17
Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kongsi Perdagangan Hindia Timur (Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC) yang didirikan pada tanggal 20 Maret 1602 adalah persekutuan dagang asal Belanda yang memiliki monopoli untuk aktivitas perdagangan di Asia. Disebut Hindia Timur karena ada pula VWC yang merupakan persekutuan dagang untuk kawasan Hindia Barat. Perusahaan ini dianggap sebagai perusahaan multinasional pertama di dunia [2] sekaligus merupakan perusahaan pertama yang mengeluarkan sistem pembagian saham. [3] Meskipun sebenarnya VOC merupakan sebuah badan dagang saja, tetapi badan dagang ini istimewa karena didukung oleh negara dan diberi fasilitas-fasilitas sendiri yang istimewa. Misalnya VOC boleh memiliki tentara dan boleh bernegosiasi dengan negara- negara lain. Bisa dikatakan VOC adalah negara dalam negara. VOC memiliki enam bagian (Kamers) di Amsterdam, Middelburg (untuk Zeeland), Enkhuizen, Delft, Hoorn, dan Rotterdam. Delegasi dari ruang ini berkumpul sebagai Heeren XVII (XVII Tuan-Tuan). Kamers menyumbangkan delegasi ke dalam tujuh belas sesuai dengan proporsi modal yang mereka bayarkan; delegasi Amsterdam berjumlah delapan. Di kalangan orang Indonesia VOC memiliki sebutan populer Kompeni atau Kumpeni. Istilah ini diambil dari kata compagnie dalam nama lengkap perusahaan tersebut dalam bahasa Belanda. Tetapi rakyat Nusantara lebih mengenal Kompeni sebagai tentara Belanda karena penindasannya dan pemerasan kepada rakyat Nusantara yang sama seperti tentara Belanda. B. Rumusan Masalah 1) Bagaimana sejarah terbentuknya VOC? 2) Bagaimanakah kegiatan perdagangan VOC di Indonesia? 3) Apa sajakah sebab-sebab di bubarkannya VOC? C. Tujuan Tujuan penyusunan makalah ini tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memenuhi tugas Sejarah. Selain itu juga untuk memahami lebih dalam mengenai sejarah VOC di Indonesia.

Makalah voc

Embed Size (px)

Citation preview

Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kongsi Perdagangan Hindia Timur (Vereenigde Oostindische Compagnie atau

VOC) yang didirikan pada tanggal 20 Maret 1602 adalah persekutuan dagang asal Belanda

yang memiliki monopoli untuk aktivitas perdagangan di Asia. Disebut Hindia Timur karena

ada pula VWC yang merupakan persekutuan dagang untuk kawasan Hindia Barat.

Perusahaan ini dianggap sebagai perusahaan multinasional pertama di dunia [2]

sekaligus

merupakan perusahaan pertama yang mengeluarkan sistem pembagian saham.[3]

Meskipun sebenarnya VOC merupakan sebuah badan dagang saja, tetapi badan

dagang ini istimewa karena didukung oleh negara dan diberi fasilitas-fasilitas sendiri yang

istimewa. Misalnya VOC boleh memiliki tentara dan boleh bernegosiasi dengan negara-

negara lain. Bisa dikatakan VOC adalah negara dalam negara.

VOC memiliki enam bagian (Kamers) di Amsterdam, Middelburg (untuk Zeeland),

Enkhuizen, Delft, Hoorn, dan Rotterdam. Delegasi dari ruang ini berkumpul sebagai Heeren

XVII (XVII Tuan-Tuan). Kamers menyumbangkan delegasi ke dalam tujuh belas sesuai

dengan proporsi modal yang mereka bayarkan; delegasi Amsterdam berjumlah delapan.

Di kalangan orang Indonesia VOC memiliki sebutan populer Kompeni atau

Kumpeni. Istilah ini diambil dari kata compagnie dalam nama lengkap perusahaan tersebut

dalam bahasa Belanda. Tetapi rakyat Nusantara lebih mengenal Kompeni sebagai tentara

Belanda karena penindasannya dan pemerasan kepada rakyat Nusantara yang sama seperti

tentara Belanda.

B. Rumusan Masalah

1) Bagaimana sejarah terbentuknya VOC?

2) Bagaimanakah kegiatan perdagangan VOC di Indonesia?

3) Apa sajakah sebab-sebab di bubarkannya VOC?

