Upload
sayyidina-ali
View
4.665
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Citation preview
PENELUSURAN DAN PENGUMPULAN SUMBER SEJARAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pergerakan Nasional
Dosen pengampu : Bpk. Ibnu Sodiq
Disusun Oleh :
Ali Sodikin (3101412109)
Ahmad Ulinnuha (3101412110)
Eko Nur Aviatmi (3101412111)
Muhammad Eko Aris M (3101412112)
Ninit Indah Sari (3101412113)
Muhammad Arif Muntaha (3101412114)
SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Rabb semesta alam atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan judul “
Penelusuran dan Pengumpulan Sumber Sejarah ” tepat pada waktunya.
Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rosul Allah Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari kegelapan kepada cahaya Rabbi, semoga tercurahkan juga kepada
keluarga Beliau, sahabat dan semoga safa’at dapat kita terima di akhirat kelak. Amin.
Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak, Ibu dosen, dan teman-teman
satu team yang telah mendukung penyelesaian makalah sebagai tugas kuliah. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa penyajian ini jauh dari tingkat kesempurnaan, maka dari itu
kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini.
Mudah-mudahan bantuan dan dukungan yang diberikan Bapak atau semua pihak
dapat menjadi amal jariyah yang bermanfaat.
Dengan segala keterbatasan dan kelemahan yang ada pada penulis semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Semarang, 19 April 2014
PENULIS
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Prakata............................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah................................................................................. 4
Rumusan Masalah........................................................................................... 5
Tujuan............................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
Metode Archive Research (Penelitian Arsip).................................................... 6
Metode Library research (Studi Kepustakaan).................................................. 7
Sumber Lisan..................................................................................................... 8
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan................................................................................................... 16
3.2 Saran......................................................................................................... 16
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sumber sejarah disebut juga data sejarah yang dikumpulkan harus sesuai
dengan jenis sejarah yang akan ditulis. Kita umpamakan kita sedang melakukan
penelitian sejarah sebuah keluarga. Keluarga pedagang yang pada Januari 1946
membangun rumah dinas pada waktu pemerintahan pindah dari Jakarta ke
Yogyakarta, yang sekarang seolah-olah dilupakan sejarah. Sumber apa yang harus
kita kumpulkan? Sumber itu, menurut bahannya, dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
tertulis dan tidak tertulis, atau dokumen dan artefak. Selain itu karena kita akan
menulis hal-hal yang baru, pastilah ingatan orang akan peristiwa-peristiwa tahun 1946
masih dapat direkam. Apalagi kita meneliti masaah- masalah sekarang, sumber lisan
itu bukan saja ada, tetapi harus dicari dengan sejarah lisan. (pengantar ilmu sejarah,
kuntowijoyo,1995:hal. 95).
Sumber sejarah ialah bahan-bahan yang dapat dipakai mengumpulkan
informasi subjek. Usaha memilih subjek dan mengumpulkan informasi mengenai
subjek itu menjadi tugas sejarawan. Kegiatan ini dalam ilmu sejarah disebut heuristik,
dari asal katanya heuriscein yang berarti mencari. Heuristik merupakan pengetahuan
yang bertugas menyelidiki sumber sejarah. (membangun kesadaran sejarah hal. 85, th.
2011).
Dalam mengumpulkan dan menelusuri sumber sejarah, kita bisa
menemukannya dibeberapa tempat yaitu, museum merupakan tempat menyimpan
benda-benda kuno untuk bahan-bahan yang tidak terdapat dalam buku bahan ajar
ataupun bacaan yang. Kemudian bisa ditemukan di perpustakaan merupakan tempat
meyimpan bacaan buku-bukuusaha-usaha mendapatkan keterangan mengenai sumber
sejarah. Lalu di arsip negara aitu tempat menyimpan dokumen-dokumen resmi seperti
dokumen-dokumen pribadi, kartor-kantor pemerintahan, perusahaan dll.
Sedangkan sumber sejarah sendiri dapat dibagi menjadi 3 yaitu sumber lisan,
sumber tuliasan dan sumber visual. Sumber lisan merupakan sumber yang didapat
dari sejarah lisan, sejarah lisan sendiri adalah metode pengumpulan dan penyimpanan
informasi sejarah termasuk didalamnya hasil wawancara dari orang-orang dikejadian
dan peristwa masa lalu. Sumber tulisan adalah sumber sejarah yang berupa tulisan
yang berupa buku-buku sejarah, catatan peristiwa buku-buku peringatan, buku-buku
harian, prasaati, daftar kepegawaian, arsip-arsip pemerintahan, dokumen-dokumen.
