37
SEJARAH PERJUANGAN RAJA SISINGAMANGARAJA XII Makalah Pahlawan Nasional Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Oleh Lano Arintaka (3412110012) PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI POLITEKNIK NEGERI JAKARTA 1

Makalah pahlawan nasional

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah pahlawan nasional

SEJARAH PERJUANGAN RAJA SISINGAMANGARAJA XII

Makalah Pahlawan Nasional

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh

Lano Arintaka

(3412110012)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

JURUSAN AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

DEPOK

2015

1

Page 2: Makalah pahlawan nasional

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat

yang dilimpahkannya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

makalah ini dengan baik, yang berjudul “Sejarah Perjuangan Raja Sisingamangaraja

XII”. Adapun makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah pendidikan

kewarganegaraan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pendidikan

kewarganegaraan yang telah setia memberikan arahan dan pengajaran kepada

mahasiswa/i umumnya dan kepada penulis khususnya selama mengikuti perkuliahan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan sejawat, mahasiswa/i yang

telah turut berpartisipasi langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian

penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari, dalam penulisan makalah ini masih terdapat berbagai

kekurangan dan kesalahan karena kurangnya buku yang bisa dijadikan sebagai panduan

serta karena keterbatasan waktu. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun dari para pembaca sekalian untuk kelengkapan dan

kesempurnaan makalah ini dikemudian harinya.

2

Page 3: Makalah pahlawan nasional

Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

sekalian umumnya dan bagi penulis khususnya untuk memahami bagaimana Perjuangan

Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII.

Depok, 4 Mei 2015

Lano Arintaka

3

Page 4: Makalah pahlawan nasional

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................5

1.1. Latar Belakang....................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................8

2.1. Perjuangan Raja Sisingamangaraja XII.............................................................8

2.2. Pahlawan HAM.................................................................................................16

2.3. Pahlawan Social Responsibility........................................................................17

2.4. Pahlawan Pluralisme dan Multikulturalisme....................................................18

2.5. Pahlawan Liberte, Egalite, Fraternite..............................................................19

2.6. Pahlawan Unitarisme........................................................................................20

2.7. Pahlawan Pembentuk Pasukan Inong...............................................................21

2.8. Strategi Perang Sektoral, Holistik, Frontal-Total............................................21

BAB III PENUTUP..........................................................................................................23

3.1. Kesimpulan........................................................................................................23

4

Page 5: Makalah pahlawan nasional

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sisingamangaraja XII lahir di Bakara, 18 Februari 1845 dan meninggal di

Dairi, 17 Juni 1907 pada umur 62 tahun adalah seorang raja di negeri Toba,

Sumatera Utara, pejuang yang berperang melawan Belanda, kemudian diangkat

oleh pemerintah Indonesia sebagai Pahlawan Nasional Indonesia sejak tanggal 9

November 1961 berdasarkan SK Presiden RI No 590/1961. Sebelumnya ia

dimakamkan di Tarutung, lalu dipindahkan ke Soposurung, Balige pada tahun

1953.

Sisingamangaraja adalah keturunan seorang pejabat yang ditunjuk oleh raja

Pagaruyung yang sangat berkuasa ketika itu, yang datang berkeliling Sumatera

Utara untuk menempatkan pejabat-pejabatnya. Dalam sepucuk surat kepada

Marsden bertahun 1820. Raffles menulis bahwa para pemimpin Batak menjelaskan

kepadanya mengenai Sisingamangaraja yang merupakan keturunan Minangkabau

dan bahwa di Silindung terdapat sebuah arca batu berbentuk manusia sangat kuno

yang diduga dibawa dari Pagaruyung. Sampai awal abad ke-20, Sisingamangaraja

masih mengirimkan upeti secara teratur kepada pemimpin Minangkabau melalui

5

Page 6: Makalah pahlawan nasional

perantaraan Tuanku Barus yang bertugas menyampaikannya kepada pemimpin

Pagaruyung.