C. Tujuan

Tujuan penyusunan makalah ini tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memenuhi

tugas Sejarah. Selain itu juga untuk memahami lebih dalam mengenai sejarah VOC di

Indonesia.

Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 2

BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH

Galangan kapal Perusahaan Hindia Timur Belanda di Amsterdam, sekitar tahun 1750.

Replika Amsterdam (1749)

Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 3

Datangnya orang Eropa melalui jalur laut diawali oleh Vasco da Gama, yang pada

tahun 1497-1498 berhasil berlayar dari Eropa ke India melalui Tanjung Pengharapan (Cape

of Good Hope) di ujung selatan Afrika, sehingga mereka tidak perlu lagi bersaing dengan

pedagang-pedagang Timur Tengah untuk memperoleh akses ke Asia Timur, yang selama ini

ditempuh melalui jalur darat yang sangat berbahaya. Pada awalnya, tujuan utama bangsa-

bangsa Eropa ke Asia Timur dan Tenggara termasuk ke Nusantara adalah untuk perdagangan,

demikian juga dengan bangsa Belanda. Misi dagang yang kemudian dilanjutkan dengan

politik pemukiman (kolonisasi) dilakukan oleh Belanda dengan kerajaan-kerajaan di Jawa,

Sumatera dan Maluku, sedangkan di Suriname dan Curaçao, tujuan Belanda sejak awal

adalah murni kolonisasi (pemukiman). Dengan latar belakang perdagangan inilah awal

kolonialisasi bangsa Indonesia (Hindia Belanda) berawal.

Selama abad ke 16 perdagangan rempah-rempah didominasi oleh Portugis dengan

menggunakan Lisbon sebagai pelabuhan utama. Sebelum revolusi di negeri Belanda kota

Antwerp memegang peranan penting sebagai distributor di Eropa Utara, akan tetapi setelah

tahun 1591 Portugis melakukan kerjasama dengan firma-firma dari Jerman, Spanyol dan

Italia menggunakan Hamburg sebagai pelabuhan utama sebagai tempat untuk

mendistribusikan barang-barang dari Asia, memindah jalur perdagangan tidak melewati

Belanda. Namun ternyata perdagangan yang dilakukan Portugis tidak efisien dan tidak

mampu menyuplai permintaan yang terus meninggi, terutama lada. Suplai yang tidak lancar

menyebabkan harga lada meroket pada saat itu. Selain itu Unifikasi Portugal dan Kerajaan

Spanyol (yang sedang dalam keadaan perang dengan Belanda pada saat itu) pada tahun 1580,

menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi Belanda. ketiga faktor tersebutlah yang

mendorong Belanda memasuki perdagangan rempah-rempah Interkontinental. Akhirnya Jan

Huyghen van Linschoten dan Cornelis de Houtman menemukan "jalur rahasia" pelayaran

Portugis, yang membawa pelayaran pertama Cornelis de Houtman ke Banten, pelabuhan

utama di Jawa pada tahun 1595-1597.

Pada tahun 1596 empat kapal ekspedisi dipimpin oleh Cornelis de Houtman berlayar

menuju Indonesia, dan merupakan kontak pertama Indonesia dengan Belanda. Ekspedisi ini

mencapai Banten, pelabuhan lada utama di Jawa Barat, disini mereka terlibat dalam

perseteruan dengan orang Portugis dan penduduk lokal. Houtman berlayar lagi ke arah timur

melalui pantai utara Jawa, sempat diserang oleh penduduk lokal di Sedayu berakibat pada

kehilangan 12 orang awak, dan terlibat perseteruan dengan penduduk lokal di Madura

menyebabkan terbunuhnya seorang pimpinan lokal. Setelah kehilangan separuh awak maka

Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 4

pada tahun berikutnya mereka memutuskan untuk kembali ke Belanda namun rempah-

rempah yang dibawa cukup untuk menghasilkan keuntungan.

Kamar Dagang VOC di Amsterdam

Adalah para pedagang Inggris yang memulai mendirikan perusahaan dagang di Asia

pada 31 Desember 1600 yang dinamakan The British East India Company dan berpusat di

Kalkuta. Kemudian Belanda menyusul tahun 1602 dan Perancis pun tak mau ketinggalan dan

mendirikan French East India Company tahun 1604.

