Upload
alfian-ramli
View
2.342
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
semoga bermanfaat.
Citation preview
KEWAJIBAN IBADAH HAJI
Kajian Surat al-Hajj /22: 26-37
Oleh: Asnidar
A. Teks Ayat
1
B. Tarjamah al-Ayat
QS. al-Hajj: 26-37
26. “Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di
tempat Baitullah (dengan mengatakan): "Janganlah kamu
memperserikatkan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumahKu ini
bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadah dan
orang-orang yang ruku' dan sujud”.
27. “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya
mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai
unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh”.
28. “Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan
supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan
atas rezki yang Allah Telah berikan kepada mereka berupa binatang
2
ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi)
berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir”.
29. "Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada
pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar
mereka dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling
rumah yang tua itu (Baitullah).
30. “Demikianlah (perintah Allah). dan barangsiapa mengagungkan apa-
apa yang terhormat di sisi Allah, maka itu adalah lebih baik baginya di
sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak,
terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya, maka jauhilah
olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan
dusta”.
31. “Dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu
dengan Dia. barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka
adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau
diterbangkan angin ke tempat yang jauh”.
32. “Demikianlah (perintah Allah). dan barangsiapa mengagungkan
syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati”.
33. “Bagi kamu pada binatang-binatang hadyu itu ada beberapa
manfaat, sampai kepada waktu yang ditentukan, kemudian tempat wajib
(serta akhir masa) menyembelihnya ialah setelah sampai ke Baitul Atiq
(Baitullah)”.
34. “Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan
(kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak
yang telah direzkikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan
yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. dan
berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada
Allah)”.
3
35. “(Yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah
hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa
mereka, orang-orang yang mendirikan sembahyang dan orang-orang
yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami rezkikan kepada
mereka.
36. “Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari
syi'ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka
sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan
berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka
makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa
yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta.
Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu,
mudah-mudahan kamu bersyukur”.
37. “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat
mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat
mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu
supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu.
Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik”.
C. Makna Ijmali
Ibadah haji dikumandangkan oleh Nabi Ibrahim a.s sekitar 3.600 tahun yang
lalu. Sejak saat itu umat manusia, umat manusia mulai mengerjakan haji ke Mekah
dengan ritual yang diwariskan Nabi Ibrahim a.s dan Ismail a.s. Haji merupakan salah
satu dari rukun Islam yang lima. Sebagai rukun Islam, haji hukumnya wajib
berdasarkan al-Qur’an, Sunnah dan ijma’ ulama.1
1 Said Agil Husin al-Munawar, Fikih Haji; Menuntun Jama’ah Mencapai Haji Mabrur, (Jakarta: Ciputat Press, 2003), h. 7.
4
Tujuan diwajibkannya haji adalah memenuhi panggilan Allah untuk
memperingati serangkaian kegiatan yang pernah pernah dilakukan oleh Nabi Ibrahim
sebagai penggagas syari’at Islam.2
Kewajiban haji baru terletak atas pundak setiap muslim sesuai dengan yang
diperintahkan Allah bila telah memenuhi Syarat-Syarat yang telah ditentukan.
Kesanggupan yang menjadi syarat wajib haji itu dirinci oleh ulama berdasarkan
pemahamannya terhadap hadits-hadits Nabi yang empat yaitu:
a. Mampu dari segi dana bagi biaya perjalanan untuk pergi, pulang dan
untuk biaya keluarga yang ditinggalkannya.
b. Mampu dari segi adanya alat transportasi ke sana, baik yang dimilikinya
sendiri atau milik orang lain dengan jalan menyewanya.
c. Mampu dari segi fisik, yaitu tahan dalam mengikuti perjalanan jauh dan
selama masa melaksanakan ibadah haji.
d. Mampu dari segi keamanan di tempat tujuan dan selama dalam
perjalanan.3
D. Pengertian Istilah
Haji secara lughawi (etimologis) berasal dari bahasa Arab al-hajj; berarti
tujuan, maksud, dan menyengaja untuk perbuatan yang besar dan agung. Selain itu,
al-hajj berarti mengunjungi atau mendatangi. Makna ini sejalan dengan aktivitas
ibadah haji, di mana umat Islam dari berbagai negara mengunjungi dan mendatangi
Baitullah (Ka’bah) pada musim haji karena tempat ini di anggap mulia dan agung.
