161
MAKALAH BAHASA INDONESIA Nama : Dewi Puspitasari Kelas : X – 2 No Absen : 11 Materi : Kebahasaan KEBAHASAAN

Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

MAKALAH BAHASA INDONESIA

Nama : Dewi Puspitasari

Kelas : X – 2

No Absen : 11

Materi : Kebahasaan

KEBAHASAAN

1. Huruf

Page 2: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Huruf adalah sebuah grafem dari suatu sistem tulisan, misalnya alfabet Yunani

dan aksara yang diturunkannya. Dalam suatu huruf terkandung suatu fonem, dan

fonem tersebut membentuk suatu bunyi dari bahasa yang dituturkannya. Setiap

aksara memiliki huruf dengan nilai bunyi yang berbeda-beda. Dalam aksara jenis

alfabet, abjad, dan abugida, biasanya suatu huruf melambangkan suatu fonem

atau bunyi. Berbeda dengan logogram atau ideogram, yang hurufnya mewakili

ungkapan atau makna suatu lambang, misalnya aksara Tionghoa. Dalam aksara

jenis silabis atau aksara suku kata, suatu huruf melambangkan suatu suku kata,

contohnya adalah Hiragana dan Katakana yang digunakan di Jepang.

Beberapa aksara, misalnya alfabet Yunani dan keturunannya, memiliki varian

dari satu huruf yang sama, disebut dengan istilah huruf besar dan huruf kecil.

Huruf besar biasanya dipakai di awal kata, sedangkan huruf kecil ditulis

setelahnya.

1. Jenis-jenis huruf berdasarkan bentuknya

Berdasarkan bentuknya, huruf dibedakan menjadi 4 yaitu sebagai berikut.

a. Huruf fonemis, yaitu huruf yang melambangkan satu bunyi seperti huruf latin.

b. Huruf silabis, yaitu huruf yang melambangkan satu suku kata seperti huruf

jepang atau aksara jawa.

c. Huruf logograf atau idiograf, yaitu huruf yang melambangkan bunyi satu kata

seperti huruf cina.

d. Huruf piktograf, yaitu bunyi huruf yang dilambangkan dalam bentuk gambar

atau lukisan peristiwa seperti relif manusia prasejarah.

2. Jenis huruf berdasarkan bunyinya

a. Vokal

Page 3: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

1) Vokal

Bunyi ujaran akibat adanya udara yang keluar dari paru-paru tidak

terkena hambatan.

Contoh : a, I, u, e, o, u

2) Vokal Rangkap

Gabungan dua buah huruf vocal yang menghasilkan bunyi rangkap

Contoh : ai, au, oi

Bunyi vokal dibedakan berdasarkan posisi tinggi rendahnya lidah, bagian lidah

yang bergerak, struktur, dan bentuk bibir. Dengan demikian, bunyi vokal tidak

dibedakan berdasarkan posisi artikulatornya karena pada bunyi vokal tidak

terdapat artikulasi. Artikulator adalah bagian alat ucap yang dapat bergerak.

Klasifikasi vokal sebagai berikut:

1. Vokal berdasarkan tinggi rendahnya posisi lidah.

Vokal Tinggi = [ i ], [ I ], [ u ], [ U ]

Vokal Madya = [ e ], [ �� ], [ e ], [ o ], [ c ]

Vokal Rendah = [ a ]

2. Vokal berdasarkan bagian lidah (depan, tengah, belakang) yang bergerak

(gerak naik turunnya lidah).

Vokal Depan = [ i ], [ I ], [ e ], [ �� ], [ a ]

Vokal Tengah = [ a ]

Vokal Belakang = [ o ], [ c ], [ u ], [ U ]

3. Vokal berdasarkan posisi strukturnya

Struktur adalah keadaan hubungan posisional artikulator aktif dan artikulator

pasif. Artikulator aktif adalah alat ucap yang bergerak menuju alat ucap yang lain

Page 4: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

saat membentuk bunyi bahasa. Artikulator pasif adalah alat ucap yang dituju oleh

artikulator aktif saat membentuk bunyi bahasa.

Dalam bunyi vokal tidak terdapat artikulasi, maka struktur untuk vokal ditentukan

oleh jarak lidah dengan langit-langit. Menurut strukturnya, vokal dapat dibedakan

seperti uraian berikut.

Vokal tertutup (close vowels) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah

diangkat setinggi mungkin mendekati langit-langit. Vokal tertutup antara

lain [ i ], [ u ].

Vokal semitertutup (half-close) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah

diangkat dalam ketinggian sepertiga di bawah tertutup atau dua per tiga di

atas vokal terbuka. Vokal semitertutup antara lain [ e ], [ o ], [ I ], [ U ].

Vokal semiterbuka (half-open) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah

diangkat dalam ketinggian sepertiga di atas terbuka atau dua per tiga di

bawah vokal tertutup. Vokal semiterbuka antara lain [ a ], [ �� ], [ c ].

Vokal terbuka (open vowels) yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah

dalam posisi serendah mungkin. Vokal terbuka adalah [ a ].

4. Vokal berdasarkan bentuk bibir saat vokal diucapkan.

Vokal tidak bulat/unrounded vowels (bibir tidak bulat dan terbentang

lebar) = [ i ], [ I ], [ e ], [ �� ], [ e ]

Vokal netral/neutral vowels (bibir tidak bulat dan tidak terbentang lebar) =

[ a ]

Vokal bulat/rounded vowels (bibir bulat) Terbuka bulat = [ c ]

Vokal bulat/rounded vowels (bibir bulat) Tertutup bulat = [ o ], [ u ], [ U ]

Bunyi vokal dapat diucapkan dengan memanjangkan atau memendekkan vokal

tersebut. Pemanjangan dan pemendekan pengucapan vokal dapat mengubah

maksud pembicaraan. Pemanjangan vokal diberi tanda [ . . . ] di atas bunyi yang

dipanjangkan atau tanda [ . . . : ] di samping kanan bunyi yang dipanjangkan.

Bentuk Vokal

a) Monoftong

Page 5: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Monoftong atau vokal murni (pure vowels) ialah bunyi vokal tunggal yang

terbentuk dengan kualitas alat bicara (lidah) tidak berubah dari awal hingga akhir

artikulasinya dalam sebuah suku kata (Kridalaksana via Marsono, 1999:36).

Secara praktis monoftong atau vokal tunggal biasa hanya disebut dengan istilah

vokal saja. Dalam arti bahwa yang dimaksud dengan istilah vokal adalah vokal

tunggal, sedangkan diftong adalah vokal rangkap.

Kegunaan penulisan ini didasari adanya kerancuan dalam melafalkan beberapa

kata yang mempunyai vokal sama, namun berbeda pengucapannya. Misalnya

“edaran” dengan “nenek”. Secara literal, kedua kata tersebut sama

komposisinya, masing-masing mempunyai vokal “e”. Namun, pengucapan

keduanya berbeda. Contoh lain adalah “korupsi” dan “koma”. Atas dasar inilah,

maka perlunya memelajari fonologi bahasa Indonesia. Perlu diketahui, bahwa

penyimbolan vokal, berbeda dengan huruf vokal tersebut. Berikut adalah

klasifikasi vokal dalam bahasa Indonesia:

No VokalTinggi

rendah lidah

Gerak

lidah

bagian

StrukturBentuk

bibir

Contoh

kata

1. [i] Tinggi atas Depan Tertutup Tak bulat Ini, ibu,

kita, cari

2. [I] Tinggi bawah Depan Semi-tertutup Tak bulat Kerikil,

kelingking

3. [e] Madya atas Depan Semi-tertutup Tak bulat Ekor,

enak

4. [e] Madya bawah Depan Semi-terbuka Tak bulat Nenek,

leher,

gelang

5. [a] Rendah

bawah

Depan Terbuka Tak bulat Ada, apa,

pada

6. [ ] Madya Tengah Semi-terbuka Tak bulat Emas,

elang

7. [ ] Madya bawah Belakang Semi-terbuka Bulat Otot,

tokoh,

Page 6: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

dorong

8. [o] Madya atas Belakang Semi-tertutup Bulat Toko,

kado

9. [U] Tinggi bawah Belakang Semi-tertutup Bulat Ukur,

urus

10 [u] Tinggi atas Belakang Tertutup Bulat Udara,

paku

b) Diftong

Diftong atau vokal rangkap mempunyai ciri waktu diucapkan posisi lidah yang

satu dengan yang lain saling berbeda. Perbedaan iu menyangkut tinggi

rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, dan strikturnya (jarak lidah dengan

langit-langit).

Diftong naik Bahasa Indonesia:

1. Diftong naik-menutup-maju [aI], misalnya dalam: pakai, lalai, pandai, nilai

2. Diftong naik-menutup-maju [oi], misalnya dalam: amboi, sepoi-sepoi

3. Diftong naik-menutup-mundur [aU], misalnya dalam: saudara, lampau,pulau

Dalam Bahasa Indonesia hanya ada diftong naik, sedangkan diftong turun tidak

ada.

kata IPA bunyi Contoh

ai /aɪ/ /ay/ santai, lambai, dll

au /aw/ /aʊ/ kerbau, dll

oi /oy/ /oɪ/ koboi, amboi

ei[butuh rujukan] /eɪ/ Mei, arbei, survei, dll

Beberapa deret vokal bukan merupakan diftong misalnya buah, lauk, daur, daun,

semua, mencintai.

Diftong adalah dua vokal berurutan yang diucapkan dalam satu kesatuan waktu.

Dua deret vokal yang diucapkan dengan serentak itu menyebabkan terjadinya

perubahan pada kualitas bunyinya. Misalnya au menjadi o, ai menjadi e, oi

menjadi oe. Contoh: lantai, pantai, santai, harimau, kerbau, imbau, pulau,

Page 7: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

amboi, masing-masing berubah menjadi lante, pante, sante, harimo, kerbo,

imbo, pulo, amboe.

Dua bunyi vokal disebut sebagai diftong jika berada pada suku kata yang sama,

misalnya au pada kata da-nau. Bunyi vokal au tersebut berubah bunyi menjadi o

sehingga kata danau diucapkan dano. Perubahan ini hanya berlaku dalam hal

pengucapan saja, sedangkan dalam hal penulisan, bentuk danau dipertahankan.

Dalam sebuah percakapan atau tuturan, proses perubahan bunyi juga dapat

terjadi sebaliknya. Artinya, selain dua bunyi vokal dapat berubah menjadi satu

bunyi vokal, satu bunyi vokal juga dapat berubah menjadi dua bunyi vokal.

Misalnya bunyi o menjadi au pada kata anggota menjadi anggauta.

b. Huruf Konsonan

Bunyi Huruf Konsonan adalah Bunyi yang dibentuk dengan menghambat arus

udara pada sebagian alat bicara, Terdapat artikulasi , Konsonan bersuara adalah

konsonan yang dihasilkan dengan bergetarnya pita suara , Konsonan tidak

bersuara adalah konsonan yang dihasilkan tanpa bergetarnya pita suara.

Contohnya seperti: b,c,d,f,g,h,j,k,l,m,n,p,q,r,s,t,v,w,x,y,z.

1) Konsonan

Bunyi ujaran akibat adanya udara yang keluar dari paru-paru mendapat

halangan

Contoh : b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z

2) Konsonan Rangkap

Gabungan dua huruf konsonan

Contoh : kh, ng, ny, dan sy

Konsonan dibedakan menurut:

Cara hambat (cara artikulasi) atau cara pengucapannya;

Tempat hambat (tempat artikulasi);

Page 8: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Hubungan posisional antara penghambat-penghambat atau hubungan

antara artikulator pasif; dan

Bergetar tidaknya pita suara

1) Konsonan Asli

Konsonan Asli adalah semua abjad kecuali huruf vokal.

Yaitu : b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z

2) Konsonan Asing

Penyesuaian Huruf Gugus Konsonan Asing

Huruf gugus konsonan pada istilah asing yang tidak diterjemahkan dan diterima

ke dalam bahasa Indonesia, sedapat-dapatnya dipertahankan bentuk visualnya.

Kaidah penyesuaian ejaan yang diuraikan pada Pasal 6.5 tetap berlaku dalam

pelambangan huruf gugus konsonan itu.

a) Huruf gugus konsonan di awal atau di tengah

fl- : flexible menjadi fl- : fleksibel

fr- : frequenci fr- : frekuensi

phl- : phlegmatic fl- : flegmatik

phr- : schizophrenia fr- : skizofrenia

b) Huruf gugus konsonan akhir

-ck : block menjadi -k : blok

Page 9: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

-ct : contract -k : kontrak

-nt : gradient -n : gradien

3) Konsonan Hambat Letup (Stops, Plosives)

Konsonan hambat letup ialah konsonan yang terjadi dengan hambatan penuh

arus udara. Kemudian, hambatan itu dilepaskan secara tiba-tiba. Berdasarkan

tempat artikulasi, konsonan hambat letup dibedakan seperti berikut.

Konsonan hambat letup bilabial. Konsonan ini terjadi jika artikulator

aktifnya bibir bawah dan artikulator pasifnya bibir atas. Bunyi yang

dihasilkan [ p, b ].

Konsonan hambat letup apiko-dental. Konsonan ini terjadi jika artikulator

aktifnya ujung lidah dan artikulator pasifnya gigi atas. Bunyi yang

dihasilkan [ t, d ].

Konsonan hambat letup apiko-palatal. Konsonan ini terjadi jika artikulator

aktifnya ujung lidah dan artikulator pasifnya langitlangit keras (langit-langit

atas). Bunyi yang dihasilkan [ t , d ]. [ t ] ditulis th sedangkan [ d ] ditulis

dh.

Konsonan hambat letup medio-palatal. Konsonan ini terjadi jika artikulator

aktifnya tengah lidah dan artikulator pasifnya langitlangit keras. Bunyi

yang dihasilkan [ c, j ].

Konsonan hambat letup dorso-velar. Konsonan ini terjadi jika artikulator

aktifnya pangkal lidah dan artikulator pasifnya langitlangit lunak (langit-

langit bawah). Bunyi yang dihasilkan [ k, g ].

Konsonan hamzah. Konsonan ini terjadi dengan menekan rapat yang

satu terhadap yang lain pada seluruh pita suara, langit-langit lunak

beserta anak tekak di tekan ke atas sehingga arus udara terhambat

beberapa saat. Bunyi yang dihasilkan [ ? ].

Page 10: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

4) Konsonan Nasal (Sengau)

Konsonan nasal (sengau) ialah konsonan yang dibentuk dengan menghambat

rapat (menutup) jalan udara dari paru-paru melalui rongga hidung. Bersama

dengan itu langit-langit lunak beserta anak tekaknya diturunkan sehingga udara

keluar melalui rongga hidung. Berdasarkan tempat artikulasinya, konsonan nasal

dibedakan sebagai berikut.

Konsonan nasal bilabial. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya bibir

bawah dan artikulator pasifnya bibir atas. Nasal yang dihasilkan [ m ].

Konsonan nasal medio-palatal. Konsonan ini terjadi jika artikulator

aktifnya tengah lidah dan artikulator pasifnya langit-langit keras. Nasal

yang dihasilkan ialah [ ñ ].

Konsonan nasal apiko-alveolar. Konsonan ini terjadi jika artikulator

aktifnya ujung lidah dan artikulator pasifnya gusi. Nasal yang dihasilkan

ialah [ n ].

Konsonan nasal dorso-velar. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya

pangkal lidah dan artikulator pasifnya langit-langit lunak. Nasal yang

diberikan [ h ].

5) Konsonan Paduan ( i tes)

Konsonan paduan adalah konsonan hambat jenis khusus. Tempat artikulasinya

ialah ujung lidah dan gusi belakang. Bunyi yang dihasilkan [ts , d5]. Bunyi [ ts ]

ditulis ch sedangkan bunyi [d5] ditulis dg.

6) Konsonan Sampingan ( te ls)

Konsonan sampingan dibentuk dengan menutup arus udara di tengah rongga

mulut sehingga udara keluar melalui kedua samping atau sebuah samping saja.

Tempat artikulasinya ujung lidah dengan gusi. Bunyi yang dihasilkan [ I ].

7) Konsonan Geseran atau Frikatif

Page 11: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Konsonan geseran atau frikatif adalah konsonan yang dibentuk dengan

menyempitkan jalan arus udara yang diembuskan dari paruparu, sehingga jalan

udara terhalang dan keluar dengan bergeser. Menurut artikulasinya, konsonan

geseran dibedakan sebagai berikut.

o Konsonan geseran labio-dental. Konsonan ini terjadi jika artikulator

aktifnya bibir bawah dan artikulator pasifnya gigi atas. Bunyi yang

dihasilkan [ f , v ].

o Konsonan geseran lamino-alveolar. Konsonan ini terjadi jika artikulator

aktifnya daun lidah (lidah bagian samping) dan ujung lidah sedangkan

artikulator pasifnya gusi. Bunyi yang dihasilkan [ s , z ].

o Konsonan geseran dorso-velar. Konsonan ini terjadi jika artikulator

aktifnya pangkal lidah dan artikulator pasifnya langit-langit lunak. Bunyi

yang dihasilkan [ x ].

o Konsonan geseran laringal. Konsonan ini terjadi jika artikulatornya

sepasang pita suara dan glotis dalam keadaan terbuka. Bunyi yang

dihasilkan [ h ].

8) Konsonan Getar ( ills, i ts)

Konsonan getar ialah konsonan yang dibentuk dengan menghambat jalan arus

udara yang diembuskan dari paru-paru secara berulang-ulang dan cepat.

Menurut tempat artikulasinya konsonan getar dinamai konsonan getar apiko-

alveolar. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktif yang menyebabkan proses

menggetar adalah ujung lidah dan artikulator pasifnya gusi. Bunyi yang

dihasilkan [ r ].

c) Semivokal

Bunyi semivokal termasuk konsonan. Hubungan antarpenghambat dalam

mengucapkan semivokal adalah renggang terbentang atau renggang lebar.

Berdasarkan hambatannya, ada dua jenis semivokal sebagai berikut.

Page 12: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Semivokal bilabial, semivokal ini terjadi jika artikulator aktifnya bibir

bawah dan artikulator pasif adalah bibir atas. Bunyi yang dihasilkan

adalah bunyi [ w ].

Semivokal medio-palatal, semivokal ini terjadi jika artikulator aktifnya

tengah lidah dan artikulator pasifnya langit-langit keras. Bunyi yang

dihasilkan [ y ]

2. Kata

a. Bentuk Kata

A. Kata Asal

1. Kata Asli

Kata yg berkembang dr perbendaharaan asli suatu bahasa dan bukan kata

pinjaman; (linguistik)

2. Kata Dasar

a) Pola Kanonik I

K-V-K-V maksudnya tata susun bunyi yang membentuk suatu kata dasar

terdiri dari konsonan, vocal, konsonan, vocal. Misalnya, padi, lari, paku,

Page 13: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

tiga, dada, dll

b) Pola Kanonik II

K-V-K-V-K sama seperti kanonik I cuma polanya ditambah konsonan

diakhir. Misalnya, rumah, tanah, nanah, batang, sayap, dll

Kata dasar dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

1) Kata Verbal

Yang dimaksud dengan kata verbal ialah kata yang pada tataran klausa

cenderung menduduki fungsi P (predikat) dan pada tataran frase dapat

dinegatifkan oleh kata tidak. Contoh kata berdiri pada tataran klausa Ahmad

berdiri (Ahmad sebagai S dan berdiri sebagai P), pada tataran frase dapat

dinegatifkan oleh kata tidak pada tidak berdiri.

Berdasarkan kemungkinannya diikuti frase dengan sangat ….yang berfungsi

sebagai keterangan cara kata verbal dapat digolongkan menjadi dua golongan

yaitu: (1) kata kerja, dan (2) kata sifat. Kata kerja ialah kata verbal yang dapat

diikuti grase dengan sangat … sebagai keterangan cara. Contohya kata menoleh

dapat diperluas menjadi menolen dengan sangat hati-hati, membaca menjadi

membaca dengan sangat tenang. Sedangkan kata sifat ialah kata yang tidak

dapat diikuti oleh frase dengan sangat …sebagai keterangan cara. Misalnya

gugup, berhati-hati tidak bisa menjadi gugup dengan sangat tiba-tiba atau

berhati-hati dengan sungguh-sungguh. Ditinjau dari kemungkinannya diikuti O

(obyek), kata kerja dapat dibedakan menhadi dua yaitu: (1) kata kerja transitif

ialah kata kerja yang dapat diikuti obyek dan dapat dipasifkan, (2) kata kerja

intransitif ialah kata kerja yang tidak dapat diikuti O, dan sudah barang tentu kata

kerja intransitif yang dapat diikuti pelaku.

2) Kata Nominal

Kata-kata yang dapat menduduki fungsi S, P, O dalam klausa, dan dalam tataran

frase tidak dapat dinegatifkan oleh kata tidak, melainkan oleh kata bukan dapat

diikuti oleh kata itu, dan dapat mengikuti kata di atau pada sebagai aksisinya.

Yang termasuk golongan kata nominal ialah kata benda dan kata ganti ialah kata

nominal yang tidak menggantikan kata lain, sedangkan kata ganti ialah kata

Page 14: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

nominal yang menggantikan kata lain. Kata ganti dapat dibedakan lagi

berdasarkan kata yang digantikannya yaitu kata ganti: (1) diri ialah kata ganti

yang menggantikan nama, baik yang bernyawa maupun tidak bernyawa, yang

dapat dibedakan lagi menjadi kata ganti diri: (a) pertama, misalnya: aku, saya,

kami; (b) kedua, misalnya: engkau, kamu, kamu sekalian, anda; dan (c) ketiga,

misalnya: ia, dia, beliau, mereka; (2) penunjuk ialah kata ganti yang dapat

menggantikan nama, keadaan, dan suatu peristiwa atau perbuatan yaitu ini dan

itu; tempat yaitu kata ganti yang menggantikan nama tempat, yaitu kata: sana,

situ, dan sini.