Pada 20 Maret 1602, para pedagang Belanda mendirikan Verenigde Oost-Indische

Compagnie - VOC (Perkumpulan Dagang India Timur). Di masa itu, terjadi persaingan sengit

di antara negara-negara Eropa, yaitu Portugis, Spanyol kemudian juga Inggris, Perancis dan

Belanda, untuk memperebutkan hegemoni perdagangan di Asia Timur. Untuk menghadapai

masalah ini, oleh Staaten Generaal di Belanda, VOC diberi wewenang memiliki tentara yang

harus mereka biayai sendiri. Selain itu, VOC juga mempunyai hak, atas nama Pemerintah

Belanda -yang waktu itu masih berbentuk Republik- untuk membuat perjanjian kenegaraan

dan menyatakan perang terhadap suatu negara. Wewenang ini yang mengakibatkan, bahwa

suatu perkumpulan dagang seperti VOC, dapat bertindak seperti layaknya satu negara.

Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 5

Perusahaan ini mendirikan markasnya di Batavia (sekarang Jakarta) di pulau Jawa.

Pos kolonial lainnya juga didirikan di tempat lainnya di Hindia Timur yang kemudian

menjadi Indonesia, seperti di kepulauan rempah-rempah (Maluku), yang termasuk Kepulauan

Banda di mana VOC manjalankan monopoli atas pala dan fuli. Metode yang digunakan untuk

mempertahankan monompoli termasuk kekerasan terhadap populasi lokal, dan juga

pemerasan dan pembunuhan massal.

Pos perdagangan yang lebih tentram di Deshima, pulau buatan di lepas pantai

Nagasaki, adalah tempat satu-satunya di mana orang Eropa dapat berdagang dengan Jepang.

Tahun 1603 VOC memperoleh izin di Banten untuk mendirikan kantor perwakilan,

dan pada 1610 Pieter Both diangkat menjadi Gubernur Jenderal VOC pertama (1610-1614),

namun ia memilih Jayakarta sebagai basis administrasi VOC. Sementara itu, Frederik de

Houtman menjadi Gubernur VOC di Ambon (1605 - 1611) dan setelah itu menjadi Gubernur

untuk Maluku (1621 - 1623).

B. HAK ISTIMEWA

Hak-hak istimewa yang tercantum dalam Oktrooi (Piagam/Charta) tanggal 20 Maret

1602 meliputi:

Hak monopoli untuk berdagang dan berlayar di wilayah sebelah timur Tanjung Harapan

dan sebelah barat Selat Magelhaens serta menguasai perdagangan untuk kepentingan

sendiri;

Hak kedaulatan (soevereiniteit) sehingga dapat bertindak layaknya suatu negara untuk:

1. memelihara angkatan perang,

2. memaklumkan perang dan mengadakan perdamaian,

3. merebut dan menduduki daerah-daerah asing di luar Negeri Belanda,

4. memerintah daerah-daerah tersebut,

5. menetapkan/mengeluarkan mata-uang sendiri, dan

6. memungut pajak.

Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 6

Sebuah saham Perusahaan Hindia Timur Belanda, tertanggal 7 November 1623, untuk jumlah

2.400 florin

C. GARIS WAKTU

Pada 1652, Jan van Riebeeck mendirikan pos di Tanjung Harapan (ujung selatan

Afrika, sekarang ini Afrika Selatan) untuk menyediakan kapal VOC untuk perjalanan mereka

ke Asia Timur. Pos ini kemudian menjadi koloni sungguhan ketika lebih banyak lagi orang

Belanda dan Eropa lainnya mulai tinggal di sini. Pos VOC juga didirikan di Persia (sekarang

Iran), Benggala (sekarang Bangladesh) dan sebagian India), Ceylon (sekarang Sri Lanka),

Malaka (sekarang Malaysia), Siam (sekarang Thailand), Cina daratan (Kanton), Formosa

(sekarang Taiwan) dan selatan India. Pada 1662, Koxinga mengusir Belanda dari Taiwan.

Pada 1669, VOC merupakan perusahaan pribadi terkaya dalam sepanjang sejarah, dengan

lebih dari 150 perahu dagang, 40 kapal perang, 50.000 pekerja, angkatan bersenjata pribadi

dengan 10.000 tentara, dan pembayaran dividen 40%.

