42
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi belajar Kalau ditanyakan apakah belajar itu?, maka jawaban yang kita dapatkan akan bermacam-macam. Hal yang demikian ini terutama berakar pada kenyataan bahwa apa yang disebut perbuatan belajar itu adalah bermacam-macam . banyak aktivitas-aktivitas yang oleh hampir setiap orang dapat disetujui sebagai perbuatan belajar, seperti misalnya mendapat perbendaharaan kata-kata baru menghafal syair, menghafal lagu, dan sebagainya. Ada beberapa aktivitas yang tak begitu jelas apakah itu tergolong sebagai perbuatan (hal) belajar; seperti; mendapatkan bermacam-macam sikap social (misalnya prasangka), kegemaran pilihan, dan lain- lainnya. Selanjutnya ada beberapa hal yang kurang berguna yang juga terbentuk pada individu, seperti gejala-gejala autistic, dan sebagainya apakah hal-hal yang dikemukakan paling akhir itu tergolong pada hal belajar, sukar dikatakan. Cronbarch di dalam bukunya Educational Psychology menyatakan bahwa “Learning is shown by a change in behavior as a result of experience (Cronbach, 1954; 47.)” Jadi menurut Cronbach belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu si pelajar mempergunakan pancainderanya. Sesuai dengan pendapat ini 1

Makalah Teori belajar

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Teori belajar

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Definisi belajar

Kalau ditanyakan apakah belajar itu?, maka jawaban yang kita dapatkan akan

bermacam-macam. Hal yang demikian ini terutama berakar pada kenyataan bahwa apa

yang disebut perbuatan belajar itu adalah bermacam-macam . banyak aktivitas-aktivitas

yang oleh hampir setiap orang dapat disetujui sebagai perbuatan belajar, seperti misalnya

mendapat perbendaharaan kata-kata baru menghafal syair, menghafal lagu, dan

sebagainya. Ada beberapa aktivitas yang tak begitu jelas apakah itu tergolong sebagai

perbuatan (hal) belajar; seperti; mendapatkan bermacam-macam sikap social (misalnya

prasangka), kegemaran pilihan, dan lain-lainnya. Selanjutnya ada beberapa hal yang

kurang berguna yang juga terbentuk pada individu, seperti gejala-gejala autistic, dan

sebagainya apakah hal-hal yang dikemukakan paling akhir itu tergolong pada hal belajar,

sukar dikatakan.

Cronbarch di dalam bukunya Educational Psychology menyatakan bahwa

“Learning is shown by a change in behavior as a result of experience (Cronbach, 1954;

47.)”

Jadi menurut Cronbach belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan

dalam mengalami itu si pelajar mempergunakan pancainderanya. Sesuai dengan pendapat

ini adalah pendapatnya Harold Spears Spears (1955; 94) menyatakan bahwa “Learning is

to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction”.

Selanjutnya definisi yang lebih eksplisit lagi yaitu dengan menunujuk yang bukan

belajar adalah definisi yang dikemukakan oleh Hilgard dia memberikan definisi sebagai

berikut “Learning is the process by which an an activity originates or is changed

throught training procedures (whether in the laboratory or in the natural environment)

as distinguished from change by factors not attributable to training” (Hilgard, 1948:4).

Good dan Brophy dalam bukunya Educational Psychology “A realistic Approach

menegemukakan arti belajar dengan kata-kata yang singkat, yaitu Learning is the

development of new associations as a result of experience”s. Beranjak dari definisi yang

dikemukakannya itu selanjutnya menjelaskan bahwa belajar itu benar-benar suatu proses

1

Page 2: Makalah Teori belajar

yang internal (a purely internal event). Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat

dilihat dengan nyata; proses itu terjadi dalam diri seseorang yang sedang mengalami

belajar. Jadi yang dimaksud dengan belajar menurut Good dan Brophy bukan tingkah

laku yang nampak, tetapi adalah prosesnya yang secara internal di dalam diri individu

dalam usahanya memperoleh hubungan-hubungan baru. Faktor-faktor penting yang

sangat erat hubungannya dengan proses belajar adalah kematangan, penyesuaian diri,

menghafal/mengingat, pemgertian, berfikir, dan latihan.

Definisi-definisi yang telah dikemukakan itu diberikan oleh ahli-ahli yang berbeda-

beda pendiriannya, jika kita simpulkan definisi-definisi tersebut maka kita dapatkan hal-

hal pokok sebagai berikut :

a. Bahwa belajar itu membawa arti perubahan (dalam arti behavioral changes, actual

maupun potensial)

b. Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru

c. Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja.

2.2 Tori Kognitif

Teori psikokologi kognitif adalah bagian terpenting sains kognitifyg telah memberi

kontribusi yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi pendidikan. Sains

kognitif merupakan himpunan disiplin yang terdiri atas pisikologi kognitif, ilmu-ilmu

komputer, linguistic, intelijensi buatan, matematika, epistemology, dan

neuropsychological (pisikologi syaraf).

Pendekatan pisikologi kognitif lebih menekankan arti penting peroses internal, yaitu

mental manusia. Dalam pandangn para ahli kognetif ,tingkah laku manausia yang

tampak tak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental, seperti

motivasi kesengajaan, keyakinan, dan, sebagainya.

Meskipun pendekatan kognitif sering dipertentangkan dengan pendekatan

behavioristik, tidak berarti pisikologi kognitif anti terhadap aliran anti behsviorisme.

Hanya, menurut para ahli kognitif, aliran behaviorisme itu tidak lengkap sebagai sebuah

teori pisikologi, sebab tidak memperhatikan peroses kejiwaan yang berdimensi ranah

cipta seperti berfikir, mempertimbangkan pilihan, dan mengambil keputusan. Selain ini,

aliran behaviorisme juga tidak mau tahu urusan ranah rasa.

2

Page 3: Makalah Teori belajar

Dalam persepektif psikologi kognitif, belajar pada dasarnya adalah peristiwa

mental, bukan peristiwa behavioral (yang bersifat jasmaniah) meskipun hal-hal yang

bersipat behavioral tampak lebih nyata dalam hampir setiap peristiwa belajar siswa.

Secara lahiriah seorang anak yang sedang belajar membaca dan menulis, misalnya,

tentu menggunakan perangkat jasmaniah (dalam hal ini mulut dan tangan) untuk

mengucapkan kata-kata dan menggoreskan pena yang dilakukan anak tersebut bukan

semata-mata respon atas sitimulus yang ada, melainkan yang lebih penting karena

dorongan mental yang diatur oleh otaknya.