3) Kata Adjektiva

Adjektiva adalah suatu kata yang sering muncul dalam bahasa tulis. Adjektiva

memberikan informasi sifat terhadap nominal dan verbal yang umumnya

mendahuluinya dalam suatu frase atau kalimat. Dalam kalimat Dia adalah gadis

yang cantik misalnya adjektiva cantik bila diteliti lebih lanjut memiliki relativitas

makna.

B. Kata Jadian

1. Kata Ulang

Kata Ulang adalah kata yang mengalami perulangan kata sebagian atau

seluruhnya dan mengakibatkan makna yang berbada-beda.

Kata ulang dapat dibahas dengan meninjaunya dari segi bentuk dan dari segi

makna atau fungsi perulangan kata.

a. Bentuk Kata Ulang

Menurut bentuknya, kata ulang dapat dibagi sebagai berikut.

1) Kata Ulang Penuh atau Kata Ulang Murni

Yaitu semua kata ulang yang dihasilkan oleh perulangan unsur-unsurnya secara

penuh. Misalnya: rumah-rumah, sakit-sakit.

Page 15: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

2) Kata Ulang Berimbuhan atau Kata Ulang Bersambungan

Yaitu semua kata ulang yang salah satu unsurnya berimbuan: awalan, sisipan,

atau akhiran. Misalnya: berjalan-jalan, turun-temurun, tanam-tanaman.

3) Kata Ulang Berubah Bunyi

Yaitu kata ulang yang mengalami perubahan bunyi pada unsur pertama atau

unsur kedua kata ulang. Misalnya: bolak-balik, serba-serbi.

4) Kata Ulang Semu

Yaitu kata yang hanya dijumpai dalam bentuk ulang itu. Jika tidak diulang,

komponennya tidak memunyai makna atau bisa juga memunyai makna lain yang

tidak ada hubungannya dengan kata ulang tersebut. Misalnya: hati-hati, tiba-tiba,

kunang-kunang, pura-pura, lumba-lumba, dll.

5) Kata Ulang Dwipurwa

Yang berarti “dahulu dua” atau kata ulang yang berasal dari komponen yang

semula diulang kemudian berubah menjadi sepatah kata dengan bentuk seperti

itu. Dengan kata lain Kata ulang dwipurwa yakni perulangan kata yang dialami

oleh sebagian dari kata dasar. Misalnya: lelaki, tetua,pepohonan,tetangga.

b. Makna dan Fungsi Kata Ulang

1) Perulangan kata benda

Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata

benda.

Menyatakan benda itu bermacam-macam. Misalnya: buah-buahan, sayur-

sayuran.

Menyatakan benda yang menyerupai bentuk dasar itu. Misalnya: anak-

anakan, orang-orangan.

2) Perulangan kata kerja

Page 16: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata kerja.

- Menyatakan bahwa pekerjaan itu dilakukan berulang-ulang atau

beberapa kali. Misalnya: meloncat-loncat, menyebut-nyebut.

- Menyatakan aspek duratif, yaitu proses pekerjaan, pembuatan, atau

keadaan yang berlangsung lama. Misalnya: berenang-renang, duduk-

duduk.

- Menyatakan bermacam-macam pekerjaan. Misalnya: cetak-mencetak,

karang-mengarang.

- Menyatakan pekerjaan yang dilakukan oleh dua belah pikak atau

berbalasan.

Misalnya: tembak-menembak, tuduh-menuduh

c. Perulangan kata sifat

Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata sifat.

Menyatakan makna lebih (intensitas). Misalnya: Berjalan cepat-cepat!

Kerjakan baik-baik!

Menyatakan makna sampai atau pernah. Misalnya: Tak sembuh-sembuh

sakitnya walaupun ia sudah berobat ke luar negeri (tak pernah sembuh).

Habis-habisan ia berbelanja (sampai habis).

Digabungkan dengan awalan se- dan akhiran -nya mengandung makna

superlatif (paling). Misalnya: Kerjakan sebaik-baiknya agar hasilnya

memuaskan. Terbangkan layang-layangmu setinggi-tingginya.

Berlawanan dengan makna nomor satu atau melemahkan arti kata sifat

itu.

Misalnya: Badanku sakit-sakit saja rasanya. (sakit di sana-sini, tapi tidak

terlalu sakit) Kalau kepalamu pening-pening, bawalah tidur. (agak pening;

pening sedikit)

Bentuk yang seolah-olah sudah mejadi ungkapan dalam bahasa

Indonesia, makna perulangannya kurang jelas. Misalnya: Jangan

menakut-nakuti anak-anak karena akan memengaruhi jiwanya kelak.

Page 17: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

d. Perulangan kata bilangan

Perulangan kata satu menjadi satu-satu memberi makna “satu demi satu”.

Misalnya: Peserta ujian masuk ruangan itu satu-satu.

Perulangan kata satu dengan tambahan akhiran -nya memberi makna

“hanya satu itu”. Misalnya: Ini anak saya satu-satunya.

Perulangan kata dua-dua, tiga-tiga, dst. memberi pengertian “sekaligus

dua, tiga, dst.” Misalnya: Jangan masuk dua-dua karena pintu itu tidak

lebar.

Bentuk perulangan berpuluh-puluh, beratus-ratus, beribu-ribu, dst.

menyatakan makna “kelipatan sepuluh, seratus, seribu, dst..

0Misalnya: Beribu-ribu orang yang mati dalam peperangan itu.

Bentuk perulangan kata bilangan dengan awalan ber-, saat ini sering

diganti dengan bentukan dengan akhiran -an. Misalnya: berpuluh-puluh

menjadi puluhan

2. Kata Berimbuhan

Kata berimbuhan adalah kata yang telah mengalami proses pengimbuhan.

Imbuhan (afiks) adalah morfem terikat yang digunakan dalam bentuk dasar untuk

membentuk suatu kata. Hasil dari proses pengimbuhan ini yang disebut kata

berimbuhan.

BENTUK-BENTUK IMBUHAN

·        Awalan (Prefiks)

Contoh: me(N)- ; ber- ; di- ; ter- ; pe(N)- ; per- ; se- ; ke-

·        Sisipan (Infiks)

Contoh: -el- ; -em- ; -er- ; -in-

·        Akhiran (Sufiks)

Contoh: -kan ; -an ; -i ; -nya

·        Konfiks

- Imbuhan yang berupa awalan dan akhiran yang digunakan sekaligus.

Contoh: ke-an ; per-an ; pe(N)-an ; me(N)-kan ; ber-an ; se-nya

Page 18: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Di samping itu, dikenal pula imbuhan yang diserap dari bahasa asing, yaitu: -i ; -

man ; -wan ; -wati ; -iyah ; - is ; -sasi ; -isme

FUNGSI IMBUHAN

Pemakaian imbuhan dapat mengubah kelas kata. Kata benda misalnya, setelah

diberi imbuhan bisa menjadi kata kerja, kata sifat, atau kata lainnya.

Contoh:

- batu (benda) -> membatu (sifat)

- indah (sifat) -> seindah-indahnya (keterangan)

- mandi (kerja) -> pemandian (benda)

Fungsi imbuhan:

·        Membentuk kata benda

pe(N)- ; ke- ; -isme ; -wan ; -wati ; -sasi ; -tas ; per-an ; ke-an ; pe(N)-an ; pe- ;

pe-an ; -an ; per-

Contoh: penyapu, pelaut, pertapa, ketua, nasionalisme, wartawan, organisasi,

fakultas, perairan, lautan, kelautan, dll.

·        Membentuk kata kerja

me(N)- ; ber- ; per- ; ter- ; di- ; -kan ; -i ; me(N)-kan ; me(N)-i ; ber-an ; ter-kan ;

di-kan ; di-i

Contoh: melaut, berlayar, perbudak, terlihat, diminum, bawakan, lempari,

mengertingkan, menaiki, bertebaran, termanfaatkan, dilayari, dll.

·        Membentuk kata sifat

-i ; -wi ; -iyah ; -is

Contoh: insani, duniawi, alamiah, humoris, dll.

·        Membentuk kata keterangan

se-nya ; -nya ; -an

Contoh: sepertinya, habis-habisan, seindah-indahnya, dll.

Page 19: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

·        Membentuk kata bilangan

se- ; ke-

Contoh: sebelas, seratus, kedua, kelima, dll.

PENGGUNAAN IMBUHAN

Awalan me(N)-

Pemakaian imbuhan ini bervariasi: mem- ; men- ; meny- ; meng- ; menge-

Contoh: melapor, menyanyi, menghibur, mengecat, mencari, menangis,

menyapu, dll.

Perubahan bentuk me(N)- dipengaruhi oleh fonem awal dari setiap kata dasar

yang diikutinya.

VARIASI me(N)- FONEM AWAL CONTOH

mem- /b/

/f/

/p/

/v/

Membaca

memfitnah

memukul

memvonis

men- /c/

/d/

/j/

/t/

Mencoret

mendorong

menjual

menulis

meny- /s/ Menyapu

meng- /a/

/e/

/i/

/o/

/u/

/g/

/h/

/k/

mengambil

mengembun

mengisap

mengoles

mengubah

menggunting

menghafal

mengubur

Page 20: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

menge- kata dasar yang dibetuk

oleh satu suku kata

mengecat

mengebom

me- /l/

/m/

/n/

/r/

/w/

melambai

memuai

menilai

merusak

mewarnai

Dari contoh di atas, ada yang fonem awalnya luluh dan ada yang tidak. Fonem

awal suatu kata akan luluh bila diberi imbuhan me(N)- dan fonem awalnya

berupa /k/ /t/ /s/ /p/.

Contoh:

·        me + kejar -> mengejar

·        me + sapu -> menyapu

·        me + tulis -> menulis

·        me + pukul -> memukul

Makna awalan me(N)-:

·        Melakukan perbuatan atau tindakan

Contoh: mengambil, mengejar, menulis, dll.

·        Melakukan perbuatan dengan alat

Contoh: menyapu, menggunting, mencangkul, dll.

·        Menjadi atau dalam keadaan

Contoh: mengeras, mencair, membesar, dll.

·        Membuat kesan

Contoh: mengalah, membisu, mematung, dll.

·        Menuju ke

Contoh: melaut, menepi, mendarat, dll.

·        Mencari

Contoh: merumput, merotan, mendamar, dll.

Awalan ber-

Pemakaian awalan ber- memiliki kaidah sebagai berikut:

Page 21: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

·       Apabila kata dasar berhuruf awalan /r/ dan beberapa kata dasar yang suku

kata pertamanya berakhir huruf /er/, bentuk awalan berubah menjadi be-

Contoh:

·        ber + rambut -> berambut

·        ber + kerja -> bekerja

·        Apabila bertemu kata dasar ajar, berubah menjadi bel- (belajar).

·        Apabila diikuti kata dasar selain yang disebutkan di atas, ber- tetap tanpa

perubahan.

Contoh:

·        ber + balik -> berbalik

·        ber + tebar -> bertebar

Makna awalan ber-:

·        Memunyai

Contoh: berkumis, berambut, berbulu, dll.

·        Memakai, menggunakan, atau mengendarai

Contoh: berkuda, berkacamata, bermotor, dll.

·        Mengeluarkan

Contoh: beranak, bertelur, berkata, berkeringat, bernapas, dll.

·        Menyatakan sikap mental

Contoh: berbahagia, bersedih, berhati-hati, bersuka cita, dll.

·        Dalam jumlah

Contoh: berdua, bertiga, berempat, dll.

Awalan di-

Bermakna suatu perbuatan yang pasif. Sebagai kebalikan dari awalan me(N)-

yang bermakna aktif.

Contoh:

·        di + baca -> dibaca

·        di + tulis -> ditulis

·        di + sapu -> disapu

·        di + kawal -> dikawal

Awalan ter-

Page 22: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Hampir sama dengan awalan di- yang berfungsi membentuk kata kerja pasif.

Contoh: terbakar, tertendang, terbalik, dll.

Di samping itu, imbuhan ter- ada yang termasuk golongan kata sifat.

Contoh: tertinggi, terendah, terpandai, tercantik, dll.

Awalan ter- memiliki dua variasi bentuk, yaitu ter- dan te. Variasi te- terjadi

padakata dasar berawalan fonem /r/.

Contoh:

·        ter + rajin -> terajin

·        ter + ramah -> teramah

·        ter + rakus -> terakus

Makna awalan ter-:

·        Sudah di- atau dapat di-

Contoh: terbuka, tertutup, terkunci, dll.

·        Ketidaksengajaan

Contoh: terinjak, terbakar, tertendang, dll.

·        Tiba-tiba

Contoh: terkejut, teringat, terjatuh, dll.

·        Dapat atau kemungkinan

Contoh: ternilai, terbagus, terbakar, dll.

·        Paling (superlatif)

Contoh: terajin, terendah, tercantik, dll.

Awalan pe(N)-

Pemakaian awalan ini hampir sama variasinya yang berlaku pada awalan me(N)-

yang telah dibicarakan sebelumnya.

VARIASI pe(N)- FONEM AWAL CONTOH

pem- /b/

/f/

/p/

Pembaca

pemfitnah

pemukul

Page 23: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

/v/ pemvonis

pen- /c/

/d/

/j/

/t/

/z/

pencoret

pendorong

penjual

penulis

penzikir

peny- /s/ Penyapu

peng- /a/

/e/

/i/

/o/

/u/

/g/

/h/

/k/

Pengambil

pengembun

pengisap

pengoles

pengubah

penggunting

pengharum

pengubur

penge- kata dasar yang dibetuk

oleh satu suku kata

Pengecat

pengebom

pe- /l/

/m/

/n/

/r/

/w/

pelambai

pemuai

penilai

perusak

pewarna

Makna awalan pe(N)-:

·        Menyatakan yang melakukan perbuatan.

Contoh: pembunuh, penyapu, pengebom, dll.

·        Menyatakan pekerjaan.

Contoh: pedagang, penjual, peternak, petani, dll.

·        Menyatakan alat.

Contoh: pemotong, penghapus, penggaris, dll.

·        Menyatakan memiliki sifat.

Contoh: pemalas, pemarah, pemaaf, pemberi, dll.

Page 24: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

·        Menyatakan penyebab.

Contoh: pengeras, pencari, pendingin, pemanas, dll.

Awalan per-

Umumnya tidak dapat digunakan secara mandiri. Pemakaian awalan ini

membutuhkan imbuhan lain, seperti –kan, dan –an.

Contoh:

·        per-kan + timbang -> pertimbangkan

·        per-an + usaha -> perusahaan

Secara umum, awalan per- bermakna kausatif (membuat jadi).

Contoh: perbesar, perkecil

Awalan se-

Makna awalan se-:

·        Menyatakan satu

Contoh: seekor, selembar, setangkai, dll.

·        Menyatakan seluruh

Contoh: sekecamatan, sekabupaten, dll.

·        Menyatakan sama

Contoh: sesama, setingkat, sedarah, dll.

·        Menyatakan setelah

Contoh: sesudah, sepulang, sekembalinya, dll.

Awalan ke-

Makna awalan ke-:

·        Menyatakan kumpulan yang terdiri dari jumlah

Contoh: kesebelasan

·        Menyatakan urutan

Contoh: kedua

Akhiran –kan dan –i

Sama-sama berfungsi membentuk pokok kata.

Contoh: bacakan, belikan, ajari, hindari

Page 25: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Kata-kata tersebut dikatakan sebagai pokok kata, bukan kata mandiri karena

masih memrlukan imbuhan lain untuk melengkapinya. Kata-kata berimbuhan –

kan dan –i belum bisa digunakan sebagai kata yang mandiri. Kata-kata seperti

contoh di atas tidak boleh dipakai dalam kalimat normal. Kita tak mungkin

menggunakan kalimat:

·        Saya bacakan buku Bahasa Indonesia. (?)

·        Dia ajari saya membacakan puisi. (?)

Hanya dengan kalimat perintah yang bisa digunakan.

Contoh:

·        Coba kamu bacakan buku ini!

·        Tolong ajari dia membaca puisi!

Dengan tambahan awalan me(N)- ; di- ; ter- pokok kata itu dapat membentuk

sebuah kata.

Makna akhiran –kan:

·        Menyatakan perbuatan untuk orang lain.

Contoh: membacakan, membawakan, dll.

·        Membuat jadi.

Contoh: memanjangkan, mematahkan, dll.

·        Tidak sengaja.

Contoh: termanfaatkan, dll.

·        Pengantar objek sebagai kata depan.

Contoh: dibuatkan minuman, memasakkan makanan, dll.

Makna akhiran –i:

·        Menyatakan perbuatan yang berulang-ulang.

Contoh: memukuli, mencomoti, dll.

·        Memberi, membumbui.

Contoh: menandatangani, membumbui, dll.

·        Menghilangkan.

Contoh: menguliti, membului, dll.

Page 26: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Akhiran –an

Makna akhiran –an:

·        Menyatakan tempat.

Contoh: pangkalan, kubangan, dll.

·        Menyatakan alat.

Contoh: ayunan, perosotan, timbangan, dll.

·        Menyatakan hal atau cara.

Contoh: didikan, pimpinan, dll.

·        Menyatakan akibat, hasil perbuatan.

Contoh: pembunuhan, hukuman, balasan, dll.

·        Menyatakan sesuatu yang di.

Contoh: tulisan, catatan, suruhan, dll.

·        Menyatakan kumpulan, seluruh.

Contoh: daratan, perairan, kepulauan, sayuran, dll.

·        Menyatakan menyerupai.

Contoh: mobil-mobilan, rumah-rumahan, dll.

·        Menyatakan tiap-tiap.

Contoh: harian, mingguan, bulanan, tahunan, dll.

·        Menyatakan memunyai sifat.

Contoh: asinan, kuningan, dll.

Akhiran –man, –wan, dan –wati

Merupakan contoh imbuhan serapan dari bahasa asing, ketiganya berasal dari

Bahasa Sansekerta. Berfungsi membentuk kata benda.

Makna ketiga imbuhan ini:

·        Menyatakan orang yang ahli.

Contoh: ilmuwan, negarawan, dll.

·        Menyatakan orang yang memiliki pekerjaan.

Contoh: usahawati, karyawan, wartawan, dll.

·        Menyatakan orang yang memiliki sifat.

Contoh: budiman, rupawan, darmawan, dll.

Page 27: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Akhiran –i, –wi, –is, dan –iyah

Keempat bentuk ahiran ini hasil serapan. Akhiran –i berasal dari Bahasa Inggris,

sedangkan –iyah, –is, dan –wi berasal dari Bahasa Arab. Berfungsi membentuk

kata sifat. Makna yang dikandungnya pun menyatakan memiliki sifat.

Contoh: alami, manusiawi, alamiah, anarkis, agamis, insani, humoris, dll.

Akhiran –isme, dan –isasi

Merupakan imbuhan serapan. Mulanya pemakaian imbuhan ini sangat terbatas

pada kata-kata tertentu, seperti liberalisme dan wasterisasi.

Pemakaiannya tidak hanya pada kata dasar dari Bahasa Inggris atau Belanda.

Kata-kata Indonesia asli pun banyak memakai imbuhan ini, seperti bapakisme,

Indonesialisasi.

Makna akhiran –isme, dan –isasi:

·        Bermakna paham atau ajaran.

Contoh: komunisme, liberalisme, animisme, dll.

·        Bermakna proses atau menjadikan sesuatu.

Contoh: labelisasi, globalisasi, swastanisasi, dll.

Konfiks me(N)-kan

Memiliki beberapa variasi, yakni: me-kan, men-kan, meng-kan, mem-kan, meny-

kan, dan menge-kan. Variasi-variasi di atas ditentukan dengan fonem kata awal

yang mengikutinya.

Makna konfiks me(N)-kan:

·        Melakukan pekerjaan untuk orang lain.

Contoh: Adik memesankan ibu baju baru.

·        Menyebabkan atau membuat jadi.

Contoh: Ledakan itu sanggup memecahkan kaca jendela.

·        Melakukan perbuatan.

Contoh: Petugas menyemprotkan air pada bangunan itu.

·        Mengarahkan.

Contoh: Pemilik toko itu meminggirkan barang dagangannya ke tempat aman.

Page 28: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

·        Memasukkan.

Contoh: Polisi memenjarakan maling itu.

Konfiks ber-an

Makna konfiks ber-an:

·        Jumlah pelakunya banyak.

Contoh: bersamaan, berdatangan, berjatuhan, dll.

·        Perbuatan yang diulang-ulang.

Contoh: bergulingan, berlompatan, dll.

·        Hubungan antara dua pihak.

Contoh: berpelukan, berpasangan, bergandengan, bersalaman, dll.

·        Timbal balik (respirok).

Contoh: bersahutan, berbalasan, bersalaman, dll.

Konfiks pe-an

Makna konfiks pe-an:

·        Menyatakan hal yang berhubungan dengan.

Contoh: penanaman, pendidikan, dll.

·        Menyatakan proses atau perbuatan.

Contoh: pemberontakan, pendaftaran, dll.

·        Menyatakan hasil.

Contoh: pengakuan, penyamaran, dll.

·        Menyatakan alat.

Contoh: perabaan, penciuman, dll.

·        Menyatakan tempat.

Contoh: penampungan, pemandian, dll.

Konfiks per-an

Makna konfiks per-an:

·        Menyatakan tempat.

Contoh: perhentian, percetakan, dll.

·        Menyatakan daerah.

Contoh: perkebunan, pertanian, perkotaan, dll.

·        Menyatakan hasil perbuatan.

Page 29: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Contoh: pernyataan, pertahanan, dll.

·        Menyatakan perihal.

Contoh: perbukuan, peristilahan, dll.

·        Menyatakan berbagai-bagai, banyak.

Contoh: peralatan, perlengkapan, persyaratan, dll.

Konfiks ke-an

Imbuhan ini memiliki dua fungsi, yaitu: membentuk kata benda (kebenaran,

keikhlasan), dan membentuk kata kerja (kecurian, kehilangan).

Makna konfiks ke-an:

·        Menyatakan sesuatu hal atau peristiwa yang terjadi.

Contoh: keserakahan, kebenaran, kemarahan, kekerasan, dll.

·        Menyatakan tempat atau daerah.Contoh: kecamatan, kelurahan, dll.

·        Menyatakan menderita sesuatu hal atau kena.

Contoh: kehujanan, kecolongan, kehilangan, dll.