Makna haji secara istilahi (terminologis) adalah perjalanan mengunjungi Baitullah
untuk meleksanakan serangkaian ibadah pada waktu dan tempat yang telah
ditentukan. Sayyid Sabiq, ahli fikih kontemporer Mesir (lahir 1915 M),
mendefenisikan haji, yakni; “Dengan sengaja pergi ke Mekah untuk melaksanakan 2 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Bogor: Kencana, 2003), h. 60.3 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, h. 61-62.
5
tawaf, sa’i, wukuf di Arafah, dan rangkaian manasik haji lainnya, dalam rangka
memenuhi panggilan (kewajiban dari) Allah dan mengharapkan keridhaan dari
Allah.”4
Makna yang dilakukan “di tempat tertentu” seperti dalam pengertian itu ialah
sekitar Ka’bah, Arafah, Muzdalifah dan mina. Sedangkan makna “pada waktu
tertentu”, yakni mulai tanggal 9 sampai 13 Zulhijjah setiap tahun. Sementara makna
melakukan serangkaian “ibadah tertentu” adalah yang termasuk dalam kategori rukun
haji, wajib haji seperti Wukuf, Mabit, Melontar Jumrah, Thawaf, Sa’I dan Tahallul.
E. Asbab al-Nuzul
QS. al-Hajj: 27
Ibnu Jarir telah mempertengahkan sebuah hadits melalui Mujahid yang
telah menceritakan bahwa mereka (yakni orang-orang yang dating untuk
mengerjakan ibadah haji) sebelumnya dating hanya dengan berjalan kaki
dan tidak memakai kendaraan. Maka Allah menurunkan ayat ini, yang
memberikan kemurahan kepada mereka, sehingga mereka boleh
membawa bekal, menaiki kendaraan, dan berniaga dalam bulan haji.5
QS. al-Hajj: 37
Ibnu Hatim telah mempertengahkan sebuah hadits, melalui Ibnu Juraij
yang telah menceritakan bahwa dahulu orang-orang Jahiliah melumurkan
dan menempelkan daging serta darah hewan kurban mereka pada Ka’bah.
Hal ini berlangsung sampai masa islam; kemudian para sahabat Nabi
SAW berkata: “Kami lebih berhak melumurkannya dari pada mereka”.
Lalu Allah menurunkan ayat ini.4 Said Agil Husin al-Munawar, Fikih Haji; Menuntun jama’ah Mencapai Haji Mabrur, h. 1-2.5 Imam Jalaluddin al-Mahalli, Tafsir Jalalain; Berikut Asbabun Nuzul Ayat, (Bandung: Sinar
Baru Algensindo, 2003), h. 189.
6
F. Tafsir al-Ayat
QS. al-Hajj: 26
Ingatkanlah, hai Rasul, kepada orang-orang yang musyrik yang menghalang-
halangi manusia dari jalan Allah dan dari memasuki Masjidil Haram, waktu yang
ketika itu Kami menjadikan rumah ini sebagai tempat kembali seluruh manusia dalam
beribadah.6 Allah berfirman:
Dimaksudkan dengan mengingat waktu ialah berbagai peristiwa besar yang
terjadi pada waktu itu, agar mereka ingat lalu meninggalkan kesesatan menuju jalan
yang lurus, dan agar tampak jelas oleh merekanbetapa besar kesalahan dan dosa yang
telah mereka lakukan dengan menghalang-halangi manusia dari rumah yang telah
dibangun oleh Bapak mereka dan dijadikan oleh Allah sebagai Kiblat manusia dalam
mengerjakan shalat serta tempat tawaf ketika menunaikan ibadah haji.