Sehubung dengan hal ini, Piaget (Barlow , 1985) seorang pakar pisikologi

terkemuka menyimpulkan bahwa anak-anak memiliki kebutuhan yang melekat dalam

dirinya sendiri untuk belajar.

Sementara itu , teori filsafat pragamatisme yang dipelopori Wiliem James (1842-

1910) dan teori-teori belajar yang bersumber dari eksperimen Pavlov, Thorndike, dan

Skinner, telah diambil sebagai landasan psikologi aliran bihaviorisme dibawah

kepemimpinan Johan Brodues Watson (1878-1958). Aliran behaviorisme terkenal

radikal dan menantang itu kini sedang mengalami fase keruntuhannya. Karena kini

semakin banyak pakar psikologi kelas dunia yang tidak puas terhadap teori-teori

behavioristik, apalagi setalah dibandingkan dengan hasil-hasil risert para pakar

psikologi (Reber,11988).

Di antara keyakinan perinsipal yang terdapat dalam teori behavioristik ialah setiap

anak manusia lahir tanpa warisan kecerdasan, warisan bakat, warisan perasaan ,dan

warisan abstrak lainnya. Semua kecakapan, kecerdasan, dan bahkan perasaan baru

timbul setelah manusia melakukan kontak dengan alam sekitar terutama alam

pendidikan. Artinya ,seorang individu manusia bisa pintar, terampil, dan berperasaan

hanya tergantung pada bagaimana individu itu dididik.

Keyakinan prinsipal lainnya yang dianut oleh para behavioris adalah peranan

‘’refleks’’ ,yakni reaksi jasmaniah yang dianggap tidak memerlukan kesadaran mental.

Apapun yang dilakukan manusia, termasuk kegiatan belajar adalah kegiatan refleks

belaka, yaitu reaksi manusia terhadap rangsangan-rangsangan yang ada. Refleks-refleks

ini jika dilatih akan menjadi keterampilan-keterampilan dan kebiasaan-kebiasaan yang

dikuasai manusia. Jadi, peristiwa belajar seorang siswa menurut para behavioris adalah

3

Page 4: Makalah Teori belajar

peristiwa melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi suatu kebiasaan

yang dikuasai siswa tersebut .

Dalam perspektif spikologi kognitif, peristiwa belajar yang digambarkan seperti

tadi adalah naif (terlalu sederhana dan tak masuk akal) dan sulit dipertanggungjawabkan

secara psikologis. Sebagai bukti dan bahan perbandingan, berikut ini dua contoh kritik

terhadap kepercayaan behavioristik tadi.

Pertama, memang tak dapat dipungkiri bahwa kebiasaan pada umumnya

berpengaruh terhadap kegiatan belajar siswa .seorang siswa lazimnya menyalin

pelajaran ,juga dengan kebiasaan. Gerakan tangan dan goresan pena yang dilakukan

siswa tersebut demikian lancarnya karena sudah terbiasa menulis sejak tahun pertama

masuk sekolah

Akan tetapi ,perlu diingat bahwa sebelum siswa tadi menyain pelajaan dengan cara

yang biasa ia lakukan, tertentu terlebih dahulu ia membuat keputusan apakah ia akan

menyalin pelajaran sekarang, nanti, atau sama sekali tidak. Jadi, kebiasaan dapat

berfungsi sebagai pelaksanaan aktivitas menyalin pelajaran dari awal hingga akhir,

sedangkan “keputusan” berfungsi untuk menetapkan dimulainya aktivitas menyalin

pelajaran oleh siswa itu tadi dengan kebiasaan yang dikuasai. Keputusan tersebut tentu

bukan peristiwa behavioral melainkan peristiwa mental siswa itu sendiri.

Kedua, kebiasaan belajar seorang siswa dapat ditiadakan oleh kemauan siswa itu

sendiri. Contohnya menurut kebiasaan, seorang siswa belajar seharian di perpustakaan

sambil mengunyah permen. Tetapi, ketika tiba saat berpuasa pada bulan ramadhan ia

hanya belajar setengah hari dengan tidak mengunyah permen. Dalam hal ini,

pengurangan alokasi waktu belajar dan penghentian kebiasaan mengunyah permen

merupakan kemauan siswa tersebut karena sedang menunaikan ibadah puasa. Kemauan

siswa itu tentu bukan perilaku behavioral melainkan peristiwa mental (konatif) ,

meskipun secara lahiriah yang menerima akibat kemauan tersebut adalah prilaku

behavioral.

Dari uraian contoh-contoh diatas, semakin jelaslah bahwa perilaku belajar itu,dalam

hampir semua bentuk dan manifestasinya, bukan sekedar pristiwa S-R bond (ikatan

antara stimulus dan respons) melainkan lebih banyak melibatkan proses kognitif. Hanya

dalam peristiwa belajar tertentu yang sangat terbatas ruang lingkupnya (umpamanya

4

Page 5: Makalah Teori belajar

belajar meniru sopan santun di meja makan dan tegur sapa) peranan ranah cipta tidak

menonjol.

2.2.1 Konsep dasar pikologi kognitif

a. Persepsi dan action

dipelajari bagaimana seseorang mengartikan inf rmasi dari

inderanya untuk membuat dunianya berarti. Perolehan informasi

didapatkan karena seseorang beraksi dan tentunya aksinya tersebut akan

memengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan dunianya.

b. Belajar dan ingatan

Bagi psikologi belajar tidak terbatas pada ruang kelas, namun berkaitan

dengan perolehan pengetahuan baru, mengembangkan perilaku baru

maupun beradaptasi terhadap tantangan yang dihadapinya. Belajar

berkaitan erat dengan ingatan atau memori karena hasil belajar harus

disimpan dalam ingatan atau dalam proses belajar menggunakan ingatan

hasil belajar sebelumnya.

Dengan adanya kemampuan untuk mengingat pada manusia, berarti ada

suatu indikasi bahwa manuia mampu untuk menyimpan dan

menimbulkan kembali sesuatu yang telah dialami.

c. Berfikir dan penalaran

Berfikir merupakan aktivitas psikis yang intensional, dan terjadi apabila

seseorang menjumpai problema yang harus dipecahkan.

