13
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prosesperjalanan kehidupan manusia adalah lahir, hidup dan mati. Semua tahap itumembawa pengaruh dan akibat hukum kepada lingkungannya, terutama ,dengan orangyang dekat dengannya. Baik dekat dalam arti nasab maupun dalam arti lingkungan. Kelahiranmembawa akibat timbulnya hak dan kewajiban bagi dirinya dan orang lain sertatimbulnya hubungan hukum antara dia dengan orang tua, kerabat dan masyarakatlingkungannya. Demikian jugadengan kematian seseorang membawa pengaruh dan akibat hukum kepada diri,keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitarnya, selain itu, kematian tersebutmenimbulkan kewajiban orang lain bagi dirinya (si mayit) yang berhubungandengan pengurusan jenazahnya. Dengan kematian timbul pula akibat hukum lainsecara otomatis, yaitu adanya hubungan ilmu hukum yang menyangkut hak parakeluarganya (ahli waris) terhadap seluruh harta peninggalannya. Adanya kematianseseorang mengakibatkan timbulnya cabang ilmu hukum yang menyangkut bagaimanacara penyelesaian harta peninggalan kepada keluarganya yang dikenal dengan namaHukum Waris. Dalam syari’at Islam ilmu tersebut dikenal dengan nama IlmuMawaris, Fiqih Mawaris, atau Faraidh. B. Rumusan Masalah 1. Mengetahui Pengertian waris 2. Mengetahui Sumber Hukum Waris 3. Mengetahui Sebab-sebab kewarisan 4. Mengetahui Sebab-sebab penghalang kewarisan 5. Mengetahui harta benda sebelum diwarisi 6. Mengetahui Rukun-rukun waris C. Tujuan 1. Mengetahui Pengertian waris

makalah waris

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: makalah waris

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangProsesperjalanan kehidupan manusia adalah lahir, hidup dan mati. Semua

tahap itumembawa pengaruh dan akibat hukum kepada lingkungannya, terutama ,dengan orangyang dekat dengannya. Baik dekat dalam arti nasab maupun dalam arti lingkungan.

Kelahiranmembawa akibat timbulnya hak dan kewajiban bagi dirinya dan orang lain sertatimbulnya hubungan hukum antara dia dengan orang tua, kerabat dan masyarakatlingkungannya.

Demikian jugadengan kematian seseorang membawa pengaruh dan akibat hukum kepada diri,keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitarnya, selain itu, kematian tersebutmenimbulkan kewajiban orang lain bagi dirinya (si mayit) yang berhubungandengan pengurusan jenazahnya. Dengan kematian timbul pula akibat hukum lainsecara otomatis, yaitu adanya hubungan ilmu hukum yang menyangkut hak parakeluarganya (ahli waris) terhadap seluruh harta peninggalannya.

Adanya kematianseseorang mengakibatkan timbulnya cabang ilmu hukum yang menyangkut bagaimanacara penyelesaian harta peninggalan kepada keluarganya yang dikenal dengan namaHukum Waris. Dalam syari’at Islam ilmu tersebut dikenal dengan nama IlmuMawaris, Fiqih Mawaris, atau Faraidh.

B. Rumusan Masalah1. Mengetahui Pengertian waris2. Mengetahui Sumber Hukum Waris3. Mengetahui Sebab-sebab kewarisan4. Mengetahui Sebab-sebab penghalang kewarisan5. Mengetahui harta benda sebelum diwarisi6. Mengetahui Rukun-rukun waris

C. Tujuan1. Mengetahui Pengertian waris2. Mengetahui Sumber Hukum Waris3. Mengetahui Sebab-sebab kewarisan4. Mengetahui Sebab-sebab penghalang kewarisan5. Mengetahui harta benda sebelum diwarisi6. Mengetahui Rukun-rukun waris

