68
MAKALAH PAJAK INTERNASIONAL Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Pengantar Hukum Pajak Kelompok 2 : Nama No. Absen Anugrah Bagas E. 03 Mufty Yusfiardani 18 Nafa Tasya A. 20 Risang Adhi Pradana 24 Yuniarizky Ari D. 30 PRODIP I PAJAK - B

Makalah Pajak Internasional

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah Tentang Pajak Internasional, Tax Treaty, P3B

Citation preview

Page 1: Makalah Pajak Internasional

MAKALAH

PAJAK INTERNASIONAL

Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Pengantar Hukum Pajak

Kelompok 2 :

Nama No. Absen

Anugrah Bagas E. 03

Mufty Yusfiardani 18

Nafa Tasya A. 20

Risang Adhi Pradana 24

Yuniarizky Ari D. 30

PRODIP I PAJAK - B

PRODIP I KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

KAMPUS BALAI DIKLAT KEUANGAN YOGYAKARTA

TAHUN 2013/2014

Page 2: Makalah Pajak Internasional

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penyusun sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

serta hidayah-Nya sehingga sampai saat ini penyusun masih diberi kesempatan untuk membuat

laporan analisis yang berjudul “Pajak Internasional” sehingga dapat tersusun dengan baik dan dapat

disajikan dengan baik utuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Hukum Pajak.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk menambah wawasan penyusun tentang bab Pajak

Internasional dan Tax Treaty pada mata kuliah Pengantar Hukum Pajak sehingga dapat membuat

penyusun sebagai mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Pengantar Hukum Pajak, dapat

mengetahui lebih dalam mengenai Pajak Internasional, lebih daripada sekedar materi yang ada pada

modul pegangan kuliah Pengantar Hukum Pajak.

Penyusun juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Roy Martfianto selaku widyaiswara

pengampu mata kuliah Pengantar Hukum Pajak yang telah memberi tugas untuk menyusun makalah

ini, sehingga membuat penyusun lebih dapat menguasai materi Pajak Internasional dan Tax Treaty.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan maupun pengkajiannya masih banyak

kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifat-

sifatnya membangun sangat penyusun harapkan, demi untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Yogyakarta, Februari 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

Page 3: Makalah Pajak Internasional

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR......................................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah......................................................................................................... 1

C. Tujuan........................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pajak Internasional..................................................................................... 3

B....Kasus Pajak Internasional Wajib Pajak Orang Pribadi................................................ 13

C. Kasus Pajak Internasional Wajib Pajak Badan ........................................................... 23

D. Pembahasan Contoh Kasus Pajak Internasional........................................................... 36

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................................. 35

B. Saran............................................................................................................................. 36

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ iii

LAMPIRAN ...................................................................................................................... iv

BAB I. PENDAHULUAN

Page 4: Makalah Pajak Internasional

A. LATAR BELAKANG

Di dalam ilmu perpajakan dikenal adanya azas-azas pengambilan pajak, yakni azas

Sumber yaitu pemungutan pajak berdasarkan tempat objek pajak atau asal penghasilan tersebut,

azas Kewarganegaraan yaitu pemungutan pajak berdasarkan status atau kedudukan warga

negara dari setiap orang pribadi yang berasal dari negara yang memungut pajak, azas tempat

tinggal yaitu pemungutan pajak oleh negara berdasarkan tempat tinggal atau tempat kedudukan

dari wajib pajak.

Perbedaan peraturan perundang-undangan dan kebijakan antar negara tentang penerapan

pengambilan pajak memungkinkan dan dapat juga mengharuskan adanya perjanjian antar

negara, sehingga pemungutan pajak tidak dilakukan dengan kesewenangan sendiri-sendiri. Dari

perjanjian tersebut pemungutan pajak menjadi lebih adil, tidak terjadi pemungutan dua kali atas

penghasilan seorang wajib pajak, adanya pemungutan pajak ketika wajib pajak sama sekali

tidak di pungut pajaknya.

Perjanjian tersebut yakni P3B atau Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda, atau pun

dalam istilah masing-masing negara.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian pajak internasional?

2. Bagaimana pengertian pajak internasional oleh beberapa ahli?

3. Sumber Hukum Pajak Internasional khususnya P3B

4. Metode Penyelesaian Pajak Berganda Internasional

5. Kasus yang terkait dengan P3B

C. TUJUAN

Tujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui pengertian Pajak Internasional

2. Mengetahui pengertian pajak internasional oleh beberapa ahli

3. Mengetahui Sumber hukum Pajak internasional khususnya P3B

4. Mengetahui metode Penyelesaian Pajak Berganda Internasional

5. Mengetahui kasus-kasus yang terkait dengan P3B

BAB II. PEMBAHASAN

Page 5: Makalah Pajak Internasional

A. PAJAK INTERNASIONAL

1. PENGERTIAN PAJAK INTERNASIONAL

Dalam perpajakan di dunia internasional dimana suatu fakta fiskal (subjek dan objek pajak)

dapat memiliki kepentingan dengan beberapa negara sekaligus, memiliki potensi akan timbulnya

ketidakteraturan dalam pemajakannya. Hal ini dapat terjadi karena setiap negara memiliki peraturan

dan sistem perpajakan yang berbeda sesuai kedaulatan dan kepentingan masing-masing negara

tersebut.Sebelum membahas lebih dalam mengenai pajak internasional, kita perlu memahami apa

sebenarnya pajak internasional itu. Berikut beberapa pendapat mengenai pengertian pajak

internasional, diantaranya :

1. Prof. Dr. Ottmar Buhler

Hukum pajak internasional dalam arti sempit adalah kaedah-kaedah (norma) hukum

perselisihan (kolisi) yang didasarkan pada hukum antar bangsa (hukum internasional). Sedangkan

dalam arti luas hukum pajak internasional adalah kaedah-kaedah hukum antar bangsa ditambah

peraturan nasiomal yang mempunyai sebagai objek hukum kolisi dalam bidang perpajakan.

2. Prof. Dr.P.J.A.Adriani

Hukum pajak internasional adalah keseluruhan peraturan yang mengatur tata tertib hukum dan

yang mengatur soal penyedotan daya beli itu di masyarakat. Hukum pajak internasional merupakan

suatu kesatuan hukum yamh mengupas suatu persoalan yang diatur dalam undang-undang nasional

mengenai :

Pemajakan terhadap orang-orang luar negeri

Peraturan-peraturan nasional untuk menghindarkan pajak berganda

Traktat-traktat

3. Anglo Sakson

Di negara-negara Anglo Sakson berlaku pengertian yang terperinci tentang hukum pajak

internasional, yang dibedakan antara :

National External Tax Law (Auszensteuerrecht)

Merupakan bagian dari hukum pajak nasional yang memuat mengenai peraturan perpajakan

yang mempunyai daya kerja sampai di batas luar negara karena terdapat unsur-unsur asing, baik

mengenai objeknya (sumber ada di luar negeri) maupun terhadap subjeknya (subjek ada di luar

negeri).

Foreign Tax Law (Auslandisches Steuerrecht)

Adalah mencakup keseluruhan perundang-undangan dan peraturan-peraturan pajak dari

negara-negara yang ada di seluruh dunia. Foreign tax law berguna sebagai bahan perbandingan

dalam melakukan comparative tax law study ketika akan melakukan perjanjian perpajakan dengan

negara lain.

International Tax Law

Page 6: Makalah Pajak Internasional

Dalam arti sempit diartikan bahwa hukum pajak internasional merupakan keseluruhan kaedah

pajak berdasarkan hukum antar negara seperti traktat-traktat, konvensi, dll yang semata-mata

berdasarkan sumber-sumber asing. Sedangkan dalam arti luas adalah keseluruhan kaedah baik yang

berdasarkan traktat, konvensi, dan prinsip hukum pajak yang diterima negara-negara dunia, maupun

kaedah-kaedah nasional yang objeknya adalah pengenaan pajak yang mengandung adanya unsur-

unsur asing, yang dapat menimbulkan bentrokan hukum antara dua negara atau lebih.

Pajak Internasional atau lebih tepatnya Perpajakan Internasional adalah tata cara dan hukum

pemajakan yang terdiri atas kaidah-kaidah, baik kaidah perpajakan nasional maupun kaidah yang

berasal dari traktat antarnegara dan dari prinsip yang telah diterima baik oleh negara-negara di

dunia, untuk mengatur soal-soal perpajakan dan dapat ditunjukkan adanya unsur-unsur asing, baik

mengenai subjek maupun mengenai objeknya. 

Setiap Negara memiliki peraturan perundang-undangan perpajakan nasional sendiri-sendiri

atau yang disebut dengan yurisdiksi nasional, yang masing-masing peraturan perundang-undangan

dimaksud memiliki landasan dan filosofi hukum yang berbeda dengan Negara-negara lainnya. 

Dalam rangka melakukan investasi di Negara lain maupun dalam rangka suatu Negara

menerima investasi dari Negara lain pasti akan terjadi beberapa konflik kepentingan. Sebagai

contoh, Indonesia menganut konsep pengakuan penghasilan, yaitu konsep tambahan kemampuan

ekonomis atau juga disebutworld wide income. Artinya peraturan perundang-undangan pajak

penghasilan tidak mempermasalahkan darimana datangnya penghasilan, bagaimana penghasilan

tersebut diterima atau diperoleh, dan dalam bentuk apa penghasilan tersebut. 

Semua adalah objek pajak penghasilan yang harus dikenakan Pajak Penghasilan bagi Wajib

Pajak Indonesia, baik Wajib Pajak orang pribadi, badan, maupun Bentuk Usaha Tetap. Sehingga

ada kemungkinan terjadi benturan (konflik) dalam pengenaan pajak dengan Negara lainyang

menganut asas pemajakan berbeda dengan Indonesia, nisalnya Negara yang menganut asas

pemajakan kebangsaan (kewarganegaraan). Negara yang menganut asas kebangsaan tidak

mempermasalahkan dari mana penghasilan diterima atau diperoleh, seseorang tetap diwajibkan

membayar pajak di Negara di mana dia berkebangsaan. 

Konflik yang timbul umumnya adalah kemungkinan pengenaan pajak berganda atas suatu

subjek atau objek pajak oleh beberapa Negara, yang sering disebut sebagai pajak berganda

internasional. Pajak berganda internasional sendiri hanya merupakan satu jenis peristiwa pajak

berganda, karena pajak berganda dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Pajak berganda nasional (national double taxation)

Adalah pajak yang dikenakan lebih dari satu kali terhadap objek yang sama oleh suatu negara.

2. Pajak berganda internasional (international double taxation)

Adalah pajak yang dikenakan lebih dari satu kali terhadap objek yang sama oleh lebih dari

satu negara, dengan kata lain pajak berganda internasional timbul karena :

a. Ada lebih dari satu negara yang memungut pajak

b. Dikenakan terhadap objek yang sama

Page 7: Makalah Pajak Internasional

Untuk menghindari adanya pajak berganda internasional maka perlu diadakan perjanjian

penghindaran pajak berganda (agreement for the avoidance of double taxation and the prevention of

tax evasion) atau dikenal dengan istilah tax treaty.

Pajak internasional mengenal azas-azas tentang domicily country dan source country. Disebut

domicily country apabila negara tempat tinggal Wajib Pajak (domicily country atau home country)

menganut asas domisili yang mengenakan pajak penghasilan atas worldwide income atas dasar asas

domisili.

Apabila Wajib Pajak melakukan transaksi dan memperoleh laba di negara tempat tinggalnya

(source country, atau host country), dan kemudian dikenakan juga pajak penghasilan atas laba

tersebut atas dasar asas domisili, maka Wajib Pajak tersebut akan dikenakan pajak dua kali (double

taxation). Yang pertama oleh source country dan yang kedua oleh domicile country. Negara-negara

yang tarif pajaknya rendah atau sama sekali tidak mengenakan pajak atas penghasilan disebut

sebagai negara-negara surga pajak (tax haven countries).

Pajak berganda dapat dibedakan menjadi Pajak berganda internal (internal double taxation);

pajak berganda internasional (international double taxation); pajak berganda secara yuridis

(juridical double taxation) serta pajak berganda secara ekonomis (economic double taxation).

Internal double taxation adalah pengenaan pajak atas Subjek dan Objek Pajak yang sama dalam

suatu negara. International double taxation adalah pengenaan pajak dua kali (atau lebih) terhadap

Subjek dan Objek Pajak yang sama oleh dua negara. Dua negara atau lebih mengenakan pengenaan

pajak atas Objek Pajak yang sama dan Subjek Pajak yang sama.

Knechtle dalam bukunya berjudul Basic problem in international fiscal law (1979)

membedakan pengertian pajak berganda secara luas (wider sense) dan secara sempit (narrower

sense). Secara luas pengertian pajak berganda diartikan setiap bentuk pembebanan pajak dan

pungutan lainnya lebih dari satu kali, dapat dalam bentuk berganda (double taxation) atau lebih

(multiple taxation) terhadap suatu fakta fiskal. Secara sempit pajak berganda dianggap terjadi pada

semua kasus pemajakan beberapa kali terhadap suatu subjek dan atau objek pajak dalam satu

administrasi perpajakan yang sama. Pajak berganda seperti ini sering disebut sebagai pajak

berganda ekonomis (economic double taxation). Pemajakan ganda oleh berbagai administrator

dapat pula terjadi secara vertikal (pemerintah pusat dan daerah, atau secara diagonal (pemerintah

daerah kota/kabupaten, propinsi X dan Y).

2. SUMBER-SUMBER HUKUM PAJAK INTERNASIONAL

Pada dasarnya hukum pajak internasional adalah hukum pajak nasional yang didalamnya

mengandung unsur-unsur asing, unsur tersebut bisa mengenai subjek pajaknya, objek pajaknya

maupun pemungut pajaknya.

Sumber hukum pajak internasional terdiri dari :

1. Hukum pajak nasional yaitu peraturan pajak sepihak yang tidak ditujukan kepada pihak lain.

2. Traktat yaitu perjanjian pajak dengan negara lain

a. Untuk menghindari pajak berganda

Page 8: Makalah Pajak Internasional

b. Untuk mengatur perlakuan fiskal terhadap orang asing

c. Untuk mengatur mengenai laba Badan Usaha Tetap (BUT)

d. Untuk memberantas penyelundupan pajak

e. Untuk menetapkan tarif douane

3. Putusan hakim (nasional maupun internasional)

Tujuan umum pajak internasional adalah untuk mengeliminsai gejala pajak ganda, hal ini

dapat dilakukan dengan 3 cara :

1) Dengan cara unilateral, dimana negara yang bersangkuatan memasukkan dalam perundang-

undangan pajaknya ketentuan untuk menghindari pajak berganda seperti :

a. Exemption yang didasarkan pada pure territorial principle atau restricted terrirorial principle

b. Tax credit yang dapat dibedakan menjadi direct tax credit, indirect tax credit, dan fictious tax

credit/tax sparing

2) Dengan cara bilateral, dilakukan dengan melakukan perjanjian pajak antar negara yang

dikenal dengan isilah tax treaty atau perjanjian penghindaran pajak berganda (P3B). Untuk negara

Indonesia telah memiliki Tax Treaty dengan 57 negara.