Sumber visual adalah sumber sejarah yang didapat dari warisan masa lalu yang
berupa barang-barang atau benda-benda, seperti candi, menhir, sarkofagus.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiman prosedur penulusuran arsip ?
2. Apa saja persiapan yang dilakukan dalam menelurusi arsip ?
3. Bagaimana mencari sumber sejarah melalui perpustakaan ?
4. Peranan sejarah lisan dalam pengumpulan sumber sejarah ?
C. Tujuan
Makalah ini dibuat betujuan unuk memahami bagaimana cara menulusuri dan
mengumpulkan sumber sejarah, yang meliputi :
1. Untuk mengetahui prosedur penulusuran arsip.
2. Untuk mengetahui persiapan dalam melakukan penelusuran arsip.
3. Untuk mengetahui cara mencari sumber sejarah melalui perpustakaan.
4. Untuk mengetahui peran sejarah lisan dalam mengumpulkan sumber sejarah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode Archive Research (Penelitian Arsip)
a) Pengertian Arsip
Arsip berasal dari istilah records. Menurut Peter Walne dalam Dictionary of
Archival Terminology arsip adalah informasi yang direkam dalam media apapun,
diciptakan/dibuat, diterima dan dipelihara oleh organisasi/institusi/orang dalam
rangka pelaksanaan kegiatan (Peter Walne,ed., 1986). Pengertian arsip menurut UU
no. 7/1971 adalah naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh lembaga Negara,
badan pemerintahan, badan lembaga swasta dan perorangan dalam bentuk corak
apapun dalam keadaan tunggal/berkelompok dalam rangka pelaksanaan kegiatan
pemerintahan dan kehidupan kebangsaan.
Berkaitan dengan penelitian sejarah, maka arsip digolongan sebagai salah satu
sumber primer (primary sources) merupakan bagian dari bukti masa lampau yang
menjadi bahan sumber kajian, yang menjadi tumpuan apakah suatu peristiwa,
kejadian, atau gejala sejarah dapat dikonstruksikan. Tentang bukti masa lampau, ilmu
sejarah tidak berarti apa-apa, bahkan tuntutan keilmuan tidak akan mungkin dapat
dipenuhi. Dari primary sources sejarawan memperoleh dukungan bukti tentang apa
yang sedang dikajinya, dan dari telaah sumber ditemukan sejumlah fakta bersama data
pendukungnya (Mona Lohanda, 1990: 132).
Namun demikian perlu diketahui bahwa arsip dibuat bukan untuk memberikan
informasi kepada ilmu sejarah. Arsip dibuat untuk kepentingan administrasi negara,
daerah, instansi, organisasi, atau pribadi. Jadi, arsip diciptakan bukan untuk bahan
penelitian. Baru sesudah nilai guna arsip itu menurun atau berkurang, dapat dipakai
sebagai bahan penelitian. Melalui arsip dapat diketahui berbagai hal yang sangat
menarik, terutama watak yang tersembunyi dalam naskah itu yang sekaligus
mencerminkan pengetahuan akan situasi saat arsip diciptakan (Darmiati, 1990: 144).
Menurut fungsinya arsip dibedakan menjadi dua, yaitu arsip dinamis dan arsip statis.
Arsip dinamis adalah arsip yang masih sangat relevan penggunaannya dalam birokrasi
pemerintah, sedangkan arsip statis adalah arsip yang sudah tidak digunakan dalam
birokrasi. Arsip statis mempunyai sifat historis, permanen, sekunder, dan sudah
terbuka untuk umum. Pusat penyimpanan arsip statis di Indonesia ada di Arsip
Nasional Republik Indonesia.