Page 2: makalah waris

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian Mawaris

Kata waris berasal dari bahasa Arab miras. Bentuk jamaknya adalah mawaris, yang berarti harta peninggalan orang meninggal yang akan di bagikan kepada ahli warisnya. Sedangkan menurut istilah syara’ ilmu mawaris adalah“Ilmu fikih yang berkaitan dengan pembagian harta warisan, pengetahuan tentang cara perhitungan yang dapat menyampaikan pada pembagian harta warisan dan pengetahuan tentang bagian – bagian yang wajib dari harta peninggalan untuk setiap pemilik hak waris ”Mawaris disebut juga Faraidh karena mempelajari bagian – bagian penerimaan yang sudah ditentukan sehingga ahli waris tidak boleh mengambil harta waris melebihi ketentuan. Hukum mempelajari ilmu faraid adalah fardu kifayat. Sedangkan membagi warisan menggunakan ilmu mawaris hukumnya adalah wajib ‘ain.1

B. Sumber Hukum Mawaris

Hukum-hukum pembagian waris bersumber pada:1. Al Qur’an, merupakan sebagian besar sumber hukum waris yang benyak

menjelaskan ketentuan-ketentuan fard tiap-tiap ahli waris, seperti tecantum dalam surat An-Nisa’ ayat 7,11,12, dan 176.

2. Al-Hadist, yang antara lain di riwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a :“berilah orang-orang yang mempunyai bagian tetap sesuai dengan bagiannya masing-masing, sedangkan kelebihannya diberikan kepada asbah yang lebih dekat, yaitu orang laki-laki yang lebih utama.” (H.R. Bukhari- Muslim)

3. Sebagian kecil dari ijmak para ahli, dan beberapa masalah di ambil dari ijtihad para sahabat.Ijmak dan Ijtihad sahabat, imam madzhab, dan para mujtahid dapat digunakan dalam pemecahan-pemecahan masalah waris yang belum dijelaskan oleh nash dan sharih. Misalnya :

a) Status saudara-saudara bersama-sama dengan kakek. Dalam Al-Qur’an, masalah ini tidak di jelaskan. Akan tetapi, menurut kebanyakan sahabat dan imam madzhab yang mengutip pendapat Zain bin Sabit, saudara-saudara tersebut mendapat waris secara muqasammah bersama dengan kakek.

b) Status cucu-cucu yang ayahnya meniggal lebih dulu meniggal daripada kekek yang bakal di warisi dan yang mewarisi bersama-sama dengan saudara-saudara ayahnya. Menurut ketentuan mereka, cucu-cucu tersebut tidak mendapatkan bagian apa-apa karena ada saudara-saudara ayahnya, tetapi menurut undang-undang wasiat

1 Fathurrahman, Drs., Ilmu Waris, hlm 32

Page 3: makalah waris

Mesir yang meng-istinbatkan dari ijtihad para ulama muqaddimim mereka di beri bagian berdasarkan wasiat wajibah2.

C. Sebab-Sebab KewarisanHal-hal yang menyebabkan seseorang dapat mewarisi terbagi atas tiga macam, yaitu sebagai berikut:1. Karena hubungan kekerabatan atau nasab

Kekerabatan artinya adanya hubungan nasab antara orang ynag mewarisi dengan orang yang di warisi disebabkan oleh kelahiran. Kekerabatan merupakan sebab adanya hak mempusakai yang paling kuat karena kekerabatan merupakan unsur kausalitas adanya seseorang yang tidak dapat dihilangkan begitu saja.

Ditinjau dari garis yang menghubungkan nasab antara yang diwarisi dan mewarisi, kerabat dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:a) Furu’ yaitu anak dari si pewarisb) Usul, yaitu leluhur yang menyebabkan adanya si pewaris.c) Hawasyi, yaitu keluarga yang dihubungkan dengan sipewaris melalui

garis menyamping3

Dilihat dari penerimaanya, hubungan kekerabatan ini dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:a) Ashabul farud nasabiyah, yaitu orang-orang yang

karena hubungan darah berhak menerima bagian – bagian tertentu.