·        Menyatakan suatu perbuatan yang tidak sengaja.

Contoh: kelupaan, ketiduran, keguguran, dll.

·        Menyatakan terlalu.

Contoh: kekecilan, kegemukan, kemahalan, dll.

·        Menyatakan menyerupai.

Contoh: keibuan, kekuningan, kecoklatan, dll.

Konfiks se-nya

Umumnya berkombinasi dengan kata ulang. Berfungsi membentuk kata

keterangan.

Contoh:

·        se-nya + putih -> seputih-putihnya

·        se-nya + pendek -> sependek-pendeknya

Konfiks se-nya umumnya menyatakan superlatif atau tingkat yang paling tinggi

yang dapat dicapai.

Contoh:

·        seputih-putihnya (seputih mungkin)

·        sependek-pendeknya (sependek mungkin)

Page 30: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

4) Kata Majemuk

Gabungan beberapa kata dasar yang berbeda membentuk suatu arti baru

Contoh : rumah baru, rumah sakit, rumah makan

b. Jenis Kata

Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar, kata

turunan, kata ulang, dan kata majemuk. Kata dasar adalah kata yang merupakan

dasar pembentukan kata turunan atau kata berimbuhan. Perubahan pada kata

turunan disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan baik di awal (prefiks atau

awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (sufiks atau akhiran) kata.

Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami perulangan

baik seluruh maupun sebagian sedangkan kata majemuk adalah gabungan

beberapa kata dasar yang berbeda membentuk suatu arti baru.

1) Kata Benda

Kata benda adalah nama dari semua benda dan segala yang dibendakan.

Menurut wujudnya, kata benda dibedakan menjadi dua, yaitu :

a) Kata benda konkrit 

Kata benda konkrit ialah kata benda yang wujud bendanya nampak kelihatan

dengan jelas and dapat ditangkap oleh pancaindera. Contoh : buku, kertas,

rumah, dan sebagainya.

b) Kata benda abstrak

Kata benda abstrak ialah kata benda yang wujud bendanya tidak nampak

kelihatan dan tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, namun keberadaannya

ada. Contoh : ide, udara, ilmu, dan sebagainya.

Ciri-ciri kata benda :

o Kata tersebut terbentuk dari imbuhan : ke-, pe-, ke-an, pe-an, per-an, -an

dan –nya.

Page 31: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

o Kata-kata tersebut dapat diperluas dengan menambahkan kata yang +

kata sifat.

2) Kata Kerja

Kata kerja adalah kata yang menyatakan perbuatan atau laku. Kata kerja juga

disebut verba. Kata kerja dibedakan menjadi dua, yaitu :

Kata kerja transitif adalah kata kerja yang selalu diikuti objek. Contoh:

membeli, menabrak, menangkap, dan sebagainya.

Kata kerja intransitif adalah kata kerja yang tidak diikuti secara langsung

oleh objek. Contoh: menyanyi, menari, berubah, dan sebagainya.  

Ciri-ciri kata kerja:

Kata tersebut terbentuk dari imbuhan me-, di-, ber-, ter-, me-kan,

di-kan, ber-an, memper-kan, diper-kan, dan memper-i.

Kata tersebut dapat didahului kata telah, sedang, akan, hampir,

dan segera.

Kata tersebut dapat diperluas dengan cara menambahkan dengan

+ kata sifat. Contoh : menghitung dengan teliti, lari dengan cepat,

dan sebagainya.

3) Kata Sifat

Kata sifat adalah kata yang menyatakan sifat atau hal keadaan dari suatu benda

atau sesuatu yang dibendakan. Kata ini disebut pula adjectiva. Menurut

bentuknya, kata sifat dibedakan menjadi :

Kata sifat yang terbentuk dari kata dasar. Contoh : kuat, lemah, jauh, dan

sebagainya.

Kata sifat yang terbentuk dari kata jadian. Contoh : terindah, mengecil,

terbaru, dan sebagainya.

Kata sifat yang terbentuk dari kata ulang. Contoh : kekanak-kanakan,

pontang-panting, gelap-gulita dan sebagainya.

Page 32: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Kata sifat yang terbentuk dari kata serapan. Contoh : amoral, kreatif,

super, dan sebagainya.

Kata sifat yang terbentuk dari frase atau kelompok kata. Contoh : murah

hati, keras kepala, kepala batu, dan sebagainya

Ciri-ciri kata sifat:

Kata tersebut terbentuk dengan tambahan imbuhan ter- yang

mengandung arti paling.

Kata tersebut dapat diterangkan atau didahului dengan kata-kata lebih,

agak, paling, sangat, cukup.

Kata tersebut dapat diperluas dalam bentuk se + reduplikasi

(pengulangan kata) + nya. Contoh : secantik-cantiknya, setinggi-

tingginya, dan sebagainya.

4) Kata Ganti

Kata ganti adalah kata yang dipergunakan untuk menggantikan benda atau

sesuatu yang dibendakan. Kata ganti dibedakan menjadi :

a) Kata ganti orang

Ialah kata ganti yang digunakan untuk menggantikan nama orang atau nama

benda-benda lain. Kata ganti orang dibagi lagi menjadi :

Kata ganti orang pertama tunggal, yaitu : aku, saya, hamba, dan

sebagainya

Kata ganti orang pertama jamak, yaitu : kami, kita.

Kata ganti orang kedua tunggal, yaitu : kamu, dikau, kau, anda, dan

sebagainya.

Kata ganti orang kedua jamak, yaitu : kalian

Kata ganti orang ketiga tunggal, yaitu : ia, dia, beliau

Kata ganti orang ketiga jamak, yaitu : mereka

b) Kata ganti kepunyaan 

Page 33: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Kata ganti kepunyaan ialah kata ganti yang digunakan untuk menyatakan

kepemilikan. Contoh : Baju saya, sepatu kamu, sepedaku, mobilnya, dan

sebagainya.

c) Kata ganti petunjuk 

Kata ganti petunjuk ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjuk suatu

tempat atau benda. Contoh : ini, itu, sana, dan sebagainya.

d) Kata ganti penghubung 

Kata ganti penghubungialah kata ganti yang dipakai untuk menghubungkan anak

kalimat dengan induk kalimat. Kata penghubung yang biasanya dipakai yaitu :

yang, tempat, waktu.

Contoh :

- Baju Rafi yang berwarna merah itu mahal harganya.

- Kantor Kabupaten tempat ayahku bekerja, dikunjungi oleh gubernur.

- Tadi pagi, waktu ayah pergi tergesa-gesa, hujan lebat sekali.

e) Kata ganti tanya 

Kata ganti tanya ialah kata ganti yang digunakan untuk menanyakan tentang

benda, orang atau tentang suatu hal. Contoh : apa, mana, siapa.

f) Kata ganti tak tentu 

Kata ganti tak tentu ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjukkan atau

menggantikan benda atau orang yang jumlahnya tak tentu. Contoh : masing-

masing, seseorang, sesuatu, para, dan sebagainya.

5) Kata Keterangan

Kata keterangan adalah semua kata yang menerangkan atau memberikan

keterangan terhadap selain kata benda. Dengan kata lain, kata ketereangan

adalah semua kata yang memberi keterangan pada kata kerja, kata sifat, kata

bilangan atau seluruh kalimat.

Page 34: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Kata keterangan dapat dibedakan menjadi banyak bagian, diantaranya yaitu :

Kata keterangan tempat ialah semua kata yang menjelaskan suatu

tempat lokasi, misalnya : disini, disitu, di rumah, dan sebagainya.

Kata keterangan waktu ialah semua kata yang menjelaskan

berlangsungnya sesuatu dalam waktu yang teretntu, misalnya : sekarang,

nanti, minggu depan, dan sebagainya.

Kata keterangan alat ialah kata yang menjelaskan dengan apa sesuatu itu

berlangsung. Contoh : dengan tongkat, dengan pisau, dengan membabi

buta, dan sebagainya.

Kata keterangan syarat ialah kata yang menerangkan terjadinya suatu

proses di bawah syarat-syarat tertentu, misalnya : jikalau, seandainya,

bila, dan sebagainya.

Kata keterangan sebab  ialah kata yang memberi keterangan mengapa

sesuatu itu bisa berlangsung, misalnya : sebab, karena, oleh karena itu,

dan sebagainya.

6) Kata Bilangan

Kata bilangan adalah kata yang menyatakan jumlah kumpulan dan urutan atau

tingkatan suatu benda sesuatu yang dibendakan. Kata bilangan dapat dibedakan

menjadi beberapa bagian, yaitu :

Kata bilangan utama ialah kata bilangan yang menyatakan satuan jumlah

dalam angka. Contoh : satu, seratus, seribu, dan sebagainya.

Kata bilangan bertingkat ialah kata bilangan yang menunjukkan tingkatan

atau susunan jumlah sesuatu. Contoh : kesatu, kedua, keseribu, dan

sebagainya.

Kata bilangan tak tentu ialah kata bilangan yang menyatakan jumlah

satuan sesuatu yang tak tentu. Contoh : beberapa, sebagian,

segerombolan, dan sebagainya.

Kata bilangan bilangan ialah kata bilangan pelengkap yang menunjuk

pada satuan objeknya, yaitu : sehelai, secarik, sekuntung, sebutir,

seonggok, sebuah, sepiring, dan sebagainya.

Page 35: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Pemakaian Kata Bantu Bilangan

Kata bantu bilangan ini mempunyai pasangan kata tersendiri yang tidak dapat

ditukar dengan kata yang lain. Untuk lebih jelasnya, lihatlah daftar kata bantu

bilangan berikut ini.

KB

Bilangan

Pasang

an

KB

Bilangan

Pasang

an

KB

Bilangan

Pasang

an

KB

Bilangan

Pasang

an

Sebatangpohon,

kayuSecawan

Mangko

kSekeping logam

Serumpu

nbambu

Sebilahpisau,

kerisSeekor

kuda,

kambingSekerat tebu

Sesayat

dagingas

Seberkas cahaya Segagang sirihSekalinda

nbenang Sesisir pisang

Sebentuk CincinSegengga

mpasir Sekodi

jarit,

sarungSesuap nasi

Sebuahmangga,

jerukSegumpal darah

Semata

wayangJarum

Setangka

i

bunga,

daun,

dahan

Sebidang Tanah Segulung benang Seoranganak,

manusiaSeteguk air

Sebongka

h

Emas Segayung air Sepasang kekasih,

penganti

Setanda pisang

Page 36: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

n n

Sebonggo

lbawang Segantang beras Sepatah Kata Setukal benang

Sebutir Telur Sehelairambut,

benangSepotong bambu Seulas limau

Sebulir  Padi Seikat sayur Sepucuksurat,

senjataSeuntai kalung

Secangkir

kopi,

susu,

the

Sejengkal tanah Serawan gelang Seutas tali

Secarik Kertas Sekaki  paung Serajut  Jala as as

Secocok Sate Sekapur sirih Seruas Tebu as as

7) Kata Sambung

Kata sambung adalah kata yang berfungsi untuk menyambungkan bagian-bagian

dalam kalimat atau menggabungkan antara satu kalimat dengan kalimat yang

lain bahkan satu paragraf dengan paragraf yang lain.

Berdasarkan jenisnya,kata sambung dapat dibedakan menjadi beberapa bagian,

yaitu :

Page 37: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Kata sambung menyatakan gabungan, contoh : dan, lagi, serta

Kata sambung menyatakan pertentangan, contoh : tetapi, akan tetapi,

melainkan, tidak hanya, dan sebagainya.

Kata sambung menyatakan waktu, contoh : bila, selama, sesudah,

sehabis, dan sebagainya.

Kata sambung menyatakan tujuan, contoh : agar, supaya, biar, dan

sebagainya

Kata sambung menyatakan sebab, contoh : sebab, karena, sebab itu, dan

sebagainya

Kata sambung menyatakan akibat, contoh : hingga, sampai, dan

sebagainya.

Kata sambung menyatakan syarat, contoh : jika, apabila, andaikata, dan

sebagainya

Kata sambung menyatakan pilihan, contoh : atau, maupun

Kata sambung menyatakan perbandingan, contoh : ibarat, seperti, bak,

dan sebagainya

Kata sambung menyatakan tingkat, contoh : semakin, kian, dan

sebagainya

Kata sambung menyatakan penjelas, contoh : bahwa

Kata sambung menyatakan cara, contoh : sambil, sembari dan

sebagainya

Kata sambung menyatakan pengantar kalimat, contoh : alkisah, konon,

dan sebagainya

8) Kata Depan

Kata depan adalah kata yang berfungsi merangkaikan kata/kelompok kata satu

dengan kata/kelompok kata yang lain dalam suatu kalimat sekaligus menentukan

jenis hubungannya. Pada umumnya, kata depan berfungsi merangkaikan kata

benda atau kata yang dibendakan dengan jenis kata lain. Adapun cara penulisan

kata depan adalah harus dipisahkan dengan kata yang mengikutinya.

Berdasarkan fungsinya, kata depan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis,

yaitu :

Page 38: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Di, ke, dari, Ketiga kata depan ini digunakan untuk merangkaikan kata-

kata yang menyatakan tempat atau seuatu yang dianggap tempat, contoh

: di Jakarta, ke Surabaya, dari Bandung.

Pada, Kata depan ini digunakan untuk menyatakan orang, nama orang

atau nama binatang, nama waktu atau kiasan. Dipergunakan kata depan

pada untuk menggantikan kata depan di atau kata depan yang lain,

contoh : pada suatu hari, pada bapak, dan sebagainya.

Dengan, Kata depan ini digunakan untuk menyatakan alat atau cara.

Contoh : saya berjalan dengan cepat.

Untuk, kepada, buat, tentang, akan, kepada, Kata depan ini digunakan

sebagai pengantar objek tak langsung. Contoh : kami berdiskusi tentang

pelajaran.

9) Kata Sandang

Kata sandang sebenarnya tidak mempunyai arti, tetapi hanya mempunyai fungsi,

yaitu menjadikan sebuah kata itu sebagai kata benda. Contoh : Tuhan sang

Pencipta alam.

10) Kata Seru

Kata seru adalah kata yang sudah jelas menyatakan suatu maksud tertentu,

yaitu seruan yang terdapat dalam kalimat perintah. Kata seru yang paling sering

digunakan adalah partikel lah. Selain partikel lah, macam-macam kalimat seru

yang biasa digunakan dalam bahasa kita adalah ah, oi, hai, wah, cis, gih, aduh,

amboi, aduhai, masya Allah, dan sebagainya. Contoh :

- Hai, datanglah kemari!

- Pergilah ke sekolah!/

11) Kata Tanya

Kata Tanya adalah uraian kata tanya dimasukkan kata ganti tanya. Macam-

macam kata tanya :

Apa, Digunakan untuk menanyakan benda, hal dan binatang. Contoh :

Apa yang kau lakukan ?

Page 39: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Siapa, Digunakan untuk menanyakan orang. Contoh : Siapa nama

adikmu ?

Kapan, Digunakan untuk menanyakan waktu. Contoh : Kapan acara itu

dimulai ?

Berapa, Digunakan untuk menanyakan jumlah. Contoh : Berapa banyak

anakmu ?

Dimana, Digunakan untuk menanyakan tempat. Contoh : Dimana rumah

kakekmu ?

Bagaimana, Digunakan untuk menanyakan keadaan atau cara. Contoh :

Bagaimana kabar pamanmu ?

Mengapa, Digunakan untuk menanyakan alasan. Contoh : Mengapa

kamu tidak masuk sekolah kemarin ?

12) Kata Tugas

Adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan peranannya dapat

dibagi menjadi lima subkelompok:

o preposisi (kata depan) (contoh: dari),

o konjungsi (kata sambung) - Konjungsi berkoordinasi (dan),

Konjungsi subordinat (karena),

o artikula (kata sandang) (contoh: sang, si) - Umum dalam bahasa

Eropa (misalnya the),

o interjeksi (kata seru) (contoh: wow, wah), dan

o partikel.

3. Kelompok Kata

a. Klausa

Klausa ialah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, sekurang-kurangnya

terdiri atas subjek dan predikat dan sering kali mengikutsertakan objek,

pelengkap, dan keterangan. Posisi objek, pelengkap, ataupun keterangan disini

bersifat manasuka.

Page 40: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Contoh:

Saat negara-negara lain sudah menjadi negara berkembang, Negara kita baru

melakukan proses menuju negara berkembang.

Kalimat diatas terdiri dari beberapa klausa, yaitu:

Saat negara-negara lain menjadi (S-P);

negara berkembang (O-Pel);

negara kita baru melakukan (S-P);

proses menuju negara berkembang (P-O).

Dalam kalimat tertentu klausa terdiri dari 2 bagian, yaitu : klausa induk dan

klausa subordinatif (anak kalimat).

Contoh:

Dia menulis surat ketika kedua orangtuanya sudah pergi.

Keterangan:

Dia menulis surat (klausa induk)

ketika kedua orangtuanya sudah pergi. (klausa anak)

Penggabungan kedua klausa ini menjadi proses terbentuknya sebuah kalimat.

Bergabungnya kedua klausa ini menandakan masuknya konjungsi atau kata

sambung “ketika”. Sedangkan untuk konjungsi atau kata sambung sendiri terdiri

atas 4 bagian, yaitu :

Konjungsi Kordinatif (serta, dan, atau, tetapi)

Contoh:

Kami membaca dan dia menulis surat.

Rika pergi sekolah tetapi adiknya tinggal dirumah.

Page 41: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Dia memiliki paras yang cantik serta hati yang baik.

Ami pergi ke pasar atau ke toko buku.

Konjungsi Korelatif (baik, maupun, tidak hanya, tetapi juga)

Contoh:

Keseriusannya dalam belajar tidak hanya menjadikannya sebagai juara

kelas tapi juga memberikannya peluang unuk mendapatkan beasiswa.

Konjungsi Subordinatif (sejak, karena, setelah, seperti, agar, dengan)

Contoh:

Dia menjadi pramugari sejak tahun 1990.

Sani menyelesaikan pekerjaan rumah sampai larut malam, karena tugas

rumah Sani sangat banyak.

Dia sembuh dari sakit setelah minum obat yang diberikan oleh dokter.

Kedua bersaudara itu menegndarai sepeda motor seperti seorang

pembalap profesional.

Kami terus berlatih angkat beban agar saat kejuaraan angkat beban kami

menjadi juara.

Andi melihat kepergian orangtuanya dengan meneteskan airmata.

konjungsi Antarkalimat (meskipun, demikian, begitu, kemudian, oleh

karena itu, bahkan, lagi pula)

Contoh:

Kami tidak akan mengikuti kemauannya meskipun dia memberi kami

uang.::

Saykvn;owvnwobv[owbv[owubv[owub[vowbv['owbv[owbvwb'WW'VWNFO

WNWF

Dia tidak bisa berbicara (klausa)

Page 42: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

tidak bisa berbicara (frasa)

karena (konjungsi)

lidahnya pendek. (klausa)

Klausa “Dia tidak bisa berbicara” dalam posisi sebagai klausa induk, sedangkan

klausa “lidahnya pendek” menempati klausa anak. Untuk konjungsi “karena”

berperan sebagai konjungsi subordinatif-sebab yang telah menghubungkan 2

klausa atau lebih.

Jenis-jenis klausa

Klausa berdasarkan kategori kata atau frasa.

Contoh :

Mereka sudah menyiapkan seekor sapi untuk hari Raya Idhul Adha.

Klausa berdasarkan struktur.

Berdasarkan strukturnya klausa dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:

Klausa berdasarkan struktur intern.

Didalam klausa yang sesuai struktur internnya terdapat unsure inti klausa yaitu

“S” dan “P”. meski begitu dalam penggabungan klausa “S” sering kali dapat

dihilangkan dalam kalimat jawaban. Karena klausa yang terdiri dari “S” dan “P”

disebut klausa lengkap sedangkan klausa yang tidak bersubjek disebut kalimat

tidak lengkap.

Contoh:

May mempercepat laju sepedanya karena May tidak ingin terlambat.

Subjek “May” dalam anak kalimat dapat dihilangkan, hal itu dikarenakan adanya

penggabungan klausa “May tidak masuk sekolah” dan “May tidak ingin

terlambat”.

Page 43: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Klausa juga dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu kalusa lengkap dan klausa

tidak lengkap. Untuk klausa lengkap secara struktur internnya dapat dibedakan

menjadi 2 golongan. Golongan yang pertama yaitu klausa lengkap susun biasa

yang Subjeknya terletak di depan Predikat, sedangkan golongan kedua yaitu

klausa lengkap susun balik (klausa inversi) yang Subjeknya tepat diletakkan

dibelakang Predikat.

Klausa berdasarkan ada tidaknya kata negatif yang secara

gramatikal mengaktifkan Predikat.

Didalam pembentukan klausa juga terdapat klausa positif dan klausa negatif.

Klausa positif ialah klausa yang sama sekali tidak memiliki kata negatif yang

secara otomatis mampu menegatifkan unsur “P” (predikat), sedangkan untuk

klausa negatif merupakan klausa yang memiliki kata-kata negatif yang secara

gramatikal memang menegatifkan unsur “P” (predikat) (kata-kata negatif: tiada,

tak, bukan, belum, dan jangan).

Klausa Positif

Contoh:

Dia sudah menjadi primadona dikampusnya.

Kami berhasil mendapatkan beasiswa itu.

Klausa negatif

Contoh:

Mereka bukan siswa disekolah ini lagi.

Kami belum menerima THR (Tunjangan Hari Raya).

Rima tidak memiliki orangtua lagi.

Saya mohon jangan bawa dia pergi.

Penggolongan klausa berdasarkan kategori kata atau frasa yang

menduduki fungsi Predikat.

Page 44: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Penggolongan klausa jenis ini yang mampu menempati unsur “P”(predikat) pada

klausa ialah “Nomina”, “Verba”, “Bilangan”, dan “Frasa Depan”. Berdasarkan

penggolangan klausa unsur “P” dapat digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu:

Klausa Nominal

Contoh:

Kami mahasiswa

yang digunakan mobil itu

Klausa Verbal

Contoh:

Pamanku membelah kayu.