Allah berfirman kepada Ibrahim: Janganlah kamu menyekutukan Aku dengan
sesuatu pun di antara makhluk-Ku dalam ibadah, dan sucikanlah rumah-Ku dari
patung dan kotoran bagi kepentingan orang yang bertawaf dan mengerjakan shalat di
sana.
Dari ayat ini diketahui bahwa berkunjung untuk melaksanakan ibadah haji
merupakan ibadah yang telah di kenal jauh sebelum masa Nabi Muhammad SAW
yakni sejak masa Nabi Ibrahim a.s. Pada masa jahiliah, kaum musyrikin Mekah pun
melaksanakannya, tetapi dalam bentuk yang telah menyimpang dari tuntunan Nabi
6 Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, (Mesir: Musthafa al-Babi al-Halabi, 1974), Juz. XVI, h. 183.
7
Ibrahim a.s. Mereka pun melakukan thawaf, tetapi sebagian mereka melakukannya
tanpa busana, dengan alasan bahwa seseorang harus benar-benar suci ketika
berkeliling di i Baitullah, padahal pakaian sedikit atau banyak telah dinodai najis,
atau dipakai berdosa.7
QS.al-Hajj: 27
Dan Allah berfirman kepada Ibrahim: serulah manusia untuk menunaikan
ibadah haji dan berziarah ke rumah yang kamu diperintahkan untuk membangunnya
ini, niscaya mereka datang kepadamu dengan berjalan kaki maupun berkendaraan
unta dari segala jalan yang jauh.
QS.al-Hajj: 28
Niscaya, mereka datang kepadamu untuk menyaksikan berbagai manfaat
mereka di dunia, seperti perdagangan yang laku, dan berbagai manfaat di akhirat
dengan mengerjakan pekerjaan yang diridhoi oleh Tuhan dan memuji-Nya atas
segala nikmat yang dilimpahkan kepada mereka, serta rezeki berupa hadiah unta
gemuk yang dihadiahkan kepada mereka pada tiga hari kurban, yaitu hari raya dan
dua hari sesudahnya.
Sembelihlah binatang-binatang kurban kalian dengan menyebut nama Allah,
lalu makanlah sebagian daripadanya dan berilah makan orang-orang fakir yang
mendapat mendapat kesengsaraan dan kesusahan.
QS.al-Hajj: 29
7 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 9, h. 41.
8
Kemudian hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang melekat pada
mereka: mencukur rambut, memotong kuku, merapikan kumis dan janggut,
melaksanakan nazar untuk mengerjakan amal baik, dan melaksanakan thawaf wada’
di rumah Tua, karena ia adalah rumah tertua yang diperuntukkan bagi kepentingan
pelaksanaan ibadah dalam kehidupan manusia.
QS.al-Hajj: 30
Maksudnya, siapa yang menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan dan hal-hal yang
Allah haramkan, sedangkan dirinya menganggap besar urusannya, jika melakukan
perbuata tersebut, (artinya ia tidak menganggap sepele), maka baginya kebaikan yang
banyak atas sikap dan tindakannya itu, baginya pahala yang melimpah. Sebagaimana
ketaatan-ketaatan itu akan di balas dengan kebaikan yang banyak dan pahala yang
melimpah, maka demikian pula meninggalkan hal-hal yang diharamkan dan menjauhi
hal-hal yang di larang.8
Menurut tafsir al-Mishbah, dalam konteks ibadah haji al-hurumaat adalah
mencakup Masjidil al-Haram, Ka’bah, wilayah haram seluruhnya serta bulan-bulan
haram. Bahkan termasuk pula binatang ternak yang dikurbankan serta amalan haji
lainnya, seperti mencukur, mandi dan sebagainya, karena itu semua adalah tuntunan
dan petunjuk Allah, Tuhan yang harus di agungkan, sehingga tuntunan-Nya harus di
agungkan pula.