Perusahaan ini hampir selalu terjadi konflik dengan Inggris; hubungan keduanya

memburuk ketika terjadi Pembantaian Ambon pada tahun 1623. Pada abad ke-18,

kepemilikannya memusatkan di Hindia Timur. Setelah peperangan keempat antara Provinsi

Bersatu dan Inggris (1780-1784), VOC mendapatkan kesulitan finansial, dan pada 17 Maret

Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 7

1798, perusahaan ini dibubarkan, setelah Belanda diinvasi oleh tentara Napoleon Bonaparte

dari Perancis. Hindia Timur diserahkan kepada Kerajaan Belanda oleh Kongres Wina di

1815.

D. TUJUAN VOC

Tujuan utama dibentuknya VOC seperti tercermin dalam perundingan 15 Januari

1602 adalah untuk “menimbulkan bencana pada musuh dan guna keamanan tanah air”. Yang

dimaksud musuh saat itu adalah Portugis dan Spanyol yang pada kurun Juni 1580 –

Desember 1640 bergabung menjadi satu kekuasaan yang hendak merebut dominasi

perdagangan di Asia. Untuk sementara waktu, melalui VOC bangsa Belanda masih menjalin

hubungan baik bersama masyarakat Nusantara.

E. PEMBUBARAN VOC

Pada pertengahan abad ke-18 VOC mengalami kemunduran karena beberapa sebab

sehingga dibubarkan. Alasannya adalah sebagai berikut:

Banyak pegawai VOC yang curang dan korupsi

Banyak pengeluaran untuk biaya peperangan contoh perang melawan Hasanuddin

dari Gowa

Banyaknya gaji yang harus dibayar karena kekuasaan yang luas membutuhkan

pegawai yang banyak

Pembayaran Devident (keuntungan) bagi pemegang saham turut memberatkan setelah

pemasukan VOC kekurangan

Bertambahnya saingan dagang di Asia terutama Inggris dan Perancis

Perubahan politik di Belanda dengan berdirinya Republik Bataaf 1795 yang

demokratis dan liberal menganjurkan perdagangan bebas.

Berdasarkan alasan di atas VOC dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799 dengan

hutang 136,7 juta gulden dan kekayaan yang ditinggalkan berupa kantor dagang, gudang,

benteng, kapal serta daerah kekuasaan di Indonesia.

Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 8

F. TOKOH-TOKOH

1. Johannes van den Bosch

Graaf Johannes van den Bosch. Lukisan potret dibuat oleh Raden Saleh.

Untuk Menteri Perang Belanda pada tahun 1860-an, lihat Johannes Adrianus van den

Bosch.

Johannes graaf van den Bosch (lahir di Herwijnen, Lingewaal, 1 Februari

1780 –meninggal di Den Haag, 28 Januari 1844 pada umur 63 tahun) adalah

Gubernur-Jenderal Hindia Belanda yang ke-43. Ia memerintah antara tahun 1830 –

1834. Pada masa pemerintahannya Tanam Paksa (Cultuurstelsel) mulai direalisasi,

setelah sebelumnya hanya merupakan konsep kajian yang dibuat untuk menambah kas

pemerintah kolonial maupun negara induk Belanda yang kehabisan dana karena

peperangan di Eropa maupun daerah koloni (terutama di Jawa dan Pulau Sumatera).

Biografi

Van den Bosch dilahirkan di Herwijnen, Provinsi Gelderland, Belanda. Kapal yang

membawanya tiba di Pulau Jawa tahun 1797, sebagai seorang letnan; tetapi

pangkatnya cepat dinaikkan menjadi kolonel. Pada tahun 1810 sempat dipulangkan ke

Belanda karena perbedaan pendapat dengan Gubernur Jenderal Herman Willem

Daendels. Setelah kepulangannya ke Belanda pada bulan November 1813, Van den

Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 9

Bosch beragitasi untuk kembalinya Wangsa Oranje. Dia diangkat kembali sebagai

kolonel di ketentaraan dan menjadi Panglima Maastricht. Di Belanda karier militernya

membuatnya terlibat sebagai komandan di Maastricht dengan pangkat sebagai mayor

jenderal. Di luar kegiatan karier, Van den Bosch banyak membantu menyadarkan

warga Belanda akan kemiskinan akut di wilayah koloni. Pada tahun 1827, dia

diangkat menjadi jenderal komisaris dan dikembalikan ke Batavia (kini Jakarta),

hingga akhirnya menjadi Gubernur Jenderal pada tahun 1830. Van den Bosch kembali

ke Belanda sesudah lima tahun. Dia pensiun secara sukarela pada tahun 1839.