Anak-anak itu membuat prakarya.

Untuk klausa golongan Verbal fungsi “P” dapat secara gramatikal dinegatifkan

dengan kata “tidak”.

Contoh:

Pamanku tidak membelah kayu.

anak-anak itu tidak membuat prakarya.

Klausa Verbal sendiri dapat digolongkan kembali menjadi 6 bentuk klausa, yaitu:

1) Klausa verbal adjektiva adalah klausa yang unsur predikatnya berupa

kata sifat. Contoh: Orang yang pemarah.; Harga saham turun.

2) Klausa verbal intransitif adalah klausa yang unsur predikatnya

termasuk kedalam kelompok kata kerja intransitive. Contoh: Siswa-siswa

SMA berkompetisi di olimpiade matematika.; Presiden sedang berpidato

di depan calon PNS.

3) Klausa verbal aktif Contoh: Nami sedang menulis surat.; Irfan sedang

menikmati liburan sekolahnya di Bali.

Page 45: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

4) Klausa verbal pasif Contoh: Sebelum memasuki Mall kami diperiksa

oleh security Mall.

5) Klausa verbal yang refleksif merupakan klausa yang predikatnya

menyatakan suatu perbuatan yang dilakukan oleh sipelaku sendiri (kata

kerja). Contoh: Mereka sedang menenangkan diri.; Orang itu mencoba

memutus urat nadinya.

6) Klausa verbal yang resiprokal adalah klausa yang unsur predikatnya

termasuk dalam kata kerja yang menyatakan kesalingan. Bentuk-

bentuknya sendiri adalah (saling) meN-, (saling) ber-an dengan proses

pengulangan maupun tidak. Contoh: Kami saling berkirim-kiriman surat.;

Mereka saling menuduh.

Klausa Bilangan

Kata bilangan adalah kata-kata yang dapat diikuti oleh ekor, batang, keping,

buah, kodi, helai, dll. Untuk frasa bilangan sendiri ialah frasa yang

mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan, misalkan : dua ekor,

tiga batang, beberapa butir, dll.

Contoh:

Di kampung itu terdapat seratus kepala keluarga.

Kami hanya dua bersaudara.

Kami membeli satu kodi pakaian wanita.

Klausa Depan

Klausa depan adalah klausa yang predikatnya terdiri atas frasa depan, artinya

frasa atau klausa yang diawali dengan kata depan sebagai penanda.

Contoh:

Rok itu untuk kaum hawa.

Masjid itu untuk tempat ibadah umat islam.

b. Frasa

Page 46: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat non-predikatif

maksudnya di antara kedua kata itu tidak ada yang berkedudukan sebagai

predikat dan hanya memiliki satu makna gramatikal. Frasa memiliki beberapa ciri

yang dapat diketahui, yaitu :

1) Terbentuk atas dua kata atau lebih dalam pembentukannya.

2) Menduduki fungsi gramatikal dalam kalimat.

3) Mengandung satu kesatuan makna gramatikal.

4) Bersifat Non-predikatif.

Jenis atau Kelas Frasa

Frasa Nomina

Frasa Nomina adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan memperluas

sebuah kata benda. Frasa nominal dapat dibedakan lagi menjadi 3 jenis yaitu :

- Frasa Nomina Modifikatif (mewatasi), misal :rumah mungil, hari senin,

buku dua buah, bulan pertama, dll.

- Frasa Nomina Koordinatif (tidak saling menerangkan), misal :hak dan

kewajiban, sandang pangan, sayur mayur, lahir bathin, dll.

- Frasa Nomina Apositif

Contoh frasa nominal apositif :

a). Jakarta, Ibukota Negara Indonesia, sudah berumur 485 tahun.

b). Melati, jenis tanaman perdu, sudah menjadi simbol bangsa Indonesia sejak

lama.

c). Banjarmasin,Kota Seribu Sungai, memiliki banyak sajian kuliner yang enak

Frasa Verbal

Frasa Verbal adalah kelompok kata yang terbentuk dari kata kata kerja.

Kelompok kata ini terbagi menjadi 3 macam, yaitu :

- Frasa Verbal Modifikatif (pewatas), terdiri atas pewatas belakang,

misal : a). Ia bekerja keras sepanjang hari. b). Kami membaca buku itu

sekali lagi. Pewatas depan, misal : a). Kami yakin mendapatkan

pekerjaan itu. b). Mereka pasti membuat karya yang lebih baik lagi pada

tahun mendatang.

Page 47: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

- Frasa Verbal Koordinatif adalah 2 verba yang digabungkan menjadi

satu dengan adanya penambahan kata hubung 'dan' atau 'atau', Contoh

kalimat : a). Orang itu merusak dan menghancurkan tempat tinggalnya

sendiri. b). Kita pergi ke toko buku atau ke perpustakaan.

- Frasa Verbal Apositif yaitu sebagai keterangan yang ditambahkan atau

diselipkan. Contoh kalimat : a). Pekerjaan Orang itu, berdagang kain, kini

semakin maju. b). jorong, tempat tinggalku dulu, kini menjadi daerah

pertambangan batubara.

Frasa Ajektifa

Frasa ajektifa ialah kelompok kata yang dibentuk oleh kata sifat atau keadaan

sebagai inti (diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang berfungsi

menerangkan, seperti :agak, dapat, harus, lebih, paling dan 'sangat. Kelompok

kata ini terdiri dari 3 jenis, yaitu :

- Frasa Adjektifa Modifikatif (membatasi), misal :cantik sekali, indah nian,

hebat benar, dll.

- Frasa Adjektifa Koordinatif (menggabungkan), misal :tegap kekar,

aman tentram, makmur dan sejahtera, dll.

- Frasa Adjektifa Apositif, misal :

a). Srikandi cantik, ayu menawan, diperistri oleh Arjuna.

b). Desa Jorong, tempat tinggalku dulu, kini menjadi daerah pertambangan

batubara.

Frasa Apositif bersifat memberikan keterangan tambahan. Frasa Srikandi cantik

dan Desa Jorong merupakan unsur utama kalimat, sedangkan frasa ayu

menawan, dan tempat tinggalku dulu, merupakan keterangan tambahan.

Frasa Adverbial

Frasa Adverbial ialah kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat.

Frasa ini bersifat modifikasi (mewatasi), misal :sangat baik kata baik merupakan

inti dan kata sangat merupakan pewatas. Frasa yang bersifat modifikasi ini

contohnya ialah agak besar, kurang pandai, hampir baik, begitu kuat, pandai

sekali, lebih kuat, dengan bangga, dengan gelisah. Frasa Adverbial yang bersifat

Page 48: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

koordinatif (yang tidak menerangkan), contoh frasanya ialah lebih kurang kata

lebih tidak menerangkan kurang dan kurang tidak menerangkan lebih.

Frasa Pronominal

Frasa Pronominal ialah frasa yang dibentuk dengan kata ganti, frasa ini terdiri

atas 3 jenis yaitu :

- Modifikatif, misal kalian semua, anda semua, mereka semua, mereka itu,

mereka berdua.

- Koordinatif, misal engkau dan aku, kami dan mereka, saya dan dia.

- Apositif, misal :Kami, putra-putri Indonesia, menyatakan perang

melawan narkotika.

Frasa Numeralia

Frasa Numeralia ialah kelompok kata yang dibentuk dengan kata bilangan. Frasa

ini terdiri atas :

- Modifikatif, contoh :

Mereka memotong dua puluh ekor sapi kurban.

Kami membeli setengah lusin buku tulis.

- Koordinatif, contoh :

Entah dua atau tiga sapi yang telah dikurbankan.

Dua atau tiga orang telah menyetujui kesepakatan itu.

Frasa Interogativ Koordinatif ialah frasa yang berintikan pada

kata tanya. Contoh :

- Jawaban dari apa atau siapa ciri dari subjek kalimat.

- Jawaban dari mengapa atau bagaimana merupakan pertanda dari

jawaban predikat.

Frasa Demonstrativ Koordinatif ialah frasa yang dibentuk oleh

dua kata yang tidak saling menerangkan. Contoh :

Saya tinggal di sana atau di sini sama saja.

Page 49: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Kami pergi kemari atau kesana tidak ada masalah.

Frasa Preposisional Koordinatif ialah frasa yang dibentuk oleh

kata depan yang tidak saling menerangkan. contoh :

Petualangan kami dari dan ke Jawa memerlukan waktu satu

bulan.

Perpustakaan ini dari, oleh, dan untuk masyarakat umum.

Fungsi Unsur Pembentuknya

Berdasarkan fungsi dari unsur pembentuknya frasa terdiri dari beberapa macam,

yaitu :

Frasa Endosentris yaitu frasa yang unsur-unsurnya berfungsi untuk

diterangkan dan menerangkan (DM) atau menerangkan dan diterangkan

(MD). contoh frasa : kuda hitam (DM), dua orang (MD).Ada beberapa

jenis frasa endosentris, yaitu :

- Frasa atributif yaitu frasa yang pola pembentuknya menggunakan pola

DM atau MD. contoh :Ibu kandung (DM), tiga ekor (MD).

- Frasa apositif yaitu frasa yang salah satu unsurnya (pola menerangkan)

dapat menggantikan kedudukan unsur intinya (pola diterangkan).

contoh :Farah si penari ular sangat cantik., kata Farah posisinya sebagai

diterangkan (D), sedangkan si penari ular sebagai menerangkan (M).

- Frasa koordinatif yaitu frasa yang unsur-unsur pembentuknya

menduduki fungsi inti (setara). contoh :ayah ibu, warta berita, dll.

- Frasa eksosentris yaitu frasa yang salah satu unsur pembentuknya

menggunakan kata tugas. contoh :dari Bandung, kepada teman, di

kelurahan, dll.

Page 50: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Berdasarkan Unsur-Unsurnya

Untuk kategori frasa berdasarkan satuan makna yang dikandung atau

yang dimiliki unsur-unsur pembentuknya dapat dibagi menjadi beberapa

frasa, yaitu :

1) Frasa biasa yaitu frasa yang hasil pembentukannya memiliki makna yang

sebenarnya (denotasi). contoh kalimat : a) Ayah membeli kambing hitam;

b) Meja hijau itu milik ayah.

2) Frasa idiomatik yaitu frasa yang hasil pembentukannya

menimbulkan/memiliki makna baru atau makna yang bukan sebenarnya

(konotasi). contoh kalimat : Orang tua Lintang baru kembali dari Jakarta.

c. Aneksi

Aneksi dalam bahasa Indonesia disebut “susunan serangkai”. Aneksi adalah dua

kata atau lebih yang menjadi satu dengan rapat atau erat tetapi tidak

menimbulkan satu pengertian baru.

Perbedaan terrsebut dapat dilihat dari ciri-ciri aneksi sebagai berikut:

o Aneksi terdiri dari dua kata yang hubungannya sanagt erat dan tidak

dapat disisipi. Namun cirri aneksi bahwa tidak dapat disisipi tidak bersifat

mutlak.

o Hubungan unsur dalam aneksi tidak menimbulkan pengertian baru.

o Pengafikan pada aneksi tidak kena pada seluruh kata.

o Hubungan kedua unsure dalam aneksi rapat sehingga tidak dapat

dipertukarkan tempatnya.

Penulisan Aneksi

Penulisan aneksi senantiasa ditulis terpisah

Penulisan aneksi tidak ditulis serangkai seperti pada bentuk kata majemuk

tertentu.

Kata-kata yang ada tidak boleh dibalik atau dipisahkan oleh kata-kata lain

Pengafikan tidak kena pada seluruh kata, melainkan pada salah satu unsuur

saja.

Page 51: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Perulangan aneksi hanya terjadi pda salah satu kata.

Jenis-jenis aneksi (kata gabung)

1) Aneksi kopulatif adalah aneksi yang terjadi dari kata-kata yang sederajat atau

setara, misalnya: kakek nenek, ibu bapak, adik kakak, siang malam, dan tua

muda.

2)   Aneksi kualitatif adalah aneksi yang kata pertama merupakan sifat yang dimiliki

oleh kata kedua. Misal: sangat baik, ketajaman pikiran, lebih semangat.

3)   Aneksi pronominal adalah aneksi yang salah satu unsurnya berupa kata ganti,

misalnya: saudaraku, kampung kita, keluarga kami, buku mereka, dan rumah

kami, .

4)  Aneksi original adalah aneksi yang kata kedua menyatakan asal tempat kata

pertama, misalnya: lagu Korea, masyarakat Australia, orang Indonesia, wanita

Jepang, dan ukiran Jepara.

5)  Aneksi partitif adalah aneksi yang kata kesatu merupakan bagian kata kedua,

misalnya: awal pertemuan, sisa makanan, pertengahan acara, akhir tahun, dan

pertengahan bulan.

6)   Aneksi posesif adalah aneksi yang pertama menjadi milik kata kedua, misalnya:

buku saya, bola adik, baju ibu, paman Edo, dan rumah nenek.

7)  Aneksi substantive adalah aneksi yang kedua unsurnya berupa kata benda,

misalnya: gambar anjing, boneka panda, makanan anjing, korek api, dan

makanan ayam.

8)   Aneksi subjektif adalah aneksi yang kata kedua menyatakan pelaku perbuatan

kata pertama atau menjadi sebab yang menghasilkan sesuatu, misalnya: artikel

Amir, lukisan Shinta, karangan Ja'far, panas mentari, dan suara ayam.

9)  Aneksi verbal adalah aneksi yang salah satu unsurnya berupa kata kerja,

misalnya: lari pagi, bermain bola, memutar haluan, berlaku bodoh, dan sedang

tidur.

10) Aneksi ablative adalah aneksi yang kata kedua merupakan asal kejadian kata

yang pertama, misalnya: sepatu kulit, kursi besi, patung emas, meja kayu, dan

tegel semen.

11) Aneksi adjektiva adalah aneksi yang salah satu unsurnya terjadi dari kata

keadaan atau kata sifat, misalnya: makanan sehat, orang sakit, baju kotor, mobil

mewah, dan rumah indah.

Page 52: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

12) Aneksi adverbial adalah aneksi yang salah satu unsurnya berupa kata

keterangan, misalnya: sangat baik, sangat murah, indah sekali, baik sekali, dan

terlalu mahal.

13)  Aneksi atributif adalah aneksi yang kata kedua diberi sifat oleh kata pertama,

misalnya: keindahan alam, kedisiplinan pemain, keberanian pahlawan,

kekuasaan pemerintah, dan keramahan penduduk.

14)  Aneksi final adalah aneksi yang kata kedua menyatakan tujuan atau maksud

kata pertama, misalnya: jam bicara, baju tidur, uang belanja, sendok makan, dan

sepatu olahraga.

15)  Aneksi instrumental adalah aneksi yang kata kedua menyatakan alat untuk

melakukan perbuatan pada kata pertama, misalnya: lemparan sepatu, tembakan

senapan, permainan bola, tamparan tangan, dan pukulan cemeti.

16)  Aneksi kata ganti persona adalah aneksi yang salah satu unsurnya terjadi dari

kata ganti persona, misalnya: sekeras dia, kebodohan kami, sekuat kamu,

kepandaian mereka, dan sehebat saya.

17)  Aneksi kata ganti penunjuk adalah aneksi yang salah satu unsurnya terjadi dari

kata ganti penunjuk, misalnya: dalam hal ini, seperti ini, semacam ini, hal ini, dan

seperti itu.

18) Aneksi keahlian adalah aneksi yang kata kedua merupakan lapangan

keahlian/kepandaian kata pertama, misalnya: juru memasak, juru bahasa, juru

kunci, ahli hukum, dan tukang las.

19)  Aneksi komparatif adalah aneksi yang kata kedua menyatakan persamaan atau

perbandingan, misalnya: sebening air, bulat telur, semanis madu, seluas

samudra, dan setajam pisau.

20)  Aneksi lokatif adalah aneksi yang kata kedua menyatakan tempat kata pertama,

misalnya: limbah pabrik, masyarakat kota, pegawai kantor, udara pegunungan,

dan penjaga gudang.

21)  Aneksi numeralia adalah aneksi yang terjadi karena kata bilangan digabungkan

dengan kata penunjuk jenis, misalnya: lima biji, lima batang, selembar kertas,

empat buah, dan tiga orang.

22)  Aneksi objektif adalah aneksi yang kata kedua menjadi objek perbuatan kata

yang pertama, misalnya: penggusuran rumah, pemugaran mesjid, pemilihan

ketua, pengambilan keputusan, dan peluncuran satelit

Page 53: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

4. Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat

berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan

bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan

maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun,

dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan

dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan

diakhiri dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang bersifat

informatif, tanda tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!) untuk

menyatakan kalimat perintah. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi,

baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat

(P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat

melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat

a. Bentuk Kalimat

1) Berdasarkan Keluasan Kalimat Dasarnya

a) Kalimat Dasar

Kalimat dasar adalah kalimat yang menjadi dasar untuk membangun kalimat

luas, baik kalimat luas tunggal maupun kalimat luas majemuk.

b) Kalimat Inti

Kalimat inti adalah kalimat yang hanya didukung oleh unsure inti kalimat,

yaitu subyek dan predikat. Contoh: Bayi / menangis.

c) Kalimat Luas

Kalimat luas adalah hasil perluasan kalimat dasar. Contoh: KD: Adik pulang

(S + P) KL: Nanti adik pulang (K + S + P).

Page 54: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

b. Jenis Kalimat

1) Berdasarkan Pengucapan

a) Kalimat Langsung

Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan

orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kaliamt yang memberitakan

bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga). Kalimat ini biasanya

ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan dapat berupa kalimat tanya

atau kalimat perintah

b) Kalimat Tak Langsung

Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan

atau perkataan  orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi

dengan tanda petik dua dan sudah dirubah menjadi kalimat berita

2) Berdasarkan Jumlah Frasa ( Struktur Gramatikal)

a) Kalimat Tunggal

Kallimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang

terdiri dari satu subjek dan satu predikat. Kalimat tunggal merupakan

kalimat dasar sederhana

b) Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling

berhubungan baik kordinasi maupun subordinasi

3) Berdasarkan Isi atau Fungsinya

a) Kalimat Perintah

Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah

kepada orang lain untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya

Page 55: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

diakhiri dengan tanda seru (!) dalam penulisannya. Sedangkan dalam

bentuk lisan, kalimat perintah ditandai dengan intonasi tinggi.

b) Kalimat Berita

Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu.

Dalam penulisannya, biasanya diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam

pelafalannya dilakukan dengan intonasi menurun. Kalimat ini mendorong

orang untuk memberikan tanggapan.

c) Kalimat Tanya

Kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu

informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. Kalimat ini diakhiri

dengan tanda tanya(?) dalam penulisannya dan dalam pelafalannya

menggunakan intonasi menurun. Kata tanya yang dipergunakan adalah

bagaimana, dimana, berapa, kapan.

d) Kalimat Seruan

Kalimat seruan adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapakan

perasaa ‘yang kuat’ atau yang mendadak. Kalimat seruan biasanya

ditandai dengan intonsi yang tinggi dalam pelafalannya dan

menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik (.) dalam penulisannya.

4) Berdasarkan Unsur Kalimat

a) Kalimat Lengkap

Kalimat lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari 

satu buah subyek dan satu buah predikat

b) Kalimat Tidak Lengkap

Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya

memiliki subyek saja, atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan

saja. Kalimat tidak lengkap biasanya berupa semboyan, salam, perintah,

pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman

Page 56: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

5) Berdasarkan Susunan S-P

a) Kalimat Inversi

Kalimat versi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya.

Kata atau frasa tertentu yang pertama muncul akan menjadi kunci yang

akan mempengaruhi makna untuk menimbulkankesan tertentu,

dibandingkan jika kata atau frasa ditempatkan pada urutan kedua.

Kalimat ini biasanya dipakau untuk penekanan atau ketegasan makna

b) Kalimat Versi

Kalimat inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya

sesuai dengan pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).

6) Berdasarkan Bentuk Gaya Penyajiannya

a) Kalimat yang Melepas

Kalimat yang melepas terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan

diawali oleh unsur utama (induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan

(anak kalimat). Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh

penulisnya

b) Kalimat yang Klimaks

Kalimat klimaks terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali

oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat

dipahami jika hanya membaca anak kalimatnya. Sebelum kalimat itu

selesai, terasa masih ada sesuatu yang ditunggu, yaitu induk kalimat

c) Kalimat yang Berimbang

Kalimat yang berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara

dan kalimat majemuk campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan

kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang

simetri

7) Berdasarkan Subjeknya

Page 57: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

a) Kalimat Aktif

Kalimat aktif  adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu

pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata

kerja yang berawalan me- dan ber-.

b) Kalimat pasif

Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan.

Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di-

dan ter- dan diikuti oleh kata depan oleh

8) Berdasarkan Banayaknya Kata Verba

a) Kalimat Simpleks

Adalah kalimat yang hanya terdiri dari satu kata verba utama yang

menggambarkan aksi, peristiwa, atau keadaan. kalimat simpleks bisa juga

disebut dengan kalimat tunggal, karena hanya mengandung satu struktur : S - P -

O - Ket - Pel. Namun unsur - unsur tersebut(S - P - O - Ket - Pel) belum tentu ada

dalam kalimat simpleks.

Contoh kalimat Simpleks dengan variasi strukturnya :

> Kakek    membaca    koran    di ruang tamu.

S P O  Ket. Tempat

>Kakak    menyapu    rumah.

 S    P     O

>Sampah itu    dibuang    Adik.

O  P S

b) Kalimat Kompleks

Adalah kalimat yang terdiri atas lebih dari satu aksi, peristiwa, atau keadaan

sehingga mempunyai lebih dari satu verba utama dalam lebih dari satu struktur.

Page 58: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Struktur yang satu dengan struktur yang lainnya biasanya dihubungkan oleh

konjungsi. macam - macam kalimat kompleks sebagai berikut :

- Kalimat kompleks parataktik adalah kalimat kompleks yang terdiri atas dua

struktur atau lebih yang dinyatakan dengan hubungan konjungtif sejajar dengan

makna, antara lain dan, tetapi, atau.

- Contoh kalimat kompleks parataktik : Yang pertama disebut makhluk hidup dan

kedua disebut makhluk mati.