3) Perjanjian multilateral, misalnya General Agreement Tariffs and Trade (GATT) yang

mengatur tarifsecara multilateral.

Sumber Hukum Pajak Internasional Indonesia

Di Indonesia, pajak internasional khususnya mengenai P3B diatur dalam Pasal 32A Undang-

undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36

Tahun 2008. Kedudukan P3B berdasarkan ketentuan ini adalah lex specialist terhadap Undang-

undang domestik. Dengan demikian, jika ada ketentuan dalam undang-undang domestik

bertentangan dengan ketentuan dalam P3B maka yang dimenangkan adalah ketentuan P3B.

Saat ini sudah ada sekitar 58 P3B Indonesia dengan negara lain yang sudah berlaku efektif.

Jumlah ini akan terus bertambah karena ada beberapa P3B lagi yang belum berlaku efektif tetapi

masih dalam proses  perundingan, penandatanganan, ratifikasi atau proses pemberlakuan.Beberapa

ketentuan pelaksanaan terkait pelaksanaan atau penerapan P3B ini adalah antara lain :

PER-61/PJ./2009 tentang Tata Cara Penerapan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda.

PER-62/PJ./2009 tentang Pencegahan Penyalahgunaan Persetujuan Penghindaran Pajak

Berganda.

PER-67/PJ./2009 tentang Tata Cara Pertukaran Informasi Berdasarkan P3B.

Dalam P3B OECD Model, ketentuan tentang pertukaran informasi dimuat dalam Pasal 26.

Sementara itu aturan internal di Indonesia untuk melakukan proses pertukaran informasi diatur

dalam SE-61/PJ/2009.

Sementara itu, proses pembentukan P3B seperti proses pendekatan, perundingan, ratifikasi

serta pemberlakuannya tunduk kepada Undang-undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian

Internasional.

3. PENYELESAIAN PAJAK BERGANDA INTERNASIONAL

Page 9: Makalah Pajak Internasional

Ada beberapa metode yang biasa dilakukan untuk mengurangi resiko kemungkinan

pengenaan pajak berganda internasional, antara lain: 

1. Metode perjanjian pengenaan pajak berganda internasional, yang antara lain dapat dilakukan

dengan: 

Traktat yang bersifat multilateral, yakni perjanjian yang dilakukan oleh beberapa Negara

dalam suatu perjanjian; 

Traktat yang bersifat bilateral, yakni perjanjian yang menyangkut dua Negara. 

2. Metode unilateral atau sepihak 

Cara ini ditempuh oleh Negara secara sepihak melauli yurisdiksi nasionalnya, yakni dengan

cara memasukkan ketentuan-ketentuan yang kemungkinan dapat menimbulkan pengenaan pajak

berganda kedalam yurisdiksi nasionalnya, misalnya Pasal 24 Undang-Undang Pajak Penghasilan

tentang kredit pajak luar negeri. Tata cara pengkreditan luar negeri terbagi menjadi dua, yaitu: 

Kredit penuh, yakni pembayaran pajak diluar negeri dikreditkan sebesar jumlah yang

dibayarkan di luar negeri; dan 

Kredit terbatas, yakni tata cara pengkreditan pajak yang dibayar di luar negeri menurut

jumlah yang paling rendah antara yang dibayar di luar negeri dengan jumlah pajak apabila

dikenakan menurut tarif di Indonesia, sebagaimana dianut Pasal 24 Undang-Undang PPh. 

3. Metode Pembebasan 

Metode inidianggap metode yang paling praktis sebab Negara Domisili tidak perlu

mengetahui bagaimana suatu penghasilan dikenakan pajak di Negara Sumber, yaitu dengan cara

memberikan kebebasan terhadap penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri. Ada dua

cara pembebasan yang dapat ditempuh, yaitu: 

Memberikan pembebasan sepenuhnya terhadap penghasilan yang diterima atau diperoleh

dari Negara sumber. Artinya penghasilan dari Negara sumber tidak dimasukkan dalam

perhitungan pajak Negara domisili. Metode ini juga sering disebut dengan pembebasan

penuh atau full exemption; 

Cara pembebasan penghitungan pajak yang terutang hanya atas penghasilan yang diterima

atau diperoleh di dalam negeri, tetapi menerapkan tarif rata-rata atas seluruh penghasilan,

baik dari dalam negeri atau dari luar negeri, atau disebut juga pembebasan dengan progresi

atau exemption with progression.

4. PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA (P3B) / TAX TREATY

Adalah perjanjian pajak antar dua negara atau antar beberapa negara dalam upaya

menghindari pajak berganda. Hal-hal yang ada didalamnya meliputi negara mana saja yang menjadi

peserta dan terikat dalamperjanjian tersebut dan objek pajak apa yang tercakup dalam perjanjian

tersebut.

Pada dasarnya tax treaty dapat dibedakan menjadi 3 macam :

Page 10: Makalah Pajak Internasional

1) Menyebutkan jenis pajaknya tetapi tidak menyebutkan definisinya, hal ini dapat

menimbulkan perbedaan dalam penafsiran, sehingga sering kali ditambahakan klausal “jika terdapta

keragu-raguan maka akan dibicarakan bersama”.

2) Mencantumkan definisi pajak yang diliputinya disertai dengan nama pajaknya, yang pada

waktu perjanjaian dibuat telah ada dan ditambah dengan ketentuan bahwa pada sewaktu-waktu

tertentu otoritas keuangan dari masing-masing negara akan saling memberitahukan, pajak mana

yang tunduk dalam perjanjiana tersebut.

3) Menyebutkan nama pajaknya dengan ketentuan, bahwa perjanjian tersebut juga berlaku

untuk pajak-pajak yang akan diadakan, dan pada hakekatnya mempunyai dasar yang sama.

Objek pajak dalam tax treaty pada umumnya dibagi dalam 15 jenis penghasilan :

1. Penghasilan dari harta tetap atau barang tak bergerak (income from immovable property)

2. Penghasilan dari usaha (business income atau business profit)

3. Penghasilan dari usaha perkapalan atau angkutan udara (income from shipping and air

transport)

4. Deviden

5. Bunga

6. Royalty

7. Keuntungan dari penjualan harta (capital gain)

8. Penghasilan dari pekerjaan bebas (income from independent personal service)

9. Penghasilan dari pekerjaan (income from dependent personal service)

10. Gaji untuk direktur (director fees)

11. Penghasilan seniman, artis dan atlit (income earned by entertainers and athletes)

12. Uang pensiun dan jaminan social tenaga kerja (pension and social security payment)

13. Penghasilan pegawai negeri (income in respect of government service)

14. Penghasilan pelajar atau mahasiswa (income received by students and apprentices)

15. Penghasilan lain-lain (other income)

Model Tax Treaty

Dalam Perpajakan Internasional terdapat dua model persetujuantax treaty utama yang

digunakan sebagai model untuk tax treaty antar negara-negara di dunia, antara lain :

1. OECD Model.

OECD merupakan singkatan dari Organization for Economic Cooperation and Development,

adalah sebuah organisasi Internasional dengan tiga puluh negara yang menerima prinsip demokrasi

perwakilan dan ekonomi pasar bebas. Negara-negara anggotaOECD adalah negara negara yang

maju, dimana arus barang, uang dan orang diantara mereka setara. Negara negara ini menggunakan

asas residensial atau domisili untuk taxing right atau hak pemajakannya, dimanapenghasilan royalti

tidak termasuk penghasilan yang dibebaskan dalam penghitungan pajak. Hak pemajakan atas royalti

diberikan sepenuhnya kepada Negara Domisili.

Page 11: Makalah Pajak Internasional

Hal ini tidak menjadi masalah bagi negara-negara OECD dikarenakan kesetaraan tadi, hingga

saling internetting perpajakan di lingkungan negara negara OECD. Hal ini kemudian menjadi tidak

adil bila dilakukan modeltax treatyini dilakukan dengan negara negara berkembang, karena bila

menggunakan asas residensial, maka negara negara berkembang tersebut tidak akan mendapatkan

bagian hasil pajakkarena umumnya negara maju memiliki investasi di negara berkembang,

sebaliknya negara berkembang memiliki sedikit investasi di negara negara maju.Metode yang

digunakan pada tax treaty model OECD adalahexemption dancredit method.

2. UN Model.

UN merupakan singkatan dari United Nationatau dikenal sebagai PBB (Persatuan Bangsa-

Bangsa), adalah sebuah organisasi yang anggotanya hampir seluruh negara di dunia. Lembaga ini

dibentuk untuk memfasilitasi dalam hukum internasional, pengamanan internasional, lembaga

ekonomi, dan perlindungan sosial.Oleh karena itu, model tax treaty UNlebih memungkinkan untuk

mempertimbangkan berbagai kondisi negara-negara yang berbeda, sehingga sebisa mungkin tidak

ada yang dirugikan dalam penetapan ketentuan persetujuan tax treaty.Maka UN model adalah

model tax treaty yang lebih menjamin keadilan untuk negara negara berkembang.

Model tax treaty UN hanya mengatur perlakuan terhadap “penduduk” masing-masing negara

dimana penghasilan yang diperoleh (atau kekayaan yang dimiliki) dari Negara Sumber diabaikan

sama sekali oleh Negara Domisili dalam menghitung penghasilan lainnya yang diperoleh

penduduknya (full exemption), sehingga penghasilan yang diperoleh dari Negara Sumber tidak

dikenai pajak oleh Negara Domisili, tetapi penghasilan tersebut ikut diperhitungkan hanya untuk

menentukan tarif progresif (exemption with progression).

Akibat dari exemption tersebut laba usaha yang diperoleh di negara sumber tidak dapat

digunakan sebagai kompensasi kerugian di dalam negeri. Tapi, penghasilan atau kekayaan yang

diperoleh atau dimiliki oleh penduduk dari negara domisili berasal atau berada di negara sumber,

yang berdasarkan P3B ybs dikenai pajak di negara sumber, negara domisili harus memberikan

pengurangan pajak yang dibayar di negara sumber tersebut.

Pada kenyataannya, pada tax treaty yang dilakukan oleh dua negara(bilateral), model UN dan

OECD tersebut hanya merupakan gambaran umum, karena pada akhirnya, sistem dan keseluruhan

tata cara yang dipakai tergantung isi perjanjian yang disepakati oleh dua buah negara yang

melakukan perjanjian. Dan model tax treaty yangdijadikan acuan utama dalam perundingan P3B

(tax treaty) Indonesia adalahmodelUN.

Selain kedua model utama diatas, juga terdapat model yang dikembangkan oleh suatu negara

untuk kepentingannya sendiri, misalnya US Model (1996, 2006); dan Multilateral Tax Treaty, yang

tidak diterima secara luas dan hanya meliputi beberapa negara saja, contohya:

• Pakta Andean (Bolivia, Chile, Kolombia, Ekuador, Peru dan Venezuela)

• Nordic (Denmark, Finlandia, Islandia, Norwegia dan Swedia)

• Maghribi Union (negara-negara di wilayah Afrika Utara)

Page 12: Makalah Pajak Internasional

5. TUJUAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN INTERNASIONAL

Untuk memajukan perdagangan antar negara, mendorong laju investasi di masing-masing

negara, pemerintah berusaha untuk meminimalkan pajak yang menghambat perdagangan dan

investasi tersebut. Salah satu upaya untuk meminimalkan beban tersebut adalah dengan melakukan

penghindaraan pajak berganda internasional.

Adanya kebijakan pajak internasional khususnya P3B dimaksudkan terutama untuk

menghilangkan pajak berganda (double tax). Pajak berganda ini timbul karena dua negara

mengenakan pajak atas penghasilan yang sama. Ketentuan-ketentuan dalam P3B yang dimaksudkan

untuk mencegah pengenaan pajak berganda ini misalnya ;

Adanya ketentuan untuk menyelesaikan kasus dual residence di mana seseorang atau badan

diakui sebagai subjek pajak dalam negeri (resident tax person) oleh dua negara yang berbeda.

Adanya ketentuan pembagian hak pemajakan dalam Pasal 6 sampai dengan Pasal 21 P3B

untuk jenis-jenis penghasilan tertentu. Pembagian hak pemajakan ini ada yang bersifat

ekslusif diberikan hanya kepada satu negara dan ada juga yang berupa pembatasan kepada

suatu negara untuk mengenakan pajak.

Adanya ketentuan tentang Corresponding Adjustment terhadap lawan transaksi di suatu

negara dalam hal negara yang lain melakukan koreksi terhadap satu Wajib Pajak yang

melakukan transfer pricing.

Adanya ketentuan tentang Mutual Agreement Procedures (MAP) di mana jika satu Wajib

Pajak diperlakukan tidak sesuai dengan ketentuan P3B di negara lain maka Wajib Pajak

tersebut dapat meminta otoritas pajak untuk menyelesaikan masalahnya melalui MAP ini.

Selain untuk mencegah pengenaan pajak berganda, P3B juga dimaksudkan untuk mencegah

terjadinya penghindaran pajak (tax avoidance) dan pengelakan pajak (tax evasion). Jika tujuan-

tujuan tersebut tercapai tentu saja pada akhirnya P3B dapat menghilangkan hambatan dalam lalu

lintas perdagangan, modal dan investasi antar negara sehingga pada akhirnya dapat dicapai

kesejahteraan suatu negara karena sumber daya dialokasikan secara efisien.

Perpajakan berganda internasional terjadi karena benturan antar klaim perpajakan. Hal ini

karena adanya prinsip perpajakan global untuk wajib pajak dalam negeri (global principle) dimana

penghasilan dari dalam luar negeri dan dalam negeri dikenakan pajak oleh negara residen (negara

domisili wajib pajak). Selain itu, terdapat pemajakan teritorial (source principle) bagi wajib pajak

luar negeri (WPLN) oleh negara sumber penghasilan dimana penghasilan yang bersumber dari

negara tersebut dikenakan pajak oleh negara sumber. Hal ini membuat suatu penghasilan dikenakan

pajak dua kali, pertama oleh negara residen lalu oleh negara sumber Bentokran klaim lebih

diperparah bila terjadi dual residen, dimana terdapat dua negara sama-sama mengklaim seorang

subjek pajak sebagi wajib pajak dalam negerinya yang menyebabkan ia terkena pemajakan global

dua kali.

Page 13: Makalah Pajak Internasional

Doernberg (1989) menyebut 3 unsur prinsip-prinsipnetralitas yang harus dipahami dalam

perpajakaninternasional. yang harus dipenuhi dalam kebijakan perpajakan internasional:

1. Capital Export Neutrality (Netralitas Pasar Domestik) :

Kemanapun kita berinvestasi, beban pajak yang dibayar haruslah sama. Sehingga tidak ada

bedanya bila kita berinvestasi di dalam atau luar negeri. Maka jangan sampai bila berinvestasi di

luar negeri, beban pajaknya lebih besar karena menanggung pajak dari dua negara. Hal ini akan

melandasi UU PPh Psl 24 yang mengatur kredit pajak luar negeri.