Sisingamangaraja XII nama kecilnya adalah Patuan Bosar, yang kemudian

digelari dengan Ompu Pulo Batu. Ia juga dikenal dengan Patuan Bosar Ompu

Pulo Batu, naik tahta pada tahun 1876 menggantikan ayahnya Sisingamangaraja

XI yang bernama Ompu Sohahuaon, selain itu ia juga disebut juga sebagai raja

imam. Penobatan Sisingamangaraja XII sebagai maharaja di negeri Toba

bersamaan dengan dimulainya open door policy (politik pintu terbuka) Belanda

dalam mengamankan modal asing yang beroperasi di Hindia-Belanda, dan yang

tidak mau menandatangani Korte Verklaring (perjanjian pendek) di Sumatera

terutama Kesultanan Aceh dan Toba, di mana kerajaan ini membuka hubungan

dagang dengan negara-negara Eropa lainya. Di sisi lain Belanda sendiri berusaha

untuk menanamkan monopolinya atas kerajaan tersebut. Politik yang berbeda ini

mendorong situasi selanjutnya untuk melahirkan Perang Tapanuli yang

berkepanjangan hingga puluhan tahun.

Tahun 1837, kolonialis Belanda memadamkan “Perang Paderi” dan

melapangkan jalan bagi pemerintahan kolonial di Minangkabau dan Tapanuli

Selatan. Minangkabau jatuh ke tangan Belanda, menyusul daerah Natal,

Mandailing, Barumun, Padang Bolak, Angkola, Sipirok, Pantai Barus dan kawasan

Sibolga.

6

Page 7: Makalah pahlawan nasional

Karena itu, sejak tahun 1837, Tanah Batak terpecah menjadi dua bagian,

yaitu daerah-daerah yang telah direbut Belanda menjadi daerah Gubernemen yang

disebut “Residentie Tapanuli dan Onderhoorigheden”, dengan seorang Residen

berkedudukan di Sibolga yang secara administratif tunduk kepada Gubernur

Belanda di Padang. Sedangkan bagian Tanah Batak lainnya, yaitu daerah-daerah

Silindung, Pahae, Habinsaran, Dairi, Humbang, Toba, Samosir, belum berhasil

dikuasai oleh Belanda dan tetap diakui Belanda sebagai Tanah Batak yang

merdeka, atau ‘De Onafhankelijke Bataklandan’.

Pada tahun 1873, Belanda menyatakan perang kepada Aceh dan tentaranya

mendarat di pantai-pantai Aceh. Saat itu Tanah Batak di mana Raja

Sisingamangaraja XII berkuasa, masih belum dijajah Belanda. Tetapi ketika 3

tahun kemudian, yaitu pada tahun 1876, Belanda mengumumkan “Regerings”

Besluit Tahun 1876” yang menyatakan daerah Silindung/Tarutung dan sekitarnya

dimasukkan kepada kekuasaan Belanda dan harus tunduk kepada Residen Belanda

di Sibolga, suasana di Tanah Batak bagian Utara menjadi panas

.

7

Page 8: Makalah pahlawan nasional

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Perjuangan Raja Sisingamangaraja XII

Ketika Sisingamangaraja XII dinobatkan menjadi Raja Batak, waktu itu

umurnya baru 19 tahun. Sampai pada tahun 1886, hampir seluruh Sumatera sudah

dikuasai Belanda kecuali Aceh dan tanah Batak yang masih berada dalam situasi

merdeka dan damai di bawah pimpinan Raja Sisingamangaraja XII yang masih

muda. Rakyat bertani dan beternak, berburu dan sedikit-sedikit berdagang. Kalau

Raja Sisingamangaraja XII mengunjungi suatu negeri semua yang “terbeang” atau

ditawan, harus dilepaskan. Sisingamangaraja XII memang terkenal anti

perbudakan, anti penindasan dan sangat menghargai kemerdekaan. Belanda pada

waktu itu masih mengakui Tanah Batak sebagai “De Onafhankelijke Bataklandan”

(Daerah Batak yang tidak tergantung pada Belanda.

Raja Sisingamangaraja XII yang kendati secara clan, bukan berasal dari

Silindung, namun sebagai Raja yang mengayomi raja-raja lainnya di seluruh

Tanah Batak, bangkit kegeramannya melihat Belanda mulai menganeksasi tanah-

tanah Batak.

8

Page 9: Makalah pahlawan nasional

Raja Sisingamangaraja XII cepat mengerti siasat strategi Belanda. Kalau

Belanda mulai mencaplok Silindung, tentu mereka akan menyusul dengan

menganeksasi Humbang, Toba, Samosir, Dairi dan lain-lain.