Berpikir melibatkan manipulasi mental terhadap informasi dengan

tujuan menalar, memecahkan masalah, membuat keputusan dan penilaian

atau hanya membayangkan. Disini dilibatkan proses penalaran deduktif

maupun induktif. Manusia membuat suatu dugaan (hipotesa) berdasarkan

kemampuan berpikirnya.

d. Bahasa

Bahasa yang dimaksudkan disini adalah bahasa yang memiliki

kelengkapan fonem, fonetik, sintaks dan semantik.

5

Page 6: Makalah Teori belajar

Merupakan kemampuan yang rumit dan hanya dimiliki oleh manusia,

sehingga interaksi yang dilakukan oleh manusia mencirikan bahwa

manusia adalah mahluk sosial. Melalui bahasa manusia memiliki konsep-

konsep yang abstrak seperti moral, agama, peradaban, keindahan,

penghianatan dan sebagainya. Oleh karena itu perolehan bahasa maupun

proses berbahasa dianggap dapat memberikan pemahaman pada

proses kognisi manusia.

2.2.2 Tokoh-tokoh Psikologi Kognitif

a. Jean Piaget

Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari

perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian.

Untuk membuat dunia kita diterima oleh pikiran, kita melakukan

pengorganisasian pengalaman-pengalaman yang telah terjadi. 

Menurut Piaget proses belajar sebenarnya terdiri atas tiga tahapan yaitu :

1. Asimilasi : proses pengintegrasian informasi baru ke strukur kognitif yang

sudah ada. Proses asimilasi yang berlaku membolehkan manusia

mengikuti sesuatu modifikasi skema hasil daripada pengalaman yang baru

diperolehi. Contohnya, seorang kanak-kanak yang baru pertama kali

melihat sebiji epal. Oleh itu, kanak-kanak tersebut akan menggunakan

skema memegang (skema yang sedia ada) dan sekaligus 

merasanya. Melaluinya, kanak-kanak tersebut akan mendapat pengetahuan

yang baru baginya berkenaan "sebiji epal".

2. Akomodasi : proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru.

Contohnya, kanak-kanak yang berumur dua tahun yang tidak ditunjukkan

magnet akan menyatukan objek baru ke dalam skemanya dan mewujudkan

penyesuaian konsep terhadap magnet itu.

3. Equilibrasi : penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan

akomodasi. Keadaan keseimbangan akan wujud apabila kanak-kanak

mempunyai kecenderungan sejadi untuk mencipta hubungan apa yang

dipelajari dengan kehendak persekitaran.

6

Page 7: Makalah Teori belajar

Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus

disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa.

Proses belajar yang dialami seorang anak berbeda pada tahap satu debfab

tahap lainnya yang secara umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang

maka semakin teratur dan juga semakin abstrak cara berpikirnya. Oleh

karena itu guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif

anak didiknya serta memberikan isi, metode, media pembelajaran yang

sesuai dengan tahapannya.

b. Albert Bruner (discovery Learning)

Sementara Bruner mengusulkan teori yang disebutnya free discovery

learning. Teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan

baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menemukan suatu aturan termasuk konsep, teori, ide, definisi dan sebagainya

melalui contoh-contoh yang menggambarkan atau mewakili aturan yang

menjadi sumbernya.

Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang

memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi

yang diberikan kepada dirinya.

Agar pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan intelektual

anak dalam mempelajari sesuatu pengetahuan (misalnya suatu konsep

matematika), maka materi pelajaran perlu disajikan dengan memperhatikan

tahap perkembangan kognitif/ pengetahuan anak agar pengetahuan itu dapat

diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) orang tersebut. Proses

internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang berarti proses belajar

terjadi secara optimal) jika pengetahuan yang dipelajari itu dipelajari dalam

tiga model tahapan yaitu model tahap enaktif, model ikonik dan model tahap

simbolik.

1) Model Tahap Enaktif

Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak

secara langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik)

7

Page 8: Makalah Teori belajar

objek. Pada tahap ini anak belajar sesuatu pengetahuan di mana

pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan

benda-benda konkret atau menggunakan situasi yang nyata.

2) Model Tahap Ikonik

Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan

di mana pengetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam

bentuk bayangan visual (visual imaginery), gambar, atau diagram,

yang menggambarkan kegiatan kongkret atau situasi kongkret

yang terdapat pada tahap enaktif.

3) Model Tahap Simbolis

Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak

memanipulasi simbul-simbul atau lambang-lambang objek

tertentu. Pada tahap simbolik ini, pembelajaran direpresentasikan

dalam bentuk simbol-simbol abstrak (abstract symbols), yaitu

simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan

orang-orang dalam bidang yang bersangkutan, baik simbol-simbol

verbal (misalnya huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat),

lambang-lambang matematika, maupun lambang-lambang abstrak

yang lain.

2.3 Strategi belajar efektif

Menentukan bagaimana cara-cara belajar yang baik bukanlah soal yang mudah.

Banyak hal yang mempengaruhi belajar seseorang , disamping factor yang ada di dalam

diri seseorang banyak pula factor yang berasal dari luar individu itu sendiri. Banyak

eksperimen yang telah dilakukan oleh para ahli psikologi. Dari sekian banyak penelitian

dan percobaan yang dilakuka, sekian banyak pula jawaban yang dikemukakan. Namun,

diantara jawaban-jawaban yang heterogen itu terdapat pula beberapa yang bersifat umum

yang dapat kita pergunakan sebagai pegangan. Dr. Rudolf Pintner mengemukakan

sepuluh macam metode di dalam belajar, seperti berikut :

a. Metode keseluruhan kepada bagian

8

Page 9: Makalah Teori belajar

Di dalam mempelajari sesuatu kita harus memulai dahulu dari keseluruhan,

kemudian baru mendetail kepada bagian-bagiannya. Misalnya kita akan

mempelakari sebuah buku. Mula-mula kita perhatikan lebih dulu isi buku tersebut,

urutan bab-banya dan subbab masing-masing. Dari gambaran keseluruhan isi

buku tersebut barulah kita mengarah kebagian-bagian atau bab-bab tertentu yang

kita anggap penting atau yang merupakan inti pokok buku tersebut. Metode ini

berasal dari pendapat psikologi Gestalt

b. Metode keseluruhan lawan bagian

Untuk bahan-bahan pelajaran yang skopnya tidak terlalu luas, tepat dipergunakan

metode keseluruhan seperti menghafal syair, membaca buku cerita

pendek,mempelajari unit-unit pelajaran tertentu, dan sebagainya. Untuk bahan-

bahan yang bersifat nonverbal seperti keterampilan, mengetik, menulis dan

sebagainya lebih tepat menggunakan metode bagian

c. Metode campuran antara keseluruhan dan bagian

Metode ini baik digunakan untuk bahan-bahan pelajaran yang skopnya sangat luas

atau sukar, misalnya tata buku akunting, dan bahan kuliah lain pada umumnya.