Dihalalkan bagi kalian, wahai manusia, memakan binatang-binatang ternak
setelah kalian di sembelih. Dia tidak mengharamkan bahirah, sa’ibah, wasilah dan
8 Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, (Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2006), h. 157.
9
tidak pula hami, kecuali binatang yang keharamannya telah dibacakan kepada kalian
di dalam kitab Allah. Seperti firman Allah:
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging
hewan) yang disembelih atas nama selain Allah”. (al-Maidah: 3)
Kata min di sini untuk menjelaskan jenis. Kmaksudnya jauhilah najis, yaitu
berhala-berhala. Allah mendampingkan penyekutuan terhadap Allah dengan
perkataan dusta. Ini sebagaimana firman-Nya:
“Katakanlah (Muhammad), Rabb-ku hanya mengharamkan segala perbuatan
keji yang terlihat dan tersembunyi, perbuatan dosa, perbuatan zhalim tanpa alas an
yang benar, dan (mengharamkan) kamu menyekutukan Allah dengan sesuatu,
sedangkan Dia tidak menurunkan alas an untuk itu, dan (mengharamkan) kamu
membicarakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui”. (al-A’raaf: 33).
Termasuk juga kesaksian palsu.
Dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim dari Abu Bakrah r.a,
bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
: , , : �ا ب اك� ر� ء�ش �ال ا ل� ق�ا الله ول� س� ر� �ا ي �لى� ب �ا ن ق�ل �ر�؟ �ائ �ب ك �ر�ال ب ك� �أ ب �م �ك "ئ �ب �ن أ � �ال ا
): , , ور�, الز& و�ق�ول� � �ال أ ل� ف�ق�ا ف�ج�ل�س� ,ا "ك�ئ م�ت �ان� و�ك ن� �د�ي لو�ال ا ق� و�ع�ق�و لله�
. : ( �ت� ك س� �ه� ت �ي ل �ا ن ق�ل "ى ح�ت ه�ا ر� �ر" �ك ي ال� ز� ف�م�ا ور� الز: د�ة� ه�ا و�ش�
10
“Maukah kamu aku beritahukan mengenai dosa yang paling besar?”
Kami berkata, “Tentu ya Rasulullah. Beliau bersabda, “Menyekutukan Allah
dan durhaka kepada orangtua. –saat itu beliau bersandar lalu duduk dan
bersabda:- “Hati-hati (kalian dari) perkataan dusta dan persaksian dusta.”
Beliau terus mengulang-ulang perkataan itu hingga kami mengatakan; andai
saja beliau diam.
QS.al-Hajj: 31
Maksudnya dengan beribadah ikhlas kepada-Nya, berpaling dari kebathilan
dan hanya tertuju pada kebenaran dan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun.
Seperti firman-Nya:
“Kami tidak menyembah mereka, melainkan supaya mereka mendekatkan
kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”.(az-Zumar: 3)
Barangsiapa menyekutukan Allah dengan selain-Nya, berarti ia telah
membinasakan dirinya sendiri sebinasa-binasanya. Perumpamaannya seperti keadaan
orang yang jatuh dari langit lalu di sambar burung, kemudian burung itu memotong-
motong anggota tubuhnya; atau seperti orang yang diterbangkan oleh angin lalu di
jatuhkan di tempat yang jauh dan tidak bias kembali daripadanya.
Menurut Thahir Ibn ‘Asyur ayat di atas memberikan dua perumpamaan
tentang orang kafir. Pertama yang bimbang dan ragu. Mereka itulah yang
diperumpamakan dengan seseorang yang jatuh dari langit lalu di sambar burung.
11
Sedang yang kedua adalah kafir yang sudah bersikeras dan mantap kekufurannya.
