Click here to load reader
Upload
khumairoh
View
94
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SUMBER HUKUM ISLAM
A. Pengertian Hukum dan sumber Hukum Islam
Hukum menurut bahasa berarti menetapkan sesuatu atau tidak
menetapkannya. Menurut istilah ahli ushul fikih, hukum adalah perintah Allah
SWT yang menuntut mukallaf untuk memilih antara mengerjakan atau tidak
mengerjakan, atau menjadikan sesuatu sebagai sebab, syarat atau penghalang
bagi adanya yang lain, sah, batal, rukhsah dan Azimah.
Menurut istilah ahli fikih, hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh
tuntunan syari’at. Sedangkan perbuatan yang dituntut itu disebut wajib, sunnah,
haram, makhruh dan mubah.
Maksud sumber hukum adalah segala sesuatu yang melahirkan atau
menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan, yang bersifat mengikat, yang
apabila dilanggar akan menimbulkan sangsi yang tegas dan nyata. Dengan
demikian sumber hukum Islam adalah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan
atau pedoman syari’at Islam.
Pada umumnya ulama fikih sependapat bahwa sumber hukum Islam adalah Al
Qur’an dan Hadis. Disamping itu para ulama fikih menjadikan ijtihad sebagai
salah satu sumber hukum Islam setelah Al Qur’an dan Hadis.
B. Pengertian, kedudukan, dan fungsi Al Qur’an
1. Pengertian
Secara harfiah, al qur’an berasal dari bahasa Arab yang artinya bacaan atau
himpunan. Berarti bacaan karea merupakan kitab suci yang wajib dibaca dan dan
dipelajari. Berarti himpunan karena merupaakan himpunan firman-firman Allah
SWT.
Menurut istilah, al Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang berisi firman-
firman Allah SWT yang diwahyukan dalam bahasa arab kepada Rosul/nabi
terakhir Nabi Muhammad SAW, yang membacanya bernilai Ibadah.
Al Qur’an memiliki beberapa nama, diantaranya:
a. Al-Kitab atau kitab Allah SWT
b. Al-Furqon artinya pembeda antara benar dan salah
c. Az-Zikr artinya peringatan
d. At-Tanzil artinya diturunkan.
2. Kedudukan
Alqur’an merupakan sumber hukum Islam pertama dan utama dari seluruh
ajaran Islam, baik yang mengatur hubungan manusia dengan dirinya, hubungan
manusia dengan Allah SWT., hubungan manusia dengan sesamanya, dan
hubungan manusia dengan alam.
Dalil naqli bahwa al Qur’an merupakan sumber hukum Islam yang pertama
dan utama antara lain QS. An-Nisa, 4:59, QS. An-Nisa’, 4: 105, dan dalam Hadis.
3. Fungsi
Sebagai petunjuk atau pedoman bagi umat manusua dalam mencapai
kebahagiaan di dunia dan akhirat, hal tersebut tercantum dalam QS. Al Isra’ : 9.
Selain itu Al Qur’an merupakan mukjizat yang terbesar, yang Allah SWT
karuniakan kepada Nabi Muhammad SAW.
Sebagai pedoman hidup bagi umat manusia, isi atau kandungan al Qur’an
dapat dibagi menjadi tiga pembahasan pokok, yaitu:
a. Akidah (keimanan)
b. Ibadah
c. Prinsip-prinsip syari’at, yaitu meliputi pembahasan tentang manusia,
sosial, ekonomi, musyawarah, hukum perkawinan, hukum waris, hukum
perdana, dan hukum antar bangsa.
C. Pengertian, kedudukan, dan fungsi Hadis
1. Pengertian
Hadis berasal dari bahasa Arab yang artinya baru, tidak lamaucapan,
pembicaraan dan cerita. Menurut Istilah ahli hadis, yang dimaksud Hadis yaitu
segala berita yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW, baik yang berupa
ucapan, perbuatan, maupun takrir (persetujuan Nabi) serta penjelasan sifat-sifat
Nabi SAW.
2. Kedudukan
Para ulama Islam berpendapat bahwa hadis menempati kedudukan pada
tingkat ke dua sebagai sumber Islam setelah al Qur’an. Pendapat tersebut
didasarkan pada QS. Ali-Imron, 3: 132, QS. Al-Ahzab, 33: 36 dan QS. Al-Hasyr,
59: 7.
Barang siapa yang tidak mengakui hadis sebagai sumber hukum Islam atau
mengingkarinya, maka ia dianggap ingkar sunnah, sesuai dalam QS. An-Nisa’, 4:
80.