d. Metode resitasi

Resitasi dalam hal ini berarti mengulangi atau mengucapkan kembali (sesuatu)

yang telah dipelajari. Metode ini dapat digunakan untuk semua bahan pelajaran

yang bersifat verbal maupun nonverbal.

e. Jangka waktu belajar

Dari hasil-hasil eksperimen ternyata jangka waktu belajar produktif seperti

menghafal mengetik, mengerjakan soal hitungan, dan sebagainya. Adalah antara

20-30 menit. Jangka waktu yang lebih dari 30 menit untuk belajar yang benar-

benar memerlukan konsentrasi perhatian relative kurang atau tidak produktif.

Jangka waktu tersebut tidak berlaku bagi mata pelajaran yang memerlukan

pemanasan pada permulaan belajarnya seperti untuk belajar sejarah, geografi,

ilmu filsafat, dsb. Disamping itu kita harus mengingat bahwa besarnya minat

belajar pada seseorang terhadap suatu peljaran dapat memperpanjang jangka

waktu belajarnya sehingga mungkin lebih dari 30 menit. Bahkan pada orang

dewaa dapat lebih lama lagi.

9

Page 10: Makalah Teori belajar

f. Pembagian waktu belajar

Dari berbagai percobaan dibuktikan bahwa belajar yang terus menerus dalam

jangka waktu yang lama tanpa istirahat tidak efisien dan tidak efektif oleh karena

itu untuk belajar yang produktif diperlukan adanya pembagian waktu belajar.

Dalam hal ini hukum Jost masih tetap diakui keberadaannya. Menurut hukum jost

tentang belajar, 30 menit x 2 x sehari selama 6 hari lebih baik dan produktif

daripada sekali belajar selama 6 jam tanpa berhenti.

g. Membatasi kelupaan

Bahan pelajaran yang telah kita pelajari sering kali mudah dan lekas dilupakan.

Maka, solusinya adalah dalam belajar perlu adanya ulangan tu review pada waktu-

waktu tertentu atau setelah atau pada akhir suatu tahap pelajaran diselesaikan.

Guna review atau ulangan ini adalah untuk meninjau kembali atau mengingatkan

kembali bahan yangpernh dipelajari. Adanya review ini sangat penting, terutama

bagi bahan pelajaran yang sangat luas dan memakan waktu beberapa semester

untuk mempelajarinya.

h. Menghafal

Metode ini berguna terutama jika tujuannya untuk dapat menguasai serta

memproduksi kembali dengan cepat bahan-bahan bacaan yang luas atau banyak

dalam waktu yang relative singkat seperti halnya belajar untuk menghadapi ujian-

ujian semester atau ujian akhir. Namun metode ini kurang baik karena hasilnya

lekas dilupakan lagi setelah ujian selesai.

i. Kecepatan belajar dalam hubungannya dengan ingatan

Kita mengenal ungkapan quick learning means quick learning mans quick for

getting. Di dalamnya terdapat korelasi negative antara kecepatan-kecepatan

memproleh suatu pengetahuan dengan daya ingatan terhadap pengetahuan itu.

Hasil-hasil eksperimen yang telah dilakukan tidak memiliki cukup bukti untuk

menolak ataupun membenarkan generalisasi tersebut, untuk bahan pelajaran yang

kurang mempunyai arti mungkin generalisasi itu tepat dan benar, akan tetapi

untuk bahan-bahan pelajaran lain belum dipastikan kebenarannya.

j. Retroactive inhibition

10

Page 11: Makalah Teori belajar

Kita telah mengetahui dari beberapa teori belajar ynag telah dibicarakan bahwa

belajar merupakan suatu proses yang di dalamnya terdapat asosiasi dan interrlasi

antara berbagai pengalaman yang kemudianmembentuk pola-pola pengertian atau

pengetahuan yang terorganisasi di dalam diri kita. Asosiasi dan interrelasi itu

terjadi karena hasil pengulangan-pengulangan yang teratur, karena adanya

hubungan-hubungan yang berlanjut didalam waktu dan ruang, karena intensitas

stimulasi, karena mempunyaihubungan struktural yang logis, dan sebagaiya.

Berbagai pengetahuan yang telah kita miliki itu, didalam diri kita seolah-olah

merupakan unit-unit yang selalu berkaitan satu sama lain, bahkan sering pula yang

satu mendesakatau menghambat yang lain. Proses seperti ini di dalam psikologi

disebut retroactive inhibition. Inhibition berarti larangan atau penolakan. Jadi

pada waktu terjadi proses reproduksi di dalam jiwa kita, atau dengan kata lain

pada waktu terjadi proses berfikir, terjadi adanya penolakan atau penahanan dari

suatu unit pengetahuan tertentu terhdap unit yang lain sehingga terjadi kesalahan

dalam berfikir.

Retroactive inhibition ini dapat terjadi baik pada pelajaran-pelajaran yang bersifat

verbal seperti sejarah bahasa, ilmu ekonomi dan sebagainya. Dan dapat pula

terjadi pada pelajaran non verbal seperti mengeti, bermain piano, menjahit dan

sebagainya.

Untuk menghindari agar jangan sampai terjadi retroactive inhibition itu,

disarankan agar dalam belajar jangan mencampur aduk, dalam arti beberapa mata

pelajaran dipelajari dalam suatu waktu sekaligus. Untuk itu diperlukan adanya

jadwal atau time reinforcement dalam belajar yang harus ditaati secara teratur.