Inilah yang diilustrasikan dengan diluncurkan angin jatuh ke tempat yang jauh. Yang
pertama mengisyaratkan bahwa ia tidak mungkin memperoleh keselamatan, sedang
yang kedua boleh jadi masih dapat memperoleh keselamatan dengan bertaubat,
walaupun hal tersebut sulit dipercaya.9
Allah juga telah membuat perumpamaan lain bagi orang-orang yang
menyekutukan-Nya dalam surat al-An’am:
Katakanlah: "Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang
tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan
kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita akan kembali ke belakang, sesudah
Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh syaitan
di pesawangan yang menakutkan; dalam keadaan bingung, dia mempunyai kawan-
kawan yang memanggilnya kepada jalan yang lurus (dengan mengatakan): "Marilah
ikuti kami". Katakanlah:"Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya)
petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta Alam”. (al-
An’am: 71)
QS.al-Hajj: 32
9 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, h. 51.
12
Patuhilah dan peliharalah yang demikian itu, dan janganlah kalian
mengabaikan untuk memperhatikannya dan berjalan di atas jalannya. Barang siapa
mengagungkan unta yang dihadiahkan ke tanah haram, seperti memilihnya yang
gemuk dan mahal harganya, serta tidak tawar-menawar dalam membelinya, maka
sesungguhnya dia telah bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, karena
pengagungan terhadapnya termasuk bab takwa, bahkan bab yang paling agung.
Diriwayatkan bahwa Nabi SAW menghadiahkan seratus ekor unta gemuk,
termasuk didalamnya adalah unta jantan Abu Jahal yang telinganya terdapat anting-
anting dari emas; dan Umar menghadiahkan unta betina yang pernah di minta dengan
harga 300 dinar, bahkan Rasulullah meminta agar unta itu dijual lalu bayarannya
digunakan untuk membeli binatang ternak, tetapi Umar menolak seraya berkata:
“Aku akan menghadiahkan ke tanah haram”; sedangkan Ibnu Umar meriwayatkan
menggiring unta gemuk yang diagungkan dengan pakaian Mesir yang mahal, lalu dia
menyedekahkan daging dan pakaian kebesaran itu.
QS.al-Hajj: 33
Maksudnya pada hewan-hewan kurban itu terdapat manfaat-manfaat dari
susunya, wol, bulu halus, rambut dan dapat dikendarai. Miqsam mengatakan
mengenai firman-Nya ini, dia mengatakan selama belum dinamakan budn
(unta/hewan yang digemukkan untuk dikurbankan). 10
10 Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, h. 162.
13
Kemudian tempat dihalalkan mengurbankannya ialah di Baitul-Atiq, yakni
Tanah haram secara keseluruhan, karena keseluruhan Tanah Haram termasuk dalam
pengertian Baitul-Haram.
Qatadah berpendapat seperti ini, diriwayatkan bahwa Tubba’ bermaksud
menghancurkannya, lalu dia terkena penyakit lumpuh yang menisyaratkan bahwa dia
harus menghentikan maksudnya itu, dan dikatakan kepadanya bahwa Tuhan telah
menghalanginya, maka dia meninggalkan Baitullah dan menutupinya dengan kain.
Dialah orang yang pertama menutupinya dengan kain. Diriwayatkan pula, bahwa
Abrahah bermaksud menghancurkannya pula, tetapi dia di serang penyakit seperti
yang telah menimpa Tubba’.
QS.al-Hajj: 34
Kami telah menjadikan para pemeluk agama terdahulu sebelum kalian,
binatang kurban yang mereka sembelih dan darah yang mereka curahkan untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah seperti ini tidak khusus bagi suatu kaum tanpa
kaum yang lain.
Kami syari’atkan yang demikian itu kepada mereka, agar mereka menyebut
Allah ketika menyembelihnya, dan bersyukur kepada-Nya atas nikmat yang telah Dia
limpahkan kepada mereka, karena itulah maksud terpenting.
Diriwayatkan di dalam as-Sahihain dari Anas, bahwa dia berkata:
"م ل و�س� ه� �ي ع�ل الله� ص�ال" الله� ول� س� ر� �ى� �ت �ا ف�س�م"ى ب ن� �ي ن �قر� ا ن� ي �ملح� ا ن� ي ش� �ب ك
ص�ف�اج�ه�م�ا ع�لى� �ه� ر�جل ض�ع� و�و� "ر� �ب ك و�
14
“Rasulullah SAW di beri dua kibasy belang (putih bercampur hitam)
yang bertanduk, kemudian beliau menyebut nama Allah dan bertakbir, lalu
meletakkan kakinya ke rusuk kedua kibasy itu”.