2. Capital Import Neutrality (Netralitas Pasar Internasional) :

Darimanapun investasi berasal, dikenakan pajak yang sama. Sehingga baik investor dari

dalam negeri atau luar negeri akan dikenakan tarif pajak yang sama bila berinvestasi di suatu

negara. Hal ini melandasi hak pemajakan yang sama denagn Wajib Pajak Dalam Negeri (WPDN)

terhadap permanent establishment (PE) atau Badan Uasah Tetap (BUT) yang dapat berupa cabang

perusahaan ataupun kegiatan jasa yang melewati time-test dari peraturan yang berlaku.

3. National Neutrality :

Setiap negara, mempunyai bagian pajak atas penghasilan yang sama. Sehingga bila ada pajak

luar negeri yang tidak bisa dikreditkan boleh dikurangkan sebagai biaya pengurang laba.

6. PERMASALAHAN DALAM PERPAJAKAN INTERNASIONAL

1. Transfer Pricing

Kegiatan ini adalah mentransfer laba dari dalam negeri ke perusahaan dengan hubungan

istimewa di negara lain yang tarif pajaknya lebih rendah. Hal ini dapat dilakukan dengan membayar

harga penjualan yang lebih rendah dari harga pasar, membiayakan biaya-biaya lebih besar daripada

harga yang wajar, thin capitalization (memperbesar utang dengan beban bunga untuk mengurangi

laba). Misalnya: tarif pajak di Indonesia 28%, di Singapura 25%. PT A punya anak perusahaan B

Ltd di Singapura, maka laba di PT A dapat digeser ke B Ltd yang tarifnya lbh kecil dengan cara B

LTd meminjamkan uang dengan bunga yang besar, sehingga laba PT A berkurang, memang

pendapatan B Ltd bertambah namun tarif pajaknya lebih kecil. Hal bisa juga dilakukan dengan PT

A menjual rugi (mark down) barang dan jasa (harga jual di bawah ongkos produksinya) ke B Ltd.

Di Indonesia, transfer pricing dicegah dalam UU PPh pasal 18 dimana pihak fiskus berhak

mengkoreksi harga transaksi, penghitungan utang sebagai modal dan DER (Debt Equity Ratio).

2. Treaty Shopping

Fasilitas di tax treaty justru bukannya menghindarkan pajak berganda namun malah memberi

kesempatan bagi subjek pajak untuk tidak dikenakan pajak dimana-mana. Misalnya: Investasi SBI

di bursa singapura dibebaskan pajak. Treaty Shopping diredam dengan ketentuan beneficial owner

(penerima manfaat) dalam tax treaty (P3B) baik yang memakai model OECD maupun PBB

sehingga tax treaty hanya berlaku bila penerima manfaat yang sebenarnya adalah residen di negara

yang menandatangani tax treaty.

Page 14: Makalah Pajak Internasional

3. Tax Heaven Countries

Negara-negara yang memberikan keringanan pajak secara agresif seperti tarif pajak rendah,

pengawasan pajak longgar telah membuat penerimaan pajak dari negara-negara berkembang

merosot tajam. Negara tax heaven yang termasuk dalam KMK No.650/KMK04/1994 antara lain

Argentina, Bahrain, Saudi Arabia, Mauritius, Hongkong, Caymand Island, dll. Saat ini negara tax

heaven sedang dimusuhi dunia internasional, pengawasan tax avoidance (penghindaran pajak) di

negara-negara tersebut sedang gencar-gencarnya. Berinvestasi di negara tax heaven beresiko besar

terkena koreksi UU PPh Pasal 18. Lebih baik berinvestasi pada negara dengan tax treaty.

Page 15: Makalah Pajak Internasional

B. KASUS PAJAK INTERNASIONAL WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

KASUS 1

http://bola.inilah.com/

David Beckham Beramal untuk Hindari Pajak?

Oleh: Irvan Ali Fauzi

Bola - Selasa, 5 Februari 2013 | 14:04 WIB

INILAH.COM, Paris - Isu tak sedap menyeruak bersamaan dengan langkah

David Beckham ke Paris Saint-Germain. Beckham dituduh menghindari pajak yang membebaninya

sebagai pekerja di Prancis.

Beckham resmi bergabung dengan PSG Jumat (1/2/2013) akhir pekan lalu dengan kontrak

berdurasi lima bulan. Mantan bintang Manchester United dan Real Madrid itu kemudian

menghibahkan semua gaji yang diterimanya dari PSG sebesar 800 ribu Euro (sekitar 10 miliar

Rupiah) per bulan untuk sebuah panti asuhan. Niat baik ini justru menimbulkan syak wasangka.

Presiden Prancis, Francois Hollande, menetapkan pajak sebesar 75 persen bagi seseorang

yang tinggal di negaranya dengan penghasilan lebih dari 1 juta Euro atau sekitar 13 miliar Rupiah

per tahun, baik itu penghasilan yang didapat dengan bekerja di Prancis maupun penghasilan yang

didapat dari luar Prancis.

Definisi menetap sendiri menurut hukum Prancis adalah orang yang tinggal di negeri asal

Napoleon itu selama minimal enam bulan. Untuk menghindari ini, Beckham hanya mengikat

kontrak selama lima bulan bersama PSG. Tak hanya itu, sang istri, Victoria, serta anak-anaknya,

tetap tinggal di London sehingga Becks bisa tetap memegang KTP London.

Selain itu, gajinya di PSG langsung disalurkan ke badan amal di Paris tanpa lebih dulu

mampir ke rekeningnya. Dengan demikian, Beckham bisa membuktikan bahwa ia benar-benar tidak

‘cari untung’ di Prancis.

Becks sendiri tetap mendapat bayaran dari PSG, namun jumlahnya amat kecil, yakni 2200

Euro atau sekitar 28 juta Rupiah per bulan. Ini adalah upah minimum bagi seorang pesepak bola

profesional di Prancis.

Beckham lebih baik memilih mengorbankan penghasilan total 4 juta Euro selama lima bulan

di PSG daripada penghasilan totalnya, yang tahun lalu mencapai 30 juta Euro (390,5 miliar Rupiah)

per tahun dibebani pajak hingga 22,5 juta Euro (292 miliar Rupiah).

Kebijakan sang presiden ini dikecam perdana menteri Prancis, Gerald Darmanin. Menurutnya,

niat pemerintah untuk meraup pemasukan justru akan membuat sumber-sumber pemasukan dari

sektor pajak mereka menjauh.

“Saya lebih suka menarik 50 persen dari banyak wajib pajak, ketimbang 75 persen dari tak

satupun orang,” keluhnya.

Page 16: Makalah Pajak Internasional

Total kekayaan pemain berusia 37 tahun itu mencapai 234,6 juta Euro atau sekitar 3 triliun

Rupiah

KASUS 2

http://sport.detik.com/sepakbola/read/2013/09/27/173704/2371736/75/messi-dan-ayahnya-ikuti-

sidang-penggelapan-pajak

Messi dan Ayahnya Ikuti Sidang Penggelapan Pajak

Jumat, 27/09/2013 17:37 WIB

Femidiah - detikSport

Barcelona - Kasus dugaan penggelapan pajak Jorge dan Lionel Messiberlanjut. Ayah dan

anak itu dimintai keterangan pada sidang tertutup di Gava, tak jauh dari Barcelona.

Messi, pemilik empat gelar pemain terbaik dunia, dituduh menipu pemerintah Spanyol lebih

dari 4 juta euro atau setara Rp 61,87 miliar. Sebelumnya pemain berusia 26 tahun dan ayahnya,

Jorge, dituduh mengisi laporan pajak palsu selama 2007-2010 dan nilainya mencapai 4 juta euro.

Messi juga dituduh menghindari kewajiban pajak dengan menggunakan perusahaan fiktif di

Belize dan Uruguay untuk menjual hak penggunaan citra dirinya, seperti dengan

produk Banco Sabadell, Danone, Adidas, Pepsi-Cola,Proctor and Gamble, dan the Kuwait Food

Company.

Kedua terdakwa itu bukannya mengemplang pajak sepenuhnya. Pada Agustus lalu mereka

membayar 5 juta euro (sekitar Rp 77,34 miliar) kepada otoritas pajak, Nah, jika dihitung-hitung

kekurangan pajak mencapai 4 juta euro itu ditambah bunganya.

Pendapatan bersih Messi di Barcelona mencapai 16 juta euro setahun. Itu belum termasuk dari

sponsor komersial yang mengikatnya. Pada persidangan awa hari Jumat (27/9) ini, Jorge dipanggil

ke dalam ruangan lebih dahulu. Messi dijadwalkan satu jam kemudian. "Saya tidak khawatir. Saya

selalu ada menyelesaikan sesuai kewajiban, begitu pula ayah saya," kata Messi kepada BBC. 

"Kami punya pengacara dan penasehat yang akan menyelesaikan semuanya. Kami percaya

kepada kerja mereka dan mereka akan memberikan solusi," sambungnya.

KASUS 3

http://nasional.kontan.co.id/news/aset-rahasia-9-keluarga-terkaya-indonesia

PENYIMPAN ASET DI NEGERI TAX HAVEN :

Aset Rahasia 9 Keluarga Terkaya Indonesia

Kamis, 11 April 2013 | 13:24 WIB

JAKARTA. Sembilan dari sebelas keluarga terkaya di Indonesia menempatkan aset di

kawasan tax haven. Dokumen yang bocor kepada International Consortium of Investigative

Page 17: Makalah Pajak Internasional

Journalists (ICIJ) menemukan bahwa mereka mendirikan lebih dari 190 perusahaan dan pengelola

dana offshore di sini.

Enam dari sembilan taipan kondang nusantara itu pernah menjalin hubungan dekat dengan

keluarga Soeharto. Nama-nama mereka tercatat di antara 2.500 nama orang Indonesia yang

ditemnukan di dokumen-dokumen penyedia jasa offshore Singapura, Portcullis TrustNet. 

Tak ada bukti bahwa aset dan perusahaan itu ilegal. Tapi tak menutup kemungkinan ini masuk

dalam masalah perusahaan offshore dan akunbank offshore rahasia yang digunakan untuk

menghindari pajak.

Menurut laporan Global Financial Interity, lembaga riset asal Washington, Indonesia telah

kehilangan US$ 10 miliar lebih dalam pelarian dana gelap, termasuk penghindaran pajak, selama

tahun 2001-2010. Indonesia berada di ranking ke-9 di antara 150 negara yang duitnya paling banyak

menguap ke kawasan tax haven.

Meskipun begitu, adapula perusahaan offshore yang legal. Penyedia jasa TrustNet melayani

perusahaan dan individu yang hendak mendiversifikasi investasi, bisnis, dan mencari rekanan lintas

batas politik. Mereka juga membantu individu yang ingin tinggal di beberapa negara sekaligus. 

Akan tetapi, dokumen yang dianalisis ICIJ menunjukkan bahwa para taipan itu berupaya agar

tetap anonim di dunia offshore. Keluarga Riady dari Grup Lippo memiliki sediktinya 11 perusahaan

offshore dan pengelola dana (trust). TrustNet menamai Lippo sebagai 'Klien A' dalam

korespondensi internal mereka.

Rekaman data menyatakan bahwa, "klien tak ingin terlihat bertransaksioffshore." Agen

mereka Gary Phair memerintahkan staf TrustNet untuk menghapus 'referensi apapun untuk Grup

Lippo' dari semua alamat kontak di catatan Klien A. Phair juga meminta namanya tak dimasukkan

dalam invoice.

Kepulauan Cook di Pasifik Selatan telah menjadi pilihan tujuan Keluarga bagi banyak entitas

perusahaan offshore keluarga Riyadi. Dokumen menyatakan bahwa ini dilakukan dari tahun 1989

sampai setidaknya tahun 2009. Jurubicara Stephen Riyadi mengatakan, tidak ada dana ilegal atau

tidak layak di kawasan tax haven itu.

Selain Lippo, nama keluarga Sampoerna juga terungkap memiliki dana di Kepulauan Cook.

Jika Anda masih ingat, pada 18 Mei 2005, Phillip Morris International membeli saham perusahaan

rokok Sampoerna senilai US$ 2 miliar. Nah, dua minggu setelahnya, TrustNet mendirikan sebuah

pengelola dana offshore bernama Strong Castle Trust di Kepulauan Cook. Sulistiani Sampoerna

tercatat dalam dokumen Trustnet sebagai 'trust settlor'. Kemungkinan ini menunjukkan bahwa uang

di dalam dana kelolaan trust itu merupakan uangnya. Sulistiani merupakan saudara perempuan

almarhum Boedi Sampoerna. Ia tak merespon pertanyaan dari ICIJ soal ini.

Dua taipan rokok yang juga disebut memiliki sejumlah perusahaan offshore. Mereka adalah

Susilo Wonowidjojo, Presiden Direktur PT Gudang Garam Tbk, dan Peter Sondakh dari Grup

Rajawali yang memiliki Bentoel.

Empat taipan lagi yang masuk daftar adalah Eka Tjipta Widjaja, keluarga Salim, Sukanto

Tanoto, dan Prajogo Pangestu. Mereka memiliki sekitar 140 perusahaan offshore yang sebagian

besar bermarkas di British Virgin Islands.

Page 18: Makalah Pajak Internasional

Pengusaha kesembilan adalah Marimutu Sinivasan. Pada akhir tahun 1997, pegawai TrustNet

Stephen Breed datang ke Jakarta untuk bertemu pimpinan Texmaco itu. Saat itu Indonesia

memasuki krisis. Sinivasan yang dekat dengan Soeharto, telah memperoleh pinjaman US$ 2,2

miliar dari bank dan lembaga pemerintah untuk Texmaco. 

Pada 4 April 1997, TrustNet mendirikan perusahaan offshore di Kepulauan Cook bernama

Pipeline Trust Company Limited. Pada 13 Agustus 1997, TrustNet mentransfer saham-saham

perusahaan itu menjadi atas nama Sinivasan.

Sinivasan menjadi satu-satunya pemegang saham. Namun Pipeline menggunakan anak usaha

TrustNew Directcorp dan Secorp sebagai direktur dan sekretarisnya. Kemudian TrustNet mengirimi

Sinivasan dokumen surat kuasa pada 11 Desember 1997. Dengan dokumen ini, Sinivasan bisa

membuka rekening bank dan mentransfer dana dari dan ke dalam rekening atas nama perusahaan

itu. Sinivasan masih belum bisa dikonfirmasi soal ini.

Aliran dana lingkaran penguasa 

Tak hanya pengusaha yang dekat dengan Soeharto yang punya aset offshore, tapi juga mereka

yang berhubungan langsung dengan mantan presiden yang lengser keprabon pada 21 Mei 1998 itu. 

Pada September 1998, Trustnet mendirikan perusahaan offshore rahasia bernama Pico

Trading Limited. Tak ada satu pun nama direktur maupun pemilik yang tercatat. Namun data

invoice memperlihatkan lusinan pembayaran, sebagian besar berjumlah puluhan ribu dollar AS per

transaksi, dari rekening bank Pico Trading. 

Lebih dari US$ 30.000 dikirim ke seseorang yang disebut Yanti Rukmana. Nama ini mirip

nama asli Mbak Tutut alias Siti Hardiyanti Rukmana. Namun memang tak ada dokumen yang

menunjukkan bahwa memang benar itu Tutut.