Jika Pintner telah mengemukakan beberapa metode dalam belajar seperti telah

dikemukakan di atas, berikut ini adalah saran-saran yang dikemukakan Crow and Crow

dengan singkat dan terinci untuk mencapai hasil belajar yang lebih efisien.

a. Miliki dahulu tujuan belajar yang pasti

b. Usahakan adanya tempat belajar yang memadai

c. Jaga kondisi fisik jangan sampai mengganggu konsentrasi dan keaktifan mental

d. Rencanakan dan ikutilah jadwal waktu untuk belajar

11

Page 12: Makalah Teori belajar

e. Selingilah belajar itu dengan waktu-waktu istirahat yang teratur

f. Carilah kalimat-kalimat topic atau inti pengertian dari tiap paragraph

g. Selama belajar gunakanlah metode pengulangan dalam hati (silent recitation)

h. Lakukan metode keseluruhan (whole method) jika bisa

i. Usahakan agar dapat membaca cepat tetapi cermat

j. Buatlah catatan-catatan atau rangkuman yang tersusun rapi

k. Adakan penilaian terhadap kesulitan bahan untuk dielajari lebih lanjut

l. Susunlah dan buatlah pertanyaan-pertanyaan yang tepat dan usahakan/cobalah

untuk menemukan jawabannya.

m. Pusat perhatian dengan sungguh-sungguh pada waktu belajar

n. Pelajari dengan teliti table-tabel, grafik-grafik, dan bahan ilustrasi lainnya.

o. Biasakanlah membuat rangkuman dan kesimpulan

p. Buatlah kepastian untuk melengkapi tugas-tugas belajar itu

q. Pelajari baik-baik pernyataan (statement) yang dikemukakan oleh pengarang, dan

tentanglah jika diragukan kebenarannya.

r. Telitilah pendapat beberapa pengarang

s. Analisislah kebiasaan belajar yang dilakukan , dan cobalah untuk memperbaiki

kelemahan-kelemahannya.

Pada intinya Strategi belajar bersifat individual, artinya strategi belajar yang efektif

bagi diri seseorang belum tentu efektif bagi orang lain. Untuk memperoleh strategi

belajar efektif, seseorang perlu mengetahui serangkaian konsep yang akan membawanya

menemukan strategi belajar yang paling efektif bagi dirinya.

2.4 Teori Behaviorisme

Teori behaviorisme adalah teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku

manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberirespon terhadap

lingkungan. Pengalaman danpemeliharaan akan membentuk perilaku mereka.

Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat

mekanistis,menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau

respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,

12

Page 13: Makalah Teori belajar

mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya

perilaku yangdiinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya

bahwa tingkah lakumanusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau

reinforcement darilingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat

jalinan yang erat antarareaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang

menganut pandangan iniberpandapat bahwatingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap

lingkungan dantingkahl laku adalah hasil belajar.

Teori belajar behaviorisme sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner

tentang perubahan tingkah laku hasil dari pengalaman Teori behavioristik dengan model

hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang

pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau

pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan

akan menghilang bila dikenai hukuman.

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin,

2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan

perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang

berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan

guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap

stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan

respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat

diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang

diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat

diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan

suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan

(reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan

semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement)

maka respon juga semakin kuat.

Adapun menurut tokoh-tokoh teori Behaviorisme, teori belajar itu adalah sebagai

berikut :

13

Page 14: Makalah Teori belajar

2.4.1 Teori Connectisme (Edward Lee Thorndike (1874-1949))

Percobaan Thorndike yang terkenal dengan binatang coba kucing yang

telah dilaparkan dan diletakkan di dalam sangkar yang tertutup dan pintunya

dapat dibuka secara otomatis apabila kenop yang terletak di dalam sangkar

tersebut tersentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori “trial and error” atau

“selecting and conecting”, yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan cara mencoba-

coba dan membuat salah. Dalam melaksanakan coba-coba ini, kucing tersebut

cenderung untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak mempunyai hasil.

Setiap response menimbulkan stimulus yang baru, selanjutnya stimulus baru ini

akan menimbulkan response lagi, demikian selanjutnya.

Dalam percobaan tersebut apabila di luar sangkar diletakkan makanan,

maka kucing berusaha untuk mencapainya dengan cara meloncat-loncat kian

kemari. Dengan tidak tersengaja kucing telah menyentuh kenop, maka terbukalah

pintu sangkar tersebut, dan kucing segera lari ke tempat makan. Percobaan ini

diulangi untuk beberapa kali, dan setelah kurang lebih 10 sampai dengan 12 kali,

kucing baru dapat dengan sengaja enyentuh kenop tersebut apabila di luar

diletakkan makanan.

Dari percobaan ini Thorndike menemukan hukum-hukum belajar sebagai

berikut :

a. Hukum Kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme

memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku

tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi

cenderung diperkuat.

Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan

membentuk asosiasi (connection) antara kesan panca indera dengan

kecenderungan bertindak. Misalnya, jika anak merasa senang atau tertarik

pada kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan cenderung mengerjakannya.

Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas dan belajar menjahit akan

menghasilkan prestasi memuaskanPrinsip pertama teori koneksionisme

adalah belajar suatu kegiatan membentuk asosiasi(connection) antara

14

Page 15: Makalah Teori belajar

kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak. Misalnya, jika anak

merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka ia akan

cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia merasa puas

dan belajar menjahit akan menghasilkan prestasi memuaskan.

Masalah pertama hukum law of readiness adalah jika kecenderungan

bertindak dan orang melakukannya, maka ia akan merasa puas. Akibatnya,

ia tak akan melakukan tindakan lain.

Masalah kedua, jika ada kecenderungan bertindak, tetapi ia tidak

melakukannya, maka timbullah rasa ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan

melakukan tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan

ketidakpuasannya.

Masalah ketiganya adalah bila tidak ada kecenderungan bertindak padahal

ia melakukannya, maka timbullah ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan

melakukan tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan

ketidakpuasannya.

b. Hukum Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering tingkah laku

diulang/ dilatih (digunakan) , maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.

Prinsip law of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan

perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-

latihan, tetapi akan melemah bila koneksi antara keduanya tidak

dilanjutkan atau dihentikan. Prinsip menunjukkan bahwa prinsip utama

dalam belajar adalah ulangan. Makin sering diulangi, materi pelajaran akan

semakin dikuasai.

c. Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung

diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika

akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau

makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang

disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan

diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak

menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi.

15

Page 16: Makalah Teori belajar

Koneksi antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak dapat

menguat atau melemah, tergantung pada “buah” hasil perbuatan yang

pernah dilakukan. Misalnya, bila anak mengerjakan PR, ia mendapatkan

muka manis gurunya. Namun, jika sebaliknya, ia akan dihukum.