Sesungguhya, sembahan kalian adalah satu, sekalipun ibadah berbeda-beda
dengan zaman, tempat dan penghapusan, sebagiannya dengan sebagian yang lain.
Sebab, maksud dari ibadah-ibadah itu tidak lain adalah penyembahan terhadap Allah
semata; Dia tidak mempunyai sekutu, sebagaimana firman-Nya:
“Dan Kami tidak mengutus sorang Rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami
wahyukan kepadanya bahwasanya tidak Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah Aku
oleh kalian”. (al-Anbiyaa’: 25).
Oleh sebab itu, beramallah dengan ikhas kepada-Nya,
tunduklah kepada hokum-Nya, dan patuhlah kepada-Nya dalam
mengerjakan seluruh perbuatan yang Dia wajibkan kepada kalian.
Berilah kabar gembira, hai rasul, orang-orang yang menundukkan diri kepada
Allah dengan melakukan ketaatan, orang-orang yang patuh dengan melakukan
‘ubudiyah, dan orang-orang yang kembali kepada-Nya dengan melakukan taubat,
bagi mereka telah disediakan pahala yang banyak dan pemberian yang agung.
QS.al-Hajj: 35
Selanjutnya, Allah menyebutkan beberapa tanda orang-orang yang tunduk,
patuh kepada-Nya:
15
1 .
Mereka adalah orang-orang yang apabila disebutkan nama Allah, maka
mereka di cekam ketakutan terhadap keagungan dan siksa-Nya.
2 .
Orang-orang yang sabar atas musibah dan cobaan yang menimpa mereka
dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah.
3 .
Orang-orang yang menunaikan hak Allah dalam mengerjakan kewajiban
shalat pada waktu-waktu yang telah ditetapkan bagi mereka.
4.
Dan menafkahkan sebagian rezeki yang baik, yang diberikan
Allah kepada mereka dalam berbagai aspek kebaikan, dan kepada
keluarga mereka, kaum-kerabat mereka, serta manusia pada
umumnya. Diantaranya ialah menghadiahkan binatang-binatang
hadyu yang mahal harganya.
QS.al-Hajj: 36
16
Allah menyebut-nyebut nikmat-Nya yang dilimpahkan kepada para hamba-
Nya, bahwa Dia telah menciptakan unta untuk kepentingan mereka dan
menjadikannya termasuk syiar-Nya, sehingga dihadiahkan kepada rumah-Nya,
bahkan Dia menjadikannya sebagai hadiah yang paling utama.
Al-Badanah diartikan dengan unta atau sapi. Al-Badanah yang memadai
untuk dikurbankan ialah yang sudah berumur tujuh tahun, sebagaimana diriwayatkan
oleh Abu Daud dari Jabir bahwa Rasulullah SAW bersabda:
, ع�ة� ب س� ع�ن �ق�ر� ب و�ال ع�ة� ب س� ع�ن �ة� �لد�ن ب �ل ا
“Unta untuk tujuh orang dan sapi untuk tujuh orang pula”.
Bagi kalian pada unta-unta itu terdapat manfaat di dunia, sepertti
menungganginya dan mengambil susunya, serta pahala di akhirat dengan
menyembelih dan menyedekahkan dagingnya.
Sebutlah nama Allah ketika kalian menyembelih unta itu yang dalam keadaan
berdiri dan kedua kakinya telah terikat.
Apabila ia telah jatuh, nyawanya telah melayang dan tidak bergerak lagi.
Maka makanlah sebagian dari dagingnya dan beri makanlah kepada orang yang ridha
dengan apa yang kalian berikan kepadanya, sedang di tinggal dirumahnya tanpa
meminta-minta, serta orang yang datang dan meminta-minta kepada kalian agar
kalian memberinya sebagian dari dagingnya.