3. Fungsi
a. Mempertegas dan memperkuat hukum-hukum yang telah disebutkan
dalam Al Qur’an (bayan at-taqriri atau at-ta’kid).
b. Menjelaskan, menafsirkan, dan merinci ayat-ayat al Qur’an yang masih
umum dan samar (bayan at-tafsir).
c. Mewujudkan suatu hukum atau ajaran yang tidak tecantum dalam al
Qur’an namun pada prinsipnya tidak bertentangan dengan al Qur’an
(bayan at-tasyri’).
D. Pengertian, kedudukan, dan fungsi Ijtihad
1. Pengertian
Ijtihad berasal dari bahasa Arab, yang kata kerjanya “jahada”, yang artinya
berusaha dengan sungguh-sungguh. Menurut istilah dalam ilmu fikih, ijtihad
berarti mengerahkan tenaga dan pikiran dengan sungguh-sungguh untuk
menyelidiki dan mengeluarkan hukum-hukum yang terkandung dalam al Qur’an
dan hadis dengan syarat-syarat tertentu. Muslim yang melakukan ijtihad disebut
dengan mujtahid.
Syarat-syarat menjadi mujtahid yaitu:
a. Memahami al Qur’an dan asbabun nuzul-nya serta ayat-ayat nasakh dan
mansukhnya.
b. Memahami hadis dan sebab-sebab wurudnya (munculnya hadis), serta
memahami hadis-hadis nasikh dan mansukh.
c. Mengetahui pengetahuan secara mendalam tentang bahasa Arab.
d. Mengetahui tempat-tempat ijma’
e. Mengetahui ushul fikih
f. Mengetahui maksud-maksud syari’at
g. Memahami masyarakat dan adat istiadatnya
h. Bersifat adil dan takwa.
2. Kedudukan
Ijtihad menempati kedudukan sebagai sumber hukum Islam setelah al Qur’an
dan Hadis. Dalilnya adalah al Qur’an dan Hadis. Allah SWT berfirman:
ومن حيث خرجت فىل وجهك شطر المسجد الحرام وحيث ماكنتم فىلىا وجىهكم شطره
.
“Dan darimana saja kamu keluar maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil
Haram dan dimana saja kamu (sekalian) berada maka palingkanlah wajahmu
kearahnya” (QS. al-Baqarah, 2: 150)
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa orang yang berada jauh dari ka’bah
Masjidil Haram, apabila hendak mengerjakan shalat, ia dapat mencari dan
menentukan arah kiblat shalat itu (masjidil Haram) melalui ijtihad dengan
mencurahkan pikirannya berdasarkan tanda-tanda yang ada.
3. Fungsi
Fungsi ijtihad ialah untuk menetapkan hukum sesuatu, yang tidak ditemukan
dalil hukumnya secara pasti didalam al Qur’an dan hadis.
Masalah-masalah yang sudah jelas hukumnya, karena telah ditemukan
dalilnya secara pasti didalam al Qur’an dan Hadis seperti kewajiban beriman
kepada rukun iman uyang enam, kewajiban melaksanakan rukun Islam yang lima,
maka masalah-masalah tersebut tidak boleh diijtihadkan lagi.
Di tinjau dari segi sejarahijtihad, ijtihad telah dilakukan dari semenjak
Rasulullah masih hidup dan terus berlanjut setelah beliau wafat. Pada masa
Rasulullah masih hidup, ada beberapa sahabat yang melakukan ijtihad, yaitu
tatkala berada jauh dari Rasulullah SAW.
BENTUK-BENTUK IJTIHAD
a. Ijma’, adalah kebulatan pendapat semua ahli ijtihad pada suatu masa atau
suatu masalah yang berkaitan dengan syari’at,
b. Qiyas (ra’yu) yaitu menetapkan hukum atas sesuatu perbuatan yang belum
ada ketentuannya, berdasarkan sesuatu yang sudah ada ketentuan
hukumnya dengan memperhatikan kesamaan antara kedua hal itu.
c. Istihab, yaitu melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dalil lain
yang mengubah kedudukan hukum tersebut.
d. Maslahah marsalah, yaitu kemaslahatan atau kebaikan yang tidak
disinggung-singgung syara’ untuk mengerjakan atau meninggalkannya.
Sedangkan apabila dilakukan akan membawa kemanfaatan terhindar dari
keburukan.
e. ‘Urf, yaitu kebiasaan yang dilakukan oleh atau sekelompok orang, baik
dalam kata-kata atau perbuatan.