Raja Sisingamangaraja XII cepat bertindak, Beliau segera mengambil

langkah-langkah konsolidasi. Raja-raja Batak lainnya dan pemuka masyarakat

dihimpunnya dalam suatu rapat raksasa di Pasar Balige, bulan Juni 1876. Dalam

rapat penting dan bersejarah itu diambil tiga keputusan sebagai berikut :

1. Menyatakan perang terhadap Belanda

2. Zending Agama tidak diganggu

3. Menjalin kerjasama Batak dan Aceh untuk sama-sama melawan Belanda.

Terlihat dari peristiwa ini, Sisingamangaraja XII lah yang dengan semangat

garang, mengumumkan perang terhadap Belanda yang ingin menjajah. Terlihat

pula, Sisingamangaraja XII bukan anti agama. Dan terlihat pula, Sisingamangaraja

XII di zamannya, sudah dapat membina azas dan semangat persatuan dan suku-

suku lainnya.

Tahun 1877, mulailah perang Batak yang terkenal itu, yang berlangsung 30

tahun lamanya. Dimulai di Bahal Batu, Humbang, berkobar perang yang ganas

selama tiga dasawarsa, 30 tahun. Belanda mengerahkan pasukan-pasukannya dari

Singkil Aceh, menyerang pasukan rakyat semesta yang dipimpin Raja

Sisingamangaraja XII.

Pasukan Belanda yang datang menyerang ke arah Bakara, tempat istana dan

markas besar Sisingamangaraja XII di Tangga Batu, Balige mendapat perlawanan

dan berhasil dihempang. Belanda merobah taktik, ia menyerbu pada babak

9

Page 10: Makalah pahlawan nasional

berikutnya ke kawasan Balige untuk merebut kantong logistik Sisingamangaraja

XII di daerah Toba, untuk selanjutnya mengadakan blokade terhadap Bakara.

Tahun 1882, hampir seluruh daerah Balige telah dikuasai Belanda, sedangkan

Laguboti masih tetap dipertahankan oleh panglima-panglima Sisingamangaraja

XII antara lain Panglima Ompu Partahan Bosi Hutapea. Baru setahun kemudian

Laguboti jatuh setelah Belanda mengerahkan pasukan satu batalion tentara

bersama barisan penembak-penembak meriam.

Tahun 1883, seperti yang sudah dikuatirkan jauh sebelumnya oleh

Sisingamangaraja XII, kini giliran Toba dianeksasi Belanda. Domino berikut yang

dijadikan pasukan Belanda yang besar dari Batavia (Jakarta sekarang), mendarat di

Pantai Sibolga. Juga dikerahkan pasukan dari Padang Sidempuan. Raja

Sisingamangaraja XII membalas menyerang Belanda di Balige dari arah Huta

Pardede. Baik kekuatan laut dari Danau Toba, pasukan Sisingamangaraja XII

dikerahkan. Empat puluh Solu Bolon atau kapal yang masing-masing panjangnya

sampai 20 meter dan mengangkut pasukan sebanyak 20 x 40 orang jadi 800 orang

melaju menuju Balige. Pertempuran besar terjadi.

Pada tahun 1883, Belanda benar-benar mengerahkan seluruh kekuatannya

dan Sisingamangaraja XII beserta para panglimanya juga bertarung dengan gigih.

Tahun itu, di hampir seluruh Tanah Batak pasukan Belanda harus bertahan dari

serbuan pasukan-pasukan yang setia kepada perjuangan Raja Sisingamangaraja

XII.

10

Page 11: Makalah pahlawan nasional

Namun pada tanggal 12 Agustus 1883, Bakara, tempat Istana dan Markas

Besar Sisingamangaraja XII berhasil direbut oleh pasukan Belanda.

Sisingamangaraja XII mengundurkan diri ke Dairi bersama keluarganya dan

pasukannya yang setia, juga ikut Panglima-panglimanya yang terdiri dari suku

Aceh dan lain-lain.

Pada waktu itulah, Gunung Krakatau meletus. Awan hitam meliputi Tanah

Batak. Suatu alamat buruk seakan-akan datang. Sebelum peristiwa ini, pada situasi

yang kritis, Sisingamangaraja XII berusaha melakukan konsolidasi memperluas

front perlawanan. Beliau berkunjung ke Asahan, Tanah Karo dan Simalungun,

demi koordinasi perjuangan dan perlawanan terhadap Belanda. Dalam gerak

perjuangannya itu banyak sekali kisah tentang kesaktian Raja Sisingamangaraja

XII.  Perlawanan pasukan Sisingamangaraja XII semakin melebar dan seru, tetapi

Belanda juga berani mengambil resiko besar, dengan terus mendatangkan bala

bantuan dari Batavia, Fort De Kok, Sibolga dan Aceh. Barisan Marsuse juga

didatangkan bahkan para tawanan diboyong dari Jawa untuk menjadi umpan

peluru dan tameng pasukan Belanda.

