Click here to load reader
Upload
state-university-of-medan
View
280
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA BERBANTUAN
AUTOGRAPH MELALUI PEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH
RIZKI KURNIAWAN RANGKUTI
Mahasiswa PPs Prodi Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Medan (UNIMED)
Email: [email protected]
Abstrak. Telah dilakukan penelitian tentang peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan motivasi belajar matematika siswa melalui pembelajaran berbasis masalah berbantuan software Autograph pada pokok bahasan persamaan garis lurus di kelas XI SMA Santa Maria Medan tahun akademik 2014-2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan kemampuan pemecahan masalah dan motivasi belajar siswa melalui model PBM berbantuan software Autograph dengan yang tidak menggunakan software Autograph. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 minggu pada bulan Oktober di SMA Santa Maria Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Instrument yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah adalah tes, sedangkan instrumen untuk mengukur motivasi belajar siswa adalah angket. Sebelum tindakan dilakukan terlebih dahulu diberikan tes awal untuk mengetahui kemampuan awal dan kesulitan awal siswa. Dari hasil tes awal yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah sangat rendah, hal ini dibuktikan hanya terdapat 6 siswa yang menunjukkan ketuntasan belajar dengan rata-rata pencapaian siswa 56,42 dan tingkat ketuntasan klasikal 23,08%. Setelah pemberian PBM berbantuan software Autograph diketahui tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal untuk tes kemampuan pemecahan masalah adalah 100%, dalam hal ini tidak terdapat seorang siswa yang tidak tuntas dengan rata-rata pencapaian kelas 81,54. Untuk skor motivasi belajar siswa rata-rata pencapaian kelas 62,88 meningkat sebesar 10,05 setelah diterapkan PBM berbantuan software Autograph. Hasil yang diperoleh dari uji-t juga menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan pemecahan masalah sebelum dan sesudah diterapkannya PBM
berbantuan software Autograph, yaitu π‘βππ‘π’ππ = 10,74 > π‘π‘ππππ = 1,71
pada πΌ = 0,05 dan ππ = 25, dan hasil yang sama juga diperoleh dari uji-t yang menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkannya PBM berbantuan software
Autograph, yaitu π‘βππ‘π’ππ = 8,07 > π‘π‘ππππ = 1,71 pada πΌ = 0,05 dan ππ =
25. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa terdapat perbedaan yang signifikan untuk kemampuan pemecahan masalah dan motivasi belajar matematika sebelum dan sesudah diterapkannya PBM berbantuan software
Autograp.
Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah, Motivasi Belajar Matematika, Pembelajaran Berbasis Masalah, dan software Autograph.
A. PENDAHULUAN
Kenyataan menunjukkan bahwa hasil pembelajaran matematika belum memenuhi
harapan. Perlu adanya upaya untuk meningkatkan kemampuan matematik melalui
perbaikan teknik atau model pembelajaran, agar ada peningkatan kemampuan matematik
siswa yang sesuai dengan tuntutan lingkungan dan perubahan zaman.
Soejadi (1994:36) mengatakan bahwa kegiatan pembelajaran matematika di
jenjang persekolahan merupakan suatu kegiatan yang harus dikaji dan jika perlu
diperbaharui agar dapat sesuai dengan kemampuan murid serta tuntutan lingkungan.
Perbaikan dan proses pembelajaran matematika antara lain dengan menciptakan susasana
belajar yang konduksif, konstruktif, demokratis dan kolaboratif.
Perubahan tersebut sesuai dengan tujuan umum diberikannya matematika
dijenjang pendidikan dasar dan pendidikan umum (Soejadi, 2000: 43) yakni: (1)
Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di kehidupan dan
dunia yang selalu berkembang , melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara
logis, rasional , kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien, (2) Mempersiapkan siswa agar
dapat menggunakan matematika dan pola piker matematika dalam kehidupan sehari-hari
dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Proses pembelajaran matematika
hendaknya menjamin siswa dapat menyajikan konsep yang dipelajarinya ke dalam
berbagai macam model matematika.
Salah satu pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif berpikir untuk
memahami, menyusun masalah dan menyelesaikannya serta terjadi interaksi antara siswa
dan guru, siswa dengan siswa menjadi kondusif adalah pembelajaran berbasis masalah.
Dalam pembelajaran berbasis masalah. Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa akan
memahami konsep suatu materi melalui bekerja dan belajar pada situasi atau masalah
yang diberikan, yakni situasi/masalah kehidupan sehari-hari, kemudian melakukan
investigasi, eksplorasi, konjektur, dan mengkomunikasikan ide/gagasan matematika,
melakukan pemecahan masalah dan membuat kesimpulan untuk mengkonstruksi
pemahamannya sendiri.
Moffit (dalam Permana, 2004:4) mengatakan bahwa belajar berbasis masalah
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa aktif secara optimal,
memungkinkan siswa melakukan investigasi, pemecahan masalah yang mengintegrasikan
keterampilan dan konsep dari berbagai konten area. Pendekatan ini meliputi
menyimpulkan informasi sekitar masalah, melakukan sintesis.