Kecenderungan mengerjakan PR akan membentuk sikapnya.

Thorndike berkeyakinan bahwa prinsip proses belajar binatang pada

dasarnya sama dengan yang berlaku pada manusia, walaupun hubungan

antara situasi dan perbuatan pada binatang tanpa dipeantarai pengartian.

Binatang melakukan respons-respons langsung dari apa yang diamati dan

terjadi secara mekanis(Suryobroto, 1984).

Teori koneksionisme menyebutkan pula konsep transfer of training, yaitu

kecakapan yang telah diperoleh dalam belajar dapat digunakan untuk

memecahkan masalah yang lain. Perkembangan teorinya berdasarkan pada

percobaan terhadap kucing dengan problem box-nya.

2.4.2 Teori Classical Conditioning

Pelopor dari conditioning adalah Ivan Pavlov (1849-1936) seorang

psikologis refleks dari Rusia. Ia mengadakan percobaan-percobaan dengan anjing.

Secara ringkas percobaan-percobaan Pavlov dapat kita uraikan sebagai berikut :

Seekor anjing yang telah dibedah sedemikian rupa, sehinnga kelenjar

ludahnya berada di luar pipinya, dimasukkan ke kamar yang gelap. Dikamar itu

hanya ada sebuah lubang yang terletak didepan moncongnya, tempat

menyodorkan makanan atau menyorotkan cahaya pada waktu diadakan

percobaan-percobaan, pada waktu diadakan percobaan-percobaan. Pada

moncongnya yang telah dibedah itu dipasang sebuah pipa (selang) yang

dihubungkan dengan sebuah tabung di luar kamar dengan demikian dapat

diketahui keluar tidaknya air liur dari moncong anjing itu alat-alat yang

dipergunakan dalam percobaan-percobaan itu adalah makanan, lampu senter

untuk menyorotkan bermacam-macam warna, dan sebuah bunyi-bunyian.

Dari hasil percobaan-percobaan pavlop mendapatkan kesimpulan bahwa

gerakan-gerakan reflex dapat dipelajari, dapat berubah karena mendapat latihan.

16

Page 17: Makalah Teori belajar

Sehingga dengan demikian dapat dibedakan dua macam reflex yaitu,

(Unconditioned Stimulus-UCS) adalah sebuah rangsangan yang dikeluarkan tanpa

pembelajaran sebelumnya. Sebuah response yang tidak dikondisikan

(Unconditioned Response- UCR), merupakan response yang tidak dipelajari yang

dihasilkan secara otomatis oleh UCS, dalam eksperimen Pavlov, air liur yang

keluar dari mulut anjing sebagai response terhadap makanan, merupakan UCR.

Dalam pengondisian klasik, rangsangan yang dikondisikan (Conditioned

Stimulus-CS) adalah rangsangan yang sebenarnya netral, yang kemudian

menghasilkan response yang dihasilkan setelah dipasangkan (asosiasi) dengan

UCS. Response yang dikondisikan (conditioned response-CR) ini adalah response

yang dipelajari, yang muncul dari response CS, saat sebelumnya tejadi asosiasi

CS-UCS (Pavlop, 1927).

Watson mengadakan eksperimen-eksperimen tentang perasaan takut pada

anak dengan menggunakan tikus dan kelinci. Dari hasil percobaannya dapat

ditarik kesimpulan bahwa perasaan takut pada anak dapat diubah atau dilatih.

Anak percobaaan Watson yang mula-mula tidak takut kepada kelinci dibuat

menjadi takut kepada kelinci. Kemudian anak tersebut dilatihnya pula sehingga

tidak menjadi takut lagi kepada kelinci.

Demikianlah maka menurut teori conditioning belajar itu adalah suatu

proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang

kemudian menimbulkan reaksi (response). Untuk menjadikan seseorang itu

belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu. Yang terpenting dalam

belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan-latihan yang kontinu.

Yang diutamakan dalam teori ini adalah hal belajar yang terjadi secara otomatis.

Penganut teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia juga

tidak lain adalah hasil daripada conditioning. Yakni hasil daripada latihan-latihan

atau kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syarat perangsang-perangsang tertentu

yang dialaminya di dalam kehidupanannya.

Kelemahan dari teori ini adalah, teori ini menganggap bahwa, belajar itu

hanyalah terjadi secara otomatis; keaktifan dan penentuan pribadi dalam tidak

dihiraukannya. Peranan latihan/kebiasaan terlalu ditonjiolkan. Sedangkan dalam

17

Page 18: Makalah Teori belajar

bertindak atau berbuat sesuatu, manusia tidak semata-mata tergantung kepada

pengaruh luar. Aku atau pribadinya sendiri memegang peranan dalam memilih

dan menentukan perbuatan dan reaksi apa yang akan dilakukannya. Teori

conditioning ini memang tepat kalau kita hubungkan dengan binatang. Pada

manusia teori ini hanya dapat kita terima dalam hal-hal belajar tertentu saja;

umpamanya dalam belajar yang mengenai skills (kecekatan-kecekatan) tertentu

dan mengenai pembiasaan pada anak-anak kecil.

2.4.3 Operant Conditioning (teori Skinner)

Seperti Pavlov dan Watson, Skinner juga memikirkan tingkah laku sebagai

hubungan antara peransang dan respons, tetapi berbeda dengan kedua tokoh

yang terdahulu itu, Skinner membuat perincian lebih jauh. Skinner membedakan

adanya dua macam respons, yaitu :

a. Respondent response (reflexive response), yaitu respons yang ditimbulkan

oleh peransang-peransang tertentu.peransang-peransang yang demikian

itu,yang disebut eliciting stimuli,menimbulkan respons-respons yang

secara relatif tetap,misalnya makanan yang menimbulkan keluarnya air

liur.pada umumnya,perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului

respons yang ditimbulkanya.

b. Operant response (instrumental response) yaitu respons yang

timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang

tertentu.peransang yang demikian itu disebut reinforcing stimuli atau

reinforcer,karena perangsang-perangsang teraebut memperkuat respons

yang telah dilakukan oleh organisme. Jadi, perangsang yang demikian itu

mengikuti (dan karenanya memperkuat) sesuatu tingkah laku tertentu yang

telah dilakukan. Jika seorang anak belajar (telah melakukan perbuatan),

lalu mendapat hadiah,maka dia akan menjadi giat belajar (responsnya

menjadi lebih intensif/kuat).