Regu pencari jejak dari Afrika, juga didatangkan untuk mencari

persembunyian Sisingamangaraja XII. Barisan pelacak ini terdiri dari orang-orang

Senegal. Oleh pasukan Sisingamangaraja XII barisan musuh ini dijuluki “Si

Gurbak Ulu Na Birong”. Tetapi pasukan Sisingamangaraja XII pun terus

bertarung. Panglima Sarbut Tampubolon menyerang tangsi Belanda di Butar,

sedang Belanda menyerbu Lintong dan berhadapan dengan Raja Ompu Babiat

Situmorang. Tetapi Sisingamangaraja XII menyerang juga ke Lintong Nihuta,

11

Page 12: Makalah pahlawan nasional

Hutaraja, Simangarongsang, Huta Paung, Parsingguran dan Pollung. Panglima

Sisingamangaraja XII yang terkenal Amandopang Manullang tertangkap. Dan

tokoh Parmalim yang menjadi Penasehat Khusus Raja Sisingamangaraja XII, Guru

Somaling Pardede juga ditawan Belanda. Ini terjadi pada tahun 1889.

Tahun 1890, Belanda membentuk pasukan khusus Marsose untuk

menyerang Sisingamangaraja XII. Pada awal abad ke 20, Belanda mulai berhasil

di Aceh. Tahun 1903, Panglima Polim menghentikan perlawanan. Tetapi di Gayo,

dimana Raja Sisingamangaraja XII pernah berkunjung, perlawanan masih sengit.

Masuklah pasukan Belanda dari Gayo Alas menyerang Sisingamangaraja XII.

Tahun 1907, pasukan Belanda yang dinamakan Kolonel Macan atau Brigade

Setan mengepung Sisingamangaraja XII. Tetapi Sisingamangaraja XII tidak

bersedia menyerah. Ia bertempur sampai titik darah penghabisan. Boru Sagala,

Isteri Sisingamangaraja XII, ditangkap pasukan Belanda. Ikut tertangkap putra-

putri Sisingamangaraja XII yang masih kecil. Raja Buntal dan Pangkilim.

Menyusul Boru Situmorang Ibunda Sisingamangaraja XII juga ditangkap,

menyusul Sunting Mariam, putri Sisingamangaraja XII dan lain-lain.

Tahun 1907, di pinggir kali Aek Sibulbulon, di suatu desa yang namanya Si

Onom Hudon, di perbatasan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Dairi yang

sekarang, gugurlah Sisingamangaraja XII oleh peluru Marsuse Belanda pimpinan

Kapten Christoffel. Sisingamangaraja XII gugur bersama dua putranya Patuan

Nagari dan Patuan Anggi serta putrinya Lopian. Konon Raja Sisingamangaraja XII

yang kebal peluru tewas kena peluru setelah terpercik darah putrinya Lopian, yang

gugur di pangkuannya. Pengikut-pengikutnya berpencar dan berusaha terus

12

Page 13: Makalah pahlawan nasional

mengadakan perlawanan, sedangkan keluarga Sisingamangaraja XII yang masih

hidup ditawan, dihina dan dinista, mereka pun ikut menjadi korban perjuangan.

Demikianlah, tanpa kenal menyerah, tanpa mau berunding dengan penjajah,

tanpa pernah ditawan, gigih, ulet, militan, Raja Sisingamangaraja XII selama 30

tahun, selama tiga dekade, telah berjuang tanpa pamrih dengan semangat dan

kecintaannya kepada tanah air dan kepada kemerdekaannya yang tidak bertara.

Itulah yang dinamakan “Semangat Juang Sisingamangaraja XII”, yang perlu

diwarisi seluruh bangsa Indonesia, terutama generasi muda. Sisingamangaraja XII

benar-benar patriot sejati. Beliau tidak bersedia menjual tanah air untuk

kesenangan pribadi.

Sebelum Beliau gugur, pernah penjajah Belanda menawarkan perdamaian

kepada Raja Sisingamangaraja XII dengan imbalan yang cukup menggiurkan.