Pembelajaran matematika di kelas belum bermakna, bersusun dan tidak
menekankan pada pemahaman siswa, sehingga pengertian siswa tentang konsep sangat
lemah. Kenyataan menunjukkan bahwa selama ini kebanyakan guru menggunakan model
pembelajaran yang bersifat konvensional dan banyak didominasi guru (Huddyd, 1990).
Pola pembelajaran seperti itu harus diubah dengan cara menggiring peserta didik
mengkontruksikan ilmunya sendiri dan menemukan konsep-konsep secara mandiri.
Untuk mengantisipasi masalah di atas, guru dituntut mencari dan menemukan suatu cara
yang dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik.
Perkembangan pendidikan dalam kurikulum 2013 juga tidak terlepas dari
perkembangan teknologi. Pada era globalisasi kemajuan teknologi semakin pesat,
khususnya teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi itu salah satunya yaitu
komputer. Komputer banyak digunakan pada berbagai bidang, teknik, astronomi, biologi,
kesehatan, dan juga pendidikan. Pada dunia pendidikan sangat bermanfaat baik bagi guru
maupun siswa.
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan
proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan
menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru sangatlah
diperlukan. Bantuan guru tersebut tidak sepenuhnya, tetapi siswalah yang bekerja sendiri
dengan mendapatkan bantuan dari guru ketika mengalami kesulitan. Sehingga
memungkinkan siswa lebih aktif dibandingkan guru.
B. KAJIAN TEORITIS
Pemecahan masalah (problem solving) merupakan komponen yang penting dalam
kurikulum matematika karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya siswa
dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan
yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah. Menurut Dahar (2011),
pemecahan masalah merupakan suatu kegiatan manusia yang menggabungkan konsep-
konsep dan aturan-aturan yang telah diperoleh sebelumnya, dan tidak sebagai suatu
keterampilan generik. Pengertian ini mengandung makna bahwa ketika seseorang telah
mampu menyelesaikan suatu masalah, maka seseorang itu telah memiliki suatu
kemampuan baru. Kemampuan ini dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-
masalahyang relevan. Semakin banyak masalah yang dapat diselesaikan oleh seseorang,
maka dia akan semakin banyak memiliki kemampuan yang dapat membantunya untuk
mengarungi hidupnya dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Killen (dalam Susanto, 2013), pemecahan masalah sebagi strategi
pembelajaran adalah suatu teknik dimana masalah digunakan secara langsung sebagai alat
untuk membantu siswa memahami materi pelajaran yang sedang mereka pelajari. Melalui
pemechan masalah ini, siswa dihadapkan pada berbagai masalah yang dijadikan bahan
pembelajaran secara langsung agar siswa menjadi peka terhadap semua pesoalan yang
dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-harinya.
Secara umum, dapat dijelaskan bahwa pemecahan masalah merupakan proses
menerapkan pengetahuan (knowledge) yang telah diperoleh siswa sebelumnya ke dalam
situasi baru. Menyelesaikan suatu masalah berarti menemukan jalan, dimana jalan kitu
belum pernah diketahui sebelumnya, menemukan jalan keluar dari kesulitan, jalan
melewati rintangan, mendapatkan hasil akhir tidak secara tiba-tiba dengan hasil yang
tepat. Menurut Polya (1973) ada 4 proses penyelesaian masalah meliputi: First, we have
to understand the problem; we have to see clearly what is required. Second, we have to
see how the various items are connected, how the unknown is linked to the data, in order
to obtain the idea of the solution, to make a plan. Third, we carry out our plan. Fourth,
we look back at the completed solution, we review and discuss it. Dimana secara
sederhana dapat dipahami bahwa empat tahap atau langkah yang dapat ditempuh dalam
pemecahan masalah tersebut adalah: (1) Baca dan pahami masalah, (2) putuskan rencana,
(3) melaksanakan rencana dan (4) melihat kembali.
Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku.
Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu
yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Istilah motivasi berasal dari kata motif.
Motif tidak dapat diamati langsung tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya,
berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku
tertentu.
Menurut Mc. Donald dalam Sardiman (2009:74) motivasi mengandung tiga
elemen penting yaitu: (1) bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi
pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa
perubahan energi didalam sistem βneurophysiologicalβ yang ada pada organisme
manusia, (2) motivasi ditandai dengan munculnya rasa βfeelingβ, afeksi seseorang. Dalam
hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang
dapat menentukan tingkah laku manusia, (3) motivassi akan dirangsang karena adanya
tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni
tujuan. Dengan ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai
sesuatu yang kompleks.