17
Demikianlahi Allah telah menundukkan unta bagi kalian, sekalipun ia
mempunyai tubuh yang besar dan kekuatan yang sempurna, sehingga ia tidak
membangkang kepada manusia, tetapi dating dengan menundukkan diri kepada
manusia. Sehingga kalian kalian dapat mengikat dan menahannya dengan tubuh yang
terikat, lalu kalian menikak lehernya. Yang demikia itu agar kalian mensyukuri
nikmat yang telah Allah limpahkan kepada kalian, dengan berkurban dan ikhlas
dalam beramal.11
QS.al-Hajj: 37
Sekali-kali keridhoan Allah tidak akan menerima daging yang disedekahkan
dan tidak pula darah yang dicurahkan dengan penyembelihan itu, tetapi akan
menerima amal saleh yang di angkat kepada-Nya dan dikhlaskan karena
menghendaki keridhaan Allah Ta’ala semata.
Demikianlah Tuhan telah menundukkan unta itu bagi kalian, agar kalian
bersyukur kepada-Nya yang diberikan kepada kalian, untuk mengibarkan panji-panji
agama-Nya dan melaksanakan ibadah haji-Nya.
Berilah kabar gembira, hai rasul. Kepada orang-orang yang taat kepada Allah,
sehingga mereka melaksanakan ketaaatan kepada-Nya di dunia dengan baik, berupa
11 Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, h. 199.
18
surge yang luasnya seluas langit dan bumi yang telah disediakan bagi orang-orang
yang bertakwa.
G. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas mengenai kewajiban ibadah haji maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Ibadah haji merupakan salah satu dari pada rukun islam yang wajib dilaksanakan
oleh orang islam yang mampu, baik dari segi matei maupun dari segi fisik.
2. Tujuan diwajibkannya haji adalah memenuhi panggilan Allah untuk
memperingati serangkaian kegiatan yang pernah pernah dilakukan oleh Nabi
Ibrahim sebagai penggagas syari’at Islam.
3. Ibadah haji itu wajib segera dikerjakan. Artinya apabila orang tersebut telah
memenuhi syarat-syaratnya, tetapi masih dilalaikannya juga (tidak dikerjakan
pada tahun itu juga), maka ia berdosa karena kelalaiannya.
4. Adapun hikmah melakukan ibadah haji yaitu:
Memperteguh dan memperbaharui keimanan dan penolakan terhadap
segala bentuk kemusyrikan, baik berupa patung, bintang, bulan dan
matahari.
Kesadaran akan nilai-nilai kemanusiaan yang universal dapat dirasakan
selama ibadah haji dilakukan.
Meningkatkan rasa syukur yang sedalam-dalamnya atas segala karunia
Allah SWT kepada hamba-Nya, sehinnga mempertebal rasa pengabdian
kepada-Nya.
Mempertebal rasa sabar dan meningkatkan ketaatan terhadap ajaran-ajaran
agama, karena selama menjalankan ibadah haji, dirasakan betapa berat
perjuangan yang dihadapi untuk mendapatkan keridhaan Allah.
Haji merupakan kongres tahunan umat islam yang dapat dimanfaatkan
sebagai sarana memupuk kesatuan dan persatuan umat.
19
20
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi. Juz XVI. Mesir: Musthafa al-Babi
al- Halabi, 1974.
Amir Syarifuddin. Garis-Garis Besar Fiqh. Bogor: Kencana, 2003.
Imam Jalaluddin al-Mahalli, Tafsir Jalalain; Berikut Asbabun Nuzul Ayat. Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 2003.
M. Quraish Shihab. Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an. Vol.
9. Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Said Agil Husin al-Munawar. Fikih Haji; Menuntun Jama’ah Mencapai Haji
Mabrur. Jakarta: Ciputat Press, 2003.
Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri. Shahih Tafsir Ibnu Katsir. Bogor: Pustaka Ibnu Katsir,
2006.
21