Dokumen yang diperoleh ICIJ juga menunjukkan bahwa putra mantan presiden BJ Habibie

juga menggunakan perusahaan offshore. Anak bungsu Habibie, Thareq Kemal Habibie, adalah

salah satu di antara mereka yang bergegas membuka perusahaan offshore di tahun 1998.

Ia mendirikan dua perusahaan British Virgin Islands di beberapa minggu terakhir sebelum

Soeharto mundur. Satu dekade kemudian, Ilham Habibie juga secara pribadi mengorganisir

setidaknya tujuh perusahaan TrustNet sebagai basis offshore dari sejumlah perusahaannya di

Indonesia. Perusahaan itu di antaranya adalah perusahaan tambang. Ilham juga tak menanggapi

konfirmasi soal ini.

KASUS 4

http://cetak.kompas.com/read/2013/04/08/02551962/terungkapnya.para.pemilik.rekening.rahasia

 

PENGGELAPAN PAJAK

Terungkapnya Para Pemilik Rekening Rahasia

Senin, 08 April 2013

Jutaan e-mail dan catatan-catatan rekening di negara-negara surga pajak bocor. Identitas

pemilik rekening pun bertebaran. Di dalamnya termasuk keluarga Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev

Page 19: Makalah Pajak Internasional

hingga Jean-Jacques Augier, kepala bagian pendanaan kampanye Presiden Perancis Francois

Hollande.

 Berita-berita ini muncul di harian Inggris, The Guardian, dan surat kabar Perancis, Le

Monde, Kamis (4/4). Hollande tambah tertekan karena sudah mati-matian membela mantan Menteri

Anggaran Jerome Cahuzac, yang sempat menangani penggelapan pajak. Ironinya, Cahuzac malah

memiliki rekening rahasia yang dipindahkan dari Bank UBS (Swiss) ke Singapura.

Data rekening rahasia tersebut pada umumnya bocor dari negara-negara surga penggelapan

pajak, seperti Kepulauan Virgin Britania Raya (BVI) dan Kepulauan Cayman. Ini adalah hasil

investigasi lembaga International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ) yang berbasis di

Washington DC, AS.

Menurut The Guardian, di permukaan tidak ada nama individu yang berperilaku melanggar

hukum karena menyimpan uang di negara-negara surga pajak itu dilindungi hukum. Meskipun

demikian, tetap ada potensi masalah.

Para individu itu memiliki rekening di negara-negara bebas pajak yang memiliki kerahasiaan

ketat soal rekening. Ini memungkinkan aksi penggelapan pajak dan menyulitkan pengusutan sumber

dana.

Global Witness, organisasi advokasi transparansi, meminta G-8 menyerukan agar semua data

itu dipublikasikan.

”Perusahaan dengan rekening rahasia memungkinkan aksi korupsi, pencurian uang negara,

dan pelaksanaan kontrak bisnis yang merugikan keuangan negara serta di sisi lain bisa

mengabadikan kemiskinan,” kata juru bicara (jubir) Global Witness, Stuart McWilliam.

Nama-nama terkenal

Beberapa nama terkenal yang terungkap memiliki rekening rahasia di negara-negara surga

pajak itu, antara lain, Maria Imelda Marcos Manotoc, seorang gubernur di Filipina dan putri tertua

mantan Presiden Ferdinand E Marcos.

Seorang anggota keluarga Kerajaan Spanyol, Carmen Thyssen-Bornemisza, yang juga

kolektor barang berharga, juga termasuk dalam bocoran. Ada juga rekening milik lebih dari 4.000

warga AS. Informasi lain menunjukkan, ada tiga perusahaan didirikan di BVI tahun 2008 atas nama

dua putri Presiden Azerbaijan, Arzu dan Leyla. Belum ada pihak-pihak dari nama-nama itu yang

berkomentar.

Augier, yang mengontrol dana kampanye Hollande, disebutkan memegang saham di dua

perusahaan yang terdaftar di Cayman, termasuk sebuah perusahaan distributor di China. Augier

mengatakan, tidak ada yang ilegal soal rekening itu. Namun, muncul pertanyaan mengapa ia harus

menabung di Cayman.

Kasus lain yang dikutip The Guardian adalah istri Wakil Perdana Menteri Rusia Igor

Shuvalov, Olga Shuvalova, yang dikenal sebagai perempuan pengusaha yang dekat dengan Presiden

Vladimir Putin. Shuvalov diketahui mendirikan beberapa perusahaan di negara-negara bebas pajak.

Ini mencuatkan nuansa penyalahgunaan kekuasaan di Rusia yang dikenal kaya migas.

Page 20: Makalah Pajak Internasional

Tony Merchant, pengacara Kanada, memiliki setidaknya 1,7 juta dollar Kanada di Kepulauan

Cook mulai tahun 1998. Menjadi pertanyaan, mengapa pengacara dan suami senator itu harus

menyimpan uang di negara surga pajak.

ICIJ memulai kerja investigasi soal rekening rahasia ini setelah mendapatkan paket data

korporasi akibat skandal Firepower Australia, kasus yang melibatkan penipuan di negara surga

pajak.

Reaksi bermunculan setelah bocoran ini beredar. Komisi Uni Eropa (UE) langsung

menyerukan agar negara-negara UE lebih cermat mendalami penggelapan pajak karena penipuan ini

merugikan negara triliunan dollar AS per tahun.

”Bagi komisi, tak ada kekecualian soal pengusutan penggelapan pajak,” kata jubir Presiden

Komisi UE, Olivier Bailly.

Di tengah kemelut negara bangkrut yang menyebabkan kesengsaraan warga di UE dan AS,

ada kekayaan yang tersimpan rapi di negara-negara surga pajak. (AFP/mon).

KASUS 5

http://sport.detik.com/aboutthegame/read/2013/11/29/092643/2427072/1497/2/para-penghindar-

pajak-di-lapangan-hijau

Para Penghindar Pajak di Lapangan Hijau

Jumat, 29/11/2013 09:51 WIB

SyaharAliyasa - detikSport

Tak ada yang pasti di dunia ini, kecuali kematian dan pajak. Demikian pikiran yang pernah

dilontarkan oleh Benjamin Franklin dan Daniel Defoe. Menurut mereka, seorang manusia tidak

mungkin menghindari kematian sebagaimana ia juga tak mungkin mengelak dari beban pajaknya

semasa hidup. Tapi mungkin saja mereka berdua tidak kenal klub-klub dan para pemain sepakbola.

Dari kasus yang melibatkan Presiden Bayern Munich, Uli Hoeness, terkuak bahwa isu

penggelapan pajak memang telah menjadi hal yang lazim dalam dunia sepakbola. Mulai dari

pemain, pelatih hingga klub terkadang dengan secerdik mungkin menghindari kewajibannya itu.

Umumnya ini terjadi karena besarnya beban yang harus dibayarkan. Dengan tingginya gaji

yang diterima oleh para pelaku sepakbola, tentu pajaknya pun akan tinggi nilainya. Well, siapa yang

rela berpisah dengan pundi-pundi uangnya, bukan?

Sama halnya seperti organisasi ataupun perusahaan, pemain dan pelatih tentunya

mengharapkan laba maksimal dari penghasilan mereka. Adanya anggapan bahwa pajak merupakan

suatu beban juga turut menyebabkan isu ini tak pernah lepas dari sepakbola.

Oleh karena itulah, terkadang pajak sampai mendikte nasib para pesepakbola. Pemain

seperti David Beckham atau Xabi Alonso akan melihat besaran penghasilan setelah pajak yang akan

didapatkan, ketika hendak memutuskan hengkang dari klub asalnya. Juga dengan beberapa aktor

dalam lapangan hijau seperti Lionel Messi, Wayne Rooney, Ashley Cole. Bahkan, hingga klub

sekaliber Real Madrid dan Barcelona pun ingin menghindari pajak yang tinggi.

Page 21: Makalah Pajak Internasional

Maka, tidak heran jika mereka yang terlibat dalam industri sepakbola menggunakan jasa

konsultan pajak. Dengan teliti mereka merancang skema untuk meminimalisir kewajiban pajaknya.

Saking cerdiknya, beberapa perencanaan pajak yang telah "dikutak-katik" itu mungkin dapat

dikatakan disusun secara jujur dan sah. Akan tetapi, selalu saja terdapat pelanggaran. Terlebih jika

perencanaan tersebut dilakukan dengan melanggar etika dan undang-undang yang berlaku.

Ilmu perpajakan sendiri mengenal bahwa penggelapan pajak merupakan bagian dari tax

evasion, atau suatu upaya untuk menguntungkan organisasi dengan mengurangi beban pajak. Akan

tetapi, terdapat pelanggaran yang diterapkan dalam upaya tersebut. Karenanya penggelapan pajak

merupakan suatu tindak pidana.

Penggelapan Pajak dari Hasil Image Rights

Pada lingkup pemain, contoh kasus pajak yang populer adalah yang menimpa Lionel Messi.

Sebagaimana diketahui, pemain terbaik dunia 3 kali berturut-turut ini, di luar dari penghasilannya

sebagai pemain, memiliki suntikan dana segar dari penjualan image rights. Pemasukan dari image

rights inilah yang berusaha disembunyikan Messi dengan cara mengalirkan arus kas kepada suatu

perusahaan.

Melalui skema membentuk perusahaan non-residen, para pesepakbola dapat mengakui

pendapatan image rights sebagai dividen perusahaannya. Dengan cara ini, pemain dapat menghindar

dari pajak yang dibebankan. Ini karena umumnya aturan pajak tidak mengakui dividen dari

perusahaan non-residen sebagai objek pajak.

Perusahaan non-residen hanya dikenakan tarif pajak penghasilan atas aktivitas perusahaan.

Nilai tarif pajaknya pun lebih kecil jika dibandingkan dengan pajak penghasilan atas

individual/pribadi. Dengan cara tersebut, tentunya beban pajak yang dibayarkan akan berkurang

nilainya, jika dibandingkan mengalirkan kas langsung ke saku pribadi Messi.

Satu kesalahan Messi yang menjadikan dirinya harus terlibat dengan otoritas pajak adalah ia

menyembunyikan pemasukannya dari beberapa perusahaan yang ia miliki di Uruguay,

Swiss, Belize, dan Inggris.

Di Inggris sendiri pajak perusahaan pribadi hanya dikenai tarif pajak sebesar 28%, jauh

berbeda dengan pajak penghasilan pribadi (individual) yang mencapai 50%. Ini

menyebabkan Wayne Rooney, Theo Walcott, Gareth Barry, dan beberapa pemain Inggris lainnya

coba mengakali hal ini.

Dengan skema yang kompleks dalam perencanaan pajak ini, mereka dapat menghemat

sebesar 2% dari pajak yang dikenakan. Rooney, yang menggunakan jasa konsultan pajak, bahkan

mampu menghemat pengeluaran atas beban pajaknya hingga 600 ribu pounds pada tahun 2010 dan

2011.

Prihal penghematan pengeluaran pajak ini, the Sunday Times pernah melakukan investigasi.

Mereka berhasil menemukan bahwa beberapa pesepakbola mampu menghemat pengeluaran

pajaknya sebesar 2%, sebanyak 55 pemain lainnya juga mampu mengirit pembayaran pajak hingga

sebesar 22%.

Page 22: Makalah Pajak Internasional

Bahkan, baru-baru ini Manuel Pellegrini dapat dikatakan melakukan penghindaran pajak yang

lebih ekstrim. Melalui metode skema perencanaan pajak yang sama, Pellegrini mengalokasikan

20% pendapatannya ke dalamimage rights. Dengan adanya aturan perpajakan yang baru di

Pulau Guernsey, Pellegrini pun membangun perusahaan image rights di daerah tersebut.

Guernsey sendiri akan memberikan manfaat pajak maksimum bagi perusahaan yang berada

pada wilayah tersebut. Terlebih lagi, selama objek pajak bukan penduduk Guernsey, maka

pendapatan tidak akan dikenankan berbagai pajak, seperti pajak penghasilan, pajak daerah, pajak

warisan dan pajak kematian lainnya, PPN, pajak barang dan jasa, pajak tidak langsung dan transfer

modal.

Ditambah lagi pajak korporasi di Guernsey ada pada tingkat nol persen. Bandingkan jika

Pellegrini membangun perusahaan di Manchester. Ia tentu tak mampu menghemat 50% dari beban

pajak penghasilannya.

Pengaruh Pajak dalam Menentukan Klub

Selain menggunakan image rights untuk menghindari pajak, cukup banyak pemain yang

melihat tarif pajak di suatu negara ketika memutuskan untuk pindah klub. Perpindahan Cristiano

Ronaldo, dari Manchester United menuju Real Madrid, jadi salah satu kasus yang lazim dijadikan

contoh tentang pengaruh pajak dalam menentukan klub.

Kronologisnya, pada tahun 2009 adanya aturan Beckham Law yang berlaku di Spanyol turut

mendasari perpindahan Ronaldo ke Real Madrid. Dengan adanya Beckham Law, Ronaldo sendiri

hanya cukup dikenakan tarif pajak sebesar 24% dari laba yang ia dapatkan. Berbeda sekali kala

dengan berkarier di Inggris, yang akan dikenakan tarif hingga sebesar 50%.

Berbeda dengan Ronaldo, Guus Hiddink yang sempat terlibat kasus penggelapan pajak

memilih Anzhi Makachkala dalam meneruskan karier kepelatihannya. Ini karena pajak yang

dibebankan kepada mantan pelatih PSV Eindhoven tersebut akan ditanggung oleh pihak klub.

Hiddink yang awalnya meminta gaji 15 juta euro per musim langsung mengubah pikirannya.

Ia menerima tawaran gaji bersih setelah pajak sebesar 10 juta euro.

Dari Penghasilan dan Jual Beli Pemain

Dalam skala klub, boleh dikatakan pajak memiliki beban yang kecil, terlebih jika

dibandingkan dengan beban gaji pemain. Akan tetapi, di tengah gencarnya usaha klub dalam meraih

pendapatan dan mencari laba semaksimal mungkin, faktor beban pajak cukup menjadi pengganjal

dalam kinerja laporan keuangansuatu klub.

Bagi beberapa klub yang tidak menghasilkan laba, tentu beban pajak sendiri tidak akan terlalu

berpengaruh. Ini karena pajak tidak akan dipungut apabila perusahaan tidak mendapatkan laba pada

periode laporan keuangan tertentu.

Namun, akan berbeda sekali dengan kondisi klub yang sedang dililit utang. Laba maksimal

tanpa beban pajak tentunya dapat dialokasikan guna membayar utang yang menumpuk.

Sebagaimana halnya yang berlaku pada Manchester United.

Page 23: Makalah Pajak Internasional

United mampu membayar hutang Glazer sebesar 48 juta pounds pada musim 2012-2013, dari

laba kotor yang mencapai angka 146 juta pounds. Angka tersebut merupakan porsi kedua terbesar

untuk beban pengeluaran di bawah finance cost senilai 71 juta pounds. Executive Vice

Chairman Manchester United Edward Woodward pun berujar, "Kami sangat bangga dengan hasil

kami pada tahun fiskal 2013." Namun, dapat dikatakan, hasil tersebut tak lepas dari cara United

untuk menghindari pajak.