Pengertian arsip, sebagai salah satu sumber sejarah, adalah catatan atau
dokumen. Dokumen sendiri mengandung pengertian sebagai sesuatu yang tertulis atau
tercetak. Dokumen digunakan dalam arti sumber tertulis sebagai informasi sejarah
adalah kebalikan dari kesaksian lisan, artifak, dan peninggalan arkeologis. Jadi,
pengertian arsip mencakup pengertian dokumen yang tersimpan (Suhartono, t.th).
b) Arti Penting Arsip sebagai Sumber Sejarah
Menurut Lohanda, dari segi kedudukan sebagai sumber sejarah, yaitu sebagai
bahan yang digunakan dalam penelitian untuk penulisan sejarah, arsip memperoleh
tempatnya yang pertama. Pertimbangannya adalah arsip diciptakan dalam suasana
yang sezaman, dekat dengan kejadiannya sehingga subjektivitas berkadar kecil,
berarti sebagai “firsthand knowledge” kredibiitasnya dapat diandalkan, meskipun di
dalam historiografi hal ini pun masih diperdebatkan dan juga dipertanyakan (Mona
Lohanda, 1998: 4).
Data-data verbaal atau sering disebut dengan dokumen tertulis, seperti yang
terdapat dalam surat-surat, catatan harian (journaal), kenang-kenangan (memoirs),
daftar, laporan-laporan penting artinya dalam penelitian sejarah. Adapun dalam arti
yang luas dokumen juga meliputi monumen, artifact, foto-foto, dan sebagainya.
Sementara itu, sifat istimewa dari data verbaal ini ialah bahwa data itu mengatasi
ruang dan waktu, sehingga membuka kemungkinan bagi kita untuk memperoleh
pengetahuan tentang fenomena sosial yang telah musnah. Potensialitas bahan
dokumenter untuk mengungkapkan fenomena sosial dalam masa lampau tergantung
dari volume data yang relevant bagi analisis sosial. Dibanding dengan observasi
langsung, bahan dokumenter sering kali mencakup detail dan hal-hal yang khusus
tentang hubungan sosial dalam operasi yang sukar atau mustahil dapat ditangkap
dengan observasi langsung (Sartono Kartodirdjo, 1982: 98).
Dokumen sebagai bahan klasik untuk menyelidiki perkembangan historis yang
khusus biasanya digunakan untyuk menjawab persoalan-persoalan tentang apa, kapan,
dan di mana. Dalam proses penelitian sosial, maka hubungan antara data dan teori
dapat dinyatakan secar mudah sebagai berikut, data tanpa teori adalah diibaratkan
sebagai orang buta, teori tanpa data sebagai orang lumpuh. Adapun tujuan dari
penggunaan bahan dokumenter dalam ilmu kemasyarakatan terutama ditentukan oleh
sifatnya yang lazim disebut nomotetis, artinya menentukan yang umum. Perhatian
ilmu kemasyarakatan terutama dipusatkan kepada pengumpulan dokumen untuk
digunakan secara komparatif, agar dihasilkan generalisasi. Untuk studi nomotetis,
maka bahan dokumenter, seperti dalam keadaan dokumentasi hingga kini di Indonesia
dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu otobiografi, suratkabar, dokumen-dokumen
pemerintah, dan cerita roman (Sartono Kartodirdjo, 1982: 101).
c) MACAM-MACAM ARSIP DAN PROSES PENELUSURAN ARSIP
Arsip Indonesia
Ada beberapa kelompok koleksi arsip Indonesia. Koleksi arsip tersebut
meliputi:
1. Koleksi Arsip Pemerintah (Gouvernements Papieren atau Algemeene
Secretarie archieven) yang meliputi beberapa periode pemerintahan:
a. Arsip zaman Kongsi Dagang Belanda di Hindia Timur (VOC).
Informasinya berkenaan dengan masalah perniagaan dan perdagangan
laut abad ke-17-18.
b. Arsip masa pemerintahan Inggris (Engelsche Tussenbestuur), tahun
1811-1816, yang banyak menyimpan informasi mengenai sistem pajak
tanah yang diprakarsai Raffles.
c. Arsip masa pemerintahan Hindia Belanda (1816-1942), sebagai koleksi
terbesar dalam bentuk keputusan dan resolusi, laporan, nota dan
korespondensi yang meliputi segala masalah yang menyangkut
hubungan kepemerintahan dan kemasyarakatan antara pemerintah dan
warga negara ataupun penduduk di wilayah Hindia Belanda waktu itu.
Unit penting yang menangani urusan surat-menyurat kepemerintahan
adalah Algemeene Secretarie dan Gouvernements Secretarie. Dalam
Algemeene Secretarie dapat dijumpai masalah kependudukan dan
wilayah, pemerintah pusat dan daerah, militer, kepolisian, kriminal,
kesehatan agama, pendidikan, seni, dan ilmu pengetahuan bengunan,
transportasi, pertanian dll.