Mc. Cleland dalam Dimyati (1994:76) berpendapat bahwa setiap orang memiliki
jenis kebutuhan dasar, yaitu: (1) kebutuhan akan kekuasaan, (2) kebutuhan untuk
berafilasi, dan, (3) kebutuhan berprestasi. Dari segi dorongan Hull dalam Dimyati
(1994:76) motivasi berkembang untuk memenuhi kebutuhan organisme.
Dari sudut sumber yang menimbulkannya, motif dibedakan dua macam, yaitu:
motif intrinsik dan motif ekstrinsik. Motif intrinsik, timbulnya tidak memerlukan
rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai
atau sejalan dengan kebutuhan, sedangkan motif ekstrinsik timbul karena adanya
rangsangan dari luar individu, misalnya dalam bidang pendidikan tedapat minat yang
positif terhadap kegiatan pendidikan timbul karena melihat manfaatnya. Motif intrinsik
lebih kuat dari motif ekstrinsik. Oleh karena itu, pendidikan harus berusaha menimbulkan
motif intrinsik dengan menumbuhkan dan mengembangkan minat mereka terhadap
bidang-bidang studi yang relevan. Sebagai contoh, memberitahukan sasaran yang hendak
dicapai dalam bentuk tujuan instruksional pada saat pembelajaran akan dimulai yang
menimbulkan motif keberhasilan mencapai sasaran.
Banyak teori motivasi yang didasarkan dri asas kebutuhan atau (need).
Kebutuhan yang menyebabkan seseorang berusaha untuk dapat memenuhinya. Motivasi
adalah proses psikologis yang dapat menjelaskan perilaku seseorang, perilaku hakekatnya
merupakan orientasi pada saatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan proses
interaksi dari beberap unsur. Dengan demikian, motivasi merupakan kekuatan yang
mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Kekuatan-kekuatan ini
pada dasarnya dirangsang oleh adanya berbagai macam kebutuhan, seperti: (1) keinginan
yang hendak dipenuhinya, (2) tingkah laku, (3) tujuan, (4) umpan balik. Dapat
disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang menggerakkan seseorang bertingkah
laku, dengan motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada
pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan
dan juga emosi untuk kemudian bertindak melakukan sesuatu.
Proses pembelajaran akan berhasil apabila siswa memiliki motivasi dalam
belajar. Oleh sebab itu guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Ada beberapa
fungsi motivasi dalam proses pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik (dalam Wina
Sanjaya, 2006) ada tiga fungsi motivasi, yaitu: (1) Motivasi berfungsi sebagai pendorong
tingkah laku atau perbuatan, (2) Motivasi berfungsi sebagai pengaruh, (3) Motivasi
berfungsi sebagai penggerak.
Memperhatikan ketiga fungsi di atas, maka motivasi dapat menentukan
keberhasilan suatu proses pembelajaran. Oleh karena itu, peningkatan motivasi belajar
merupakan salah satu tugas guru yang cukup penting untuk memotivasi siswa dalam
belajar.
Dalam perilaku belajar terdapat motivasi belajar. Menurut Hamzah (2008:30)
motivasi belajar penting diketahui oleh guru dan siswa, bagi siswa pentingnya motivasi
belajar adalah sebagai berikut: (1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan
hasil akhir, (2) Menginfornasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan
dengan teman sebaya, (3) Mengarahkan kegiatan belajar, (4) Membesarkan semangat
belajar, (5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang
berkesinambungan.
Pentingnya motivasi bagi guru adalah sebagai berikut: (1) Membangkitkan,
meningkatkan dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil, (2)
Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam ragam, (3)
Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam
peran seperti penasehat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, atau pendidik
(Dimyati dan Mudjiono, 2006).
Purwanto (2007) menyebutkan ada enam faktor yang didukung oleh sejumlah
teori psikologi dan penelitian terkait yang memiliki dampak substansial terhadap motivasi
belajar siswa, yaitu: (1) Sikap, (2) Kebutuhan, (3) Rangsangan, (4) Afeksi, (5)
Kompetensi, (6) Penguatan.
Istilah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) di adopsi dari istilah Inggris
Problem Based Instruction (PBI). Model pembelajaran berbasis masalah ini telah dikenal
sejak zaman John Dewey. Model pembelajaran ini mulai diangkat sebab ditinjau secara
umum pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa masalah
yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk
melakukan penyelidikan dan inkuiri. Menurut Dewey (dalam Trianto 2010 : 91) belajar
berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan
hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan.
Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk
pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk
memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan
mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
Pada model pembelajaran ini peran guru yang mengajukan masalah, mengajukan
pertanyaan, memberikan kemudahan suasana berdialog, dan memberikan fasilitas
penelitian, serta melakukan penelitian. Kegiatan ini dapat dilakukan guru saat
pembelajaran di kelas dan melalui latihan yang cukup (Arends, dalam Trianto 2010).
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah (PBI) ditekankan bahwa pembelajaran
dikendalikan dengan masalah. Oleh karena itu, pembelajaran berdasarkan masalah
dimulai dengan memecahkan masalah dan masalah yang diajarkan kepada siswa harus
mampu memberikan informasi (pengetahuan) baru sehingga siswa memperoleh
pengetahuan baru sebelum mereka dapat memecahkan masalah itu.
