusaha mendapatkan kata sepakat mengenai
suatu hal.
II. Sarasehan/Simposium
Pertemuan yang diselenggarakan untuk mendengarkan pendapat prasaran para
ahli mengenai suatu hal/masalah dalam bidang tertentu.
III. Lokakarya/Sanggar Kerja
Pertemuan yang membahas suatu karya.
IV. Santiaji
Pertemuan yang diselenggarakan untuk memberikan pengarahan singkat
menjalang pelaksanaan kegiatan.
V. Muktamar
Pertemuan para wakil organisasi mengambil keputusan mengenai suatu masalah
yang dihadapi bersama.
VI. Konferensi.
Pertemuan untuk berdiskusi mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama.
VII. Diskusi Panel
Diskusi yang dilangsungkan oleh panelis dan disaksikan/dihadiri oleh beberapa
pendengar, serta diatur oleh seorang moderator.
VIII. Diskusi Kelompok
Penyelesaian masalah dengan melibat kan kelompok-kelompok kecil.
b) Percakapan
Percakapan adalah dialog antara dua orang atau lebih. Membangun komunikasi
melalui bahasa lisan (melalui telepon, misalnya) dan tulisan (di chat room).
Percakapan ini bersifat interaktif yaitu komunikasi secara spontan antara dua
atau lebih orang .
c) Pidato
Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara di depan umum atau berorasi untuk
menyatakan pendapatnya, atau memberikan gambaran tentang suatu hal. Pidato
biasanya dibawakan oleh seorang yang memberikan orasi-orasi, dan pernyataan
tentang suatu hal/peristiwa yang penting dan patut diperbincangkan. Pidato
adalah salah satu teori dari pelajaran bahasa indonesia.
Pidato biasanya digunakan oleh seorang pemimpin untuk memimpin dan
berorasi di depan banyak anak buahnya atau khalayak ramai.
d) Ceramah
Ceramah merupakan suatu kegiatan berbicara di depan umum dalam situasi
tertentu untuk tujuan tertentu dan kepada pendengar tertentu. Dalam setiap
ceramah pembicara harus menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi sehingga ceramah, dapat berjalan dengan lancar. Kegiatan ceramah
harus memperhatikan hal-hal antara lain : suara, intonasi, gaya bahasa, sikap,
gerak-gerik, mimic sehingga pendengar dapat tertarik dengan apa yang
diungkapkan.
3. Keterampilan Membaca
a) Membaca adalah kegiatan merespon lambang-lambang cetak atau
lambang-lambang tulis dengan pengertian yang tepat (Harjasujana &
Maryati).
b) Membaca adalah suatu kegiatan berbaha untuk memahami lambang-
lambang bunyi bahasa yang tertulis baik bersuaar ataupun tidak dalam
memahami informasi-informasi yang disajikan (Herususanto).
c) Membaca adalah proses psikologis, proses sensorik, proses perseptual,
dan proses perkembangan (Harras dan Sulistianingsih).
Jenis Membaca
1) Membaca Nyaring
Penggunaan ucapan yang tepat.
Pemenggalan frase yang tepat.
Penggunaan intonasi, nada, dan tekanan yang tepat.
Penggunaan tanda baca dengan baik.
Penggunaan suara yang jelas.
Penggunaan ekspresi yang tepat.
Pengaturan kecepatan membaca.
Pengaturan ketepatan pernapasan.
Pemahaman bacaan.
Pemilikan rasa percaya diri.
2) Membaca Dalam Hati (Membaca Ekstensif dan Membaca Intensif)
- Membaca Ekstensif
Membaca ekstensif adalah proses membaca yang dilakukan dalam waktu yang
singkat dan dengan bahan bacaan yang beranekaragam.
3) Membaca survey
Kegiatam membaca yang bertujuan untuk mengetahui gambaran umum isi dan
ruang lingkup bahan bacaan, membaca survei merupakan kegiatan membaca
misalnya melihat judul, pengarang, daftar isi dll.
4) Membaca sekilas
Kegiatan membaca yang menyebabkan mata kita bergerak cepat melihat dan
memperhatikan bahan tertulis untuk mencari dan mendapatkan informasi secara
cepat (skimming).
Skimming bertujuan :
Mengetahui topik bacaan
Mengetahui pendapat orang
Mendapat bagian penting tanpa membaca seluruhnya
Menyegarkan apa yang pernah dibaca.
5) Membaca dangkal
Kegiatan membaca untuk memperoleh pemahaman yang dangkal dari bahan
bacaan yang kita baca. Bahan bacaannya merupakan bahan bacaan yang ringan
karena tujuannya untuk mencari kesenangan.