2. Herman Willem Daendels

Meester in de Rechten Herman Willem Daendels (lahir di Hattem,

Gelderland, Republik Belanda, 21 Oktober 1762 – meninggal di Elmina, Belanda

Pantai Emas, 2 Mei 1818 pada umur 55 tahun), adalah seorang politikus Belanda yang

merupakan Gubernur-Jenderal Hindia Belanda yang ke-36. Ia memerintah antara

tahun 1808 – 1811. Masa itu Belanda sedang dikuasai oleh Perancis.

Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 10

Daendels di Hindia Belanda

Potret anumerta Herman Willem Daendels, Gubernur Jenderal Hindia Belanda

1808-1810, berdasarkan miniatur tanggal 1816 oleh seniman Perancis SJ Rochard.

Bagian dari seri Gubernur Jenderal.

Maka setelah perjalanan yang panjang melalui Pulau Kanari, Daendels tiba di

Batavia pada tanggal 5 Januari 1808 dan menggantikan Gubernur-Jenderal Albertus

Wiese. Daendels diserahi tugas terutama untuk melindungi pulau Jawa dari serangan

tentara Inggris. Jawa adalah satu-satunya daerah koloni Belanda-Perancis yang belum

jatuh ke tangan Inggris setelah Isle de France dan Mauritius pada tahun 1807. Namun

beberapa kali armada Inggris telah muncul di perairan utara laut Jawa bahkan di dekat

Batavia. Pada tahun 1800, armada Inggris telah memblokade Batavia dan

menghancurkan galangan kapal Belanda di Pulau Onrust sehingga tidak berfungsi

lagi. Pada tahun 1806, armada kecil Inggris di bawah laksamana Pellew muncul di

Gresik. Setelah blokade singkat, pimpinan militer Belanda, Von Franquemont

memutuskan untuk tidak mau menyerah kepada Pellew. Ultimatum Pellew untuk

mendarat di Surabaya tidak terwujud, tetapi sebelum meninggalkan Jawa Pellew

menuntut Belanda agar membongkar semua pertahanan meriam di Gresik dan

dikabulkan. Ketika mendengar hal ini, Daendels menyadari bahwa kekuatan Perancis-

Belanda yang ada di Jawa tidak akan mampu menghadapi kekuatan armada Inggris.

Maka iapun melaksanakan tugasnya dengan segera. Tentara Belanda diisinya dengan

orang-orang pribumi, ia membangun rumah sakit-rumah sakit dan tangsi-tangsi

militer baru. Di Surabaya ia membangun sebuah pabrik senjata, di Semarang ia

membangun pabrik meriam dan di Batavia ia membangun sekolah militer. Kastil di

Batavia dihancurkannya dan diganti dengan benteng di Meester Cornelis (kini

Jatinegara). Di Surabaya dibangunnya Benteng Lodewijk. Proyek utamanya, yaitu

Jalan Raya Pos, sebenarnya dibangunnya juga karena manfaat militernya, yaitu untuk

mengusahakan tentara-tentaranya bergerak dengan cepat.

Terhadap raja-raja di Jawa, ia bertindak keras, tetapi kurang strategis sehingga

mereka menyimpan dendam kepadanya. Di mata Daendels, semua raja pribumi harus

mengakui raja Belanda sebagai junjungannya dan minta perlindungan kepadanya.

Bertolak dari konsep ini, Daendels mengubah jabatan pejabat Belanda di kraton Solo

dan kraton Yogya dari residen menjadi minister. Minister tidak lagi bertindak sebagai

pejabat Belanda melainkan sebagai wakil raja Belanda dan juga wakilnya di kraton

Jawa. Oleh karena itu Daendels membuat peraturan tentang perlakuan raja-raja Jawa

Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 11

kepada para Minister di kratonnya. Jika pada zaman VOC para residen Belanda

diperlakukan sama seperti para penguasa daerah yang menghadap raja-raja Jawa,

dengan duduk di lantai dan mempersembahkan sirih sebagai tanda hormat kepada raja

Jawa, Minister tidak layak lagi diperlakukan seperti itu. Minister berhak duduk sejajar

dengan raja, memakai payung seperti raja, tidak perlu membuka topi atau

mempersembahkan sirih kepada raja, dan harus disambut oleh raja dengan berdiri dari

tahtanya ketika Minister datang di kraton. Ketika bertemu di tengah jalan dengan raja,

Minister tidak perlu turun dari kereta tetapi cukup membuka jendela kereta dan boleh

berpapasan dengan kereta raja. Meskipun di Surakarta Sunan Paku Buwono IV

menerima ketentuan ini, di Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono II tidak mau

menerimanya. Daendels harus menggunakan tekanan agar Sultan Yogya bersedia

melaksanakan aturan itu.Tetapi dalam hati kedua raja itu tetap tidak terima terhadap

perlakuan Daendels ini. Jadi ketika orang-orang Inggris datang, maka mereka

bersama-sama dengan para raja "mengkhianati" orang Belanda.