Ciri-ciri khusus pengajaran berdasarkan masalah, menurut Arends (2001:349),
berbagai pengembang pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan modal
pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) Pengajuan pertanyaan atau
masalah, (2) Berfokus pada keterkaitan antardisiplin ilmu, (3) Penyelidikan autentik, (4)
Menghasilkan produk dan memamerkannya, (5) Kolaborasi, pembelajaran berdasarkan
masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama atau dengan yang lainnya, paling sering
secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.
Pembelajaran berbasis masalah (PBM) esensinya menyuguhkan berbagai situasi
bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa, yang dapat berfungsi sebagai batu
loncatan untuk investigasi dan penyelidikan. PBM mencoba untuk membuat siswa lebih
bertanggung jawab dalam pembelajaran, daripada sekedar menjadi penerima informasi
yang pasif.
Mengapa diperlukan pendekatan pembelajaran berbasis masalah? Perlunya
pendekatan pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada kenyataan-kenyataan sebagai
berikut: (1) Pada dasarnya, berpikir terjadi dalam konteks memecahkan masalah, yaitu
adanya kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang ada, (2) Seseorang
menjadi tertarik atau berminat mengerjakan sesuatu apabila berada dalam ruang lingkup
atau berkaitan dengan masalah yang dihadapinya. Demikian pula dengan belajar, (3) Pada
saat mempelajari bahan pelajaran, siswa ingin segera mengetahui apa sebenarnya manfaat
mempelajarinya, dan masalah apa sajakah yang dapat dipecahkan dengan pengetahuan
atau bahan itu, (4) Suatu kompetensi paling efektif dicapai oleh pelajar melalui
serangkaian pengalaman pemecahan masalah realistik yang di dalamnya si pelajar secara
langsung menerapkan unsur-unsur kompetensi tersebut.
Pada pengajaran berdasarkan masalah terdiri dari 5 (lima) langkah utama yang
dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri
dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa.
Tabel Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah
Tahap-Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap- 1
Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
mengajukan fenomena atau demonstrasi atau
cerita untuk memunculkan masalah,
memotivasi siswa untuk terlibat dalam
pemecahan masalah yang dipilih.
Tahap-2
Mengorganisasikan siswa untuk
belajar
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan
dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah.
Tahap- 3
Membimbing penyelidikan individual
maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan
dan pemecahan masalah.
Tahap- 4
Mengembangkan dan menyajikan
hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan
dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, video, dan model serta membantu
mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
Tahap- 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka
gunakan.
Sumber : Ibrahim dalam Trianto (2010)
Menurut Ibrahim (2003:15), di dalam kelas PBI, peran guru berbeda dengan kelas
tradisional. Peran guru didalam kelas PBI antara lain sebagai berikut: (1) Mengajukan
masalah atau mengorientasikan siswa kepada masalah autentik, yaitu masalah kehidupan
nyata sehari-hari, (2) Memfasilitasi/membimbing penyelidikan, misalnya melakukan
pengamatan atau melakukan eksperimen/percobaan, (3) Memfasilitasi dialog siswa, (4)
Mendukung belajar siswa.
Autograph merupakan software matematika yang lengkap dan dinamis yang
sesuai untuk pembelajaran grafik, geometri, statistika, dan probabilitas. Tarmizi, dkk
(2008:186) menyatakan bahwa Autograph merupakan software yang dinamis untuk
mengajar kalkulus, aljabar, dan geometri. Selanjutnya Ayub, dkk (2008:195)
mengungkapkan bahwa Autograph merupakan software yang interaktif dan lengkap yang
mencakup berbagai topik, dari aljabar sampai kalkulus.
Dengan demikian, Autograph merupakan software yang sangat sesuai untuk
digunakan dalam pembelajaran matematika dan dapat digunakan untuk mengajarkan
berbagai materi dalam pembelajaran matematika, yaitu kalkulus, geometri, statistik, dan
probabilitas.
What is Autograph Software?
Autograph software adalah program khusus yang digunakan dalam pembelajaran
matematika. Autograph memiliki kemampuan grafik 2D dan 3D untuk topik-topik seperti
transformasi, kerucut bagian, vektor, kemiringan, dan turunan. Dalam kenyataannya,
pengguna dapat mengamati bagaimana fungs i, grafik, persamaan, dan perhitungan.
Autograph dapat digunakan untuk menggambar grafik statistik, fungsi, dan vektor dan
untuk mengubah bentuk.
Why use Autograph Software?
Autograph memiliki kemampuan yang kuat dalam memvisualisasikan dan
menghidupkan obyek matematika dan karena itu dapat digunakan untuk mengeksplorasi
konsep-konsep matematika lebih dalam. Ini adalah perangkat lunak yang sangat interaktif
yang dapat digunakan untuk membuat siswa lingkungan terpusat.