Patriotismenya digoda berat. Beliau ditawarkan dan dijanjikan akan diangkat

sebagai Sultan. Asal saja bersedia takluk kepada kekuasaan Belanda. Beliau akan

dijadikan Raja Tanah Batak asal mau berdamai. Gubernur Belanda Van Daalen

yang memberi tawaran itu bahkan berjanji, akan menyambut sendiri kedatangan

Raja Sisingamangaraja XII dengan tembakan meriam 21 kali, bila bersedia masuk

ke pangkuan kolonial Belanda, dan akan diberikan kedudukan dengan kesenangan

yang besar, asal saja mau kompromi, tetapi Raja Sisingamangaraja XII tegas

menolak. Ia berpendirian, lebih baik berkalang tanah daripada hidup di peraduan

penjajah.

13

Page 14: Makalah pahlawan nasional

Raja Sisingamangaraja XII gugur pada tanggal 17 Juni 1907, tetapi

pengorbanannya tidaklah sia-sia. Dan cuma 38 tahun kemudian, penjajah betul-

betul angkat kaki dari Indonesia. Pada tanggal 17 Agustus 1945, kemerdekaan

Indonesia diproklamirkan Sukarno-Hatta. Kini Sisingamangaraja XII telah

menjadi sejarah. Namun semangat patriotismenya, jiwa pengabdian dan

pengorbanannya yang sangat luhur serta pelayanannya kepada rakyat yang sangat

agung, kecintaannya kepada Bangsa dan Tanah Airnya serta kepada kemerdekaan

yang begitu besar, perlu diwariskan kepada generasi penerus bangsa Indonesia.

Dalam upaya melestarikan system nilai yang melandasi perjuangan

Pahlawan Nasional Raja Sisingamangaraja XII dengan menggali khasanah budaya

dan system nilai masa silam yang dikaitkan dengan keinginan membina masa

depan yang lebih baik, lebih bermutu dan lebih sempurna, maka Lembaga

Sisingamangaraja XII yang didirikan dan diketuai DR GM Panggabean pada tahun

1979, telah membangun monumen Pahlawan Nasional Raja Sisingamangaraja XII

di kota Medan yang diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Soeharto di

Istana Negara dalam rangka peringatan Hari Pahlawan 10 Nopember 1997 dan

Pesta Rakyat peresmian monumen tersebut di Medan dihadiri sekitar seratus ribu

orang, dengan Pembina Upacara Menko Polkam Jenderal TNI Maraden

Panggabean.

Kemudian oleh Yayasan Universitas Sisingamangaraja XII pada tahun 1984

telah didirikan Universitas Sisingamangaraja XII (US XII) di Medan, pada tahun

1986 Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli (UNITA) di Silangit Siborong-

14

Page 15: Makalah pahlawan nasional

borong Tapanuli Utara dan pada tahun 1987 didirikan STMIK Sisingamangaraja

XII di Medan.

Ada pandangan yang berkembang di kalangan orang Batak, orang Tapanuli

pada umumnya bahwa. perjuangan Raja Sisingamangaraja XII adalah perjuangan

melawan Belanda, karena rasa tidak senang, karena benci, karena mau menjajah,

menduduki tanah Batak dan mengambil hasil tanah Batak dan membawanya ke

tanah Belanda.

Ada pula yang berpandangan bahwa perjuangan Raja Sisingamangaraja

adalah sama dengan perjuangan pahlawan nasional lainnya, seperti Pangeran

Diponegoro, Iman Bonjol, Tjut Nya’ Din, Pattimura, dll yang menentang

penjajahan Belanda dan tetap mempertahankan tanah airnya serta bertekad

mengusir penjajah.

Dikumandangkan slogan bahwa Perjuangan Raja Sisingamangaraja adalah

perjuangan yang heroik, yang mempertaruhkan nyawa sampai titik darah

penghabisan untuk membela dan mempertahankan tanah air, bangsa dan agamanya

dari kangkangan dan pelecehan penjajah.

Semua pandangan di atas adalah benar bahwa Sisingamangaraja adalah

pahlawan bangsa yang tidak mengenal menyerah sampai titik darah penghabisan.