2. Koleksi Arsip Daerah
Isi koleksi ini mencerminkan berbagai aspek kegiatan sosial politik di
daerah pada tingkatan yang paling dasar. Masalah yang dipaparkan meliputi
urusan politik dan militer, pola hidup sehari-hari, perniagaan, kesehatan
penduduk, kriminalitas, pertanian dan tanah, dan lain-lain.
Adapun, beberapa koleksi arsip daerah, seperti Memorie van Overgave
merupakan dokumen yang paling umum yang memaparkan gambaran
menyeluruh dari suatu daerah. Pada umumnya berkaitan dengan masalah-
masalah sosial dan pemerintahan. Dokumen yang bersifat umum lainnya
adalah algemeen verslag (laporan umum) yang dibuat berkala setiap tahun.
Lampiran dari laporan umum merupakan perincian dalam bentuk statistik
mengenai jumlah penduduk, hasil tanaman, personalia pemerintah, kesehatan
penduduk, dan lain sebagainya. Kultuur verslag merupakan laporan mengenai
masalah penanaman dan produksi hasil pertanian. Politiek verslag merupakan
laporan yang dikeluarkan setiap tahun menyangkut persoalan politik, gerakan
anak negeri, aliran kepercayaan, dan agama dari setiap daerah.
3. Koleksi Arsip instansi/Departemen
Arsip instansi merupakan arsip-arsip yang dihasilkan oleh masing-
masing departemen, misalnya:
a. Amphioen Societeit, badan yang menangani masalah candu.
b. Onderwijs, yang menengani pendidikan.
c. Boschwezen, menyimpan informasi penting mengenai kehutanan
dengan segala aspeknya.
d. Raad ven Justitie, koleksi mengenai perkara pengadilan.
e. Cultures, tersimpan di dalamnya berkas mengenai penanaman untuk
pasar Eropa, seperti tebu, kopi, teh, kayu manis, tembakau, kapas, dan
sutra.
d). Proses Penelusuran Arsip
Kegiatan penelusuran arsip menuntut kesabaran dan memerlukan waktu yang
panjang, karena tidak setiap arsip yang ditemukan sesuai dengan kebutuhan dalam
penelitian. Terlebih lagi untuk penelusuran arsip kolonial maka diperlukan bekal-
bekal lain sebelum terjun ke lapangan. Peneliti harus menguasai bahasa yang
digunakan dalam penelitian arsip, entah itu bahasa Indonesia, bahasa Belanda, bahasa
Portugis, maupun bahasa-bahasa lainnya. Kerangka kerja diperlukan untuk melakukan
penyeleksian, hal-hal mana yang harus didahulukan. Selain itu peneliti harus
mempunyai sikap ulet karena tingkat kesulitan yang tinggi dalam penelusuran arsip.
Untuk mengungkap arsip harus mempunyai komitmen pada ilmu pengetahuan
pada umumnya dan sejarah pada khususnya. Terhadap dokumen yang telah
ditemukan, ada bebrapa langkah yang harus dilakukan:
1. Membuat identifikasi dokumen, yaitu ciri-ciri khas yang membedakan dengan
yang lain yang ada pada dokumen itu. Mengapa dokumen itu dibuat, kapan, oleh
siapa, di mana, bagaimana, dan sebagainya.
2. Eksplikasi, yaitu unsur-unsur yang membantu untuk menentukan sesuatu, misalnya
bagaimana bahasanya, pikirannya, dan kalimatnya.
3. Masalah atribusi, yaitu menetapkan kategori bahan.
4. Melakukan kolasi atau perbandingan dengan yang lain.
Selanjutnya untuk memudahkan kegiatan penelusuran arsip, hal pertama yang
harus dilakukan sebelum melakukan penelusuran arsip harus terlebih dulu
menentukan topik penelitian, selanjutnya sudah membaca karya-karya referensi yang
berguna. Untuk penelitian arsip perlu diketahui entry point (jalan masuk). Entry Point
antara lain dapat dimulai dari bacaan-bacaan sekunder. Bagi peneliti sejarah alat yang
paling berguna adalah bibliografi, misalnya bibliografi Raymond Kenedy, bibliografi
Peter Carey tentang arsip Yogyakarta, maupun bibliografi Robert van Niel mengenai
manuskrip Jawa dan Philiphina. Bacaan sumber-sumber sekunder sangat diperlukan
sebelum penelusuran arsip, dan sumber sekunder tersebut sebaiknya tidak hanya dari
bidang ilmu sejarah tetapi juga dari bidang ilmu lain seperti sosiologi, antropologi,dan
lain-lain.