How to use Autpgraph Software?
Integrasi ICT dalam pendidikan telah melahirkan suatu paradigma baru dalam
belajar. Belajar tidak lagi hanya ditentukan oleh guru semata, tetapi siswa pun memiliki
akses dalam memilih cara belajarnya sendiri dalam membentuk pengetahuan yang
diperlukan. Sumber belajar tidak terbatas pada teks tetapi bisa menjangkau jaringan yang
sangat luas seperti internet. Dengan ICT kesempatan belajar juga semakin besar karena
tidak selalu terbatas oleh ruang dan waktu. E-learning system memungkinkan pembejaran
interaktif dapat dilakukan kapan pun dan di mana pun selama siswa memiliki koneksi
pada jaringan sistem tersebut.
C. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Santa Maria Medan pada tahun akademik
2014-2015 dengan jadwal pelaksanaannya dikoordinasikan dengan kegiatan sekolah,
tepatnya bulan Oktober.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Santa Maria di Kota
Medan. pendapat Russefendi (1998) salah satu cara memilih sampel mewakilinya
populasinya adalah cara random sederhana, yaitu bila setiap anggota dari populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih. Sampel yang terpilih yaitu siswa SMA
Santa Maria kelas XI.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode
eksperimen dalam bentuk jenis quasi eksperimen karena tidak memungkinkan untuk
membentuk kelompok baru, mengingat penelitian ini dilakukan pada suatu kelas yang
sudah terbentuk dan jadwal belajar yang sudah ditentukan. Penelitian ini bertujuan
menelaah tentang kemampuan pemecahan masalah dan motivasi matematika siswa SMA
yang dipengaruhi oleh pembelajaran berbasis masalah (PBM) dengan menggunakan
Autograph.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan
pemecahan masalah dan angket motivasi siswa. Pada tabel berikut kisi-kisi tes
kemampuan pemecahan masalah:
Tabel Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Aspek Indikator Yang Diukur Nomor Soal
Memahami
masalah
Merencanakan
pemecahan
Melakukan
perhitungan
Memeriksa
kembali
Menuliskan yang diketahui
Menuliskan yang ditanyakan
Menulis cukup, kurang atau berlebihan hal-hal
yang diketahui untuk menyelesaikan masalah
Menuliskan teori atau metode yang dapat
digunakan dalam masalah
Melaksanakan perhitungan, diukur dengan
melaksanakan rencana yang sudah dibuat serta
membuktikan bahwa langkah yang dipilih sudah
benar
Memeriksa penyelesaian (mengetes atau menguji
coba jawaban)
Memeriksa apakah jawaban yang diperolah
masuk akal
Memeriksa pekerjaan, adakah perhitungan atau
analisis yang salah,
Memeriksa pekerjaan, adakah yang kurang
lengkap atau kurang jelas.
1a
1b
1c
1d
Penskoran untuk penilaian tes kemampuan pemecahan masalah matematika
berdasarkan rubrik skor dikemukakan oleh Sinaga (2008), untuk memudahkan dalam
pemberian skor kemampuan pemecahan masalah disajikan suatu alaternatif pemberian
skor dan digunakan dalam penelitian ini. Seperti pada tabel berikut ini:
Tabel Penskoran Kemampuan Pemecahan
Aspek yang dinilai Indikator Skor
Memahami Masalah
Tidak ada jawaban sama sekali 0
Tidak menuliskan yang diketahui, ditanyakan 1
Salah menuliskan yang diketahui, ditanyakan 2
Menuliskan yang diketahui, ditanyakan dengan benar
tapi tidak lengkap
3
Menuliskan yang diketahui, ditanyakan dengan benar
dan lengkap
4
Menyusun Rencana
Penyelesaian
Tidak ada jawaban sama sekali 0
Strategi yang digunakan tidak relevan 1
Strategi yang digunakan kurang dapat dilaksanakan 2
dan tidak dapat dilanjutkan
Strategi yang digunakan benar tapi mengarah pada
jawaban yang salah atau tidak mencoba strategi yang
lain
3
Menggunakan beberapa prosedur yang mengarah
pada jawaban yang benar
4
Penyelesaian Masalah
Tidak ada jawaban sama sekali 0
Hasil perhitungan salah 1
Beberapa prosedur yang mengarah kepada jawaban
yang benar
2
Sebagian hasil salah, tetapi hanya salah perhitungan
saja
3
Hasil dan prosedur benar 4
Memeriksa Kembali
Tidak ada jawaban sama sekali 0
Tidak ada pemeriksaan kembali 1
Ada pemeriksaan tetapi salah 2
Ada pemeriksaan tetapi tidak tuntas atau tidak
lengkap
3
Pemeriksaan dilaksanakan dengan lengkap untuk
melihat kebenaran hasil dan produk
4
