Upload
boedi-santoso
View
5.061
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
AgresiAgresivitas menurut Baron berkowitz maupun Aronson, adalah tingkah laku individu yang ditunjukan untuk melukai atau mencelakakan individu yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut. Schneiders mendefinisikan agresi sebagai suatu bentuk respon yang mencari pengurangan ketegangan dan frustasi melalui perilaku yang banyak menuntut, memaksa dan mengusai orang lain.
Menurut Berkowitz dalam Wastson, agresivitas didefinisikan sebagai perilaku yang diarahkan untuk melukai orang lain. Hal ini berarti perilaku melukai orang lain karena kecelakaan atau ketidaksengajaan tidak dapat dikategorikan sebagai agresivitas apabila bertujuan melukai orang lain dan berusaha untuk melakukan hal ini walaupun usahanya tidak berhasil. Pendapat lain mengatakan bahwa agresivitas adalah perilaku yang memiliki potensi untuk melukai orang lain atau benda yang berupa serangan fisik (memukul, menendang, mengigit), serangan verbal (membentak, menghina) dan melanggar hak orang lain (mengambil dengan paksa).
Berdasarkan defnisi itu, maka agresivitas pada remaja dapat diartikan sebagai tingkah laku kekerasan secara fisik ataupun secara verbal yang dilakukan secara sengaja terhadap individu lain ataupun terhadap objek-objek dengan maksud untuk melukai, menyakiti ataupun merusak yang mana orang yang dilukai tersebut berusaha untuk menghidarinya.
Byrne membedakan bentuk agresivitas menjadi dua yaitu agrsivitas fisik yang dilakukan dengan cara melikai atau menyakiti badan dan agresivitas verbal yaitu agresi yang dilakukan dengan mengucapkan kata-kata kotor atau kasar. Buss mengklasifikasikan agesivitas yaitu agresivitas secara fisik dan verbal, secara aktif maupun pasif, secara langsung maupun tidak langsung. Tiga klasifikasi tersebut masing-masing saling berinteraksi, sehingga menghasilkan bentuk-bentuk agresivitas.
Pendapat ini dikemukakan oleh Buss. menurutnya ada 8 agresivitas yaitu;
1. Agresivitas fisik aktif yang dilakukan secara langsung misalnya menusuk, memukul, mencubit.
2. Agresivitas fisik aktif yang dilakukan secara tidak langsung misalnya menjebak untuk mencelakakn orang lain.
3. Agresivitas fisik pasif yang dilakukan secara langsung misalnya memberikan jalan untuk orang lain.
4. Agresivitas fisik pasif yang dilakukan secara tidak langsung misalnya menolak melakukan sesuatu.
5. Agresivitas verbal aktif secara langsung misalnya mencaci maki orang lain menusuk, memukul.
6. Agresivitas verbal aktif yang dilakukan secara tidak langsung misalnya menyebarkan gosip yang tidak benar kepada orang lain.
7. Agresivitas verbal pasif yang dilakukan secara langsung misalnya tidak mau berbicara pada orang lain.
8. Agresivitas verbal pasif fisik aktif yang dilakukan secar tidak langsung misalnya diam saja meskipun tidak setuju.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Baidi Bukhori, Zikir Al-Asma’ Al-Husna Solusi Problem Agresivitas Remaja, (Semarang: Syiar MediaPublishing, 2008). Fedela Herviantini, Skripsi Agresivitas Pada Remaja Ditinjau Dari Intensitas Menonton Film Kekerasan Di Televisi, (Semarang, Fakultas Psikologi, UNIKA, 2007).
AGRESI
A. Teori-Teori Agresi
Banyak ahli yang mengemukakan teori tentang agresi. Teori agresi, menurut para ahli ada
yang berpendapat bahwa agresi adalah sebuah perilaku yang diturunkan (biologis), agresi adalah
sebuah perilaku yang di pelajari (lingkungan) ataupun perilaku agresi karena hasil dari sebuah
keputusan (kognitif). Teori agresi terbagi dalam beberapa kelompok, yaitu:
Teori Bawaan
Teori Bawaan atau bakat ini terdiri atas teori Psikoanalisa dan teori Biologi.