Berbeda dengan apa yang dipercaya orang selama ini, Daendels selama masa

pemerintahannya memang memerintahkan pembangunan jalan di Jawa tetapi tidak

dilakukan dari Anyer hingga Panarukan. Jalan antara Anyer dan Batavia sudah ada

ketika Daendels tiba. Oleh karena itu menurut het Plakaatboek van Nederlandsch

Indie jilid 14, Daendels mulai membangun jalan dari Buitenzorg menuju Cisarua dan

seterusnya sampai ke Sumedang.Pembangunan dimulai bulan Mei 1808. Di

Sumedang, proyek pembangunan jalan ini terbentur pada kondisi alam yang sulit

karena terdiri atas batuan cadas, akibatnya para pekerja menolak melakukan proyek

tersebut dan akhirnya pembangunan jalan macet. Akhirnya Pangeran Kornel turun

tangan dan langsung menghadap Daendels untuk meminta pengertian atas penolakan

para pekerja. Ketika mengetahui hal ini, Daendels memerintahkan komandan pasukan

zeni Brigadir Jenderal von Lutzow untuk mengatasinya. Berkat tembakan artileri,

bukit padas berhasil diratakan dan pembangunan diteruskan hingga Karangsambung.

Sampai Karangsambung, proyek pembangunan itu dilakukan dengan kerja upah. Para

bupati pribumi diperintahkan menyiapkan tenaga kerja dalam jumlah tertentu dan

masing-masing setiap hari dibayar 10 sen per orang dan ditambah dengan beras serta

jatah garam setiap minggu.

Setibanya di Karangsambung pada bulan Juni 1808, dana tiga puluh ribu

gulden yang disediakan Daendels untuk membayar tenaga kerja ini habis dan di luar

dugaannya, tidak ada lagi dana untuk membiayai proyek pembangunan jalan tersebut.

Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 12

Ketika Daendels berkunjung ke Semarang pada pertengahan Juli 1808, ia

mengundang semua bupati di pantai utara Jawa. Dalam pertemuan itu Daendels

menyampaikan bahwa proyek pembangunan jalan harus diteruskan karena

kepentingan mensejahterakan rakyat (H.W. Daendels, Staat van Nederlandsch

Indische Bezittingen onder bestuur van Gouverneur Generaal en Marschalk H.W.

Daendels 1808-1811, 's Gravenhage, 1814). Para bupati diperintahkan menyediakan

tenaga kerja dengan konsekuensi para pekerja ini dibebaskan dari kewajiban kerja

bagi para bupati tetapi mencurahkan tenaganya untuk membangun jalan. Sementara

itu para bupati harus menyediakan kebutuhan pangan bagi mereka. Semua proyek ini

akan diawasi oleh para prefect yang merupakan kepala daerah pengganti residen

VOC. Dari hasil kesepakatan itu, proyek pembangunan jalan diteruskan dari

Karangsambung ke Cirebon. Pada bulan Agustus 1808 jalan telah sampai di

Pekalongan. Sebenarnya jalan yang menghubungkan Pekalongan hingga Surabaya

telah ada, karena pada tahun 1806 Gubernur Pantai Timur Laut Jawa Nicolaas

Engelhard telah menggunakannya untuk membawa pasukan Madura dalam rangka

menumpas pemberontakan Bagus Rangin di Cirebon (Indische Tijdschrift, 1850). Jadi

Daendels hanya melebarkannya. Tetapi ia memang memerintahkan pembukaan jalan

dari Surabaya sampai Panarukan sebagai pelabuhan ekspor paling ujung di Jawa

Timur saat itu.