- Membaca Intensif
Membaca Intensif adalah Kegiatan membaca yang dilaksanakan secara
seksama dan merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkandan mengasah
kemampuan membaca secara kritis
Jenis Membaca Intensif
(1) Membaca Telaah Isi
Membaca pemahaman
Membaca krisis
Membaca teliti
Mmembaca ide
(2) Membaca Telaah Bahasa
- Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman merupakan kegiatan membaca yang tujuan utamanya
memahami bacaan secara tepat dan cepat.
> Aspek-Aspek yang Diperlukan untuk Membaca Pemahaman
Memiliki kosakata yang banyak
Memiliki kemampuan menafsirkan makna kata, frasa, kalimat, dan
wacana
Memiliki kemampuan menentukan ide pokok dan ide penunjang
Memiliki kemampuan menangkap garis besar bacaan
Memiliki kemampuan menangkap urutan peristiwa
- Membaca Kritis
Kegiatan membaca yang dilaksanakan secara bijaksana, penuh tenggang rasa,
evaluatif, serta analitis, dan bukan mencari kesalahan penulis.
Kemampuan Membaca Kritis Meliputi :
1) Kemampuan mengingat dan mengenali bahan bacaan meliputi mengenali
tokoh dan sifatnya, mengenali ide pokok.
2) Kemampuan mengintepretasi makna tersirat
3) Kemampuan mengaplikasi konsep-konsep dalam bacaan
4) Kemampuan menganalisis isi bacaan
5) Kemampuan membuat simpulan
6) Kemampuan menilai isi bacaan apakah fakta atau fantasi pengarang
- Membaca Ide
Kegiatan membaca yang ingin mencari dan memanfaatkan ide-ide yang terdapat
dalam bacaan.
- Membaca Teliti
Membaca teliti diawali dengan surve yang cepat untu melihat organisasi bacaan
dan melihat hubungan paragraf dengan seluruh bacaan.
Membaca Telaah Bahasa
Membaca bahasa asing tujuannya memperbanyak kosakata, mengetahui
ragam bahasa, bagian-bagian kata (afiks, akronim, dll).
Membaca karya sastra tujuannya mengetahui seluk beluk bahasa dalam
karya sastra untuk mempermudah dalam memahami isinya dan
menikmati keindahannya.
6) Membaca Bahasa
Tujuan membaca bahasa adalah agar para siswa semakin bertambah
pengetahuannya tenyang seluk-beluk bahasa Indonesia. Tujuan tersebut dapat
diperinci menjadi :
1. Bertambah wawasan tentang bahasa Indonesia.
2. Pengetahuan yang menyangkut kata bentukan (morfologi).
3. Pengetahuan yang menyangkut kalimat bahasa Indonesia.
4. Pengetahuan yang menyangkut tata tulis bahasa Indonesia.
5. Dapat menganalisis bahasa Indonesia.
7) Membaca Pustaka
Membaca pustaka adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan maksud
untuk memperkaya siswa tentang pengetahuan yang berkaitan dengan materi-
materi pelajaran disekolah.
8) Membaca Cepat
Tujuannya adalah agar siswa dalam waktu relatif singkat dapat membaca secara
lancar dan dapat memahami isinya secara cepat dan cermat.
Hal – hal yang memnghambat kegiatan membaca cepat antara lain :
1. Membaca dengan vokalisasi.
2. Membaca semi vokalisasi.
3. Membaca dengan menggunakan alat.
4. Membaca dengan mulut yang bergerak.
5. Membaca dengan menggerakkan kepala.
6. Membaca kata demi kata.
7. Membaca regresif.
9) Membaca indah
Membaca indah atau membaca estetika sering pula disebut membaca
emosional. Tujuan membaca indah adalah memperoleh nilai-nilai estetika lewat
nada, irama, intonasi, dan gerak-garik mimik, serta gerakan badan. Bahan
membaca indah adalah karya satra, dapat berupa puisi, prosa dan drama.
4. Keterampilan Menulis
Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis
dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-
jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekedar
menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan
menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.
Berikut ini keterampilan-keterampilan mikro yang diperlukan dalam menulis.
Menggunakan ortografi dengan benar, termasuk di sini penggunaan
ejaan.
Memilih kata yang tepat.
Menggunakan bentuk kata dengan benar.
Mengurutkan kata-kata dengan benar.
Menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca.
Aspek-aspek yang dinilai pada kegiatan berbicara
1. Aspek kebahasaan terdiri atas :
- ucapan atau lafal
- tekanan kata
- nada, dan irama persendian
- kosa kata atau ungkapan
- variasi kalimat atau struktur kalimat.
2. Aspek nonkebahasaan terdiri atas :
- Kelancaran
- penguasaan materi
- keberanian
- keramahan
- ketertiban
- semangat
- sifat.