b) Ashabul nasabiyah, yaitu orang – orang yang karena hubungan darah berhak menerima bagian sisa dari ashabul furud juka, jika ashabul furud tidak ada, maka mereka dapat menerima seluruh harta warisan. Tetapi jika harta warisan habis dibagi pada ashabul furud maka mereka tidak mendapatkan apa – apa.

c) Dzawil arham, yaitu kerabat yang agak jauh nasabnya golongan ini tidak termasuk ahli waris yang mendapat bagian tertentu tetapi mereka mendapat warisan jika ahli waris yang dekat tidak ada.4

2. Karena hubungan PernikahanHubungan pernikahan ini terjadi setelah dilakukannya akad nikah

yang sah dan terjadi antara suami-istri sekalipun belum terjadi persetubuhan.

Pernikahan yang menurut syari’at islammerupakan ikatan untuk mempertemukan seorang laki-laki dengan seorang perempuan selama ikatan pernikahan itu masih terjadi. Masing-masing pihak adalah teman hidup dan saling membantu dalam memikul beban hidup bersama. Oleh

2 Dian Khairul Umam, Drs., Fiqih Mawaris, hlm 153 Fathurrahman, Drs., ilmu mawaris. Hlm 1164 Dian Khairul Umam, Drs., Fiqih Mawaris, hlm 18

Page 4: makalah waris

karena itu, adalah bijaksana kalau Allah memberikan sebagian tertentu sebagai imbalan dari jerih payahnya, bila salah satu diantara keduanya meninggal dunia dan meniggalkan harta pusaka.

Atas dasar itulah, hak suami maupun istri tidak dapat terhijab sama sekali oleh ahli waris siapapun. Mereka hanya dapat terhijab nuqsan (dikurangi bagiannya) oleh anak mereka atau oleh ahli waris yang lain.

Perkawinan yang menyebabkan dapat mewarisi memerlukan 2 syarat yaitu:a) Akad nikah itu sah menurut syari’at islam, baik keduanya telah

berkumpul maupun belum.b) Ikatan perkawinan antara suami istri itu masih utuh atau dianggap

masih utuh5

3. Karena Wala’Wala’ adalah pewarisan karena jasa seseorang yang

telah memerdekakan seorang hamba kemudian budak itu menjadi kaya. Jika orang yang dimerdekakan itu meniggal dunia, orang yang memerdekakannya berhak mendapat warisan.

Wala’ yang dapat dikatagorikan sebagai kerabat secara hukum disebut juga dengan istilah wala’ul itqi. Hal ini karena pemberian kenikmatan kepada seseorang yang telah di bebaskan dari statusnya sebagai hamba sahaya.

Jika seseorang membebaskan hamba sahaya dengan seluruh barang-barang yang dimilikinya itu, berarti telah terjadi hubungan antara hamba sahaya yang dibebaskan dengan orang membebaskannya dalam suatu ikatan yang disebut wala’ul itqi. Orang yang telah membebaskan hamba sahaya karena wala’ul itqi ini dapat mewarisi harta hamba sahaya yang telah dibebaskannya jika hamba sahaya itu telah menjadi kaya. 6

D. Sebab-Sebab Penghalang KewarisanPenghalang kewarisan artinya suatu keadaan yang

tertutupnya peluang seseorang untuk mendaptkan warisan. Adapun orang yang terhalang untuk mendaptkan warisan ini adalah orang yang memenuhi sebab-sebab memperoleh warisan.

Ada tiga hal yang menyebabkan seseorang tidak berhak mewarisi harta peniggalan si pewaris, yaitu;1. Perbudakan (Hamba Sahaya)

Hamba sahaya tidak dapat mewarisi harta peniggalan kerabatnya sebab kalau ia mewarisi berarti harta warisan itu akan diminta oleh majikannya. Padahal majikannya

5 Dian Khairul Umam, Drs., Fiqih Mawaris, hlm 226 Muhammad Ali Ash-Shabuni, syaikh, hukum waris, penerjemah AbdulHamid Zarwan, CV Pustaka Mantiq, Solo, 1994 hlm 36

Page 5: makalah waris

adalah orang lain dari kerabat yang menerima warisan tersebut.