Demikian juga putra dan putrinya, Patuan Nagari, Patuan Anggi dan Lopian. Ia

rela membawa mereka berjuang bersama diri dan pasukannya untuk

mempertahankan tanah airnya. Tetapi pertanyaan kita ialah benarkah hanya

sebatas itu perjuangan pahlawan nasional Sisingamangaraja? Kajian ilmiah berikut

akan mencoba menganalisis dan membeberkan dengan rinci bahwa perjuangan

15

Page 16: Makalah pahlawan nasional

Raja Sisingamangaraja lebih luas dan lebih universal dari pada hanya sekedar

heroisme, membela tanah air, kepahlawanan, menolak menyerah, titik darah

penghabisan, tidak rela ditawan dan menyerah kalah. Perjuangan

Sisingamangaraja lebih dalam dari itu, lebih fungsional dan lebih strategik.

Tentang perjuangan Sisingamangaraja secara lengkap, runtut bahkan

kronologis, silahkan membaca buku-buku sejarah yang sudah cukup banyak ditulis

para penulis Batak apalagi penulis Belanda (dari sisi pandang dan kepentingan

mereka). Dari penulis Batak saya sarankan membaca buku karangan

Dr.W.B.Sijabat, Ahu Sisingamangaraja, 1982 ; O.L.Napitupulu, Perang Batak,

Perang Sisingamangaraja, 1971. Dari penulis Belanda tulisan E.E.W.G. Schroder,

Memorie van Overgave van de Residentie Tapanoeli, 1920. Dan juga daftar

bacaan melanjutkan yang saya cantumkan pada akhir naskah ini.

Naskah ini menitik beratkan muatan pandangan analisis konseptual ilmiah,

sebagai bukti perjuangan beliau yang luar biasa secara empiris faktual sejak

perjuangan dengan strategi diplomasi 1876-1877 akhir, hingga perang phisik

1878-1907 selama 30 tahun.

2.2. Pahlawan HAM

Perlawanan Sisingamangaraja tidak hanya ditujukan kepada usaha

mempertahankan tanah air dari penguasaan dan perebutan penjajah Belanda. Dia

juga sambil bertempur melawan Belanda, beliau terus juga menolak perbudakan

dan pencengkeraman terhadap kebebasan rakyat. Dia membebaskan para tawanan

16

Page 17: Makalah pahlawan nasional

yang dipasung, diikat dan dihukum secara tidak manusiawi oleh kekuasaan raja-

raja lokal. Dia sangat menghargai hak hidup, hak bebas, hak merdeka, hak

kesehatan, hak kebebasan dari rasa takut, setiap orang. Karena itu seluruh rakyat

mencintainya.

Perjuangan HAM yang telah dirintis Raja Sisingamangaraja ini perlu

diperdalam, fondasinya, essensinya dan eksistensinya untuk disumbangkan kepada

Negara dun dunia internasional. Perjuangan ini adalah perjuangan universal yang

telah dilakukan Sisingamangaraja

2.3. Pahlawan Social Responsibility

Berbarengan dengan pertempuran melawan Belanda, beliau juga

memperhatikan bahkan mengamati dengan cermat kehidupan dan kesehatan

rakyatnya. Walau dalam perjalanan perang dia juga menyembuhkan orang-orang

sakit. Memberi nasihat bagaimana melawan penyakit dengan cara memberi

ramuan dan tindakan yang harus dilakukan agar semua musuh yang tampak dan

tidak tampak (ula-ula, alogo na jahat, Jenis ilmu hitam yang dimiliki dan

dipraktekkan orang Batak jaman dahulu) dapat dikalahkan. Pesan melawan

penyakit itu juga disebarkan melalui mulut ke mulut oleh rakyatnya, sehingga tona

itu menyebar ke seluruh tanah Batak. Dia memperhatikan nasib rakyat yang

ditemuinya: Kalau ada orang yang terpasung segera dimintanya dibebaskan (al. di

Sibaganding, 1883, dan di tempat-tempat lain). Karena itu dia sangat membela

nasib sosial setiap orang.

17

Page 18: Makalah pahlawan nasional

Prinsip beliau yang sangat mendalam ialah sambil berperang melawan

Belanda, juga berperang melawan penyakit dan sumber penyakit kejahatan. Walau

dalam pertempuran, namun tanggung jawab sosial kepada rakyat tetap dilakukan.

2.4. Pahlawan Pluralisme dan Multikulturalisme

Dia melakukan hubungan dengan Kesultanan Aceh yang pada saat yang

hampir sama 1873 juga melakukan perlawanan kepada Belanda. Sisingamangaraja

mendapat bantuan dari Sultan Iskandar Muda berupa panglima dan pasukan jitu

yang ditakuti Belanda. Sama dengan pasukan khusus atau paratroops yang sangat

ditakuti. Pada saat perang Batak dikobarkan tahun 1878, pasukan berani mati dari

Aceh ini sudah mendampingi beliau melawan Belanda.