1. Teori Naluri, Freud dalam teori Psikoanalisis klasiknya mengemukakan bahwa agresi
adalah satu dari dua naluri dasar manusia. Naluri agresi atau tanatos ini merupakan
pasangan dari naluri seksual atau eros. Naluri seks berfungsi untuk melanjutkan
keturunan sedangkan naluri agresi berfungsi mempertahankan jenis. Kedua naluri
tersebut berada dalam alam ketidaksadaran, khususnya pada bagian dari kepribadian yang
disebut Id yang pada prinsipnya selalu ingin agar kemauannya dituruti (prinsip
kesenangan atau Pleasure Principle) dan terletak pada bagian lain dari kepribadian yang
dinamakan Super Ego yang mewakili norma-norma yang ada dalam masyarakat dan Ego
yang berhadapan dengan kenyataan.
2. Teori Biologi, teori biologi ini menjelaskan perilaku agresi, baik dari proses faal maupun
teori genetika (illmu keturunan). Proses faal adalah proses tertentu yang terjadi otak dan
susunan saraf pusat. Menurut tim American Psychological Association (1993), kenakalan
remaja lebih banyak terdapat pada remaja pria, karena jumlah testosteron meningkat
sejak usia 25 tahun. Produksi testosteron yang lebih besar ditemukan pada remaja dan
dewasa yang nakal, terlibat kejahatan, peminum, dan penyalah guna obat dibanding pada
remaja dan dewasa biasa.
Teori Lingkungan
Inti dari teori lingkungan adalah perilaku agresi merupakan reaksi terhadap peristiwa atau
stimulus yang terjadi di lingkungan.
1. Teori Frustrasi-Agresi Klasik, yaitu agresi dipicu oleh frustrasi. Frustrasi artinya adalah
hambatan terhadap pencapaian suatu tujuan. Berdasarkan teori tersebut, agresi
merupakan pelampiasan dari perasaan frustrasi.
2. Teori Frustrasi-Agresi Baru, yaitu frustrasi menimbulkan kemarahan dan emosi, kondisi
marah tersebut memicu agresi. Marah timbul jika sumber frustrasi dinilai mempunyai
alternatif perilaku lain daripada yang menimbulkan frustrasi itu.
3. Teori Belajar Sosial, yaitu lebih memperhatikan faktor tarikan dari luar. Bandura
menekankan kenyataan bahwa perilaku agresi, perbuatan yang berbahaya, perbuatan
yang tidak pasti dapat dikatakan sebagai hasil bentuk dari pelajaran perilaku sosial.
Bandura menerangkan agresi dapat dipelajari dan terbentuk pada individu- individu
hanya dengan meniru atau mencontoh agresi yang dilakukan oleh orang lain atau model
yang diamatinya, walaupun hanya sepintas dan tanpa penguatan.
Teori Kognitif
Teori kognitif ini memusatkan proses yang terjadi pada kesadaran dalam membuat
penggolongan (kategorisasi), pemberian sifat-sifat (atribusi), penilaian, dan pembuatan
keputusan.
B.Konsep Agresi
Agresi mempunyai 3 perbedaan definisi, diantaranya:
1. Pendekatan behavioristik
Agresi merupakan perilaku yang melukai orang lain. Suatu tindakan jika didasari atau bertujuan
untuk melukai orang lain, maka bukan dikatakan sebagai agresi. Sebab, agresi adalah suatu
bentuk tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain.
2. Agresi prososial dan antisosial
Artinya bahwa tidak semua agresi berupa suatu tindakan yang akan berakibat buruk, akan tetapi
agresi juga merupakan suatu bentuk tindakan yang baik dan disetujui oleh norma sosial.
3. Perilaku agresif dan perasaan agresif
Artinya bahwa tidak semua perilaku yang nampak pada diri seseorang merupakan cerminan dari
isi hati. Perasaan marah dalam diri seseorang sekalipun tidak terlampiaskan dalam bentuk
tindakan termasuk dalam perasaan agresi.
C. Macam-Macam Agresi
Berikut ini adalah beberapa macam-macam agresi, antara lain:
1. Agresi emosi, merupakan ungkapan kemarahan dan ditandai oleh emosi yang tinggi. Agresi
emosi ini bisa mengakibatkan kerugian bagi orang lain. Tujuan dari agresi ini adalah untuk
melampiaskan emosi yang bergejolak dalam diri seseorang dan dapat berakibat sangat fatal,
apabila emosinya tidak terkendali.
2. Agresi instrumental, agresi instrumental adalah suatu tindakan agresi yang tidak disertai
emosi.
3. Perilaku melukai dan maksud melukai, hal ini dapat dikatakan jenis agresi karena agresi
merupakan suatu tindakan yang melukai dan memang bermaksud untuk melukai.