- Kalimat kompleks hipotaktik adalah kalimat kompleks yang dapat dinyatakan

dengan hubungan konjungtif dan tidak sejajar dengan makna, antara lain

apabila, jika, karena, ketika.

- Contoh kalimat kompleks hipotaktik : Tanaman kacang itu akan tumbuh subur

apabila petaninya rajin menyiramnya.

c. Sifat Kalimat

1) Fiksi

Fiksi adalah jenis tulisan yang hanya berdasarkan imajinasi. Dia hanya

rekaan sipenulisnya. Jadi, jenis-jenis karya seni berikut ini merupakan

karya Fiksi : Cerita pendek (cerpen), novel, cerita sinetron, telenovela,

drama, film drama, film komedi, film horor, film laga.

2) Non Fiksi

Nonfiksi adalah tulisan-tulisan yang isinya bukanlah fiktif, bukan hasil

imajinasi/rekaan si penulisnya. Dengan kata lain, nonfiksi adalah karya

seni yang bersifat ofktual. Hal-hal yang terkandung di dalamnya adalah

nyata., benar-benar ada dalam kehidupan kita. Jadi, jenis-jenis karya seni

berikut ini merupakan karya nonfiksi : Aetikel, opini, resensi buku,

karangan ilmiah, skripsi, tesis, tulisan-tilisan yang berisi pengalaman

pribadi si penulis, berita di koran/majalah/tabloid, film dokumenter, dll

Page 59: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

d. Pola Kalimat

1) S-P

Aris tidur.

2) S-P-O

Alya makan nasi.

3) S-P-Pel

Cincinnya bertahtakan berlian.

4) S-P-K

Karis pergi ke Taman Safari.

5) S-P-O-Pel

Ihsan menamai kucingnya Ligo.

6) K-S-P-O-Pel

Setiap pagi Bu Diah membuatkan anak-anaknya roti panggang.

7) S-P-O-K

Erisa minum susu putih setiap pagi.

8) S-P-O-Pel-K

Semua anggota keluarga sedih ketika kakek meninggal.

e. Unsur Kalimat

1) Subyek

Subjek sebagai unsur yang melakukan suatu tindakan atau kerja dalam

suatu kalimat. Ciri-ciri subjek:

a) Jawaban atas pertanyaan apa dan siapa.

b) Berupa kata benda atau frase bendaan.

c) Disertai kata itu, ini, dan tersebut.

d) Didahului kata bahwa.

e) Tidak didahului preposisi.

Contoh :

a. Rangga adalah seorang aktor dan penyanyi.

Page 60: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

b. Super Junior adalah boyband favoritku.

c. Buku itu dibeli oleh Kyla.

2) Predikat

Predikat sebagai unsur kata kerja.

Ciri-ciri predikat :

a) Predikat merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa atau

bagaimana.

b) Predikat disertai kata adalah atau merupakan.

c) Predikat dapat diingkari.

d) Predikat dapat disertai kata keterangan aspek.

e) Predikat dapat disertai kata keterangan modalitas.

f) Predikat dapat didahului kata yang.

Predikat dapat berupa:

-          Kata benda/frase nominal

-          Kata kerja/frase verbal

-          Kata sifat/frase adjektival

-          Kata bilangan/frase numeral

-          Kata depan/frase preposisional

Contoh :

a.      Aris menyanyi dengan merdu.

b.      Aris memasak nasi goreng.

c.       Aris membaca majalah.

3) Objek

Objek sebagai unsur yang dikenai kerja oleh subjek. Ciri-ciri objek:

a.      Langsung di belakang predikat.

b.      Dapat menjadi subjek kalimat pasif.

c.       Didahului kata bahwa.

d.      Ada empat macam objek,

Objek Penderita

Page 61: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Kata benda atau yang dibendakan yang berupa kata atau

kelompok kata yang merupakan sasaran langsung dari

perbuatan atau tindakan yang dinyatakan oleh subjek. Mengikuti

predikat pada kalimat aktif transitif ( S+P+apa/siapa)

Makna objek penderita:

o Penderita

Contoh: Ali mencoret-coret tembok.

o Penerima

Contoh: Lisa memakai baju Karin.

o Tempat

Contoh: Lady Gaga datang ke Indonesia.

o Alat

Contoh: Alan melempar bola ke Guntur.

o Hasil

Contoh: Lian mengerjakan tugas Bahasa Indonesia.

o Objek penyerta: objek yang menyertai subjek dalam melakukanatau

mengalami sesuatu.

Objek Penyerta

o Hanya ada dalam kalimat verbal

o Selalu ada bersama objek yang lain. Jadi tak pernah sebuah

kalimat/klausa hanya memiliki objek penyerta saja. Inilah sebabnya

objek penyerta sering disebut pula objek dua (O 2)

o Bisa dipindahkan tempatnya tanpa mengubah makna/strutur

kalimatnya tidak kacau

o Tak pernah berupa klausa

o Selalu berupa person (orang, binatang, instansi, dsb.) Pokoknya

yang bisa memiliki kepentingan

o Hubungan dengan predikat agak renggang dan secara eksplisit

dihubungkan oleh kata bagi, pada, dengan dsb

Makna objek penyerta

1.      Penderita

Page 62: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Contoh: Lisa memberikan Lina komputer baru.

2.      Hasil

Contoh: Agus membelikan orangtuanya rumah.

Objek Pelaku

o ( S+P+O1/O2 untuk, bagi, kepada apa/siapa)

o Hanya ada dalam kalimat verbal

o Selalu mengikuti predikat kalimat pasif (jadi hanya ada dalam bentuk

pasif)

o Bisa didahului kata depan ”oleh”

o Bila bisa diaktifkan (perdikatnya berawalan ”di-” ), objek pelaku akan

menjadi subjek kalimat aktifnya

o Bisa dipindahkan posisinya (tak harus dibelakang predikatnya)

o Tak pernah berupa klausa (Jadi tak ada klausa anak/anak kalimat

yang menduduki jabatan objek pelaku)

Contoh: Buku dibeli oleh ibu untuk kami

Objek Pelengkap ( Berperangkai atau Berkata Depan)

Hanya ada dalam kalimat verbal

Selalu mengikuti predikat kalimat yang berjenis aktif intransitive

Bisa dipindahkan posisinya tanpa mengubah makna kalimat

Walaupun kalimatnya tergolong aktif, tyak bisa dipasifkan

Biasanya didahului kata depan ”akan”, ”tantang”, ”atas”,

”terhadap”, ”mengenai”

Bila berpa klausa, dapat didahului kata hubung ”bahwa”

Objek Semu

- Selalu ada dalam kalimat verbal

- Selalu mengikuti predikat kalimat yang bderjenis kata kerja aktif

gtransitif

- Mirip objek penderita tetapi kalimat tak bisa dipasifkan

Page 63: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

- Dengan predikatnya relatif merupakan pasangan tetap (mirip

idiom)

- Tak bisa dipindahkan tempatnya tanpa merusak struktur/makna

kalimatnya

4) Keterangan

Ciri-ciri keterangan :

a) Hubungannya dengan predikat renggang.

b) Posisinya dapat di awal, tengah, ataupun akhir kalimat.

c) Terdiri dari beberapa jenis :

o Keterangan Tempat

• Agnes Monica akan konser di Amerika.

o Keterangan Alat

• Aci memasak sayur dengan panci.

o Keterangan Waktu

• Ayah akan pulang kerja pukul 3 sore.

o Keterangan Tujuan

• Kita harus rajin berolahraga agar sehat.

o Keterangan Cara

• Mereka memerhatikan pelajaran dengan seksama.

o Keterangan Penyerta

• Ibu pergi bersama ayah.

o Keterangan Similatif

• Rahmat Darmawan memberikan arahan kepada pemainsebagai

pelatih.      

o Keterangan Sebab

• Rianto sangat sukses sekarang karena giat bekerja.

5) Pelengkap

Pelengkap yakni unsur yang melengkapi kalimat. Ciri-ciri pelengkap :

a) Terletak di belakang predikat.

Page 64: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Hampir sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang

predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu

objek. Misalnya:

o Diah mengirimi saya buku baru

o Mereka membelikan ayahnya motor baru

b) Hasil jawaban dari predikat dengan pertanyaan apa.

Contoh:

-          Pemuda itu bersenjatakan parang. (Parang sebagai pelengkap)

-          Budi membaca buku. (Buku sebagai objek karena dapat menjadi

subjek)

5. Alinea

a. Bentuk Alinea

1) Paragraf Narasi

Penceritaan suatu kejadian secara runtut sesuai urutan waktu

2) Paragraf Deskripsi

Paragraf yang menggambarkan sesuatu dengan jelas dan terperinci

3) Paragraf Persuasi

Jenis paragraf yang mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat

penulis dengan bukti dan fakta (benar-benar terjadi)

4) Paragraf Eksposisi

Karangan yang bertujuan untuk menginformasikan tentang sesuatu

sehingga memperluas pengetahuan pembaca

5) Paragraf Argumentasi

Page 65: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Sebuah paragraf yang menjelaskan pendapat dengan berbagai

keterangan dan alasan

b. Jenis Alinea

1) Deduktif

Inti paragraf berada di awal paragraph

2) Induktif

Inti kalimat berada di kalimat terakhir

3) Campuran

Inti paragraf di kalimat pertama dan terakhir

4) Ineratif

Inti paragraf di tengah-tengah paragraph

5) Jenis Paragraf Menurut Fungsinya dalam Karangan

Menurut fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3 , yaitu:

a) Paragraf Pembuka

Bertujuan mengutarakan suat aspek pokok pembicaraan dalam

karangan.Sebagai bagian awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus di

fungsikan untuk:

o Menghantar pokok pembicaraan

o Menarik minat pembaca

o Menyiapkan atau menata pikiran untuk mengetahui isi seluruh karangan.

Setelah memiliki ke tiga fungsi tersebut di atas dapat dikatakan paragraf

pembuka memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah karangan.

Paragraf pembuka harus disajikan dalam bentuk yang menarik untuk pembaca.

Page 66: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Untuk itu bentuk berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis paragraf

pembuka,yaitu:

o Kutipan, peribahasa, anekdot

o Pentingnya pokok pembicaraan

o Pendapat atau pernyataan seseorang

o Uraian tentang pengalaman pribadi

o Uraian mengenai maksud dan tujuan penulisan

o Sebuah pertanyaan.

b) Paragraf Pengembang

Bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang

sebelumnya telah dirumuskan dalam alinea pembuka. Paragraf ini didalam

karangan dapat difungsikan untuk:

Mengemukakan inti persoalan

Memberikan ilustrasi

Menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya

Meringkas paragraf sebelumnya

Mempersiapkan dasar bagi simpulan.

c) Paragraf Penutup

Paragraf ini berisi simpulan bagian karangan atau simpulan seluruh karangan.

Paragraf ini sering merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih

jelas. Mengingat paragraf penutup dimaksudkan untuk mengakhiri karangan.

Penyajian harus memperhatikan hal sebagai berikut :

- Sebagai bagian penutup,paragraf ini tidak boleh terlalu panjang

- Isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai

cerminan inti seluruh uraian

Page 67: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

- Sebagai bagian yang paling akhir dibaca, disarankan paragraf ini dpat

menimbulkan kesan yang medalam bagi pembacanya

c. Sifat Alinea

1) Persuasif, jika isi paragraf mempromosikan sesuatu dengan cara

mempengaruhi atau mengajak pembaca.

2) Argumentatif, jika isi paragraf membahas satu masalah dengan bukti-

bukti atau alasan yang mendukung.

3) Naratif, jika isi paragraf menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk

cerita.

4) Deskriptif, jika isi paragraf melukiskan atau menggambarkan sesuatu

dengan bahasa.

5) Ekspositoris, jika isi paragraf memaparkan sesuatu fakta atau kejadian

tertentu.

d. Pola Alinea

1) Bersifat Deduktif

Pola alinea yang bersifat deduktif dimulai dari kalimat inti, kemuidian

diikuti uraian, penjelasan, argumentasi dan sebagainya. Dimulai oleh

pernyataan (yang tentunya bersifat umum). Kemuydian kalimat-kalimat

berikutnya berusaha membuktikan pernyataan tadi dengan menyebutkan

hal-hal khusus, atau detail-detail seperlunya. Itulah sebabnya alinea ini

disebut bersifat deduktif.

Page 68: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

2) Besifat Induktif

Pola alinea yang bersifat induktif adalah kebalikan dari pola alinea yang

bersifat deduktif. Pola ini tidak dimulai dengan kalimat ini. Alinea ini

dimulai dengan menyebutkan hal-hal khusus atau uraian yang merupakan

anak tangga untuk mengantarkan pembaca pada gagasan pokok yang

terdapat pada kalimat inti di akhir alinea. Jadi, anak-anak tangga itu

tersusun untuk mencapai klimaks.

3) Bersifat Deduktif dan Induktif

Pola alinea ini adalah gabungan dua pola diatas, disini pada kalimat

pertama (sebagai kalimat inti) gagasan pokok telah dinyatakan. Tapi,

pada kalimat terakhir kembali diulang sekali lagi gagasan pokoknya.

Pola alinea ini disebut pola campuran. Karena pada awal dan akhir aline

agagasan pokoknya dinyatakan.

4) Generalisasi

Paragaraf yang dikembangkan dengan pola hubungan dari khusus ke umum

5) Analogi

Paragraf yang dikembangkan dengan membandigkan dua atau lebih benda

yang dianggap memiliki kesamaan kemudian menarik kesimpulan.

6) Sebab-akibat

Paragraf yang dikembangkan berdasarkan huubungan sebab akibat. Dalam

paragraph ini akibat bertindak sebagai gagasan pokok atau kesimpulan yang

bersifat umum

7) Akibat-sebab,

Paragraf yang dikembangkan berdasarkan hubungan akibat sebab. Dalam

paragrap ini sebab bertindak sebgai gagasasn pokok tau kesimpulan yang

bersifat umum. Sebaliknya akibat bertindak sebagai gagasan penjelas atau

perincian yang bersifat khusus.

8) Paragraf Campuran,

Page 69: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Paragraf campuran adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal dan

di akhir paragraf. Dalam paragraf ini terdapat dua kalimat utama. Dalam hal ini

kalimat terakhir umumnya mengulangi gagasan yang dinyatakan kalimat

pertama dengan sedikit penekanan dan variasi

9) Paragraf Naratif

Paragraf naratif adalah paragraf yang kalimat utamanya tersebar di seluruh

bagian paragraf.

10) Paragraf Ineratif

Paragraf ineratif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di tengah-

tengah bagian paragraf (di antara awal dan akhir paragraf)

11) Klimaks-Antiklimaks

Klimaks adalah perincian gagasan dari gagasan yang paling bawah atau rendah

menuju gagasan yang paling tinggi kedudukan atau kepentingannya.

Kebalikannya adalah antiklimaks.

12) Sudut Pandang

Pola sudut pandang adalah pola pengembangan paragraf yang didasarkan

tempat atau posisi seorang penulis dalam melihat sesuatu.

13) Perbandingan dan Pertentangan

Perbandingan adalah upaya mengamati persamaan yang dimiliki oleh dua benda

atau lebih, sedangkan pertentangan lebih banyak menonjolkan perbedaan yang

ada pada dua benda atau lebih.

14) Analogi

Analogi adalah bentuk pengungkapan suatu objek yang dijelaskan dengan objek

lain yang memiliki kesamaan atau kemiripan.

15) Contoh

Page 70: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Sebuah gagasan bisa menjadi jelas jika diperkuat dengan beberapa contoh atau

ilustrasi. Contoh itu dapat pula diuraikan dalam sebuah narasi atau deskripsi

yang kuat.

16) Pola Klausalitas

Dalam pola ini sebab bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat

sebagai rincian pengembangannya. Namun demikian, susunan tersebut

biasanya juga terbalik. Akibat dapat berperan sebagai gagasan utama,

sedangkan sebab menjadi rincian pengembangannya.

17) Klasifikasi

Berbeda dari analisis atau uraian, pengembangan ini berusaha mengelompok-

kan berbagai hal yang dianggap memiliki kesamaan ke dalam satu kategori.

Dengan demikian, hubungan di antara berbagai hal itu menjadijelas.

18) DefinisiLuas

Paragraf seperti ini biasanya menguraikan sebuah gagasan yang abstrak atau

istilah yang menimbulkan kontroversi yang membutuhkan penjelasan.

e. Unsur Alinea

1) Ide Pokok

Ide pokok adalah hal yang dibahas dalam suatu paragraf atau pikiran

yang menjiwai seluruh isi paragraf.

2) Kalimat Utama

Kalimat utama ialah tempat dimana dituangkannya ide pokok suatu

paragraf. Berdasarkan letaknya, kalimat utama terletak di awal paragraf

(deduktif), akhir paragraf (induktif), atau di awal dan akhir paragraf

(deduktif-induktif).

3) Kalimat Penjelas

Page 71: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Kalimat Penjelas adalah kalimat-kalimat yang menjelaskan kalimat utama.

Kalimat ini harus memiliki kesatuan yang padu, yakni semua kalimat

tersebut membentuk sebuah paragraf menyatakan suatu ide pokok

tertentu

f. Kohesi dan Koherensi

1) Kohesi (Keterpaduan Bentuk)

Apabila koherensi berhubungan dengan isi, maka kohesi atau keterpaduan

bentuk berkaitan dengan penggunaan kata-katanya. Bisa saja satu paragraf

mengemukakan satu gagasan utama, namun belum tentu paragraf tersebut

dikatakan kohesif jika kata-katanya tidak padu.

Contoh:

Pada tahun 1997, produksi padi turun 3,85 persen. Impor beras meningkat,

diperkirakan menjadi 3,1 ton tahun 1998. swasembada pangan tercapai pada

tahun 1984, pada tahun 1985, kita mengekspor sebesar 371,3 ribu ton beras,

bahkan 530,7 ribu ton pada tahun 1993. pada tahun 1994, neraca perdagangan

beras kita tekor 400 ribu ton. Impor beras meningkat dan pada tahun 1997

mencapai 2,5 juta ton.

Paragraf di atas mengemukakan satu gagasan utama, yaitu mengenai masalah

naik turunnya produksi beras Indonesia. Dengan demikian koherensi kalimat

tersebut sudah terpenuhi, namun paragraf tersebut dikatakan tidak memiliki

kohesivitas yang baik sehingga gagasan tersebut sulit dipahami. Paragraf

tersebut perlu diperbaiki, misalnya dengan memberikan kata perangkai seperti

berikut ini.

Pada tahun 1997, produksi padi turun 3,85 persen. Akibatnya, impor beras

meningkat, diperkirakan menjadi 3,1 ton tahun 1998. Sesudah swasembada

pangan tercapai pada tahun 1984, pada tahun 1985, kita mengekspor sebesar

Page 72: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

371,3 ribu ton beras, bahkan 530,7 ribu ton pada tahun 1993. Akan tetapi, pada

tahun 1994, neraca perdagangan beras kita tekor 400 ribu ton. Sejak itu, impor

beras meningkat dan pada tahun 1997 mencapai 2,5 juta ton.

2) Koherensi ( Kepaduan Makna)

Suatu paragfraf dikatakan koheren, apabila ada kekompakan antara gagasan

yang dikemukakan kalimat yang satu dengan yang lainnya. Kalimat-kalimatnya

memiliki hubungan timbal balik serta secara bersama-sama membahas satu

gagasan utama. Tidak dijumpai satu pun kalimat yang menyimpang dari gagasan

utama ataupun loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan.

Contoh:

Buku merupakan investasi masa depan. Buku adalah jendela ilmu pengetahuan

yang bisa membuka cakrawala seseorang. Dibanding media pembelajaran

audiovisual, buku lebih mampu mengembangkan daya kreativitas dan imajinasi

anak-anak karena membuat otak lebih aktif mengasosiasikan simbol dengan

makna. Radio adalah media alat elektronik yang banyak didengar di

masyarakat. Namun demikian, minat dan kemampuan mambaca tidak akan

tumbuh secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan pembiasaan.

Menciptakan generasi literat membutuhkan proses dan sarana yang kondusif.

Paragraf di atas dikatakan tidak koheren karena terdapat satu kalimat yang

melenceng dari gagasan utamanya yaitu kalimat yang dicetak tebal.

6. Wacana

a. Bentuk Wacana

1) Wacana Naratif

Page 73: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Adalah bentuk wacana yang dipergunakan untuk menceritakan suatu

kisah, uraiannya cenderung ringkas. Bagian-bagian yang dianggap

penting sering diberi tekanan atau diulang

2) Wacana prosedural

Adalah wacana yang digunakan untuk memberikan petunjuk atau

keterangan bagaimana sesuatu harus dilaksanakan. Oleh karena itu,

kalimat-kalimatnya berisi persyaratan atau aturan tertentu agar tujuan

kegiatan dapat berhasil dengan baik.

3) Wacana Ekspositori

Adalah wacana yang bersifat menjelaskan sesuatu secara informatif.

Bahasa yang digunakan cenderung denotatif dan rasional, yang termasuk

dalam wacana ini adalah ceramah ilmiah, artikel di media masa.

4) Wacana Hortatori

Adalah wacana yang digunakan untuk mempengaruhi pendengar atau

pembaca agar tertarik terhadap pendapat yang dikemukakan. Sifatnya

persuasif, tujuannya adalah untuk mencari pengikut agar bersedia

melakukan, atau menyetujui pada hal yang disampaikan dalam wacana

tersebut

5) Wacana dramatic

Adalah bentuk wacana yang berisi percakapan antar penutur. Sedapat

mungkin menghindari sifat narasi di dalamnya. Contoh: skenario film

6) Wacana epistoleri

Adalah wacana yang dipergunakan dalam surat-menyurat. Pada

umumnya memilik bentuk dan sistem tertentu yang sudah menjadi

kebiasaan atau aturan.