Ketentuan ini berlaku bagi status hamba sahaya, baik hamba sahaya yang murni atau yang mudabbar, yaitu seorang hamba sahaya yang oleh majikannya di katakan, “ kalau aku sudah mati kelak engkau akan merdeka”. Atau hamba sahaya yang mukattah yaitu hamba sahaya yang dpat di merdekakan dengan cara bayar dengan majikannya secara angsuran paling sedikit dua kali. Misalnya si majikan mengatakan “ jika engkau mau membayar sekian dengan mengangsur paling sedikit 2 kali, maka engkau akan merdeka” 7

2. PembunuhanOrang yang sengaja membunuh keluarganya tidak

mempunyai hak untuk menerima warisan dari orang yang dibunuh, artinya hak mewarisnya gugur lantaran membunuh tersebut,8 Rasulullah SAW bersabda :

“barang siapa membunuh seseorang, maka ia tidak dapat mewarisinya, walaupun orang yang dibunuh tidak memiliki ahli waris selain dirinya, dan jika yang terbunuh itu ayah atau anaknya maka bagi pembunuh tidak ada hak untuk mewarisi ”(H.R Ahmad)

3. Perbedaan AgamaOrang yang sengaja membunuh keluarganya tidak

mempunyai hak untuk menerima warisan dari orang yang dibunuh, artinya hak mewarisnya gugur lantaran membunuh tersebut9, Rasulullah SAW bersabda :

“ seorang muslim tidak boleh mewarisi orang kafir dan orang kafir tidak boleh mewarisi orang muslim (HR. Bukhari – Muslim)

E. Harta benda sebelum diwarisSebelum mirats dibagi kepada ahli waris, ada beberapa

hal yang perlu diselesaikan yaitu :1.   Biaya penggurusan jenazah / tahjiz, seperti pembelian

kain kafan, batu nisan, papan, ongkos menggali kubur, dll.

2.   Hutang Hutang muwaris harus segera dibayar, sebaiknya sebelum dikubur.Firman Allah SWT. :

7 Muhammad Ali Ash-Shabuni, op. Cit, hlm 398 Dian Khairul Umam, Drs., Fiqih Mawaris, hlm 329 Dian Khairul Umam, Drs., Fiqih Mawaris, hlm 34

Page 6: makalah waris

Artinya : “pembagian mirats itu dilaksankan sesudah dikeluarkan wasiat yang diwasiatkan dan sesudah dibayar hutangnya”. (Q.S. An – Nisa : 12)Sabda Rasulullah SAW :   “Hutang itu dilunasi sebelum wasiat dan ahli waris tidak berhak menerima wasiat”

3.      Wasiat Bila muwaris meninggalkan wasiat, yang ditunaikan tidak boleh dari 1/3nya harta pustaka Sabda Rasulullah SAW. :Dari Ibu Abas dia berkata : “Alangkah Baiknya Jika Manusia Mengurangi Wasiatnya Dari 1/3 Menjadi ¼, Maka Sesungguhnya Nabi SAW. Telah Bersabda : “Wasiat Itu Sepertiga, Sedangkan 1/3 Itu Sudah Banyak”. (H.R. Bukhori dan Muslim)

4.      ZakatBila muwaris belum membayar zakat, maka zakat itu harus ditunaikan sebelum mirats dibagi kepada ahli waris.

F. Rukun-Rukun MewarisiRukun – rukun mewarisi ada 3 yaitu :1. Al- Muwarrits, yaitu orang yang meniggal dunia atau mati, baik mati

hakiki maupun mati hukmiy, suatu kematian yang dinyatakan oleh keputusan hakim atas dasar beberapa sebab, kendati sebenarnya ia belum mati, yang meniggalkan harta atau hak.

2. Al-Warits, yaitu orang hidup atau anak dalam kandungan yang mempunyai hak mewarisi, meskipun dalam kasus tertentu akan terhalang.