Karya referensi lain yang dapat membantu peneliti sejarah adalah kamus dan
ensiklopedi. Seorang peneliti sejarah sebagai penafsir masa lampau sangat tergantung
pada penggunaan kata-kata secara benar dan akurat, tanpa kamus yang baik maka
tidak mungkin mengecek ejaan yang benar dan makna-makna yang dapat diterima.
Ensiklopaediae van Nederlandsch Indie banyak memberikan gambaran
mengenai berbagai hal di wilayah Hindia Belanda selama masa pemerintahan
kolonial. Jurnal, majalah, dan artikel-artikel koran juga sangat penting untuk
digunakan sebagai sumber sejarah.
Entry point penting lain dalam penelusuran arsip, khususnya arsip kolonial
adalah penggunakan klapper (semacam bibliografi karya-karya masa kolonial),
Staatsblad van Nederlandsch Indie (Lembaran Negara) sebagai penerbitan surat-surat
keputusan resmi pemerintah kolonial Hindia Belanda, Memorie van Overgave
(Memori Serah Terima Jabatan) yaitu laporan yang dibuat oleh residen yang telah
habis masa jabatannya mengenai wilayah yang dibawahinya selama masa jabatannya,
maupun Kolonial Verslag dan Indisch Verslag, yaitu laporan tahunan yang diterbitkan
oleh pemerintah kolonial mengenai semua aspek pemerintahan dan kehidupan politik,
sosial, ekonomi, beserta statistiknya. Di samping itu banyak karya-karya sezaman
yang bisa dijadikan bahan acuan misalnya majalah Kolonial Tijdschrift, Kolonial
Studien.
B. Metode Library research atau studi kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu
penelitian. Teori-teori yang mendasari masalah dan bidang yang akan diteliti dapat
ditemukan dengan melakukan studi kepustakaan. Selain itu seorang peneliti dapat
memperoleh informasi tentang penelitian-penelitian sejenis atau yang ada kaitannya
dengan penelitiannya. Dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan
melakukan studi kepustakaan, peneliti dapat memanfaatkan semua informasi dan pemikiran-
pemikiran yang relevan denganpenelitiannya.
Untuk melakukan studi kepustakaan, perpustakaan merupakan suatu tempat
yang tepat guna memperoleh bahan-bahan dan informasi yang relevan untuk
dikumpulkan, dibaca dan dikaji, dicatat dan dimanfaatkan (Roth 1986). Seorang peneliti
hendaknya mengenal atau tidak merasa asing dilingkungan perpustakaan sebab dengan
mengenal situasi perpustakaan, peneliti akan dengan mudah menemukan apa yang
diperlukan. Untuk mendapatkan informasi yang diperlukan peneliti mengetahui sumber-
sumber informasi tersebut, misalnya kartu katalog, referensi umum dan khusus, buku-
buku pedoman, buku petunjuk, laporan-laporan penelitian, tesis, disertasi, jurnal,
ensiklopedi, dan bahan-bahan khusus lain. Dengan demikian peneliti akan memperoleh
informasi dan sumber yang tepat dalam waktu yang singkat.
Empat ciri utama studi kepustakaan :
Setidaknya ada empat ciri utama penelitian kepustakaan yang perlu
diperhatikan oleh mahasiswa atau calon peneliti dan keempat ciri itu akan
mempengaruhi sifat dan cara kera penelitian yaitu:
1. Peneliti berhadapan langsung dengan teks (nash) atau data angka dan bukan
dengan pengetahuan langsung dari lapangan atau saksi mata (eye witness) berupa
kejadian, orang, atau benda lainnya. Teks memiliki sifat-sifatnya sendiri dan
memerlukan pendekatan tersendiri pula. kritik teks merupakan metode yang biasa
dikembangkan dalam studi fisiologi, dll. Jadi perpustakaan adalah laborat peniliti
kepustakaan dan karena itu teknik membaca teks ( buku, artikel, dan dokumen)
menjadi bagian yang fundamental dalam penilitian kepustakaan.