7) Wacana Seremonial

Adalah bentuk wacana yang digunakan dalam kesempatan seremonial

(upacara), karena erat kaitannya dengan konteks situasi dan kondisi yang

Page 74: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

terjadi dalam seremoni, maka wacana ini tidak dipergunakan dalam

sembarang waktu.

b. Jenis Wacana

1) Wacana Narasi

Istilah narasi berasal dari Inggris narration yang berarti cerita, karenanya

karangan bersifat menceritakan suatu peristiwa atau serangkaian

peristiwa yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan

pengertian-pengertian yang merefleksikan interpretasi penulisannya.

2)  Wacana Deskripsi

Pengertian lugas deskripsi adalah uraian atau lukisan. Dalam konteks

pembicaraan ini wacana deskripsi dapat diartikan sebagai wacana yang

mengaitkan kesan atau impresi seseorang melalui uraian atau lukisan

tertentu.

3)  Wacana Eksposisi

Wacana ekposisi adalah paparan yang memberikan, mengupas, atau

menguraikan sesuatu demi sesuatu penyuluhan (penyampaian informasi)

dan penyuluhannya tersebut tanpa disertai desakan atau paksaan kepada

pembacanya agar menerima sesuatu yang dipaparkan sebagai sesuatu

yang besar.

4)  Wacana Argumentasi

Wacana argumentasi adalah wacana yang berisi terdiri dari paparan

alasan dan pengintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan.

Pada wacana tersebut argumentasi digunakan untuk meyakinkan

kebenaran, gagasan, atau konsepsi sesuatu berdasarkan data dan

fenomena-fenomena keilmuan yang dikemukakan.

Page 75: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

5)  Wacana Persuasi

Jadi wacana persuasi adala wacana yang berisi paparan berdaya bujuk,

budaya ajuk, ataupun berdaya himbauan yang dapat membangkitkan

ketergiuran pembacanya untuk meyakini dan menuruti himbauan implisit

maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis atau pembuatnya.

c. Sifat Wacana

1) Wacana Fiksi

Bentuk dan isi wacana fiksi berorientasi pada imajinasi. Biasanyan,

tampilan bahasanya mengandung keindahan (estetika). Mungkin sekali

wacana fiksi bersifat atau kenyataan, tetapi gaya penyampaiannya indah

2) Wacana Nonfiksi

Wacana nonfiksi adalah suatu wacana dari hasil olah pikir manusia yang

melibatkan data dan informasi nyata dan kadang menggunakan kaidah-

kaiadah penulisan yang baku.Contoh wacana nonfiksi yaitu opini, essay,

artikel dan laporan penelitian.

d. Pola Wacana

1) Pola Umum- Khusus (General-Partikular)

Pola susunan umum-khusus adalah wacana yang diungkapkan dengan

pola pengembangan dari hal-hal atau kalimat yang bersifat umum diikuti

kalimat-kalimat yang bersifat khusus

2) Pola Seluruh-Bagian (Whole-Part/Componen)

Pola susunan wacana ini mengedepankan sesuatu secara menyeluruh

terlebih dahulu kemudian diikuti bagian-bagian dari keseluruhan tersebut

3) Pola Latar-Subjek-Unsur (Set-Subject-Element)

Page 76: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Pola latar-subjek-unsur adalah pola wacana yang di dalamnya terdapat

latar (waktu dan tempat peristiwa itu terjadi) dengan jelas, disertai dengan

subjek atau pelaku, serta diikuti dengan unsur-unsur yang mendukung

wacana tersebut

4) Pola yang Mencakup-yang Tercakup (Including-Included)

Pola wacana ini mengedepankan bagian yang mencakupi suatu objek

sebagai pikiran pokoknya. Pada bagian ini disampaikan hal-hal yang

mencakupi atau yang menjadi inti dari suatu objek

5) Pola Besar-Kecil (Large-Small)

Selanggam dengan pola sebelumnya, pola besar-keci diawali diawali

dengan pikiran utama yang bersifat lebih besar cakupannya /bidangnya

/ukurannya

6) Pola Luas-Dalam (Outside-Inside)

Pola ini hampir mirip dengan pola mencakup-tercakup, hanya saja yang

ditekankan bukan pada aspek keberkaitan/hubungan antarbagian

melainkan lebih pada aspek keluasan topic

7) Pola yang Memiliki-yang dimiliki (Possessor-Possessed)

Pola ini berfokus pada sesuatu yang bersifat yang memiliki dan yang

dimiliki

8) Pola Sekuensi TemporalPola wacana ini dibuat berdasarkan urutan waktu

atau kronologis

9) Pola Sekuensi Spasial

Pola ini menekankan pada aspek spasial/ruang. Wacana dibuat

berdasarkan urutan ruang/tempat

10) Pola Ekuivalensi-Kontras

Pola ini sering disebut dengan pola perbandingan dan pertentangan

11) Pola Sebab-Akibat

Page 77: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Senada dengan pola yang lain, pola ini didahului dengan pikiran utama

yang berupa hal-hal yang menjadi penyebab kemudian diikuti dengan

pikiran penjelas yang berupa hal-hal yang menjadi akibat dari pikiran

utama

e. Unsur Wacana

1) Unsur Internal

Terdiri dari :

Kata dan Kalimat

Teks dan Konteks

2) Unsur Eksternal

Terdiri dari :

Implikatur

Preuposisi

Referensi dan Inferensi

Konteks

MAKALAH BAHASA INDONESIA

Page 78: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Nama : Dewi Puspitasari

Kelas : X – 2

No Absen : 11

Materi : Kesusastraan dan Periodeisasi

KESUSASTRAAN DAN PERIODEISASI

Sastra (Sanskerta: शा�स्त्र, shastra) merupakan kata serapan dari bahasa

Sanskerta śāstra, yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau

Page 79: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

"pedoman", dari kata dasar śās- yang berarti "instruksi" atau "ajaran". Dalam

bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada "kesusastraan"

atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.

Yang agak bias adalah pemakaian istilah sastra dan sastrawi. Segmentasi sastra

lebih mengacu sesuai defenisinya sebagai sekedar teks. Sedang sastrawi lebih

mengarah pada sastra yang kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah

sastrawan adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang

menggeluti sastrawi, bukan sastra.

Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau

sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan,

tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan

pengalaman atau pemikiran tertentu.

PEMBAGIAN SASTRA MENURUT USMAN EFFENDY

1. Kesusasteraan Lama ( ……. – 1920 )

2. Kesusasteraan Baru ( 1920 – 1945 )

3. Kesusasteraan Modern ( 1945 - …….. )

1. Bentuk Kesusatraan

a) Prosa

Bentuk sastra yang diuraikan menggunakan bahasa bebas dan panjang tidak

terikat oleh aturan-aturan seperti dalam puisi.

Page 80: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

b) Puisi

Bentuk sastra yang diuraikan dengan menggunakan bahasa yang singkat dan

padat serta indah.

c) Prosa Liris

Bentuk sastra yang disajikan seperti bentuk puisi namun menggunakan bahasa

yang bebas terurai seperti pada prosa.

d) Drama

Yaitu bentuk sastra yang dilukiskan dengan menggunakan bahasa yang bebas

dan panjang, serta disajikan menggunakan dialog atau monolog. Drama ada dua

pengertian, yaitu drama dalam bentuk naskah dan drama yang dipentaskan.

2. Jenis Kesusastraan

a. Dilihat dari isinya

1) Epik, karangan yang melukiskan sesuatu secara obyektif tanpa

mengikutkan pikiran dan perasaan pribadi pengarang.

2) Lirik, karangan yang berisi curahan perasaan pengarang secara

subyektif.

3) Didaktif, karya sastra yang isinya mendidik penikmat/pembaca tentang

masalah moral, tatakrama, masalah agama, dll.

4) Dramatik, karya sastra yang isinya melukiskan sesuatu kejadian(baik atau

buruk) denan pelukisan yang berlebih-lebihan.

b. Dilihat dari sejarahnya

Kesusastraan Lama, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam

masyarakat lama dalam sejarah bangsa Indonesia. Kesusastraan Lama

Indonesia dibagi menjadi :

Page 81: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

1) Kesusastraan zaman purba,

2) Kesusastraan zaman Hindu Budha,

3) Kesusastraan zaman Islam, dan

4) Kesusastraan zaman Arab – Melayu.

b) Kesusastraan Peralihan, kesusastraan yang hidup di zaman Abdullah bin

Abdulkadir Munsyi. Karya-karya Abdullah bin Abdulkadir Munsyi ialah :

Hikayat Abdullah

Syair Singapura Dimakan Api

Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jeddah

Syair Abdul Muluk, dll.

c) Kesusastraan Baru, kesusastraan yang hidup dan berkembang dalam

masyarakat baru Indonesia. Kesusastraan Baru mencangkup kesusastraan pada

Zaman :

Balai Pustaka / Angkatan 20

Pujangga Baru / Angkatan 30

Jepang

Angkatan 45

Angkatan 66

Mutakhir / Kesusastraan setelah tahun 1966 sampai sekarang.

a) Jenis-Jenis Sastra Lama

1) Mantra

Mantra merupakan karya sastra lama yang berisi pujian-pujian terhadap

sesuatu yang gaib atau yang di keramatkan, seperti dewa, roh dan

binatang. Mantra biasa nya di ucapkan oleh pawang atau dukun sewaktu

melakukan upacara keagamaan ataupun ketika berdoa

Page 82: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Kesusastraan Lama (Pujangga Lama)

Kitab Agama :

Syarab al-'Asyiqin (Minuman Para Pecinta) oleh Hamzah Fansuri

Asrar al-'Arifin (Rahasia-rahasia para Gnostik) oleh Hamzah Fansuri

Nur ad-Daqa'iq (Cahaya pada kehalusan-kehalusan) oleh Syamsuddin

Pasai

Bustan as-Salatin (Taman raja-raja) oleh Nuruddin ar-Raniri

2) Pantun

Pantun merupakan puisi lama yang terdiri dari empat baris dalam satu

baitnya. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran, sedangkan baris

ketiga dan keempatnya adalah isi. Bunyi terakhir pada kalimat -

kalimatnya berpola a-b-a-b. Dengan demikian, bunyi akhir pada kalimat

ketiga dan bunyi akhir kalimat kedua sama dengan bunyi akhir pada

Kalimat keempat

3) Seloka

Seloka di sebut juga dengan pantun berbingkai. Bedanya dengan pantun,

kalimat ke-2 dan ke-4 pada bait pertama di ulang kembali dan menjadi

kalimat ke-1 dan ke-3 pada bait kedua nya. Pengulangan itu di lakukan

terus-menerus sehingga bait-bait dalam puisi sambung-menyambung

4) Talibun

Talibun adalah pantun yang susunannya yang terdiri atas enam,delapan

atau sepuluh baris. Pembagian bait nya sama dengan pantun biasa,

maka tiga baris pertama merupakan sampiran dan tiga baris berikut nya

merupakan isi

5) Gurindam

Page 83: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Gurindam di sebut juga sajak peribahasa atau sajak dua seuntai.

Gurindam memiliki beberapa persamaan dengan pantun yakni pada

isinya. Gurindam banyak mengandung nasihat atau pendidikan, terutama

yang berkaitan dengan masalah keagamaan. Gurindam terdiri atas dua

kalimat. Kalimat pertama berhubungan langsung dengan kalimat

keduanya. Kalimat pertama selalu menyatakan pikiran atau peristiwa

sedangkan kalimat keduanya menyatakan keterangan atau

penjelasannya.

Kesusastraan Lama (Pujangga Lama)

- Syair Raja Siak

- Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji

6) Syair

Syair merupakan bentuk puisi klasik yang merupakan pengaruh

kebudayaan Arab. Dilihat dan jumlah barisnya, syair hampir sama dengan

pantun, yakni sama-sama terdiri atas empat baris. Perbedaan nya terletak

pada persajakan. Pantun bersajak a-b-a-b, sedangkan syair bersajak a-a-

a-a. selain itu, pantun memiliki sampiran, sedangkan syair tidak

memilikinya.

Kesusastraan Lama (Pujangga Lama)

- Syair Bidasari

- Syair Hukum Nikah karya Raja Ali Haji

- Syair Ken Tambuhan

- Syair Siti Shianah karya Raja Ali Haji

- Syair Sultan Abdul Muluk karya Raja Ali Haji

- Syair Suluh Pegawai karya Raja Ali Haji

- Syair Raja Mambang Jauhari

- Syair Raja Siak

Kesusastraan Lama (Sastra Melayu Lama)

Page 84: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

o Robinson Crusoe (terjemahan)

o Lawan-lawan Merah

o Graaf de Monte Cristo (terjemahan)

o Kapten Flamberger (terjemahan)

o Rocambole (terjemahan)

o Nyai Dasima oleh G. Francis (Indo)

o Bunga Rampai oleh A.F van Dewall

o Kisah Perjalanan Nakhoda Bontekoe

o Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan

o Kisah Pelayaran ke Makassar dan lain-lainnya

o Cerita Siti Aisyah oleh H.F.R Kommer (Indo)

o Cerita Nyi Pain

o Dan masih ada sekitar 3000 judul karya sastra Melayu-Lama lainnya

7) Dongeng binatang

Dongeng binatang atau fabel adalah cerita yang tokoh-tokoh nya berupa

binatang dengan peran layak nya manusia. Binatang-binatang itu dapat

berbicara makan, minum, berkeluarga sebagaimana hal nya dengan

manusia. Fabel tidak hanya di kenal di masyarakat nusantara, melainkan

hampir dikenal di seluruh dunia. Bila pelaku populer fabel pada

masyarakat Melayu itu adalah kancil,maka di Jawa barat adalah kera, di

Eropa serigala, dan di Kamboja kelinci.

8) Legenda

Legenda atau dongeng tentang asal-usul binatang, tumbuhan dan asal

usul tempat

9) Dongeng Pelipur Lara

Dongeng pelipur lara ini bersifat komedi, isi nya di penuhi dengan kisah-

kisah lucu.

10) Hikayat

Page 85: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Hikayat berasal dari India dan Arab. Hikayat berisikan cerita para dewa,

peri pangeran, putri, ataupun kehidupan para bangsawan. Hikayat banyak

dipenuhi cerita-cerita gaib dan berbagai kesaktian. Karena tokoh da latar

nya banyak yang mengambil dai sejarah, cerita terselubung sering di

sebut cerita sejarah.

Kesusastraan Lama (Pujangga Lama)

Hikayat Abdullah

Hikayat Aceh

Hikayat Amir Hamzah

Hikayat Andaken Penurat

Hikayat Bayan Budiman

Hikayat Djahidin

Hikayat Hang Tuah

Hikayat Iskandar Zulkarnain

Hikayat Kadirun

Hikayat Kalila dan Damina

Hikayat Masydulhak

Hikayat Pandawa Jaya

Hikayat Pandja Tanderan

Hikayat Putri Djohar Manikam

Hikayat Sri Rama

Hikayat Tjendera Hasan

Tsahibul Hikayat

c. Jenis-Jenis Sastra Baru/Modern

1) Novel

Adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif; biasanya dalam bentuk

cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa Italia novella

yang berarti "sebuah kisah, sepotong berita". Novel lebih panjang (setidaknya

40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan

struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel bercerita

tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan

menitik beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut. Novel dalam

bahasa Indonesia dibedakan dari roman. Sebuah roman alur ceritanya lebih

kompleks dan jumlah pemeran atau tokoh cerita juga lebih banyak.

Page 86: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

a) Novel – novel Pertama

Jepang adalah tempat lahirnya novel yang pertama. Novel itu berjudul Hikayat

Genji, yang ditulis pada abad ke-11 oleh Murasaki Shikibu. Ceritanya berfokus

pada tokoh khayalan Pangeran Genji, hubungan asmaranya, dan keturunan-

keturunannya. Hikayat Genji melukiskan kehidupan istana Jepang pada periode

Heian dan memberikan penggambaran memikat tentang wanita Jepang pada

masa itu.

Namun, novel berkembang dalam bentuk modern di Eropa selama masa

Renaisans. Isi novel-novel awal ini mencerminkan perhatian masyarakat pada

umumnya saat itu, termasuk munculnya kelas menengah sebagai kelompok

sosial, gugatan terhadap agama dan nilai-nilai moral tradisional, minat terhadap

sains dan filsafat, serta hasrat akan penjelajahan dan penemuan.

Novel-novel Eropa yang paling awal, disebut novel-novel picaresque, adalah

kisah-kisah petualangan yang menampilkan tokoh-tokoh utama yang cerdik, atau

picaros, yang mengandalkan kecerdikan mereka untuk bertahan. Bertolak-

belakang dengan roman-roman kesatriaan yang puitis, yang mengisahkan

perjuangan mencapai cita-cita spiritual tinggi, novel-novel picaresque merayakan

petualangan sebagai hiburan belaka.

Novel picaresque yang paling terkenal adalah Lazarillo de Tormes (1554), ditulis

oleh pengarang Spanyol yang anonim. Novel ini bercerita tentang seorang anak

lelaki yang mencoba bertahan di dunia yang penuh dengan para petani yang

kejam, pendeta yang jahat, bangsawan yang berkomplot, dan sederetan tokoh-

tokoh yang kasar.

Karya yang lebih serius adalah Don Quixote (1605, 1615), tulisan pengarang

Spanyol Miguel de Cervantes. Kisah ini menggambarkan seorang bangsawan

Spanyol idealis yang membayangkan dirinya sebagai seorang pahlawan, tetapi

sesungguhnya adalah seorang pria paruh baya biasa yang membaca banyak

roman kesatriaan sehingga dia tidak menyentuh realitas.

Page 87: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Semenjak itu, novel telah berkembang meliputi banyak genre. Umumnya, kini

novel dibedakan atas genre novel sosial, novel psikologi, novel pendidikan, novel

filsafat, novel populer, dan novel eksperimen. Novel populer sendiri terdiri atas

novel detektif, novel spionase, novel fiksi ilmiah, novel sejarah, novel fantasi,

novel horor, novel percintaan, dan novel Western.

Novel detektif pertama adalah The Moonstone (1868), karangan penulis Inggris

Wilkie Collins. Novel ini tidak hanya berisi teka-teki rumit siapa yang mencuri

permata langka bernama Moonstone, tetapi juga memperkenalkan jagoan

detektif modern yang pertama, Sersan Coff, diciptakan berdasarkan penyelidik

kriminal sungguhan yang menyukai mawar.

Novel spionase pertama adalah The Riddle of the Sands (1903) karangan

Erskine Childers. Novel ini mencangkok aspek-aspek cerita misteri dan kriminal

pada plot yang melibatkan intrik internasional. The Riddle of the Sands adalah

cerita khayalan tentang persiapan Jerman menyerang Inggris melalui laut.

Childers menggunakan pengalamannya sebagai seorang nakhoda kapal untuk

menggambarkan detail cerita itu.

Sebetulnya, sudah ada unsur-unsur fiksi ilmiah di dalam tulisan-tulisan lama,

tetapi novel fiksi ilmiah sejati yang pertama adalah Journey to the Center of the

Earth (1864) karya Jules Verne. Novel ini memasukkan geologi dan penelitian

tentang gua-gua ke dalam cerita khayalan tentang perjalanan menuju perut bumi.

Verne adalah pengarang pertama yang mengkhususkan diri dalam fiksi ilmiah.

Novel-novelnya banyak yang mendahului zaman, antara lain From the Earth to

the Moon (1865) dan 20,000 Leagues Under the Sea (1870).

Novel sejarah pertama adalah Waverley (1814), karangan novelis Skotlandia Sir

Walter Scott. Novel ini dan banyak sekuelnya berkisah seputar kejadian-kejadian

bersejarah di Skotlandia, Inggris, dan daerah-daerah lainnya di dunia.

Novel fantasi pertama adalah Alice’s Adventures in Wonderland (1865) dan

Through the Looking-Glass and What Alice Found There (1871) karya pengarang

Inggris Lewis Carroll. Kedua buku ini bercerita tentang seorang anak perempuan

Page 88: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

yang masuk ke dalam sebuah dunia yang aneh, bertemu dengan kelinci yang

bisa berbicara, dan mengalami kejadian-kejadian yang seperti mimpi.

Agak sulit menentukan novel horor yang pertama. Ada yang menyebutkan

Frankenstein (1818) karya Mary Wollstonecraft Shelley, sebuah novel Gotik

tentang penciptaan monster. Tetapi, ada pula yang menyebutkan buku Dracula

(1897) karya Bram Stoker sebagai novel horor sejati yang pertama. Novel ini

memadukan cerita rakyat yang mengerikan yang usianya sudah berabad-abad

dengan kisah psikopat sungguhan Count Vlad Dracul dari Rumania.

Novel percintaan pertama adalah Jane Eyre (1847) karya novelis Inggris

Charlotte Bronte. Novel ini bercerita tentang seorang gadis muda yatim piatu

yang mendapatkan pekerjaan sebagai seorang guru privat dan kemudian jatuh

cinta pada majikannya.

Adapun novel Western pertama adalah The Virginian (1902), karangan Owen

Wister. Para penulis cerita picisan telah menghasilkan banyak cerita tentang para

penjahat selama tahun 1880-an dan 1890-an, tetapi Wister adalah pengarang

pertama yang mengangkat koboi sebagai jagoan literer. Sang tokoh menjalani

hidup yang keras, kehilangan kekasihnya, dan menghadapi duel senjata. Novel

ini menjadi best-seller dan kemudian dibuatkan drama, film, dan serial televisi.