3. Al-Mauruts, yaitu harta benda yang menjadi warisan10.

10 Komite Fakultas Syari’ah Universitas Al-Azhar, Mesir, hlm 27

Page 7: makalah waris

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanFiqih Mawaris adalah ilmu yang mempelajari tentang siapa-siapa ahli

waris yang berhak menerima warisan, siapa-siapa yang tidak berhak mnerima, serta bagian-bagian tertentu yang diterimanya, dan bagaimana cara penghitungannya.

Al-Faraidh dalam bahasa Arab adalah bentuk plural dari kat tunggal Faradha, yang berakar kata dari huruf-huruf fa, ra, dan dha. Dan tercatat 14 kali dalam Al-Quran, dalam berbagai konteks kata. Karena itu, kata tersebut mengandung beberapa makna dasar, yakni suatu ketentuan untuk maskawin, menurunkan Al-Quran, penjelasan, penghalalan, ketetapan yang diwajibkan, ketetapan yang pasti, dan bahkan di lain ayat ia mengandung makna tidak tua.

Bahwa sisa harta warisan baik setelah ahli waris mendapatkan begiannya maupun karena tidak ada ahli waris, tidak boleh diselesaikan dengan jalan Radd maupun diserahkan kepada Dzawil Arham, tetapi harus diserahkan ke baitul Mal untuk kepentingan umat islam.

B. Saran

Dalam membuat makalah ini banyak terdapat kesalahan,maka dari itu saya sangat membutuhkan kritik,masuk penyempukan dan saran yang konstruktif untuk penyempurnaan makalah saya.

Page 8: makalah waris

Daftar Pustaka

Drs. Dian Khairul Umam 1999, Fiqih MawarisSuhrawardi K. Lubis, SH. Dan Komis Simanjuntak, SH 2010. Hukum Waris Muchit A Karim, 1995, Hukum Waris

Page 9: makalah waris

Study Kasus

Kasus Virginia ( Alm )

Syaiful Jamil menikah dengan Virginia Anggraeni 10 Maret 2011, di Masjid Istiqomah, Bandung, Jawa Barat, dengan mas kawin kalung emas 24 karat seberat 13 gram dengan liontin berlafazkan “Allah.” Dengan tatacara Islam, Virginia terlihat sangat anggun dengan gaun berwarna putih keemasan dipadu dengan jilbab, ijab kabul dilangsungkan pukul 09.09 WIB yang bermakna 99 Asmaul Husna.

Tanggal 3 September 2011 Virginia meninggal karena kecelakaan di Tol Cipularang menuju Bandung. Virginia memperoleh asuransi jiwa dari Prudential sebesal Rp. 675 juta plus kecelakaan. Virginia dan Syaiful baru 4 bulan mengikuti asuransi ini dan tiap bulan membayar 1 juta rupiah.

Pembagian WarisanVirginia mendapat asuransi jiwa sebesar Rp. 675 juta. Harta tersebut harta

bersama yang diperoleh setelah menikah dengan Syaiful Jamil, karena Virginia dan Syaiful mengikuti asuransi tersebut setelah mereka menikah. Virginia mempunyai ayah dan ibu kandung yang masih hidup dan dua kakak perempuan. Virginia dan Syaiful tidak dikaruniai anak.

1. Suami Virginia yaitu Saeful Jamil, memperoleh ½ harta warisan. Dikarenakan mereka tidak mempunyai anak.

2. Ibu Virginia, mendapat 1/6 bagian harta warisan, karena Virginia tidak mempunyai anak.

3. Ayah Virginia, menerima seluruh harta peninggalan si mati, setelah harta tersebut dikurangi pembayaran biaya pemakaman, hutang, wasiat, dan telah diberikan bagian dzaul faraid. Ayah mendapat 1/3 harta yang ditinggalkan.

Page 10: makalah waris

4. Saudara perempuan tidak menjadi ahli waris karena berdasarkan Mahzab Imam Syafi’I mati kalalah adalah si mati tidak mempunyai anak dan ayah sudah meninggal. Dalam keluarga Virginia, ayah masih hidup sehingga saudara tidak mempunyai hak waris.