Selain dengan melakukan Initial Public Offering, Manchester United mampu memaksimalkan

laba karena rendahnya beban pajak karena terdaftar di Kepulauan Cayman. Area ini masih

merupakan bagian dari teritori Britania Raya, dan berada pada wilayah barat, Laut Karibia. Dengan

memanfaatkan kebijakantax haven di Kepulauan Cayman, tentu United mampu melakukan

penghematan pajak.

Tak hanya menyangkut penghasilan, pajak juga harus dibayarkan dengan klub berkaitan

dengan proses jual-beli pemain. Setidaknya itu yang dirasakan Paris Saint-Germain terkait akan

aturan pembebanan tarif pajak sebesar 75% bagi pesepakbola yang mendapatkan gaji di atas 1,35

juta euro.

Bagi PSG sendiri, dengan adanya 10 pemainnya yang menerima gaji di atas 1 juta euro,

tentunya pengeluaran klub akan membesar. Apalagi ini dikarenakan pemain meminta penghasilan

bersih tanpa pajak dari klub. Bahkan, menurut sumber dari Paris Saint-Germain sendiri,

pengeluaran klub diestimasi membengkak hingga 30%, apabila tarif pajak yang baru akan

dikenakan.

Jelas suatu hal yang tak adil bagi Paris Saint-Germain. Apalagi, AS Monaco, yang notabene

merupakan klub saingan PSG dalam kompetisi Ligue 1, mendapatkan kompensasi yang berbeda.

Sebagaimana telah banyak diketahui, Monaco membebankan tarif pajak yang kecil karena sistem

kekerajaan yang berbeda dengan daerah Prancis lainnya.

Penghindaran Pajak Dalam Usaha Membantu Klub

Apabila menyinggung Real Madrid dan Barcelona dalam kasus penghindaran pajak, tidak

selamanya kasus ini semata-mata hanya menguntungkan pihak pemerintah saja. Dalam kasus ini,

kubu kerajaan Spanyol yang diwakili oleh Madrid dan kubu Catalunya yang diwakilkan oleh

Barcelona, dapat dikatakan memberikan keringanan atas beban pajak yang dikenakan kepada kedua

klub.

Dengan bentuk badan usaha sebagai yayasan, sebagaimana organisasi nirlaba pada umumnya,

tentu pemerintah tidak akan memberikan tarif beban pajak yang terlampau tinggi. Di Spanyol

sendiri, ada Real Madrid, Athletic Bilbao, Osasuna dan Barcelona yang berada pada jalur ini.

Semua semata-mata dilakukan demi mendukung kegiatan klubnya. Karena umumnya, selain

sebagai sarana hiburan bagi masyarakat kelas pekerja, sepakbola di Spanyol merupakan suatu

simbol perlawanan atas kerajaan ibu kota.

Didasari hal itu, klub yang merupakan simbol perlawanan atas kerajaan Madrid diberikan

keringanan khusus dalam beban pajak, agar klub dapat meningkatkan daya saing dengan

memperkuat sektor perekonomian.

Page 24: Makalah Pajak Internasional

Sepakbola memang tidak pernah dapat dilepaskan dari urusan sepakbola. Terlebih kini

sepakbola telah menjadi ladang bisnis yang cukup menjanjikan bagi para investor. Dan ketika ada

aktivitas bisnis yang menghasilkan laba, disitulah otoritas pajak akan selalu terlibat di dalamnya. 

Ketika uang dan keuntungan terlibat, maka saat itu juga skema untuk menghindari pajak akan

terjadi. Semuanya tidak dapat dihindari. Maka, boleh kiranya pameo itu diralat menjadi: Tak ada

yang pasti di dunia ini, kecuali kematian, pajak, dan pengemplang pajak.

Page 25: Makalah Pajak Internasional

C. KASUS PAJAK INTERNASIONAL WAJIB PAJAK BADAN

KASUS 1

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/11/22/0910425/

Penggelapan.Pajak.oleh.Korporasi.Multinasional.Makin.Canggih

Jumat, 22 November 2013 | 09:10 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Penggelapan pajak yang dilakukan oleh korporasi multinasional

semakin canggih dan belum banyak terjamah. Belakangan, perhatian dunia internasional semakin

menguat. Di Indonesia, indikasi masifnya persoalan penggelapan pajak tersebut sejak 2012. 

Forum Global tentang Transparansi dan Pertukaran Informasi untuk Keperluan Pajak

menggelar pertemuan keenam di Jakarta, Kamis (21/11/2013). Agendanya adalah membahas cara-

cara mempromosikan pertukaran informasi mengenai pajak guna menghindari penggelapan pajak.

Hadir dalam kesempatan itu perwakilan dari 80 negara dan 11 organisasi internasional.

Menteri Keuangan M Chatib Basri memberikan pidato kunci dalam pembukaan. Selanjutnya,

Ketua Forum Global tentang Transparansi dan Pertukaran Informasi untuk Keperluan Pajak Kosie

Louw memberikan sambutan.

Seusai acara, Chatib menyatakan, penggelapan pajak oleh korporasi multinasional adalah

persoalan nyata di Indonesia, tetapi bukan permasalahan terbesar. Hal ini juga menjadi persoalan di

sejumlah negara.

”Inilah mengapa Indonesia menginisiasi pertemuan ini karena kami ingin mengembangkan

sistem untuk meminimalkan penggelapan pajak,” kata Chatib.

Mengingat modus penggelapan pajak lintas negara, menurut Chatib, antisipasi yang

diperlukan juga harus melibatkan kerja sama antarnegara. Namun, karena setiap negara punya

peraturan dan kedaulatan, forum kerja sama untuk berbagi informasi menjadi sangat penting.

Modus canggih

Secara terpisah, Kepala Seksi Hubungan Eksternal Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen) Chandra

Budi menegaskan, modus utama penggelapan pajak oleh korporasi multinasional adalah dengan

cara memindahkan keuntungan ke negara yang tarif pajaknya lebih rendah. Atau memindahkan

kerugian ke negara yang tarif pajaknya lebih tinggi.

Pada 2012, Indonesia terindikasi dijadikan negara yang menjadi tujuan pemindahan kerugian

perusahaan multinasional. Hal ini tampak dari 7.000 perusahaan penanaman modal asing yang

mengklaim rugi lebih dari satu tahun. Implikasinya, mereka tidak membayar Pajak Penghasilan

(PPh) badan selama periode itu. Namun, anehnya mereka terus beroperasi.

Sejauh ini, kata Chandra, Direktorat Jenderal Pajak tengah meneliti kejanggalan tersebut.

Meski demikian, hasilnya belum diketahui.

Pada 2012, Indonesia memiliki traktat pajak (tax treaty) dengan 59 negara. Dengan tax

treaty tersebut, Indonesia atau negara mitra dapat meminta informasi guna mencegah pajak

berganda atau penggelapan pajak. Bentuknya berupa audit simultan atau visiting audit.

Page 26: Makalah Pajak Internasional

Sementara itu, pertumbuhan target penerimaan pajak pada 2014 melandai. Pada tahun ini,

target pajak naik Rp 110 triliun, tumbuh 12 persen dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Namun, pada 2014, target hanya bertambah Rp 35 triliun atau tumbuh 3 persen.

Target penerimaan pajak pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014

adalah Rp 1.110,2 triliun. Penerimaan pajak dalam hal ini di luar penerimaan dari bea dan cukai.

Dibandingkan dengan APBN Perubahan (APBN-P) 2013, target pajak tahun 2014 naik Rp 35

triliun atau 3,15 persen. Ini jauh lebih rendah dari peningkatan target pajak APBN-P 2013 senilai

Rp 110 triliun, 12,4 persen lebih besar dari target APBN-P 2012.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Fuad Rahmany menyatakan,

sebaiknya Ditjen Pajak tidak bicara soal proyeksi penerimaan pajak. Alasannya, hal itu dapat

memengaruhi kinerja internal Ditjen Pajak dan respons wajib pajak.

KASUS 2

http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Artikel_Pajak_170513.pdf

Menyelisik Pajak Perusahaan Global

Oleh Anandita Budi Suryana, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak

Intensifikasi pajak dari perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) menjadi salah satu fokus

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) tahun ini.Jaringan perusahaan PMA yang ada di berbagai negara

memungkinkan terjadiinya upaya penghindaran pajak ini. Khusus Uni Eropa, penghindaran pajak

diperkirakan merugikan keuangan anggota Uni Eropa sekitar 1 triliun euro atau Rp12.000 triliun di

tahun 2012.

Pengalaman Inggris menggambarkan penghindaran pajak dilakukan dengan terstruktur.Akhir

tahun 2012, badan pajak Inggris HM Revenue and Customs (HMRC) menisik pelaporan pajak 4

perusahaan global.Kasus pertama dari franchisor kedai kopi asal Amerika Serikat (AS). Parlemen

Inggris menyoroti laporan keuangan franchisor yang menyatakan kerugian sebesar 112 juta pounds

selama 2008-2010 dan tidak membayar Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan) pada 2011. Namun,

dalam laporan ke investor, franchisor menyatakan omset selama 2008-2010 dengan nilai 1,2 miliar

pounds atau Rp18 triliun.

Modus franchisor dengan membuat laporan keuangan seolah rugi dilakukan dengan tiga cara.

Satu, membayar royalti offshore licensing atas desain, resep dan logo ke cabangnya di Belanda.

Kedua, membayar bunga utang sangat tinggi, di mana utang tersebut justru digunakan untuk

ekspansi kedai kopi di negara lain. Ketiga, dengan membeli bahan baku dari cabangnya di Swiss

walaupun pengiriman barang langsung dari negara produsen dan tidak masuk ke Swiss.

Kasus kedua, laporan pajak perusahaan internet search engine kakap berbasis di AS.

Perusahaan ini meraih untung di Inggris senilai 398 juta pounds pada 2011, tapi hanya membayar

pajak senilai 6 juta pounds. Keuntungan perusahaan cabang Inggris kemudian ditransfer ke cabang

di Irlandia, Belanda dan berakhir di Bermuda. Sebagai informasi, Bermuda adalah tax havens

country yang tidak memungut PPh Badan.

Page 27: Makalah Pajak Internasional

Kasus ketiga, pajak bonus karyawan investment banking dari AS.Agar pembayaran bonus ini

tidak terdeteksi, karyawan investment banking cabang Inggris diminta mengajukan permohonan

pinjaman lunak ke investment banking cabang AS.Dengan dalih pinjaman lunak, karyawan

investment banking cabang Inggris tidak harus membayar pajak penghasilan. Atas kecurangan ini,

investment banking cabang Inggris harus membayar denda 500 juta pounds atau Rp7,5 trilun.

Kasus keempat, skandal bunga pinjaman Perusahaan Air Minum swasta Inggris. Perusahaan

ini meminjam dari induknya di Hongkong yang mengeluarkan Eurobond melalui tax havens

countries di Channel Islands dan Cayman Island. Anak usaha di Inggris meminjam dari induknya

lebih dari 1 miliar pounds atau Rp15 triliun dengan suku bunga 11 persen atau sekitar Rp1,65 triliun

per tahun.

Menurut aturan Inggris, pembayaran bunga ke luar negeri dipotong pajak 20 persen, kecuali

pinjaman obligasi Eurobond. Dengan meminjam Eurobond di Channel Islands dan Cayman Island,

PAM swasta “menghemat” pajak bunga pinjaman 20 persen dari Rp1,65 triliun atau sekitar Rp330

miliar (setara 22 juta pounds). Padahal secara akumulasi, pembayaran bunga pinjaman setahun

adalah sebesar 2,1 miliar pounds. Dengan pajak bunga 20 persen, kerugian Inggris dari

penghindaran pajak bunga senilai 420 juta pounds atau sekitar Rp6,3 triliun. Penghindaran pajak

lazim dilakukan perusahaan global dengan cabang di berbagai negara.Modusnya usang tapi selalu

berhasil.Dari berbagai kasus di atas, dapat dilihat ada beberapa modus yang biasanya dilakukan

PMA-PMA “nakal” untuk mengelabui pajak. Pertama, pembayaran biaya manajemen royalti atas

HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) atas logo dan merek kepada perusahaan induk.

Peningkatan royalti akan meningkatkan biaya yang pada akhirnya mengurangi laba bersih sehingga

PPh Badan juga turun. Jika tarif tax treaty untuk pajak royalti hanya 10 persen dan tarif PPh badan

adalah 25 persen,maka Indonesia kehilangan 15 persen PPh.

Modus kedua, pembelian bahan baku dari perusahaan satu grup. Pembelian bahan baku

dilakukan dengan harga mahal dari perusahaan satu grup yang berdiri di negara bertarif pajak

rendah.

Modus ketiga, berhutang atau menjual obligasi kepada afiliasi perusahaan induk dan

membayar kembali cicilan dengan bunga sangat tinggi.Tingkat suku bunga tinggi ini adalah dividen

terselubung ke perusahaan induk.

Modus keempat, menggeser biaya usaha (termasuk gaji pegawai headquarters) ke negara

bertarif pajak tinggi (cost center) seperti Inggris dan mengalihkan profit ke negara bertarif pajak

rendah (profit center) seperti Bermuda.Dengan demikian keuntungan perusahaan terlihat kecil dan

tidak perlu membayar pajak korporasi.

Modus kelima, menarik dividen lebih besar dengan menyamarkan biaya royalti dan jasa

manajemen untuk menghindari pajak korporasi.Modus terakhir dengan mengecilkan omset

penjualan.Perusahaan menjual rugi barang ke cabang perusahaan di negara bertarif pajak rendah,

sehingga penjualan ekspor terlihat merugi.Kemudian dari cabang tersebut, barang dijual dengan

harga normal ke konsumen akhir.

Bagaimana di Indonesia? Peningkatan pembayaran royalti ke perusahaan induk (parent

company) berpotensi mengurangi PPh Badan yang harus dibayar perusahaan. Dari laporan

Page 28: Makalah Pajak Internasional

keuangan di BEI, sebuah perusahaan consumer goods harus membayar royalti kepada holding

company di Belanda dari mencapai 5 - 8 persen mulai tahun 2013-2015, di mana meningkat dari 3,5

persen. jika dihitung, asumsi omset tahun 2013-2015 consumer goods tersebut stagnan di angka

Rp27 triliun, dengan kenaikan royalti dari 3,5 persen menjadi 8 persen. Ini berarti ada kenaikan

royalti sebesar 4,5 persen yang dikalikan Rp27 triliun atau sekitar Rp1,215 triliun. Sehingga,

potensial loss PPh Badan tahun 2015 adalah sebesar Rp1,215 triliun dikalikan 25 persen atau sekiar

Rp303 miliar.

Hal ini menurut aturan adalah legal namun kurang adil jika dilihat dari sisi pajak bagi negara

sumber penghasilan, karena 8 persen harga produk dibayar rakyat Indonesia lari ke royalti holding

company.Apakah ada penghindaran pajak di Indonesia?Sangat mungkin, karena banyak perusahaan

global yang juga beroperasi di Indonesia.