Kontroversi terjadi tentang pembangunan jalan ini. Pada masa Daendels

banyak pejabat Belanda yang dalam hatinya tidak menyukai Perancis tetapi tetap setia

kepada dinasti Oranje yang melarikan diri ke Inggris. Namun mereka tidak bisa

berbuat banyak karena penentangan terhadap Daendels berarti pemecatan dan

penahanan dirinya. Hal itu menerima beberapa orang pejabat seperti Prediger

(Residen Manado), Nicolaas Engelhard (Gubernur Pantai Timur Laut Jawa) dan

Nederburgh (bekas pimpinan Hooge Regeering). Mereka yang dipecat ini kemudian

kembali ke Eropa dan melalui informasi yang dikirim dari para pejabat lain yang

diam-diam menentang Daendels (seperti Peter Engelhard Minister Yogya, F.

Waterloo Prefect Cirebon, F. Rothenbuhler, Gubernur Ujung Timur Jawa), mereka

menulis keburukan Daendels. Di antara tulisan mereka terdapat proyek pembangunan

jalan raya yang dilakukan dengan kerja rodi dan meminta banyak korban jiwa.

Sebenarnya mereka sendiri tidak berada di Jawa ketika proyek pembangunan jalan ini

dibuat. Ini terbukti dari penyebutan pembangunan jalan antara Anyer dan Panarukan,

padahal Daendels membuatnya dimulai dari Buitenzorg. Sayang sekali arsip-arsip

Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 13

mereka lebih banyak ditemukan dan disimpan di arsip Belanda, sementara data-data

yang dilaporkan oleh Daendels atau para pejabat yang setia kepadanya (seperti J.A.

van Braam, Minister Surakarta) tidak ditemukan kecuali tersimpan di Perancis karena

Daendels melaporkan semua pelaksanaan tugasnya kepada Napoleon setelah

penghapusan Kerajaan Belanda pada tahun 1810. Sejarawan Indonesia yang banyak

mengandalkan informasi dari arsip Belanda ikut berbuat kesalahan dengan menerima

kenyataan pembangunan jalan antara Anyer-Panarukan melalui kerja rodi.

Kontroversi lain yang menyangkut pembangunan jalan ini adalah tidak pernah

disebutkannya manfaat yang diperoleh dari jalan tersebut oleh para sejarawan dan

lawan-lawan Daendels. Setelah proyek pembuatan jalan itu selesai, hasil produk kopi

dari pedalaman Priangan semakin banyak yang diangkut ke pelabuhan Cirebon dan

Indramayu padahal sebelumnya tidak terjadi dan produk itu membusuk di gudang-

gudang kopi Sumedang, Limbangan, Cisarua dan Sukabumi. Begitu juga dengan

adanya jalan ini, jarak antara Surabaya-Batavia yang sebelumnya ditempuh 40 hari

bisa disingkat menjadi 7 hari. Ini sangat bermanfaat bagi pengiriman surat yang oleh

Daendels kemudian dikelola dalam dinas pos.

Di sisi lain dikatakan bahwa Daendels mebuat birokrasi menjadi lebih efisien

dan mengurangi korupsi. Tetapi ia sendiri dituduh korupsi dan memperkaya diri

sendiri. Akhirnya ia dipanggil pulang oleh Perancis dan kekuasaan harus diserahkan

kepada Jan Willem Janssens, seperti diputuskan oleh Napoleon

Bonaparte.Pemanggilan pulang ini dipertimbangkan oleh Napoleon sendiri. Dalam

rangka penyerbuan ke Rusia, Napoleon memerlukan seorang jenderal yang handal

dan pilihannya jatuh kepada Daendels. Dalam korps tentara kebanggaan Perancis

(Grande Armee), ada kesatuan Legiun Asing (Legion Estranger) yang terdiri atas

kesatuan bantuan dari raja-raja sekutu Perancis. Di antaranya adalah pasukan dari

Duke of Wurtemberg yang terdiri atas tiga divisi (kira-kira 30 ribu tentara). Tentara

Wurtemberg ini sangat terkenal sebagai pasukan yang berani, pandai bertempur tetapi

sulit dikontrol karena latar belakang mereka sebagai tentara bayaran pada masa

sebelum penaklukan oleh Perancis. Napoleon mempercayakan kesatuan ini kepada

Daendels dan dianugerahi pangkat Kolonel Jenderal.

Ketika tiba di Paris dari perjalanannya di Batavia, Daendels disambut sendiri

oleh Napoleon di istana Tuiliries dengan permadani merah. Di sana ia diberi instruksi

untuk memimpin kesatuan Wurtemberg dan terlibat dalam penyerbuan ke Rusia pada

tanggal 22 Juni 1812.

Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 14

3. Thomas Stamford Bingley Raffles

Thomas Stamford Raffles

Sir Thomas Stamford Bingley Raffles (lahir di Jamaica, 6 Juli 1781 –

meninggal di London, Inggris, 5 Juli 1826 pada umur 44 tahun) adalah Gubernur-

Jenderal Hindia Belanda yang terbesar. Ia adalah seorang warganegara Inggris. Ia

dikatakan juga pendiri kota dan negara kota Singapura. Ia salah seorang Inggris yang

paling dikenal sebagai yang menciptakan kerajaan terbesar di dunia.

Raffles di Hindia Belanda

Raffles diangkat sebagai Letnan Gubernur Jawa pada tahun 1811, ketika

Kerajaan Inggris mengambil alih jajahan-jajahan Kerajaan Belanda dan ia tidak lama

kemudian dipromosikan sebagai Gubernur Sumatera, ketika Kerajaan Belanda

diduduki oleh Napoleon Bonaparte dari Perancis.

Sewaktu Raffles menjabat sebagai penguasa Hindia Belanda, ia telah

mengusahakan banyak hal, yang mana antara lain adalah sebagai berikut: beliau

mengintroduksi otonomi terbatas, menghentikan perdagangan budak, mereformasi

sistem pertanahan pemerintah kolonial Belanda, menyelidiki flora dan fauna

Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 15

Indonesia, meneliti peninggalan-peninggalan kuno seperti Candi Borobudur dan

Candi Prambanan, Sastra Jawa serta banyak hal lainnya. Tidak hanya itu, demi

meneliti dokumen-dokumen sejarah Melayu yang mengilhami pencarian Raffles akan

Candi Borobudur, ia pun kemudian belajar sendiri Bahasa Melayu. Hasil

penelitiannya di pulau Jawa dituliskannya pada sebuah buku berjudul: History of

Java, yang menceritakan mengenai sejarah pulau Jawa. Dalam melakukan

penelitiannya, Raffles dibantu oleh dua orang asistennya yaitu: James Crawfurd dan

Kolonel Colin Mackenzie.

Istri Raffles, Olivia Mariamne, wafat pada tanggal 26 November 1814 di

Buitenzorg dan dimakamkan di Batavia, tepatnya di tempat yang sekarang menjadi

Museum Prasasti. Di Kebun Raya Bogor dibangun monumen peringatan untuk

mengenang kematian sang istri.

Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 16

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

VOC datang pada tahun 1695 dipimpin oleh Cornelis De Houtman yang tujuan

awalnya adalah berdagang di wilayah Indonesia. Tapi seiring berjalannya waktu, VOC

memperluas wilayah perdagangannya dan karena Indonesia kaya akan rempah-rempah

maka timbul keinginan VOC agar menguasai Indonesia beserta sumber daya alamnya.

B. SARAN

Keberadaan VOC membawa banyak pengaruh bagi bangsa Indonesia. Baik dalam

bidang ekonomi, sosial, maupun politik. Pengaruh yang ada harus kita evaluasi dengan

baik. Jangan sampai kita kembali terjajah dengan kedatangan bangsa dan organisasi asing

seperti VOC. Indonesia memiliki banyak sumber daya yang harus kita kelola sepandai-

pandainya agar tidak mudah dikuasai oleh bangsa asing yang akan menjadikan kita budak

di negara sendiri. Sebagai generasi bangsa kita harus mengisi kemerdekaan dan menjaga

keutuhan serta kasatuan wilayah Indonesia supaya masa penjajahan tidak terulang lagi.

Vereenigde Oostindische Compagnie Halaman 17

DAFTAR PUSTAKA

Kartonagoro,Soewidji. 1975. Belajar Membaca Sejarah Nasional Indonesia.PN Balai

Pustaka:Jakarta.

Notosusanto,Nugroho. 1984. Sejarah Nasional Indonesia IV. PN Balai Pustaka:Jakarta.

Ricklefs, sejarah Indonesia Modern 1200 – 2008,(Jakarta:PT Serambi Ilmu Semesta, 2008),

hlm 51.

M.C. Ricklefs. Sejarah Indonesia Modern. tr. Dharmono Hardjowidjono. Yogyakarta: Gajah

Mada University Press. 1994 hlm 201.