Untuk mencari nilai rata-rata hasil belajar kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa digunakan rumus analisis komparatif untuk menguji satu kelompok
sampel dengan dua data terpisah yang digunakan untuk membandingkan perbedaan dua
data dalam satu kelompok sampel penelitian. Sampel penelitian di dalam analisis ini
adalah sampel yang terpisah dikemukakan oleh Hardjodipuro (1987:60) disebut
βdependent sample sampleβ. Teknik analisis yang digunakan menurut Hardjodipuro
adalah t-test (1987:60). Rumus yang digunakan adalah :
π‘ =π1βπ2
ββ π·2β(βπ·)
2
ππ(πβ1)
, Hardjodipuro (1987:60)
Keterangan:
οΏ½Μ οΏ½1 = Rata-rata skor post-test
οΏ½Μ οΏ½2 = Rata-rata skor pre-test
D = Perbedaan antar data skor yang berpasangan
D = Rata-rata perbedaan antar data yang berpasangan
β π·2 = Jumlah kuadrat skor perbedaan
(β π·)2 = Kuadrat jumlah skor perbedaan
N = Banyak pasangan data (skor)
Pada taraf signifikan πΌ = 0,05 dengan derajat kebebasan dk = N β 1 maka dapat
diperoleh harga t tabel. Apabila t hasil perhitungan lebih besar dari harga t tabel
(π‘βππ‘π’ππ > π‘π‘ππππ) maka dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna
antara dua kelompok data penelitian itu. Tetapi apabila sebaliknya, jika harga t hitung
lebih kecil atau sama dengan t tabel (π‘βππ‘π’ππ β€ π‘π‘ππππ) maka tidak terdapat perbedaan
antara kedua kelompok data tersebut.
Dalam mengukur motivasi siswa dalam belajar matematika dengan menggunakan
software Autograph dilakukan dengan memberikan angket motivasi. Angket motivasi
tersebut diberikan kepada masing-masing siswa setelah pembelajaran dengan
menggunakan software Autograph sebanyak 20 pernyataan. Hasil angket dianalisis
menggunakan nilai rata-rata dan presentase. Hal itu dilakukan untuk mengetahui seberapa
banyak siswa yang menjawab pernyataan sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS),
dan sangat tidak setuju (STS).
Selain dengan melihat hasil belajar juga dapat melihat hasil angket motivasi
dengan menggunakan analisis komparatif untuk menguji satu kelompok sampel dengan
dua data terpisah yang digunakan untuk membandingkan perbedaan dua data dalam satu
kelompok sampel penelitian. Sampel penelitian di dalam analisis ini adalah sampel yang
terpisah dikemukakan oleh Hardjodipuro (1987:60) disebut βdependent sample sampleβ.
Teknik analisis yang digunakan menurut Hardjodipuro adalah t-test (1987:60). Rumus
yang digunakan adalah :
π‘ =π1βπ2
ββ π·2β(βπ·)
2
ππ(πβ1)
, Hardjodipuro (1987:60)
Keterangan:
οΏ½Μ οΏ½1 = Rata-rata skor post-test
οΏ½Μ οΏ½2 = Rata-rata skor pre-test
D = Perbedaan antar data skor yang berpasangan
D = Rata-rata perbedaan antar data yang berpasangan
β π·2 = Jumlah kuadrat skor perbedaan
(β π·)2 = Kuadrat jumlah skor perbedaan
N = Banyak pasangan data (skor)
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pre-test dilakukan untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang materi yang
akan dipelajari sebelum diterapkannya model pembelajaran berbasis masalah berbantuan
software Autograph. Siswa diberikan tes dalam bentuk essay. Adapun data hasil tes pra
tindakan dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa sebelum diterapkannya model pembelajaran berbasis masalah berbantuan
software Autograph
No Siswa Nilai Pre-Test Presentasi Hasil
Belajar Keterangan
1. S1 40 40% Tidak Tuntas
2. S2 55 55% Tidak Tuntas
3. S3 58 58% Tidak Tuntas
4. S4 60 60% Tidak Tuntas
5. S5 40 40% Tidak Tuntas
6. S6 60 60% Tidak Tuntas
7. S7 57 57% Tidak Tuntas
8. S8 30 30% Tidak Tuntas
9. S9 65 65% Tidak Tuntas
10. S10 45 45% Tidak Tuntas
11. S11 40 40% Tidak Tuntas
12. S12 70 70% Tuntas
13. S13 80 80% Tuntas
14. S14 50 50% Tidak Tuntas
15. S15 75 75% Tuntas
16. S16 70 70% Tuntas
17. S17 75 75% Tuntas
18. S18 58 58% Tidak Tuntas
19. S19 46 46% Tidak Tuntas
20. S20 68 68% Tidak Tuntas
21. S21 55 55% Tidak Tuntas
22. S22 65 65% Tidak Tuntas
23. S23 70 70% Tuntas
24. S24 40 40% Tidak Tuntas
25. S25 55 55% Tidak Tuntas
26. S26 40 40% Tidak Tuntas
Jumlah 1467
Rata-rata 56,42
Tabel Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa sebelum diterapkannya
model pembelajaran berbasis masalah berbantuan
software Autograph.