Beliau tidak hanya mengandalkan pasukan dari tanah Batak yang digalang

melalui para raja maropat, raja bius dan raja horja, tetapi juga dari sub etnik dan

etnik lain misalnya Batak Timur (Simalungun), Pardembanan, dan Aceh. Adanya

kebiasaan para anggota pasukan yang heterogen dan berbudaya yang berbeda itu

menunjukkan bahwa beliau menguasai dan mengakui serta memelihara budaya-

budaya yang beragam itu. Karena itu beliau berjuang juga memakai basis

multikulturalisme (keberagaman budaya).

18

Page 19: Makalah pahlawan nasional

2.5. Pahlawan Liberte, Egalite, Fraternite

Dia memegang prinsip kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan (Liberte,

Egalite; Fraternite) adalah hak fundamental manusia, termasuk manusia Batak.

Ketika beliau mendapat informasi dari titik sandinya, bahwa Belanda akan

memperluas kekuasaannya ke dataran tinggi Toba dengan dalih melindungi

gerakan Zending Kristen, Sisingamangaraja mengirim surat agar maksud itu

dibatalkan. Karena setiap orang berhak untuk merdeka dan berdiri sendiri,

termasuk orang Batak (waktu itu disebut bangso Batak).

Beliau mengulangi lagi mengirim masuk kepada pihak Belanda di Sibolga,

agar mengurungkan maksud untuk mengirimkan bala tentara ke Silindung, dengan

alasan bahwa pasukan Sisingamangaraja dan pasukan Aceh yang didatangkan dari

Kerajaan Aceh (Sultan Iskandar Muda) akan menyerang Silindung dan membunuh

para zendelingen. Beliau menyatakan bahwa issu itu tidak benar.

Strategi diplomasi dengan mengirim surat dan utusan untuk membatalkan

maksud jahat Belanda itu dilakukannya antara tahun 1876 – 1878 awal. Ini

memperlihatkan bahwa Sisingamangaraja adalah anti pertumpahan darah. Dia

menjunjung perdamaian. Azas perdamaian yang dipegangnya adalah berdasar

pada hak kemerdekaan bagi setiap orang dan bangsa. Dia memandang bahwa

setiap orang itu punya hak yang sama, punya hak azasi kesetaraan. Itu sebabnya

dia juga selalu membebaskan budak dan tawanan perang (antar huta, antar marga).

Berdasarkan pandangan itu beliau sebenarnya berprinsip bahwa semua manusia itu

bersaudara. Oleh karena itu harus selalu membantu, menolong dan melindungi.

19

Page 20: Makalah pahlawan nasional

Oleh karena itu piinsip perjuangannya tidak kalah dengan prinsip perjuangan

orang Perancis. Filosofi liberte, egalite dan fraternite bukan hanya milik orang

Perancis, tetapi juga filosofi dan pandangan hidup orang Batak, terutama raja

Sisingamangaraja. Bahkan menjadi landasan perjuangan kemerdekaan orang Batak

yang dipimpinnya melawan penjajahan Belanda.

2.6. Pahlawan Unitarisme

Beliau mengajak para raja maropat disegala wilayah di Sumatera. Dia juga

berhubungan dengan para raja maropat di Simalungun, al. raja Raya Tuan

Rondahaim, juga raja di Bandarpulo, Pagurawan Asahan, Labuhan Batu (raja

Lunggur), dan mengunjungi rakyat Batak Pardembanan (Sumatera Timur). Dia

menyatukan perjuangan raja-raja lokal yakni para raja maropat. Praktek

perjuangan unitarisme ini terlihat ketika beliau mengumandangkan deklarasi Pulas

kepada Belanda, ketika perang frontal Bahalbatu, Tanggabatu, Balige, Laguboti,

maupun perang sektoral di Lobu Siregar, Bakara, Meat, Sionom Hudon, perang

Asahan, dll.

“Pulas adalah suatu deklarasi pemyataan perang kepada Belanda, dengan

memakai simbol manusia tarbuat dari ubi (rambat/kayu) yang diukir berupa tubuh

manusia yang ditusuk tombak bamboo kecil dan digantungi surat pernyataan

perang serta digantungkan ditempat terbuka (biasanya onan/pasar). Perang antar

individu diumumkan dengan manutung longit, yaitu daging yang dibakar dan

dikirimkan kepada musuh. Pulas dan longit adalah simbol kekesatriaan orang

20

Page 21: Makalah pahlawan nasional

Batak yang mengumumkan maksud perangnya secara terbuka kepada musuh.