2. Data pustaka bersifat siap pakai (ready mode): peneliti tidak kemana-mana kecuali
hanya berhadapan langsung de6ngan bahan sumber yang sudah tersedia di
perpustakaan.ibarat orang belajar naik sepeda, orang tak perlu membaca buku
artikel atau buku tentang bagaimana teori naik sepeda, begitu pula halnya dengan
riset pustaka. Untuk melakukan riset pustaka, orang tidak perlu menguasai ilmu
perpustakaan. Satu-satunya cara untuk belajar menggunakannya perpustakaan
dengan tepat ialah langsung menggunakannya. Meskipun demikian, calon peneliti
yang ingin memanfaatkan jasa perpustakaan, tentu masih perlu mengenal seluk-
beluk studi perpustakaan untuk kepentingan penelitian atau pembuatan makalah.
3. Data perpustakaan umummnya sumber sekunder artinya: bahwa peniliti
memperoleh bahan dari tangan kedua dan bukan data orisinil dari tangan pertama
di lapangan.
4. Bahwa kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Peneliti
berhadapan dengan info statis: tetap artinya kapanpun Ia datang dan pergi data
tersebut tidak akan berubah karena ia sudah merupakan data “mati” yang
tersimpan dalam rekaman tertulis (teks, angka, gambar, rekaman tape atau film).
Sistematika dalam studi literature dimaksudkan sebagai proses penelitian
dengan menggunakan metode, pendekatan, cara, serta alat analisis dengan terancang
dan diterapkan dengan tepat.
Mengenai alat analisi yang harus digunakan tentu saja pendekatan dengan
studi kepustakaan ini berbeda pola kerjanya bila dibandingkan dengan studi Non
pustaka. Alat-alat analisis dalam studi kepustakaan adalah :
1. Analisi komparasi yaitu : dengan cara membandingkan objek penelitian dengan
konsep pembanding. Dalam penelitian ini akan dihasilkan 2 kemungkinan:
a. Simpulan menyatakan bahwa konsep yang diteliti sama dengan konsep
pembandingnya, dan
b. Simpulan yang diteliti menyatakan ketidaksamaan.Tujuan utama penelitian
semacam ini adalah membandingkan apakah kasus yang diteliti mempunyai
kesamaan dengan konsep pengujinya.
2. Analisis historis yaitu : dengan cara melakukan analisis kejadian-kejadian dimasa
yang lalu untuk mengetahui kenapa dan bagaimana suatu peristiwa itu telah
terjadi. Hasil yang ditemukan bermanfaat untuk menentukan apakah rentetan
kejadian tersebut sangat penting untuk menjadi pertimbangan dalam pengambilan
keputusan.
Penggunaan metode pustaka semata-mata diakibatkan karena hakikat objek.
Dalam perpustakaan dapat ditemukan buku-buku sejarah penting, dokumen-dokumen,
arsip-arsip, dan berbagai karya sastra lainnya yang tidak dapat dilakukan jika
pengumpulan data menggunakan metode lapangan.
Kelemahan paling dasar dalam pengumpulan data menggunakan metode
pustaka adalah sulitnya memperoleh sumber-sumber yang asli. Kesulitan akan lebih
terasa saat kita melakukan penelusuran sumber-sumber yang lama yang termasuk
dalalam kategori anonim, seperti arsip, dokumen. Data yang diperoleh melalui arsip,
misalnya di dalamnya tidak terdapat penulis asli, maka yang dicari adalah siapa yang
menerbitkan, siapa yang menyimpan, untuk keperluan apa, dan sebagainya.
Selain adanya kelemahan diatas, pengumpulan data melalui metode pustaka
juga memiliki kesulitan, seperti kesulitan pada buku-buku teks. Di Indonesia kondisi
umum perpustakaannya adalah kurangnya buku- buku asli yang tersedia. Kemudian
mengingat bahwa teori-teori ilmu pengetahuan berasal dari Barat, maka kesulitan
yang dihadapi adalah memahami buku- buku sumber bahasa asing. Akibatnya adalah
kebanyakan peneliti mengutip dari sumber kedua, bahkan ketiga. Padahal dalaam
memperoleh data, seharusnya diusahakan melalui sumber pertama, melalui naskah
asli, baik dalam bentuk surat kabar, majalah, dan penerbitan lain maupun buku.