Di dalam kenyataanya, respons jenis pertama itu (respondent response

atau respondent bebavior) sangat terbatas adanya pada manusia dan karena

adanya hubungan yang pasti antara stimulus dan respons kemungkinan untuk

memodifikasikannya adalah kecil. Sebaliknya, operant reponse atau instrumental

18

Page 19: Makalah Teori belajar

bebavior merupakan bagian terbesar daripada tingkah-laku manusia,dan

kemungkinannya untuk memodifikasi boleh dikatakan tak terbatas. Fokus teori

Skinner adalah pada respons atau jenis tingkah-laku yang kedua ini; soalnya

ialah bagaimana menimbulkan, mengembangkan dan memodifikasikan tingkah-

laku-tingkah-laku tersebut.

Skinner menganggap “reward” atau “reinforcement” sebagai faktor

terpenting dalam proses belajar. Skinner berpendapat, bahwa tujuan psikolgi

adalah meramal dan mengontrol tingkah laku.

Skinner membagi dua jenis respon dalam proses belajar, yakni :

a. Respondent: respon yang terjadi karena stimulus khusus

b. Operant: respon yang etrjadi karena stiuasi random

Operant conditioning, suatu situasi belajar dimana suatu respon dibuat

lebih kuat akibat reinforcement langsung.

Dalam pengajaran, operants conditioning menjamin respon-respon

terhadap stimulus. Apabila murid tidak menunjukkan reaksi-reaksi terhadap

stimulus, guru tak mungkin dapat membimbing tingkah lakunya terhadap arah

tujuan behavior. Jenis-jenis stimulus :

a. positive reinforcement: penyajian stimulus yang meningkatkan

probabilitas suatu respon.

b. Negative reinforcement: pembatasan stimulus yang tidak

menyenangkan, yang jika dihentikan akan mengakibatkan probabilitas

respon.

c. Hukuman: pemberian stimulus yang tidak menyenangkan misalnya

“contradiction or reprimand”. Bentuk hukuman lain berupa

penangguhan stimulus yang menyenangkan.

d. Primary reinforcement: stimulus pemenuhan kebutuhan-kebutuhan

fisiologis.

e. Secondary or learned reinforcement.

f. Modifikasi tingkah lakuguru: perlakuan guru terhadap murid-murid

berdasarkan minat kesenangan mereka.

19

Page 20: Makalah Teori belajar

Penjadwalan reinforcement:

Jadwal reinforcement menguraikan tentang kapan dan bagaimana suatu

respon diperbuat. Ada empat cara penjadwalan reinforcement :

a. Continuous reinforcement (penguatan berkesinambungan), dimana

sebuah prilaku dikuatkan setiap kali prilaku itu muncul. Letika

penguatan berkesinambungan ini muncul, organism akan belajar

dengan cepat. Namun, ketika penguatan dihentikan , maka

pelenyapan juga akan terjadi cukup cepat

b. Fixed ratio schedule (jadwal rasio tetap), menguatkan prilaku setelah

terdapat beberapa perangkat prilaku.

c. Variable ratio schedule (jadwal rasio bervariasi) yang didasarkan

atas penyajian bahan pelajaran dengan penguat setelah sejumlah rata-

rata respon.

d. Fixed internal schedule (jadwal interval tetap) yang didasarkan atas

satuan waktu tetep diantara “reifforcements”.

e. Variable interval schedule (jadwal interval bervariasi) pemberian

reinforcement menurut respon betul yang pertama setelah terjadi

kesalahan-kesalahan respon.

Prosedur pembentukan tingkah-laku :

Jika disederhanakan, prosedur pembentukan tingkah-laku dalam operant

conditioning itu adalah sebagai berikut :

a. Dilakukan identifikasi mengenai hal apa yang merupakan reinforcer

(hadiah) bagi tingkah-laku yang akan dibentuk itu.

b. Dilakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil

yang membentuk tingkah-laku yang dimaksud. Komponen-komponen

itu lalu disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada

terbentuknya tingkah-laku yang dimaksud.

c. Dengan mempergunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai

tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer (hadiah) untuk

masing-masing komponen itu.

20

Page 21: Makalah Teori belajar

d. Melakukan pembentukan tingkah-laku, dengan menggunakan urutan

komponen-komponen yang telah tersusun itu.kalau komponen pertama

telah dilakukan maka hadiahnya diberikan; hal ini akan mengakibatkan

komponen itu makin cenderung untuk sering dilakukan. Kalau ini sudah

terbentuk, dilakukannya komponen kedua yang diberi hadiah (komponen

pertama tidak lagi memerlukan hadiah); demikian berulang-ulang,

sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan

komponen ketiga, keempat dan selanjutnya, sampai seluruh tingkah-laku

yang diharapkan terbentuk.

Sebagai ilustrasi, misalnya dikehendaki agar sejumlah mahasiswa

mempunyai kebiasaan membaca jurnal profesional yang terdapat di

perpustakaan fakultas pada waktu sore hari. Untuk membaca jurnal profesional

seperti dimaksudkan di atas itu, maka para mahasiswa tersebut harus :

a. Sore hari datang ke fakultas,

b. Masuk ruang perpustakaan,

c. Pergi ke tempat penyimpanan jurnal,

d. Berhenti di tempat penyimpanan jurnal,

e. Memilih jurnal profesional yang dimaksud,

f. Membawa jurnal itu ke ruang baca, dan

g. Membaca jurnal tersebut.

Kalau dapat diidentifikasi hadiah-hadiah (tidak harus berupa barang) bagi

masing-masing komponen tingkah-laku tersebut, yaitu komponen 1 sampai

dengan 7, maka akan dapat dilakukan pembentukan kebiasaan tersebut.Apa yang

dikemukakan di atas itu adalah suatu penyeder-hanaan mengenai prosedur

pembentukan tingkah-laku melalui operant-conditioning.Di dalam kenyataanya,

prosedur itu banyak sekali variasinya dan lebih kompleks daripada apa

yangdikemukakan di atas.

Teori Skinner tersebut dewasa ini sangat besar pengaruhnya, terutama di

Amerika Serikat dan negara-negara pengaruhnya. konsep-konsep bebavior

control dan bebavior modification yang sangat populer di kalangan-kalangan

tertentu, bersumber pada teori ini.