No Persentase
Ketuntasan
Tingkat
Ketuntasan Banyak Siswa
Persentase
Jumlah Siswa
1 < 70% Tidak Tuntas 20 76,92%%
2 70% Tuntas 6 23,08%
Jumlah 26 100%
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal Statistika pada pre-test masih sangat rendah. Dari 26 siswa, 6 siswa yang mencapai
ketuntasan belajar dan diperoleh nilai rata β rata hasil tes siswa sebelum diterapkannya
model pembelajaran berbasis masalah berbantuan software Autograph yaitu 56,42.
Berdasarkan hasil pre-test diperoleh adanya permasalahan atau kesulitan yang
dialami siswa dalam menyelesaikan soal persammaan garis lurus yang diberikan.
Adapun kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal-soal Statistika
yaitu, keterbatasan waktu dan kurang mampu memahami soal.
Untuk melihat hasil belajar siswa diberikan post-tes berupa esai. Adapun data
hasil test dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa setelah Diberikan Pembelajaran
Berbasis Masalah Berbantuan Autograph
No Siswa Nilai Post-
Test
Persentasi
Hasil Belajar Keterangan
1 S1 70 70% Tuntas
2 S2 85 85% Tuntas
3 S3 76 76% Tuntas
4 S4 85 85% Tuntas
5 S5 71 71% Tuntas
6 S6 89 89% Tuntas
7 S7 72 72% Tuntas
8 S8 77 77% Tuntas
9 S9 89 89% Tuntas
10 S10 81 81% Tuntas
11 S11 70 70% Tuntas
12 S12 88 88% Tuntas
13 S13 72 72% Tuntas
14 S14 70 70% Tuntas
15 S15 89 89% Tuntas
16 S16 99 99% Tuntas
17 S17 93 93% Tuntas
18 S18 71 71% Tuntas
19 S19 89 89% Tuntas
20 S20 99 99% Tuntas
21 S21 85 85% Tuntas
22 S22 77 77% Tuntas
23 S23 83 83% Tuntas
24 S24 85 85% Tuntas
25 S25 72 72% Tuntas
26 S26 83 83% Tuntas
Jumlah 2120
Rata β rata 81,54
Tabel Persentase Ketuntasan Hasil Belajar setelah diberikan Pembelajaran
Berbasis Masalah Berbantuan Autograph
No Persentase
Ketuntasan
Tingkat
Ketuntasan Banyak Siswa
Persentase
Jumlah Siswa
1 < 70% Tidak Tuntas 0 0%
2 70% Tuntas 26 100%
Jumlah 26 100%
Berdasarkan data hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran berbasis
masalah menggunakan software Autograph, dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar siswa
tercapai, dimana seluruh siswa tuntas belajar (100%). Dapat disimpulkan bahwa
ketuntasan belajar siswa secara klasikal tercapai ( 85%,), sehingga tidak perlu dilakukan
perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya. Dengan demikian penggunaan model
pembelajaran berbasis masalah berbantuan software Autograph dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
Peningkatan rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis setelah
diberikan pembelajaran berbasis masalah berbantuan software Autograph dapat dilihat
dengan uji t-test sebagai berikut:
π‘ =οΏ½Μ οΏ½1 β οΏ½Μ οΏ½2
ββπ·2 β(βπ·)
2
ππ(π β 1)
Tabel Perbandingan Skor Kemampuan Pemecahan Masalah
No Kode
Siswa
Skor siswa sebelum
diberi PBM berbantuan
software Autograph
Skor siswa setelah diberi
PBM berbantuan
software Autograph
D D2
1 S1 40 61 21 441
2 S2 55 85 30 900
3 S3 58 76 18 324
4 S4 60 85 25 625
5 S5 40 71 31 961
6 S6 60 89 29 841
7 S7 57 72 15 225
8 S8 30 77 47 2209
9 S9 65 89 24 576
10 S10 45 81 36 1296
11 S11 40 50 10 100
12 S12 70 88 18 324
13 S13 80 72 8 64
14 S14 50 70 20 400
15 S15 75 89 14 196
16 S16 70 99 29 841
17 S17 75 93 18 324
18 S18 58 71 13 169
19 S19 46 89 43 1849
20 S20 68 99 31 961
21 S21 55 85 30 900
22 S22 65 77 12 144
23 S23 70 83 13 169
24 S24 40 85 45 2025
25 S25 55 72 17 289
26 S26 40 83 43 1849
Jumlah 1467 2091 640 19002
Rata-
Rata 56,42 80,42
Dari data diperoleh οΏ½Μ οΏ½1 = 80,42, οΏ½Μ οΏ½2 = 56,42, βπ· = 640, β π·2 = 19002, π =
26 maka dapat dihitung peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
setelah diberi pembelajaran berbaasis masalah berbantuan software Autograph sebagai
berikut :
π‘ =οΏ½Μ οΏ½1 β οΏ½Μ οΏ½2
ββπ·2 β(β π·)
2
ππ(π β 1)
=80,42 β 56,42
β19002 β(640)2
2626(25)
=24
β19002 β 15753,85650
=24
2,235= 10,74
Dengan πΌ = 0,05 dan dk = N β 1 = 26 β 1 = 25 maka diperoleh t0,95(25) =1,71.