Masalah lain juga timbul dengan adanya buku-buku terjemahan. Buku- buku
terjemahan sering diartikan sebagai sumber pertama dengan alasan sulitnya
memperoleh sumber asli.
Yang harus dipahami untuk memperoleh data pustaka secara cepat dan efisien
yaitu petunjuk-petunjuk praktis dalam mengenali sistem pelayanan yang dibedakan
menjadi dua macam, yaitu:
No. Sistem terbuka Sistem tertutup
1 peneliti dapat secara langsung memilih
buku- buku yang diperlukan
pengambilan buku dilakukan oleh
pustakawan.
2 Peneliti secara langsung dapat masuk ke
dalam ruang penyimpanan buku
Hanya mengenal pengarang atau
judul buku, maka untuk
mempermudah pelayanan peneliti
harus menelusurinya melalui
katalogus (kartu dengan ukuran
tertentu yang diukur secara alfabetis)
Buku- buku referensi dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1. Referensi yang memberika informasi langsung, seperti kamus, ensiklopedi, dan buku
tahunan (yearbook)
2. Referensi untuk menemukan informasi selanjutnya, seperti buku bibliografi, jurnal
indeks, dan jurnal abstrak.
C. SUMBER LISAN
Dalam mencari sumber sejarah dapat menggunakan teknik wawancara,
wawancara sendiri sebagai sebuah kecakapan dan tidak terlalu banyak kerumitan
dalam berfikir. Teknik ini dipakai hampir semua cabang ilmu sosial, termasuk
jurnalistik. Sebelum membahas sejarah lisan lebih dalam, perlu diketahui tentang
perbedaan antara sejarah lisan dan tradisi lisan. Dalam tradisi lisan idak terasuk
kesaksian mata yang merupakan data lisan, yang juga ditularkaan dari satu generasi
ke generasi berikutnya yang berupa sebuah cerita masyarakat pada masa lampau.
Dalam hal ini, tradisi lisan hanya sebatas kebudayaan lisan dari masyarakat yang
belum mengenal tulisan. Tradisi lisan juga merupakan sumber sejarah yang merekam
masa lampu namun hanya sebagian unsur kesejarahannya. Dalam tradisi lisan sendiri
mengandung kejadian nilai-nilai moral, keagamaan, adat istiadat, mitos, nyanyian-
nyanyian, mantra.
Sedangkan sejarah lisan harus dicari melalui teknik wawancara yang sudah
lama dikenal. Sejarah lisan mempunyai banyak keuntungan, sejarah lisan sebagai
metode dapat dipergunakan secara tunggal dan dapat pula sebagai bahan dokumenter.
Sebagai metode tunggal sejarah lisan tidak kurang pentingnya jika dilakukan dengan
cermat. Banyak sekali permasalahan sejarah bahkan dalam jaman modern ini tidak
tertangkap dalam dokumen-dokumen. Dokumen hanya menjadi saksi dari kejadian-
kejadian penting menurut kepentingan pembut dokumen dan jamannya, tetapi tidak
melestarikan kejadian-kejadian individual dan yang unik yang dialami oleh seseorang
atau segolongan. Apalagi minat dan perhatian sejarawan akan berbeda dengan minat
dan perhatian pembuat dokumen sehingga sejawan masih harus mencari sendiri cara
untuk mendapatkan keterangan, dengan teknik awancara yang benar keabsahan
keterangan-keterangan lisan dapat dipertanggungjawakan. (metodologi
sejarah,kuntowijoyo, 1994, hal 22-23)
kegiatan mencari sejarah lisan itu sendiri dengan menggunakan teknik
wawancara. Pengumpulan sumber sejarah lisan mempunyai teknik-teknik daan
prasarana tersendiri. Pekerjaan yang terpenting yang langsung mengenai
pengumpulan sejarah lisan ialah wawancara, menyalin dan menyunting. Selanjutnya
sebagai sumber, sama halnya dengan arsip atau perpustakaan ialah sebagaimana dapat
memberikan pelayanan kepada peminat dan publik, dan mempermudah sejarawan
dalam penulisan sejarah.