4. Perilaku agresif antisosial dan prososial, suatu perilaku agresif yang sesuai dengan norma
sosial dan suatu perilaku yang tidak semudah dengan membalikkan telapak tangan.
5. Perilaku dan perasaan agresif, suatu perilaku agresif dapat dilihat dari perilaku yang nampak
dan juga pada perilaku yang tersembunyi.
D. Mengurangi Perilaku Agresif
Sears menyatakan bahwa perilaku agresif dapat dikurangi melalui beberapa hal sebagai
berikut:
1. Hukuman dan pembalasan, suatu hukuman atau pembalasan atas perbuatan agresif yang
telah dilakukan orang lain itu dapat mengurangi perilaku agresif pada seseorang. Dengan
adanya hukuman dan pembalasan, maka secara tidak langsung orang akan merasa takut untuk
melakukan perilaku agresif.
2. Mengurangi frustasi, frustasi merupakan suatu perilaku dimana seseorang sudah merasa
tidak mampu untuk melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan kemampuan mereka.
Frustasi yang dialami oleh seseorang dapat menimbulkan perilaku agresi. Orang yang frustasi
maka akan mudah sekali marah, sehingga ia akan mudah sekali melakukan agresi terhadap
orang lain di sekitar mereka dan bisa melukai orang lain di sekitarnya. Maka, kejadian frustasi
yang dialami oleh seseorang perlu dikurangi agar perilaku agresi juga dapat berkurang
intensitasnya.
3. Hambatan yang dipelajari, belajar mengendalikan perilaku agresif pada diri sendiri, bukan
karena takut untuk dihukum atau karena ancaman. Seseorang harus mampu memilah perilaku
agresi yang akan dikeluarkan atau yang akan ditekan kemunculannya, sesuai dengan situasi
dan kondisinya.
4. Pengalihan, pemindahan agresi pada sasaran pengganti. Maksudnya, perilkau agresi perlu
dialihkan kepada suatu hal, misalnya benda mati, agar nantinya perilaku agresi tidak akan
melukai fisik orang lain.
5. Katarsis, jika seseorang merasa marah dan ingin melampiaskannya maka tindakan yang
dilakukan selanjutnya akan mengurangi intensitas
perasaannya.
E. Bentuk Agresi
Bentuk Agresi Contoh
Fisik, aktif, langsung Menikam, memukul, atau menembak orang lainFisik, aktif, tak langsung Membuat perangkap untuk orang lain, menyewa
seorang pembunuh untuk membunuh.Fisik, pasif, langsung Secara fisik mencegah orang lain memperoleh tujuan
atau tindakan yang diinginkan (seperti aksi duduk dalam demonstrasi)
Fisik, pasif, tak langsung Menolak melakukan tugas-tugas yang seharusnyaVerbal, aktif, langsung Menghina orang lainVerbal, aktif, tak langsung Menyebarkan gossip atau rumor jahat tentang orang
lain
Verbal, pasif, langsung Menolak berbicara kepada orang lain, menolak menjawab pertanyaan, dll
Verbal, pasif, tak langsung Tidak mau membuat komentar verbal (misal:menolak berbicara ke orang yang menyerang dirinya bila dia dikritik secara tidak fair)
F. Penyebab Perilaku Agresi
1. Frustrasi
Frustrasi adalah terhalangnya seseorang oleh sesuatu hal dalam mencapai suatu tujuan,
kebutuhan, keinginan, pengharapan atau tindakan tertentu. Teori hipotesis frustrasi-agresi
dipelopori oleh lima orang ahli yaitu Dollard, Doob, Miller, Mowrer, dan Sears pada tahun
1939. Pada mulanya mereka menyatakan bahwa dalam setiap frustrasi selalu menimbulkan
perilaku agresi.Pada tahun 1941, Miller menyatakan bahwa frustrasi menimbulkan sejumlah
respon yang berbeda dan tidak selalu menimbulkan perilaku agresi, perilaku agresi hanya salah
satu bentuk respon yang muncul.Watson, Kulik dan Brown (dalam Soedardjo dan Helmi)
menyatakan bahwa frustrasi yang muncul akibat faktor luar menimbulkan perilaku agresi yang
lebih besar dibandingkan dengan halangan yang disebabkan diri sendiri. Hasil penelitian
Burnstein dan Worchel menyatakan bahwa frustasi yang menetap akan mendorong perilaku
agresi. Dalam hal ini, orang siap melakukan perilaku agresi karena orang menahan ekspresi
agresi. Frustasi yang disebabkan situasi yang tidak menentu (uncertaint) akan memicu perilaku
agresi lebih besar dibandingkan dengan frustasi karena situasi yang menentu.