Ternyata t hasil perhitungan lebih kecil dari t tabel, yaitu π‘βππ‘π’ππ = 10,74 > π‘π‘ππππ =
1,71, maka dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara kemampuan
pemecahan masalah yang menggunakan PBM berbantuan software Autograph dengan
yang tidak berbantuan software Autograph.
Peningkatan rata-rata motivasi belajar matematis setelah diberikan pembelajaran
berbasis masalah berbantuan software Autograph dapat dilihat dengan uji t-test sebagai
berikut:
π‘ =π1 β π2
ββ π·2 β(β π·)2
ππ(π β 1)
Tabel Perbandingan Skor Motivasi Matematis Siswa
No Kode
Siswa
Skor siswa sebelum
diberi PBM berbantuan
software Autoraph
Skor siswa setelah diberi
PBM berbantuan
software Autoraph
D D2
1 S1 30 60 30 900
2 S2 55 60 5 25
3 S3 58 63 5 25
4 S4 64 70 6 36
5 S5 43 60 17 289
6 S6 62 70 8 64
7 S7 52 72 20 400
8 S8 40 65 25 625
9 S9 53 62 9 81
10 S10 57 62 5 25
11 S11 47 64 17 289
12 S12 56 64 8 64
13 S13 57 60 3 9
14 S14 52 61 9 81
15 S15 58 60 2 4
16 S16 55 62 7 49
17 S17 52 60 8 64
18 S18 53 63 10 100
19 S19 56 60 4 16
20 S20 53 62 9 81
21 S21 51 60 9 81
22 S22 49 61 12 144
23 S23 50 62 12 144
24 S24 54 63 9 81
25 S25 52 66 14 196
26 S26 53 63 10 100
Jumlah 1362 1635 273 3973
Rata-
Rata 52,3846154 62,8846154
Dari data diperoleh οΏ½Μ οΏ½1 = 62,88, οΏ½Μ οΏ½2 = 52,39, β π· = 273, β π·2 = 3973, π = 26
maka dapat dihitung peningkatan motivasi matematis siswa setelah diberi pembelajaran
berbaasis masalah berbantuan software Autograph sebagai berikut:
π‘ =π1 β π2
ββ π·2 β(β π·)2
ππ(π β 1)
=62,88 β 52,39
β3973 β(273)2
2626(25)
=10,49
β3973 β 2866,5650
=10,49
1,3= 8,07
Dengan πΌ = 0,05 dan dk = N β 1 = 26 β 1 = 25 maka diperoleh t0,95(25) =1,71.
Ternyata t hasil perhitungan lebih kecil dari t tabel, yaitu π‘βππ‘π’ππ = 8,07 > π‘π‘ππππ =
1,71 , maka dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara motivasi
matematik siswa yang menggunakan PBM berbantuan software Autograph dengan yang
tidak berbantuan software Autograph.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada BAB IV maka dapat diambil
kesimpulan bahwa: (1) Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat perbedaan
yang nyata antara kemampuan pemecahan masalah yang menggunakan PBM berbantuan
software Autograph dengan yang tidak berbantuan software Autograph, dimana ternyata t
hasil perhitungan lebih kecil dari t tabel, yaitu π‘βππ‘π’ππ = 10,74 > π‘π‘ππππ = 1,71, (2)
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa maka dapat dijelaskan bahwa terdapat
perbedaan yang nyata antara motivasi matematis siswa yang menggunakan PBM
berbantuan software Autograph dengan yang tidak berbantuan software Autograph,
dimana ternyata t hasil perhitungan lebih kecil dari t tabel, yaitu π‘βππ‘π’ππ = 8,07 >
π‘π‘ππππ = 1,71,
Berdasarkan kesimpulan di atas penulis menyampa ikan beberapa saran antara
lain: (1) Kepada sekolah, sebagai salah satu tolak ukur dalam memperbaiki proses
pembelajaran dengan selalu berusaha mengikuti perkembangan teknologi yang sangat
penting dimanfaatkan sebagai media pembelajaran, (2) Kepada guru, supaya dalam
memberikan pembelajaran yang lebih baik kepada siswa perlu dilakukan pengintegrasian
media dengan model pembelajaran, (3) Kepada peneliti lanjutan, supaya dapat melakukan
penelitian replikasi dengan sekolah dan siswa yang berbeda untuk melihat perbandingan
dari hasil penelitian ini.