Kesusastraan Baru ( Balai Pustaka-1945)

Marah Roesli

Siti Nurbaya (1922)

La Hami (1924)

Anak dan Kemenakan (1956)

Muhammad Yamin

Tanah Air (1922)

Indonesia, Tumpah Darahku (1928)

Kalau Dewi Tara Sudah Berkata

Ken Arok dan Ken Dedes (1934)

Page 89: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Hamka

o Di Bawah Lindungan Ka'bah (1938)

o Tenggelamnya Kapal Van der Wijck (1939)

o Tuan Direktur (1950)

o Didalam Lembah Kehidoepan (1940)

Kesusastraan Modern (1945-2000)

W.S. Rendra

o Balada Orang-orang Tercinta (1957)

o Empat Kumpulan Sajak (1961)

o Ia Sudah Bertualang (1963)

Djamil Suherman

o Perjalanan ke Akhirat (1962)

o Manifestasi (1963)

Titis Basino

o Dia, Hotel, Surat Keputusan (1963)

o Lesbian (1976)

o Bukan Rumahku (1976)

o Pelabuhan Hati (1978)

o Pelabuhan Hati (1978)

Hilman Hariwijaya

o Lupus - 28 novel (1986-2007)

o Lupus Kecil - 13 novel (1989-2003)

o Olga Sepatu Roda (1992)

o Lupus ABG - 11 novel (1995-2005)

Kesusastraan Milineum (>2000)

Habiburrahman El Shirazy

Page 90: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

o Ayat-Ayat Cinta (2004)

o Diatas Sajadah Cinta (2004)

o Ketika Cinta Berbuah Surga (2005)

o Pudarnya Pesona Cleopatra (2005)

o Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007)

o Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007)

o Dalam Mihrab Cinta (2007)

2) Biografi

Adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Sebuah biografi

lebih kompleks daripada sekedar daftar tanggal lahir atau mati dan data-data

pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang perasaan yang terlibat

dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut.

Kesusastraan Milineum ( >2000)

o Soeharto Anak Desa

o Prof. Dr. B.I Habibie

o Ki Hajar Dewantara.

3) Cerpen

Atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif.

Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan

karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern)

dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan

teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih

luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam

berbagai jenis. Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang

digambarkan singkat yang dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan parallel

pada tradisi penceritaan lisan. Dengan munculnya novel yang realistis, cerita

pendek berkembang sebagai sebuah miniature.

Page 91: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Kesusastraan Modern-Milineum (1945-2000an)

o Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar

o Bola Lampu oleh Asrul Sani

o Teman Duduk oleh Moh. Kosim

o Wajah yang Bembah oleh Trisno Sumarjo

o Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis.

o Dari Ave Maria Ke Jalan Lain Ke Roma karya Idrus

o obohnya Surau Kami (Cerpen) karya A.A. Navis

4) Drama

adalah satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh

aktor. Kosakata ini berasal dari Bahasa Yunani yang berarti "aksi", "perbuatan".

Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media: di atas panggung, film, dan atau

televisi. Drama juga terkadang dikombinasikan dengan musik dan tarian,

sebagaimana sebuah opera (lihat melodrama).

Di Indonesia, pertunjukan sejenis drama mempunyai istilah yang

bermacam-macam. Seperti: Wayang orang, ketoprak, ludruk (di Jawa

Tengah dan Jawa Timur), lenong (Betawi), randai (minang), reog (Jawa

Barat), rangda (Bali) dan sebagainya.

Kesusastraan Modern (1945-2000)

o Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani

o Sedih dan Gembira karya Usmar Ismail

o Malam Jahanam karya Motinggo Busye

o Kapai-Kapai karya Arifin C.Noer

3. Pola Kesusastraan

Page 92: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Pola Kesusastraan disesuaikan dengan masing-masing jenis dan bentuknya

yang beraneka ragam. Yang masing-masing bentuk dan jenisnya memiliki ciri

khas yang berbeda antara yang satu dengan lainnya

4. Unsur Kesusastraan

Sastra Lama

a) Unsur Mantra

- Berirama akhir abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde.

- Bersifat lisan, sakti atau magis

- Adanya perulangan

- Metafora merupakan unsur penting

- Bersifat esoferik (bahasa khusus antara pembicara dan lawan bicara) dan

misterius

- Lebih bebas dibanding puisi rakyat lainnya dalam hal suku kata, baris dan

persajakan

b) Unsur Pantun

- bersajak ab-ab

- satu bait pantun terdiri dari 4 baris

- baris ke-1 dan 2 merupakan sampiran dan baris ke-3 dan 4 merupakan isi

pantun

- satu baris pantun terdiri dari 8-12 suku kata

c) Unsur Seloka

- Kalimat ke-2 dan ke-4 pada bait pertama di ulang kembali menjadi kalimat

ke-1 dan ke-3 pada bait kedua

- Pengulangan di lakukan terus-menerus hingga bait-bait dalam puisi

sambung-menyambung

Page 93: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

d) Unsur Talibun

- Setiap larik atau baris jumlah katanya antara 6-12 suku kata.

- Setiap bait terdiri 6 larik / lebih dan jumlahnya genap.

- Setengah dari jumlah baitnya merupakan sampiran dan setengahnya lagi

merupakan Isi.

- Rima akhirnya dapat dirumuskan abc,abc,abcs,abcd.

- Larik dalam setiap baitnya, hubungannya tidak / kurang logis.

e) Unsur Gurindam

- Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian

- Baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau

perjanjian pada baris pertama tadi.

f) Unsur Syair

- Terdiri dari 4 baris

- Berirama aaaa

- Keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair

g) Unsur Dongeng Binatang

- Alur

- Tokoh

- Latar

- Tema

- Amanat

h) Unsur Legenda

- Tema

- Setting

- Alur

- Penokohan

- Amanat

- Sudut Pandang

- Gaya Bahasa

Page 94: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

i) Unsur Hikayat

- Alur (plot)

- Tema

- Penokohan

Teknik Analitik

Teknik Dramatik

- Sudut Pandang

- Latar

- Amanat

Sastra Baru

a) Unsur Biografi

- Identitas tokoh

- Pengalaman hidup

- Pandangan hidup

- Kebiasaan positif

b) Unsur Novel

- Tema

- Setting

- Sudut Pandang

- Alur

- Penokohan

- Gaya Bahasa

c) Unsur Cerpen

- Tema

- Alur atau Plot

- Penokohan

- Latar atau Setting

Page 95: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

- Sudut Pandang Tokoh

- Amanat

d) Unsur Drama

- Tema

- Alur

- Penokohan

- Perwatakan

- Latar atau Setting

- Amanat

- Penataan

- Sutradara

- Properti

Unsur Kesusastraan

a. Unsur Intrinsik

1) Tema

Adalah sesuatu yang menjadi pokok masalah/pokok pikiran dari pengarang yang

ditampilkan dalam karangannya

2) Amanat

Adalah pesan/kesan yang dapat memberikan tambahan pengetahuan,

pendidikan, dan sesuatu yang bermakna dalam hidup yang memberikan

penghiburan, kepuasan dan kekayaan batin kita terhadap hidup

3) Plot atau Alur

Adalah jalan cerita/rangkaian peristiwa dari awal sampai akhir.

Tahap-Tahap Alur

Page 96: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

1.  Tahap perkenalan/Eksposisi

Adalah tahap permulaan suatu cerita yang dimulai dengan suatu kejadian, tetapi

belum ada ketegangan (perkenalan para tokoh, reaksi antarpelaku,

penggambaran fisik, penggambaran tempat)

2. Tahap pertentangan /Konflik

Adalah tahap dimana mulai terjadi pertentangan antara pelaku-pelaku (titik pijak

menuju pertentangan selanjutnya)

Konflik ada dua ;

1. konflik internal

Adalah konflik yang terjadi dalam diri tokoh.

2. konflik eksternal

Adalah konflik yang terjadi di luar tokoh(konflik tokoh dengan tokoh, konflik  tokoh

dengan lingkungan, konflik tokoh dengan alam, konlik tokoh denganTuhan dll)

3. Tahap penanjakan konflik/Komplikasi

Adalah tahap dimana ketegangan mulai terasa semakin berkembang dan rumit

(nasib pelaku semakin sulit diduga, serba samar-samar)

4.  Tahap klimaks

Adalah tahap dimana ketegangan mulai memuncak (perubahan nasip pelaku      

sudah   mulai dapat diduga, kadang dugaan itu tidak terbukti pada akhir cerita)

5. Tahap penyelesaian

Adalah tahap akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan tentang nasib-nasib

yang dialami tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak itu. Ada pula yang

Page 97: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

penyelesaiannya diserahkan kepada pembaca, jadi akhir ceritanya

menggantung, tanpa ada penyelesaian.

Macam-Macam Alur

1. Alur maju

Adalah peristiwa –peristiwa diutarakan mulai awal sampai akhir/masa kini menuju

masa datang.

2.   Alur mundur/Sorot balik/Flash back

Adalah peristiwa-peristiwa yang menjadi bagian penutup diutarakan terlebih

dahulu/masa kini, baru menceritakan peristiwa-peristiwa pokok melalui

kenangan/masa lalu salah satu tokoh.

3.   Alur gabungan/Campuran

Adalah peristiwa-peristiwa pokok diutarakan. Dalam pengutararaan peristiwa-

peristiwa pokok, pembaca diajak mengenang peristiwa-peristiwa yang

lampau,kemudian mengenang peristiwa pokok ( dialami oleh tokoh utama) lagi.

4) Perwatakan atau Penokohan

Adalah bagaimana pengarang melukiskan watak tokoh

Cara Untuk Melukiskan Watak Tokoh

1. Analitik

Adalah pengarang langsung menceritakan watak tokoh.

Contoh :

Page 98: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Siapa yang tidak kenal Pak Edi yang lucu, periang, dan pintar. Meskipun agak

pendek justru melengkapi sosoknya sebagai guru yang diidolakan siswa. Lucu

dan penyanyang.

2.   Dramatik

Adalah pengarang melukiskan watak tokoh dengan tidak langsung.

Bisa melalui tempat tinggal,lingkungan,percakapan/dialog antartokoh, perbuatan,

fisik dan tingkah laku, komentar tokoh lain terhadap tokoh tertentu, jalan pikiran

tokoh.

Contoh :

Begitu memasuki kamarnya Yayuk, pelajar kelas 1 SMA itu langsung melempar

tasnya ke tempat tidur dan membaringkan dirinya tanpa melepaskan sepatu

terlebih dahulu. (tingkah laku tokoh)

3.  Campuran

Adalah gabungan analitik dan dramatik.

Pelaku dalam cerita dapat berupa manusia , binatang, atau benda-benda mati

yang diinsankan

Pelaku atau Tokoh

1. Pelaku Utama

Adalah pelaku yang memegang peranan utama dalam cerita dan selalu

hadir/muncul pada setiap satuan kejadian.

2.  Pelaku Pembantu

Adalah pelaku yang berfungsi membantu pelaku utama dalam cerita.Bisa

bertindak sebagai pahlawan mungkin juga sebagai penentang pelaku utama.

Page 99: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

3.   Pelaku Protagonis

Adalah pelaku yang memegang watak tertentu yang membawa ide kebenaran.

(jujur,setia,baik hati dll)

4.  Pelaku Antagonis

Adalah pelaku yang berfungsi menentang pelaku protagonis (penipu,

pembohong dll)

5.   Pelaku Tritagonis

Adalah pelaku yang dalam cerita sering dimunculkan sebagai tokoh ketiga yang

biasa disebut dengan tokoh penengah.

5) Latar atau Seting

Latar/ setting adalah sesuatu atau keadaan yang melingkupi pelaku dalam

sebuah   cerita.

Macam-macam latar

1. Latar Tempat

Adalah latar dimana pelaku berada atau cerita terjadi (di sekolah, di kota, di

ruangan dll)

2.   Latar Waktu

Adalah kapan cerita itu terjadi ( pagi, siang,malam, kemarin, besuk dll)

3.   Latar Suasana

Adalah dalam keadaan dimana cerita terjadi. (sedih, gembira, dingin, damai, sepi

dll)

6) Sudut Pandang Pengarang

Sudut pandang adalah posisi/kedudukan pengarang dalam membawakan cerita.

Page 100: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Sudut pandang dibedakan atas :

1. Sudut pandang orang kesatu

Adalah pengarang berfungsi sebagai pelaku yang terlibat langsung dalam cerita,

terutama sebagai pelaku utama. Pelaku utamanya(aku, saya, kata ganti orang

pertama jamak : kami, kita)

2.  Sudut pandang orang ketiga

Adalah pengarang berada di luar cerita, ia menuturkan tokoh-tokoh di luar, tidak

terlibat dalam cerita. Pelaku utamanya (ia, dia, mereka,kata ganti orang ketiga

jamak, nama-nama lain)

b. Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari luar

1. Latar Belakang Penciptaan

Adalah kapan karya sastra tersebut diciptakan

2.    Kondisi masyarakat pada saat karya sastra diciptakan

Adalah keadaan masyarakat baik itu ekonomi, sosial, budaya,politik pada saat

karya  sastra diciptakan

3.  Pandangan hidup pengarang/Latar belakang pengarang

Page 101: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

MAKALAH BAHASA INDONESIA

Nama : Dewi Puspitasari

Kelas : X – 2

No Absen : 11

Materi : Keterampilan Berbahasa

Page 102: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

KETERAMPILAN BERBAHASA

Menurut Hoetomo MA (2005:531-532) terampil adalah cakap dalam

menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Keterampilan adalah kecakapan

untuk menyelesaikan tugas. atau kecakapan yang disyaratkan. Dalam pengertian

luas, jelas bahwa setiap cara yang digunakan untuk mengembangkan manusia,

bermutu dan memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sebagaimana

diisyaratkan (Suparno, 2001:27).

Sehubungan dengan penggunaan bahasa, terdapat empat keterampilan dasar

bahasa, yaitu mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis.

1. Keterampilan Menyimak

Menyimak merupakan suatu proses. Sebagai sebuah proses, peristiwa

menyimak diawali dengan kegiatan mendengarkan bunyi bahasa secara

langsung atau tidak langsung. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga

diidentifikasi jenis dan pengelompokannya menjadi suku kata, kata, frase, klausa,

kalimat, dan wacana. Jeda dan intonasi juga ikut diperhatikan oleh penyimak.

Bunyi bahasa yang diterima kemudian ditafsirkan maknanya dan dinilai

kebenarannya agar dapat diputuskan diterima tidaknya. Dengan kata lain,

menyimak merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan

bunyi bahasa, mengidentifikasi, menafsirkan, menilai, dan mereaksi atas makna

yang terkandung di dalam wacana lisan.

Tujuan utama menyimak antara lain untuk mendapatkan fakta, menganalisis

fakta, mengevaluasi fakta, mendapatkan inspirasi, mendapatkan hiburan, dan

memperbaiki kemampuan berbicara.Secara garis besar menyimak dibagi

menjadi dua jenis, yakni menyimak ekstensif dan menyimak intensif (Tarigan,

1990). Akan tetapi, ada juga yang menyatakan menyimak ditinjau dari sumber

suara, terdiri dari menyimak intra personal dan menyimak antar personal. Semua

Page 103: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

jenis menyimak ini memiliki kelebihan dan kekurangan sesuai dengan konteks

kebutuhan penyimak.

Menyimak ekstensif ialah proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan

sehari-hari seperti menyimak radio, televisi, percakapan orang di pasar, dan

menyimak pengumuman (Tarigan, 1990).

Jenis-jenis menyimak ekstensif (S2AP) meliputi (1) menyimak sekunder, yaitu

menyimak yang terjadi secara kebetulan, misalnya, sambil memasak

mendengarkan siaran berita, (2) menyimak sosial, yaitu menyimak yang

berlangsung dalam situasi-situasi sosial seperti di pasar atau terminal, (3)

menyimak apresiatif, yaitu menyimak untuk menghayati dan menikmati sesuatu,

misalnya menyimak pembacaan puisi, atau menyimak drama, dan (4) menyimak

pasif, yaitu menyimak yang dilakukan tanpa upaya sadar Jenis-jenis menyimak

ini lebih banyak digunakan secara alamiah.

Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang harus dilakukan dengan

sungguh-sungguh dan penuh konsentrasi agar dapat menangkap makna yang

dikehendaki. Menyimak intensif diakhiri dengan kegiatan mengungkapkan

kembali sesuatu yang dipahami secara lisan maupun tulis (Tarigan,1990).

Jenis-jenis menyimak intensif (K3EIS) adalah (1) menyimak kritis, yaitu kegiatan

menyimak untuk memberikan penilaian secara objektif mengenai kebenaran

informasi yang disimak; (2) menyimak konsentratif, yaitu menyimak dengan

dengan penuh perhatian untuk memperoleh pemahaman yang baik tentang

informasi yang disimak; (3) menyimak eksploratif, yaitu kegiatan menyimak yang

dilakukan untuk menemukan informasi baru; (4) menyimak kreatif, yaitu kegiatan

menyimak yang bertujuan mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas

penyimak, misalnya dengan cara mengemukakan kembali gagasan pembicara;

(5) menyimak interogatif, yaitu kegiatan menyimak yang bertujuan memperoleh

informasi dengan cara mengajukan pertanyaan yang diarahkan kepada

pemerolehan informasi tersebut; (6) menyimak selektif, yaitu kegiatan menyimak

yang memusatkan perhatian pada hal tertentu yang sudah dipilih.

Agar dapat menyimak secara efektif, penyimak harus menyimak dengan penuh

Page 104: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

konsentrasi, menelaah materi simakan, menyimak dengan kritis, dan apabila

bahan simakan cukup panjang dapat diikuti dengan kegiatan mencatat. Di

samping itu, penyimak hendaknya siap fisik dan mental, bermotivasi, objektif,

menyeluruh, selektif, tidak mudah terganggu, menghargai pembicara, cepat

menyesuaikan diri, tidak mudah emosi, kontak dengan pembicara, dan responsif.

Pada saat menyimak, perlu dihindari beberapa kebiasaan yang kurang

menguntungkan, antara lain keegosentrisan, keengganan ikut terlibat, ketakutan

akan perubahan, keinginan menghindari pertanyaan, puas terhadap penampilan

eksternal, menghindari penjelasan yang sulit, penolakan terhadap pembicara,

mengritik penampilan/cara berbicara pembicara, perhatian pura-pura, mencatat

detil pembicaraan, dan menyerah pada gangguan.

Teknik Pembelajaran Menyimak

a. Menyimak Berita

Berita merupakan laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Berita

yang lengkap selalu memuat jawaban atas pertanyaan apa, siapa, di mana,

kapan, mengapa, dan bagaimana. Penyampaian berita dapat dilakukan secara

lisan maupun tertulis, baik langsung maupun melalui berbagai media.

Dalam kaitannya dengan pembelajaran menyimak, kompetensi yang akan

dicapai melalui pembelajaran menyimak berita adalah agar siswa mampu

mendengarkan siaran atau informasi dari media elektronika atau pembacaan

teks dan memberikan tanggapan. Indikator pencapaiannya adalah siswa mampu

(1) mencatat pokok-pokok isi berita, (2) mengajukan pertanyaan tentang isi

berita, (3) menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan isi berita, dan (4)

mengungkapkan kembali isi berita yang didengar dalam beberapa kalimat secara

runtut.

Untuk pembelajaran menyimak, berita dapat diambil dari siaran (langsung)

radio/televisi, atau dapat dibacakan di kelas.

Berikut dipaparkan salah satu model kegiatan pembelajaran menyimak berita.

Page 105: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

(1)   Guru bertanya jawab dengan siswa tentang berita hangat hari itu dengan

berpedoman pada 5 W + 1 H (what, who, where, whem, why, how).

(2)  Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran dan

manfaat yang akan diperoleh jika siswa menguasai kompetensi tersebut.

(3)  Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan.

(4)  Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok.

(5)  Siswa mendengarkan rekaman/pembacaan berita radio/televisi.

(6)  Siswa mencatat pokok-pokok isi berita.

(7)  Siswa membuat pertanyaan mengenai isi berita.

(8)  Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan kelompok lain.

(9)  Siswa mengungkapkan kembali secara tertulis isi berita.

(10) Siswa bersama guru menyimpulkan cara efektif menyimak berita.

(11) Refleksi

b. Menyimak Khotbah

Khobah merupakan salah satu jenis pidato yang terutama menguraikan ajaran-

ajaran agama. Karena itu, bahasa khotbah bersifat persuasif.

Kompetensi dasar yang akan dicapai melalui pembelajaran menyimak khotbah

adalah siswa mampu menyimak khotbah dengan indikator pencapaian

kompetensi siswa mampu (1) mencatat pokok-pokok isi khotbah yang

didengarkan, (2) menuliskan pokok-pokok isi khotbah dalam beberapa kalimat,

dan (3) menyampaikan secara lisan ringkasan isi khotbah.

Contoh Model Kegiatan Pembelajaran:

(1)    Guru menunjukkan gambar peristiwa khotbah

(2)    Guru menanyakan apa saja yang didapatkan dari sebuah khotbah

(3)    Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran dan

manfaat yang akan diperoleh jika siswa menguasai kompetensi tersebut.

(4)    Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan.

(5)    Guru memperdengarkan rekaman khotbah.

(6)   Siswa mencatat pokok-pokok isi khotbah melalui identifikasi kata kunci dan kalimat

topik.

Page 106: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

(7)    Siswa secara berkelompok berdiskusi untuk menentukan pokok-pokok isi

khotbah.

(8)   Setiap kelompok menuliskan pokok-pokok isi khotbah dalam beberapa kalimat.

(9)   Wakil setiap kelompok menyampaikan ringkasan khotbah secara lisan.

(10)  Kelompok lain menilai dengan menggunakan rubrik yang sudah dipersiapkan.

(11)  Guru dan siswa mengukuhkan simpulan cara efektif menyimak khotbah dan cara

menyimpulkan isi khotbah.

(12)  Refleksi

c. Menyimak Puisi

Ada banyak hal yang dapat diperoleh ketika seseorang mendengarkan

pembacaan puisi. Dengan mendengarkan puisi rasa keindahan bertambah

tajam, sikap berempati dan bersimpati berkembang, pengetahuan dan

pengalaman bertambah luas, dan pembaca dapat merefleksikan hasil

pembacaan itu dalam berbagai bentuk, seperti menghayati dan mengamalkan

nilai-nilai yang ada di dalam puisi.

Berikut dipaparkan salah satu model pembelajaran mendengarkan puisi untuk

mencapai kompetensi dasar mendengarkan puisi yang disampaikan secara

langsung dan mengungkapkan unsur-unsur di dalamnya yang indikator

pencapaiannya adalah siswa mampu: (1) menentukan tema puisi yang

dibacakan, (2) mengungkapkan makna yang terkandung dalam puisi yang

dibacakan, dan (3) mengungkapkan pesan dalam puisi yang dibacakan.

Contoh model kegiatan pembelajarannya sebagai berikut.