2. Faktor Biologis
Beberapa faktor biologis yang bisa mempengaruhi perilaku agresi adalah gen, aktivitas otak,
hormon, dan abnormalitas. Penelitian menunjukkan bahwa gen berpengaruh pada pembentukan
sistem neural otak yang mengatur perilaku agresi. Menurut perspektif biologis, perilaku agresi
disebabkan oleh meningkatnya hormon testosteron, 17-estradiol dan estrone. Peningkatan
hormon testosteron saja ternyata tidak mampu memunculkan perilaku agresi secara langsung.
Hormon testosteron dalam hal ini bertindak sebagai anteseden, sehingga perlu ada pemicu dari
luar. Hasil penelitian mengenai peningkatan hormon testosteron terhadap meningkatnya
perilaku agresi ini tidak konsisten. Pada anak laki-laki memang meningkat perilaku agresinya,
hal ini tidak ditemukan pada anak perempuan.
3. Kesenjangan Generasi
Adanya perbedaan atau jurang pemisah (gap) antara generasi anak dengan orang tuanya dapat
terlihat dalam bentuk kegagalan hubungan komunikasi. Hal ini diyakini sebagai salah satu
penyebab timbulnya perilaku agresi pada anak.
4. Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan seperti kemiskinan, anonimitas dan suhu udara yang terlalu panas
juga berperan dalam pembentukan perilaku agresi. Bila seorang anak dibesarkan dalam
lingkungan kemiskinan, maka perilaku agresi mereka secara alami mengalami penguatan.
5. Proses Pendisiplinan yang Keliru
Pendidikan disiplin yang otoriter dengan penerapan yang keras terutama yang dilakukan
dengan memberikan hukuman fisik, dapat menimbulkan berbagai pengaruh buruk bagi remaja.
Pendidikan disiplin seperti itu akan membuat remaja menjadi seorang penakut, tidak ramah
dengan orang lain, dan membenci orang yang memberi hukuman, kehilangan spontanitas serta
inisiatif dan pada akhirnya melampiaskan kemarahannya dalam bentuk agresi kepada orang
lain.
6. Insting
Menurut Sigmund Freud, setiap orang mempunyai insting bawaan untuk berperilaku agresi.
Agresi merupakan derivasi insting mati (thanatos) yang harus disalurkan untuk
menyeimbangkannya dengan insting hidup (eros). Eros dan thanatos ini harus diseimbangkan
untuk menstabilkan mental.
7. Penilaian Kognitif
Teori ini menjelaskan bahwa reaksi individu terhadap stimulus agresi sangat bergantung pada
cara stimulus itu diinterpretasi oleh individu. Sebagai contoh, frustrasi dapat menyebabkan
timbulnya perilaku agresi jika frustrasi itu diinterpretasi oleh individu sebagai gangguan
terhadap aktivitas yang ingin dicapainya.
8. Kompetisi Sosial
Menurut perspektif sosiobiologi, perilaku agresi berkembang karena adanya kompetisi sosial
yaitu kompetisi terhadap sumber daya. Dalam hal ini satu macam sumber daya yang dipandang
terbatas, diperebutkan oleh dua belah pihak. Perilaku agresi menurut perspektif ini merupakan
sesuatu yang fundamental karena merupakan strategi adaptasi dalam kehidupannya. Dalam
pandangan ini manusia diharapkan bertindak agresif ketika sumber daya yang penting itu
terbatas, ketika mengalami ketidaknyamanan, ketika sistem sosial tidak berjalan dengan baik,
dan ketika ada ancaman dari pihak luar. Hal ini dilakukan dalam rangka mempertahankan
kelangsungan hidup manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Sugiyo. 2006. Psikologi Sosial. Semarang: Universitas Negeri Semarang.http://zakirputrasadani.wordpress.com/2012/01/17/psikologi-sosial-terhadap-perilaku-agresi/n
(diunduh pada tanggal 19 November 2012 pukul 09.30 WIB)
http://www.psychologymania.com/2012/06/teori-teori-agresi.html (diunduh pada tanggal 24
November 2012 pukul 14.30 WIB)