Tidak menyerang secara sembunyi-sembunyi. Mereka memberi kesempatan

kepada musuh untuk mempersiapkan diri untuk melawan.

2.7. Pahlawan Pembentuk Pasukan Inong.

Saat konsolidasi perjuangan di wilayah pulau Samosir setelah dia kembali

dari Asahan, Sumatera Timur dan Simalungun dia menerima terbentuknya

pasukan inong. Pasukan perempuan yang dibentuk oleh kaum perempuan di

Ronggurnihuta, di puncak bukit tertinggi di pulau Samosir. Pasukan inong ini

terdiri dari kaum perempuan, ibu-ibu dan anak gadis, menyertainya bertempur

sampai ketempat konsentrasi terakhir di Sionom hudon Dairi. Dapat dipastikan

bahwa pasukan inong ini dipimpin oleh si boru Lopian, dibantu oleh pejuang

perempuan yang lebih tua darinya.

Dari adanya pasukan inong ini, terlihat bahwa Sisingamangaraja menghargai

eksistensi kaum perempuan. Persamaan hak antara laki-laki dan perempuan dalam

mempertahankan martabat bangsa dan wilayah (negara). Beliau menolak

diskriminasi seksual dan gender.

2.8. Strategi Perang Sektoral, Holistik, Frontal-Total

Dari data dokumental yang ditulis oleh para penulis Batak, maupun Belanda,

dapat disimpulkan bahwa perjuangan clan pertempuran yang diterapkan

21

Page 22: Makalah pahlawan nasional

Sisingamangaraja sungguh luar biasa dan konsisten. Basis dinamika perjuangan itu

al. strategi cultural (adat partuturan, adat demokrasi), strategi penyerangan dan

pertahanan yang sektoral dan frontal, strategi ekologi sesuai kontur alam tanah

Batak.

Saya namakan adat demokrasi, karena bermusyawarah, marrapot, marria

raja, marhata, martonggo raja adalah kebiasaan orang Batak. Kata demokrasi

dipinjam dari perbendaharaan modern sekarang untuk memperlihatkan bahwa

parrapotan, parriaan, partonggoon, parhataan adalah nama-nama untuk demokrasi.

Jadi demokrasi adalah bahagian utama dalam adat Batak

Sisingamangaraja selalu mengajak raja-raja huta, horja, bius dan raja

maropat dan para panglimanya bermusyawarah ketika akan memutuskan

perlawanan kepada usaha Belanda memperluas kekuasaannya di tanah Batak

dengan pernyataan deklarasi Pulas (musyawarah Balige, 16 Februari 1878 ).

Bahkan ketika beliau menyingkir dari kejaran Belanda, di tempat dia menginap,

selalu bermusyawarah dengan raja setempat.

Pertempuran dilakukan dengan strategi sektoral, yaitu melibatkan pasukan

dari wilayah-wilayah terdekat dengan kawasan pertempuran, misalnya

pertempuran Lobu Siregar, Meat, Tarabunga, pertempuran Muara dan Bakara,

pertempuran Sionom Hudon, Uluan, Asahan Hulu (1907). Strategi frontal

dilakukan ketika beliau hendak menghancurkan pasukan Belanda seluruhnya,

dilakukan pada pertempuran Bahal Batu, Tangga Batu, Balige (1883), Laguboti

(1883).

22

Page 23: Makalah pahlawan nasional

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Disarankan agar para ahli, akademisi dan peminat sejarah untuk meneliti

lebih lanjut dalam perjuangan Raja Sisingamangaraja XII ini. Titik pendalaman

dapat dilakukan dari berbagai, adat istiadat, seni, ekonomi, hak azasi manusia,

hukum maupun sosiologi.

Dengan demikian kita akan menemukan akar pesan dan warisan perjuangan

yang holistik itu yang menjadi basis perjuangan orang Batak dan rakyat Indonesia

ke masa depan dalam abad globalisasi ini. Kita harus mencari nilai strategi perang,

nilai strategi politik diplomasi; nilai kultural, sosial ekonomi, nilai hak azasi, untuk

kita pakai membangun kesatuan bangsa Indonesia dan pergaulan internasional

antar bangsa.

23