Berikut beberapa contoh keterampilan menulis dalam
pembelajaran:
1. Mengarang Surat
Surat merupakan bentuk percakapan yang disajikan secara tertulis. Surat
berbeda dengan percakapan biasa karena jawaban orang yang diajak berbicara
tidak dapat diterima secara langsung. Oleh karena itu, bentuk bahasa dalam
surat dapat dikatakan mengarah pada bahasa percakapan biasa.
Secara garis besar surat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
(1) surat kekeluargaan dan (2) surat dinas. Surat kekeluargaan ialah surat yang
dikirim dari dan kepada keluarga atau kenalan. Bentuk dan pemakaian bahasa
dalam surat kekeluargaan sangat bebas, tidak terlalu terikat oleh pedoman yang
tertentu. Sementara itu, surat dinas ialah surat yang dikirimkan dari dan kepada
jawatan, lembaga atau organisasi secara resmi. Bentuk dan bahasa dalam surat
dinas biasanya terikat oleh pedoman dan tata tulis tertentu.
2. Mengarang Cerita Nonfiksi
Cerita nonfiksi ialah cerita tentang sesuatu yang sungguh-sungguh ada atau
terjadi. Karangan nonfiksi menuliskan cerita yang berhubungan dengan hal-hal
yang ada di sekitarnya atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungannya.
Dengan demikian, mengarang cerita nonfiksi ialah menulis apa saja yang dilihat,
apa saja yang diketahui, dan apa saja yang dialami.
3. Mengarang Cerita Fiksi
Mengarang cerita fiksi ialah mengarang cerita berdasarkan rekaan atau angan-
angan. Cerita ini dapat berupa suatu cerita pendek, fragmen, atau lamunan
mengarang semata. Oleh karena dasarnya adalah rekaan, maka cerita ini dapat
mempunyai nilai (1) membiasakan untuk mengisi waktu senggang dengan
lamunan yang produktif, (2) menghidupkan fantasi dan daya kreasi, dan (3)
mengembangkan bakat mengarang.
4. Mengarang Lukisan Keadaan
Mengarang lukisan keadaan ialah karangan yang menggambarkan suatu situasi
secara tepat dengan menggunakan alat bahasa. Tujuan mengarang lukisan
keadaan ialah membiasakan untuk menggambarkan sesuatu dengan
pengamatan secara teliti melalui kata-kata secara tepat.
Karangan lukisan keadaan didasarkan atas suatu kenyataan. Kemampuan
mengimajinasikan kenyataan dalam bahasa yang indah dan mampu menyentuh
perasaan sangat diperlukan karena bentuk karangan ini sebagai suatu lukisan.
Oleh karena itu, karangan yang berupa lukisan keadaan mengarah kepada gaya
bahasa puisi atau prosa liris.
5. Menulis Berita Aktual
Berita aktual ialah menyampaikan terjadinya suatu peristiwa dengan cara
menuliskannya menurut tata tulis berita yang telah lazim dipergunakan dalam
persuratkabaran. Jadi, berita aktual ialah suatu kejadian yang penting
disampaikan oleh seseorang untuk orang banyak secara tertulis.
Tujuan menulis berita aktual ialah (1) membiasakan agar dapat menyampaikan
peristiwa yang penting secara lengkap dan teratur dengan gaya bahasa yang
tepat dan (2) mengembangkan bakat kewartawanan.
6. Mengarang Puisi
Puisi merupakan hasil ciptaan yang singkat dan padat. Manfaat mengarang puisi
ialah (1) menyalurkan dorongan melahirkan perasaan yang kuat, yang pada
umumnya terdapat dalam diri masing-masing. (2) Melatih cara mengungkapkan
perasaan dengan lambang-lambang kata yang tepat. Dalam arti lain, melatih
kemampuan berbahasa. (3) Membiasakan kesibukan yang berguna untuk
mengisi waktu senggang dengan kepandaiannya. (4) Mencoba secara tidak
langsung memahami keadaan sekitar. (5) Membantu mengembangkan bakat.
7. Mengarang Esai
Esai ialah karangan tentang suatu masalah yang pada suatu saat menarik
perhatian seseorang penulis. Esai dapat mengenai masalah ilmu pengetahuan,
keagamaan, filsafat, kebudayaan, kesenian, politik, dan masalah sosial. Tujuan
mengarang esai ialah membiasakan untuk mampu menanggapi suatu masalah.
8. Mengarang Naskah Pidato
Pidato ialah berbicara di hadapan publik. Suatu pidato yang resmi memerlukan
persiapan. Oleh karena itu, pidato harus disiapkan secara tertulis.
Untuk melatih menyusun naskah pidato perlu memperhatikan jenis pidato yang
akan disampaikan. Berdasarkan isinya, pidato dapat dibedakan antara lain: (1)
pidato penjelasan, (2) pidato sambutan, (3) pidato laporan, dan (4) pidato
keilmuan.