Upaya membuktikan penghindaran pajak tidak mudah, namun ada upaya yang bisa

dicoba.Pertama adalah dengan benchmarking kewajaran nilai biaya beban umum seperti royalti

offshore licensing dan jasa manajemen. Apakah ada perbedaan tarif jasa manajemen dan royalti

antara Indonesia dengan negara lain untuk perusahaan yang sama? Perusahaan consumer goods di

India hanya membayar royalty 1,4 sampai 3,15 persen di tahun 2018, sementara di Indonesia antara

5-8 persen. Biaya royalti dan jasa manajemen yang tinggi bisa dianggap sebagai dividen, selain

tentunya merugikan investor minoritas.

Kedua, perlu ada aturan pencabutan ijin suatu usaha PMA jika dalam waktu sekian tahun

mendapat rugi secara terus menerus tapi tatap beroperasi. Ketiga adalah meninjau ulang Perjanjian

Perhindaran Pajak Berganda (P3B) dengan negara-negara tempat domisili holding company yang

memiliki anak usaha di Indonesia, seperti Singapura, Jepang, Korea, Cina dan Negara Eropa.

Keempat, perlu adanya kesepakatan pertukaran data keuangan perbankan dengan negara anggota

OECD, untuk mengejar data keuangan para penghindar pajak, seperti yang dilakukan parlemen Uni

Eropa.Kelima adalah dengan melakukan pembatasan tarif bunga pinjaman ke perusahaan induk.

KASUS 3

http://www.aktual.co/teknoget/192309perusahaan-it-kelas-dunia-yang-punya-utang-pajak-

miliaran-dolar

Perusahaan IT Kelas Dunia yang Punya Utang Pajak Miliaran Dolar

Onic Metheany - Selasa, 28-05-2013 08:25

Jakarta, Aktual.co — Pemimpin Eropa baru-baru ini bertemu untuk membahas kebijakan

pajak dan khususnya keprihatinan mereka atas sejumlah perusahaan internasional yang

memiliki profit tinggi telah berhasil menyampingkan pembayaran pajak, padahal pendapatan yang

dihasilkan perusahan ini cukup diperhitungkan di Eropa.

Berikut adalah beberapa perusahaan IT yang pembayaran pajaknya rendah, seperti yang

dilansir dalam Times Of India :

Page 29: Makalah Pajak Internasional

Apple

Sebuah penyelidikan yang dilakukan oleh Senat AmerikaSerikat (AS) menunjukkan bahwa

pembuat iPhone dan iPad ini telah membayar hanya 2 persen pajak dari penghasilan sebesar USD74

miliar selama tiga tahun terakhir, sebagian besar dengan memanfaatkan celah yang tidak biasa

dalam kode pajak Irlandia.

Irlandia mengatakan, pihaknya tidak bisa disalahkan, dan Apple telah membela praktek

yang legal. Tapi, laporan senat telah menambah kehebohan sekitarnya, penghindaran pajak oleh

perusahaan-perusahaan besar.

Google

Meskipun menghasilkan USD18 miliar pendapatan di Inggris pada periode 2006 sampai 2011,

internet raksasa berbasis pencarian ini hanya menyetor USD16 juta dalam bentuk pajak kepada

pemerintah Inggris. Google mengatakan, tidak memiliki keberadaan yang berarti dalam penjualan di

Inggris dan karena itu tidak dapat dianggap seperti penduduk lainnya untuk tujuan perpajakan,

sehingga menurunkan kewajibannya untuk bayar pajak.

Sebuah penyelidikan oleh Reuters telah menunjukkan bahwa sekitar 1.300 orang yang

dipekerjakan oleh Google UK Ltd., terlibat dalam kegiatan penjualan dan pemasaran, tetapi Google

mengatakan mempekerjakan orang-orang dengan latar belakang penjualan, bahkan jika mereka

tidak terlibat langsung dalam penjualan tersebut.

Parlemen Inggris telah memanggil eksekutif Google sebelum sidang untuk mencoba

memahami lebih lanjut tentang kegiatan yang dilakukan oleh Google.

Amazon

Perusahaan ritel internet sebagian besar beroperasi di Eropa dari Luksemburg, yang

memungkinkan untuk meminimalkan jumlah pajak itu harus membayar pada pendapatan yang

dihasilkan di negara-negara Eropa lainnya.

Tetapi mekanisme penghindaran pajak juga memungkinkan Amazon untuk secara dramatis

memotong tagihan pajak AS, investigasi oleh Reuters telah menunjukkannya, dengan perusahaan

yang membayar tingkat pajak sekitar 5,3 persen selama 5 tahun terakhir. Otoritas pajak AS telah

meminta Amazon untuk membayar kembali pajaknya sebesar USD1,5 miliar.

Vodafone

Operator telepon seluler terbesar di dunia telah berhasil secara bertahap mengurangi jumlah

pajak di Inggris selama dekade terakhir dengan menggunakan skema penghindaran hukum pajak,

termasuk mendaftarkan keuntungan di yurisdiksi lain, seperti Luksemburg.

Pemeriksaan Reuters terhadap pengajuan hukum oleh Vodafone di Eropa selama 16 tahun

terakhir menunjukkan bahwa petugas pajak Inggris sering pergi dengan tangan kosong yang

seharusnya bisa menerima sekitar 1 milliar pound  (USD1,51 milliar) dalam pendapatannya.

Page 30: Makalah Pajak Internasional

KASUS 4

http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2012/12/121203_bisnis_pajakinggris.shtml

Starbucks, Amazon Dikritik Karena Pajak

3 Desember 2012 - 18:48 WIB

Starbucks, Amazon dan Google dikritik karena tidak bayar pajak atau hanya bayar sedikit.

Parlemen Inggris mengkritik sejumlah perusahaan global, termasuk Starbucks dan Amazon,

karena hanya membayar pajak sedikit. Ketua Komisi Anggaran Umum Parlemen, Margaret Hodge,

mengatakan badan pajak dan cukai, HRMC, perlu melakukan "langkah yang lebih agresif dan tegas

untuk menghadapi penghindaran pajak."

Perusahaan multinasional tersebut dikecam karena hanya membayar pajak sedikit atau tidak

sama sekali. Mereka itu meraup hasil penjualan ratusan juta poundsterling setiap tahun. Starbucks,

misalnya, mendapatkan hasil penjualan £400 juta di Inggris tahun lalu, namun tidak membayar

pajak perusahaan sama sekali karena sebagian besar keuntungan yang didapat dikirimkan ke

perusahaan cabang di Belanda dalam bentuk royalti.

HMRC mengatakan telah meminta perusahaan internasional itu untuk membayar pajak

"berdasarkan hukum di Inggris."

'Harus bayar pajak'

"Perusahaan-perusahaan global inimendapat keuntungan di Inggris. Yang kami tekankan

adalah, bila ada aktivitas ekonomi di Inggris, dan ada keuntungan maka harus bayar pajak."

Perusahaan-perusahaan yang berkantor di Inggris disyaratkan membayar pajak perusahaan dari

keuntungan tempat perusahaan itu beroperasi.

Laporan komite parlemen itu diterbitkan setelah mendengar bukti dari para eksekutif

Starbucks, Google dan Amazon tentang jumlah pajak perusahaan yang dibayar di Inggris. Margaret

Hodge mengatakan kepada BBC pihaknya khawatir pembayaran pajak perusahaan ini menjadi

seolah "langkah sukarela" dan hal ini harus dicegah. "Perusahaan-perusahaan global ini mendapat

keuntungan di Inggris. Yang kami tekankan adalah, bila ada aktivitas ekonomi di Inggris, dan ada

keuntungan maka harus bayar pajak," kata Hodge.

Starbucks saat ini tengah mengadakan pembicaraan dengan HMRC terkait jumlah pajak yang

mereka bayar selama ini. Menteri Keuangan Inggris George Osborne akan mengumumkan dana

sebesar £154 juta untuk melacak perusahaan besar dan orang-orang kaya yang menghindari pajak.

Tambahan Artikel : http://jasaoffshore.blogspot.com/

Google pada tahun 2011 hanya membayar pajak 3,2% dari total pendapatannya, padahal

sebagian besar pendapatannya itu berasal dari Eropa, dimana rata-rata tarif pajak perusahaan di sana

adalah 26% sampai 34%. Google berhasil menghindari pajak sebesar $ 2miliar dengan mentransfer

$ 9,8miliar pendapatannya ke negara Bermuda yang bebas pajak.

Page 31: Makalah Pajak Internasional

Amazon Inggris pada tahun 2011 berhasil mendapatkan laba sebelum pajak sebesar £ 74juta,

tapi hanya membayar pajak £ 1,8juta, padahal tarif pajak di Inggris adalah sebesar 35%. Amazon

berhasil menghindari pajak di Inggris dengan menaruh kantor pusat Eropanya di negara Luxemburg

yang merupakan surga pajak.

KASUS 5

http://taxationindonesia.blogspot.com/2014/01/asian-agri-dan-ulasan-atas-putusan.html

WEDNESDAY, JANUARY 29, 2014

Asian Agri dan ulasan atas putusan Mahkamah Agung – Pajak Internasional

Putusan Mahkamah Agung yang menyatakan bahwa Asian Agriterbukti bersalah menarik

perhatian banyak orang di akhir tahun 2012 dan sampai sekarang, permasalahannya belum terbukti

karena masalah penggelapan pajak belum selesai.  Bahkan di bulan Januari 2013 ini Kejaksaan

Agung dan juga Direktorat Jenderal Pajak berusaha menagihpembayaran denda. 

Tulisan ini akan melihat putusan Mahkamah Agung No. 2239 K/PID.SUS/2012 yang selama

ini belum banyak diperhatikan untuk melihat pertimbangan yang dipakai hakim Mahkamah Agung

dalam menjatuhkan putusan tersebut.

1. Putusan dijatuhkan atas terdakwa Suwir Laut  dalam jabatannya sebagai Tax Manager dari

Asian Agri Group dan terdaftar sebagai pegawai di PT. Inti Indosawit Subur  yang sudah

menjalani penahanan sejak Desember 2010.

2. Terdakwa dinyatakan bertanggung jawab atas pelaporan pajak di beberapa Kantor Pajak dari

WP Besar hingga Kisaran. Disebutkan adanya tax planning meeting yang membahas

perencanaan untuk mengecilkan pajak. (Catatan: penulis berpendapat hal ini tidak tepat karena

tax planning tidak sama dengan tax evasion).

3. Berikut adalah hal yang dilakukan, berdasarkan dakwaan halaman 4 - 6 :

A. Rekayasa keuangan internasional, sebagaimana dikutip dibawah ini:

Rekayasa penjualan tersebut dilakukan melalui penjualan ekspor yang pengiriman barangnya

langsung ditujukan ke negara pembeli (End Buyer) tetapi dokumen keuangan yang berkaitan

dengan transaksi ekspor tersebut (Letter of Credit/LC, Invoice) dibuat seolah-olah dijual kepada

perusahaan di Hong Kong (Twin Bonus Edible Oils Ltd., Goods Fortune Oils & Fats Ltd., United

Oils & Fats Ltd., atau Ever Resources Oils & Fats Industries Ltd), kemudian dijual lagi ke

perusahaan di Macau (Global Advance Oils and Fats) atau British Virgin Island/BVI (Asian Agri

Abadi Oils and Fats Ltd.), baru selanjutnya dijuai ke End Buyer. Padahal perusahaan di Hong

Kong, Macau maupun di BVI adalah perusahaan paper company atau Special Purpose Vehide

(SPV) yang digunakan sebagai fasilitator untuk secara dokumentasi mendukung transaksi tersebut

dan sebagai tempat untuk menampung selisih harga jual.

Rekayasa penjualan produk-produk AAG ke luar negeri dengan maksud mengubah harga jual

yang seharusnya ke End Buyer diganti dengan harga yang lebih rendah (under invoicing) ke

perusahaan-perusahaan tersebut di Hong Kong sehingga keuntungan (profit) menjadi lebih rendah

Page 32: Makalah Pajak Internasional

untuk perusahaan di Indonesia. Seluruh pembuatan Invoice penjualan baik untuk perusahaan-

perusahaan yang tergabung dalam AAG maupun perusahaan di Hongkong, Macau dan BVI

dilakukan di Medan oleh karyawan AAG. Akibat transaksi penjualan ekspor dengan cara under

invoicing tersebut adalah laba yang dilaporkan oleh perusahaan di Indonesia menjadi lebih rendah

dari pada yang seharusnya sehingga pajak terutang yang dilaporkan menjadi lebih kecil dari pada

yang seharusnya ;

B. Rekayasa keuangan dalam negeri

Penggelembungan biaya lewat biaya Jakarta, biaya hedging dan biaya management fee. 

Disebutkan lebih lanjut, dalam halaman  :

BIAYA JAKARTA yaitu melakukan penggelembungan Biaya yang dibuat dengan MEMO

VOUCHER di Kantor AAG di Jakarta oleh Terdakwa. Biaya Jakarta ini tidak ada transaksi

ekoNomi yang sebenarnya dan hanya untuk menampung pengeluaran uang dari rekening

perusahaan yang tergabung dalam AAG secara tunai ke rekening perantara HAREL (Haryanto

Wisastra - Eddy Lukas) di Bank Permata Jakarta dan ELDO (Eddy Lukas - Djoko Soetanto

Oetomo) di Bank Bumi Putra Jakarta.

BIAYA HEDGING, adalah Biaya fiktif yang dilakukan dengan menciptakan rugi (loss

creating) berupa pembebanan Biaya "washout/hedging loss". Mekanismenya dilakukan dengan

cara perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam AAG seolah-olah membuat kontrak penjualan

ekspor minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm OH/CPO) ke perusahaan di Hongkong yang

penyerahan barangnya dilakukan beberapa waktu kemudian, namun sebelum jatuh tempo

penyerahan barang dilakukan pembelian kembali (washout) oleh perusahaan-perusahaan yang

tergabung dalam AAG dengan harga yang lebih tinggi. Selisih harga beli kembali dengan harga

jual dibebankan sebagai Biaya hedging loss.

BIAYA MANAJEMEN FEE, adalah Biaya fiktif yang dibebankan pada Biaya Umum dan

Adminstrasi yang pembebanannya didasarkan hanya pada kontrak semata yang dibuat antar

perusahaan dalam satu group baik yang di dalam negeri maupun di luar negeri. Tidak ada

pelaksanaan atau progress dari jasa manajemen yang diberikan atau tidak ada bentuk penyerahan

jasa manajemen dimaksud. Pembebanan yang tidak seharusnya ini merupakan penciptaan Biaya

(loss creating) dan hanya upaya memperkecil penghasilan kena pajak

C. Pelaporan keuangan

Laporan Rugi Laba dan Neraca yang diserahkan untuk pelaporan SPT Tahunan bukan laporan

yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik.  Hal ini menimbulkan kerugian yang dijelaskan

dalam tabel berisi daftar perhitungan kerugian negara.

Perbuatan Terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana berdasarkan Pasal 39

ayat (1) huruf c jo. Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang RI No. 6 Tahun 1983 tentang KUP

sebagaimana telah diubah dengan UU No. 16 Tahun 2000 jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP.