Dalam memperluas ruang lingkup teaah sejarah, sejarah lisan tidak berdiri
sendiri. Pendekatan-pendekatan baru dalam sejarah seperti sejarah kejiwaan, sejarah
keluarga, sejarah desa, sejarah kota, tentunya memerlukan sejarah lisan pada
waktunya. Dengan bekal kerangka teoritis, sejarawan dapat menggunakan wawancara
secara lebih sempurna. Daftar pertanyaan yang menjadi pegangan sejarawan
pewawancara dipersiapkan sesuai dengan kerangka. Tentu saja harus diingat
ketentuan-ketentua tentang yang benar. Disini wawancar dapat sebagi metode
tunggal, dapat pula sebagi metode tambahan. (kuntowijoyo,1994 hal 27)
Ada beberapa cara dalam melakukan teknik wawancara dalam mengumpulkan
sumber sejarah. Sebagai contoh wawancara akan dilakukan dalam keluarga pedagang.
Dapat dipastikan bahwa pohon silsilah itu setelah sampai generasi ketiga semakin
banyak dan beragam profesinya. Misalnya, pada generasi kedua dan ketiga apa saja
bisnisnya, dan secara fisik perubahan apa yang terjadi. Ini lebih baik ditanyakan,
sebab apa yang kita lihat belum tentu mewakili. Bagaimana anak-anak dibesarkan
ditengan keluarga pedagang, dulu dan sekarang? Pola makan, pola hiburan? Sebelum
kita bertanya sesuatu, ata baiknya ita sudah banyak membaca.
Ada dua syarat yang harus dipenuhi. Pertama, harus dikuasai sungguh-
sungguh bagimana mengoprasikan tape recorder. Ada cara-cara tertentu bagaman
supaya suara-suara diluar tidak terdenga, bagaimana supaya suara lebih keras atau
lebih lunak, bagaimana interviuw didalam atau diluar, bagaimana mengatur suaya
tape tidak mengganggu, bagaimana mengatur interview bersama-sama. Ada interview
tunggal dan ada interview simultan; soal keluarga biasanya suami-istri menemuai
pewawancara bersama-sama, atau beberapa keluarga jadi satu. Akan sangat
memalukan kalau sekedar mengoperasiakan tape saja kita tidak bisa.
Kedua, sebelumpergi belajarlah sebanyak-banyaknya. Itu akan membuat kita
percaya diri dan yakin. Jangan terlalu banyak bertanya, tetapi juga jangan kehilangan
bhan pertanyaan. Jangan ada kesan memaksa, kita harus siap menjadi pendengar. Kita
harus menyiapkan pertanyaan terurai, setidaknya ada daftar berupa cek list. Sampai
dirumah tape harus kita dengarkan kembali dan kita transkrip, lalu kita mintakan
tanda tangan.
Untuk menghormati hak interview, kita harus menanyakan apa semuanya bisa
didengar orang. Ada interview yang “rahasia” baru boleh dibuba setelah dia
meninggal. Interview semacam itu, yang sifatnya confidential, biasanya kita simpan
ditempat aman, misalnya arsip nasional. Masalah hukum juga penting diketahui
pewawancara. (hal 98-99)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suatu penelitian ada beberapa macam langkah yang harus dilakukan peneliti
dalam melakukan penelitian. Langkah-langkah tersebut salah satunya ialah langkah
mengumpulkan data. Dari hasil pengumpulan data ini melalui analisis data maka
peneliti akan mengetahui hasil penelitian yang telah dilakukannya. Jadi,
mengumpulkan data mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya dengan
langkah-lanngkah yang lain dalam proses penelitian.
Dalam Penelitian Sejarah Metode dalam Penelusuran dan Pengumpulan
Sumber Sejarah dibagi menjadi tiga metode, yaitu : metode archive research
(Penelitian Arsip), Metode library research (Penelitian Kepustakaan) dan metode
sumber lisan.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini penulis berharap supaya pembaca dapat
mengetahui, tentang Penelusuran dan Pengumpulan Sumber Sejarah. Serta perlu
adanya sumber referensi lain supaya pengetahuan semakin luas. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat.
Daftar Pustaka
Kuntowijoyo. 1994. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya
Kuntowijoyo. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Benteng Pustaka
Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora pada
Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Subagyo. 2011. Membangun Kesadaran Sejarah. Semarang: Widya Karya
Mona Lohanda. 1998. Sumber Sejarah dan Penelitian Sejarah. Jakarta: Pusat Penelitian
Kemasyarakatan dan Budaya Lembaga Penelitian UI