21

Page 22: Makalah Teori belajar

Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai

berikut:

a. Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.

b. Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan

dan jika benar diperkuat.

c. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran

digunakan sistem modul.

d. Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.

e. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.

f. Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.

g. Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari

pelanggaran agar tidak menghukum.

h. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.

i. Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)

j. Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat

mencapai tujuan.

k. Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan pembentukan (shaping).

l. Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.

m. Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.

n. Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas

menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya.

Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas

guru berat, administrasi kompleks.

2.5 Teori sosial kognitif

Teori kognitif sosial (Social Cognitive Theory) merupakan penamaan baru dari teori

Bblajar sosial (Social Learning Theory) yang dikembangkan oleh Albert Bandura.

Penamaan baru dengan nama teori kognitif sosial ini dilakukan pada tahun 1970-an

dan1980-an. Ide pokok dari pemikiran Bandura (Bandura, 1962) juga merupakan

pengembangan dari ide Miller dan Dollard tentang belajar meniru (imitative learning).

Pada beberapa publikasinya, Bandura telah mengelaborasi proses belajar sosial dengan

22

Page 23: Makalah Teori belajar

faktor-faktor kognitif dan behavioral yang memengaruhi seseorang dalam proses belajar

sosial. Teori ini sangat berperan dalam mempelajari efek dari isi media massa pada

khalayak media di level individu.

Teori kognitif menempatkan secara khusus proses-proses berfikir dan bagaimana

orang-orang dalam memahami (mengerti) dan mempresentasikan dunia.

Pandangan dasar Psikologi Gestalt menyatakan bahwa gejala psikologi terjadi

pada suatu medan/lapangan (field) yang merupakan suatu sistem yang saling tergantung

(interpendent) yang meliputi persepsi dan pengalaman masa lampau. Dalam hal ini unsur-

unsur individu dari medan (field) ini tidak dapat dipahami tanpa mengetahui medan

tersebut sebagai suatu keseluruhan. Pendakatan Gestalt tidak hanya terfokus pada

masalah persepsi, tetapi juga pada masalah kognisi (proses berfikir) secara umum.

Sedangkan teori Kognitif menekankan bahwa pendekatan yang sesuai terhadap gejala

psikologi adalah dengan mempelajari proses kognitif dan bagaimana orang memahami

dan mempresentasikan dunianya. Sebagai contoh aplikasi langsung dari teori ini berupa

riset tentang bagaimana orang-orang membentuk kesan atas orang lain. Para ahli

Psikologi Sosial yang mengikuti tradisi Gestalt telah menyelidiki tentang bagaimana

pemahaman seseorang atas sifat-sifat individu yang digabungkan untuk memberntuk

kesan atas seseorang secara keseluruhan (Burstain & Skul, 1982).

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa teori kognitif

mempunyai tekanan yang berbeda dalam dua hal dengan teori belajar :

a. Lebih memusatkan perhatian pada interpretasi dan organisasi perceptual mengenai

keadaan sekarang, bukan keadaan masa lalu;

b. Mencari sebab-sebab perilaku pada persepsi atau interpretasi individu terhadap

situasi, dan tidak pada realitas situasinya.

Keterbatasan dari teori kognitif adalah menyederhanakan atau bahkan kadang-

kadang terlalu menyederhanakan dalam memandang cara-cara dimana seseorang

memproses informasi sosial yang sebenarnya sebagai fenomena yang kompleks. Selain

itu, fenomena kognitif adalah tidak secara langsung dapat diamati, yang semestinya

disimpulkan dari apa yang dilakukan dan dikatakan orang. Hal ini berarti untuk

memaksakan dan memastikan menguji prediksi teoritik dari teori kognitif kadang-kadang

sulit dilakukan. Meskipun demikina, secara keseluruhan diantara teori-teori yang lain

23

Page 24: Makalah Teori belajar

teori kognitif ini adalah teori yang lebih popular dan produktif dalam psikologi sosial

(Michener & Delamater, 1999).

2.6 Modelling

Dalam teorinya, Bandura menekankan dua hal penting yang sangat mempengaruhi

perilaku manusia yaitu pembelajaran observasional (modeling) yang lebih dikenal

dengan teori pembelajaran sosial dan regulasi diri. Beberapa tahapan yang terjadi dalam

proses modeling:

a. Atensi (perhatian)

b. Retensi (ingatan)

c. Reproduksi

d. Motivasi

Regulasi diri (kemampuan mengontrol perilaku sendiri) ialah salah satu dari

sekian penggerak utama kepribadian manusia. Tiga tahap yang terjadi dalam proses

regulasi diri yakni:

a. Pengamatan diri yakni melihat diri sendiri beserta perilakunya serta terus

mengawasi

b. Penilaian yakni membandingkan apa yang dilihat pada diri dan perilaku dengan

standar ukuran tertentu

c. Respon diri yakni proses memberi imbalan pada diri sendiri setelah berhasil

melakukan penilaian sebagai respon terhadap diri sendiri

2.6.1 Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan.

Ketika guru ingin mengurangi perilaku yang tidak diharapkan (seperti mengejek,

mengganggu diskusi kelas, atau sok pintar) yang harus dilakukan berdasarkan analisis

perilaku terapan adalah :

a. Menggunakan penguatan diferensial.

b. Menghentikan penguatan (pelenyapan)

c. Menghilangkan stimuli yang diinginkan.

d. Memberikan stimuli yang tidak disukai (hukuman)

24

Page 25: Makalah Teori belajar

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perunbahan itu

dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan

mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk. Tingkah laku yang mengalami perubahan

karena belajarmenyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti

perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berfikir, ketrampilan,

kecakapan, kebiasaan ataupun sikap.

3.2 Saran

Setelah kita memahami uraian tentang belajar, dapat kiranya kita meneliti

kekurangan-kekurangan dan hambatan-hambatan apa yang merintangi belajar, dan

berusaha bagaimana cara belajar-mengajar yang baik bagi dirinya sendirimaupun bagi

orang lain/anak didiknya nanti.

25

Page 26: Makalah Teori belajar

DAFTAR PUSTAKA

Hudaniah & Tri Dayakisni. 2012. Psikologi Sosial. Malang; Umm Press

Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung; Remaja Rosdakarya

Rahmat, Cece dkk. 2009. Psikologi Pendidikan. Upi Press

Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta; Rajawali Press

http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik

http://id.wikipedia.org/wiki/Albert_Bandura

http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/13/teori-bf-skinner-340649.html

26