Pasal 39 ayat (1) UU KUP memberikan sanksi atas kerugian pada pendapatan negara berupa

sanksi pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda

Page 33: Makalah Pajak Internasional

paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak

4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar

Pasal 43 UU KUP menjelaskan bahwa  ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 dan

Pasal 39A, berlaku juga bagi wakil, kuasa, pegawai dari Wajib Pajak, atau pihak lain yang

menyuruh melakukan, yang turut serta melakukan, yang menganjurkan, atau yang membantu

melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.

4. Pajak Internasional

Penulis tidak dapat berkomentar tentang pembuktian atas pelaporan keuangan yang tidak

seharusnya karena itu merupakan pembuktian di persidangan di hadapan para hakim, sebagai

contoh dalam hal biaya jakarta dengan memo voucher. Demikian juga putusan ini mempunyai

pertimbangan menarik tentang mengapa sanksi pidana diterapkan dalam kasus ini dan bukan sanksi

administrasi, juga dalam hal pembuktian dimana ribuan bukti, tepatnya lebih dari 8000 dokumen,

dijadikan dasar pembuktian dalam kasus ini.  

Ada beberapa hal menarik berhubungan dengan transaksi internasional yang berhubungan

dengan pajak internasional dan dianggap sebagai pendukung penggelapan pajak seperti berikut:

-Dalam putusan tidak dijelaskan secara rinci apakah perusahaan di luar negeri seperti

perusahaan di Hong Kong, yakni Twin BonusEdible Oils Ltd atau Goods Fortune Oils & Fats

Ltd merupakan perusahaan yang memiliki hubungan istimewa.  Begitu juga dengan perusahaan di

Macau yakni Global Advance Oils and Fatsserta perusahaan di British Virgin Island yakni  Asian

Agri Abadi Oils and Fats Ltd tidak dijelaskan apakah mereka merupakan perusahaan yang memiliki

hubungan istimewa sesuai Pasal 18(2) Undang-Undang No 36 tahun 2008 tentang Pajak

Penghasilan meskipun dari perusahaan yang disebut terakhir dapat diperkirakan merupakan

perusahaan terkait karena nama Asian Agri.  

Dalam dakwaan disebutkan bahwa perusahaan tersebut merupakan SPV dan melakukan under

invoicing.

-Jika perusahaan tersebut merupakan perusahaan terkait apakah hal sebaiknya peraturan yang

diterapkan seharusnya merupakan peraturan transfer pricing sebagaimana diatur misalnya dengan

Per DJP No. PER - 32/PJ/2011 tentang  penerapan Arm's Length Principle dalam related party

transaction? Perlu ada pembedaan antara transfer pricing dan tax evasion yang sepertinya perlu

peraturan lebih lanjut melihat putusan seperti ini.

-Tidak ada penjelasan hedging loss apakah hal ini sudah sesuai dengan standar akuntansi atau

merupakan satu financial engineering yang merupakan satu penggelapan pajak.  Penentuan harga

dalam hedging juga perlu disoroti karena harga acuan apa yang dipakai dalam ekspor komoditas. 

Sebagai contoh, Surat Edaran DJP No. 50/PJ/2013 tentang Pedoman Pemeriksaan Transfer Pricing

menjelaskan penggunaan pembanding eksternal dalam hal harga pasar produk komoditas oleh pihak

independen.  Dalam fakta hukum yang diungkap, halaman 468, dijelaskan bahwa  yang  telah

terjadi adalah hedging fiktif.

-Management fee merupakan biaya yang dapat dikurangkan dan menurut Surat Edaran DJP

tahun 1984 adalah pemberian jasa dengan ikut serta secara langsung dalam melaksanakan

Page 34: Makalah Pajak Internasional

manajemen dengan mendapatkan balas jasa berupa imbalan manajemen ("management fee").

Umumnya hal ini menjadi bagian dari pemeriksaan transfer pricing karena biasanya merupakan

related party transaction.

Dalam dokumen yang menjadi bukti, didapati adanya bukti management fee termasuk

management fee agreement termasuk bukti pembayarannya (contoh, dokumen nomor 6962 halaman

198).  Tidak dijelaskan secara rinci apakah ini merupakan bagian transaksi dengan hubungan

istimewa.

Mungkin diperlukan peraturan yang lebih jelas mana yang dapat digolongkan tax evasion dan

mana tax avoidance dimana transfer pricing seharusnya merupakan bagian dari tax avoidance dan

bukan tax evasion. Hal ini mungkin dapat dilihat dalam kasus Dolce Gabana seperti

diberitakan disini dan disini  sehingga wajib pajak dapat memiliki kepastian hukum lebih besar

lagi. 

KASUS 6

http://jurnalakuntansikeuangan.com/2011/08/kantor-pajak-as-makin-gencar-mengejar-para-

bankir-bank-swiss/

Kantor Pajak AS Makin Gencar Mengejar Para Bankir Bank SwissAug 5, 2011

Kantor pajak AS, Internal Revenue Services (IRS) makin gencar mengejar dan menangkapi

bankir-bankir bank swiss—yang diduga terlibat penghindaran, penggelapan, dan bentuk konspirasi

perpajakan AS lainnya. Hasilnya? Memang luar biasa, makin banyak saja banker yang ditangkap,

dan diadili. Tiga bank yang paling disoroti saat ini adalah UBS,Credit Suisse, dan HSBC yang

bermarkas di London.

Bulan lalu, Credit Suisse mengumumkan bahwa mereka telah menjadi target penyelidikan

oleh Departemen Kehakiman dan otoritas AS lainnya, mungkin termasuk IRS. Sampai saat ini,

UBS telah menjadi bank Swiss yang paling diselidiki untuk kategori institusi keuanganswasta.

Pemerintah Swiss setuju untuk mengungkapkan identitas dari sekitar 4.450 nasabah UBS di 2009

setelah UBS menandatangani perjanjian penangguhan penuntutan dengan Departemen Kehakiman

dengan membayar tak kurang dari $780.000.000.

Bukan hanya itu, beberapa bank Swiss lainnya, seperti Julius Baer dan Basler Kantonalbank,

dilaporkan juga sedang diselidiki. Dalam kasus terpisah, Kantor Jaksa AS di New York

mengindikasikan, seorang penasehat keuangan Swiss bernama Beda Singenberger, telah

bersekongkol dengan lebih dari 60 wajib pajak AS untuk menyembunyikan lebih dari $184 juta di

rekening-rekening bank Swiss.

Secara terpisah, para pejabat AS juga telah menyelidiki HSBC yang diduga menjadi salah satu

tempat mangkal rekening-rekening rahasia warga AS keturunan India. Pada bulan April, IRS

meminta hakim untuk mengeluarkan “John Doe” (panggilan mencari informasi pada ribuan nasabah

India-AS yang berstatus Non-Residen di HSBC).

 

Page 35: Makalah Pajak Internasional

Mantan Bankir UBS Didakwa Melakukan Persekongkolan Pajak

Seorang mantan bankir UBS yang saat ini merupakan manajer aset independen dituduh

membantu wajib pajak AS menggunakan rekening rahasia bank Swiss untuk menghindari pajak

penghasilan. Departemen Kehakiman AS dan IRS mengatakan Selasa, bahwa Martin Lack, seorang

warga negara Swiss, telah dituduh melakukan konspirasi untuk menipu Amerika Serikat. Lack,

mantan karyawan UBS AG, mendirikan perusahaan manajemeninvestasi sendiri bernama Lack &

Partner Asset Management AG, di Zurich pada tahun 2002. Dia saat ini berada di Swiss.

Menurut jaksa, Lack membantu nasabah warga AS membuka dan memelihara rekening bank

rahasia di sebuah bank Swiss canton berkantor pusat di Basel, Swiss, dengan bantuan dari bankir

swasta di bank menurut Bloomberg.com. Surat dakwaan menuduh bahwa Lack pergi ke AS untuk

melakukan transaksi perbankan bagi pelanggan AS dengan rekening undeclared dan bahwa ia

melakukan transaksi mata uang di Amerika Serikat pada pelanggaran perbankan federal dan

undang-undang mata uang pelaporan.

Lack diduga menganjurkan kliennya untuk tidak berpartisipasi dalam program ‘Voluntary

Disclosure’ IRS dan menawarkan untuk menyediakan dokumen bank palsu untuk menyembunyikan

sumber dana di rekening bank mereka. Jaksa juga menuduh bahwa Lack memberikan nasabah

berkebangsaan AS dengan rekening bank ‘tak tercatat’, nomor ponsel dan menginstruksikan klien

untuk hanya menghubungi dia menggunakan ponsel—tidak menggunakan telepon kabel AS.

Lack diduga takut bahwa ia akan ditangkap oleh pihak penegak hukum AS setelah

penyelidikan UBS, sehingga pada November 2010, ia mengirim seorang rekan, Renzo Gadola,

untuk memenuhi klien di sebuah hotel di Miami dan membujuk klien untuk tidak mengungkapkan

ke pemerintah AS bahwa ia memiliki dan menguasai rekening bank di sebuah bank regional yang

berkantor pusat di Basel.

Rekening bank yang konon tidak dilaporkan tersebut ditemukan ketika nasabah tersebut

menyediakan uang tunai sekitar US$ 445,000 untuk Lack, selama kurun waktu dua kali pertemuan

di New Orleans tahun 2007. Pada pertemuan di Miami tanggal 6 Nopember 2010, jaksa menyatakan

bahwa Gadola menyarakan pelanggan ntuk tidak melaporkan rekening bank kantonal yang tidak

tercatat tersebut kepada pemerintah AS.

Lack juga diduga mendorong klien untuk tidak mengungkapkan rahasia rekening di bank

canton kepada pihak berwenang AS dan menawarkan untuk menyediakan klien dengan dokumen

bank yang dipalsukan untuk membuat dana di rekening seolah-olah hasil pinjaman. Pada 22

Desember 2010, Gadola mengaku bersalah berkomplot untuk menipu pemerintah AS. Dia

dijadwalkan akan divonis Hakim Distrik Florida Selatan, King James, pada tanggal  18 November,

2011.

 

Pejabat Credit Suisse Didakwa Terlibat Konspirasi Pajak di AS

Mantan kepala Credit Suisse Bank lepas pantai Amerika Utara didakwa bersama dengan tiga

pejabat lainnya bersekongkol untuk membantu wajib pajak AS menyembunyikan aset mereka

dalam rekening rahasia di bank Swiss.

Page 36: Makalah Pajak Internasional

Departemen Kehakiman dan Internal Revenue Service mendakwa Wälder Markus, yang

mengelola unit untuk bank berbasis di Zurich, Kamis, bersama dengan Susanne D. Rüegg Meier,

seorang mantan manajer di Credit Suisse, Andreas Bachmann, seorang mantan bankir di Kredit

Suisse anak perusahaan; dan Josef Dörig, pendiri sebuah perusahaan kepercayaan Swiss, dengan

bersekongkol dengan para bankir Swiss lainnya untuk menipu Amerika Serikat. Keempatnya

didakwa dalam surat dakwaan bersama dengan empat terdakwa lain (Marco Parenti Adami,

Emanuel Agustino, Michele Bergantino dan Roger Schaerer) yang didakwa pada bulan Februari

2011.

Jaksa mengklaim para bankir membantu nasabah mereka di AS untuk menghindari pajak

pendapatan dengan menyiapkan ribuan rekening bank rahasia di Credit Suisse dan bank-bank Swiss

lainnya memegang sampai $ 3 miliar aset. Pengaturan tanggal kembali ke 1953 dan melibatkan dua

generasi pelanggan AS, beberapa di antaranya mewarisi rekening rahasia.

Para bankir tersebut diduga mendirikan sebuah kantor di New York City untuk menyediakan

layanan perbankan tanpa izin dan terdaftar untuk pelanggan AS dengan rekening rahasia. Menurut

jaksa, Wälder, Schaerer dan yang lainnya diduga membuat pernyataan palsu dan memberikan

informasi menyesatkan kepada Federal Reserve Bank New York dan IRS untuk menyembunyikan

bisnis perbankan lintas-batas, sekaligus menyembunyikan peran kantor perwakilan mereka di New

York dalam bisnis tersebut.

Jaksa mengklaim bahwa Wälder diawasi oleh pemerintah AS atas aktivitas binis perbankan

lintas-perbatasan, termasuk kantor New York yang dipimpin oleh Schaerer, tim banker berbasis di

Jenewa yang dipimpin oleh manajer Marco Parenti Adami, dan tim bankir yang berbasis di Zurich

yang dipimpin oleh Rüegg Meier—pejabat resmi Credit Suisse yang juga menjabat sebagai bankir

swasta dan membantu pelanggan AS dengan rekening yang disembunyikan.

Bachmann, seorang bankir swasta yang bekerja untuk sebuah anak perusahaan yang

sepenuhnya dimiliki oleh Credit Suisse, diduga pergi ke Amerika Serikat untuk membantu

pelanggan menyimpan uang mereka dalam rekening bank rahasia di Swiss dan menghindari pajak.

Sementara itu Dörig (pendiri sebuah perusahaan Trust di Swiss) diduga sebagai provider

terpilih bagi Credit Suisse, yang membantu pelanggan warga AS menciptakan dan mempertahankan

entitas calon ‘tax heaven’, membuka rekening rahasia di Credit Suisse dan anak perusahaan

menggunakan nama entitas tersebut.

Hukum ‘kerahasiaan’ perbankan Swiss membantu para bankir menyembunyikan kepemilikan

klien mereka dari pengejaran petugas IRS. Mereka diduga dengan sengaja menghancurkan laporan

dan catatan rekening lain yang dikirim melalui email dan fax ke kantor perwakilan di New York

sehingga catatan rekening rahasia tidak akan ditemukan di Amerika Serikat. Jika terbukti bersalah,

para terdakwa masing-masing akan diganjar hingga lima tahun penjara dan denda maksimal $

250.000.

Page 37: Makalah Pajak Internasional

D. PEMBAHASAN TERHADAP BERBAGAI CONTOH KASUS PAJAK

INTERNASIONAL

Modus yang terjadi pada berbagai cara penghindaran pajak di dunia internasional biasanya

menggunakan celah yang ada pada ketentuan Tax Treaty maupun ketentuan peraturan perpajakan

negara yang memiliki hak memungut pajak, serta memanfaatkan keberadaan negara yang

memungut pajak yang sangat kecil atau bahkan tidak mengenakan pajak (tax heaven country) untuk

menghindar dari pemungutan pajak berbagai negara, sehingga dapat meminimalkan pembayaran

pajaknya.

Ada 3 cara perlawanan terhadap pajak, yaitu: Penghindaran Pajak (Tax Avoidance),

Pengelakan Pajak (Tax Evation), Melalaikan Pajak.

1. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Penghindaran pajak terjadi sebelum SKP keluar. Dalam penghindaran pajak ini, wajib pajak

tidak secara jelas melanggar undang-undang sekalipun kadang-kadang dengan jelas menafsirkan

undang-undang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan pembuat undang-undang.