(1)  Guru bertanya jawab dengan siswa tentang masalah yang berkaitan dengan

puisi.

(2)   Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran dan

manfaat yang akan diperoleh jika siswa menguasai kompetensi tersebut.

(3)    Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan.

(4)    Siswa mendengarkan model pembacaan puisi.

(5)    Salah seorang siswa membacakan puisi.

(6)    Siswa lain mengomentari pembacaan puisi.

Page 107: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

(7)    Siswa secara berkelompok berdiskusi untuk menentukan tema, makna, dan

pesan yang terkandung dalam puisi disertai data yang mendukung.

(8)   Setiap kelompok menuliskan hasil diskusi kelompoknya dalam selembar karton

dan menempelnya di dinding.

(9)   Setiap kelompok menilai hasil diskusi kelompok lain dan menentukan mana yang

paling baik.

(10) Guru dan siswa mengukuhkan simpulan cara menemukan tema, makna, dan

pesan puisi yang disimak.

(11) Refleksi

d. Menyimak Cerita Rakyat

Cerita rakyat adalah cerita dari zaman dahulu yang hidup di kalangan rakyat

yang diwariskan secara lisan. Dongeng, mite, legenda, fabel, dan parabel adalah

contoh-contoh cerita rakyat.

Di dalam pembelajaran menyimak, bahan simakan yang berupa cerita rakyat

dapat berupa penyajian secara langsung, dibacakan, atau melalui rekaman.

Adapun tujuan pembelajaran menyimak cerita rakyat adalah: siswa mampu

mendengarkan cerita rakyat yang disampaikan secara langsung dan

mengungkapkan unsur-unsur di dalamnya. Ketercapaian tujuan tersebut ditandai

oleh indikator: siswa mampu (1) menentukan isi atau amanat yang terdapat di

dalam cerita, dan (2) mengutarakan secara lisan amanat dalam cerita rakyat

dengan memperhatikan pelafalan kata dan kalimat yang tepat

Contoh model penyajiannya sebagai berikut.

(1)  Siswa diajak bertanya jawab tentang satu permasalahan yang ada kaitannya

dengan tema cerita rakyat yang akan diperdengarkan.

(2)  Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran dan

manfaat yang akan diperoleh jika siswa menguasai kompetensi tersebut.

(3)  Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan.

(4)  Siswa mendengarkan pembacaan cerita rakyat oleh guru.

Page 108: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

(5)  Siswa secara berkelompok membuat pertanyaan tentang cerita rakyat yang baru

saja diperdengarkan.

(6)  Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan kelompok lain.

(7)  Siswa secara berkelompok menentukan amanat cerita rakyat yang

diperdengarkan dengan bukti yang mendukung.

(8)  Wakil dari setiap kelompok siswa menyampaikan amanat cerita rakyat secara

lisan dan siswa dari kelompok lain memberikan penilaian dengan menggunakan

rubrik yang telah disiapkan untuk menentukan yang terbaik.

(9)  Refleksi

e. Menyimak Wawancara

Wawancara merupakan tanya jawab antara pewawancara dengan seseorang

yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu

hal. Di dalam wawancara, pewawancara membimbing arah percakapan melalui

serangkaian pertanyaan.

Tujuan pembelajaran menyimak wawancara adalah melatih kepekaan siswa

dalam menerima atau mencari informasi. Karena itu, menyimak wawancara

dapat diarahkan pada upaya menemukan pokok-pokok pembicaraan dalam

wawancara dan membuat rangkuman isi pembicaraan dalam beberapa kalimat.

Pembelajaran menyimak wawancara dapat dilakukan secara langsung, atau dari

rekaman kaset atau video.

Salah satu model penyajiannya sebagai berikut.

(1)  Siswa diajak bertanya jawab tentang satu permasalahan yang ada kaitannya

dengan tema wawancara yang akan disaksikan.

(2)  Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran dan

manfaat yang akan diperoleh jika siswa menguasai kompetensi tersebut.

(3)  Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan.

(4)  Siswa mendengarkan wawancara antara guru dan kepala sekolah mengenai

topik tertentu.

Page 109: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

(5)  Siswa mencatat pokok-pokok isi wawancara.

(6)  Siswa menuliskan rangkuman isi wawancara.

(7)  Siswa menyampaikan hasil rangkumannya secara lisan dan ditanggapi oleh

siswa lain.

(8)  Siswa bersama guru menyimpulkan cara menyimak wawancara yang baik.

(9)  Refleksi.

Hal-hal Lain yang Harus Diperhatikan

Agar pembelajaran menyimak dapat berlangsung dengan baik, paling

tidak hal-hal di bawah ini hendaknya mendapat perhatian.

Pelaksanaan pembelajaran menyimak perlu memperhatikan prinsip-

prinsip pendekatan kontekstual.

Jika bahan berupa teks yang dibacakan, usahakan agar teks tersebut

belum dibaca oleh siswa.

Usahakan agar model/pembaca teks membacakan teks secara jelas dan

tepat sehingga tidak mengganggu proses pemahaman penyimak.

Jika dalam pembelajaran menggunakan media (audio/audiovisual),

usahakan agar kondisi media betul-betul siap pakai.

Bahan yang diperdengarkan hendaknya tidak terlalu panjang (dibatasi

waktunya) mengingat daya konsentrasi siswa terbatas.

Usahakan agar tercipta suasana yang kondusif untuk menyimak.

Sebelum kegiatan menyimak dilaksanakan, kemukakan secara jelas

tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan.

Ajaklah siswa untuk bersama-sama menilai unjuk kerja teman-temannya.

Page 110: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

2. Keterampilan Berbicara atau Wicara

Berbicara merupakan keterampilan dalam menyampaikan pesan melalui bahasa

lisan kepada orang lain. Penggunaan bahasa secara lisan dapat pula

dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi berbicara

secara langsung adalah sebagai berikut: (a) pelafalan; (b) intonasi; (c) pilihan

kata; (d) struktur kata dan kalimat; (e) sistematika pembicaraan; (f) isi

pembicaraan; (g) cara memulai dan mengakhiri pembicaraan; dan (h)

penampilan.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut dapat ditelusuri relevansi Mata Kuliah

Berbicara dengan mata kuliah lainnya. Dari segi pelafalan Mata Kuliah Berbicara

berkaitan dengan Mata Kuliah Fonologi Bahasa Indonesia. Dari segi intonasi

Mata Kuliah Berbicara berkaitan dengan Mata Kuliah Sintaksis Bahasa

Indonesia. Dari segi pilihan kata Mata Kuliah Berbicara berkaitan dengan Mata

Kuliah Semantik Bahasa Indonesia. Dari segi struktur kata Mata Kuliah Berbicara

berkaitan dengan Mata Kuliah Linguistik Umum, dan Sintaksis Bahasa Indonesia.

Dari segi sistematika dan isi pembicaraan Mata Kuliah Berbicara berkaitan

dengan Mata Kuliah Wacana Bahasa Indonesia. Mata Kuliah Berbicara juga

berkaitan dengan Mata Kuliah Analisis Kesalahan Berbahasa karena dalam

berbicara orang sering membuat kesalahan pelafalan, intonasi, pilihan kata,

struktur kata, dan kalimat.

Jenis-Jenis Keterampilan Berbicara

Bila diperhatikan mengenai bahasa pengajaran akan kita dapatkan berbagai

jenis berbicara. Antara lain: diskusi, percakapan, pidato menjelaskan, pidato

menghibur, ceramah.

a) Diskusi

Diskusi adalah sebuah interaksi komunikasi antara dua orang atau

lebih/kelompok. Biasanya komunikasi antara mereka/kelompok tersebut berupa

salah satu ilmu atau pengetahuan dasar yang akhirnya akan memberikan rasa

pemahaman yang baik dan benar. Diskusi bisa berupa apa saja yang awalnya

Page 111: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

disebut topik. Dari topik inilah diskusi berkembang dan diperbincangkan yang

pada akhirnya akan menghasilkan suatu pemahaman dari topik tersebut.

Macam-macam diskusi:

I. Seminar

Pertemuan para pakar yang berusaha mendapatkan kata sepakat mengenai

suatu hal.

II. Sarasehan/Simposium

Pertemuan yang diselenggarakan untuk mendengarkan pendapat prasaran para

ahli mengenai suatu hal/masalah dalam bidang tertentu.

III. Lokakarya/Sanggar Kerja

Pertemuan yang membahas suatu karya.

IV. Santiaji

Pertemuan yang diselenggarakan untuk memberikan pengarahan singkat

menjalang pelaksanaan kegiatan.

V. Muktamar

Pertemuan para wakil organisasi mengambil keputusan mengenai suatu masalah

yang dihadapi bersama.

VI. Konferensi.

Pertemuan untuk berdiskusi mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama.

VII. Diskusi Panel

Diskusi yang dilangsungkan oleh panelis dan disaksikan/dihadiri oleh beberapa

pendengar, serta diatur oleh seorang moderator.

VIII. Diskusi Kelompok

Penyelesaian masalah dengan melibat kan kelompok-kelompok kecil.

Page 112: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

b) Percakapan

Percakapan adalah dialog antara dua orang atau lebih. Membangun komunikasi

melalui bahasa lisan (melalui telepon, misalnya) dan tulisan (di chat room).

Percakapan ini bersifat interaktif yaitu komunikasi secara spontan antara dua

atau lebih orang .

c) Pidato

Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara di depan umum atau berorasi untuk

menyatakan pendapatnya, atau memberikan gambaran tentang suatu hal. Pidato

biasanya dibawakan oleh seorang yang memberikan orasi-orasi, dan pernyataan

tentang suatu hal/peristiwa yang penting dan patut diperbincangkan. Pidato

adalah salah satu teori dari pelajaran bahasa indonesia.

Pidato biasanya digunakan oleh seorang pemimpin untuk memimpin dan

berorasi di depan banyak anak buahnya atau khalayak ramai.

d) Ceramah

Ceramah merupakan suatu kegiatan berbicara di depan umum dalam situasi

tertentu untuk tujuan tertentu dan kepada pendengar tertentu. Dalam setiap

ceramah pembicara harus menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang

dihadapi sehingga ceramah, dapat berjalan dengan lancar. Kegiatan ceramah

harus memperhatikan hal-hal antara lain : suara, intonasi, gaya bahasa, sikap,

gerak-gerik, mimic sehingga pendengar dapat tertarik dengan apa yang

diungkapkan.

Page 113: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

3. Keterampilan Membaca

a) Membaca adalah kegiatan merespon lambang-lambang cetak atau

lambang-lambang tulis dengan pengertian yang tepat (Harjasujana &

Maryati).

b) Membaca adalah suatu kegiatan berbaha untuk memahami lambang-

lambang bunyi bahasa yang tertulis baik bersuaar ataupun tidak dalam

memahami informasi-informasi yang disajikan (Herususanto).

c) Membaca adalah proses psikologis, proses sensorik, proses perseptual,

dan proses perkembangan (Harras dan Sulistianingsih).

Jenis Membaca

1) Membaca Nyaring

Penggunaan ucapan yang tepat.

Pemenggalan frase yang tepat.

Penggunaan intonasi, nada, dan tekanan yang tepat.

Penggunaan tanda baca dengan baik.

Penggunaan suara yang jelas.

Penggunaan ekspresi yang tepat.

Pengaturan kecepatan membaca.

Pengaturan ketepatan pernapasan.

Pemahaman bacaan.

Pemilikan rasa percaya diri.

2) Membaca Dalam Hati (Membaca Ekstensif dan Membaca Intensif)

- Membaca Ekstensif

Membaca ekstensif adalah proses membaca yang dilakukan dalam waktu yang

singkat dan dengan bahan bacaan yang beranekaragam.

3) Membaca survey

Page 114: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Kegiatam membaca yang bertujuan untuk mengetahui gambaran umum isi dan

ruang lingkup bahan bacaan, membaca survei merupakan kegiatan membaca

misalnya melihat judul, pengarang, daftar isi dll.

4) Membaca sekilas

Kegiatan membaca yang menyebabkan mata kita bergerak cepat melihat dan

memperhatikan bahan tertulis untuk mencari dan mendapatkan informasi secara

cepat (skimming).

Skimming bertujuan :

Mengetahui topik bacaan

Mengetahui pendapat orang

Mendapat bagian penting tanpa membaca seluruhnya

Menyegarkan apa yang pernah dibaca.

5) Membaca dangkal

Kegiatan membaca untuk memperoleh pemahaman yang dangkal dari bahan

bacaan yang kita baca. Bahan bacaannya merupakan bahan bacaan yang ringan

karena tujuannya untuk mencari kesenangan.

- Membaca Intensif

Membaca Intensif adalah Kegiatan membaca yang dilaksanakan secara

seksama dan merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkandan mengasah

kemampuan membaca secara kritis

Jenis Membaca Intensif

(1) Membaca Telaah Isi

Membaca pemahaman

Membaca krisis

Membaca teliti

Mmembaca ide

(2) Membaca Telaah Bahasa

Page 115: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

- Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman merupakan kegiatan membaca yang tujuan utamanya

memahami bacaan secara tepat dan cepat.

> Aspek-Aspek yang Diperlukan untuk Membaca Pemahaman

Memiliki kosakata yang banyak

Memiliki kemampuan menafsirkan makna kata, frasa, kalimat, dan

wacana

Memiliki kemampuan menentukan ide pokok dan ide penunjang

Memiliki kemampuan menangkap garis besar bacaan

Memiliki kemampuan menangkap urutan peristiwa

- Membaca Kritis

Kegiatan membaca yang dilaksanakan secara bijaksana, penuh tenggang rasa,

evaluatif, serta analitis, dan bukan mencari kesalahan penulis.

Kemampuan Membaca Kritis Meliputi :

1) Kemampuan mengingat dan mengenali bahan bacaan meliputi mengenali

tokoh dan sifatnya, mengenali ide pokok.

2) Kemampuan mengintepretasi makna tersirat

3) Kemampuan mengaplikasi konsep-konsep dalam bacaan

4) Kemampuan menganalisis isi bacaan

5) Kemampuan membuat simpulan

6) Kemampuan menilai isi bacaan apakah fakta atau fantasi pengarang

- Membaca Ide

Kegiatan membaca yang ingin mencari dan memanfaatkan ide-ide yang terdapat

dalam bacaan.

Page 116: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

- Membaca Teliti

Membaca teliti diawali dengan surve yang cepat untu melihat organisasi bacaan

dan melihat hubungan paragraf dengan seluruh bacaan.

Membaca Telaah Bahasa

Membaca bahasa asing tujuannya memperbanyak kosakata, mengetahui

ragam bahasa, bagian-bagian kata (afiks, akronim, dll).

Membaca karya sastra tujuannya mengetahui seluk beluk bahasa dalam

karya sastra untuk mempermudah dalam memahami isinya dan

menikmati keindahannya.

6) Membaca Bahasa

Tujuan membaca bahasa adalah agar para siswa semakin bertambah

pengetahuannya tenyang seluk-beluk bahasa Indonesia. Tujuan tersebut dapat

diperinci menjadi :

1.      Bertambah wawasan tentang bahasa Indonesia.

2.      Pengetahuan yang menyangkut kata bentukan (morfologi).

3.      Pengetahuan yang menyangkut kalimat bahasa Indonesia.

4.      Pengetahuan yang menyangkut tata tulis bahasa Indonesia.

5.      Dapat menganalisis bahasa Indonesia.

7) Membaca Pustaka

Membaca pustaka adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan maksud

untuk memperkaya siswa tentang pengetahuan yang berkaitan dengan materi-

materi pelajaran disekolah.

8) Membaca Cepat

Tujuannya adalah agar siswa dalam waktu relatif singkat dapat membaca secara

lancar dan dapat memahami isinya secara cepat dan cermat.

Hal – hal yang memnghambat kegiatan membaca cepat antara lain :

1.      Membaca dengan vokalisasi.

2.      Membaca semi vokalisasi.

Page 117: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

3.      Membaca dengan menggunakan alat.

4.      Membaca dengan mulut yang bergerak.

5.      Membaca dengan menggerakkan kepala.

6.      Membaca kata demi kata.

7.      Membaca regresif.

9) Membaca indah

Membaca indah atau membaca estetika sering pula disebut membaca

emosional. Tujuan membaca indah adalah memperoleh nilai-nilai estetika lewat

nada, irama, intonasi, dan gerak-garik mimik, serta gerakan badan. Bahan

membaca indah adalah karya satra, dapat berupa puisi, prosa dan drama.

Page 118: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

4. Keterampilan Menulis

Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis

dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-

jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekedar

menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan

menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.

Berikut ini keterampilan-keterampilan mikro yang diperlukan dalam menulis. 

Menggunakan ortografi dengan benar, termasuk di sini penggunaan

ejaan.

Memilih kata yang tepat.

Menggunakan bentuk kata dengan benar.

Mengurutkan kata-kata dengan benar.

Menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca.

Aspek-aspek yang dinilai pada kegiatan berbicara

1. Aspek kebahasaan terdiri atas :

- ucapan atau lafal

- tekanan kata

- nada, dan irama persendian

- kosa kata atau ungkapan

- variasi kalimat atau struktur kalimat.

2. Aspek nonkebahasaan terdiri atas :

- Kelancaran

- penguasaan materi

- keberanian

- keramahan

- ketertiban

- semangat

- sifat.

Page 119: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

Berikut beberapa contoh keterampilan menulis dalam

pembelajaran:

1. Mengarang Surat

Surat merupakan bentuk percakapan yang disajikan secara tertulis. Surat

berbeda dengan percakapan biasa karena jawaban orang yang diajak berbicara

tidak dapat diterima secara langsung. Oleh karena itu, bentuk bahasa dalam

surat dapat dikatakan mengarah pada bahasa percakapan biasa.

Secara garis besar surat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:

(1) surat kekeluargaan dan (2) surat dinas. Surat kekeluargaan ialah surat yang

dikirim dari dan kepada keluarga atau kenalan. Bentuk dan pemakaian bahasa

dalam surat kekeluargaan sangat bebas, tidak terlalu terikat oleh pedoman yang

tertentu. Sementara itu, surat dinas ialah surat yang dikirimkan dari dan kepada

jawatan, lembaga atau organisasi secara resmi. Bentuk dan bahasa dalam surat

dinas biasanya terikat oleh pedoman dan tata tulis tertentu.

2. Mengarang Cerita Nonfiksi

Cerita nonfiksi ialah cerita tentang sesuatu yang sungguh-sungguh ada atau

terjadi. Karangan nonfiksi menuliskan cerita yang berhubungan dengan hal-hal

yang ada di sekitarnya atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungannya.

Dengan demikian, mengarang cerita nonfiksi ialah menulis apa saja yang dilihat,

apa saja yang diketahui, dan apa saja yang dialami.

3. Mengarang Cerita Fiksi

Mengarang cerita fiksi ialah mengarang cerita berdasarkan rekaan atau angan-

angan. Cerita ini dapat berupa suatu cerita pendek, fragmen, atau lamunan

mengarang semata. Oleh karena dasarnya adalah rekaan, maka cerita ini dapat

mempunyai nilai (1) membiasakan untuk mengisi waktu senggang dengan

lamunan yang produktif, (2) menghidupkan fantasi dan daya kreasi, dan (3)

mengembangkan bakat mengarang.

Page 120: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

4. Mengarang Lukisan Keadaan

Mengarang lukisan keadaan ialah karangan yang menggambarkan suatu situasi

secara tepat dengan menggunakan alat bahasa. Tujuan mengarang lukisan

keadaan ialah membiasakan untuk menggambarkan sesuatu dengan

pengamatan secara teliti melalui kata-kata secara tepat.

Karangan lukisan keadaan didasarkan atas suatu kenyataan. Kemampuan

mengimajinasikan kenyataan dalam bahasa yang indah dan mampu menyentuh

perasaan sangat diperlukan karena bentuk karangan ini sebagai suatu lukisan.

Oleh karena itu, karangan yang berupa lukisan keadaan mengarah kepada gaya

bahasa puisi atau prosa liris.

5. Menulis Berita Aktual

Berita aktual ialah menyampaikan terjadinya suatu peristiwa dengan cara

menuliskannya menurut tata tulis berita yang telah lazim dipergunakan dalam

persuratkabaran. Jadi, berita aktual ialah suatu kejadian yang penting

disampaikan oleh seseorang untuk orang banyak secara tertulis.

Tujuan menulis berita aktual ialah (1) membiasakan agar dapat menyampaikan

peristiwa yang penting secara lengkap dan teratur dengan gaya bahasa yang

tepat dan (2) mengembangkan bakat kewartawanan.

6. Mengarang Puisi

Puisi merupakan hasil ciptaan yang singkat dan padat. Manfaat mengarang puisi

ialah (1) menyalurkan dorongan melahirkan perasaan yang kuat, yang pada

umumnya terdapat dalam diri masing-masing. (2) Melatih cara mengungkapkan

perasaan dengan lambang-lambang kata yang tepat. Dalam arti lain, melatih

kemampuan berbahasa. (3) Membiasakan kesibukan yang berguna untuk

mengisi waktu senggang dengan kepandaiannya. (4) Mencoba secara tidak

langsung memahami keadaan sekitar. (5) Membantu mengembangkan bakat.

7. Mengarang Esai

Esai ialah karangan tentang suatu masalah yang pada suatu saat menarik

perhatian seseorang penulis. Esai dapat mengenai masalah ilmu pengetahuan,

Page 121: Makalah Kebahasaan, Kesusastraan, Periodeisasi dan Keterampilan Berbahasa

keagamaan, filsafat, kebudayaan, kesenian, politik, dan masalah sosial. Tujuan

mengarang esai ialah membiasakan untuk mampu menanggapi suatu masalah.

8. Mengarang Naskah Pidato

Pidato ialah berbicara di hadapan publik. Suatu pidato yang resmi memerlukan

persiapan. Oleh karena itu, pidato harus disiapkan secara tertulis.

Untuk melatih menyusun naskah pidato perlu memperhatikan jenis pidato yang

akan disampaikan. Berdasarkan isinya, pidato dapat dibedakan antara lain: (1)

pidato penjelasan, (2) pidato sambutan, (3) pidato laporan, dan (4) pidato

keilmuan.