Penghindaran pajak dilakukan dengan 3 cara, yaitu:

a. Menahan diri, yaitu wajib pajak tidak melakukan sesuatu yang bisa dikenai pajak.

b. Memindahkan lokasi usaha atau domisili dari lokasi yang tarif pajaknya tinggi ke loksi yang

tarif pajaknya rendah.

c. Penghindaran pajak secara yuridis dengan cara sedemikian rupa sehingga perbuatan-

perbuatan yang dilakukan tidak terkena pajak. Biasanya dilakukan dengan memanfaatkan

kekosongan atau ketidak jelasan undang-undang. Hal inilah yang memberikan dasar potensial

penghindaran pajak secara yuridis. Kekosongan atau celah pada undang-undang ini dapat

karena ketidaksengajaan pembuat undang-undang maupun kesengajaan pembuat undang-

undang. Kesengajaan pembuat-undang-undang terjadi karena latar belakang pembuat undang-

undang tersebut adalah pemerintah dan parlemen, di mana parlemen mewakili berbagai

kepentingan yang berbeda dan bisa saling bertolak belakang antara satu dan yang lainnya.

David Beckham pada tahun 2013 berusaha mengecilkan penghasilannya di Perancis dengan

menyumbangkan langsung sebagian besar gaji yang diterimanya dari klub sepakbola PSG, sehingga

total penghasilannya di Perancis tidak mencapai 1 juta Euro per tahun. Karena Perancis menerapkan

pajak penghasilan sebesar 75 persen dari penghasilan setiap orang yang tinggal di Perancis, baik itu

penghasilan yang didapat dengan bekerja di Pernacis, maupun dari luar Perancis.

Sembilan keluarga super kaya Indonesia menempatkan asetnya di kawasan tax heaven melalui

perusahaan penyedia jasa offshore untuk menghindari pajak yang tinggi di Indonesia. Sementara

Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, Jean-Jacques Augier, dan orang-orang lain yang terungkap

rekening rahasianya di Negara-negara surga pajak untuk menghindari pajak di negaranya masing-

masing.

Page 38: Makalah Pajak Internasional

Pesepakbola Pellegrini dan Lionel Messi pun diduga melakukan usaha penghindaran pajak

dengan membangun perusahaan image rights di kawasan-kawasan yang menerapkan pajak kecil.

Perusahaan multinasional seperti Google dan Starbucks berusaha menghindari pajak yang

besar dengan memindahkan kerugiannya ke Negara-negara yang menerapkan pajak besar seperti

Indonesia dengan berbagai cara dan memindahkan keuntungannya ke Negara lain dengan pajak

lebih kecil dalam bentuk royalty.

Semua itu adalah contoh bagaimana usaha penghindaran pajak (Tax Avoidance) dilakukan

oleh perusahaan multinasional besar dan orang-orang terkenal dengan memanfaatkan celaha

peraturan perpajakan internasional maupun perbedaan tarif pajak antar Negara. Perjanjian

Penghindaran Pajak Berganda atau Tax Treaty memang selain dibuat untuk menghindar terjadinya

pengenaan pajak berganda pada satu fakta fiscal juga bertujuan mencegah praktek penghindaran

pajak atau Tax Avoidance, namun perjanjian-perjanjian yang dibuat antarnegara itu hingga saat ini

masih memiliki celah bagi praktek Tax Avoidance oleh perusahaan-perusahaan badan dan orang

pribadi yang ingin menghindar membayar pajak.

2. Pengelakan Pajak (Tax Evasion)

Pengelakan pajak terjadi sebelum SKP dikeluarkan. Hal ini merupakan pelanggaran terhadap

undang-undang dengan maksud melepaskan diri dari pajak/mengurangi dasar penetapan pajak

dengan cara menyembunyikan sebagian dari penghasilannya. Wajib pajak di setiap negara terdiri

dari wajib pajak besar (berasal dari multinational corporation yang terdiri dari perusahaan-

perusahaan penting nasional) dan wajib pajak kecil (berasal dari profesional bebas yang terdiri dari

dokter yang membuka praktek sendiri, pengacara yang bekerja sendiri, dll).

Kecenderungan wajib pajak melakukan penghindaran atau pengelakan pajak (dengan asumsi

negara yang mempunyai sistem penegakan hukum yang bagus dan orang-orang yang tidak mudah

disuap).

3. Melalaikan Pajak

Melalaikan pajak terjadi setelah SKP keluar. Melalaikan pajak adalah menolak membayar

pajak yang telah ditetapkan dan menolak memenuhi formalitas-formalitas yang harus dipenuhi oleh

wajib pajak dengan cara menghalangi penyitaan.

Jika wajib pajak telah menerima SKP, maka dia harus membayar pajak sesuai dengan SKP

tersebut. Jika wajib pajak tidak melakukannya, maka fiscus akan mengirim surat teguran dan jika

belum dibayar juga, maka diterbitkanlah surat paksa yang kekuatannya sama dengan putusan

pengadilan yang berlaku. Lalu setelah 2 x 24 jam wajib pajak belum membayar juga, maka

diterbitkan surat penyitaan yaitu surat perintah untuk melakukan penyitaan pada harta wajib pajak

itu.

Wajib pajak akan melakukan usaha untuk menghalangi penyitaan itu dengan cara kasar dan

cara halus.

Page 39: Makalah Pajak Internasional

Cara kasar: yaitu misal saat juru sita datang, dilepaskan anjing herder untuk mengusir juru sita

tersebut. Ataupun mengancam dengan golok.

Cara halus: yaitu dengan cara mengalihkan/memindahtangankan semua harta wajib pajak ke

tangan orang lain atau keluarganya secara pura-pura. Untuk memunculkan harta yang

tersembunyi ini, maka wajib pajak disandera. Karena melalaikan pajak bukanlah perbuatan

pidana, maka jika wajib pajak disandera, biaya makan dan minum ditanggung oleh Direktorat

Jenderal Pajak. Sandera diberlakukan untuk orang yang berutang, baik utang publik maupun

perdata (menurut HIR). Tetapi, ada edaran dari MA bahwa untuk utang perdata, orang yang

berutang tidak disandera karena posisi orang yang berutang lebih lemah. Untuk utang pajak

termasuk utang publik. Karena itu wajib pajak yang tidak membayar pajak akan disandera.

Page 40: Makalah Pajak Internasional

BAB III. PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pajak Internasional atau lebih tepatnya Perpajakan Internasional adalah tata cara dan hukum

pemajakan yang terdiri atas kaidah-kaidah, baik kaidah perpajakan nasional maupun kaidah yang

berasal dari traktat antarnegara dan dari prinsip yang telah diterima baik oleh negara-negara di

dunia, untuk mengatur soal-soal perpajakan dan dapat ditunjukkan adanya unsur-unsur asing, baik

mengenai subjek maupun mengenai objeknya

Pajak Berganda merupakan permasalahan Perpajakan Internasional yang terjadi antar

beberapa negara. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dilakukan perjanjian untuk

menghindari pemungutan pajak yang dilakukan lebih dari satu kali. Di Indonesia perjanjian tersebut

di kenal dengan istilah P3B atau Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda.

Dari celah – celah sempit Peraturan perundang-undangan setiap negara, banyak dijadikan

usaha untuk menghilangkan pemungutan pajak., menimbun asset, melakukan transaksi OffShore,

melakukan rekayasa transaksi, pemalsuan nama untuk suatu transaksi fiktif, dan modus lainnya,

B. SARAN

Diperlukan hubungan timbal balik antar negara, sehingga dalam pemungutan pajak dapat

dilakukan sesuai dengan keadaan yang terjadi pada Wajib Pajak.

System Whistle Blower sangat efektif untuk diterapkan di Indonesia dengan imbalan yang

sesuai dengan tingkat Permasalahan perpajakan, sehingga memungkin memberi rasa takut atau

terror kepada wajib pajak lain yang melakukan penyalahgunaan perpajakan mereka.

Page 41: Makalah Pajak Internasional

DAFTAR PUSTAKA

http://kangom.blogspot.com/

http://1man1a.wordpress.com/

http://vidyariashintawati.blogspot.com/

http://dudiwahyudi.com/

http://kompas.com/

http://bola.inilah.com/

http://sport.detik.com/

http://nasional.kontan.co.id/

http://cetak.kompas.com/

http://sport.detik.com/

http://bisniskeuangan.kompas.com/

http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Artikel_Pajak_170513.pdf

http://www.aktual.co/

http://www.bbc.co.uk/indonesia/

http://jasaoffshore.blogspot.com/

http://taxationindonesia.blogspot.com/

http://jurnalakuntansikeuangan.com/

Page 42: Makalah Pajak Internasional

LAMPIRAN

Tabel Perbedaan Tax Treaty Model OECD dengan Model UN

ModelPerbedaan OECD (Organization for Economic Cooperation and

Development)

UN  (United Nations Model)

Pengertian Model Tax Treaty dari Organisation for Economic Co-Operation & Development atau Organisasi Kerjasama Ekonomi & Pembangunan yang didesain sebagai Model Tax Treaty antara Negara-negara  Anggotanya (pada umumnya adalah Negara-negara Maju) dengan Negara-negara Lainnya

 Model Tax Treaty dari United Nation (PBB) yang didesain sebagai Model Tax Treaty antara Negara2 Anggota UN (PBB) yaitu antara Negara-negara  Berkembang dan antara Negara Berkembang dengan Negara Maju.

Penggunaan Tax Treaty Maju Berkembang

Prinsip yang dianut  hak pemajakan ada pada negara domisili (resident country)

terdapat sharing of taxation antara negara sumber dengan negara domisili.

Perumusan Model Konvensi selaras dengan kebutuhan harmonisasi hubungan perpajakandiantara negara OECD

karakteristik hubungan ekonomi negara majudengan negara berkembang diwarnai oleh ketimpangan arus penghasilan antar keduakelompok negara tsb

Sifat dalam penyelesaian masalah perpajakan

 diskriminatif dalam menyelesaikan masalah pajak internasional antara negara maju

tidak diskriminatif dan lebih mengutamakan kepentingan negara berkembang dalam

Page 43: Makalah Pajak Internasional

dengan negara berkembang. masalah perpajakan internasional

Masa aktivitas proyek BUT (proyek bangunan, konstruksi, perakitan, instalasi, atau aktivitas supervisi)

12 bulan 6 bulan

Tipe asuransi perusahaan asuransi dianggap memiliki Bentuk Usaha Tetap jika perusahaan asuransi tersebut memenuhi ketentuan ayat (1) atau ayat (5) yaitu melalui agen tidak bebas

mengatur bahwa perusahaan asuransi, kecuali berkenaan dengan reasuransi, dapat dianggap mempunyai BUT apabila perusahaan asuransi tersebut mengumpulkan atau menerima premi atau menanggung resiko di negara sumber melalui orang / badan yang bukan agen independent

kegiatan jasa termasuk konsultasi yang dilakukan perusahaan di negara lain

jasa ini tidak diatur secara khusus

diatur yaitu di Pasal 5 ayat (3) huruf b

Permanent Establishment pasal 5 ayat 3

A building site or construction or installation project constitutes a permanent establishment only it it last more than twelve month.

A building site, a construction, assembly or installation project or supervisory activities in connection therewith, but only if such site, project or activities last more than six month within any twelve month period.

I. Struktur P3B

OECD Model UN Model INDONESIAN ModelSUMMARY OF THE CONVENTIONTITLE AND PREAMBLE

CHAPTER IScope of the ConventionArt. 1 Persons CoveredArt. 2 Taxes Covered

CHAPTER IIDefinitionsArt. 3 General Definitions

SUMMARY OF THE CONVENTIONTITLE AND PREAMBLE

CHAPTER IScope of the ConventionArt. 1 Persons CoveredArt. 2 Taxes Covered

CHAPTER IIDefinitionsArt. 3 General Definitions

SUMMARY OF THE AGREEMENTTITLE AND PREAMBLE

CHAPTER IScope of the AgreementArt. 1 Persons CoveredArt. 2 Taxes Covered

CHAPTER IIDefinitionsArt. 3 General Definitions

Page 44: Makalah Pajak Internasional

Art. 4 ResidentArt. 5 Permanent Establishment

CHAPTER IIITaxation of incomeArt. 6 Income from immovable propertyArt. 7 Business profitsArt. 8 Shipping, inland waterways tranport and air transport

Art. 9 Associated enterprisesArt. 10 DividendsArt. 11 InterestArt. 12 RoyaltiesArt. 13 Capital GainsArt. 14 [ Deleted ]

Art. 15 Income from employmentArt. 16 Director’s fees

Art.17 Artistes and sportsmen

Art. 18 Pensions

Art. 19 Government ServiceArt. 20 Students

Art. 21 Other income

CHAPTER IVTaxation of capitalArt. 22 Capital

CHAPTER VMethods for elimination of

Art. 4 ResidentArt. 5 Permanent Establishment

CHAPTER IIITaxation of incomeArt. 6 Income from immovable propertyArt. 7 Business profitsArt. 8 Shipping, inland waterways tranport and air transport ( alternative A )Art. 8 Shipping, inland waterwayss transport and air transport ( alternative B )Art. 9 Associated enterprisesArt. 10 DividendsArt. 11 InterestArt. 12 RoyaltiesArt. 13 Capital GainsArt. 14 Independent personal servicesArt. 15 Dependent personal servicesArt. 16 Director’s fees and remuneration of top-level managerial officialsArt.17 Artistes and sportspersonsArt. 18 Pensions and social security payments (alternative A)Art. 18 Pensions and social security payments (alternative B)Art. 19 Government ServiceArt. 20 Students

Art. 21 Other income

CHAPTER IVTaxation of capitalArt. 22 Capital

CHAPTER VMethods for elimination of

Art. 4 ResidentArt. 5 Permanent Establishment

CHAPTER IIITaxation of incomeArt. 6 Income from immovable propertyArt. 7 Business profitsArt. 8 Shipping and air transport

Art. 9 Associated enterprisesArt. 10 DividendsArt. 11 InterestArt. 12 RoyaltiesArt. 13 Capital GainsArt. 14 Independent personal servicesArt. 15 Dependent personal servicesArt. 16 Director’s fees

Art.17 Artistes and athletes

Art. 18 Pensions and annuities

Art. 19 Government ServiceArt. 20 Teachers and researchersArt. 21 Students and traineesArt. 22 Other Income

Page 45: Makalah Pajak Internasional

double taxationArt. 23A Exemption methodArt. 23B Credit method

CHAPTER VISpecial provisionsArt.24 Non-discriminationArt. 25 Mutual agreement procedureArt. 26 Exchange of informationArt. 27 Assistance in the collection of taxesArt. 28 Members of diplomatic missions and consular postsArt. 29 Territorial extension

CHAPTER VIIFinal provisionsArt. 30 Entry into forceArt. 31 Termination

double taxationArt. 23A Exemption methodArt. 23B Credit method

CHAPTER VISpecial provisionsArt.24 Non-discriminationArt. 25 Mutual agreement procedureArt. 26 Exchange of informationArt. 27 Members of diplomatic missions and consular posts

CHAPTER VIIFinal provisionsArt. 28 Entry into forceArt. 29 Termination

CHAPTER IVSpecial provisionsArt. 23 Method for elimination of double taxationArt.24 Non-discriminationArt. 25 Mutual agreement procedureArt. 26 Exchange of informationArt. 27 Members of diplomatic missions and consular posts

CHAPTER VFinal provisionsArt. 28 Entry into forceArt. 29 Termination